Pengertian Etika Profesi adalah standar perilaku, nilai dan prinsip yang diharapkan dan
diterapkan dalam suatu profesi
Oleh setiap organisasi profesi, etika profesi diterjemahkan dalam aturan-aturan tertulis yang
disebut kode etik profesi. Kode etik profesi menjadi pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan
dalm melaksanakan tugas sehari-hari, di dalamnya juga tercantum tentang sanksi yang dikenakan
kepada pelanggar.
1. Lingkungan kerja, yaitu tempat tenaga kerja /karyawan bekerja, terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Lingkungan fisik, yaitu semua hal yang ada di sekitar tempat kerja yang dapat
memengaruhi tenaga kerja baik secara langsung maupun tudak langsung. Kriteria
yang baik adalah :
- Terdapat bangunan atau gedung yang dijadikan operasional kerja
- Tersedianya ruang kerja yang longgar agar dapat menciptakan perasaan nyaman
- Tersedianya peralatn kerja yang memadai
- Tersedianya ventilasi udara dan pencahayaan yang cukup
- Tersedianya tempat istirahat dan tempat ibadah
b. Lingkungan non fisik, yaitu semua keadaan yang berkaitan dengan hubungan diantara
rekan kerja. Kriteria yang baik adalah :
- Memiliki struktur kerja yang disusun secara sistematis
- Setiap pekerja memahami tanggung jawab mereka dan bertanggung jawab atas
tindakannya
- Pemimpin memberikan perhatian dan dukungan
- Setiap karyawan dalam kelompok kerja bekerjasama dengan baik
- Terdapat komunikasi yang baik, terbuka dan lancar
2. Kecelakaan di tempat kerja
Faktor penyebabnya
a. Faktor tekhnis, sebagai berikut
- Keadaan area kerja yang tidak memenuhi syarat seperti kurangnya penerangan, ventilasi
udara, suhu, kebersihan dan kelistrikan
- Kondisi peralatan karena tidak diperhatikan pemeliharaannya,tidak ada pelindung khusus
dan tidak ada petunjuk penggunaan peralatan yang baik dan aman
- Pemindahan barang berat atau berbahaya dari satu tempat ke tempat yang lain
- Transportasi yang tidak tepat dalam proses distribusi barang, beban yang berlebihan dan
pelanggaran lalu lintas
b. Faktor non tekhnis, sebagai berikut
- Ketidaktahuan prosedur saat mengoperasikan peralatan
- Kurang cakap atau terampil dalam pengoperasian peralatan
- Ketidakdisiplinan seperti tergesa-gesa, bermain-main dan kurang hati-hati saat
mengoperasikan peralatan
- Tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja saat mengoperasikan peralatan
c. Faktor alam, seperti bencana gempa bumi, banjir atau badai
3. Cedera akibat kecelakaan kerja, ada 6 jenis yaitu
- Cedera fatal (meninggal dunia)
- Cedera hilang waktu kerja (loss time injury) yaitu cacat permanen atau kehilangan waktu
produktifnya selama satu hari kerja atau lebih
- Cedera hilang hari kerja (loss time day ) yaitu kecelakaan sehingga tidak dapat bekerja
sesuai jadwal
- Cedera yang menyebabkan tidak mampu bekerja(restricted duty) yaitu kecelakaan yang
menyebabkan dia harus dipindah pada pekerjaan lain karena sudah tidak memungkinkan
di posisi semula
- Cedera di rawat di rumah sakit, yaitu kecelakaan yang butuh penanganan medis
- Cedera ringan, kecelakaan yang dapat dibantu pertolongan pertama
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan berarti selamat dalam melakukan pekerjaan apa saja dari bahaya kecelakaan
kerja. Kesehatan berarti kondisi pekerja yang selalu sehat tanpa ada hal yang
menyebabkan penyakit cedera atau kerusakan pada anggota tubuh selama berada di
lingkungan kerja
Bertujuan untuk :
- Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
- Menghindari kerugian meteriil dan jiwa akibat kecelakaan kerja
- Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif kerena tenaga kerja merasa aman
dalam bekerja
- Menciptakan hubungan yang harmonis bagi pekerja dan perusahaan
- Menigkatkan segmentasi pasar
- Menjaga kondisi mesin dan peralatan yang digunakan adalam operasional perusahaan
5. Langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3
a. Persiapan, yaitu menentukan ruang lingkup K3, menetapkan cara penerapan
K3,membentuk kelompok penerapan K3, dan menetapkan sumber daya yg
dibutuhkan untuk penerapan K3
b. Pengembangan dan penerapan, yaitu dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan
bagan air, serta penulisan manual sistem manjemen K3, prosedur dan instruksi kerja
c. Sertifikasi yaitu menentukan akuntabilitas dan kelayakan penerapan sistem
manjemen K3 olehlembaga sertifikasinya yaitu Sucofindo
6. Jenis program pelatihan sistem manjemen K3, antara lain
- Pelatihan K3 sebelum karyawan mulai bekerja (untuk pekerja baru, pekerja pindahan,
pekerja tamu, pekerja kontrak)
- Pelatihan khusus, berkaitan dengan tugas dan pekerjaan masing-masing
- Pelatihan umum, yaitu untuk semua level pekerja
7. Analisis keselamatan kerja
Berfokus pada pengidentifikasian dan pengendalian bahaya yang berhubungan dengan
rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan. Manfaatnya untuk menemukan
bahaya fisik pada suatu pekerjaan sekaligus menentukan metode yang tepat untuk
pengendaliannya, menentukan jenis alat pengaman yang sesuai dan tepat, memudahlan
perumusan dan penerapan standar pekerjaan yang aman dan dapat sebagai ceklis pada
saat mengevaluasi kinerja K3 di tempat kerja
8. Metode analisis keselematan kerja
a. Metode observasi langsung, melalui wawancara untuk menentukan tahapan kerja dan
bahaya yang dihadapi
b. Metode diskusi yaitu tenaga kerja diberi kesempatan untuk berdiskusi terkait langkah
pekerjaan dan potensi bahaya yang ada
c. Metode recall and check, dalam proses ini dituliskan gagasan tentang tahapan untuk
mengatasi bahaya yang ada di tempat kerja ketika pekerjaan sedang berlangsung
9. Tahapan pelaksanaan analisis keselamatan kerja
a. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis
b. Membagi kerja berdasarkan proses yang berurutan
c. Melakukan evaluasi untuk menentukan tindakan perbaikan
d. Mengomunikasikan informasi pada yang lain
e. Analisis keselamatan kerja
10. Mengidentifikasi potensi bahaya kerja
a. Potensi bahaya kerja kategori A, yaitu yang menimbulkan dampak jangka panjang
bagi kesehatan, terdiri atas
- potensi bahaya kimia, contohnya bahan beracun ,bahan mudah meledak/terbakar, dll.
Langkah pengendaliannya dengan menggunakan APD, alat vakum
- potensi bahaya fisik,contohnya kebisingan, getaran,gelombang radiasi,dll. Langkah
pengendaliannya mengendalikan cahaya dan mengatur ventilalsi, mrnurunkan getaran ,
menggunakan pelindung mata dan filter mikroskup
- potensi bahaya biologis, contoh bakteri, virus, cacing , dll. Langkah pengendaliannya
dengan melakukan praktik lab dengan langkah yang benar, menggunakan disinfektan dan
sterilisasi dengan benar, mengelola limbah dengan benar, menjaga kebersihan diri
petugas
- potensi bahaya ergonomis contoh, beban kerja, desain tempat kerja, cara kerja, sikap
badan, dll yang menyebabkan kelelahan fisik, nyeri otot dan tulang. Kangkah
pengendalian dengan menyesuaikan desain tugas, peralatan dan kondisi kerja yang sesuai
fisik dan psikologis seseorang
b. potensi kerja kategori B, yaitu yang menimbulkan resiko langung pada keselamatan,
terdiri dari potensi bahaya listrik,bahaya kebakaran, bahaya mekanikal(berasal dari
benda yang bisa menyebabkan bahaya sayatan, goresan ,dll), bahaya hosekeeping
(perawatan yang buruk pada peralatan )
c. Potensi bahaya kerja kategori C, yaitu yang menyebabkan timbulnmya resiko
terhadap kesejahteraan atau kesehatan karyawan dalam menjalani pekerjaan sehari-
hari. Potensi terjadi karena fasilitas kesehatan kerja yang kurang memadai(fasilitas
P3K, air minum, toilet, kantin)
d. Potensi kerja kategoroi D, yaitu bahaya yang berdampak pada psikologis pekerja,
contoh tindak kekerasan, pelecehan seksual, HIV/AIDS, narkoba
a. Merapikan area kerja, diantaranya dengan memindahkan barang tak terpakai dan
memelihara yang terpakai
b. Menyiapakan peralatan kerja, meletakan peralatan pada tempatnya, mengatur jarak
aman baghi pengguna peraltan, memastikan penerangan yang tepat, menyediakan dan
memahami prosedur penggunaan alat
a. Pada luka bakar, yaitu segera singkirkkan benda atau cairan panas, basuh luka dengan air
bersih yang mengalir secara perlahan, kompres luka dengan kasa, jika cukup serius
segera larikan ke rumah sakit
b. Pada kecelakaan listrik, yaitu matikan aliran listrik, hindari sentuhan langsung dengan
korban,hubungi medis, jika ada luka bakar peban dengan kain kasa
c. Pada pedarahan hidung /mimisan, yaitu dudukkan korban dengan tegak, lalu condongkan
tubuhnya kedepan, tiup hidungnya dengan lembut, jepit lubang hidung dengan jari
biarkan bernapas dengan mulut, tekan hidung selama 10-15 menit untuk menghentikan,
jika masih berlanjut hubungi pihak medis
d. Pada luka sayat, yaitu bersihkan area sayatan dengan cairan antibakteri, bersihkan luka
dengan sabun berbahan lembut, hindari menekan luka tutup luka dengan perban steril
e. Pada henti nafas, yaitu pastikan lokasi aman untuk memberi pertoongan, periksa tingkat
kesadaran korban dengan periksa denyut nadi, berikan tekanan atau kompresi dada
dengan cara meletakan salah satu telapak tanngan di bagian tengah dada korban dan
tangan lainnya di atas tangan pertama, berikan tekanan 100-200 kali permenit, buka jalur
nafas dengan mendongakan kepala pasien, berikan nafas bantuan
1. Budaya kerja safety Talk, yaitu pertemuan yang dilakukan para pekerja atau karyawan
untuk membicarakan tentang berbagai hal terkait pekerjaan yang dilakukan, rutin setiap
hari sebelum dan seseudah melakukan pekerjaan
2. Budaya kerja 5 R
a. Ringkas yaitu membedakan barang yang masih digunakan dan barang yang sudah
tidak digunakan
b. Rapi yaitu menata barang-barang yang digunakan selama bekerja
c. Resik yaitu menjaga kebersihan lingkungan kerja
d. Rawat yaitu menjaga kebersihan dan kondisi alat yang digunakan selama melakukan
pekerjaan
e. Rajin yaitu menjadikan budaya ringkas, rapi, resik dan rawat menjadi sebuah
kebiasaan