Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Muhammad Indrajid

KELAS : XI B

IDENTITAS JURNAL :
JUDUL : Pembuatan Digester Sebagai
Peralatan Biogas Dari Limbah Kotoran Sapi Untuk
Masyarakat Dukuh Gumirang, Desa Sidomulyo,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
PENULIS : Ferro Aji, Annisa Kesy
Garside.
JURNAL PUBLISH : Politeknik Energi dan Mineral
Akamigas, Cepu

KESIMPULAN : artikel menyoroti pentingnya


mencari alternatif energi non-fosil yang ramah
lingkungan, dengan mengeksplorasi potensi teknologi
biogas. Dukuh Gumiring, Desa Sidomulyo, Kabupaten
Blora, Jawa Tengah, memiliki potensi besar dalam
pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk memproduksi
biogas. Tantangannya adalah pola pikir masyarakat yang
belum memanfaatkan limbah ini sebagai energi
alternatif.

Pemanfaatan biogas dianggap sebagai solusi yang ramah


lingkungan dan ekonomis, dengan potensi keuntungan
seperti reduksi biaya pengolahan limbah, kegiatan sosial
bahan bakar untuk masyarakat, produksi pupuk organik,
dan perbaikan sistem sanitasi. Teknologi tepat guna,
seperti digester, dapat digunakan untuk menghasilkan
biogas dari limbah organik, seperti limbah kotoran sapi.

Pemanfaatan energi terbarukan, khususnya biogas, dapat


diwujudkan melalui teknologi tepat guna, membantu
mengatasi ketergantungan pada energi fosil, serta
mendukung kemandirian energi di Indonesia. Meskipun
pemanfaatan biogas masih rendah, artikel menunjukkan
bahwa potensi pengembangan ini memiliki manfaat
besar bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
ALAT DAN BAHAN

1. Satu buah digester biogas dari bahan fiberglass


berkapasitas 4 m3 dengan dimensi diameter 1500 mm,
tinggi 2500 mm, tebal 5 mm dan beratap kubah
2. Saluran umpan (inlet) limbah kotoran sapi dari bahan
poly vynil chloride dengan dimensi diameter 4 inchi dan
panjang 6000 mm.
3. Bak kontrol pasangan batu bata berfungsi sebagai
penampung sementara limbah kotoran sapi agar
suhunya tidak melampaui 40°C
4. Bak penampung umpan limbah kotoran sapi dari bahan
fiberglass dengan dimensi panjang 1000 mm, lebar 1000
mm, tinggi 600 mm dan tebal 5 mm.
5. Bak penampung akhir keluaran limbah kotoran sapi
bahan fiberglass dengan dimensi panjang 1000 mm,
lebar 1000 mm, tinggi 1000 mm dan tebal 5 mm.
6. Instalasi penyalur gas methana termasuk kelengkapan
penyambung pipanya dari bahan poly vynil chloride
berdiameter ½ inchi untuk menyalurkan gas methana
dari biodigester ke unit kompor gas, dan lampu biogas.
7. Meter kontrol untuk mengukur tekanan gas methana
dan water trapp untuk mengeluarkan kondensat air basil
pengembunan gas methana

PROSES PEMBUATAN :
1. Masukan 137 liter limbah kotoran sapi segar, seperti
rumput dan sebagainya, kemudian 23 liter kotoran sapi
yang sudah bersih (starter) dimasukan ke bak bejana
Spengumpan (feeding tank);
2. Campuran limbah kotoran sapi tersebut dimasukan ke
dalam unit biodigester yang berkapasitas 4000 liter;
3. Ulangi langkah point 1, dan point 2 sampai 20 kali;
4. Kemudian semua fasilitas kran pengatur ditutup rapat
dan suhu diatur rentang 25°C-40°C [9];
5. Pada hari ke 5, sudah mulai terbentuk gas methana
tercampur dengan udara pada awalnya dalam jumlah
yang sangat sedikit berada diatas limbah cair campuran
limbah kotoran sapi, yang ditandai naiknya angka
penunjuk tekanan (manometer), kemudian gas methana
campuran tersebut dibuang dengan membuka kran
pengatur;
6. Setelah gas pertama habis yang ditandai dengan turunnya
angka tekanan manometer menunjukan angka nol, kran
gas pengumpul ditutup kembali;
7. Semua fasilitas kran pengatur pengeluaran gas tabung
pengumpul ditutup dan setelah unit digester sudah dalam
kondisi anaerob, maka terjadi peningkatan volume gas
methana, meningkatnya angka tekanan manometer dan
produksi gas methana terbaik pada hari ke 20.
8. Gas methana yang dihasilkan diperkirakan 2,51 m3 /hari
kemudian sudah dapat dipakai untuk beberapa
kebutuhan. Untuk kebutuhan energi yang digunakan
memasak bagi keluarga beranggotakan 4-5 orang
diperlukan 1,50 m3 /hari. Sehingga biogas hasil
fermentasi dari limbah kotoran sapi cukup untuk
memenuhi 2 kepala keluarga.

Anda mungkin juga menyukai