Anda di halaman 1dari 367

Pelatihan

Pemodelan
Kualitas Air Sungai Section Break
Insert the title of your subtitle Here

Aplikasi Pemakaian Aplikasi Pemakaian WASP


(Water Quality Analysis Simulation Program)

Lukman Hidayat, S.T., M.T.


Download

Aplikasi:
• Installer Windows 64 bit:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32-install-64-bit-04- 02-2019.exe
• Installer Bundle Mac OSX 64 bit:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32-install-64-bit-04- 02-2019.dmg
• Installer Linux:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32-install-64-bit-04- 02-2019.zip
• Instalasi tambahan:
WRDB (Water Resources Database): http://www.wrdb.com/
Install
• Aplikasi WASP dan WRDB:
• Unduh/download kedua aplikasi sesuai link
• Install sesuai arahan dari aplikasi, tidak perlu ada yang diubah, cukup klik next hingga
berhasil lalu klik finish
• Setelah install, buka kedua aplikasi tersebut
• Aplikasi WASP digunakan untuk memodelkan kualitas air sedangkan aplikasi WRDB be
rfungsi untuk menampilkan grafik hasil pemodelan yang sudah dilakukan
• Uji coba dilakukan pada model steady state:
• https://www.epa.gov/sites/production/files/2018-05/steady-state- example.zip

• Data-data yang digunakan pada percobaan terdapat pada link tersebut (bu
ka excel pada folder)
Segmen

Minimum Initial Depth


Segment Segment Name Length Width Slope Roughness SOD
Depth Depth Multiplier
#
1 Downstream 864 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 1
2 Monitoring-2 795 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 1
3 Zoo 821 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 1.5
4 TrainStation 950 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 1.98
5 CityPark 1120 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 2
6 Broadway 880 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 2.2
7 Monitoring-1 920 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 2.4
8 MainStreet 972 9 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 2.8
9 PointSource 845 8.5 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 2.6
10 UpstreamBound 930 8 0.0001 0.01 0.04 1.8 1.8 0.8
BOD DO
Flow (cms) Temp c Solids
Boundaries sungai (mg/L) (mg/L)
Upstream 0.14 5 5 20.6 3
NPDES 0.22 120 7 27 5

Constant Value
Heat Exchange Option 0
Bottom Heat Exchange 0.4
Data solar radiation, wind speed,
Sediment Temperature 25
air temperature, dan dew point
sesuai pada file excel steady state CBOD Decay Rate Upstream 0.15
BOD
CBOD Decay Rate NPDES B 0.35
OD
CBOD Decay Theta 1.04
CBOD DO Half Saturation 2
Global Reaeration Rate 5
SOD Theta 1.04
Background Light Extinction 0.1
Detritus/Solids Light Extinction 0.3
Uji coba
No 1
• Klik new untuk membuat file baru
No. 2:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih data set, isi sesuai perintah pada excel
• Setelah selesai klik OK
No. 3:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Systems, isi sesuai perintah pada excel
• Data yang diisi adalah BOD bagian Upstream dan point sources, dissolved oxygen, solid, dan water temperature
• Setelah selesai klik OK
No. 4:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Segment, isi sesuai perintah pada excel
• Setelah selesai klik OK
No. 5:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Parameters, isi sesuai perintah pada excel
• Setelah selesai klik OK
No. 6:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Constants, isisesuai perintah pada excel
• Bagian yang diisi diantaranya water temperature, CBOD, dissolved oxygen, dan light
• Setelah selesai klik OK
No. 7:
• Klik Menu Pre-Processordan pilih Time Functions,isi sesuai data di excel
• Bagian yang diisi diantaranya solar radiation, air temperature, wind speed, dan dewpoint
• Setelah selesai klik OK
No. 8:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Flows, isi sesuai data di excel
• Setelah selesai klik OK
No. 9:
• Klik Menu Pre-Processor dan pilih Output Control, ceklist data yang ingin kita lihat

• Setelah selesai klik OK


No. 10:
• Klik Execute untuk mensimulasikan daya yang sudah diisi
No. 11:
• Tampilan execute seperti pada gambar berikut :
No. 12:
• Klik project → edit projects → insert →folder penyimpanan file wasp → steady state
• Gambar berikut merupakan tampilan setelah memasukkan data steady statedengan format .BMD2
• Setelah selesai klik OK
No. 13:
• Klik WRDB Graph untuk melihat grafik hasil simulasi
No. 14:
• Pilih parameter hasil pemodelan yang akan ditampilkan dalam bentuk grafik
No. 15:
• Tampilan grafik DO di semua station
THANKS!
Bab I
Pengantar Model Kualitas Air

1.1 Pengantar
Menejemen / pengelolaan sumber daya kualitas air permukaan adalah merupakan pekerjaan yang
komplex. Terdidri dari tahapan tahapan sebagai berikut :
a) Penetapan klas kualitas air sungai
b) Monitoring / pengamatan rutin kualitas air sungai
c) Evaluasi hasil monitoring kualitas air
d) Penetapan carrying capacity / TMDL
e) Evaluasi buangan limbah cair sumber sumber pencemaran
f) Penerapan BMP ( Best Management Practice) pengelolaan kualitas air
g) Penentuan besarnya nilai pajak pembuangan limbah cair (principal pay polluter) untuk
setiap institusi yang membuang limbah cair ke badan sungai.

Banyak stake holder yang mempunyai tanggung jawab terhadap sungai, sehingga menejemen
kualitas air tidak dapat dilakukan oleh lembaga tunggal. Diperlukan koordinasi untuk melakukan
menejemen kualitas air di suatu kawasan sungai.

Kualitas air berhubungan erat dengan kuantitas air (debit) air sungai. Dengan demikian diperlukan
kerjasama yang erat antara institusi lingkungan dalam hal ini BPLH (Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup ) Propinsi dan Kabupaten dengan institusi pengelola sumber daya air di sungai
yang antara lain BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai ) , Dinas PSDA (Pengelolaan Sumber Daya
Air) Propinsi dan Kabupaten . Disamping lembaga tersebut harus diperhatikan pula lembaga yang
mengurus sektor lingkungan dan institusi yang mengelola bid ang sanitasi ditingkat Propinsi , Kota
dan Kabupaten.

1.2 Tujuan Penerapan Model Kualitas Air


Tujuan penerapan model kualitas air adalah untuk menentukan kemampuan badan air sungai
untuk mengasimilasi limbah cair dengan tanpa mengganggu kehidupan aquatic. Kemampuan
asimilasi badan air sungai secara numeris oleh USEPA disebut sebagai TMDL (Total Maximum
Daily Loads) . Lebih lanjut tujuan dari penerapan model kualitas air adalah:

1
a) Menetapkan besarnya TMDL pada setiap sumber polusi individual (point source) maupun
non point source secara objectif.
b) Membantu menghitung besarnya TMDL pada berbagai scenario
c) Membantu penetapan kelas peruntukan kualitas air
d) Membantu perencanaan sanitasi di suatu sub daerah aliran sungai
e) Membantu perencanaan menejemen kualitas air diwilayah DAS secara keseluruhan
f) Membantu menentukan nilai pajak pembuangan limbah cair (principal pay polluter)

Setiap badan air sungai mempunyai kemampuan yang specifik untuk melakukan asimilasi limbah
cair. Faktor faktor penting yang menentukan kemampuan badan air sungai untuk melakukan
asimilasi adalah sifat hidrologi dan hidrolika sungai yang meliputi besarnya debit air dan kecepatan
air sungai semakin besar debit dan kecepatan air, semakin besar kemampuan badan air sungai
untuk mengasimilasi limbah cair, dasar badan air juga berpengaruh, sungai yang mempunyai dasar
pasir dan batuan kemampuan asimilasinya lebih besar daripada sungai dengan dasar partkel halus
sebagai misal lempung, debu dll. Iklim juga mempengaruhi kemampuan asimilasi, sungai yang
berada didaerah tropis mempunyai kemampuan lebih beasr daripada sungai yang berada di di
daerah sub tropis.

1.3 Jenis Model Kualitas Air

Terdapat berbagai macam pendekatan model kualitas air , penggunaan model tergantung pada
tujuan dan kondisi studi yang akan dilakukan. Sebagai contoh bila akan dilakukan kajian terhadap
perusahaan atau industri yang akan membuang limbah cair ke sungai cukup dengan menggunakan
model sederhana seperti Streeter – Phelps. Tetapi apabila akan dilakukan kajian yang
cakupannya lebih besar yaitu menyangkut ruas ruas sungai dan menyeluruh terhadap semua
pencemar dan pengguna dan bersifat dinamis maka harus dipilih model lain yang bersifat
komprehensif . Jenis jenis model kualitas air adalah sebagai berikut

A. Distributed Versus Lumped model

B. Non linier Versus linier models

C. Stochastic Versus Deterministic model

D. Dynamic Versus Steady state model

E. Black box model Versus Conceptual Model

2
Disributed parameter model adalah model merupakan model dengan variabel model berupa fungsi
ruang dan waktu , distributed parameter model memperhitungkan distribusi parameter model dalam
arah sumbu orthogonal x, y dan z , dilain fihak Lumped Model hanya me nggunakan data tunggal.
Linier adalah model yang berbanding lurus , dilain fihak Non linier adalah jenis model yang
bersifat kwadratis , polynomial dll . Stochasitic model menggunakan nilai probabilistic dari
parameter, sedangkan Deterministic menggunakan nilai rata rata parameter . Dynamic parameter
atau output model terikat waktu, dilain fihak Steady model adalah parameter model bersifat
independent terhadap waktu . Black box model dalam persamaannya tidak menggambarkan
fenomena alam / fisik, Sedangkan Conceptual model adalah model yang menggambarkan alam /
fisik dalam persamaannya .

1.4 Perkembangan Model Kualitas Air

Mayoritas model kualitas air saat kini adalah merupakan pengembangan dari Model Streeter –
Phelps . Selanjutnya model ini pada tahun 1960 dikembangkan oleh Texas
Water Development Board yang disebut paket software DOSAG. Program DOSAG selanjutnya
oleh Texas Water Development Board dikembangkan kemampuannya untuk menghitung DO,
BOD, temperatur, dengan pengaturan temperatur dilakukan secara internal selama simulasi
dilakukan , paket software ini disebut sebagai QUAL I .

Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (US-EPA) akhirnya mengambil alih


pengembangan QUAL I dikembangkan menjadi paket program QUAL II , yang lebih mampu untuk
melaksanakan simulasi pada badan air sungai yang lebih kompleks dan mampu mensimualasikan
interaksi dengan lingkungan yang berhubungan dengan fotosintesa, simulasi berbagai macam
nutrient dan keterkaitannya dengan oksigen terlarut. Simulasi dapat dilakukan dalam aliran steady
dan unsteady .

Pada periode 1980 – 2001 , US-EPA telah mengembangkan QUAL II menjadi QUAL2E version 3.0
yang dapat dijalankan pada sistem operasi Windows 3.1 , Windows 95 dan sistem operasi
Windows 98 . Dan paket program QUAL2E bersifat public domain . , Sejalan dengan
perkembangan piranti lunak , US-EPA sudah tidak mengembangkan model QUAL2E

3
Model kualitas air WASP (Water Analysis Simulation Program) telah dikembangkan oleh USEPA
sejak tahun 1990 an . Dari WASP vesion 1. sampai degan versi WASP version 5 diajalankan
dalam sistem operasi DOS (Diskete Operating System ) . Dengan menggunakan sistem operasi ini
adalah sangat rumit untuk memasukkan input data kedalam WASP , yang mana data type text
harus ditata secara teliti dan berhati hati pada perangkat lunak Wordpad atau Notepad . Sebagai
akibatnya komnuitas pengguna model WASP sangat terbatas di lingkungan peneliti dan perguruan
tinggi .

Baru pada tahun 2003 , US-EPA telah merubah secara total yang man mulai WASP version 6.0
dari memasukkan data secara textual dengan Notepad atau Wordpad , ke sistem GUI (Graphical
User Interface) dengan menggunakan sistem operasi Window 95 dan selanjutnya WASP
dikembangkan dan dapat di operasikan pada Window 98 , Wimdow XP , Window 7. dan yang
terakhir dari adalah WASP version 7.5 yang dapat di operasikan pada Window 8.1 . Selanjutnya
pada bab bab berikut akan menjelaskan, modul modul computer interfaace , transnport hidrolika ,
Eutrofikasi , Toxic yang akan dijelaskan secara rinci .

Salah satu tujuan dari US-EPA (United States Environmental Protection Agency ) untuk
mengembangkan Model WASP adalah sebagai peralatan untuk melakukan analisa TDMLs (
Total Daily Maximum Loads ) pada badan air sungai . Menurut USEPA yang dimaksud dengan
TDML adalah kemampuan maximum badan air sungai untuk menerima beban BOD yang berasal
limbah cair dengan tanpa mengganggu Dissolved Oxygen pada badan sungai yang bersangkutan
.
TDML ini akhirnya diadopsi oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun
2003 Tentang Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air Pada Sumber Air . Pada
Lampiran III keputusan Menteri Negara Linglingkungan Hidup disebut dengan jelas penggunaan
Model QUAL2E untuk menghitung daya tampung beban pencemaran air pada sumber air Untuk
dapat mengetahui besarnya TDML ini , pengguna model QUAL2E harus mengembangkan
berbagai pilihan input model kedalam program QUAL2E . Namun sejalan dengan perkembangan
sistem operasi yang mana perangkat lunak QUAL2E sudah tidak dapat digunakan , maka saat ini
sebaiknnya digunakan model WASP versi 7.5 untuk menganalisa TMDL yang mana WASP
mempunyai banyak pilihan dari mode sederhana (BOD – DO ) sampai mode yang komplek (
advance Eutrofikasi , Organik Toxix ) tegantung tujuan dan data yang ters edia .

4
Selain mengebangkan model kualitas air tersebut , USEPA juga mengembangkkan perangkat
lunak model kualitas air QUAL2K , sebagai pengganti QUAL2E . Tidak seperti QUAL2E , QUAL2K
adalah perangkat lunak yang dikembangkan dalam lingkungan macro dan module perangkat lunak
Visual Basi yang diterpkan pada perangkat lunak Excell . Dengan demikian QUAL2K sangat
praktis namun sangat disayangkan fungsi waktu dibatasi hanya untuk zona waktu USA , sehingga
kurang cocok digunakan di Indonesia , Model yang lain adalah AQUATOX , namun memerlukan
parameter lingkungan ekologi yang rumit .

1.5 Keterkaitan Antara Kualitas Air Target Dengan Sumber Polusi

Dengan melakukan monitoring kualitas badan air sungai secara teratur dan berkelanjutan akan
membantu menentukan stressor pencemar yang menyebabkan penurunan kualitas air dibadan air
sungai. Setelah diketahui stressor penyebab penurunan kualitas, langkah berikutnya adalah
mencari keterkaitan hubungan antara off stream dan in stream. Bentuk hubungan off stream dan ii n
sream adalah dengan melakukan analisa besarnya TMDL.

Salah satu kepentingan dari penghitungan TMDL adalah menentukan hubungan antara beban
nutrient yang diperkirakan sebagai stressor dengan target numeris kualitas air yang akan dicapai.
Hubungan antara target numeris water quality dan sumber polusi dilakukan ditetapkan secara
bijaksana dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak kualitas air Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penetapan hubungan antara kualitas air target dan sumber polusi ad alah:

- Memilih metode yang tepat disesuaikan dengan mempertimbangkan sifat alamiah dari
indikator yang dipilih, hydrology dan hydrolika badan air secara temporer dan spatial
- Menggunakan data relevant yang tersedia, idealnya TMDL dikembangkan dalam rangka
respon berbagai variasi debit terhadap scenario debit limbah cair
- Dimulai dengan kontituent nutrient dan dalam keadaan steady

Dengan menggunakan model kualitas air akan diperoleh suatu suatu hubungan antara sumber
polusi dengan kualitas air di badan air sungai.

5
1.6 Target Numeris Kualitas Air
TMDL harus mempunyai target numeris tertentu. Angka target yang dicapai dapat berdasarkan
pearturan pemerintah pusat atau propinsi. Untuk mencapai target diperlukan tahap tahap. Target
numeris berdasarkan Peraturan Pemerintah Republic Indonesia No 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran secara ringkas untuk parameter tertentu
disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP 82/2001)


Kelas Keterangan
Parameter Satuan I II III IV
BOD Mg/l 2 3 6 12
DO Mg/l 6 4 3 0
Total Fospat Sebagai P Mg/l 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N Mg/l 10 10 20 20 Untuk
NH3 – N Mg/l 0,5 - - - perikanan <
Nitrit sebagai N Mg/l 0,06 0,06 0,06 - 0,02 mg/l NH3

5.5 Pendekatan TMDL (Total Maximum Daily Loads)


TMDL (Total Maximum Daily Loads) adalah kemampuan badan sungai untuk menerima beban
pencemaran dengan tanpa merusak kualitas air yang telah ditetapkan dalm SK Menteri Negara
Lingkungan Hidup No 110 Tahun 2003 disebut sebagai daya tampung beban pencemaran limbah
cair.Untuk melaksanakan penghitungan TMDL, tahapan tahapan yang harus dilakukan untuk
melaksankan pekerjaan adalah sbb:

A.Phase Perencanaan
Tahapan perencanaan program TMDL meliputi aspek aspek sbb:
- Identifikasi issue issue yang berhubungan dengan TMDL
- Klarifikasi data yang diperlukan untuk mendukung pemantapan program TMDL digunakan
membuat daftar prioritas sub DAS yang krirtis
- Penyiapan strategi rencana pengumpulan data untuk memenuhi gaps dan overlaps

6
B.Phase Pengumpulan Data
Pekerjaan pengumpulan data untu program TMDL meliputi hal hal sebagai berikut
- Melakukan survey lapangan untuk mendukung penetapan TMDL
- Mengumpulkan data data pendukung dari lembaga yang lain sebagai misal data tataguna
lahan, penutupan lahan dan lain lainya
- Identifikasi kelembagaan / stake holder yang terkait

C. Phase Assesment Data Penetapan TMDL


Tahapan tahapan pekerjaan ini adalah
- Penerapan dan pengembangan model atau alat analisa yang lain untuk menetapakan
kapasitas beban, siklus penetapan beban dapat dilihat pada gambar terlampir
- Penentuan besarnya TMDL yang terdiri dari komponent point source, non point source dan
dan margin safety
- Pemutakhiran data data untuk melakukan penetapan TMDL yang baru bila ada effluent
pencemar yang baru

D.Phase Rencana DAS (Daerah Aliran Sungai) dan Strategi Pengembangan TMDL
Pekerjaan ini terdiri dari tahapan tahapan sebagai berikut:
- Pengembangan dan dokumentasi draft strategy implementasi TMDL
- Mengkompilasi pemutakhiran daftar pencemar dan strategi implementasi TMDL dalam
DAS.
- Merevisi daftar satake holder badan air sungai dan public partisipasi

E.Phase Implementasi
Tahapan implementasi dipilah menjadi
- Melakukan penyampain pesan pada khalayak umum (public outreach) hal hal yang
berhubungan dengan pengelolaan DAS khusunya yang berkaitan dengan TMDL
- Target program sumber daya yang meliputi: perijinan; penegakan hukum d an peraturan;
bantauan pembiayaan; bantuan teknis; dan pencegahan polusi semua hal tersebut dalam
kerangka penerapan program TMDL.
- Monitoring dan evaluasi progress pekerjaan

Langkah langkah dalam pekerjaan penentuan TMDL dapat di gambarkan dalam gambar sebagai
berikut:

7
Identifikasi Masalah

Pengembangan dan Penetapan Target


Numeris
Pilih Indikator
Identifikasi Nilai Target
Bandingkan Nilai Existing & Target

Penilaian Sumber Polusi


Identifikasi Sumber Polusi
Prakiraan Beban Sumber
Polusi

Kaitan Target & Sumber


Menilai Keterkaitan
Prakiraan Total Kapasitas Beban

Alokasi Beban
Pembagian Beban antar Sumber
Polusi

Pengembangan Monitoring dan


Review Rencana & Jadwal

Pengembangan Penerapan
Rencana

Gambar 1.1 Langkah Langkah Penentuan TMDL

Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban

8
Pencemaran Air Pada Sumber Air . Dalam surat keputusan tersebut disebutkan QUAL2E sebagai
salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung daya tampung beban pencemaran
limbah cair terhadap sumber daya air , namum tidak menutup pedekatan yang lain. Tetapi model
QUAL2E sudah tidak dapat digunakan lagi maka digunakan model kualitas air WA SP .

Model kualitas air WASP adalah perangkat lunak yang bersifat freeware dan bebas membayar
lisensi dan telah digunakan oleh USEPA (United States Environmental Protection Agency) untuk
menghitung besarnya beban pencemaran limbah cair di berbagai sungai di AS, selain digunakan di
AS perangkat lunak ini telah digunakan di Tiongkok , India , Malaysia, Korea Selatan, Brazilia dll.
Selajutnya menurut USEPA. TMDL dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

TMDL = WLA + WLS + MOS


Yang mana:
TMDL : Total maximum daily Loads (Kg/hari)
WLA : Beban pencemaran titik (point source) (Kg / hari)
WLS : Beban pencemaran non titik (non point source) (Kg/hari)
MOS : Margin of safety / Angka Keamanan (Kg/hari)

Beban pencemaran titik dapat berasal dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri ), IPAL
limbah domestik Kota, drainase kota, dll. Dan beban pencemaran non titik berasal dari aliran
limpasan permukaan (run off), aliran rembesan air tanah dan back ground. Besarnya beban
pencemaran dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

WLA = Konsentrasi Zat Pencemar (mg/l) X Debit Limbah (m3/dt) X 86.4


WLS = Konsentrasi Zat Pencemar (mg/l) X Debit Limbah (m3/dt) X 86.4

Besarnya margin of safety / faktor keamanan biasanya diambil angka 10 % dari beban total.

Pekerjaan manajemen kualitas air adalah pekerjaan yang komplek banyak muatan kepentingan
yang berbeda antar stakeholder yang akhirnya menimbulkan konflik dari berbagai stakeholder.
Diperlukan suatu alat bantu untuk melakukan pekerjaan manajemen kualitas air, alat bantu
tersebut adalah Model Kualitas Air.

9
Model kualitas air adalah suatu penyederhanaan dan idealisasi dari suatu mekanisme badan air
yang rumit dimana fenomena kimia, fisika, biokimia dan mekanisme proses transport air sebagai
media pembawa dan pelarut yang terjadi secara simultan .

Sejalan dengan kemajuan teknologi hardware dan software komputer pada saat kini tersedia
berbagai software komputer dari yang berharga ratusan juta rupiah sampai yang bersifat public
domain. Setiap software model kualitas mempunyai keunggulan dan kelemahan .

Dengan terbatasnya data yang berkaitan dengan hidrolika dan hidrologi sungai di Krueng Aceh,
pemodelan kualitas air dilakukan dalam keadaan steady. Dengan asumsi debit sungai konstan dan
aliran limbah cair dalam keadaan konstan dalam aspek debit dan konsentras i konstituent. Langkah
langkah penting yang dilakukan dalam pemodelan kualitas air dengan me nggunakan perangkat
lunak WASP adalah:

1) Pengumpulan peta topogafi atau dalam bentuk GIS skala 1:25.000 atau 1: 50.000
2) Pengumpulan data debit sungai
3) Pengumpulan data hidrolika sungai
4) Pengumpulan data cross section (penampang melintang) sungai
5) Pengumpulan data long section ( penampang memanjang) sungai
6) Pengumpolan data kualitas air sungai
7) Pengumpulan / Identfikasi lokasi sumber pencemar
8) Pengumpulan / Identifikasi debit limbah cair & kualitas limbah cair
9 ) Pengumpulan data klimatologi

10
Asesmen Awal
Evaluasi Studi Area
Compilasi dan Revisi Existing Data
Analisa Awal
Pemilihan Kerangka Model

Survey Specifik Aliran Ruas Sungai


Kajian Hydrologi
Survey Geometri Hydrolika
Kajian Jarak Tempuh
Sampling Badan Air sungai & Limbah Cair

Kalibrasi Model
Pengaturan Koefisien Model
Analisa Komponen
Perbandingan Kuantifikasi Hasil Model dan Data

Validasi Model
Pengaturan Koefisien Model
Analisa Sensivitas Model
Pengecekan Ketelitian Model

Aplikasi Model & TMDL


Pengembangan Scenario
Alokasi Beban Limbah
Margin Keamanan
Analisa Ketidaktentuan

Gambar 1.2 Langkah Langkah Penggunaan Model Kualitas Air

11
1.7 Kalibrasi Model WASP
Kalibrasi adalah langkah untuk mengatur nilai konstanta parameter dalam model dengan tujuan
agar hasil runing model sesuai dengan kondisi kualitas air di badan sungai atau paling tidak
mempunyai kecenderungan yang sama dengan kondisi di lapangan. Kalibrasi biasanya dilakukan
pada kondisi debit rendah maupun debit tinggi . Kadang kadang ada sebutan validasi , kalibrasi
dan validasi adalah sama dengan arti lain validasi adalah kalibrasi pada waktu yang lain.
Dengan telah dilakukannya kalibrasi. model telah dapat digunakan untuk melak ukan
pengembangan berbagai variasi scenario simulasi. Kalibrasi dilakukan pada berbagai aspek yaitu
aspek hidrolika sungai dan aspek nilai konstanta biologi dan kimia model.

12
Bab II
Antarmuka Komputer Program WASP

2.1 Intalasi Perangkat Lunak

WASP adalah program yang bersifat Public Domain yang di terbitkan oleh US - EPA (Unted States
Environmental Protection) , Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat , WASP dapat dijalankan
dengan menggunakan sytem operasi Windows XP , windows 7 dan Windows 8 . Cara instalasi WASP
mudah tinggal klik ikon WASP Exe kemudian kita menuruti instruksi dari tatacara instalasi perangkat
lunak .

2.2 Menu WASP

Apabila dialkukan klix pada ikon gambar Tawon WASP seperti gambar diabwah ini

Gambar 2.1 Menu WASP

13
2.3 Menu Toolbar

Pada model WASP yang telah terinstall akan didapat icon toolbar seperti dibawah ini , pengguna model
dapat melakukan klk dengan mouse kanan untuk memperoleh sub menu , atau juga untuk memperoleh
sub menu dapat dilakukakan dengan melakukan klik dengan mouse kanan p ada menu File , Project , Pre-
processor , Model , Post – processor , kemudian arahkan kursor sorot pada sub menu yang dikendaki .

Sebagai misal bila ingin melakukan pembukaan menu Dataset , dapat melakukan klik langsung dengan

mouse kanan pada ikon atau dapat dilakukan dengan melakukan klik mouse kanan pada menu Pre -
processor kemudain arahkan kursor sorot pada sub menu Dataset dan klik kanan dengan mouse kanan .

Arti ikon toolbar dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar ikon toolbar ini digunakan untuk membuat file yang baru

Gambar ikon toolbar ini digunakan untuk menbuka file yang sudah ada

Gambar ikon toolbar ini digunakan untuk melakukan penyimpanan file , ntuk Save As hanya
Menu File

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk melakukakn running model bila data sudah lengkap

Gambar ikon toolbar ini akan muncul saat running model dan digunakan untuk menghentikan
prosess running model

Gambar ikon toolbar ini dapat difungsikan untuk mengatur sub menu Dataset

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk memunculkan sub menu Print Interval

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk memunculkan sub Menu Segment

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk memunculkan subMenu


System .

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Parameter Data

14
Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Constants

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Loads

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Time function

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Flows

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Disprsiom Data Entry

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Boundary Condition

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Import Network

Gambar ikon toolbar ini berfungsi untuk menampilkan sub menu Post Post Processor

2.4 Menu File

WASP pada mulanya dioperasikan dalam sytem operasi DOS dimulai dari WASP version 1 sampai dengan
WASP version 5 , Kemudian USEPA mengembangkan WASP yang dapat dipoerasikan dibawah sytem
operasi Windows 98 sejak WASP version 6.1 . dengan perubahan metode operasi model WASP
menyiapkan kemampuan untuk menggunakan fill file lama dengan akhiran INP , yang man file tersebut
dalam format ASCII yang dapat dibaca oleh kebanyakan Word Processsor . Sekarang fili input WASP
dalam format binary dan file input model WASP sekarang adalah dengan akhiran WIF , WASP input file
.WASP mempuyai menu Project File Format yang dapat mendukung pengunaan file format lain yang
berhubungan dengan WASP

2.4.1 New

Pilihan sub menu ini akan menghilangkan atau menghapus file yang sedang diitampilan model , digunakan
bila akan memulai pekerjaan yang sama sekali baru .

15
2.4.2 Open

Plihan sub menu ini akan membuka file yang pernah dibuat sebelumnya dengan tujuan akan dilanjutkan
lagi , atau akan I edit atau kalau datanya sudah lengkap akan di jalankan .

2.4.3 Save

Pilihan sub menu ini akan menyimpan data yang sudah di edit atau bila akan pindah ke sub menu lain
sebaiknya dilakukan penyimpanan

2.4.4 Save As

Apabila mau merubah nama file input , harus menggunakan sub mnu Save As , hal ini diperlulan apabila
dilakukan mencob merubah parameter dengan tdidak menghilangkan nilai parameter yang lama .

2.4.5 Import

WASP menyediakan faslitas import data , yang mana data dalam bentuk format yang lama , ada dua jenis
file yag dapat di import yaitu :

a) Single file format yang mana semua data dalam bentuk file tunggal ASCII file dan nama akhiran
file adalah *.INP
b) Control file format yang mana data di import dari himpunan file melalaui control file , hal ini
memerlukan file dengan nama akhiran *.WNF

2.4.6 Export

WASP menyediakan fasilitas export , yang mana ada dua jenis data yaitu :

a) Single file format yang mana semua data dalam bentuk file tunggal ASCII file dan nama akhiran
file adalah *.INP
b) Control file format yang mana data di import dari himpunan file melalaui control file , hal ini
memerlukan file dengan nama akhiran *.WNF

2.4.7 Execute Queries


Digunakan untuk mengolah data time series yang akan di kirim ke ex ternal data

16
2.4.8 Set Database Folder

Digunakan untuk menghubungkan penyimpanan informasi database

2.4.9 User Preferences

Digunakan oleh pengguna model umtuk mengatur tampilan menu dan sub menu tollbar

2.4.10 Exit WASP

Digunakan untuk keluar dari WASP

2.5 Project File

Digunakan untuk mendukung WASP dengan menggunakan file yang lain , file yang dapat digunakan untuk
mendukung WASP dengan ditambahkan pada project menu diantaranya adalah :

a) *.BMD adalah suatu file WASP/EFDC/EPD-RIV1 output file


b) *.DB adalah suatu file database yang berisi data observasi
c) *.SHP adalah suatu file GIS file (ARCH Info / Map Info dll)
d) *.CLF adalah siatu file curva layout yang dibuat di MOVEM
e) *.SLF adalah file spatial lay out yang dbuat dalam MOVEM

Apabila menu sub pre – post processor dii jalankan secara otomatis file yang berhunungnan dengan WIF
yang dalam bentuk BMD , DB , SHP , CLF dan SLF akan dibaca .

2.5.1 Open Project

Digunakan untuk membuka file di project file

2.5.2 Edit Project

Digunakan untuk mengedit file di project file

2.6 Pre-processor
Dalam menu Pre-processor terdapat berbagai sub menu sub menu sebagai persiapan untu isian data
yang diperlukan oleh WASP , berikut dibawah ini adalah sub menu WASP .

17
2.6.1 Parameters
Ditampilkan dengan melakukan klik mouse kanan pada menu Pre – prosesor , kemudian kursor sorot

diarahan pada sub menu Dataset , atau melakukan klik mouse kanan pada ikon toolbar
Dengan melakukan hal tersebut akan diperoleh gambar sebagai berikut :

Gambar 2.2 Sub Menu Parameter

Pada sub menu Parameter hal yang perlu diisi adalah meliputi

18
2.6.1.1 Description

Berisi mengenai deskripsi dari file secara ringkas

2.6.1.2 Model Type

Merupakan pilihan model WASP yang harus dipilih disediakan beberapa macam pilihan yaitu :

a) Eutrophication
b) Advance Eutrophication
c) Simple Toxicant
d) Non-Ionizing Toxicant
e) Organic – Toxicant
f) Mercury
g) Heat

2.6.1.3 Parameter Model Type

Parameter yang dapat disimulasikan oleh model WASP dalm masing masing type model dapat disarikan
dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Parameter Modul


Simple Toxicant Non –Ionizing Toxicant

1) Toxicant (ug / l Water , ug/g Sed) 1) Chem 1 (ug/l Water , ug/g Sed)
2) Silt and Fine (mg/l) 2) Chem 2 (ug/l Water , ug/g Sed)
3) Sand (mg/l) 3) Chem 3 (ug/Water , ug/g Sed)
4) Organic Solids (mg/l) 4) Silt and Fine (mg/l)
5) Tracer 1 (mg/l) 5) Sands (mg/l)
6) Tracer 2 (mg/l) 6) Organic Solids (mg/l)

19
Tabel 2.2 Parameter Modul
Mercury Heat

1) Elemental Mercury (mg/l) 1) Temperatur ( c )


2) Divalent Mercury (mg/l) 2) Salinty (ppt)
3) Methyl mercury (mg/l) 3) Bacteria (#/100 ml)
4) Silt and Fine (mg/l) 4) Silt and Fines (mg/l)
5) Sands (mg/l) 5) Sands (mg/l)
6) Organic Matter (mg/l)

20
Tabel 2.3 Parameter Modul
Eutrofikasi Advance Eutrofikasi

1) Amonia (mg/l) 1) Amonia Nitrogen (mg N/l)


2) Nitrate (mg/l) 2) Nitrate Nitrogen (mg N/l)
3) Organic Nitrogen (mg/l) 3) Dissolved Organic Nitrogen (mg N/l)
4) Orthophospate (mg/l0 4) In organic Phospate (mg P/l)
5) Organic Phosporus (mg/l) 5) Dissolved Organic Phosporus (mg P/l)
6) Phytoplankton (mg/l) 6) In organic silica (mg Si/l)
7) Dissolved Oxygen (mg/l) 7) Dissolved Organic Silica (mg Si/l)
8) CBOD1 (mg/l) 8) CBOD1 ultimate (mg O2/l)
9) CBOD2 (mg/l) 9) CBOD2 Ultimate (mg O2/l)
10) CBOD3 (mg/l) 10) CBOD3 Ultimate (mg O2/l)
11) Detrital Carbon (mg/l) 11) Dissolved Oxygen (mg /l)
12) Detrital Nitrogen (mg/l) 12) Detrital Carbon (mg C/l)
13) Detrital Phosporus (mg/l) 13) Detrital Nitrogen (mg N/l)
14) Solids (mg/l) 14) Detrital Phosporus (mg P/l)
15) Salinity (ppt) 15) Detrital Silica (mg Si/l)
16) Total Detritus (mg DW /l)
17) Salinity (PSU) / TDS (mg/l)
18) Benthic Algae (g DW /m2)
19) Peryphyton Cell Quota Nitrogen (mg N / g DW)
20) Peryphyton Cell Quaota Phosporus (mg P / g DW)
21) Inorganic Solid 1 (mg DW/l)
22) Inorganic Solid 2 (mg DW/l)
23) Inorganic Solid 3 (mg DW/l)
24) Phytoplankton 1 (ug Chla/l)
25) Phytoplankton 2 (ug Clha/l)
26) Phytopllankton 3 (ug Chal/l)
27) pH
28) Alkalinity (CaCO3) (mg/l)

21
2.6.1.4 Comments

Digunakan oleh pengguna Model untuk membuat deskrips yang lebih jelas dari model , atau untuk mecatat
hal hal yang penting dari model

2.6.1.5 Start Date , Start Time , End Date , End Time

Menyangkut bulan , dan tanggal , tahun dimulainya model , ditulis dalam format bulan / tanggal/tahun ,
dan jam dimulainya model dilaksanakan . Dan berhubungan diakhirinya model yang ditulis dalam format
bulan / tanggal / tahun . dan jam diakhirinya model . Apabila model mengambil waktu yang pendek atau
steady state setidak tidaknya antara start date dan end date diberi waktu minimum 3 hari , sebagai misal
dimulai dari Start date 6/30/2013 dan end date 7/2/2013 . Apabila penulisan Start date dan En date salah
, ikon toolbar yang lain menjadi pasif atau tidak aktif .

2.6.1.6 Skip Ahead to date , Skip Ahead Time

Ini adalah hal yang baru dalam WASP , erutama untuk data series yang panjang , dengan mengisi skp
aheda to date dapat menentukan waktu yang dilompati dan dengan mengisi Skip ahead time dapat
melopat jam yang ditentukan .

2.6.1.7 Non Point Source

Non Point Source adalah sumber polusi yang bersifat difusi , dalam WASP file Non Point Source harius
disiapkan secara terpisah .

2.6.1.8 Hydrodynamics

Pada model WASP tersedia tiga pilihan aliran permukaan , yang pertama dari dua pilihan berhungan
dengan cara bagaiman WASP akan menghitung pertukran kesetimbangan masa antara dua segment
yang bersambungan dengan aliran dalam dua arah yang melintas permukaan segment , tiga pilihan yang
tersedia dalam aliran permukaan adalah :

a) Gross Flows , dengan pilihan ini WASP akan menghitung jaringan tranport yang melintas antar
muka segment yang berlawanan dengan aliran . WASP akan membuat jaringan aliran dan
memindahkan masa dari segment yang aliran lebih tinggi . apabla aliran yang berlawanan sama
tidak ada aliran masa .

22
b) Net Flows berhubungan dengan masa dan air bergerak dengan tanpa mempertimbangkan
jaringan
c) Kinematic wave untuk 1 dimensional , sungai atau aliran yang bercabang . routing aliran
kinematic wave adalah pilihan yang realistic untuk mengendalikan tranpor advective .Kinematic
wave menghitung penguatan gelombang aliran dan menghasilkan variasi debit aliran , kecepatan
, dan kedalaman aliran pada jaringan .
d) Hydrodynamic Linkage simualsi yang realistic bersifat transport yang tidak tunak (Un Steady) di
sungai , danau , bendungan dan muara sungai . dapat di lakukan dengan bantuan hubungan
WASP dengan simulasi hydrodynamic yang kompatible . File external yang dapat dihubungkan
dengan akhiran *.hyd

2.6.1.9 Solution Technique

Pengguna model dapat memilih dari tiga pilihan untuk digunakan seabagai teknik solusi selama proses
simulasi dijalankan , tiga pilihan itu adalah :

a) Euler , secara tradisi telah digunakan WASP psejak awal .


b) Cosmic Flux Limiting , teknik penyelesaian secara khusus digunakan bila WASP dihubungkan
dengan model multi-dimensi hydrodynamic sebagai misal EFDC
c) Runge – kutta - 4 langkah untuk simulasi diurnal

2.6.1.10 Restart Option

Digunakan apabila pengguna ingin menggunakan file sebagai final dan tidak dirubah rubah lagi

2.6.1.11 Bed Volume

Pennguna model dapat memilh dengan ilhan Bed Volume yang static atau Dynamic

2.6.1.12 Time Step Definition

a) Fraction of Max Time Step

b) Maximum Time Step

23
c) Minimum Time Step

2.6.1.13 Solution Option

Pengguna dapat memampukan apakah nilai simulas dapat bernilai negatif

2.6.2 System Data

Untuk dapat menampilkan Sub menu system , pengguna dapat melakukan dengan menggunakan mouse
lalu lakukan klik kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan
pada sub menu Systems , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik

kanan pada ikon toolbar : . Selnjutnya kan muncul sub menu sebagai berikut :

Gambar 2.3 System Data

Sub menu Systen Data memperbolehkan pengguna model untuk melakukan pilihan , tidak
semua konstituent di simulasikan tergantung pada ketersediaan data .

2.6.2.1 System

System menampilkan jenis jenis konstituent yang akan disimulasikan , tampilan jenis konstituent
tergantung pada pilihan model type (Eutropication , Advance Eutrophication , Simple Toxicant , Non-
Ionizing Toxicant , Organic Toxicant , Mercury , Heat ) pada sub Menu Parameters , Setiap jenis type
model mempunyai konstiuent yang berbeda .

24
2.6.2.2 Option

Pada Option disediakan juga pilihan dalam bentuk combo box yaitu :

a) Simulated ini dipilih bila pengguna model ingn model WASP menghitung semua persamaan yang
berhubungan dengan variabel yang bersangkutan , ini adalah pilihan yang paling umum
b) Constant pilihan yang dpilih bila pengguna model tidak menginginkan persamaan yang
berhubungan dengan variabel melakukan perhitungan , variabel di pegang sebagai variabel tetap ,
sebagai misal bila ingin mensimulasikan pengaruh Alga pada Dissolved Oxygen dengan tanpa
mensimulasikan Alga
c) Bypass menandakan bahwa pengguna model tidak ingin untuk menghitung variabel

2.6.2.3 Particulate Transport Field

Terdapat tiga pilihan yaitu Solid 1 , Solid 2 dan Solid 3

2.6.2.4 Mass Balance

Perhitungan dilakukan dengan prinsip kesetimbangan masa .

2.6.2.5 Dispersion By Pass

Dipengaruhi oleh Dispersi

2.6.2.6 Flow By Pass

Dipengaruhi oleh aliran

2.6.2.7 Density

Berat jenis dari setiap konstituent yang ditetapkan dalam (g/cm3)

2.6.2.8 Maximum Concentration

Kolom maximum konsentrasi membolehkan pengguna model menetapkan maximum konsentrasi (mg/l)
pada konstituen yang bersangkutan

25
2.6.2.9 Boundary / Loads Scale dan Conversion factor

Skala boundary (syarat batas) dan factor konversi bersifat specifik untuk setiap individu . Factor konversi
dapat digunakan untuk mengkonversi syarat batas .

2.6.3 Segments

Sub Menu segments adalah sub menu yang paling penting untuk di bangun terlebih dahulu , Sub Menu
dapat diaktifkan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik kanan dengan mouse pada menu Pre -
processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu Segments , atau dapat ditampilkan dengan

langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon toolbar :

Selanjutnya akan tampil sub menu Segment seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.4 Sub Menu Segments

Sub nenu Segments teridi dari sub sub menu Segments , Parameter , Initial concentration dan Fraction
Dissolved

26
2.6.3.1 Segments

1.Insert/Deleting Segment

Apabila sub menu Parameter telah diisi terutama Start Date dan end date telah diisi secara benar diisi
minimum 3 hari) , maka sub menu segment akan aktif . Dengan demikian sub menu segment siap diisi ,
untuk menambah segment gunakan dan arahkan mouse pada button +Insert kemudian klik mouse kanan
, model WASP secara otomatis akan menambah segment dengan nama Segment WASP No dan
seterusnya , bila ingin menghapus arahkan kursor soro t pada bagian segment yang ingini dihapus ,
kemudian arahkan mouse pada button -Delete dan klik mouse kanan

2. Description

Dengan telah ditambahkan secara otomatis segment WASP , langkah selanjutnya adalah melakukan
editing deskripsi segment menjadi nama lokal , agar lebih familiar

3.Volume

Data volume sgment muutlak diperlukan , volume segment dihitung dengan satuamn m 3 (meter kubik) ,
Untuk menghitung volume segment dapat dillakukan secara manual ataupun dengan menggunakan
perangkat lunak sebagai misal HEC-RAS . Pendekatan paling dasar untuk perhitungan volume adalah
mengangap segment sebagai kotak dan volume segment adalah panjang (m) X lebar (m) X kedalaman
(m) . Pendekatan ini digunakan dalan contoh contoh dari sudy kasus USEPA .

4.Velocity Multiplier / Exponent

Dihitung dengan persamaan regresi hubungan antara Debit dan kecepatan , yang mana V = a Q b ,
yang mana V adalah kecepatan air , Q adalah debit sungai , dan a adalah velocity mulitiplier , dan b
adalah velocity exponent . Kecepatan air dapat ditetapkan konstant dengan hanya mengisi velocity
multplier , dan depth multiplier , sedangkan Velocity exponent dan Depth exponent diisi 0 . Ap abila
pengguna model menginginkan velocity dan depth bervariasi sebagai fungsi debit maka kedua duanya
harus diisi .

5. Depth Multiplier / Exponent

Dihitung dengan persamaan regresi hubungan antara debit dan kedalaman , yang mana D = a Q b ,
yang mana D adalah kedalaman air , Q adalah debit sungai , dan a adalah depth mulitiplier , dan b
adalah dept h exponent . Kedalaman air dapat ditetapkan konstant dengan hanya mengisi depth multplier

27
, dan velocity multiplier sedangakan Depth exponent dan Velocity exponent diisi 0 . Apabila pengguna
model menginginkan velocity dan depth bervariasi sebagai fungsi debit maka kedua duanya harus di beri
nilai .

6.Segment type

Model WASP mendukung 4 type segment dan pengguna WASP harus menetapkan jenis segment , 4 type
jenis segment tersebut adalah :

a) Surface Water Segment , adalah segmentyang berhubungan dengan atmosfer , hanya Surafce
Water Segment yang mempunyai kemampuan rearasi
b) Sub- surface water Segment , adalah segment yang tidak berhubungan dengan atmosphre
c) Surface Benthic Segment permukaan dari segment Benthic
d) Sub-surface Benthic segment semua Bentihic Segment yang berada di bawah surface Benthic
segment

7.Bottom Segment

Bottom Segment didefinisikan sebagai segment yang berada dibawah segment yang telah ditetapkan ,
apabila segment tidak mempunyai yang berada dibawahnya , Bottom Segment harus di atur nol atau none
. Bootom segment didefinisikan sehubungan dengan jalannya penembusan cahaya . Bottom segment
tidak dimasukkan kedalam perhitungan transport .

8.Length

Yang dimaksud dengan panjang segment adalah jarak antara muka hulu dan muka hilir suatu segment
dalam satuan m , panjang segment digunakan dalam perhitungan aliran kinematic wave ,apabila
pengguna model tidak menspecifikasikan volume , tetapi menspesifikasikan : panjang , lebar , dan dalam ,
volume akan dihitung pada saat model dijalankan .

9.Width

Lebar adalah specifikasi rata rata lebar segment , sepanjang segment yang bersangkutan , Lebar
segment digunakan dan diatur kembali . perhitungan aliran kinematic wave .

28
10.Minimum Depth

Kedalaman air minimum ditetapkan pada segment sebelum perhitungan transport dimulai , nilai
kedalaman minimum ditetapkan untuk menjaga dari kekeringan

11. Slope

Ini adalah selisih tingi dasr dan hilir segment

12 . Botom Rhougness

Kekasaran dasar segment sama dengan koefisient manning .

2.6.3.2 Parameters

Parameter Segment berbeda dengan berbagai type parameter WASP yan lain , Informasi segment
parameter ini berinteraksi langsung dengan layar Pamarameter Scale Factor . Pengguna model hanya
memberi nilai pada parameter yang disimulasikan .

Beberapa Segment Parameter secara langsung ditetapkan sebagai informasi spesifik segment sebagai
misal SOD (Sediment Oxygen Demand) , lainnya sebagai Environmental Time function . seb agai misal
umtuk temperatur . Penentuan Environmental Time Function membolehkan pengguna mod el
mendefinisikan secara spatial dan temporal sebagai misal temperature , kecepatan air , bacteri dan pH .

Parameter terdiri dari hal hal sebagai berikut

1. Segment Scale factor for Wind

2.Wind speed time function to use for Segment (1 or 2)

3.Water Velocity function for Segment (1 -4) for segment

4. Temperatur of Segment (Degree C or multiplier)

5.Temperatur Time Function for Segment Temperatur (1-4)

6.Light Extinction for Segment

7. Light Extinction Function Time Function to usefor Segment

8. BOD(1) Decay Rate Scale Factor

29
9. BOD(2) Decay Rate Scale Factor

10. BOD(3) Decay Rate Scale Factor

11.Benthic Amonia Flux (mg/m2/day)

12.Benthic Phospat Flux (mg/m2/day)

13.Sediment Oxygen Demand (g/m2/day)

14.Sediment Oxygen Demand Temperatur Correction Factor)

15.Measured Segment Rearation Rate

16. Zooplankton Population

17.Fraction Light Intercept By Canopy

18.Tsivigolo Escape Coeffisient

19. Dam Elevation (m)

20.Dam Pool WQ Coeffisient

21.Dam type Coeffisient

2.6.3.3 Initial Concentration

Disebabkan model WASP adalah bersifat dynamis , maka pennguna harus memberi nilai setiap variabel
pada awal simulasi .Nilai awal adalah konsentrasi dari masing masing variabel . Hasil dari volume dan
koncentrasi pada setiap segment adalah masa masing masing konstituen pada setiap segment .

Pada kajian aliran tunak (steady flow) yang mana debit dan beban di tetapkan secara konstant atau tdidak berubah
dan tanggap konsentrasi steday state diharapkan , pengguna seyogyanya menentukan konsentrasi awal yang
mendekati final konsentrasi yang diharapkan . Unuk simulasi dyamis yang mana konsentrasi tidak tunak (transient)
diharapkan . Konsentrasi initial atau awal adalah konsentrasi yang merefleksikan hasil awal simulasi.

2.6.3.4 Fraction Dissolved

Sebagai tambahan dalam konsentrasi kimia , Fraksi terlarut dalam konsentrasi awal harus ditentukan pada
setiap segment .Untuk tracer fracsi dissolved adalah 1.00 . Untuk tracer , dissolved Oxygen , eutrophikasi ,

30
dan anggkutan sediment Fraksi terlarut adalah tetap sepanjang simulasi . Untuk kontaminant fraction
dissolved sebaiknya dihitung kembali berdasarkan pennguna menspesifikasi hubungan partisi
kontaminant .

2.6.4 Parameters Data

Sub menu Parameter data dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik
kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Parameters , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan p ada ikon

toolbar : dan selanjutnya akan tampil sub menu :

Gambar 2.5 Sub Menu Parameter Data

Layar sub menu ini akan mendefinisikan parameter mana yang akan diperhatikan dalam simulasi dan
sekaligus menentukan nilai factor skala , dalam keadaan default factor skala adalah 1.0 .Sebelum Segment
Environmental dipertimbangkan oleh pengguna model WASP , kotak dalam sub menu harus di chek

31
dengan klik mouse button kanan , dengan tidak melakukan chek pada kotak parameter tidak akan
disimulasikan tetapi data parameter tetap ada . Setelah Chek dilakukakn , klik button OK dan Save .

Sebagai contoh penggunaan chek sebagai misal bila ingin mengetahui pengaruh SOD , pertama silahkan
chek kotak lalu jalankan simulasi , setelah itu silahkan dicoba tidak melakukan chek pada kotak dan
selanjutnya lakukan simulasi dari sini akan dilihat pengaruh SOD . Pengguna model dapat juga melihat
pengaruh SOD dengan menggandakan Scale Factor menjadi 2 .00

2.6.5 Constans Data

Sub menu Constants Data dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik
kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Constants , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon

toolbar : dan akan tampil sub menu Constans Data yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut
:

Gambar 2.6 Sub Menu Constants Data

32
Sub menu Contans Data merupakan group yang memuat informasi contantan dan niali kinetik dari
konstiuten kualitas air . Merupakan nilai global yang berlaku dari seluruh segment dalam simulasi
.Pengguna model harus memilih Combo Box Constant Gouup .untuk memilih dan mengisi nilai kinematic .
Setelah constants group dipilih , pengguna model dapat mengisi nilai contant dan kinematic .Dan kotak
harus di chek bila tidak niali contant tidak akan dibaca model saat running .

Isi dari Constants akan berubah tergantung pada model type yang dipilih pada Sub menu Parameter ,
berikut ini tabel yang menunjukkan masing masing isi constant group :

Tabel 2.4 Constant Group


Eutrofikasi Advance Eutrofikasi Simple Toxicant

Global Constant Parameter Global Solids


Amonia In Organic Nutrient Kinetic Toxicant
Nitrate In Organic Nutrient Partitioning
Organic Nitrogen Organic Nutrient
OrthoPhospate CBOD
Organic Phosporus Dissolved Oxygen
Phytoplankton Light
Light Solids
Dissolved Oxygen Bentic Algae
CBOD 1(Ultimate) Phytoplanton 1
CBOD2 (Ultimate) Phytoplankton 2
CBOD3 (Ultimate) Phytoplankton 3
Detritus Sediment Oxygen Demand

33
Tabel 2.5 Constant Group
Non Ionizing Toxicant Organic Toxicant Mercury Heat

Globals Globals Global Global Constant


Solids Solids Solids Thermal
Sorption Ionization Elemental Mercury Bacteria
Volatilization Sorption Divalent Mercury Solids
Volatilization Methyl Mecury
Hydrolisis
Photolysis Hydrolisis
Biodegradation Photolysis
Oxidation Biodegradation
Reduction Oxidation
Reduction

2.6.6 Exchanges

Sub Menu Exchange dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik kanan
dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pad a sub menu
Exchanges , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon

toolbar : dan akan diikuti oleh keluranya Sub Menu Exchange dalam gambar sebagai berikut

34
Gambar 2.7 Sub Menu Exchange

2.6.6.1 Dispersion

Layar input Dispersion adalah komplex , yang mana terdiri dari 4 tabel , dengan prinsip dispersi ,
pengguna model dapat memilih sampai dua medan pertukaran (exchange field) , untuk melakukan
simulasi surface water toxicant dan dispersi solids , pennguna model memilih water column dispersion atau
mengatur nomer medan pertukaran satu (Surface Water) . Untuk melakukan simulasi pertukaran dissolved
toxicant dengan dasar perairan , pengguna model seyogyanya memilih pore water diffusion atau mengatur
nomer medan pertukaran dua (Pore Water)

2.6.6.2 Medan Pertukaran

Sub menu exchange pada bagian kiri atas membolehkan pengguna untuk mendefinisikan dispersi untuk
dua type pertukaran .Untuk menggunakan exchange , pengguna model harus melakukakan chek kotak
kemudian mengisi factor skala dan dan conversi .Apabila kotak exchange tidak di chek maka informasi

35
mengenai exchange tidak dibaca oleh model saat dialakukan running . Ada dua jenis type Exchange
adalah :
a) Surface Water Exchange pertukaran untuk particulate dan dissoolved
b) Pore Water Exchange pertukaran pertukaran hanya untuk dissolved saja .

2.6.6.3 Fungsi Dispersi

Untuk setiap medan pertukaran pennguna model dapat mendefinisikan beberapa fungsi pertukaran
(Exchange) . Setiap fungsi pertukaran mempunyai pasangan segment yang berhubungan dengan fungsi
dispersi . model WASP membolehkan pengguna model memberi nama pada setiap medan pertukaran
.Untuk menambah medan pertukaran lakukan klik dengan mouse pada button Insert . untuk mengurangi
letakkan kursor sorot pada bagain yang diinginkan . dan Klik dengan mouse pada button Delete hal ini
akan menghapus pasangansegmet yang terletak di kiri bawah dan fungsi waktu dispersi pada kanan
bawah .

1.Pasangan Segment

Pasangan segmen di definisikan sebagai antara medan pertukaran terjadi , urutan segment tidak menjadi
masalah , kebenaran konektivitas segment menjadi tanggung jawab pengguna .

2.Luas Penampang Melintang

Penampang melintang adalah spesifik untuk setiap segment , yang menggambarkan area yang dilalui
peristiwa pencampuran .Ini dapat berupa daerah permukaan yang mana terjadi pencampuran secara
vertikal , sebagaimana terjadi di danau atau benthos

3.Karakter Panjang Pencampuran

Panjang atau jarak pencampuran di tentukan untuk setiap koefisient , merefleksikan panjang atau jarak
kharakter seluruh kejadian pencampuran .Yang merupakan panjang antara titik tengah segment yang
berhubungan . suatu single segment boleh jadi mempunyai tiga arah (Longittudinal , lateral dan vertical)
.Untuk segment surficial Benthic (segment permukaan Benthic) yang berhubungan dengan kolom air
Kedalaman lapisan bentihic lebih cocok sebagai jarak pencampuran daripada setengah kedalaman kolom
air .

36
2.6.6.4 Fungsi Dispersi Waktu

Koefisient dispersive pencampuran dapat ditentukan antara segment yang berhubungan atau yang
melintas batas badan air .Koefisient lebih mewakili pore water diffusion di segment Benthic . diifusi vertikal
di danau , dan dispersi lateral dan longitudinal dalam badan air yang besar , nilainya berkisar diantara 1 X
10 -10 m2/detik unttuk molecular diifusion , sampai dengan 5 X 10 2 m2/detik untuk dispersi longitudinal
dalam muara sungai .Nilai dimasukkan sebagai fungsi seri fungsi waktu disipersi dan waktu dalam hari .

2.6.7 Flows

Sub menu Parameter data dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik
kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Flows , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon toolbar :

dan selanjutnya akan ditampilkan gambar sub menu sebagai berikut :

Gambar 2.8 Sub Menu Flows

37
Sub menu Flows sama halnya dengan sub menu exchange , yang membedakan sub menu Flows adalah
mempunyai 6 transpor proses yang dapat dipilih oleh pengguna model . Type transport proses tersebut
adalah :

1) Surface Water Flow


2) Pore Water
3) Solids Transport 1
4) Solids Transport 2
5) Solids Transport 3
6) Evapotranpiration / Precipitation

2.6.7.1 Flow Function

Pengguna model dapat mendefinisikan beberapa fungsi debit atau aliran , untuk masing masing 6 jenis
atau medan aliran yang terletak pada tabel sub menu Flows kiri atas . Setiap fungsi aliran akan
mempunyai input kontinuitas aliran , yan terletak pada tabel sub menu Flows kiri bawah dan input variasi
aliran fungsi watu terletak di tabel sub menu Flows pada kanan bawah . model WASP membolehkan
pennguna model memberi nama pada setiap fungsi aliran (yang terletak pada tabel sub meu Flows kanan
atas)

Untuk menambah fungsi aliran (Flow Field) , letakkan kursor sorot pada jenis field yang dikehendaki ,
kemudian lakukakan klik dengan mouse kiri pada button +Instert , untuk menghapus fungsi aliran letakan
kursor sorot pada fungsi aliran yang dikehendaki , kemudian lakukan klik dengan mouse p ada button –
Delete .

Pasangan Segment

Pasangan Segment di definisikan sebagai segment Fom / segment To , yang mana terjadi aliran . Urutan
aliran segmen yang didenisikan harus di dasarkan aliran positif , dalam kalimat lain bila aliran segment 1
ke segment 2 mempuyai aliran negatif di masukkan dalam fungsi waktu , maka aliran harus dari segment
2 ke segment 1 . catatan tidak ada pre-processor yang melakukan pengecekan untuk memastikan
hubungan segment telah dibangun secara benar , validitas hubungan segment menjadi tanggung jawab
pengguna model

38
Fracsi Aliran

Kolom Fraksi aliran membolehkan pengguna model menentukan fraksi aliran yang bergerak dari satu
segment ke segment yang lain , Medan atau field ini digunakan untuk memecah aliran dengan berbagai
alasan

2.6.7.2 Flow Time Function

Tabel fungsi aliran atau debit membolehkan pengguna komputer untuk mengisi variasi debit aliran
berdasarkan waktu , Pengguna harus memasukkan nilai hari , jam , dan debit dalam satuan m3/dt . Selain
secra manual pennguna model dapat memasukkan nialai debit dari lembar spredshed (exce) dengan
menggunakan tombol copy paste .

2.6.8 Boundaries

Sub menu Boundaries (nilai batas) dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan
klik kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Parameters , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon

toolbar :

39
Gambar 2.9 Sub Menu Boundaries

Konsentrasi syarat batas (boudary) harus ditetapkan untuk segment yang menerima input (hulu) dan output
(hilir) atau pertukaran dari network model .Segment boundary secara otomatis akan ditentukan oleh model
WASP ketika pengguna model menentukan pola transport .Maka dari tu pengguna model tidak bisa
memasukkan data syarat batas (boundary) sampai dengan informasi mengenai konektivitas segment di
sub menu Flows terbentuk .

Model WASP memerlukan syarat batas (boundary) konsentrasi harus ditetapkan pada setiap system yang
disimulasi .Untuk menentukan segment boundary pindahkan pada system yang dikehendaki kemudian
lakukan klik kanan dengan mouse pada setiap system

40
2.6.8.1 Fungsi Waktu Syarat Batas

Tabel fungsi waktu nilai syarat batas membolehkan pengguna model WASP mengisi variabel waktu nilai
syarat batas dalam satuan mg/l .Pengguna model harus memasukkan data hari , waktu dan konsentrasi
.Pengguna dapat memasukkan data secara manual atau copy paste dari lembar Excell .

2.6.9 Loads

Sub menu Loads dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik kanan dengan
mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu Loadas , atau

dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon toolbar :

Gambar 2.10 Sub Menu Loads

41
Beban limbah setiap system konstituent dapat dimasukkan dalam setiap segment , untuk menambah
beban dilakukan dengan mengklik mouse kanan pada system . setelah langkah ini dilakukan , selanjutnya
pengguna model dapat memilih segment mana yang akan ditentukan bebannya . dan pengguna akan
dapat memasukkan niali load untuk setiap segment . Pennguna model dapat juga menghapus segment
beban dengan mengklik dengan mouse pada segment beban yang bersangkutan .

2.6.9.1 Fungsi waktu Beban

Tabel Fungsi waktu beban membolehkan pengguna model mengisi nilai beban dalam kg/hari .Pennguna
model harus memasukkan data hari , waktu dan beab dalam kg/hari . Nilai dapat dimasukkan secara
manual atau copy paste dari Excell . Apabila tersedia konsentrasi limbah dalam mg/l dan debit limbah
dalam m3/dt maka untuk dimasukkan dalam tabel ini harus dirubah menjadi kg/hari , dengan rumus
beban (kg/hari) = konsentrasi (mg/l) X debit (m 3/dt) X 86,4

2.6.9.2 Skala dan konversi Beban

Pengguna model dapat menngunakan faktor skala dan konversi untuk melihat pengaruh perkuatan atau
konversi beban menjadi masa . fackto konversi dapt digunakan untuk menkonversi beban menjadi beban
kg/hari sebagaimana yang diperlukan WASP . sedangkan Factor skala dapat digunakan untuk melihat
dampak beban sebagai misal untuk melihat pengaruh nbeban factor skala dap at diisi 2 dan seterusnya .

2.6.10 Time functions

Sub menu Time function data dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik
kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Time Function , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon

toolbar :

42
Gambar 2.11 Sub Menu Time Function

Sub menu Time Function membolehkan pengguna komputer memasukkan variabel waktu informasi
lingkungan . model WASP meyediakan semua fungsi waktu lingkungan (Environmenmtal time function)
untuk setiap type model .Pengguna model dapat memberikan informasi informasi fungsi waktu lingkungan
dengan melakukan clik pada kotak dialog . Untuk memasukkan fungsi waktu , bawa kursor sorot pada
fungsi yang diinginkan . Data seri fungsi waktu yang ditampilkan pada tabel yang dibawah , selanjutnya
pennguna model memasukkan hari/waktu dan nilai kedalam tabel secara manual atau dengan copy paste
dari excell.

2.6.11 Print Interval

Sub menu Print interval data dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik
kanan dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Print Interval , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon

toolbar :

43
Gambar 2,12 Sub Menu Print Interval

Sub menu Print Interval adalah fungsi waktu yang ditetapkan oleh pengguna model yang mengatur hasil
simulasi akan ditulis dalam file hasil. Model WASP tidak akan menulis hasil simulasi pada setiap waktu
tetapi dapat dikendalikan oleh pengguna model .tergantung pada beasrnya jaringan dan waktu simulasi
.Pengguna model harus memasukkan step waktu yang di inginkan dan pengguna harus memberikan nilai
paling tidak dua pasang .

2.6.12 Output control

Sub menu Output control dapat ditampilkan dengan dengan menggunakan mouse lalu lakukan klik kanan
dengan mouse pada menu Pre - processor , kemudian kursor sorot diarahkan pada sub menu
Parameters , atau dapat ditampilkan dengan langsung dengan mouse dilakukan kilik kanan pada ikon
toolbar :

44
Gambar 2.13 Sub Menu Output Control

Hasil dari simulasi di proses oleh Post – Processor ghaphic (MOVEM) yang dapat mengolah hasil jaringan
sement dan waktu simulasi yang agak besar , dengan menggunakan sub menu Output Control pengguna
model WASP dapat memilih variabel mana yang ditulis hasil simulasinya dengan cara melakukan klik pada
kotak dialog output , apabila idak dipilih semua (default) semua variabel akan ditulis hasilnya . Dengan
melakukan klik pada kotak dialog CSV , hasil simulasi yang akan dipilih akan ditulis dalam file Excell .

Selanjutnya file Excell hasil simulasi dapat dibuka pada file tempat penyimpanan data input WASP (WIF /
WASP Input File) selanjutnya file Excell hasil simulasi dapat diolah dan ditampilkan dengan lebih baik
dengan menggunakan Excell .

45
Bab III
Model Transportasi Konstituent WASP

3.1 Model Transportasi

Model WASP telah digunakan secara luas untuk meramal da mengintepretasi perubahan kualitas air yang
disebabkan oleh pengaruh beban pencemaran sebagai akibat aktivitas budaya manusia atau gejala
alami . WASP adalah model dinamis kualitas di badan perairan termasuk dalam hal ini adalah sedimen .
WASP adalah model numeris

Gambar 3.1 Jejaring WASP

46
Model WASP dalah model tank seri yang dapat digunakan dalam 1 , 2 dan 3 dimensi . Persamaan
matematis dasar model WASP dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 3 -1

Yang mana :

47
Model WASP adalah Penyelesasian persamaan matematis , dasar dalam model WASP menggunakan
metode finite volume yang mana suatu badan air dibagi menjadi segment , segment dalam bentuk kotak
kotak / volume kubus yang saling dihubungkan dalam suatu jejaring

3.2 Jejaring Model


Penyelesaian persamaan model WASP menggunakan metoda finite volume yang mana model dibagi
dalam box , atau segment . Dan fungsi untuk menghubungkan antara segment digunakan jaringan
hubungan antara segmet . Sebagai contoh bila dalam suatu sungai terdapat 9 segmen yang digambarkan
secara sederhana sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 3.1 Skematik Segmen Sungai Tunggal

Selanjutnya segment segmet tersebut dihubungkan dengan dimulai dari dari boundary/batas 0 dan diakhiri
pada boundary 0 . Hubungan antar segment dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

Tabel 3.1 Hubungan Segmen Sungai Tunggal


Dari Ke

0 1

1 2

2 3

3 4

4 5

5 6

6 7

7 8

8 0

48
Selain sungai yang tunggal , dilapangan terdapat sungai bercabang sebagaimana yang dapat dilihat pada
gambar berikut yang mana terdapat percabangan ganda pada sungai:

15
16
17 Anak sungai 2
18
19

1 2 3 4 5 6 7 8
9 Induk sungai
10
11
Anak sungai
12 1
13
14

Gambar 3.2 Skematik Sungai Bercabang

Penyusunan hubungan antar segment untuk sungai yang bercabang dapat di lihat pada tabel sebagai
berikut :

Tabel 3.2 Hubungan Segmen Sungai Bercabang


Induk Sungai Anak Sungai 1 Anak sungai 2

Dari Ke Dari Ke Dari Ke

0 1 0 14 0 15

1 2 14 13 15 16

2 3 13 12 16 17

3 4 12 11 17 18

49
4 5 11 10 18 19

5 6 10 9 19 5

7 8 9 3 5 6

8 0 3 4 6 7

4 5 7 8

5 6 8 0

6 7

7 8

8 0

Apabila akan digunakan dalam pemodelan di danau atau Bendungan dan waduk maka perairan danau
tersebut dimodelkan dalam tiga dimensi yang mana danau dibagi menjadi blok segment pada arah
horizontal , dan arah vertikal apabila terjadi pelapisan dalam perairan danau / waduk .

Gambar 3.3 Pemodelan 3 Dimensi Dalam Danau / Waduk

50
Sebagai contoh berikut ini adalah suatu danau kecil yang akan diimod elkan dengan WASP .Pada arah
horizontal , permukaan danau di segmentkan secara sederhana sebagai berikut :

1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12
13 14 15 16
17 18 19 20
Gambar 3.4 Skematik Segment Danau Arah Lateral/ Horisontal

Penyusunan hubungan antara segment pada arah horisontal , tergantung pada asumsi arah aliran pada
permukaan danau yang mana dipengaruhi oleh arah angin , hubungan antara segment di danau , waduk ,
bendungan untuk pencampuran lateral dan , exchange lateral adalah dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 3.3 Hubungan Segment Danau Lateral / Horisontal


Dari Ke Dari Ke Dari Ke

1 2 2 3 3 4

5 6 6 7 7 8

9 10 10 11 11 12

13 14 14 15 15 16

17 18 18 19 19 20

Dan pada arah vertikal yang mana pada danau tersebut diasumsikan terdapat pelapisan dan hubungan
segment yang diserdehanakan adalah sebagai berikut , sebagai misal elemen yang terletak dibawah
elemen 1 , 2, 3 , dan 4 , pada arah vertikal yang mana terjadi pelapisan epiliminion , thermocline dan
hypholiminion (dimisalkan segment 1,2,3,4 adalah lapisan pertama , dan segment 21,22,23,24 adalah
lapisan ke dua , dan segmen 25,26,27,.28 adalah lapisan ke tiga ) :

1 2 3 4
21 22 23 24
25 26 27 28
Gambar 3.5 Skematik Segment Danau Vertikal

Dengan demikian total segment dalam danau sebanyak 60 segment

51
Penyusunan hubungan antara segment pada arah horisontal , tergantung pada asumsi arah aliran pada
permukaan danau yang mana dipengaruhi oleh arah angin Dan penyusunan hubungan antara segment
arah vertikal pada pelapisan danau , waduk / bendungan dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.4 Hubungan Segment Danau Vertikal


Settling Resuspensi Settling Resuspensi Settling Resuspensi
Dari Ke Dari Ke Dari Ke Dari Ke Dari Ke Dari Ke
1 21 25 21 2 22 26 22 3 23 27 23
21 25 21 1 22 26 22 2 23 27 23 3
25 0 1 0 26 0 2 0 27 0 3 0
dan seterusnya

3.3 Penetapan Segment

Pembagian segment sungai adalah hal yang penting dalam aplikasi model kualitas air WASP , dalam
pembagian segment yag harus diperhatikan adalah

a) Keseragaman ruas sungai sehingga diharap diperkirakan mempunyai kecepatan dan kedalaman
air sungai yang seragam
b) Mempunyai tataguna lahan yang seragam
c) Hendaknya hanya ada satu sumber polusi titik (point source) yang masuk , bila terdapat lebih dari
satu , segment sungai harus dipecah lebih detail
d) Dalam satu segment sungai dipertimbangkan tidak terjadi perubahan kualitas air

Dalam segment sungai , parameter yang diperlukan dalam pemodelan adalah menyangkut hal hal
sebagai berikut :

a) Nama segment sungai


b) Panjang segment sungai dalam m
c) Lebar segmet sungai dalam m
d) Kedalaman mimum sungai dalam m
e) Volume mimum segment sungai dalam m
f) Kelerengan segment sungai
g) Kekasaran manning dasar segment sungai
h) Koefisien perkalian H vs Q (Data rating curve Kedalaman vs Debit)

52
i) Koefisien exponent H vs Q (Data rating curve Kedalaman vs Debit)
j) Koefisien perkalian V vs Q (Data rating curve Kedalaman vs Debit)
k) Koefisien exponent V vs Q (Data rating curve Kedalaman vs Debit)

Nama ruas atau segment sungai adalah nama lokal yang dapat berasal dari nama desa atau kampung
yang membawahi administratif ruas atau segment sungai , panjang ruas sungai diketahui dengan
menggunakan peta topografi atau bantuan GIS (Geographical Information System) , lebar sungai diperoleh
dengan data penampang melintang sungai , lebar sungai adalah data lebar basah pada saaat survey
dilakukan atau lebar rata rata sungai . Kedalaman segment sungai diperoleh dari data , kedalaman
minimum di segment sumgai yang bersangkutan .

Dengan telah diketahuinya panjang , lebar , dan kedalam minimum sungai , selanjutnya dilakukan
perhitungan volume segment sungai . Untuk slope atau kelerengan segment sungai atau ruas sungai dapat
diperoleh dari data penampang memanjang sungai ,. Kekasaran dasar ruas / segment sungai dapat
didapat dari tabel bilangan manning .

Koefisient perkalian dan koefisient exponential untuk hubungan antara debit dan keadalaman sungai
diperoleh dari data rating curve pada pos pengamatan debit , yang mana seyogyanya sebanyak data
selama satu tahun (12 pasang data) di proses dalam persamaan regresi pangkat dengan menggunakan
excell , hal yang sama dilakukan dalam memposes data huhungan anara debit dengan kecepatan air
sungai . Contoh penetapan segment .

53
Gambar 3.6 Contoh Pembagian Segment WASP (Weng Sing Pu , New Yersey Technical Institute )

54
Dengan telah ditetapkannya segment untuk selanjutnya parameter geometry masing masing segment di
ukur dan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.5 Contoh Geometri Segment

3.4 Type Aliran Dalam Model WASP

Pengguna model WASP dapat mimilih 3 type aliran , yaitu :

a) Net Flow
b) Gros Flow
c) 1 D Network Kinematic wave

3.4.1 Aliran Net Flow dan Gros Flow

Type aliran Net Flow adalah menghitung secara neto arah aliran yang berlawanan , sedang type aliran
Gross Flow arah aliran yang berlainan tetap dihitung secara sendiri misal untuk sungai yang ada aliran

55
pasang surut . Untuk lebih jelasnya konsep aliran Net Flow dan Gross Flow s dapat dilhat pada gambar
sebagai berikut :

Gambar 3.7 Jenis Aliran

3.4.2 Aliran Kinematic Wave

Pilihan aliran kinematic wave disediakan untuk memberi pilihan yang lebih nyata dengan aliran yang
dynamis dalam jejaring 1 Dimensi . Aliran kinematic dikendalikan oleh kekasaran dasar perairan dan
kelerengan dasar perairan atau sungai , type aliran kinematic dapat digunakan untuk kebanyakan aliran
dan system sungai kecil dan dengan type aliran ini WASP akan mensimulasi sebagai tanggap terhadap
perubahan debit dan pengambilan air yang merupakan variabel waktu .

Dalam pilihan aliran kinematic wave , pengguna model harus menyedikan data debit air yang
berkesinambungan atau series sebagai fungsi waktu . dan jejaring atau network yang mungkin dalam

56
bentuk bercabang yang nantinya bergabung kembali . Untuk segment muka air (surface water Segment) ,
pengguna model harus menyediakan data kekasaran dasar sungai , kelerengan / kemiringan dasar sungai
, baik data kedalaman dan lebar sungai , juga harus ada data exponent kedalaman , bagi sungai yang tidak
rectangular (kotak) , dan akhirnya model WASP akan menggunakan data ini ditambah jejaring dan arah
aliran sepanjang segment untuk menghitung kedalaman , kecepatan air sungai , penampang melintang
dan volume . Dimulai dari versi WASP 7.3 jeajaring aliran (stream network) dapat menyertakan segment
yang tergenang sebagai akibat di depannya segment adalah bangunan Bendung , bendungan , atau
hempangan alami , Untuk segment yang demikian pengguna harus menetapkan slope dasar sungai
bernilai 0 atau kurang dari 0,000001 .

3.5 Hydrogeometry

Deskripsi yang baik untuk hydrogeometry segment sebagai fungsi debit atau aliran dapat dijadikan suatu
sifat yang penting dalam penggunaan WASP untuk mensimulasi saluran dan sungai . Untuk pilihan aliran
hydrodynamic linkage , kecepatan dan kedalaman dihitung oleh hydrodynamic model yang digunakan
WASP. Untuk pilihan (Net Flow, Gross Flow, Kinematic Wave), himpunan data yang diberikan oleh
pengguna model mendefinisikan hubungan antara koefisient hydraulic debit antara kecepatan , kedalaman
, dalam suatu segment aliran permukaan . Hal ini mengikuti metode yang diimplementasikan dalam
QUAL2E (Brown and Barnwell, 1987). Untuk mendeskipsikan pilihan aliran (Net Flow, Gross Flow),
kecepatan dan kedalaman Segment tidak mempengaruhi segment transport scheme; variabel ini hanya
digunakan untuk menghitung kecepatan reaeration dan volatilization . Untuk pilihan aliran Kinematic
Wave flow, segment velocities, lebar , dan kedalaman adalah bagian integral perhitungan transport .

Koefisient debit memberi koefisient kedalaman dan kecepatan dari debilt aliran berdasarkan pengamatan
hubungan empiris dari hubungan debit degan kecepatan dan kedalaman (Leopold and Maddox, 1953).
Persamaan yang berhungan kecepatan , lebar kanal , dan kedalaman pada saluran dengan fungsi pangkat
dapat dilihat sbb :

Persamaan 3-2

57
Persamaan 3-3

Persamaan 3 -4

Yang mana v adalah kecepatan velocity [m/sec], R adalah hydraulic radius, atau rata rata kedalaman
cross-sectional [m], B adalah lebar atas [m], vmult, dmult, and bmult adalah koefisient empiris c, dan
vexp, dxp, dan bexp adalah exponents empiris . Cross-sectional area, A adalah hasil perkalian lebar
atas dengan rata rata kedalaman dan dari kontinyuitas debit dapat disajikan sbb:

Persamaan 3 – 5

Dari penelusuran berikut ini hubungan hydraulic diperoleh :


Persamaan 3 - 6

Persamaan 3 – 7

Pilihan Net Flow dan Gross Flow Net Flow dalam WASP memerlukan nilai nilai tertentu : hubungan
hydraulic untuk kecepatan dan kedalaman , koefisient kedalaman dihitung secara internal dari persamaan
3-6 dan persamaan 3- 7 . Pilhan The Kinematic Wave Flow memerlukan spesifikasi exponent kedalaman
hydraulic dxp, sepanjang dengan kedalaman Dm dan kedalaman Bm dalam kondisi rata rata debit

Pengaturan kembali persamaan . Manning digunakan untuk menghitung kecepatan v m dalam kondisi debit

rata rata Qm dari kedalaman , lebar dan kecepatan :

58
Persamaan 3 - 8

Persamaan 3 – 9

Sebuah himpunan yang konsisten hydraulic exponents telah diatur (see Appendix, Section 7.1):

Persamaan 3 – 10

Persamaan 3 – 11

Akhirnya suatu himpunan yang konsisten dari hydraulic multipliers kemudian diturunkan dari
rata rata lebar aliran , persamaan hydraulic geometry , dan persamaan Manning’s :

Persamaan 3 – 12

Persamaan 3 – 13

Persamaan 3 – 14

59
Persamaan 3 – 15

Gambar 3.8 Pofile Sungai dan Canal

Tabel 3.6 hubungan Koefisient Kecepatan , Kedalaman dan Lebar Sungai

Penampang melintang kanal untuk representative hydraulic geometry coefficients dalam Tabel 3.6 di
ilustrasikan dalam gambar gambar 3.8 . Dalam rata rata debit aliran , kanal ini lebarnya 10 m dan dalam

60
0.5 m . Leopold et al. (1964) telah mencatat bahwa aliran kanal di daerah basah cenderung menuju bentuk
penampang melintang empat persegi panjang atau kotak karena tanah yang kohesive mendorong tanggul
menjadi curam dilain fihak tanah yang non kohesive mendorong tanggul dengan lelerengan yang kecil ,
landai dan mendekati tidak bertanggul.

Tabel 3.7 Perbandingan Exponent Hydraulic

Tabel 3.6 perbandingan exponent hydraulic untuk kanal hydraulic dengan data yang dilaporkan oleh
Leopold et.al (1964). Catatan bahwa rata rata kecepatan exponent adalah secara relative konstant untuk
semua penampang melintang kanal . mayoritas variasi terjadi sebagai pengurangan dalam exponent
kedalaman dan berhubungan dengan penambahan lebar exponent sebagai penampang melintang kanal
berubah dari karakter kelerengan sisi dari tanah kohesive ke kemiringan tanggul yang kecil pada daerah
kering dengan tanah non kohesiv

Untuk menentukan nilai yang khusus dari simulasi sungai atau saluran , hydraulic koeffisient dan exponent
harus di estimasi . Brown and Barnwell (1987) merekomendasikan estimasi exponent (b dan d) dan
kemudain mengkalibrasi coefficients (a and c) dilakukan pengamatan velocity and depth. exponents
mungkin didasarkan pada pemilihan pada observasi bentuk kanal sebagai pengamatan pada survey
pengenalan . apabila penampang melintang adalah empat persegi panjang yang besar dengan tanggul
yang tegak , himpunan pertama exponent seyogyanya lebi berguna / cocok . Apabila kanal punya tanggul
miring dengan type tanah kohesive maka himpunan exponent yan kedua lebih cocok . Apabila aliran berda
di daerah kering dengan kelerengan tanggul yang kecil dan tanah non kohesive maka himpunan exponent
4 / terakhir lebih cocok .

Sifat kunci dari saluran atau kanal yang seyogyanya dicatat pada saat survey pedahuluan aatau
pengenalan adalah kondisi dari kelerengan tanggul atau kaki dari tanggul yang berhubungan langsung
dengan aliran , untuk jelasnya kaki tanggul dan material yang berhubungan dengan aliran pada saat

61
kondisi aliran rata rata adalah yang harus diperhatikan dan dicatat dalam survey pengenalan . Ini adalah
memberi panduan yang umum tetapi sebaiknya di catat bahwa data diturunkan dari aliran yang penuh .
Walaupun di saluran dengan tanggul vertikal , aliran debit rendah boleh jadi bersentuhan dengan dasar
pasir yang kemiringannya kecil , hampir tidak ada tanggul yang ada yang lebih representatif pada saluran
ephemeral di daerah semi kering .

3.6 Persamaan Aliran

Model WASP mempunyai persamaan aliran satu dimensi aliran yang mana persamaan tersebut
meyelesaikan aliran air dan volume air , dapat diterapkan pada aliran yang bercabang atau jejaring sungai
yang dangkal . Jejaring ini meliputi aliran permukaan bebas , aliran tergenang dan pengaruh back water
(aliran balik) .Persamaan aliran / gerak berdasarkan pada konservasi momentum memprediksi debit dan
kecepatan .Dan persamaan kontinyuitas berdasarkan pada konservasi volume , memprakirakan tinggi
permukaan air dan volume ,

Persamaan aliran kontinyu satu dimensi dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 3 – 16

Yang mana Q adalah volume aliran dalam m3/dt ,dan A adalah penampang melntang dalam m2, untuk
aliran dalam bentuk kotak dengan lebar konstan persamaan diatas menjadi persamaan sebagai berikut :

Persamaan 3 – 17

Yang mana B adalah lebar aliran dalam m dan H adalah ketnggian muka air dalam m , Sebagaimana di
jelaskan di depan , dalam penerapan dalam model WASP , ruas atau segment yang menerapkan aliran
Kinematic Wave di deskripsi dengan bentuk hubungan hydrogeometric sebagaimana dapat dilihat diatas ,
dilain fihak ruas tergenang dan ruas dinamis di deskripsi sebagai bentuk kanal yang kotak .

62
3.6.1 Persamaan Aliran Kinematic Wave

Untuk aliran satu dimensi ruas dengan aliran bebas dengan Pilihan Kinematic Wave adalah sederhana
tetapi paling realistik untuk pengendalian proses advective .Persamaan Kinematic wave menghitung
rambatan gelombang berbagai variasi debit dan akhirnya menghasilkan variasi kecepatan air dan
kedalaman permukaan air untuk keseluruhan jejaring segment .Persamaan ini mampu secara baik untuk
peyelesaian persamaan kontinyuitas dengan bentuk peyederhaan persaamaan momentum yang
memperhatikan gesekan dan gravitasi dapat dituls dalam persamaan sbb :

Persamaan 3 – 18

2
Yang mana g adah percepatan gravitasi [m/sec ], S0 adalah slope dasar , dan Sf adalah koefisent geser

. di nyatakan dalam persamaan Manning’s gaya geser sebagai fungsi kecepatan air dan radius hydraulic:

Persamaan 3 – 19

Yang mana n adalah factor gesekan Manning , v adalah kecepatan air [m/sec], dan R adalah hydraulic
radius [m], yang setara dengan cross-sectional rata rata kedalaman depth, D. dari penyederhanaan dari
persamaan momentum , S0 dapat disamakan pada Sf . Hydraulic radius dapat dinyatakan sebagai cross-

sectional area dibagai dengan lebar , B [m]. Di subtitusikan kedalam persamaan Manning’s dan suku
suku diatur kembali , memberikan aliran sebagai fungsi lereng dasar , cross-sectional area, dan lebar:

Persamaan 3 – 20

Dengan mensutitusikan pernyataan kedalam persamaan kontinyuitas dan menurunkan differentiating A


dengan waktu memberi persamaan differensial :

63
Persamaan 3 – 21

Yang untuk kanal empat persegi panjang atau kotak s:

Persamaan 3 – 22

Untuk kanal / saluran yang lebar bervariasi dengan aliran flow, α dan β adalah merupakan fungsi
hydraulic coefficients:

Persamaan 3 – 23

Yang mana hydraulic coefficients dxp and bmult didefinisikan pada bagain 3.1.

3.6.2 Aliran Tergenang Bendung

Untuk aliran yang Tergenang yang dibaahnya melalui bangunan Bendung , persamaan limpasan ambang
puncak bendung tajam adalah penyelesaian yang sesuai , seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini .

64
Gambar 3.9 Sketsa Aliran Tergenang Bendung

Untuk mercu ambang tajam (Sharp Crested Weir) yang mana H h/Hw < 0.04 , kecepatan dan aliran
berhubungan dengan tekanan (Finnemore and Franzini 2002):

Persamaan 3 – 24

Yang mana V o adalah kcepatan aliran yang melalui bendung dalam m/dt , dan A o adalah penampang
melintang dalam m2 sebagai perkalian Hh dan Bh .

3.6.3 Aliran Dinamis

Prosedur rutin penyelesaian aliran dinamis satu dimensi mendeskripsikan rambatan gelombang melalui
permuakaan air dangkal disamping denga konservasi momentum dan volume .Persamaan kontinyuitas
menghitung elevasi permukaan yang berhubungan dengan kedalaman dan volume .asumsi ini didasarkan
pada keadaan aliran dominan adalah 1 dimensi dan meniadakan percepatan sep anjang aliran .

Persamaan untuk menghitung gerakan percepatan lokal , yang mana perubahan kecepatan terhadap
waktu (m/dt2) adalah :

65
Persamaan 3 – 25

Yang mana v adalah kecepatan air (m/dt) , ag adalah percepatan gravitasi sepanjang axis kanal X (m/dt2)
, af adalah percepatan (m/dt2) . suku pertama adalah convective inertia atau percepatan Bernoulli ,
merepresentasikan perubahan momentum oleh transfer masa (m/dt2) dan suku ke dua adalah gravitasi
yang di kendalikan oleh kelerengan permukaan air sungai sbb :

Persamaan 3 – 26

Yang mana Y adalah tinggi permukaan (m) dan g adalah percepatan gravitasi (9,81 m/dt 2) , dan suku ke
tiga percepatan geser dapat di expresikan dalam persamaan manning untuk aliran steady sebagai berikut :

Persamaan 3 – 27

Yang mana n adalah bilangan manning , dan v adalah kecepatan air dalam (m/dt), dan R adalah radius
hydrolic .yang setara dengan rata rata kedalam penampang melintang D .

3.7 Penerapan Penyelesaian Persamaan

Model WASP version 7 menyelesaikan aliran kimematic , aliran tergenang , dan aliran yang dinamis
jeajaring segmen permukaan air yang sesuai dengan menggunakan formula finite diffrence untuk aliran
dan kontinyuitas .

66
waktu numeric maximum DT max untuk setiap segment , di hitung dari panjang segmen dan sifat
kecepatan aliran dalam segmen sebagaimana dalam persamaan dibawah ini waktu step / langkah secara
keseluruhan adalah perkalian dari minimum DT max dan fraksi (0.9) yang ditentukan oleh pengguna model
untuk stabilisasi .

Persamaan 3 – 28

Langkah waktu dibagi menjadi dua langkah watu yaitu untuk ruas gelombang kinemtic dan ruas tergenang
. Aliran dihitung secara berturutan dalam separoh waktu masin masing dan akhirnya di rata rata untuk
digunakan module kualitas air . Dan akhirnya Kecepatan , kedalaman , volume dan kedalaman permukaan
pada langkah waktu penuh di berikan ke module kualitas air

Untuk ruas aliran dinamik , dua langkah separoh waktu digunakan ndalam predictor corrector sebagaiman
disebut dalam bagian 3.3.3 ruas . Kecepatan , kedalaman , volume dan kedalaman yang diupdate untuk
setiap waktu . Dan akhirnya Kecepatan , kedalaman , volume dan kedalaman permukaan pada langkah
waktu penuh di berikan ke module kualitas air

3.7.1 Aliran Kinematic Wave

Untuk menyelesaikan persamaan aliran Kinematic Wave , persaman 3 – 21 , digunakan metode finite
diiference dan persamaan dapat ditulis dalam bentuk :

Persamaan 3 – 29

Yang mana Qu adalah debit inflow di hilir , Qdo adalah debit outflow pada watu yang telah ditetapkan , QDt
adalah debit outflow pada langkah waktu , DT adalah langkah waktu (hari) , selanjutnya persamaan
tersebut dselesaikan dengan metode Newton – Rapshon dan ditulis secara umum sebagai berikut :

Persamaan 3 – 30

67
Persamaan 3 – 31

Diberikan nilai awal estimasi QDt dan pembaharuan nilai estimasi QDt2 diberikan dalam persamaan sebagai
berikut :

Persamaan 3 – 32

Persamaan 3 – 29 dan Persamaan 3- 30 dan Persamaan 3 – 31 dipecahkan dengan looping


iterasi yang mana QDt diset sama dengan Q Dt2 sampai error kurang dari 0,00001 . Dan nilainya
diberikan pada nilai baru pada jejaring Q Dt ij yang merupakan volume untuk semua segment I di
perbaharui dengan persamaan kontinyuitas sebagai berikut

Persamaan 3 – 33

Lebar segment di perbaharui dengan aliran baru dengan menggunakan persamaan 3- 4 Hubungan antara
luas penampang melintang dan kedalaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 3 – 34

Persamaan 3 – 35

68
Untuk menghindari kelambatan numeris perhitungan volume selama waktu simulasi , pengaturan kecil
diperlukan dan modifikasi aliran berdasarkan pada perbedaan radius hydraulis yang dihitung dari
persamaan 3-3 .dan rata rata kedalaman yang dihitung mealaui persamaan kontinyuitas persamaan 3 -20

Persamaan 3 – 36

Persamaan 3 – 37

Untuk masing masing segment Kinematic Wave , nilai maximum stabiltas DT max (hari) dihitung dari
panjang segment (m) dan celeritas c (m/dt) .

Persamaan 3 - 38

Persamaan 3 – 39

Yang mana 0,5 adalah faktor keamanan

3.7.2 Aliran Tergenang Bendung

Untuk ruas yang tergenang “i”, melmpas mealaui ambang atau bendung (Equation 23) harus di
selesaikan dengan kontinyuitas sebagai berikut :

Persamaan 3 - 40

69
Persamaan 3 – 41

3
Yang mana QUt,i dan QDt,i adalah upstream inflow dan outflow untuk time step [m /sec], Hht,i adalah head

untuk time step [m], Hh0,i adalah head dari time step [m], and DT is the time step [days]. Persamaan ini

diselesaikan dengan menggunakan pendekatan Newton-Raphson yang mana :

Persamaan 3 – 42

Persamaan 3 – 43

Diberikan niali estimasi dari Q persamaan 40. Suatu pembaharuan estimasi QDt,i , pada
sebuah nilai konsisten Hht,dihitung dengan menggunakan Dt2
, is dan kemudian dihitung oleh :

Persamaan 3 – 44

Persamaan 42 , Persaamaan 43 , Persamaan 43, dan Persamaan 44 dipecahkan dalam looping iterasi
-5
yanga mana QDt dan Hht diatur sesuai dengan QDt2 dan Hht2 samapai err krang dari 10 .

WASP7 menyelesaikan persaaman melmpas bendung untuk setiap segment yang tergenang dalam suatu
network aliran . Dalam setiap setiap numerical , menghitung nilai dari dQ/dt dan Qo digunakan untuk

70
pembaharuan nilai volume, kedalaman, dan Hh, yang mana digunakan dalam langkah perhitungan

berikutnya untuk menghitung Qo.

Pada setiap segment aliran melimpas bendung , suatu langkah waktu maximum yang stabil DTmax [hari]

dihitung dari panjang ruas dan kecepatan melimpas vo:

Persamaan 3 – 45

Yang mana 0,5 dan 1,5 adalah angka keamanan

3.7.3 Aliran Dinamis

Persamaan 3 - 17 dan 3 – 25 membentuk basis model hydrodinamic DYNHYD5 yang dimplementasikan


dalam versi WASP , persamaan ini di integrasikan secara numeris dalam flexibel , perhitungan jejaring
penghubung/ canal - node yang efisient (Feigner dan Haris 1970) yang menyelesaikan persamaan
gerakan kontinyuitas pada grid titik .Pada setiap waktu persamaan gerakan diselesaikan pada
penghubung / canal dan menghasilkan kecepatan untuk perhitungan kesetimbangan transportasi yang
diselesaikan pada setiap node / junction yang akhirnya menghasilkan perhitungan konsentrasi polutan
pada node . Jaringan canal – node dapat digunakan untuk menangani jaringan yang komplex secara baik
untuk banyak kajian yang telah dilakukan . Tetapi metode ini tidak dapat menangani badan air yag berlapis
v, aliran kecil , dan sungai dengan kemiringan yang curam .Metode Link / cannal – node dapat digunakan
secara baik pada aliran yang lebar , dangkal dan arah aliran jelas .

Dalam WASP terdapat hubungan node ke segment , dan hubungan ke link / camnal ke antar muka
segment . Untuk setiap aliran dinamis dalam jejaring segmen WASP , sebuah canal dengan nomer tertentu
“ich” di definisikan untuk setiap segment downstream . Canal ich di definisikan untuk canal upstream j dan
canal downstream i . Aliran positive dalam canal adalah aliran keluar dari segmen j dan aliran masuk ke
segmen i , dan aliran negative adalah aliran keluar dari segmen i dan aliran masuk ke segmen j .

Dalam bentuk finite difference persamaan 3 -25 diberikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

71
Persamaan 3 – 46

Yang mana v t,ich adalah kecepatan untuk langkah waktu [m/sec], vich adalah kecepatan yang diberikan

pada waktu sebelumnya [m/sec], Δxich adalahpanjang channel ich [m], Δvich /Δxich adalah gradient
-1
kecepatan dalam ich dengan masing masing mewakili jarak [sec ], ΔHich /Δxich adalah gradient

permukaan air dalam channel ich dengan jarak terhadap [m/m], dan DT adalah step waktu [hari]. Semua
nilai sisi kanan persamaan 3 - 20 mengacu pada langkah yang terdahulu .

Gradient muka air dapat dihitung dari tekanan junction pada akhir kanal :

Persamaan 3 – 47

Yang mana Hj and Lj adalah elevasi muka air dan panjang upstream segment[m], dan Hi dan Li

Kecepatan gradient tidak dapat dihitung secara langsung dari upstream dan downstream channel
velocities karena kemungkinan percabangan dalam network. Apabila percabangan tidak terjadi , akan
menyebabkan beberapa kanal upstream and downstream , dan terdapat perhitungan velocity gradient
akan ambigu . Suatu expresi untuk velocity gradient dalam sebuah channel dapat diturunkan dengan
menerapkan persamaan continuity equation pada channel dan mensubtitusi v×A untuk Q:

Persamaan 3 – 48

Pengaturan kembali suku akan memberi channel velocity gradient:

72
Persamaan 3 – 49

Penulisan persamaan dalam bentuk finite difference dan subtitusi B×R untuk A dan B×ΔH untuk ΜA
memberi suku velocity gradient :

Persamaan 3 – 50

Suku ΔHich ch/Δt adalah dihitung sebagai perubahan elevasi rata rata permukaan air antar segmen pada

setiap akhir kanal ich selama waktu t , subtitusi persamaan 3 - 49 kedalam persamaan 3 - 45 dan diatur
kembali akan memberikan persamaan explicit finite difference gerakan yang diterapkan pada masing
masing kanal

Persamaan 3 – 51

Penulisan persamaan continuity dalam bentuk finite difference danpenaturan kembali suku memberikan :

Persamaan 3 - 52

Persamaan 3 – 51 dan persaman 3 - 52 diselesaikan dengan menggunakan 2-step predictor-corrector


routine. Berdasarkan pada initial velocities, elevasi muka air , dan kedalaman dari langkah waktu yang
terdahulu , nilai baru velocities dan flows diselesaikan dalam separoh langkah waktu , seluruhnya dengan

73
nilai elevasi permukaan baru dan kedalaman . Dengan menggunakan nilai prediksi separuh langkah waktu
, turunan velocity dan flow dihitung kembali dengan langkah separoh waktu. Koreksi derivatives kemudian
digunakan denagan nilai awal velocities, depths, and surface elevations untuk menghitung velocities dan
flows untuk langkah waktu yang penuh . akhirnya , surface elevations, depths, and volumes dihitung
kembali untuk langkah waktu yang penuh .

Untuk setiap aliran segment yang dynamic , maximum stabilitas numerical step waktu DTmax [hari] di

kalkulasi dari panjang the segment L [m] and celerity c [m/s]:

Persamaan 3 – 53

Persamaan 3 – 54

3.8 Input Model Aliran Transport

Kelompok sub menu yang mengatur aliran transport adalah : a) Sub menu Dataset , b) Sub Menu Segment
dan sub menu Flows , gambar kelompok aliran transport dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 3.10 Kelompok Sub Menu Transport

74
3.9 Sub Menu Dataset

Dalam sub Menu Dataset pengguna model harus menentukan pilihan type model , dalam kisaran jangka
waktu pengguna model harus menentukan simulation Start Date , Start Time , End Date dan End Time ,
dalam bagian hydrodynamic , pengguna model harus memilih type flow (jenis aliran ). Langkah waktu
(Time Step) harus di tentukan , Nilai default disediakan (0,9) maximum langkah waktu adalah 1,0 hari .
dan minimum time step adalah 0,0001 hari . nilai ini dapat digunakan secara baik pada kebanyakan kasus
.Tetapi bila perhitungan numeris tidak stabil seyogyanya diambil maximum langkah waktu 0,1 atau 0,05
hari

3.9.1 Restart Option

Metode yang digunakan oleh WASP untuk membuat dan membaca restart file telah berubah pada versi
WASP akhir ini , dalam versi yag terdahulu pengguna model harus mempunyai dan membuat file restart
untuk agar WASP dapat mempunyai final file untuk dapat ditulis dalam file output WASP .

75
Gambar 3.11 Sub Menu Dataset

Pada versi terakhir ini restart file sudah tidak perlu lagi .

3.9.2 Date and Times

WASP versi terakhir ini menghendaki fungsi waktu dalam standart Gregorian , dalam versi
terakhir ini format watu harus dalam bentuk (mm/dd/year hh:mm:ss).

Start Date dan Start Times

Dialog waktu umtuk memulai tanggal dan waktu simulasi model dimulai .

76
End Date dan End Time

Dialog waktu umtuk mengakhiri tanggal dan waktu simulasi model dimulai .

Skip Ahead To Date and Times

Ini adalah dialog baru dalam versi WASP yang paling akhir , dengan tujuan membolehkan pengguna
model untuk melangkahi hari dan waktu simulasi .

3.9.3 Non Point Source File

Dialog yang digunakan oleh WASP untuk berhubungan dengan external file data non point source .

3.9.4 Hydrodynamics

Terdapat tiga pilihan yang disediakan oleh WASP , yang dalam pilihan behubungan dengan cara
bagaimana model WASP akan menghitung pertukaran masa diantara dua segment yang bersambungan
yang alirannya melintas kedua hubungan segment tersebut .type aliran yang tersedia adalah :

a) Gross Flow
b) Net Flow
c) Kinematic Wave
d) Hydrodinamic Linkage

3.9.5 Solution Technique

Pengguna model WASP pada versi akhir dapat memlih 3 type , yang disedikan dalm model WASP , tiga
type penyelesaian waktu tersebut adalah :

a) Euler
b) Cosmic
c) Runge-Kutta 4 langkah

3.9.6 Time Step Definition

Dimulai dengan WASP version 7.3 disediakan pada pengguna untuk menentukan langkah waktu yang
terdiri dari

77
Fraction of maximum Time Step

Dialog untuk menetukan fracsi waktu agar perhitungan stabil dan efisient , niali default adalah 0,9

Maximum Time Step

Dialog untuk menentukan langkah waktu maximum.

Minimum Time Step

Dialog untuk menentukan langkah waktu minimum

3.10 Sub Menu Segment

Dalam layar sub menu Segment , pengguna harus mengisi baris setiap segment dalam jejaring model
dengan melakukan kilk pada ikon button Insert .Untuk setiap Segment , pengguna model harus mengisi
minimum informasi yang tergantung pada pilhan Type Flows yang telah dipilih oleh pengguna .

o Untuk pilihan Net Flow dan Gross Flow pengguna model harus menyediakan Depth ,
Depth Multiplier , type Segment , Bottom segment , juga Volume , panjang dan lebar ,
apabila input volume 0 maka WASP akan menghitung volume awal sebagai dari perkalian
panjang dan lebar dan dalam

o Untuk pilihan 1 D Kinematic Wave harus memasukkan data Dalam , type segment ,
panjang , lebar , kelerengan dasar sungai , Kekasaran dasar sungai

Beberapa nilai default telah disediakan termasuk dalam hal ini Description (“WASP segment”) , Segment
Type (“Surface”) , Bottom Segment (“None”), Depth Exponent (“0,6”), Mnimum Depth (“0,001 m”) dan
Bottom Rhoughness (“0,005”) .

3.10.1 Description

Pengguna model dapat memasukkan sebagai nama lokal segmen

78
3.10.2 Volume

Volume segment dalam (m 3) sebaiknya harus diisi bila memilih type aliran Net Flow dan Gross Flow
.Apabila volume segment tidak diisi atau 0 WASP akan menghitung volume segment sebagai perkalian
panjang segment X lebar segment X dalam segment .

Untuk 1 D Kinematic wave , input volume hanya untuk segment Benthic , WASP menghitung nilai awal
volume kolom air segment dari nilai awal panjang lebar dalam .

Apabila menggunakan Hydrodynamic linkage , nilai awal volume kolom air dbaca dari external file , hanya
volume segment Benthic yang di input .

Gambar 3.12 Layar Input Segment

3.10.3 Velocity (Multiplier & Exponent)

Kecepatan Multipier (m/dt) / (m 3/dt) dan kecepatan exponent harus ditentukan bila pengguna memilih type
aliran Net Flow dan Gros Flow .Untuk pilihan 1 D Kinematic wave Kecepatan mulitiplier dan kecepatan
exponent dihitung secara internal oleh model WASP dengan menggunakan masukkan kedalaman multipier
dan kecepatan multiplier dan lebar segment . Dengan demikian masukkan multiplier dan exponent
kecepatan akan diabaikan pilihan type 1 D Kinematic wave .

3.10.4 Depth (Multiplier & Exponent)

Kedalaman multiplier hydraulic suatu segment (m/m 3/dt) dan kedalaman hydraulic exponent harus di isikan
apabila pilihan type aliran adalah Net Flow , Gros Flow dan kinematic wave , Kedalaman multiplier

79
diperlukan oleh semua jenis segment . Untuk segment Benthic kedalaman multiplier di intepretasikan
sebagai kedalaman segment .

Unuk Net Flow dan Gros Flow kedalaman multiplier dan exponent digunakan seluruh nilai awal debit
digunakan untuk menghitung nilai awal kedalaman . Apabila keadalaman multip lier bernilai akhir 0 maka
secara internal akan diatur bernilai 1 dalam output screen . Apabila kedalaman exponent bernilai akhir 0
maka kedalaman multiplier sama dengan nilai awal kedalaman (m)

Untuk pilihan 1D Kinematic Wave , kedalaman multiplier diambili sebagai nilai rata rata kedalaman
penampang melintang dalam aliran debit rata rata dalam (m) . Nilai kedalaman exponent berkisar antara
0,3 dan 0,6 . apabila kedalaman exponent segment bernilai akhir 0 , penampang melintang kotak atau
empat persegi panjang di asumsikan dan kedalam exponent diatur secara internal bernilai 0,6 . Rata rata
kedalaman . kedalamn exponent , digunakan seluruh segment , kelerengan segment , kekasaran segment
digunakan untuk menghitung koefisient hydraulic secara konsisten yang kemudian digunakan untuk
menghitung kedalaman segment , Selama simulasi dilakukan dengan perubahan debit akan secra
langsung merubah kedalaman berdasarkan koefisient hydraulic .total kedalaman segment sama dengan
kedalaman hydrolik ditambah dengan input pengguna pada minimum kedalamn nol .

Untuk aliran yang tergenang dengan 1D Kinematic wave , kedalaman multiplier diambil dari milai awal
kedalaman hydrolic .selam simulasi kedalamn dihitung kembali dengan menggunakan data volume yang
berdasrkan dari data debit yang serires .Total kedalaman segment adalah kaedalam an hasil perhitungan
ditambah dengan minimum kedalamna yang secara internal diset dengan nilai 0,001 m

3.10.5 Segment Type

Type segment terdiri dari 4 type yaitu :1.Surface , 2 .SubSurface. , 3.Surface Benthic , 4 SubSurface
Benthic . Nilai default adalah Surface segment . Yang merepresentasikan segment yang berhubungan
langsung dengan atmosphere , Sub Surface merepresentasikan segment yang berada dibawah kololm air .
Surface Benthic segment merepresentasikan permukaan segment benthic yang berhubungan dengan
kolom air . SubSurface Benthic merepresentasikan segment yang berada dibawah segment Surface
Benthic .

80
3.10.6 Bottom Segment

Bottom Segment adalah segment yang terletak dibwah segment yang ada , pilihan Bottom segment dapat
dilakukan klik pada kolom yang tesedia apabila tidak tersedia Bottom segment dipilih “None”

3.10.7 Length

Panjang segment adalah jarak titik tengah aliran dalam Segment dlam satuan m

3.10.8 Width

Lebar segmet adalah lebar rata rat atas sepanjang segment dalam (m) , apabila volume tidak dimasukkan ,
maka lebar akan digunakan dengan pajang dan kedalaman multipier untuk menghitung nilai awal volume .

3.10.9 Minimum Depth

Kedalaman minimum adalah rata rata kedalaman segmen (m) dalam kedaan debit minimum , hanya
digunakan pada pilihan 1D Kinematic Wave , apabila kolom dibiarkan dalam keadaan kosong maka secara
internal disediakan nilai default sebesar 0,001 m . total kedalaman adalah kedalaman hydrolic ditambah
dengan kedalaman minimum

3.10.10 Slope

Kelerengan segment dalam m/m adalah meruapak selisih ketinngian hulu dan hilir segment dibagi dengan
panjang segment . Nilai kelerengan ini hanya digunakan oleh pilihan 1D Kinematic Wave , Segment
dengan kelerengan lebih besar dari 0,00001 dianggap aliran bebas dan aliran dihitung dengan 1D
Kinematic Wave , untuk kelerengan segment yang lebih kecil dari 0,00001 dianggap aliran tergenang .

3.10.11 Segment Roughness

Kekasaran dasar sungai dalam WASP adalah menggunakan koefisient bilangan manning , kekasaran
dasar sungai hanya digunakan oleh 1D Kinematic Wave dan aliran dinamis . Nilai kekasaran manning
berkisar antara 0,01 dan 0,05 . Apabila nilai kosong di input maka WASP menyediakan nilai default 0,05 .

81
3.11 Sub Menu Flows

Layar sub menu Flows digunakan untuk mendefinisikan transpor advective , termasuk dalam Surface
Water , Pore Water , demikian juga settling dan resuspensi dan precipitasi/evaporasi .Dalam sub menu
juga untuk mendefinisikan syarat batas segment huilir (hubungan antar segment ) .

Sub menu Flows terdiri dari 4 tabel , yang terletak di kiri atas untuk memilih Transport Field (medan
transport) , tabel kanan atas untuk mendefinisikan Function Flow (fungsi aliran) , tabel kiri bawah
digunakan unuk menghubungkan segment , dan tabel kiri bawah digunakan untuk mengisi nilai fungsi
waktu debit .

Gambar 3.13 Layar input Sub menu Flows

Untuk Surface Flow dan Pore Water , aliran yang berasal dari hulu dan bila ada pengambilan harus di
deskripsikan pada setiap anak sungai , hubungan antar segment dan fungsi aliran harus di definisikan
sebagaimana dalam contoh gambar dibawah ini :

82
Gambar 3.14 hubungan Segment

3.11.1 Flow Field / Medan Aliran

Tranport Field (medan transport) WASP terdiri bdari 6 pilihan yang dapat di deskripsikan sebagai berikut :

a) Surface Flow , type aliran ini digunakan untuk mendeskripsikan aliran air permukaan , tranportasi
aliran yang mengangkut kontituent terlarut (dissolved) maupun particulate , apabila pengguna
model menggunakan hydodynamic linkage maka pilihan ini tidak dapat dimasukkan

b) Pore Water , type aliran ini digunakan untuk mendefinisikan aliran pore water yang mana
transportasi aliran hanya mengangkut konstituent yang terlarut (dissolved)

83
c) Solids 1 , type aliran yang nendeskripsikan settilng dan resuspension Solids type 1 , tarnspotasi
aliran hanya untuk fracsi konstituent particulate yang telah di gambarkan sebagai Solids 1 dalam
layar input System .

d) Solids 2, type aliran yang nendeskripsikan settilng dan resuspension Solids type 2 , tarnspotasi
aliran hanya untuk fracsi konstituent particulate yang telah di gambarkan sebagai Solids 2 dalam
layar input System .

e) Solids 3 , type aliran yang nendeskripsikan settilng dan resuspension Solids type 3 , tarnspotasi
aliran hanya untuk fracsi konstituent particulate yang telah di gambarkan sebagai Solids 3 dalam
layar input System .

f) Evaporation / Precipitation berfungsi untuk menambah dan mengurangi volume air .

Scale Factor

Scale factor berhubungan denagan nilai input , sebagai misal untuk melihat factor penggandaan debit yang
digunakan dalam uji sensitivitas .

Conversion Factor

Factor conversi berhubungan dengan nilai input , sebagai misal digunakan unuk mengkonversi satuan
debit dari ft3/dt menjadi m3/dt .

3.11.2 Flow Function

Pengguna model dapat mendefinisikan beberapa Function Flow (fungsi aliran) untuk tansport field yang
telah dipilih . setiap Function Flow harus mempunyai hubungan antar segment yang terletak pada tabel kiri
bawah , seharusnya flow function di dedfinikan secara mandiri dari hulu sungai induk , dan anak anak
sungai dan terpisah antara surface water flow dan pore water .

Untuk menambah flow function dapat dilakukan bawa kursor sorot ke tabel Flow Fiel yang terletak pada
tabel kiri atas , kemudian pindahkan mouse ke button +Insert dan lakukakn klik , cell flow function akan
menghasilkan label “Flow Function” yang dapat di edit oleh pengguna model untuk diberi nama baru .
84
untuk menghapus flow function prosedurnya sama tetapi dengan button yang digunakan adalah buton –
Delete . Dengan dilakukan penghapusan maka akan mengakibatkan hilangnya hubungan segment pada
table kiri bawah dan fungsi aliran pada tabel kiri bawah .

3.11.3 Flow Path Function

Flow Path Function melacak jalannya aliran dari titik masuk sampai ke jejaring aliran dan sampai aliran
keluar dari jaringan atau masuk ke jaringan lain yang masih behubungan , Flow Path Function terdiri dari
himpunan baris yang berhubungan langsung dengan segment , setiap baris berisi pasangan segment dan
fraction flow mutiplier .

Hubungan Pasangan Segment

Hubungan antar segment berisi “From” Segment dan “To” Segment , yang mendefinisikan arah aliran
melintas muka segment . Dan “From” Segment atau “To” Segment dapat didefinisikan sebagai batas
(Boundary) .Secara normal aliran yang pertama adalah boudary selanjutnya ke segment berikutnya ,
demikian juga yang terakhir adalah dri segment yang terakhir menuju ke boundary .Kecuali untuk anak
sungai yang terakhir adalah segment di aliran sungai utama yang dituju .

Nilai positive transport air didefisikan mengalir dari segment hulu ke segment hilir sebagai misal “From”
adalah Segment 1 dan “To” adalah Segment 2 dan negative flow adalah sebaliknya “From” adalah
Segment 2 dan “To” adalah Segment 1 . Pre – Processor dan Post –Prcesssor tidak dapa mengecek
validitas koneksi , dan validitas menjadi tanggung jawab pengguna model .

Fraction of Flow

Fraction Flow mendeskripsikan seberapa besar fraksi aliran atau debit dalam segment terbagai dari total
aliran , untuk surfaceflow besarnya 1. ini berarti seluruh aliran berpindah ke segment yang lebih bawah .
Fungsi ini dapat digunakan untuk membagi aliran menjadi lebih dari dari satu pada segment yang dibawah
atau bisa digunakan menggabung aliran tetapi harus hati hati dalam penggunaannya . apabila nilai fracsi
lebih dari 1 , debit akan bertambah terus dan apabila kurang dari 1 debit akan berkurang terus apabila
debit 0 simulasi akan berakhir dengan kegagalan

85
Catatan untuk Elevasi Batas Hilir

Apabila elevasi batas hilir akan di definisikan untuk digunakan jejaring aliran dinamis maka hubungan
segment (flow path) harus berisi pasangan tunggal segment dari “Boundary”ke segment hilir dan fraction
flow harus 0 .

Catatan Untuk Jejaring Aliran

Apabila aliran jejaring dua dimensi akan didefinisikan untuk pilihan aliran dinamis (Dynamic Flow) maka
jejaring aliran harus di definisikan dengan satu atau lebih fungsi aliran .Dalam jejaring fungsi aliran , setiap
pasangan segment harus di definisikan secara uniq dan fraction flow diset 0 .Panjang dan penampang
melintang segment dbaca dari layar sub menu Exchange . Radius hydrolic kanal dihitung secara internal
oleh model sebagai rata rata kedalaman segment hulu dan hilir . Lebar segment dihitung secara internal
oleh WASP sebagai panampang melintang dibagi dengan radius hydraulic . Jejaring aliran tidak
melibatkan nilai boundary . kanal menghubungkan dua pasangan segment dalam model .WASP
membedakan jejaring kanal dari yang biasa digunakan dengan ditandai tanpa kehadiran syarat batas dan
flow path multiplier bernilai 0 , flow time function tidak digunakan dan nilainya dibiarkan 0 .

3.11.4 Flow Time Function

Tabel Flow Time Function terdiri dari dates , time , dan nilai debit (m 3/dt) , setiap baris merepresentasikan
nilai tunggal dari waktu yang bersangkutan .Selama simulasi aliran debit dapat di interpolasi dengan
memilh pilihan interpolasi yang disediakan . sekurang kuranya harus ada dua baris nilai yang dimasukkan
agar dapat di interpolasikan .

Date

Sama halnya dengan sub menu yang lain format date harus dalam bentuk mm/dd/yy.

Time

Waktu harus diberikan dalam format hh:mm

Value

Satuan debit adalah m3/dt

86
3.12 Sub Menu Exchange

Sub menu exchange digunakan mendefinisikan mekanisme transport dispersive , termasuk dalam hal ini
Surface Water dan Pore Water , layar exchange digunakan juga untuk mendeskripsikan panjang kanal dan
nilai awal penampang melintang

Sub menu Excahange terdiri dari 4 tabel , yang terletak di kiri atas untuk memilih Exchange Field (medan
Exchange) , tabel kanan atas untuk mendefinisikan Function Transport (fungsi angkutan ) dalam hal ini
adalah termasuk fungsi waktu dispersi longitudinal dan lateral untuk setiap transport function yang telah di
definisikan , tabel kiri bawah digunakan unuk menghubungkan segment , dan tabel kiri bawah digunakan
untuk mengisi nilai fungsi waktu exchange . dan gambar sub menu exchange dapat dilihat pada tabel
dibawah ini .

Gambar 3.15 Layar Sub Menu Exchange

87
3.12.1 Exchange Field

Terdapat dua pilihan medan pertukaran (Exchange Field) yaitu :

a) Surface Water , type exchange ini dipilih untuk mendeskripsikan pencampuran air permukaan ,
aliran turbulent ini digunakan untuk transport konstituent diisolved (terlarut) dan particulate
b) Pore Water , type exchange ini dipilih untuk mendefinisikan pencampuran pore water , hanya untuk
konstituent dissolved

Scale Factor

Scale factor berhubungan dengan nilai input , sebagai misal untuk melihat factor penggandaan Exchange
yang digunakan dalam uji sensitivitas . nilai default adalah 1.0

Conversion Factor

Factor conversi berhubungan dengan nilai input , sebagai misal digunakan unuk mengkonversi satuan
excahange Cm2/dt menjadi m2/dt yang meruapakan satuan baku excchange . nilai default adalah 1.0

3.12.2 Exchange Function

Pengguna model dapat mendefinisikan beberapa FunctionFlow (fungsi aliran) untuk tansport field yang
telah dipilih . setiap Function Flow harus mempunyai hubungan antar segment yang terletak pada tabel kiri
bawah , seharusnya flow function d idedfinikan secara mandiri dari hulu sungai induk , dan anak anak
sungai dan terpisah antara surface water flow dab pore water .

Untuk menambah flow function dapat dilakukan bawa kursor sorot ke tabel Flow Fiel yang terletak pada
tabel kiri atas , kemudian pindahkan mouse ke button +Insert dan lakukakn klik , cell flow function akan
menghasilkan label “Flow Function” yang dapat di edit oleh pengguna model untuk diberi nama baru .
untuk menghapus flow function prosedurnya sama tetapi dengan button yang digunakan adalah buton –
Delete . Dengan dilakukan penghapusan maka akan mengakibatkan hilangnya hubungan segment pada
table kiri bawah dan fungsi aliran pada tabel kiri bawah .

Function Name

Untuk menambah flow function dapat dilakukan bawa kursor sorot ke tabel Flow Field yang terletak pada
tabel kiri atas , kemudian pindahkan mouse ke button +Insert dan lakukakn klik , cell flow function akan

88
menghasilkan label “Flow Function” yang dapat di edit oleh pengguna model untuk diberi nama baru .
untuk menghapus flow function prosedurnya sama ttapi dengan button yang digunakan adalah buton –
Delete . Dengan dilkukan penghapusan maka akan mengakibatkan hilangnya hubungan segment pada
table kiri bawah dan fungsi aliran pada tabel kiri bawah .

Interpolation Option

Terdapat dua pilihan interpolation option yaitu linear dan time step

3.12.3 Exchange Path Function

Function Exchange Path menentukan himpunan aliran pertukaran dispersive , Fungsi ini terdiri dari
himpunan baris yang berhubungan dengan antar muka segment (atau kanal dalam jejaraing kanal ) setiap
baris terdapat pasangan segment , penampang melintang dan karakter panjang pencampuran .

Pasangan segment

Hubungan antara segment berisi “From” Segment dan “To” Segment , yang mendefinisikan arah aliran
melintas muka segment . Dan “From” Segment atau “To” Segment dapat didefinisikan sebagai batas
(Boundary) .Secara normal aliran yang pertama adalah boundary selanjutnya ke segment berikutnya ,
demikian juga yang terakhir adalah dari segment yang terakhir menuju ke boundary . Pre – Processor dan
Post –Prcesssor tidak dapa mengecek validitas koneksi , dan validitas menjadi tanggung jawab pengguna
model .

Penampang melintang

Luas Penampang melintang di tetapkan dalam m 2 , ditentukan secara spesifik untuk setiap koefisient
dispersi .merefleksikan area yang dilalui oleh proses pencampuran terjadi . Ini dapat berupa area
permukaan untuk pencampuran vertikal sebagaiman terjadi di danau , dan lapisan benthos .

Panjang Pencampuran

Panjang pecampuran di expresikan dalam satuan m , adalah specifik untuk setiap koefisent mixing yang
merefleksikan karakter panjang pada setiap pencampuran , secara typical adalah jarak antar titik tenga h
segment yang bersambungan . Segment yang tunggal mungkin mempunyai 3 atau lebih panjang
pencampuran untuk segment yang tersambung secara lateral longitudinal dan vertikal .Untuk segment

89
Surficial Benthic yang berhubungn dengan kolom air , nilai panjang pencampuran adalah kedalaman
segment Benthic lebih realistis dibanding dengan setengah kedalaman kolom air .

Catatan Untuk Jejaring kanal

Apabila jejaring kanal dua dimensi akan didefinisikan untuk pilihan aliran dynamic flow maka panjang
pencampuran dan penampang yang di tetapkan harus berhubungan dengan kanal yang telah didefinisikan
function flow path .

3.12.4 Exchange Time Function

Excahange time function adalah tabel yang berisi tanggal , waktu , dan koefisent Exchange dalam m 2/dt ,
setiap baris merepresentasikan nilai tunggal dari waktu yang bersangkutan .Selama simulasi aliran debit
dapat di interpolasi dengan memilih pilihan interpolasi yang disediakan . sekurang kuranya harus ada dua
baris nilai yang dimasukkan agar dapat di interpolasikan .

Date

Sama halnya dengan sub menu yang lain format date harus dalam bentuk mm/dd/yy.

Time

Waktu harus dimasukkan dalam format hh:mm

Value

Value adalah berisi nilai aliran Exchange di expressikan dalam satuan m 2/dt apabila ada satuan yang lain
harus di konversikan kesatauan m2/dt . Koefisient Dispersive pencampuran dapat merepresentasikan
pencampuran pore water diffusion di segment Benthic , diffusi vertikal di danau , dan pencampuran lateral
, longitudinal di badan air yang besar .Nilai koefisient dap at berkisar antara 1 X 10 -10 m2/dt dan 5 X 10 2
m2/dt untuk pencampuran longitudidal di muara sungai .

Fungsi Tabel waktu exchange memungkinkan pengguna model untuk memasukkan variasi exchange
berdasarkan waktu , minimum dibutuhkan dua pasang nilai yaitu pada awal simulasi dan akhir simulasi .

90
3.13 Model Output Transpor Stream

Himpunan variabel output hasil telah ditentukan untuk setiap module kualitas air . Nilai perhitungan variabel
hasil yang dipilih disimpan dalam setiap segment dan setiap waktu pada interval waktu simulasi .Untuk
dapat melihat hasil output maka pada sub menu Output control CSV harus diberi tanda chek .

Variabel hasil output model output transpor stream untuk module kualitas air yang dihasilkan dapat
diringkas dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.8 Variabel Output Transpor

91
Bab IV
Kesetimbangan Oxygen
4.1 Modul WASP

Dimulai dari WASP 6.1 yang dalam perjalanannya US - EPA telah menyempurnakan perangkat lunak
model kulalitas air , sehingga pada saat kini dalam versi Paket perangkat lunak WASP 7.5 terdiri dari
modul modul :

a) Modul Eutrofikasi
b) Modul Advance Eutrofikasi
c) Modul Simple Toxicant
d) Modul Non – Ionizng Toxicant
e) Modul Organic – Toxicant
f) Modul Mercury
g) Modul Heat
h) Modul Meta4 (Metal Trasnformasi)

Modul Eutrofikasi seperti biasanya meliputi proses DO – BOD , transfrormasi Nitrogen organik , Amoniak ,
Nitrit , Nitrat dan Phospat organik dan Ortho phospat , Sedangakan Modul advance Eutrofikasi juga
melibatkan semua kontituent diatas ditambah oleh Periphyton , Modul Simple Toxicant dapat digunakan
untuk mensimulasi pencemar organik , an organik dan TSS , akan dijelaskan pada bab berikutnya .

Persamaan dinamika konstituent dalam WASP dapat digambarkan dalam persamaan persamaan sebagai
berikut :

4.2 Modul Eutrofikasi

Modul Eutrofikasi mempunya 15 variabel yaitu :

1) Amonia (mg/l)
2) Nitrate (mg/l)
3) Organic Nitrogen (mg/l)
4) Orthophospate (mg/l0
5) Organic Phosporus (mg/l)
6) Phytoplankton (mg/l)
7) Dissolved Oxygen (mg/l)

92
8) CBOD1 (mg/l)
9) CBOD2 (mg/l)
10) CBOD3 (mg/l)
11) Detrital Carbon (mg/l)
12) Detrital Nitrogen (mg/l)
13) Detrital Phosporus (mg/l)
14) Solids (mg/l)
15) Salinity (ppt)

Secara garis besar proses Eutrofikasi dalam WASP dapat dilihat pada gambar schematic dib awah ini :

Gambar 4.1 Proses Eutrofikasi Dalam Model WASP

Modul Eutrofikasi mempunyai 15 parameter , tetapi dalam WASP pengguna dberikan fasilitas untuk
melakukan simulasi parameter tertentu . Sebagai misal bila hanya memilih Parameter dasar BOD dan DO
, Pengguna model dapat melakukan bypas Nitrogen , Posphor , alga dan lain lainya .

93
4.3 Persamaan Dinamika BOD-DO

BOD (Biological Oxygen Demand) dalam model WASP dapat mensimulasikan BOD yang dipilah dalam 3
jenis BOD yaitu CBOD1(Carbonaceous Bilogical Oxygen Demand) , CBOD2 dan CBOD3 . Dlam hal ini
CBOD1 adalah untuk bahan organik yang mudah terdegradasi dalam beberapa hari yang secara tadis i
adalah BOD yang diukur dalam harian , sedangkan CBOD2 adalah untuk bahan organik yang
membutuhkan penguraian agak lama . Dan CBOD3 adalah mereprentasikan bahan organik yang
memerlukan penguraian dalam jangka panjang . .

Persamaan dinamika internal CBOD dalam WASP dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut

:Persamaan BOD

Persamaan 4 -1

Persamaan DO

Persamaan 4 -2

94
Yang Mana :

Berikut ini adalah terminologi / istilah istilah reaksi CBOD dan DO yang disarikan dalam tabel sebagai
berikut :

95
4.4 Reaerasi Oxygen

Oxygen yang defisit dibawah kadar jenuh , akan mendapat penggantian dari udara , fungsi laju reaerasi
tergantung pada rata rata kecepatan air , kedalaman , kecepatan angin dan temperatur .Dalam modul
Eutrofikasi , pengguna model dibolehkan untuk memasukkan konstanta laju reaerasi tunggal pada setiap
segment atau menyerahkan pada model untuk menghitung laju reaerasi berdasarkan aliran air dan angin .

Modul Eutrofikasi menghitung reaerasi yang dipengaruhi oleh angin berdas arkan pada metode Covar ,
metode ini menghitung reaerasi berdasarkan kecepatan dan kedalaman air dengan salah satu formula dari
Owens , O Connor , Churcil – Dobbins , masing masing adalah :

96
Persamaan 4 -3

Persamaan 4 – 4

Persamaan 4 – 5

Yang Mana :

Salah satu sumber oxygen yang penting adalah berasal dari atmosfer yang mana proses masuknya
oxygen kedalam badan peraran disebut sebagai reaerasi , laju reaerasi dipengaruhi oleh kecepatan air ,
kedalaman air , suhu air dan kecepatan angin . Perhitungan laju reaerasi dalam modul Eutrofikasi model
WASP mempunyai beberapa metode pendekatan diantaranya yaitu Owen , O.Connor - Dobin dan
Churchil .

Metode Owen dipillih bila kedalaman air ruas sungai kurang dari 2 feet (0,6 m) , untuk ruas sungai
dengan kedalaman lebih dari 2 feet dipilih metode , O’Connor-Dobin atau Churchil tergantung pada
kedalam dan kecepatan air sungai . Apabila ruas sungai dalam dan kecepatannya rendah dipilih O’Connor
– Dobin , dan apabila kedalaman air sungai moderate dan kecepatan air sungai ce pat dipilih metode
Churchil .

Persamaan reaerasi oxygen O’Connor yang merupakan fungsi kecepatan angin , kedalaman dan
kecepatan air dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut :

97
Persamaan 4 – 6

Persamaan 4 - 7

Yang mana :

Atau :
Persamaan 4 – 8

98
Yang mana :

Persamaan reaerasi oxygen yang pertama akan digunakan apabila kecepatan angin pada permukaan
ruas sungai berkisar pada sekitar 6m/dt sampai 20 m/dt dan apabila kecepatan angin melebihi dari 20 m/dt
maka digunakan persamaan yang kedua .

Perhitungan kadar jenuh oxygen dalam model WASP berdasarkan fungsi temperatur air dalam Kelvin (K)
dan salinitas air dalam mg/l dan dapat dilhat pada persamaan sebagai berikut :

99
Persamaan 4 - 9

4.5 Persamaan CBOD

Dalam model WASP , CBOD (Carbonaceous Biological Oxygen Demand) dipilah mejadi CBOD1 , CBOD2
dan CBOD3 . Dalam hal ini CBOD1 adalah setara dengan CBOD 5 hari sedangkan CBOD2 adalah untuk
CBOD yang memerlukan penguraian selama mingguan dan CBOD3 adalah untuk material organik yang
memerlukan pelapukan bulanan . Berikut ini menggambarkan sumber sumber BOD dalam lingkungan
perairan

100
Gambar 4.2 Siklus BOD

Oksidasi bahan organik adalah merupakan reaksi klasik dari BOD ..Secara internal model menggunakan
ultimate CBOD sebagai indikator yang setara dengan kebutuhan oksigen untuk material carbon . Sumber
utama CBOD , selain dari buatan manusia dan aliran limpas , juga berasal dari detritus carbon
phytoplankton yang berasal dari kematian phytoplankton . Kehilangan utama dari CBOD adalah proses
oksidasi yang ditulis dalam persamaan reaksi berikut :

Expresi kinetic oksidasi carbon dalam modul eutrofikasi terdiri dari 3 istilah , yaitu konstanta laju orde
pertama , koreksi temperatur , dan koreksi konsentasi DO yang rendah . Kedua yang pertama bersifat

101
standar dan yang ketiga bersifat mewakili penurunan laju aerob sampai DO mendekati 0 .Pengguna model
dapat menetapkan konstanta laju setengah jenuh CBOD yang mana pada tingkat DO tersebut laju oxidasi
CBOD tinggal separohnya . Nilai Default 0 berarti membolehkan reaksi dalam keadaan an aerobic penuh .

Perbandingan langsung antara data observasi BOD5 dan model output tidak dapat digunakan dengan
menggunakan perhitungan internal CBOD oleh modul eutrofikasi , dikarenakan pengamatan lapangan
dipengaruhi oleh respirasi alga dan penguraian alga alga carbon . Maka dari itu koreksi harus dibuat pada
perhitungan internal model komputer sehingga ada perbandingan yang valid dengan pengamatan
lapangan . variabel baru ini disebut sebagai bottle BOD , yang dapat ditulis pada persamaan sebagai
berikut :

Persamaan 4 – 10

Yang mana :

Persamaan diatas dapat memberikan estimasi yang rendah dari pengamatan dalam botol BOD disebabkan
karena tidak melibatkan faktor koreksi penguraian detritus carbon alga yang pada gilirannya tergantung
pada sejumlah phytoplankton yang tak terlibat . Perlu dicatat yang ditetapkan pengguna model adalah
laboratorium “botol” CBOD dan laju nitrifikasi .Nilai konstanta laju nitrifikasi laboratorium 0 , berarti ada
penggunaan inhibitor nitrifikasi .

102
4.5.1 Nitrification

Sebagai tambahan , kehilangan oksigen yang nyata berasal dari proses nitrifikasi yang dap at ditampilkan
dalam persamaan reaksi sebagai berikut :

yang mana setiap 1 mg Nitrogen Amonia akan mengo ksidasi 2(32/14) mg oksigen yang diperlukan .

Expresi kinetic untuk nitrifikasi di modul Eutrofikasi berisi 3 hal yaitu konstanta orde satu , suku koreksi
temperatur , dan koreksi konsentrasi DO yang rendah . Hal yang pertama dan kedua adalah standar dan
hal yang ketiga adalah menunjukkan penurunan laju nitrifikasi sebagai akibat turunnya DO menuju nol
.Pengguna model dapat menentukan konstanta laju setengah jenuh , saat mana laju nitrifikasi berkurang
dan hanya tinggal separo .Nilai default adalah nol yang mana badan air dalam keadaan an aerobic .

4.5.2 Denitrifikasi

Dalam kedaan konsentasi DO / Dissolved Oxygen / kelarutan oksigen yang rendah , denitrifikasi adalah
sebagai sumber CBOD

Untuk setiap mg nitrate yang tereduksi membutuhkan carbon sebanyak 5/4 (12/4) mg , yang akan
mengurangi CBOD sebanyak 5/4 (12/14) (32/12) mg . Denitrifikasi bukan penyebab kehilangan nyata di
kolom air , tetapi menjadi penting dalam simulasi an aerobic benthos .

Expresi kinetic untuk denitrifikasi di modul Eutrofikasi berisi 3 hal yaitu konstanta orde satu , suku koreksi
temperatur , dan koreksi konsentrasi DO yang rendah . Hal yang pertam dan kedua adalh standar dan hal
yang ketiga adalah menunjukkan penurunan denitrifikasi sebagai akibat turunnya DO menuju nol
.Pengguna model dapat menentukan konstanta laju setengah jenuh

103
4.5.3 Pengendapan CBOD

Proses penting dari transformasi CBOD adalah pengendapan CBOD , proses pengendapan adalah proses
fisik , pengendapan CBOD dan Phytoplankton ke dalam lapisan dasar pada akhirnya akan meningkatkan
kebutuhan oxygen (SOD/Sediment Oxygen Demand) . Apabila debit air besar dan kecepatan air tinggi ,
sediment dapat terangkat dalam prsoses resuspensi .

Nilai dari pengendapan CBOD ditentukan oleh pengguna model WASP dengan menentukan nilai
kecepatan pengendapan partikell (Vs3) dan mentukan fraksi partikel CBOD (1-fD5) yang mana fD5 adalah
kecepatan pengendapan fraksi terlarut yang merupakan fungsi waktu .

4.5.4 Pertumbuhan Phytoplankton

Secara produksi , fixsasi carbon photosintesa adalah produksi dari oksigen terlarut , laju produksi oksigen
dan pengambilan nutrient adalah proporsional terhadap laju pertumbuhan phytoplankton hal ini secara
stochiometetry tetap . Pada mana untuk setiap mg pertumbuhan phytoplankton memproduksi 32/12 mg O2
Sebagai tambahan bahwa ada tambahan oksigen dari pertumbuhan phytoplankton apabila terjadi
kekurangan nutrient amonia dan phytoplankton mulai menggunakan nitrat , yang mana pada awal nitrat
diserap terjadi reduksi menjadi amonia yang memproduksi oksigen .

Dalam Hal ini setiap mg carbon phytoplankton yang terproduksi memerlukan nitrate dan memproduksi
oksigen sebesar (48/14) mg O2 .

4.5.6 Respirasi Phytoplankton

Oksigen dalam perairan kadarnya menurun dalam kolom air sebagai hasil respirasi phytoplankton yang
merupakan kebalikan dari proses photosintesa .

yang mana C4 adalah carbon phytoplankton dalam mg/L , Dalam mana setiap mg carbon phytoplankton
memerlukan 32/12 oksigen bagi keperluan respirasi .

104
4.5.7 Peluruhan Phytoplankton

Kematian phytoplankton akan memberi carbon organik , yang kemudian akan dioksidasi , Pernyatan
kinetic dalam modul eutrofikasi rsesirkulasi phytoplankton carbon ke CBOD menggunakan laju peluruhan
orde satu dan rasio stochiometri oksigen ke carbon sebesar 32/12

4.5.8 Kebutuhan Oygen Sediment (Sediment Oxygen Demand / SOD)

Sebagaiman telah diuraikan bahwa SOD memegang peranan penting dalam perimbangan oxygen dalam
perairan , proses pelapukan bahan organik dalam dasar perairan akan menyebabkan permintaan Oxygen
dalam dasar perairan meningkat .

Modul Eutrofikasi menyediakan dua opsi flux /aliran oksigen yaitu input deskiptive dan prediksi
perhitungan . Pilihan pertama untuk jaringan segment pada kolom air , yang mana persamaan kinetic
dapat dilihat pada persamaan diatas . Nilai pengamatan SOD harus diberikan pada segment kol om air
yang kontak dengan lapisan benthos .Perubahan temperatur musiman dapat mempengaruhi SOD dengan
melalui koefisient temperatur .

Kerangka perhitungan yang menghubungkan pertukaran kolom air dengan Benthos secara prinsip di ambil
dari kajian danau Erie yang menghubungkan interaksi sedimen kolom air yang di ajukan oleh Di Toro dan
Connoly (1980) . Untuk lapisan benthos dengan ketebalan D j , persamaan kesetimbangan CBOD dan DO
dapat disajikan dalam gambar tersebut di atas .

Modul Eutrofikasi WASP membolehkan parameter pengendapan dalam Benthos secara detail yang man
tidak hanya melibatkan laju / kecepatan ke bawah tetapi juga laju resuspensi / kecepatan bawah . Dalam
hal ini neto flux particulate dalah perbedaan laju pengendapan dan resuspensi

Salah satu keputusan pertama yang berhubungan dengan lapisan Benthos adalah menentukan
kedalamnya ., ada dua faktor yang mempengaruhi keputusan ini . Yang pertama menunjukkan kedalaman
yang cukup dari ketebalan lapisan active , kedalaman mana lapisan sediment dipengaruhi oleh pertukaran
kolom air . Yang kedua adalah suatu kebijakan model yang merefleksikan waktu riwayat atau memori yang
masuk akal dalam lapisan sediment . Lapisan yang terlalu tipis maka sediment benthos akan “ mengingat”
dia hanya di pengaruhi oleh pengendapan material yang terjadi selama 1 samapi 2 tahun . Apabila lapisan
terlalu tebal maka model akan “merata ratakan “ sejarah yang terlalu panjang , yang tidak merefleksikan

105
dalam hal ini phospor , sebagai misal tejadi pengurangan sedimen phospor sebag ai akibat dari
pengurangan debit phospor dari waste water treatment plan . Pemilihan kedalaman benthos bersama
dengan laju sediment secara spatial menjadi rumit

Reaksi dekomposisi yang mengendalikan komponen persamaan k esetimbangan masa dekomposisi


karbon alga dan pemecahan an aerrob benthos organik carbon . Kedua reaksi ini adalah menyerap
oksigen dan secara cepat menyebabkan konsentrasi negative , ini mengindikasikan pengurangan oleh
sediment daripada oksidasi .Konsentrasi negative yang terhitung dap at dipertimbangkan sebagai setara
dengan oksigen yang mereduksi produk akhir dengan rangkaian reaksi redox yang terjadi dalam sediment
.

Persamaan 4 - 11

Disebabkan perhitungan konsentrasi oksigen positive dalam lapisan air diatas , hal ini diasumsikan bahwa
reduksi keluarga karbon (setara dengan negative oksigen) , yang ditansportasikan permukaan benthos
dikombinasikan dengan ketersediaan oksigen dan di oksidasi ke CO2 dan H2O sebagai akibatnya kadar
oksigen di kolom air berkurang .

106
Tabel berikut ini meringkas reaksi parameter benthic CBOD dan DO . Nilai parameter diambil dari kajian
modelling muara sungai Potomac .

4.6 Implementasi Model

Untuk mensimulasi DO / Kelarutan oxygen dengan menggunakan modul Eutrofikasi WASP , maka harus
dipersiapkan dataset , yang menentukan environment , transport , boundary .Lebih lanjut akan dijelaskan
pada sub bab sub bab dibawah ini .

Modul Eutrofikasi dapat menerapkan proses proses kinetic yang telah dijelaskan diatas , modul eutrofikasi
menyediakan pilihan empat pendekatan yaitu 1) Streeter – Phelps , 2) Modifier Streeter – Phelps , 3) Full
Linear DO Balance , 4) Non Linear DO balance yang untuk lebih rinci dijelaskan pada sub bab sub bab
dibawah ini .

Input Empat level modul eutrofikasi untuk menyelesaikan kesetimbangan DO memerlukan dataset /
himpunan data yang dipersiapkam dalam empat bagian yaitu Environment , Transport , Boundary dan
Transformation .Pendekatan empat tingkat 7 dari 8 dari variabel Eutro yang berpartisipasi dalam
kesetimbangan DO dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

107
4.6.1 Streeter – Phelps

Kesetimbangan DO / Dissolved Oxygen yang paling sederhana adalah persamaan BOD – DO Streeter –
Phelps yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 4 – 12

Persamaan 4 -13

Yang Mana S ki adalah variabel source / sumbber atau sink / serapan untuk vriabel “i” dalam segment
dalam satuan mg/L-day koefisien dan konstanta laju kinetik diberikan pada tabel diatas , dan kecuali C 5 di
intepretasikan sebagai total dan bukan hanya Carbon BOD , persamaan ini baik digunakan dalam kondis i
debit rendah .

Environ Parameter

Kelompok parameter ini sebagai dasar model , termasuk segmentasi dan pengendalian simulasi

System , Pilih “Simulate” untuk CBOD dan DO , bypass untuk 6 sistem yang lain .Untuk aplikasi ini ,
CBOD mewakili BOD ultimate .

Segment , Segment kolom air didefinisikan sebagai standart , apabila hendak mensimulasikan
pengendapan CBOD , pengguna model harus menambahkan segment benthos dibawah segment standar
kolom air . Segment benthos bertindak sebagai sumber dan serapan material organik .

Transpor Parameter

Number of Flow Field , Untuk mensimulasi settling pengguna model harus memilih Solid 1 dalam kondisi
advective dan juga mimilih kolom air .

108
Particulate Transport m3/sec , Variabel waktu laju pengendapan dan resuspensi / umbalan untuk
particulate CBOD menggunakan Solid 1 dapat dimasukkan dalam segment . Untuk setiap field flow /
medan aliran ditentukan luas penampang melintang pada sambungan segment selanjutnya variabel waktu
pengendapan dapat dimasukkan dalam satuan m / day . secara internal laju kecepatan akan dilkalikan
dengan penampang melintang sebagai debit yang membawa bahan organik particulate keluar dari kolom
air .

Boundary Parameter

kelompok parameter ini terdiri dari konsentrasi syarat batas , beban limbah , kondisi awal

Boundary Concentration mg/L , Pada setiap segment batas harus ditentukan nilai CBOD , dan DO ,
Segment batas ditandai oleh aliran dari luar jaringan dalam hal ini , aliran anak sungai , dan aliran
downstream

Wate Loads Kg/day , Beban limbah , Untuk setiap point source variabel waktu konsentrasi CBOD , dan
DO harus ditetapkan , beban dapat berupa dari industri , perkotaan , run off .

Solid Transport Field , Medan transport yang berhubungan dengan particulate CBOD ditetapkan dalam
field 3 untuk kedua duanya.

Solid Density g/cm3 , Nilai berat jenis 0 dapat dimasukkan untuk CBOD , dan DO

Initial Concentration mg / L , Konsentrasi CBOD , dan DO dapat dimasukkan untuk setiap segment .
dan konsentrasi 0 untuk parameter yang tidak disimulasi NH 3 , NO3 , PO4 , PHYT , ON, OP akan
ditetapkan oleh model .

Dissolved Fraction , Nilai fraksi terlarut CBOD dan DO untuk setiap segment harus ditentukan ,nilai DO
adalah 1 , hanya particulate CBOD akan menjadi subjek pengendapan .

Transformation Parameter

Parameter transformasi adalah parameter spatial yang dimasukkan dalam segment yang antara adalah
nilai konstantan kinetik , dan nilai parameter yang lain

Water Temperature , Temperatur air dapat diinputkan

109
Sediment Oxygen Demand g/m 2/day , Variabel zaliran Sediment Oxygen Demand dan koefisient
temperatur untuk setiap segment dapat ditentukan nilai diberikan pada segment kolom yang berhubungan
dengan segment benthos .

CBOD De Oxygenation Rate 1/day . Laju konstanta De oxygenasi dan koefisient temperatur , dapat di
tentukan , nilai default 0.0 menandakan tidak ada limit oxygen .

Reaeration Rate 1/day , Terdapat 3 pilihan dasar untuk menentukan laju , yaitu konstanta laju reaerasi
tunggal , konstanta laju reaerasi waktu dan segment tetap . kontanta laju reaerasi penghitungan aliran
dan angin . Hal ini telah dibahas pada Streer – Phelps diatas .

4.6.2 Modified Streeter – Phelps

Modifikasi Streeter – Phelps membagi Biological Oxygen Demand , kedalam fraksi Carbonaceous dan
Nitrogenous , dan membolehkan variabel waktu ditetapkan . Ini akan lebih realistik dengan kalibrasi
dengan data pengamatan dan dapat digunakan untuk alokasi beban limbah di rencanakan pada debit
rendah . Gambar dan persamaan berikut memuat modifikasi Streeter – Phelps untuk kesetimbangan
oksigen .

110
Gambar 4.3 BOD Modifikasi Streeter – Phelps

Persamaan 4 -14

Persamaan 4 -15

111
Persamaan 4 – 16

Yang Mana S ki adalah variabel source / sumber atau sink / serapan untuk vriabel “i” dalam segment
dalam satuan mg/L-day koefisien dan konstanta laju kinetik diberikan pada tabel diatas , dan sebagai
tambahan menggunakan suku :

Untuk menetapkan sistem ini dalam persamaan dalam modul Eutrofikasi , System 1 dalam hal ini NH 3
harus diintepretasikan sebagai Nitrogenous BOD daripada sebagai Ammonia .Dalam hal ini NBOD
dinyatakan sebagai total Kjeldahl Nitrogen (TKN) , apabila pengukuran langsung NBOD tersedia . Dan
biasanya system 1 (Amonia) dikalikan faktor 4.57 sebagai kontrol terhadap data NBOD .

Environ Parameter

Kelompok ini mendefinisikan aliran advective dan dispersive .

System Pilih “Simulate” untuk NH3 , CBOD dan DO dan bypass untuk 5 sistem yang lain , untuk
implementasi ini sistem NH3 digunakan untuk mewakili Nitogenous BOD sebagimana di expresikan oleh
TKN (Total Kjehdal Nitrogen) .

Segments , Kolom air harus di definisikan sebagai standar , apabila CBOD dan NBOD akan disimulasikan
sebagi settling / mengendap maka pengguna model garus menambah segment benthos dibawah segment
standar kolom air .Segment Benthos akan bertindak sebagi sumber dan serapam bahan organik .

112
Transport Parameter

Number of Flow Field , Untuk mensimulasi settling pengguna model harus memilih Solid 1 dalam kondisi
advective dan juga memilih kolom air .

Particulate Transport m 3/sec , Variabel waktu laju pengendapan dan resuspensi / umbalan untuk
particulate CBOD dan ON menggunakan Solid 1 dapat dimasukkan dalam segment . Untuk setiap field
flow / medan aliran ditentukan luas penampang melintang pada sambungan segment selanjutnya variabel
waktu pengendapan dapat dimasukkan dalam satuan m / day . secara internal laju kecepatan akan
dikalikan dengan penampang melintang sebagai debit yang membawa bahan organik particulate keluar
dari kolom air .

Boundary Parameter

kelompok parameter ini terdiri dari konsentrasi syarat batas , beban limbah , kondisi awal

Boundary Concentration mg/L , Pada setiap segment batas harus ditentukan nilai CBOD , NBOD , dan
DO , Sistem NH3 mewakili NBOD yang dinyatakan dalam TKN (Total Kjehdal Nitrogen) Segment batas
ditandai oleh aliran dari luar jaringan dalam hal ini , aliran anak sungai , dan aliran downstream

Wate Loads Kg/day , Beban limbah , Untuk setiap point source variabel waktu konsentrasi CBOD ,
NBOD dan DO harus ditetapkan , beban dapat berupa dari industri , perkotaan , run off , Sistem NH 3
mewakili NBOD yang dinyatakan dalm TKN (Total Kjehdal Nitrogen)

Solid Transport Field , Medan transport yang berhubungan dengan particulate CBOD dan ON ditetapkan
dalam field 3 untuk kedua duanya.

Solid Density g/cm3 , Nilai berat jenis 0 dapat dimasukkan untuk CBOD , NBOD dan DO

Initial Concentration mg / L , Konsentrasi CBOD , NBOD dan DO dapat dimasukkan untuk setiap
segment . , Sistem NH3 mewakili NBOD yang dinyatakan dalm TKN (Total Kjehdal Nitrogen) , dan
konsentrasi 0 untuk parameter yang tidak disimulasi NO 3 , PO4 , PHYT , ON, OP akan ditetapkan oleh
model .

113
Dissolved Fraction , Nilai fraksi terlarut CBOD ,NBOD dan DO untuk setiap segment harus ditentukan
,nilai DO adalah 1 , hanya particulate CBOD dan NBOD akan menjadi subjek pengendapan .

Transformation Parameter

Parameter transformasi adalah parameter spatial yang dimasukkan dalam segment yang antara adalah
nilai konstantan kinetik , dan nilai parameter yang lain

Water Temperature , Temperatur air dapat diinputkan

Sediment Oxygen Demand g/m2/day , Variabel zaliran Sediment Oxygen Demand dan koefisient
temperatur untuk setiap segment dapat ditentukan nilai diberikan pada segment kolom yang b erhubungan
dengan segment benthos .

CBOD De Oxygenation Rate 1/day . Laju konstanta De oxygenasi dan koefisient temperatur , dapat di
tentukan , nilai default 0.0 menandakan tidak ada limit oxygen .

NBOD DeOxygenation Rate 1/day , Laju konstanta de oxygenasi BOD dan koefisent temperatur dapat
dimasukkan

Reaeration Rate 1/day , Terdapat 3 pilihan dasar untuk menentukan laju , yaitu konstanta laju reaerasi
tunggal , konstanta laju reaerasi waktu dan segment tetap . kontanta laju reaerasi penghitungan aliran
dan angin . Hal ini telah dibahas pada Streer – Phelps diatas .

4.6.3 Full Linear DO Balance

Kesetimbangan Linear Penuh DO / Dissolved Oxygen membedakan proses NBOD (Nitrogenous BIological
Oxygen Demand) kedalam mineralisasi dan Nitrifikasi dan menambah pengaruh photolisa dan respirasi

114
phytoplankton dari level data phytoplankton yang disediakan , yang dapat dilihat pada gambar sbb :

Gambar 4.4 Kesetimbangan DO Full Linear

Persamaan 4 -17

Persamaan 4 -18

115
Persamaan 4 -19

Persamaan 4 -20

Persamaan 4 – 21

Yang Mana S ki adalah variabel source / sumber atau sink / serapan untuk vriabel “i” dalam segment
dalam satuan mg/L-day koefisien dan kontnata laju kinetik diberikan pada tabel ditas , dan sebgai
tamabahan menggunakan suku :

Konstanta konsentrasi phytoplankton yang digunakan dalam kesetimbanagn DO dalam kondisi awalnya
menggunakan satuan ug/L Chloropyl a , Apablia ratio carbon pada chlorophyl tidak dimasukkan maka
nilai default 30 akan digunakan . Fraksi partikel CBOD dan ON dihubungkan dengan transpor field 3 ,
settling bahan organik .

116
Environ Parameter

Parameter ini menggambarkan dasar model , termasuk dalam hal ini segmentasi , dan kontrol simulasi .

System , Pilih “Simulate” untuk NH3 , NO3 , CBOD , DO dan ON , Pilih Constant untuk PHYT dan bypass
untuk PO4 dan OP

Segment , Segment Kolom air seyogyanya didefinisikan sebagai standar , Apabila terdapat settling maka
pengguna model harus menambahkan segment benthos dibawah , segment kolom air . Segment benthos
berlaku sebagai sumber dan serapan bahan organik . Model perhitungan dalam segment benthos
diabaikan .

Tranport Parameter

Kelompok parameter ini mengambarkan aliran advective dan dispersive .

Number of Flow Field , Untuk mensimulasi settling pengguna model harus memilih Solid 1 dalam kondisi
advective dan juga mimilih kolom air .

Particulate Transport m 3/sec , Variabel waktu laju pengendapan dan resuspensi / umbalan untuk
particulate CBOD dan ON menggunakan Solid 1 dapat dimasukkan dalam setiap segment . Untuk setiap
field flow / medan aliran ditentukan luas penampang melintang pada sambungan segment selanjutnya
variabel waktu pengendapan dapat dimasukkan dalam satuan m / day . secara internal laju kecepatan
akan dikalikan dengan penampang melintang sebagai debit yang membawa bahan organik particulate
keluar dari kolom air .

Boundary Parameter

kelompok parameter ini terdiri dari konsentrasi syarat batas , beban limbah , kondisi awal

Boundary Concentration mg/L , Pada setiap segment batas harus ditentukan niali NH3 , NO3 , ON ,
CBOD , dan DO , Segment batas ditandai oleh aliran dari luar jaringan dalam hal ini , aliran anak sungai ,
dan aliran downstream

117
Wate Loads Kg/day , Beban limbah , Untuk setiap point source variabel waktu konsentrasi NH 3 , NO3 ,
ON ,CBOD dan DO harus ditetapkan , beban dapat berupa dari industri , perkotaan , run off dan apabila
ada beban phytoplankton harus dalam bentuk kg carbon /hari

Solid Transport Field , Medan transport yang berhubungan dengan particulate CBOD dan ON ditetapkan
dalam field 3 .

Solid Density g/cm 3 , Nilai berat jenis 0 dapat dimasukkan untuk NH3 , NO3 , ON , CBOD dan DO

Initial Concentration mg / L , Konsentrasi NH3 , NO3 , ON , CBOD dan DO dapat dimasukkan untuk
setiap segment . Nilai rata rata phytoplankton ug chloropyl /L harus ditetapkan , dan akan dikonvers ikan
menjadi mg Phytoplankton / L , nilai default carbon ke chloropyl adalah 30 . dan konsentrasi phytoplankton
menjadi konstan , nilai PO4 dan OP yang 0 akan ditetapkan oleh model .

Dissolved Fraction , Nilai fraksi terlarut NH3 , NO3 , ON , CBOD dan DO untuk setiap segment harus
ditentukan ,nilai DO adalah 1 , hanya particulate CBOD dan ON akan menjadi subjek pengendapan .

Transformation Parameter

Parameter transformasi adalah parameter spatial yang dimasukkan dalam segment yang antara lain
adalah nilai konstantan kinetik , dan nilai parameter yang lain

Water Temperature , Temperatur air dapat di inputkan

Sediment Oxygen Demand g/m 2/day , Variabel zaliran Sediment Oxygen Demand dan koefisient
temperatur untuk setiap segment dapat ditentukan nilai diberikan pada segment kolom yang berhubungan
dengan segment benthos .

Nitrogen Mineralization Rate 1/day , Konstanta laju mineralisasi dan koreksi temperatur untuk Nitrogen
organik terlarut dapat di masukkan

Nitrification Rate 1/day , Konstanta Laju dan koefisent koreksi temperatur untuk amonia nitrogen dapat di
inputkan , nilai default 0 menyatakan tidak ada hambatan oksigen .

CBOD De Oxygenation Rate 1/day . Laju konstanta De oxygenasi dan koefisient temperatur , dapat di
tentukan , nilai default 0.0 menandakan tidak ada limit oxygen .

118
Reaeration Rate 1/day , Terdapat 3 pilihan dasar untuk menentukan laju , yaitu konstanta laju reaerasi
tunggal , konstanta laju reaerasi waktu dan segment tetap . kontanta laju reaerasi penghitungan aliran
dan angin . Hal ini telah dibahas pada Streer – Phelps diatas .

Photosyntesis Rate 1/day , Konstanta laju pertumbuhan phytoplankton dan temperatur , untuk simulasi
kesetimbangan DO yang mana dinamika phytoplankton di bypass maka laju pertumbuhan harus
merefleksi rata rata cahaya , dan keterbatasan nutrient .

Respiration Rate 1/day , Nilai rata rata konstanta laju respirasi phytoplankton dan koefisient temperatur
dapat dimasukkan kedalam segment

4.6.4 Non Linear DO Balance

Persamaan Kesetimbangan Non linear DO / Dissolved Oxygen menambah masukan pada konsentrasi DO
pada suku persamaan kesetimbangan linear DO yang telah diuraikan pada sub bab diatas .Masukan
menjadi penting dalam rangka hambatan Nitrifikasi dan CBOD , pada saat terjadi konsentrasi oksigen yang
rendah .

Untuk level analysis ini , kesetimbangan DO linear yang telah di presentasikan diatas ditambah dengan
masukkan suku oksidasi carbon , Denitrifikasi dan Nitrrifikasi , Terminologi atau suku ini dipresentasikan
pada tabel diatas . Parameter Environment , Transport dan Boundary sama dengan persamaan
kesetimbang DO linear . Dan tambahannya adalah :

Nitrification Rate 1/day , Laju Nitrifikasi dan koefisien temperatur untuk Amonia Nitrogen terlarut masing
masing dapat ditentukan dengan konstanta K12C dan K12T , Koefisient setengah jenuh untuk
keterbatasan oksigen dalam Nitrifikasi menggunakan KNIT . Apabila nilainya 0.0 berati tidak ada hambatan
oksigen

Denitrification Rate 1/day , Laju konstanta Denitrifikasi dan koefisient temperatur untuk Nitrat Nitrogen
yang terlarut masing masing ditetapakan dengan K20C dan K20T , Koefisient setengah jenuh Nitrifikasi
menggunakan untuk keterbatasan oksigen dalam denitrifikasi menggunakan KNO3 . Apabila nilainya 0.0
berarti tidak ada hambatan oksigen

119
CBOD De Oxygenation Rate 1/day , Laju konstanta oksigenasi CBOD dan koefisient temperature masing
masing ditetapkan dengan KDC dan KDT , Konstanta setengah jenuh keterbatasan oksigen untk de
oxygenasi Carbon ditetapkan sebagai KBOD , Apabila nilainya 0.0 b erati tidak ada hambatan oksigen

120
Bab IX
Model Mercury
9.1 Overview Model Mercury / Air Raksa

Module Mercury MERC7 / Air Raksa dari WASP 7 menggunakan subset WASP 7 , general toxic Chemical
TOXI7 untuk mensimulasi siklus mercury dan tranportasi melalui badan air .MERC7 mensimulasi tiga jenis
mercury yaitu Hg 0 , Hg (II) dan MeHg , baik sebagai satu atau tiga type padatan / solid (yaitu silt , sand
dan padatan biotic /solid biotic ) . Simulasi dikendalikan oleh beban mercury dari atmosphere , anak sungai
, point source . Dalam keseluruhan periode simulasi MERC7 menghitung padatan dan jenis konsentrasi
mercury di dalam kolom air dan sediment . Hg (II) dan MeHg terpartisi dalam suspended dan padatan
benthos , dan ke DOC (Dissolved Organic Carbon) denga penetapan koefisient partisi pada setiap type
serapan oleh pengguna model .

Gambar 9.1 Overview Module Mercury WASP 7

Jenis mercury merupakan subject pada beberapa reaksi transformasi , termasuk dalam hal ini oksidasi Hg
0 dalam kolom air , reduksi dan metilisasi Hg (II) dalam kolom air dan lapisan sedimen .dan demetilisasi
MeHg dalam kolom air dan lapisan sedimen .Proses transformasi ini direpresentasikan dalam operasi
reaksi orde pertama total reactan (tidak ada perbedaan dalam reaktivitas pada yang Hg (II) baru
mengalami pengendapan dan yang telah mengalami pengendapan mingguan , bulanan , maupun tahunan

268
) dengan konstanta laju yang dapat bervariasi secara spatial dan koefisent temperatur yang mengatur laju
yang mana temperatur dalam badan air bervariasi .Reduksi dalam kolom air dan reaksi demetilisasi
dikendalikan oleh cahaya matahari dan input konstanta laju permukaan yang memantulkan cahaya melalui
keseluruhan kolom air dengan menggunakan specifik koefisen exctinction cahaya . Hg 0 adalah subjek
penguapan dengan pertukaran kolom air dengan atmosphere , diatur oleh laju transfer dan dihitung
berdasarkan kecepatan air dan kedalaman dan konstanta Henry .konstanta . Laju dapat diterapkan pada
dissolved , komplex DOC , dan phase solid sorbed pada variasi kekuatan (0 ke 1) sebagaimana ditetapkan
oleh pengguna model .

Untuk module ini konsentrasi mercury di masukkan dalam satuan ng/L , C i dikonversi secara internal oleh
WASP unit kedalam mg /L digunakan dalam persamaan tranpor dan transformasi . Particulate dan DOC
yang berhubungan dengan C i dihitung dalam unit mg/Kg dan disajikan dalam konvensional mercury unit
dalam ng/g .Konsentrasi Solid dan DOC S i di inputkan dan digunakan dalam persamaan transpor dalam
unit mg/L . S i ini dikonversi secara internal menjadi setara dengan konsentrasi M i dalam Kg/L ,
digunakan dalam persamaan partisi kimia .

9.2 Persamaan Partisi

Hg (II) dan MeHg di partisi diantaranya adalah menjadi , dissolved , DOC (Dissolved Organic Carbon)
dan phase solid sorbed . dengan menggunakan himpunan partisi koefisient linear sebagai berikut :

Persamaan 9 – 1

269
Yang mana C diss adalah Konsentrasi dissolved / kelarutan divalent atau konsentrasi methyl mercury dan
C DOC adalah konsentrasi komplex DOC (Dissolved Organic Carbon) , C sand , C silt dan C biotic adalah
konsentrasi terserab . K DOC .K sand .K silt ,K biotic adalah koefisien partisi pada DOC , Sand , Silt dan
padatan biotic dalam mg / Kg , per mg / L atau L / Kg .

Perkalian konsentrasi kimia tersebut dengan masing masing phase volumetrik concentrasi ( porositas , n ,
dalam L Water / L , Dissolved Organic Carbon , M DOC , dalam Kg /L dan klas Solid / padatan “s” M s dalam
Kg /l) memberi konsentrasi volumetric kimia dalam setiap phase . Penjumlahan konsentrasi volumetric
kimia untuk semua phase memberikan total konsentrasi kimia dan diberikan dalam persamaan sebagai
berikut :

Persamaan 9 – 2

Fraksi ini digunakan secara internal dalam WASP 7 untuk persamaan transpor dan transformasi .

9.3 Persamaan Transformasi

Dalam modul mercury pada WASP 7 laju reaksi diterapkan pada , dissolved / terlarut , Komplex DOC
(Dissolved Organic Carbon) dan phase serapan padatan ./ solid sorbet dengan menggunakan himpunan
multiplier specifik proses sebagai X diss , X DOC , dan X Sorb pada persamaan dibawah ini .Multiplier pada
umumnya di set sebagai 1 pada phase dissolved dan sorbed .dan sama dengan 0 untuk phase ikatan DOC

270
.Pada persamaan dibawah ini masukkan laju konstantan K i dalam unit day – 1 dan laju transformasi S k,i
di hitung dalam unit g/m3/day .

9.3.1 Oksidasi

Hg O dioksidasi dalam kolom air mejadi Hg (II) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 9 – 3

Yang mana S K , ox adalah laju oksidasi , dan K ox adalah konstanta laju oksidasi , Konstanta laju oksidasi
K ox ditetapkan oleh pengguna model sebagai model parameter yang bersifat spatial / keruangan
.Konstanta ini untuk temperatur acuan T R dalam K (Kelvin) . Dan apabila pengguna model akan
menentukan reaksi activasi energy E ao dalam (Kcal /mol) , laju kontanta akan diatur secara internal pada
temperatur ruangan , dengan menggunakan persamaan Arrhenius sebagai berikut :

Persamaan 9 – 4

.Laju oksidasi di ambil dari penurunan Hg 0 dan ditambahkan pada turunan Hg (II) dengan menentukan
reaksi masa menghasilkan koefisient 1,0 .

9.3.2 Reduksi

Hg (II) direduksi oleh cahaya matahari dalam kolom air menjadi Hg 0 dengan menggunakan persamaan
linear sebagai berikut :

Persamaan 9 – 5

271
Yang mana S K,red adalah laju reduksi dan K red adalah Konstanta laju reduksi permukaan dan L N (t) adalah
intensitas normal cahaya pada keseluruhan kedalaman segmen dan diberikan persamaan sbb:

Persamaan 9 - 6

Yang mana L S(t) adalah intensitas cahaya pada permukaan air dan L ref adalah intensitas cahaya yang
berhubungan dengan pengukuran konstanta laju reduksi permukaan , K e adalah koefisien extinction
cahaya dalam meter – 1 dan d adalah kedalaman segmen dalam meter . Koefisien extinction cahaya dat
ditetapkan secara langsung , atau dihitung secara internal sebagai fungsi solid , chloropyl a, dan DOC
dalam rumus sebagai berikut :

Persamaan 9 – 7

Yang mana K e , water adalah koefisient extinction bacground cahaya dalam mete r , K e , Solid adalah
multiplier extinction cahaya solid dalam L/mg/meter , S tot adalah konsentrasi TSS dalam mg/L , K e,doc

adalah multiplier extinction cahaya DOC dalam L/mg/meter , S DOC adalah kondsentrasi toatal Dissolved
Organic carbon dalam mg/L , K e , Chl adalah multiplier extinction cahaya Choropyl dalam L/mg/meterdan
CHla adalah konsentrasi chloropyl phytoplankton dalam ug/L , Kexp adalah exponent choloropyl extinction
cahaya , nilai default untuk K e, chl dan k ex p masing masin adalah 0,0578 dan 0,778

Kontanta Laju reduksi permukaan K red ditentukan oleh pengguna model sebagai konstanta model ,
koefisien cahaya bukan untuk mengatur temperatur , . Laju reduksi di ambil dari penurunan Hg (II) dan
ditambahkan pada turunan Hg 0 dengan menentukan reaksi masa menghasilkan koefisient 1,0 .

272
9.3.3 Metylation

Dengan diberikan subtrate dan keadaan lingkungan yang sempurna , Hg (II) akan dimetilisasi menjadi
MeHg dalam lapisan permukaan sedimen , dengan kondisi yang mendukung metilisasi terjadi pada kolom
air .WASP 7 menerapkan variabel keruangan reaksi bengan menggunakan persamaan linear sebagi
berikut :

Persamaan 9 – 8

Yang mana S K , meth adalah laju metilisasi , dan K meth adalah konstanta laju metilisasi . Laju konstanta
metilisasi ditetapkan oleh pengguna model .secara spatial . Input laju konstanta adalah untuk temperature
20 0 C dan diatur secara internal untuk temperatur ruang dengan formula sebagai berikut

Persamaan 9 - 9

Yang mana Q Bac adalah “Q – 10” factor pengaturan temperatur , yang mewakili terjadi kenaikan laju
biodegradasi dari kenaikan suhu 10 0 C , nilai kisaran 1,5 – 2 adalah umum . Laju dimetilasi di ambil dari
penurunan Hg(II) dan ditambahkan pada turunan MeHg dengan menentukan reaksi masa menghasilkan
koefisient 0,93

9.3.4 Reductive Demethylation

Me Hg direduksi oleh dalam kolom air menjadi Hg 0 , menggunakan persamaan linear sebagai berikut :

Persamaan 9 – 10

Yang mana S k,rdm adalah laju reduksi dan K rdm adalah konstanta laju reduksi permukaan , Konstanta laju
reductive demethylation di tentukan oleh pengguna model , laju pencahayaan bukan digunakan untuk

273
mengatur temperatur . Laju reductive demethylation diambil dari penurunan MeHg dan ditambahkan ke
Hg 0 diturunkan dengan spesifik reaksi masa menghasilkan koeffisient 0,93 .

9.3.5 Bacterial Demethylation

MeHg di metilasi oleh bacteri pada permukaan sedimen menjadi Hg (II) menggunakan persamaan linear
berikut ini
Persamaan 9 -11

Yang mana S K,dem adalah laju dimetilasi dan K dem adalah laju konstanta dimetilasi , Laju konstanta
dimetilasi K dem ditetapkan oleh pengguna model .Konstanta ini adalah untuk temperatur acuan TR 20 0 C
dan apabila pengguna model menentukan reaksi aktivasi energi E a dem kurang lebih 10 Kcal / mole , maka
laju konstanta diatur secara internal ke ambient temperatur udara , dengan menggunakan persamaan
Arrhenius sebagai berikut :

Persamaan 9 -12

Laju dimetilasi di ambil dari penurunan MeHg dan ditambahkan pada turunan Hg(II) dengan menentukan
reaksi masa menghasilkan koefisient 0,93 .

9.3.6 Volatilzation

Pada segmen permukaan air Hg 0 terlarut bertukat dengan gas Hg 0 di atmosphere melintas antarmuka
udara – air dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 9 – 13

274
yang mana S K,Vol adalah laju pertukaran neto volatilisasi , dan K Vol adalah kontanta adalah laju pertukaran
neto volatilisasi , H adalah konstanta Henry , dalam atm / molar ( 7 X 10 –3 ), R adalah universal gas
konstant 8,206 X 10 – 5 atm / molar K dan TK adalah temperatur dalam Kelvin .

K Vol adalah kontanta adalah laju pertukaran neto volatilisasi yang didasarkan pada model resistant dua film
Whitman dan dapat dihitung secara internal dengan menggunakan variasi pilihan berdasarkan pada
kecepatan angin , kecepatan arus air dan kedalaman segmen .Penghitungan konstanta laju volatilisasi
adalah untuk suhu 20 0 C , dan diatur secara internal untu temperatur segmen dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :

Persamaan 9 – 14

Yang mana K Vol , T adalah konstanta laju volatilasi yang telah dikoreksi temperatur , dan K Vol , 20 adalah
laju konstanta yang dihitung untuk temperatur 20 0 C . O Vol adalah koefisient temperatur

Laju neto volatilasi adalah adalah diambil dari turunan Hg 0 , catatan apabila terdapat konsentrasi yang
tinggi di atmosphere maka proses transfer adalah neto source daripada neto sink .

9.4 Implementasi Model

Reaksi mercury mengandung berberapa konstanta dan parameter yang harus dalam implementasi modul
mercury dalam WASP 7 . Laju reaksi dan koefisient adalah tidak menentu .ada kisaran yang lebar diantara
badan air sebagai konsekuensinya data mercury lokal diperlukan dalam kalibrasi model . Himpunan data
kalibrasi yang baik meliputi sampel yang disaring dan samp el yang tidak disaring dari total mercury dan
mercury yang larut dalam air .dan yang ada dalam lapisan atas sedimen pada lokasi dan periode waktu
yang berbeda .

Pengukuran atau simulasi model beban watershed dan atmosophere diperlukan untuk mendinamisasi atau
menendalikan model .Data lingkungan yang penting termasuk dalam hal ini adalah debit , temperatur , pH ,
cahaya , dan kosentrasi suspended solid dan DOC . Karakter sediment yang penting adalam hal ini
komposisi ukuran , fraksi organik , berat jenis , status redox .dan konsentrasi sulfat dan sulfida .

275
Kalibrasi model seyogyanya mereproduksi kecenderungan overall konsentrasi mercury dalam ruang dan
waktu , dan juga hubungan internal dalam hal ini termasuk fraksi methyl mercury dan fraksi mercury terlarut
dalam kolom air dan sedimen ..Disebabkan jumlah konstanta dan parameter model untuk kalibrasi terbatas
, akhirnya perjalan akhir mercury tidak dapat ditentukan

Tabel 9.1 Konstanta Laju Reaksi dan Koefisent yang Digunakan Dalam Mercury Model WASP

276
Bab V
Eutrofikasi

5.1 Overview Persamaan Eutrofikasi

Pengkayaan nutrient dan eutrofikasi telah menjadi isu utama secara bekelanjutan pada badan air
.Konsentrasi Phospor dan Nitrogen yang tinggi di badan air telah menyebabkan phytoplankton booming
dan akhirnya merusak keseimbangan badan air . Kelarutan oksigen dapat berfluktuasi secara lebar dan
akhirnya terjadi defisit oksigen di dasar perairan .

Eutrofikasi telah di modelkan selama 30 tahun . Persamaan yang diterapkan bab ini diturunkan dari model
eutrofikasi Potomac PEM (Fitzpatrick dan Thoman 1982) .

Proses proses Pengkayaan nutrient dan eutrofikasi disimulasikan dengan modul Eutro , kekurangan
oksigen , di simulasikan dengan modul Eutrofikasi .Beberapa proses fisika kimia mempengaruhi transpor
dan interaksi pada beberapa nutrient , phytoplankton , material carbon , oksigen terlarut dalam lingkungan
perairan . Gambar 5.1 berikut menggambarkan kinetic interaksi daur nutrient dan kelarutan oksigen .

Sumber nutrient dapat berupa aliran point source / titik dan non point sourcec / diffuse . Aliran non poi nt
source dapat berupa drainase perkotaan , drainase pertanian d an aliran limbah dari industri dan institusi
lain yang menghasilkan limbah cair . Dilain fihak aliran yang diifuse berasal dari limpasan air hujan yang
membawa nutrient atau polutant dari lahan . Kegiatan pertanian dapat menyumbang pollutan yang berasal
dari point source memalui drainase lahan pertanian dan dari aliran limpas yang membawa sedimen ,
biasanya nitrogen mobilitasnya tinggi di banding dan phospat yang sebagian besar terbawa dalam
sedimen melalui run off .

Kejadian eutrofikasi selain dipicu oleh nutrent yang melimpah , juga di dorong oleh k etersediaan cahaya
yang melimpah , tanpa ke dua unsur ini , tidak akan terjadi eutrofikasi . Eutrofikasi jug a mudah terjadi pada
badan perairan yang stagnan atau tergenang , jadi apabila kedua unsur tersebut memenuhi , maka
eutrofikasi mudah terjadi di danau , waduk atau badan air sungai yang kecepatan alirannya lambat
.Perairan yang mengalami eutrofikasi akhirnya akan mengalami kerugian dari segi ekonomi , yang mana
biaya pengolahan air minum menjadi mahal dan dari segi estetika akan menimbukan bau ynag tidak sedap
karena an oxic dan akhinya merugikan keseluruhan ekosistem perairan .

121
Gambar 5.1 Eutrofikasi

Modul eutrofikasi dapat dioperasikan oleh pengguna model pada berbagai tingkatan komplexitas untuk
mensimulasi beberapa variabel . Empat tingkat simulasi kesetimbangan Dissolved Oksigen telah disebut
dalam bab terdahulu .Tiga tingkatan Eutrofikasi telah di dokumentasikan dalam akhir bab ini , yiaitu 1)

122
Simple Eutrofication Kinetic , 2) Internediate Eutrofication Kinetic dan 3) Intermediate Eutrofication Kinetic
with Benthos .

Modul Eutrofikasi mensimulasi sampai 8 (delapan) variabel sebagaimana telah disajikan dalam gambar
diatas tersebut . dari gambar tersebut dapat dianggap ada 4 interaksi sistem yaitu : phytoplankton kinetic ,
siklus Phospor , siklus Nitrogen , dan kesetimbangan oksigen .model WASP akan mensimulasi setiap
variabel . Berikut ini ringkasan pendek dari siklus Phospor dan Siklus Nitrogen .

5.1.1 Siklus Phospor

Phospat an organik terlarut (DIP) berinteraksi dengan phospat an organik particulate melalui proses
adsorbsi – desorbsi . DIP diambil oleh phytoplankton untuk tumbuh dan disatukan kedalam biomasa
phytoplankton .phospor kembali dari cadangan biomasa phytoplankton melalui ke bentuk phospor oganic
terlarut dan phospor organic particulate dan ke phospaor an organik terlarut dengan proses respirasi
endogenous dan kematian bukan disebabkan predatory .

5.1.2 Siklus Nitrogen

Kinetika dari sitstem zat Nitrogen hampir sama dengan kinetika sistem zat Phospor . Amonia dan Nitrat
diambil oleh phytoplankton untuk tumbuh dan disatukan kedalam biomasa phytoplankton .Laju yang mana
masing masing diambil sebanding dengan konsentrasi relative total Nitrogen an organik (Amonia dan
Nitrat) yang tersedia .Nitrogen kembali dari cadangan biomasa phytoplankton ke bentuk Nitrogen terlarut
dan particulate Nitrogen melaui proses proses respirasi endogenous dan kematian bukan disebabkan
predatory .Nitrogen organik dirubah menjadi Amonia tergantung pada temperatur laju mineralisasi .Amonia
kemudian dirubah menjadi Nitrat tergantung pada temperatur dan laju oxygen - Nitrifikasi . Nitrat mungkin
dirubah menjadi gas Nitrogen tergantung pada temperature dan laju oxygen – denitrifikasi

5.1.3 Dissolved Oxygen

Kelarutan oksigen merupakan pasangan bagi bentuk variabel yang lain . Sumber oksigen adalah reaerasi
dan evlolusi dari pertumbuhan phytoplankton selama pertumbuhan . Serapan oksigen adalah respirasi alga
, oksidasi dari detritus carbon dan material carbonaceous dari air limbah dan non point source discharge
dan nitrifikasi .

123
5.1.4 Phytoplankton Kinetic

Kinetika phytoplankton diasumsikan sebagai pusat peran dalam eutrofikasi , yang berpengaruh pada
semua sistem sebagaimana pada gambar dan persamaan sebagai berikut :

124
Gambar 5.2 Kinetika Phytoplankton

Adalah diperlukan untuk membedakan terminologi reaksi phytoplankton S k4j sebagai perbedaan dalam
tingkat pertumbuhan phytoplankton , peluruhan dan pengendapan dalam volume V j sebagai

Persamaan 5 – 1

yang mana :

Subsckrip I mengidentifikasikan phytoplankton type 1 (hanya satu type phytoplankton yang dianggap dalam
model ) Subskrip j mengacu pada volume element yang dianggap . Keseimbangan antara besaran
pertumbuhan , peluruhan , pengendapan , dan transpor , pencampuran menentukan laju yang mana
phytoplankton di produksi dalam Volume V j.

125
5.1.5 Pertumbuhan Phytoplankton

Laju pertumbuhan phytoplankton dalam perairan alami adalah merupakan fungsi yang sangat komplex
tegantung pada jenis phytoplankton dan perbedaan nya rehadap tanggap radiasi matahari , temperatur dan
kesetimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan nutrient phytoplankton . Ketersediaan informasi
mengenai spesifik detail kinetic pertumbuhan individual phytoplankton di lingkungan perairan sangat
terbatas . Pemodelan ini memodelkan seluruh karaskteristik biomasa populasi phytoplankton yang ada ,
daripada per individu phytoplankton .

Pengukuran sederhana dari seluruh biomasa phytoplankton yang mengkarakterkan seluruh phytoplankton
dalam hal ini adalah chloropyl a digunakan sebagai variabel agregat .Prinsip keuntungan dari pengukuran
secara langsung ini adalah mengintegrasikan seluruh type cell dan umur dan menghitung kemampuan cell
. Dan kekurangannya adalah perhitungan komunitas tanpa memb edakan fungsi kelompok sebagi misal
alga hijau , diatomae .

Sebagaimana di dikusikan diatas adalah tidak mudah untuk mengukur agregat sederhana dan
memuaskan . dari dari sudut pandang kepraktisan adalah ketersedian data chloropyl a adalah penting
sebagai alat ukur agregat untuk dapat melakukan kalibrasi dan ve rifikasi populasi phytoplankton
Pertumbuhan maximum phytoplankton sebagai fungsi nutrient , cahaya dan temperatur dapat dilihat pada
persamaan dibawah ini .

Persamaan 5 – 2

yang mana :

126
Sebuah nilai estimasi Ki c dapat dipersiapkan berdasarkan pada kajian dinamika phytoplankton
sebagaimana telah dilaporkan oleh Bowie (1985) . Laju kontanta Maximum pertumbuhan telah diatur dalam
seluruh simulasi

Temperatur , Tempearatur air mempunyai pengaruh langsung pada pertumbuhan phytoplankton ,


Pemilihan laju pertumbuhan maximum dengan menggunakan koreksi temperatur secara spatial dan waktu
pada kolom air .Factor koreksi temperatur dihitung dengan persamaan :

Persamaan 5 – 3

yang mana :

Cahaya , Pada lingkungan alam , intensitas cahaya yang mana phytoplankton terpapar cahaya tidak
seragam pada nilai yang optimum . Pada permukaan dan dekat permukaan dari hubungan udara
permukaan air , hambatan terjadi pada intensitas cahaya yang tinggi , yang mana pada kedalam an bawah
zona euphotic tidak tersedia cahaya alami dan karena halangan kekeruhan algae .

127
Kerangka modelling yang dikembangkan oleh Di Toro et al (1971) dann Smith (1980) mengembangkan
kurva analisa cahaya yang dikembangkan oleh Steele (1962) , yang memperhitungkan pengaruh super
jenuh intensitas cahaya dan pantulan cahaya melalui kolom air . Kecepatan rata rata kedalaman reduksi
laju pertumbuhan yang dikembangkan oleh Di Toro , dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :

Persamaan 5 -4

yang mana :

Persamaan 5 – 5

Type nilai kecerahan angkasa untuk Intensitas cahaya permukaan pada bulan lintang yang berbeda
diberikan pada tabel sebagai berikut .

128
Persamaan tersebut diatas sama bentuknya dengan yang telah dikembangkan oleh Smith , yang juga
dapat dipakai sebagi pilihan pada model ini

Persamaan 5 – 6

yang mana :

Persamaan 5 – 7

Dan Persamaan 5 – 8

yang mana :

129
Persamaan 5 – 9

yang mana :

Persamaan 5.- 6 sampai 5-9 dengan memberi persamaan koefisient batasan cahaya yang bervariasi
sepanjang hari .Suku ini secara numerikal di integrasikan dalam keseluruhan hari oleh program komputer
untuk memperoleh rata rata limit cahaya

Persamaan 5 – 10

Suku Is adalah parameter kejenuhan cahaya yan tergantung pada temperatur yang nilainya tidak diketahui
pad formula cahaya Di Toro dan harus ditentukan melaui proses kalibrasi .Pada formula Smith suku ini
dihitung dari parameter yang masuk akal dan telah terdokumentasikan secara baik dalam literatur .
Sebaigaimana Smith telah mengacu pada percobaan Warburg dan Negelain (1923) , hasil maximum
quantum photosintesa (max) telah diukur pada kondisi kisaran yang luas dan indep endent terhadap

130
temperatur dari 0.08 – 0.1 mole O2 dari photon yang diadsorbsi yang sekarang diterima luas sebagai
photosintesa tanaman

Persamaan 5 – 11

Nutrients , Pengaruh konsentrasi nutrient pada pertumbuhan phytoplanton telah dselidiki dan hasilnya
adalah sangat komplex , Sebagai pendekatan pertama pada efek konsentrasi pada pertumbuhan
phytoplankton , asumsinya adalah populasi phytoplankton mengikuti kinetika pertumbuhan Monod yang
tunduk pada nutrient yang penting . Yang mana apabila terdapat cukup konsentrasi subtrate maka laju
pertumbuhan akan jenuh pada temperatur ambang dan keadaan cahaya pada saat tersebut .Pada
konsentrasi subtrate yang rendah menjadi linear , proportional dengan konsentrasi subtrate . Untuk
konsentrasi Nj pada segment Jth factor pengurangan laju pertumbuhan adalah :Nj / (Km + Nj) .Konstanta
Km disebut sebagai konstanta Michaelis atau setengah jenuh .adalah konsentrasi nutrient yang mana laju
pertumbuhan adalah separo laju pertumbuhan jenuh .Disebabkan karena ada dua nutrient yaitu Nitrogen
dan Phospor yang menjadi perhatian pada kerangka ini . Persamaan Michaelis – Menten di evaluasi untuk
bentuk an organik terlarut untuk nutrient dan nilai minmum dipilih untuk mengurangi laju pertumbuhan
jenuh sebagaimana diberikan pada persamaan sebagai berikut :

131
Persamaan 5 – 12

Pengguna model tidak dianjurkan untuk memggunakan persamaan diatas yang mana bersifat multiplicative

Gambar dibawah ini menggambarkan plot G(N) versus DIN dan DIP dengan Kmn 25 ug N /L dan Kmp 1
ug P/l . Gambar Plot yang diatas menunjukkan kurva respon standart Mchaels – Menten pada berbagai
konsentrasi an organik nutrient . sebagaimana dilihat tidak ada pengurangan pertumbuhan yang significant
samapi DIN kurang dari 200ug/L (0,2 mg/l) atau sampai DIP kurang dari 0,8 ug/L atau 0,008 g/L

Gambar plot yang dibawah menggunakan scala nutrient yang diperluas dan menunjukkan persamaan
Michaels – Menten yang berbeda format ,. Dari sini pengaruh fungsi dapat segera dievaluasi . Sebagai
contoh badan air yang konsentrasi DIN setara dengan 100 ug/L , ini berhubungan dengan pengurangan
20% laju pertumbuhan (XRN =0,8) . Dalam rangka Phospor menjadi factor pembatas pada ruas yang sama
, phospor an organik harus mencapai pada level 0,4 ug/L atau kurang . Dan seyogyanya di catat juga bila
upstream DIN berkurang 60 ug/L pada ruas yang sama pengurangan DIP ke 2,5 ug/L akan diperlukan untu
menjaga Phospat sebagai Nutrient pembatas . Dengan kalimat yang lain konsentrasi DIP di kolom air
sebagai pendekatan baru faktor pembatas , disebabkan keberlanjutan pengurangan Phospat pada sumber
effluent point source , suatu strategi pengurangan N seyogyanya diperhatikan untuk menjaga phospat
sebagai faktor pembatas .

132
Gambar 5.3 Pengaruh Keterbasan Nutrient Pada Pertumbuhan

133
5.1.6 Peluruhan Phytoplankton

Berbagai mekanisme / cara telah diajukan sehubungan dengan sumbangan/ kontribusi terhadap laju
pengurangan biomasa phytoplankton sebagai misal respirasi e ndogenous , grazing / dimakan oleh
zooplankton herbivora , dan paratisasi .Kedua mekanisme yang pertama tersebut telah dimasukan dalam
model dinamika phytoplankton dan secara umum menjadi penting .

Laju Respirasi endogenous phytoplankton adalah laju yang mana phytoplankton meng oksidasi carbon
organiknya ke carbon dioksida per unit berat carbo n organik phytoplankton .Respirasi adalah proses
kebalikan dari proses photosintesa dengan demikian memberikan sumbangan terhadap pengurangan
masa biomasa populasi phytoplankon . Apabila secara keseluruhan laju respirasi phytoplankton lebih
besar dari laju pertumbuhan maka berarti ada kehilangan netto carbon phytoplankton .Respirasi
endogenous adalah tergantung pada temperatur dan di rumuskan pada persamaan berikut :

Persamaan 5 – 13

yang Mana :

Telah dilaporkan bahwa nilai laju respirasi endogenous pada temperatur 20 derajat C adalah bervariasi dari
0,02 / day sampai 0,6 / day , dan paling banyak nilai jatuh pada antara 0,05 / day sampai 0,2 / day (Bowie
et al , 1985) , Di toro dan Matystik melaporkan nilai 1,045 untuk EIR (1980) . Total pengurangan biomasa
phytoplankton pada segmen J , di tampilkan dalam rumus sebagai berikut

Persamaan 5 -14

yang mana :

134
Catatan bahwa dinamika populasi zooplankton adalah ditetapkan oleh pengguna model , bukan
disimulasikan . Apabila fluktuasi populasi adalah penting dalam pengendalian tingkat phytoplanton dalam
badan air , pemgguna model boleh jadi ingin mensimulasi zooplankton dan laju memakan / grazing . Di
fihak lain banyak kajian hanya memerlukan suatu laju konstanta grazing o rde pertama yang mana laju
grazing proporsional terhadap tingkat phytoplankton . Pada kasus ini K1G dapat di atur sebagai konstanta
orde pertama dengan mengabaikan Z(t) dan nilai default adalah 1 . Dilaorkan nilai grazing adalah 0,1 -
1,5 L/mg c/day (Bowie , 1985) .

5.1.7 Pengendapan Phytoplankton

Settling / pengendapan phytoplankton mempunyai sumbangan yang penting terhadap keseluruhan


kematian phytoplankton terutama di danau dan perairan laut pantai . Nilai yang terpublikasi mengenai
kecepatan pengendapan berasal dari percobaan laboratorium yang diam adalah berkisar dari 0,07 – 18
m/day . Pada beberapa kejadian walaupun kecepatan settling adalah nol atau negative , tetapi di alam
perairan phenomena ini adalah rumit , dipengaruhi oleh vertikal turbulensi , gradient berat jenis , dan
status physiologi dari phytoplanton yang berbeda jenis . Walaupun pada perairan yang dangkal , muara
sungai , dan sungai yang tercampur dengan baik disebakan oleh vertikal turbulensi keefektifan settling
phytoplankton jauh berkurang , tetapi tetap merupakan sumbangan terhadap keseluruhan mortaliti /
kematian populasi Alga .Sebagai tambahan settling phytoplankton adalah sumber nutrisi bagi sedimen dan
dapat berperan penting sebagai sediment oxygen demand . Dalam modul Eutrofikasi phytoplankton adalah
setara dengan Solid type 2 . Variabel waktu dan segment kecepatan settling phytoplankton dapat
dimasukkan oleh pengguna model dengan menggunakan transport field 4 , dan persamaan settling dapat
ditulis sebagai berikut :

135
Persamaan 5 - 15

Yang mana :

5.1.8 Summary

Specifikasi phytoplankton yang berhubungan dengan pertumbuhan , mortality , peluruhan settling dan
dalam terminologi fisika yang meliputi variable cahaya , temperatur dan konsentrasi nutrient telah diberikan
dalam ringkasan secara lengkap pada tabel berikut ini , dengan mengetahui variabel sebagai fungsi waktu
maka dimungkinkan untuk menghitung chloropyl phytoplankton sepanjang tahun .

136
Nutrient tidak diketahui sebagai priori , namun kare na mereka tergantung pada perkembangan
phytoplankton . Sistem ini saling ketergantungan dan tidak dapat dianalisa secara terpisah . Adalah sangat
perlu untuk memformulasikan kesetimbangan nutrient maupun phytoplankton dalam rangka menghitung
chloropyl yang akan dikembangkan untuk memberi informasi kondisi lingkungan

5.1.9 Stochiometri dan Pembaharuan Kinetic

Suatu prinsip dalam komponent persamaan kesetimbangan masa telah ditulis untuk nutrient yang
termasuk dalam rangka eutrofikasi adalah kinetika penyerapan nutrient dalam hubungannya dengan
pertumbuhan phytoplankton . Untuk menentukan kinetika pengambilan nutrient dalam hubungannya
dengan pertumbuhan , maka perlu untuk menentukan stochiometry populasi dalam sintesa unit nutrie nt
uptake / masa populasi .Pada carbon sebagai unit populasi biomasa , rasio yang relevan adalah nitrogen
atau phospor per unit masa carbon . Suatu pemilhan rasio telah dikemukaan oleh Di Toro et al (1971) ,
yang ternyata variasinya sangat besar . Dengan demikian penggunaan rasio dalam analysis masih menjadi
tanda tanya .

Dibawah penyelidikan lebih lanjut , adalah sangat jelas alasannya ratio bervariasi disebabkan variasi
kandungan nutrient pada sell , yang mana sebagai fungsi external kandungan nutrient d an riwayat populasi
phytoplankton pada masa lau . Ratio yang besar carbon ke nitrogen atau phospat berhubungan dengan
pembatasan tumbuh dari nutrient . Rasio kecil menandakan nutrient yang berlebihan . Pilihan ini relevan
rasio yang cocok dapat dibuat disesuikan dengan kondisi .

137
Sebagai konsekuensi pada pilihan ini adalah bahwa populasi stochiometri dibawah kondisi tidak terbatas
mungkin under estimate , tetapi apabila ada batasnya maka estimasi akan mendekati enilai yang benar
.Disebabkan mungkin ada gap antara kenyataan sepanjang tahun versus periode nutrient terbatas yang
estimasi biomasa phytoplankton mendekati kebenaran . Disebabkan hal ini biasanya adalah periode kritis
dan karena kebanyakan pertanyaan yang harus dijawab adalah sensitive terhadap maximum populasi di
musim panas , pilihan ini adalah praktis dilaksanakan . Suatu hasil perbandingan rasio carbon ke nitrogen
dan carbon ke phospor dimuara sungai Potomac dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Apabila ratio stochiometric sudah diterapkan , persamaan kesetimbangan masa dapat ditulis untuk nutrient
dalam mana hal yang sama dilakukan untuk biomasa phytoplankton . Interaksi utama antara sistem
nutrient dan sistem phytoplankton adalah pengurangan atau penyerapan nutrient dalam hubungannya
dengan pertumbuhan plankton . Interaksi sekunder terjadi apabila sistem phytoplankton berlaku sebagai
nutrient disebabkan sell phytoplankton melepas nitrogen dan phospor selama respirasi dan mortaliti .

5.2 Persamaan Dinamika Phospat

Dalam Dinamika phospat hanya ada dua proses yaitu transformasi phospat organik menjadi ortho phospat
dan trasnformasi Ortho phospat . Phospat organik akan dipilah menjadi particulate dan terlarut , begitu juga
Orthophospat kan dipilah juga menjadi particulate dan terlarut secara spatial pada setiap segmen
mempunyai perbedaan nilai kelarutannya . Dinamika phospat dapat dilihat pada persamaan persamaan
sebagai berikut :

138
Persamaan OrthoPhospat :

Persamaan Phospat organik :

Gambar 5.4 Persamaan Siklus Phospat

Yang Mana :

Terminologi Reaksi siklus Phospat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut

139
5.2.1 Pertumbuhan Phytoplankton

Sebagaimana phytoplankton berkembang , Phospat an organik akan diserap , disimpan dan disatukan
dalam biomasa . Untuk setiap mg Carbon yang dihasilkan akan menyerap apc / mg phosat an organik

5.2.2 Peluruhan / Kematian Pytoplankton

Sebagaimana phytoplankton bernafas dan mati disirkulasikan menjadi organisma yang tidak hidup , untuk
setiap mg carbon diambil atau dilepas , sejumlah apc mg phospat dilepas , fraksi oganik f op dan
sementara itu fraksi an organik adalah (1 – fop) dan dapat segera diseraa oleh sell laga yang lain . Dalam
kerjanya di Danau Great Lake fop adalah 50% (Di Toro dan Matystik 1980)

5.2.3 Mineralisasi

Phospat organik yang tidak hidup akan mengalami mineralisasi atau diuraikan oleh bacteri menjadi
phospat an organik sebelum digunakan oleh phytoplankton . Di dalam kerjanya di danau Hudson dan
Teluk Saginav , Di Toro dan Mystik mengajukan formula resirkulasi nutrient sebagai fungsi populasi
phytoplankton lokal .Proposal ini berdasarkan pada analisis data lapangan yang tersedia dan data hasil
kerja dari yang lain (Hendry 1977 , Lowe 1976 , Henrici 1938 , Menon 1972 , Rao 1976 ) yang
mengindikasikan kenaikan biomasa bacteri , dengan adanya kenaikan masa biomasa phytoplankton
.Modul Eutrofikasi menggunakan mekanisme resirkulasi jenuh , merupakan kompromi mekanisme
resirkulasi antara orde kinetik pertama dan orde kinetic kedua yang mana kecepatann resirkulasi secara

140
langsung proportional dengan keberadaan biomasa phytoplankton . dan telah dibuktikan dalam kajian
laboratorium kultur bacteri murni .

Resirkulasi jenuh mengijinkan ketergantungan orde dua terhadap konsentrasi phytoplankton yang rendah
yang mana P c << K mPc , yang mana K mPc adalah konstanta setengah jenuh untuk resirkulasi , dan
membolehkan orde tingkat pertama apabila konsentrasi phytoplankton melebihi nilai setengah jenuh .
Secara mendasar mekanisme akan memperlambat tingkat resikle apabila konsentrasi phytoplankton
rendah . tetapi tidak akan membolehkan kenaikan tingkat laju raksi apabila konsentrasi phytoplankton
bertambah .Asumsi ini pada populasi yang tinggi kinetic resirkulasi di proses pada maximum orde satu .
Nilai default K mPc adalah 0 yang mana mineralisasi akan diproses pada orde satu untuk semua level
konsentrasi phytoplankton .

5.2.4 Sorption/Serapan

Terdapat interaksi sorption – desorption antara phospat an organik terlarut dengan bahan partikel
tersuspensi dalam kolom air .Urutan pengendapan suspended solid dengan sorbed in organic phosporus
dapat bertidak sebagai mekanisme kehilangan yang significant dalam kolom air dan sebagai sumber
phospor untuk sediment . Disebabkan waktu kecepatan reaksi sorption – Desorption adalah dalam orde
menit bila di banding tingkat reaksi biologi dalam hari , maka suatu reaksi keseimbangan dapat dibuat
.Reaksi kesetimbangan ini berakibat phase phospat terlarut dan particulate akan secara instant / cepat
bereaksi apabila masukan phospat dari aliran limpasan dan erosi yang akhirnya akan setimbang .

Dianggap CDIP sebagai konsentrasi Phospat an organik dalam kolom air ber interaksi dengan konsentrasi
partikulte phospat CPIP , interaksinya dapat berupa prosess adsorbsi dan desorbsi dengan Solid / atau
proses depurifikasi dengan phytoplankton . Apabila total suspended solid dipertimbangkan .Konsentrasi
particulate dapat ditulis sebagai

Persamaan 5 – 16

yang mana :

141
Jumlah total phospat an organik adalah jumlah phospat an organik terlarut dan phospat an organik
particulate yang dapat ditulis sebagai :

Persamaan 5 - 17

Asumsi proses kesetimbangan diatas adalah dianggap sebagai kesetimbangan instan / cepat antara
proses adsorbsi dan desorbsi . Kesetimbangan antara Phospat an organik dalam kolom air dan phospat
an organik dalam padatan biasanya di expresikan sebagai rumus koefisient partisi sebagai berikut .

Persamaan 5 – 18

yang mana :

Subtitusi persamaan 5 – 18 kedalam persamaan 5 – 16 .akan menghasilkan persamaan sebagai berikut

Persamaan 5 – 19

Persamaan 5 – 19 adalah porsi linear dari Langmuir Isotherm , walaupun tidak merepresentasikan kondisi
yang aktual , ini adalah pendekatan yang masuk akal ketika konsentrasi sorbed phospat kurang dari
kapasitas puncak / maximum adsorbsi solid terhad ap phospor , kombinasi persamaan 5 – 17 dan
persamaan 5 – 19 menghasilkan total konsentrasi yang dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 5 – 20

142
Masing masing Fraksi Dissolved / terlarut dan particulate , dapat ditulis sebagai :

Persamaan 5 – 21

Persamaan 5 - 22

Suatu nilai koefisien partisi yang lebar ditemukan dalam literatur Thoman dan Fizpatrick (1982)
mengemukakan nilai kisaran yang 1,000 sampai dengan 16,000 , dengan menggunakan kisaran antara
1,000 dan 16,000 dan kisaran an organik solid antara 10 – 30 mg/l dalam kolom air akan menuju kisaran
fraksi phospat an organik dalam kolom air dari 0,01 – 0,33 . Dalam modul eutrofikasi phase phospat terlarut
dan particulate phospat diperlakukan sebagai variabel spatial , dan fraksi konstan waktu terhadap total an
organik phospat adalah .

Persamaan 5 – 23

Persamaan 5 – 24

yang mana :

143
5.2.5 Settling / Pengendapan

Partikel phospat organik dan an organik akan mengendap tergantung pada kecepatan dan fraksi yang
ditetapkan .Particulate organic phospat setara dengan Solid type 1 , yang mewakili bahan organik .Variabel
segment dan waktu kecepatan pengendapan bahan organik V s3 dapat di inputkan oleh pengguna model
dengan menggunakan transport field 3 . Variabel segment organic phosporus fraksi terlarut atau dissolved
fD8j di masukkan dalam kondisi awal .

Particulate an organik phospat adalah setara dengan Solid type 3 , yang mewakili sediment an organik
Variabel segment dan waktu kecepatan pengendapan bahan an organik V s35 dapat di inputkan oleh
pengguna model dengan menggunakan transpo t field 5. Variabel segment organic phosporus fraksi
terlarut atau dissolved fD3 di masukkan dalam kondisi awal .

5.3 Persamaan Dinamika Nitrogen

Dalam dinamika komponen nitrogen adalah dimulai dari pelapukan bahan organik secara hydrolisi menj adi
amonia , kemudian menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat , dalam hal transformasi nitrogen
dikendalikan oleh mikrobia bacteri yang terdiri dari amonifikasi , nitritasi dan nitratasi yang kedua proses
tesebut di kelompokkan sebagai proses nitrifikasi , Persamaan dinamika nutrient nitrogen dapat dilihat
pada persamaan persamaan sebagai berikut :

Persamaan Amonia

Yang Mana :

144
Persamaan Nitrat

Persamaan Nitrogen Organik

Gambar 5.5 Persamaan Siklus Nitrogen

Yang Mana :

145
Konstituen nitrogen pada model WASP mempunyai tiga bentuk yaitu amonia , ntirat, dan organik N ,
apabila hendak dilakukan simulasi , apabila akan dilibatkan simulasi organik N dan organik phospat maka
dalam WASP model harus disiapkan segment yang bersifat b enthic Segment Bentic atau benthos ini
berfungsi sebagai sumber dan penyerap nitrogen dan phospat yang mengalami proses pengendapan .

Dan dalam model WASP untuk simulasi settling organik nitrogent dan organik phospat dan CBOD ,
seyogyanya pengguna model memilih no type aliran (Number of Flow Fiekd) dipilid Solid 1 , untuk settilng
ortho phospat dipilih no type alairan (Number of Flow Field) dipilih Solid 3 .No Type aliran (Number of
Flow Field) 2 digunakan untuk setling phytoplankton .

Dan reaksi peristiwa Nitrogen dapat dilhat pada tabel sebagai berikut :

146
5.3.1 Pertumbuhan Phythoplankton

Sebagaimana phytoplankton berkembang , nitrogen an organik yang terlarut akan diserap , disimpan dan
disatukan dalam biomasa . Untuk setiap mg Carbon yang dihasilkan akan menyerap anc / mg Nitrogen an
organik terlarut akan diambil . Kedua duanya baik Amonia maupun Nitrat dapat diserap oleh sell
phytoplankton . Tetapi dengan alasan Physiologi , phytoplankton lebih suka menyerap Amonia . Istilah

147
lebih kesukaan Ammonia disebut sebagai amonia preference dan digambarkan dalam gambar sebagai
berikut .

Gambar 5.6 Preference Amonia

Perilaku persamaan ini untuk nilai Michaelis , KmN 25 ug N / L diperlihatkan pada gambar diatas . Perilaku
persamaan ini lebih sensitive pada kadar Ammonia atau Nitrat yang rendah . Untuk Konsentrasi Amonia
yang ditetapkan sebagaimana konsentrasi Nitrat meningkat diatas batas Micahelis – Menten , kesukaan
Ammonia akan mecapai pada garis asymtot , juga apabila konsentrasi amonia meningkat maka preference
/ kesukaan akan menjadi datar .

148
5.3.2 Peluruhan / Kematian Phythoplankton

Sebagaimana phytoplankton bernafas dan mati disirkulasikan menjadi organisma yang tidak hidup , untuk
setiap mg carbon diambil atau dilepas , sejumlah apc mg phospat dilepas , fraksi oganik f op dan sementra
itu fraksi an organik adalah (1 – fop) dan dapat segera diserap oleh sel alga yang lain . Dalam proyek
kerjanya di Danau Great Lake fop adalah 50% (Di Toro dan Matystik 1980)

5.3.3 Mineralisasi

Nitrogen organik yang tidak hidup akan mengalami mineralisasi atau diuraikan oleh bacteri menjadi Amonia
Nitrogen sebelum digunakan oleh phytoplankton . Dalam modul eutrofikasi menggunakan resirkulasi
jenuh sebagaimana dijelaskan pada bagian phospor diatas. Secara mendasar mekanisme akan
memperlambat tingkat resirkulasi apabila konsentrasi phytoplankton rendah . Tetapi tidak akan
membolehkan kenaikan tingkat laju reaksi apabila konsentrasi phytoplankton bertambah .Asumsi ini pada
populasi yang tinggi kinetic resirkulasi di proses pada maximum orde satu . Nilai default K mPc adalah 0 yang
mana mineralisasi akan diproses pada orde satu untuk semua level konsentrasi phytoplankton .

5.3.4 Settling

Partikel Nitrogen organik akan mengendap te rgantung pada kecepatan dan fraksi yang ditetapkan
.Particulate organic Nitrogen setara dengan Solid type 1 , yang mewakili bahan organik .Variabel segment
dan waktu kecepatan pengendapan bahan organik V s3 dapa d inputkan oleh pengguna model dengan
menggunakan transpor t field 3 . Variabel segment Nitrogen fraksi terlarut atau dissolved fD7j di masukkan
dalam kondisi awal .

5.3.5 Nitrifikasi

Dalam kehadiran bacteri Nitrifikasi , Amonia Nitrogen akan dikonversi menjadi Nitrat Nitrogen (Nitrifikasi) .
Proses Nitrifikasi dalam perairan dilakukan oleh bacteri aerobic authotrop yaitu dalam perairan tawar
didominasi oleh Nitrosomonas dan Nitrobacter .Dengan melalui dua tahap yang mana Nitrosomonas
mengkonversi dari Amonia ke Nitrit dan Nitrobacter mengkonversi dari Nitrit ke Nitrat

Yang penting dari proses ini adalah aerob dan dipengaruhi oleh pH , yang mana pada pH tinggi dan rendah
terjadi hambatan pada pertumbuhan Nitrosomonas , terutama pada pH dibawah 7 dan diatas 9

149
.Sebagaimana dengan phytoplankton , bacteri nitrifikasi juga sensitif terhadap perubahan aliran , pada
keadaan banjir terjadi pengaruh populasi bacteri dari hilir dan akhirnya akan terjadi pemulihan kembali .

Proses Nitrifikasi dalam perairan berlangsung komplex tergantung pada Kelarutan oxygen , pH , dan
kondisi aliran perairan adalah sulit untuk membuat sempurna , dibutuhkan database yang komplit yang
jarang tersedia .Expresi kinetik dalam modul Eutrofikasi ada tiga yaitu Konstanta laju orde satu , koreksi
suhu dan koreksi Kelarutan Oxygen

5.3.6 De Nitrifikasi

Denitrifikasi mengacu pada reduksi NO3 / Nitrat menjadi gas nitrogen / N2 atau gas yang lain sebagai
misal NO dan N2O . Proses ini dilkukan oleh sejumlah besar bacteri heterotrop dan facultative an aerob .
dibawah kondisi normal oksigen dalam perairan , bakteri ini menggunakan oksigen untuk menguraikan
bahan organik . Dibawah kondisi extrem an aerob di kolom air dan berada di sedimen , bakteri ini mampu
menggunakan NO3 sebagai akseptor electron

Dalam modul eutrofikasi , pemodelan Nitrifikasi dilakukan secara sederhana yang mana dianngap sebagai
penyerap Nitrat . Expresi kinetik dalam modul Eutrofikasi ada tiga yaitu Konstanta laju orde satu , koreksi
suhu dan koreksi Kelarutan Oxygen , dua terminologi adalah standart dan yang ketiga adalah mewakili
penurunan denitrifikasi disebabkan keanaikan oksigen .Pengguna model dapat memasukkan konstanta
nilai setengah jenuh KNO3 mewakili yang mana pada level kadar oksigen ,laju denitrifikasi menjadi separo
.

5.4 Keseimbangan Oksigen Terlarut

Variabel yang berperan dalam kesetimbangan oksigen adalah phytoplankton , carbon , amonia , nitrat ,
CBOD dan DO , Ringkasan dapat dilihat pada gambar diatas .Pengurangan oksigen sebagai akibat dari
proses aerobic di kolom perairan dan an aerobic dalam lapisan sediment .Ke dua proses ini sangat
significant prosesnya maka dari itu penting untuk memodelkan secara explicit , sebagaimana telah
dijelaskan diatas .

5.4.1 Interaksi Benthos – Kolom Air

Dekomposisi atau penguraian bahan organik dalam sediment benthos mempunyai pengaruh yang kuat
pada konsentrasi Oksigen dan nutrient dalam lapisan air diatasnya .Dekomposisi material organik dalam

150
air melepas nutrient kedalam lapisan sediment yang akhirnya memerlukan kebutuhan oksigen pada lapisan
sediment . Sebagai hasilnya lapisan permukaan sediment merupakan sumber nutrient dan serapan
oksigen pada lapisan air diatasnya .Sebagai tambahan kejadian an oxic / tanpa oksigen sebagai hasil
kebutuhan oksigen sedimen akan bertambah sejalan dengan flux / aliran melalui satuan reaksi komplex
redox yang merubah status konsentrasi berbagai jenis nutrient dan logam yng melepepas ikatan nutrient
.Kepentingan relative dari sedimen oksigen demand dan aliran nutrien dalam sedimen kedua duanya
adalah dalam keperluan pengendalian nutrient di waktu mendatang dalam hubungannya dengan dinamika
lapisan sediment dalam hubungannnya dengan kolom air .

Modul eutrofikasi memberi dua pilihan aliran / flux nutrient dan oksigen yaitu input deskripsi dan prakiraan
perhitungan . Pilihan pertama untuk ditujukan pada kolom air pada segment jaringan. Variabel keruangan /
spatial flux harus di deskripsikan untuk ammonia , phospate dan sediment oxgen demand . Fungsi waktu
dapat diterapkan untuk flux ammonia dan phospate untuk merefleksikan musiman . Temperatur musiman
dapat mempengaruhi SOD melalui koreksi temperatur .. Berikut gambar interaksi Benthos – Kolom Air .

151
Gambar 5.7 Pertukaran Sediment – Kolom Air

152
5.4.2 Simulasi Benthos

Kerangka perhitungan yang mengikutsertakan pertukaran benthos dengan kolom air didapat dari prinsip
prinsip yang diperoleh dari kajian Danau Eri , yang menghubungkan interaksi sediment – kolom air yang
di gambarkan ole Di Torro pada tahun 1980 .Untuk permukaan lapisan benthos dengan tebal D j ,
persamaan kesetimbangan masa Nitrogen dan Phospat dapat digambarkan pada persamaan sebagai
berikut :

153
Gambar 5.8 Persamaan Nutrient Benthos

Dan koefisient reaksi nutrient benthos dapat diringkas kedalam tabel sebagai berikut :

154
Model WASP membolehkan detail parameterisasi seetling / pengendapan pada benthos dan termasuk
dalam hal ini tidak hanya downward / pengendapan tetapi juga kecepatan resuspensi keatas dengan
demikian dalam hal ini diketahui flux neto disebabkan perbedaaan aliran keatas dan kebawah .

Benthic Depth , Salah satu keputusan pertama yang berhubungan dengan lapisan Benthos adalah
menentukan kedalamannya , ada dua factor yang mempengaruhi keputusan ini . Yang pertama
menunjukkan kedalaman yang cukup dari ketebalan lapisan active , kedalaman mana lapisan sediment
dipengaruhi oleh pertukaran kolom air . Yang kedua adalah suatu kebijakan model yang merefleksikan
waktu riwayat atau memori yang masuk akal dalam lapisan sediment . Lapisan yang terlalu tipis maka
sediment benthos akan “ mengingat” dia hanya di pengaruhi oleh pengendapan material yang terjadi
selama 1 sampai 2 tahun . Apabila lapisan terlalu tebal maka model akan “merata ratakan “ sejarah yang
terlalu panjang , yang tidak merefleksikan dalam hal ini phospor , sebagai misal tejadi pengurangan

155
sedimen phospor sebagi akibat dari pengurangan debit phospor dari waste water treatment plan .
Pemilihan kedalaman benthos bersam dengan laju sediment secara spatial menjadi rumit

Benthic Nitrogen , Pertimbangan selanjutnya adalah aplikasi kesetimbangan masa pada jenis nitrogen
pada pengurangan sedimen (Berner , 1974) . Partikel / particulate nitrogen organik adalah mengalami
hydrolisa menjadi amonia oleh aktivitas bacteri di dalam Benthos .Sebagai tambahn amonia yang
dihasilkan dari hydrolisa particulate nitrogen dalam benthos di hasilkan oleh dekomposis i an aerob
alga.Dalam kajian reaksi ini Foree dan Mc Carty (1970) memperlihatkan bahwa laju peluruhan alga an
aerob secara subtansial (0.007 – 0.022 / day ) . Walaupun produk akhir secara exclusive bukan amonia .
Fraksi alga nitrogen menjadi particulate nitrogen yang mengalami hydrolisa sebelum menjadi amonia .

Amonia yang dihasilkan oleh hydrolisa non alga nitrogen dan dekomposisi alga nitrogen mungkin bertukar
dengan lapisan kolom air diatasnya dengan melalui proses difusi . Tidak terjadi proses nitrifikasi
disedimen karena an aerob .Denirifikasi yang mana terjadi perubahan dari nitrat menjadi gas nitrogen
mungkin terjadi , tetapi nitrat yang ada dalam benthos akan terdifusi ke lapisan kolom air diatasnya .

Analisa konsentrasi benthos nitrogen dan hasil aliran amonia adalah relative dalam arah yang sederhana
, disebabkan oleh kesederhanaan mekanisme kinetic. An aerob dan hidrolisa alga menghasilkan produk
akhir yang stabil amonia yang tidak menuju ke reaksi an aerob sediment . dan di sajikan dalam gambar
dan tabel

Benthic Phosporus , Sebuah analisa yang lengkap mengenai aliran phospor dari sediment akan
memerlukan perhitumgan yang komplex pelarutan pengendapan kimia dan interaksinya dengan transpor
masa yang terlarut . Ada dua alasan yang dikemukakan oleh Nriagu (1972) y aitu , pertama ada
pengendapan phospor dalam kolom air , sehingga mempengaruhi transpor berbagai bentuk phospor
dalam kolom air . Yang kedua adalah konsentrasi terlarut dipengaruhi oleh potensial redox yang pada
gilirannya akan mempengaruhi aliran phospor pada kedaan aerobic dan anaerobic , aliran phospor akan
diperkuat dalam keadaan an aerobic .

Suatu perhitungan kimia kelarutan dan pengendapan Phospat adalah diluar scope model ini . Sebagai
gantinya sebuah pendekatan sederhana digunakan yang mana sec ara empiris kinetika laju an aerobic
phospor organik adalah sama dengan laju peluruhan nitrogen o rganik , yang menghasilkan phospor
organik maupun an organik .an aerobic dekomposisi organik phospor menghasilkan diisolved an organik
phospor yang tetap tinggal di kolom air dan tidak diserap oleh sediment .

156
Dengan menggunakan pengamatan terhadap nilai phospor an organik total dan yang terlarut dalam kolom
air , maka nilai fraksi phospor an oragnik yang terlarut dalam air dalam setiap segment dapat ditentukan ,
dengan phospor particulate dan terlarut yang dihitung pada setiap waktu , yang sifatnya sama dengan
phospor an organik dalam kolom air (Persamaan 5 - 26 - 5 - 30 ) .Pertukaran bentuk phospor dalam kolom
air , sama juga dengan pertukaran amonia , nitrat dan oksigen .Persamaan masa aliran dipresentasikan
dalam gambar 5-8 .Pengaruh an oxic pada sediment phospor tidak termasuk dalam kerangka model
.Pendekatan yang digunakan adalah flux sediment phospat walaupun tidak sempurna dan memuaskan ,
tetapi paling tidak konsisten dengan kerangka flux material .

Benthic Carbon , Reaksi yang merubah alga dan refractory carbon kedalam , langkah awal dalam hal
mana alga dan dan carbon refractory dirubah menjadi raktive perantara , terlihat sama dengan degradasi
refractory alga dan organik nitrogen dan dalam urut urutan perhitungan laju dekomposisi carbon dan
nitrogen adalah diasumsikan sama . Walaupun Reaktive intermediate berpartisipasi dalam reaksi lanjutan ,
sebagai misal asam volatil berekasi menjadi methane , dan mekanisme yang mengontrol reaksi ini adalah
sesuatu yang tidak menentu .Sebagai tambahan beberapa pengukuran jenis intermediate ini tesedia dan
pehitungan yang melibatkan konsentrasi jenis ini secara explisit akan niscaya bersifat spekulatif . Sehingga
perlu digunakan formula sederhana yang realistis .

Metode yang diajukan oleh Di Toro dan Connoly (1980) , dan ditekankan disini adalah berdasarkan pada
pemisahan reaksi awal yang mengkonversi material sediment organik kedalam reaksi perantara /
intermediate dan tetap membolehkan reaksi redox . Selanjutnya Dengan menggunakan variabel
transformasi dan hubungan orthogonal , Di Toro dan Connoly menurunkan persamaan kesetimbangan
masa yang independen detail dari persamaan reaksi redox .

Pilihan yang cocok komponent untuk perhitungan tersebut yang sejalan dengan aqueous variabel CBOD
dan DO / kelarutan oksigen . Ada pembatasan terhadap komponent perhitungan ini , walaupun masih ada
faktor luar yang berperan dalam reduksi sebagai misal besi , mangan dan sulfida yang memainkan peran
dalam ksesluruhan reaksi redox dan boleh jadi berperan dalam sediment oxygen demand . Penyederhaan
ini beralasan sebagai prelimary awal perhitungan alamiah benthos .

Reaksi dekomposisi yang mengendalikan komponen persamaan kesetimbangan masa dekomposisi


carbon alga dan pemecahan an aerrob benthos organik carbon . Kedua re aksi ini adalah menyerap
oksigen dan secara cepat menyebabkan konsentrasi negative , ini mengindikasikan pengurangan oleh

157
sediment daripada oksidasi .Konsentrasi negative yang terhitung dap at dipertimbangkan sebagai setara
dengan oksigen yang mereduksi produk akhir dengan rangkaian reaksi redox yang terjadi dalam sediment

Disebabkan perhitungan konsentrasi oksigen adalah poisitif di lapisan air atas , hal ini diasumsikan
pengurangan jenis carbon (setara dengan negative oxygen) yang ditransporkan melal ui permukaan
benthos dengan dikombinasikan ketersediaan oksigen dan dioksidasi ke CO 2 dan H2O dengan
kosekuensinya terjadi pengurangan oksigen dalam kolom air .Persamaan kesetimbangan masa sediment
untuk CBOD , DO bersama sama dengan Sediment Oxygen Demand disajikan dalam tabel ..dan gambar
diatas .

5.5 Model Implementasi

Untuk melakukan simulasi eutrofikasi harus dimulai dari dataset , untuk mendeskripsikan d ataset meliputi
Environment , Transport dan Boundary , tansformasi parameter . Kineic eutro module dapat diterapkan
untuk mealkukan kajian analisa eutrofikasi , yang mana terdapat 3 tingkat komplexitas dari Eurofikasi yaitu
: 1) Simpel Kinetic Eutrofikasi , 2 ) Intermediate Kinetic Eutrofikasi , dan 3) Intermediate kinetic Eutrofikasi
dengan Benthos .

Ada delapan bentuk vaiabel yang dapat disimulasikan oleh modul Eutrofikasi yang dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :

158
5.5.1 Eutrofikasi Kinetic Sederhana

Kinetika Eutrofikasi sederhana mensimulasi perkembangan dan peluruhan Alga dengan interaksi salah
satu siklus nutrient .Pertumbuhan dapat dihambat dengan ketersedian Nitrogen an organik , Phospat an
organik dan cahaya . Persamaan yang termasuk dalam hal ini adalah kinetika phytoplankton dalam
bentuk sebagai berikut :

Persamaan 5 – 25

159
Dan siklus phospat adalah :

Persamaan 5 – 26

Persamaan 5 – 27

Dan siklus Nitrogen adalah :

Persamaan 5 – 28

Persamaan 5 – 29

Persamaan 5 – 30

Yang Mana Ski adalah variabel source / sumber atau sink / serapan untuk vriabel “i” dalam segment dalam
satuan mg/L-day koefisien dan kontnata laju kinetik diberikan pada tabel ditas .

Phytoplankton ditambah tiga variabel Nitrogen atau dua variabel Phospor d igunakan dalam simulasi
sederhana eutrofikasi . Di samping itu Phytoplanktom di simulasi secara internal sebagai mg/L Carbon .
Pada kondisi awal dan batas dimasukkan sebagai ug/L Chorophyl a .Modul Eutrofikasi akan
mengkonversi secara internal dengan ratio Carbon ke Chloroppyl . Bila tidak ada masukkan digunakan
ratio Carbon ke Chloropyl dengan nilai 30 . Internal konsentrasi phytoplankton Nitrogen dan phytoplankton

160
Phospor dihitung berdasarkan penetapan pengguna model ratio nitrogen ke carbon dan phospor ke carbon
, apabila tidak ada masukkan digunakan nilai default value masing masing 0.25 dan 0.025 .

keterbatasan cahaya telah dideskripsikan oleh Di Toro dan pengguna model , memasukkan nilai kalibrasi
intensitas cahaya jenuh (Is ) .

Fraksi particulate ON dan OP dihubungkan dengan transport field 3 , settling bahan organik , Particulate
PHYT dihubungkan dengan transport field 4 . Fraksi particulate PO 4 dihubungkan dengan transport field 5
, settling / pengendapan bahan an organik .

Environment Parameter

Parameter ini termasuk model identitas , sementasi , dan control model .

System , Pilih “Simulate” PHYT , atau ON , NH3 dan NO3 atau OP dan PO4 dan pilih konstant untuk non
simulate nutrient dan bypass CBOD dan DO .selama simulasi pengguna model dapat bypass atau
constant untuk variabel yang diseleksi .

Segment , Segment water di definisikan standart , apabila akan ada mensimulasikan pengendapan ,
di simulasikan ( ON , OP , PHYT dan PO 4 ) maka pengguna model harus menambah segment benthos
dibawah segment standar kolom air . Segment Benthos berfungsi sebagai sumber atau serapan nutrient ,
perhitungan dalam segment benthos diabaikan .

Transport Parameter

Kelompok parameter ini mnedefinisikan variabel transport advective dan dispersive

Number of Flow Fields , Untuk mensimulasi pengendapan ON , OP , dan CBOD , pengguna model harus
memilih transpor Solid 1 dalam keadaan advection , untuk mensimulasikan pengendapan PHYT , maka
pengguna model memilih transport Solid 2 , Untuk mensimulasikan pengendapan PO4 maka pengguna
model memilih transport Solid 3 .Pengguna model harus segment kolom air .

Particulate Transport m3/sec , Variabel waktu laju pengendapan dan resuspensi / umbalan untuk Solid
1 , Solid 2 dan Solid 3 dapat dimasukkan dalam segment . Untuk setiap field flow / medan aliran
ditentukan luas penampang melintang pada sambungan segment selanjutnya variabel waktu
pengendapan dapat dimasukkan dalam satuan m / day . secara internal laju kecepatan akan dikalikan

161
dengan penampang melintang sebagai debit yang membawa bahan organik particulate keluar dari kolom
air .

Boundary Parameters

Kelompok parameter ini termasuk syarat batas konsentrasi , beban limbah , konsentasi awal , berat jenis
dan fraksi diisolved/ terlarut untuk setiap segment .

Boundary Concentration mg/l , Pada setiap segment batas / boundary . variabel waktu konsentrasi
harus ditetapkan , untuk PHYT dalam unit ug /L Chloropyl a , variabel waktu konsentrasi yang lain ON ,
NH3 , dan NO3 atau dan OP dan PO4 harus ditentukan . Segment batas adalah adanya pertukaran air dari
luar jaringan .

Waste Loads Kg/day , Beban limbah , Untuk setiap point source variabel waktu konsentrasi PHYT , NH3 ,
NO3 , OP , PO4 harus ditetapkan , beban dapat berupa dari industri , perkotaan , run off dan apabila ada
beban phytoplankton harus dalam bentuk kg carbon /hari

Solids Transport Field , Medan transport dalam hubungannya dengan pengendapan particulate harus
ditetapkan Solid 1 (Field 3) direkomendasikan untuk ON dan OP , Solid 2 (Field 4) direkomendasikan
untuk PHYT , Solid 3 (Field 5) direkomendasikan untuk PO 4 .

Solid Density g/cm3 , Nilai 0 dapat dimasukkan untuk PHYT , NH3 , NO3 , OP , PO4 .

Intial Concentration mg/l , Konsentrasi PHYT dalam satuan ug/L Chloropyl a . variabel waktu konsentrasi
yang lain ON , NH3 , dan NO3 atau dan OP dan PO4 harus ditentukan pada awal simulasi .

Dissolved Fraction , Dissolved fraction ON , NH3 , dan NO3 atau dan OP dan PO4 harus ditentukan , dan
PHYT harus diset 0 .

Trannformation Parameter

Parameter dalam grup ini adalah temperatur , konstanta , kinetika waktu kualitas air yang akan disimulasi

Water Temperatur , Temperatur air dapat diinputkan

Solar Radiation , Langleys / days , variabel waktu radiasi matahari pada permukaan air dapat
dimasukkan .

162
Light Exticntion 1/m , Variabel waktu koefisient light extinction dapt diterapkan

Growth Rate 1/day , Laju konstanta pertumbuhan maximum phytoplankton dapat di inputkan

Carbon To Chlorophyl Ratio mg C/mg Chl ,Nilai ratio berat carbon – chloropyl a dapat di inputkan , nilai
default 30

Light Limitation , Ketersediaan cahaya dapat dimasukkan sebagaimana telah dijelaskan diatas

Respiration Rate 1/day , Laju konstanta respirasi dapat di inputkan .

Death Rate 1/day , Kontanta laju Kematian phytoplankton bukan karena predatory dapat di inputkan

Phospor to Carbon Ratio mg P / mg C , Rata rata ratio berat phospor ke Carbon dalam phytoplankton
dapat di masukkan , default nilai adalah 0,025 .

Phospor Mineralization Rate 1/day , Konstanta laju mineralisasi dan koreksi temperatur untuk phospor
organik terlarut dapat di masukkan

Phospor Half Saturation mg P/L , Konstanta setengah jenuh phospor dapat diterapkan , apabila
konsentrasi phospor pada level ini maka pertumbuhan alga berkurang separuhnya ., hal ini juga
berpengaruh pada Amonia preference .

Nitrogen to Carbon Ratio mg N / mg C , Rata rata ratio berat Nitrogen ke Carbon dalam phytoplankton
dapat di masukkan , default nilai adalah 0,25 .

Nitrogen Mineralization Rate 1/day , Konstanta laju mineralisasi dan koreksi temperatur untuk Nitragen
organik terlarut dapat di masukkan

Nitrification Rate 1/day , Konstanta Laju dan koefisent koreksi temperatur untuk amonia nitrogen dapat di
inputkan

Nitrogen Half Saturation Constant mg N /L , Konstanta setengah jenuh nitrogen dapat diterapkan ,
apabila konsentrasi nitrogen pada level ini maka pertumbuhan alga berkurang s eparuhnya ., hal ini juga
berpengaruh pada Amonia preference .

163
5.5.2 Intermediate Kinetic Eutrofikasi

Intermediate Kinetic eutrofikasi mensimulasi pertumbuhan perkembangan dan peluruhan phytoplankton


dengan siklus Nitrogen dan Phospor dan kesetimbangan Dissolved Oxygen . Pertumbuhan dapat dibatasi
oleh ketersediaan nutrien an organik dan cahaya .

Intermediate kinetic eutrofikasi menambahkan persamaan CBOD dan DO , dan juga non linear persamaan
ke simpel kinetic eutrofikasi diatas . Persamaan Kesetimbangan oksigen dan parameter kinetic telah di
sajikan dalam gambar dan tabel diatas .

Formula Di Toro maupun Smith dapat mendeskripsikan keterbatasan cahaya , Persamaan Smith
menerapkan persamaan 5 – 5 melalui persamaan 5 – 7 .Persamaan ini memprakirakan rasio Carbon ke
Chlorophyl berdasarkan ketersediaan cahaya dan kemudian memprakirakan intensitas cahaya jenuh
berdasarkan rasio Carbon ke Chloropyl a .

Terminologi lain yang termasuk dalam persamaan reaksi kinetic eutrofikasi intermediate , adalah
pengaruh phytoplankton pada mineralisasi phospor dan nitrogen organik , keterbatasan oksigen pada
nitrifikasi , reaksi denitrifikasi dan Zooplankton grazing (memakan phytoplankton) . Persamaan non linear
DO menjadi faktor yang penting dalam penghambatan nitrifikasi dan oksidasi carbon dan dalam
memelopori denitrifikasi , ketika konsentrasi oksigen terlarut rendah .

Semua delapan variabel disimulasikan dalam simulasi intermedite eutrofikasi . Selama kalibrasi dengan
data pengamatan dilakukan , pengguna model melakukan bypas agar data yang lain tetap konstan .
Sebagai misal nutrient dapat ditetapkan secara konstan menurut hasil pengamatan dan dilain fihak
pertumbuhan dan peluruhan phytoplankton dikalibrasi .

Environment Parameter

Parameter lingkungan model meliputi . identitas model , segment , dan kontrol model .

System , Pilih “Simulate” untuk semua variabel . Selama kalibrasi pengguna model dapat melakukan
constant atau bypass untuk variabel yang dipilih .

164
Segment , Segment water di definisikan standart , apabila akan mensimulasikan pengendapan , di
simulasikan ( ON , OP , PHYT dan PO4 ) maka pengguna model harus menambah segment benthos
dibawah segment standar kolom air . Segment Benthos berfungsi sebagai sumber atau serapan nutrient ,
perhitungan dalam segment benthos diabaikan .

Transport Parameter

Kelompok parameter ini mnedefinisikan variabel transport advective dan dispersive

Number of Flow Fields , Untuk mensimulasi pengendapan ON , OP , dan CBOD , pengguna model harus
memilih transpor Solid 1 dalam keadaan advection , untuk mensimulasikan pengendapan PHYT , maka
pengguna model memilih transport Solid 2 , Untuk mensimulasikan pengendapan PO 4 maka pengguna
model memilih transport Solid 3 .Pengguna model harus memilih segment kolom air .

Particulate Transport m 3/sec , Variabel waktu laju pengendapan dan resuspensi / umbalan dapat
ditentukan untuk ON , OP , CBOD , PHYT dan PO4 sebagaiman pada mode eutrofikasi sederhana .

Boundary Parameters

Kelompok parameter ini termasuk syarat batas konsentrasi , beban limbah , konsentasi awal , berat jenis
dan fraksi diisolved/ terlarut untuk setiap segment .

Boundary Concentration mg/l , Pada setiap segment batas / boundary . variabel waktu konsentrasi
harus ditetapkan , untuk PHYT dalam unit ug /L Chloropyl a , variabel waktu konsentrasi yang lain ON ,
NH3 , NO3 , OP PO4 , CBOD dan DO harus ditentukan . Segment batas adalah adanya pertukaran air dari
luar jaringan .

Waste Loads Kg/day , Beban limbah , Untuk setiap point source variabel waktu konsentrasi PHYT , ON ,
NH3 , NO3 , OP , PO4 , CBOD dan DO harus ditetapkan , beban dapat berupa dari industri , perkotaan , run
off dan apabila ada beban phytoplankton harus dalam bentuk kg carbo n /hari

Solids Transport Field , Medan transport dalam hubungannya dengan pengendapan particulate harus
ditetapkan Solid 1 (Field 3) direkomendasikan untuk ON dan OP , dan CBOD , Solid 2 (Field 4)
direkomendasikan untuk PHYT , Solid 3 (Field 5) direko mendasikan untuk PO4 .

Solid Density g/cm3 , Niali 0 dapat dimasukkan untuk PHYT , NH3 , NO3 , OP , PO4 .

165
Intial Concentration mg/l , Konsentrasi PHYT dalam satuan ug/L Choropyl a . variabel waktu konsentrasi
yang lain ON , NH3 , dan NO3 atau dan OP dan PO4 harus ditentukan pada awal simulasi .

Dissolved Fraction , Dissolved fraction ON , NH3 , dan NO3 atau dan OP dan PO4 harus ditentukan , dan
PHYT harus diset 0 , untuk DO di set 1 . Dan pengendapan hanya untuk nutrient dan CBOD .

Transformation Parameter

Parameter dalam grup ini adalah temperatur , konntatanta , kinetika waktu kualitas air yang akan disimulasi

Water Temperatur , Temperatur air dapat diinputkan

Solar Radiation , Langleys / days , variabel waktu radiasi matahari pada permukaan air dapat
dimasukkan .

Light Exticntion 1/m , Variabel waktu koefisient light extinction dapt diterapkan

Growth Rate 1/day , Laju konstanta pertumbuhan maximum phytoplankton dapat di inputkan

Carbon To Chlorophyl Ratio mg C/mg Chl ,Nilai ratio berat carbon – chloropyl dapat di inputkan , niali
default 30

Light Limitation , Ketersediaan cahaya dapat dimasukkan sebagaimana telah dijelaskan diatas

Nitrogen Half Saturation Constant mg N/L , Konstanta setengah jenuh Nitrogen dapat diterapkan ,
apabila konsentrasi Nitrogen pada level ini maka pertumbuhan alga berkurang separuhnya ., hal ini juga
berpengaruh pada Amonia preference .

Phospor Half Saturation mg P/L , Konstanta setengah jenuh Phospor dapat diterapkan , apabila
konsentrasi phospor pada level ini maka pertumbuhan alga berkurang separuhnya ., hal ini juga
berpengaruh pada Amonia preference .

Nutrient Limitation Option , Nutrient limitasi dapat di inputkan dengan pilihan pilihan .

Respiration Rate 1/day , Laju konstanta respirasi dapat di inputkan .

Death Rate 1/day , Kontanta laju Kematian phytoplankton bukan karena predatory dapat di inputkan

Grazing Rate 1/day , Zooplankton grazing dapat di inputkan

166
Phospor to Carbon Ratio mg P / mg C , Rata rata ratio berat Phospaor ke Carbon dalam phytoplankton
dapat di masukkan , default nilai adalah 0,025 .

Phytoplankton Phospor Recycle , Fraksi kematian , respirasi phytoplankton phospor yang d sirkulasi
ke penyimpanan organik Phospor dapat di inputkan

Phospor Mineralization Rate 1/day , Konstanta laju mineralisasi dan koreksi temperatur untuk Phospor
organik terlarut dapat di masukkan

Benthic Phospor Flux mg/m 2/day , Variabel waktu flux phospor benthos dapat ditentuka untuk setiap
segment , variabel ini diisikan untuk segment yang berhubungan dengan permukaan sedimen .

Nitrogen Half Saturation Constant mg N /L , Konstanta setengah jenuh nitrogen dapat diterapkan ,
apabila konsentrasi nitrogen pada level ini maka pertumbuhan alga berkurang separuhnya ., hal ini juga
berpengaruh pada Amonia preference .

Nitrogen to Carbon Ratio mg N / mg C , Rata rata ratio berat Nitrogen ke Carbon dalam phytoplankton
dapat di masukkan , default nilai adalah 0,25

Phytoplankton Nitrogen Recycle , Fraksi kematian , respirasi nitrogen phytoplankton yang d sirkulasi ke
penyimpanan organik nitrogen dapat di inputkan

Nitrogen Mineralization Rate 1/day , Konstanta laju mineralisasi dan koreksi temperatur untuk Nitragen
organik terlarut dapat di masukkan

Nitrification Rate 1/day , Konstanta Laju dan koefisent koreksi temperatur untuk amonia nitrogen dapat di
inputkan , nilai default 0 menyatakan tidak ada hambatan oksigen .

Denitrification Rate , 1/day , Konstanta Laju denitrifikasi dan koefisent temperature dapat d imasukkan
dalam segment , nilai default 0 menandakan tidak ada denitrifikasi pada kadar oksigen diatas 0.0 .

Benthic Nitrogen Flux mg/m 2/day , Variabel waktu flux nitrogen benthos dapat ditentuka untuk setiap
segment , variabel ini diisikan untuk segment yang berhubungan dengan permukaan sedimen .

Sediment Oxygen Demand g/m 2/day , Variabel zaliran Sediment Oxygen Demand dan koefisient
temperatur untuk setiap segment dapat ditentukan .

167
Reaeration Rate 1/day , Terdapat 3 pilihan dasar untuk menentukan laju , yaitukontanta laju reaerasi
tunggal , konstanta laju reaerasi waktu dan segment tetap . kontanta laju reaerasi penghitungan aliran
dan angin . Hal ini telah dibahas pada Streeter – Phelps diatas .

CBOD De Oxygenation Rate 1/day . Laju konstanta De oxygenasi dan koefisient temperatur , dapat di
tentukan , nilai default 0.0 menandakan tidak ada limit oxygen .

5.5.3 Eutrofikasi Kinetic Intermediate Dengan Benthos

Interaksi simulasi dengan Benthos memerlukan tambahan segment Benthos dalam jaringan m odel ,
semua bentuk variabel akan disimulasi di dalm segment Benthos . Fraksi terlarut NH 3 , NO3 , PO4 ,
CBOD , DO , ON , OP mungkin dapat berubah bentuk dengan difusi dalam kolom air .Fraksi particulate
PHYT , PO4 , CBOD , ON dan OP akan ter endapkan atau tergerus dari sedimen Benthos . Laju
Dekomposisi Lapisan Benthos OP , ON , PHYT dan CBOD harus ditentukan .

Persamaan ini telah di sajikan dalam gambar persamaan .dan tabel yang telah disajikan dan laju paramter
telah disarikan pada tabel tabel diatas .

Segment , Segment didefinisikan secara standar , sebagai tambahan pengguna model harus
menambahkan segment bentos , yang diletakakan pada segment kolom air . segment benthos akan
menerima pengendapan bahan organik dan an organik dari kolom air diatasnya dan akan diikembalikan ke
kolom air melalui proses resuspensi .

Phytoplankton Decomposition 1/day , Pengguna model dapat memasukkan konstanta laju


dekomposisi dan koefisient temperature Phytoplankton pada segment Benthos .

Carbonaceous BOD Decomposition 1/day , Pengguna model dapat memasukkan konstanta laju
dekomposisi dan koefisient temperature CBOD pada segment Benthos .

Organic Nitrogen Decomposition 1/day , Pengguna model dapat memasukkan konstanta laju
dekomposisi dan koefisient temperature Nitrogen oganik pada segment Benthos .

Organic Phospor Decomposition 1/day , Pengguna model dapat memasukkan konstanta laju
dekomposisi dan koefisient temperature Phospor oganik pada segment Benthos .

168
5.6 Modul Advance Eutrofikasi

Dalam modul advance Eutrofikasi di model WASP prinsipnya sama dengan modul simple Eutrofikasi ,
tambahan yang penting dalam modul advance Eutrofikasi adalah , dalam modul Adance Eutrofikasi
terdapat tambahan konstituent Silica dan Phytoplankton dibedakan menjadi :

1) Amonia Nitrogen (mg N/l)


2) Nitrate Nitrogen (mg N/l)
3) Dissolved Organic Nitrogen (mg N/l)
4) In organic Phospate (mg P/l)
5) Dissolved Organic Phosporus (mg P/l)
6) In organic silica (mg Si/l)
7) Dissolved Organic Silica (mg Si/l)
8) CBOD1 ultimate (mg O2/l)
9) CBOD2 Ultimate (mg O2/l)
10) CBOD3 Ultimate (mg O2/l)
11) Dissolved Oxygen (mg /l)
12) Detrital Carbon (mg C/l)
13) Detrital Nitrogen (mg N/l)
14) Detrital Phosporus (mg P/l)
15) Detrital Silica (mg Si/l)
16) Total Detritus (mg DW /l)
17) Salinity (PSU) / TDS (mg/l)
18) Benthic Algae (g DW /m2)
19) Peryphyton Cell Quota Nitrogen (mg N / g DW)
20) Peryphyton Cell Quaota Phosporus (mg P / g DW)
21) Inorganic Solid 1 (mg DW/l)
22) Inorganic Solid 2 (mg DW/l)
23) Inorganic Solid 3 (mg DW/l)
24) Phytoplankton 1 (ug Chla/l)
25) Phytoplankton 2 (ug Clha/l)
26) Phytopllankton 3 (ug Chal/l)

169
27) pH
28) Alkalinity (CaCO3) (mg/l)

Untuk memdukung penjelasan modul advance Etofication , akan dipersiapkan bab bab yang akan
menjelaskan konstituent tambahan diatas .

170
Bab VI
Toxic - Sederhana

6.1 Overview Toxic Sederhana

Modul Simple toxican digunakan untuk mensimulasi konstituent logam non reactive yang meliputi
Tembaga , Timbal , Seng , Cadmium , bahan organik sederhana seperti MTBE , PCB Homolog

1) Toxicant (ug / l Water , ug/g Sed)


2) Silt and Fine (mg/l)
3) Sand (mg/l)
4) Organic Solids (mg/l)
5) Tracer 1 (mg/l)
6) Tracer 2 (mg/l)

Selain untuk hal tersebut diatas modul simple toxicant digunakan untuk melakukan simulasi TSS (Total
Suspended Solids) dalam hal ini adalah Silt and Fine .

Beberapa zat organik atau an organik dapat menimbulkan keracunan terhadap organisma perairan , atau
menyebabkan terjadinya akumulasi toxic dalam rantai makanan .Manusia mungkin dapat terpengaruh oleh
air atau ikan terkontaminasi yang langsung dikonsumsi dan saat kini kiteria untuk melindungi manusia dan
ekosistem perairan lokal terhadap bahan kimia khusus zat toxic secara umum telah di deseminasikan .

Simulasi toxicant menjadi berkembang pada akhir dasawarsa ini . Model zona pencampuran dekat
mensimulasi pelarutan dan dispersi gumpalan limbah . Model dengan jarak medan yang jauh dalam hal ini
WASP mensimulasi transport dan akhir perjalanan dari zat kimiawi dalam badan air , p ada kondisi
minimum model ini mensimulasi kolom air , lapisan dasar termasuk dalam hal ini degradasi kimia dan
serapan padatan / solid . Model yang sederhana ini menggunakan konstanta laju penguraian orde satu dan
koefisien partisi kesetimbangan . Model yang lebih komplex menggunakan laju penguraian orde dua dan
juga no linear isotherm serapan , serapan orde satu , laju sorption – desorption .

Beberapa proses fisika dan kimia dapat mempengaruhi transpor dan riwayat kimia toxic dalam perairan
aquatic . Berberapa zat kimia toxic mengalami reaksi yang komplex dan tetapi sebagaian zat kimia toxic
yang lain mengalami reaksi yang sederhana . WASP mampu mensimulasikan berbagai jenis proses yang
171
mempengaruhi zat kimia toxic . Model ini direncanakan untuk dapat menyediakan kerangka yang luas yang
dapat diterapkan pada banyak problem lingkungan dan membolehkan pengguna model untuk
menyesesuikan dengan kebutuhan penyelesaian problem .

Walaupun potensi kebutuhan jumlah dan jenis data yang dibutuhkan oleh model WASP , tetapi untuk
simulasi tertentu kebutuhan data dapat sangat kecil . Sebagi misal adalah dimungkinkan untuk
mensimulasi suatu zat kimia tanpa melalui proses re aksi , hanya melaui proses sorption dan satu atau dua
reaksi transformasi yang secara nyata mempengaruhi zat kimia .Pada kenyataanya kajian empiris , semua
konstanta kimia , fungsi waktu dan parameter lingkungan dapat diabaikan dan kontanta sederhana yang
ditetapkan pengguna model digunakan .Dalam hal ini WASP dapat d igunakan untuk mensimulasi tracer zat
pewarnan , intrusi saliniti dan kematian bakteri Coliform .

Toxic sederhana dan solid / padatan yang berkaitan dapat di simulasikan dengan modul SimpleToxican ,
Modul toxic ini mensimulasikan salah satu zat kimia , atau pengguna dapat memilih zat kimia yang
disimulasikan sebagai type solid , zat kimia yang disimulasikan dapat sebagai independen atau saling
berekasi / berkaitan satu dengan yang lain sehingga membentuk produk turunan .

Dalam lingkungan perairan kimiawi toxic dapat mengalami tranformasi antar phase , mengalaimi degradasi
secara kimiawi dan biologi . Proses transfer sederhana dalam model di definisikan sebagai sorption /
serapan dan volatilization / penguapan .Proses transformasi dalam hal ini termasuk bi odegradasi ,
hydrolisis , photolisis , dan oxidasi . Serapan diperlakukan sebagai reaksi kesetimbangan . Proses
transformasi yang sederhana di deskripsikan sebagai persamaan laju reaksi orde pertama .

WASP menggunakan persamaan kesetimbangan masa untuk menghitung sedimen dan konsentrasi untuk
setiap segmen dalam jejaring yang telah ditentukan , yang dapat berupa permukaan air , kolom air ,

172
permukaan dasar dan bawah dasar . Dalam simulasi sedimen mengalami advecsi , dispersi dalam
sepanjang segmen , mengendap dan tererosi dari segmen benthos dan bergerak diantara segmen benthos

Zat kimiawi yang tersimulasi melalui beberapa proses fisika dan kimiawi di specifikkan oleh pengguna
model denga mengatur input dataset . Zat kimia terdispe rsi dan teradvecsi sepanjang segmen air dan
mengalami pertukaran dengan permukaan segmen benthos dengan pencampuran dispersive . Bahan
kimia yang teradsorbsi dari kolom air mengendap atau tererosi dari permukaan segmen benthos . Dalam
lapisan dasar , bahan kimia yang terlarut dapat berpidah keatas atau kebawah melalui lapisan sedimen .
Konstanta laju dan koefisient kesetimbangan harus di perkirakan dari lapangan atau literatur yang memuat
kajian toxican sederhana kimia

Beberapa keterbatasan modul ini harus diperhatikan sebagai misal , pertama kali konsentrasi zat kimia
harus dekat dengan tracer dalam arti mempunyai separuh kelarutan dibawah 0,00001 molar .Pada
konsentrasi tinggi asumsi partisi linear dan transformasi menjadi terpisah dan mungkin berat jenis zat kimia
menjadi penting , khususnya lokasi yang dekat sumber pencemar konsentrasi yang besar dapat
mempengaruhi sifat lingkungan yang penting sebagai misal pH , populasi bacteri yang dapat
mempengaruhi tingkat reaksi , tabel berikut adalah uraian ringkas simbol simbol

Tabel Simbol Dalam Modul Toxi

173
6.2 Transformasi Kinetic Sederhana

Modul toxic membolehkan pengguna model menetapkan reaksi tingkat pertama yang sederhana untuk
setiap reaksi perubahan masing masing zat kimia yang disimulasikan . Orde reaksi tingk at pertama dapat
diterapkan untuk keseluruhan total zat kimia , yang nilainya bervariasi dalam setiap segment . Cara yang
lain orde reaksi tingkat pertama dapat ditentukan untuk proses khusus dalam hal ini hydrolisis ,
Biodegradasi , Photholysis , Pengupan dan Oxidasi .

6.2.1 Pilihan 1 : Total Lumped Penguraian Orde ke Satu

Tingkat reaksi yang paling sederhana yang digunakan modul ini adala lumped , orde pertama , Pilihan ini
membolehkan pengguna model menentukan nilai konstanta peluruhan (1/day) untuk setiap bahan kimia ,
yang dapat berbeda nilainya untuk setiap segment . Karena ini adalah rekasi lumped orede pertama maka
transformasi produk turunan tidak disimulasikan

Persamaan 6 – 1

Nilai K pada persamaan diatas mungkin berbeda beda untuk setiap segment .

6.2.2 Pilihan 2 : Transformasi Individual Orde ke Satu

Piihan ini membolehkan pengguna model memberi input global reaksi orde pertama secara terpisah untuk
proses proses : penguapan , Biodegradasi kolom air , Biodegrasi benthic , Hydrolisis alkali , Hydrolisis
netral , Hydrolisis Asam , Oxidasi , Photolisis , Total reaksi adalah jumlah dari masing masing reaksi yang
sebagai Berikut :

174
Persamaan 6 – 2

Pengguna model dapat memasukkan konstanta paruh waktu daripada konstanta orde tingkat pertama ,
apabila konstanta paruh waktu disediakan , maka konstanta tersebut akan dikonversi menjadi kontanta
orde tingkat pertama dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 6 -3

6.3 Kesetimbangan Serapan

Serapan adalah ikatan antara zat kimia terlarut kedalam phase solid seabagai misal benthos , suspended
sediment , material biologi , dan kadang kadang material organik koloid atau yang terlarut .Proses serapan
berperan penting dalam menentukan jalan dari zat kimia , dan proses ini menyebakan akumulasi zat
menumpuk dalam sediment dasar dan akumulasi / biokonsentrasi bahan kimia dalam ikan .

Serapan menghambat proses penguapan dan hidrolisa basa , tetapi memperkuat proses hidrolisa asam ,
dan photolisa .Proses reaksi serapan lebih cepat bila dibanding dengan proses yang lain .Untuk lingkungan
yang relevan , konstanta keseimbangan adalah linear yanng dapat di rupakan dalam persamaan sebagai
berikut :

Persamaan 6 – 4

Pada kedaan yang setimbang , sebaran diantara phase dikendalikan oleh partisi koefisient K ps , total masa
setiap bahan kimia dikendalikan oleh K ps , dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :

175
Persamaan 6 - 5

dan

Persamaan 6 – 6

Fraksi fraksi ini ditentukan dalam diimensi waktu dan ruang dalam keseluruhan proses simulasi dari fracsi
partisi , internal porosity , dan konsentrasi sediment . Untuk memperoleh total konsentrasi dan phase fracsi
zat kimia i (yang disimulasikan ) dalam segment J . bagian konsentrasi terlarut dan terjerab akan di
tentukan dengan persamaan sebagai berikut

Persamaan 6 -7

dan

Persamaan 6 - 8

Dengan asumsi dalam keadaaan setimbang , secara implisit penggunaan persamaan tersebut adalah
reversibel , penggunaan data laboratorium dari zat kimia yang hydrophobic dianjurkan walaupun terdapat
hysterisis yang mana proses adsorbsi (serapan) lebih cepat dari pada desorbsi . Karickhoff menyarankan
bahwa efek ini dipengaruhi oleh kinetika intra partikel yang mana partikel kimia secara lambat
berhubungan dengan komponen sorbant .Phenomena ini belum dapat dipahami secara baik dan belum
tersedia kerangka pemodelan kuantitave untuk mengkarakterkan .

176
6.4 Transformasi dan Produk Turunan

Ke tiga bahan kimia yang disimulasikan , mungkin berdiri secara independet , atau mereka berhubungan
untuk bereaksi sehingga menghasilkan produk senyawa turunan . Transformasi yang berhubungan dapat
diterapkan dengan mensimulasikan 2 atau 3 zat kimia dan menentukan koefisient hasil untuk masing
masing proses

Persamaan 6 - 9

Persamaan 6 – 10

Persamaan 6 – 11

Yang mana :

Persamaan reaksi potential produc dalam simulasi WASP diatas menggambarkan reaksi yang
berhubungan yang dapat disimulasikan dengan menetapkan koefis ient specifik hasil yang cocok

177
6.5 Implementasi Model

Tacara penggunan modul simple Toxicant , pada Dataset di set sebagai modul Simple Toxicant ,
selanjutnya pengisian menu Segment

6.5.1 Parameter Model Input

Tacara penyusunan model input dapat dilihat pada bagian Computer Interface

6.5.2 Parameter Lingkungan

System - Untuk mensimulasi satu jenis pilih simulate Chemical 1 dan bypas untuk Chemical 2 dan
Chemical 3 , Untuk mensimulasi Total Solid , yang berhubungan dengan Chemical pililh Simulate Solid 1
dan bypass Solid 2 dan Solid 3 . Dan seterusnya apabila mensimulasi lebih dari satu pilih simulate yang
dikehendaki dan bypass yang tidak dipilih

System Untuk melakukakan simulasi toxican pilih Simulate untuk Chemical 1 dan bypas Cgemical 2 dan
Chemical 3 , untuk mensimulasi Total solid yang berhubungan denagan Chemical , piloih Simulate untuk
Solid 1 dan bypas untuk Solid 2 dan Solid 3 . Pilih yang sesuai dengan apa yang akan disimulasikan

Bed Volume Option - Pengguna model Dapat memiilih constant atau bervariasi

Bed Time Step – Dapat dipilih Max dan Minimum , atau default

6.5.3 Parameter Transpor

Number of Flow Field - Jumlah Medan Aliran , Dalam keadaan advecsi , pengguna model dapat
memilih maximum 6 medan aliran untuk simulasi toxican di dalam air dan transpor padatan / solid ,
pengguna model dapat memilih water column flow / aliran dalam kolom air untuk simulasi Total solid / total
padatan , pengguna model dapat memilih Solid 1 flow , untuk mensimulasi 3 type sediment , pengguna
model dapat memilih Solid 1 flow , Solid 2 flow dan Solid 3 flow . Kecep atan sediment menggambarkan
timbual dari sediment sebagai tanggap sediment net .

Water Colums Flows m 3/dt - Kolom Aliran m3/dt , secara detail telah dijelaskan pada bab yang lain

Sediment Tranport Velocities m/ sec – Kecepatan Angkutan Sediment (m/dt), variabel waktu kecepatan
untuk pengendapan , pemindahan , umbalan , dan ulakan untuk setiap padatan / solid dapat ditetapkan

178
masing masing , satuan input dalam m/hari akan dihitung secara internal dengan penampang me lintamg
menjadi kecepatan aliran yang membawa solid dan sedimen dasar antar segment , Kecepatan
pengendapan adalah komponen penting transport suspended sediment dalam kolom air . Ulakan dan
pemindahan menentukan transpor solid dan kimia dalam sedimen dasar antara kolom air dan sediment
dasar

Cros Sectional Area (m 2) - Luas Penampang Melintang , Luas permukaan antar muka harus ditentukan
antara segment yang bergandengan yang mana terjadi transpor sediment , luas permukaan akan dihitung
secara internal untuk menghasilkan aliran sediment

Number of Exchange Field - Jumlah Medan Pertukaran , dibawah kondisi dispersi , pennguna model
dapat memilih dua pertukaran medan pertukaran , untuk mensimulasi surface water toxican dan Soild
dispersion pilih water column dispersion . Dan untuk mensimulasi pertukaran dissolved toxicant dengan
lapisan dasar , pengguna model memilih pore water diffusion .

Water Column Dispersion m 2/dt – Dispersi Kolom Air , secara detail dapat dilhat pada bab Transport

Pore Water Diffusion Coeffisient m 2/sec – Koefisient Diffusi Pori Air , Koefisient Diffusi Air yang
bervariasi denhan waktu dapat ditetapkan oleh pengguna model untuk kimia terlarut dalam sedime n atau
antara sedimen dengan kolom air .Koefisien Diffusii pori akan dhitung dengan luas permukaan dibagi
dengan panjang karakter pencampuran yang akan menghasilkan aliran bahan kimia terlarut antara
segment Benthos dan kolom air .

Cross Sectional Area m 2 , - Luas Penampang Melintang , Luas permukaan antar muka harus ditentukan
antara segment yang bergandengan yang mana terjadi transpor sediment , luas permukaan akan dihitung
secara internal dengan kofisient Diffusi untuk menghasilkan aliran pore water exchange .

Character Mixing Lengths m -- Karakter Panjang Pencampuran , Karakter panjang pencampuran


harus ditentukan untuk segment yang bergandengan yang mana terjadi pore water diffusion / Diffusi pori
air . Nilai panjang pencampuran setara dengan dalam segment pore water yang terlibat dalam pertukaran
.Panjang pertukaran dibagi oleh hasil perkalian luas permukaan dan koefisient diffusi untuk memperoleh
aliran pore water exchange / pertukaran pori air .

179
6.5.4 Parameter Batas

Golongan parameter termasuk konsentrasi batas , beban limbah , kondisi awal . koncentration batas harus
ditetapkan untuk setiap Segment yang menerima input output aliran atau pertukaran . Kondisi awal / initial
konsentrasi tidak hanya termasuk konsentrasi awal tetapi juga kepadatan dan medan transpor solid unruk
setiap masing masing solid

Boundary Concentration mg/l , Konsentrasi batas , Pada setiap segment variabel waktu konsentrasi
harus ditetapkan untuk setiap toxicant untuk masing masing solid , Segment boundary ditandakan dengan
adanya pertukaran air dari luar jaringan .termasuk dalam hal ini adalah masukan anak aliran / tributary ,
dowstream outflow .

Waste Load Kg/day , Beban limbah Kg / hari , Untuk setiap sumber pencemar dapat ditentukan variabel
waktu toxicant , Beban dapat mewakili industri , perkotaan aliran limpas pertanian , dan urban

Solid Transport Field , Transport ditetapakn untuk masing masin kondisi awal

Soild Density g/Cm 3 , Berat Jenis , Berat Jenis rata rata total sediment atau masing masin Solid harus
ditentukan , informasi ini digunakan untuk menghitung porositas segment Be nthos . Porositas adalah fungsi
dari berat jenis dan berat jenis masing masing type padatan .

Initial Concentration mg / l , Kondisi awal konsentrasi mg/l , konsentrasi awal untuk setiap bahan kimia
toxican harus ditetapkan , apabila menggunakan volume Benthos maka konsentrasi awal benthos adalah
konstan untuk seluruh simulasi .

Dissolved Fraction , Pengguna model dapat menentukan untuk setiap segmemr

6.5.5 Parameter Transformasi

Kelompok dalam parameter transformasi ini adalah termasuk variabel parameter spatial / keruamgan ,
konstant dan fungsi kinetic waktu untuk konstituen kualitas air yang akan disimulasikan . Dan tidak perlu
untuk transpor sedimen

180
First Degradation , Ada dua pilihan untuk input orde pertama degradasi toxicant

Option 1 : Total Lumped First Orde Decay

Penggunaan orde pertama sederhana lumped degradasi , pengguna model memerlukan input kontant
kecepatan penguraian kimia untuk setiap segment . Apabila kecepatan orde pertama sederhana lumped
degradasi digunakan untuk zat kimia tertentu , maka zat kimia tersenut akan terdegradasi pada kecepatan
tersebut dan inpu yang lain akan diabaikan . Sebagai misal apabila keduamya menggunakan kecepatan
penguraian lumped dan yang satu menggunakan laju sederhana orde satu dan atau laju sederhana orde
dua ditentukan , maka orde kedua sederhana akan digunakan bila nilai orde pertama sederhana nol .

Penggunaan transformasi laju sederhana orde satu , pengguna model memerlukan masukan konstan
global laju (1/day) untuk setiap partikel yang disimulasi . Apabila laju sederhana orde satu ditentukan ,
maka akan diprioritaskan untuk digunakan diatas proses yanga lain . Sebagai contoh apabila keduamya
181
menggunakan kecepatan pengurain lumped dan yang satu menggunakan laju sederhana orde satu dan
atau laju sederhana orde dua ditentukan , maka orde satu sederhana dan orde dua sederhana akan
digunakan bila nilai orde satu sederhana nol .Nilai kontanta fisrt orde rate dapat dilihat pada tabel diatas .

Partition Coeffisient , Pengguna model dapat memasukkan sebagai nilai tunggal atau nilai yang berbeda
untuk setiap segment

Pilihan ini membolehkan pengguna model memasukkan konstanta pa

Option 2 : Spatially – Variable Partition Coeffisient

Pilihan ini membolehkan pengguna model memasukkan secara langsung variabel koefisient partisi spasial
, untuk chemical 1 .Input koefisient partisi menggunakan parameter FOC dalam unit Lw / Kg s (bukan
dalam unit Log ) . Apabila hanya satu Chemical dan satu type Solid yang disimulasi maka koefisient partisi
dapat di inputkan pada variabel segment dengan nilai konstan FOC 101 dan nilai LKOC mendekati 0 ,
sebagai misal 1.0 e – 20 .

Apabila type pilihan ganda padatan akan disimulasikan , maka niali terpisah koefisient partisi akan
dimasukkan dalam input untuk masing masing 3 type padatan , secara spatial pada setiap variabel
segment . Variabel Koefisient Partisi menggunakan satuan Lw / Kg s (Bukan dalam unit Log) . Apabila
hanya satu Chemical dan satu type Solid yang disimulasi maka koefisient p artisi dapat di inputkan pada
variabel segment dengan nilai konstan PIXC 111 dan semua nilai konstanta partisi diabaikan ( LKOW ,
KLOC , FOC) .

Apabila tiga jenis kimia aakan disimulasikan , maka pengguna model harus menentukan koefisient partisi
untuk Solid 1 PIXC secara terpisah masing masing konstanta 111 , 711 , 1311 .

182
Apabila type Solid ganda akan disimulasikan maka pengguna model , maka 3 niali partisi koefisent di
masukkan untuk 3 type Solid , konstanta partisi untuk Chemical 1 terhadap typ[e Solid 2 dan Solid 3 dapat
di masukkan nilai PIXC masing masing kontanta 116 dan 121

Angka konstanta partisi Chemical i ke Solid j dapat dilihat pada tabel dibawah ini .

183
184
Reaction Yield , Hasil Reaksi , Masukan konstan hasil reaksi yang dapat ditentukan sebagai YHOHci ,
YHNci , YHHci , YBWci , YBSci , YFci , YOX ci , dan YEci . Yang mana c adalah Chemical reactan (1 ,2 ,3
) dan i adalah produk reaktan (1 ,2 , 3) dalam unit mg c/ mg i . Koefisient hasil diberikan untuk semua
kombinasi kimia dan reaksi dan disediakan pada tabel tersebut diatas .

185
Bab VII
Toxic – Organik

7.1 Reaksi Dan Transformasi Model Kimia Organik

Modul Organic Toxicant digunakan untuk mensimulasikan kontituent organik inonisasi dalam hal ini
termasuk , pestisida dan asam organik

1) Chem 1 (ugl/Water , ug/g Sed)


2) Chem 2 (ug/Water ,ug/g Sed)
3) Chem 3 (ug/Water ,ug/g Sed)
4) Silt and Fine (mg/l)
5) Sands (mg/l)
6) Organic Solids (mg/l)

Dalam zaman modern sekarang telah terjadi sintesa bahan kimia organik , digunakan dalam jumlah yang
besar dan akhirnya dibuang ke lingkungan perairan , yang termasuk bahan ini adalah : pestisida ,
polychlorinated byphenil , halogenated alipatic hydrocarbon , halogenated ether , monocyclic aromatic ,
phtalat ester , polyacrylic aromatic hydrocarbon , dan nitrosamina .Bahan kimia organik masuk kedalam
perairan melalui berbagai jalan dari point source dan non point source . .Beberapa bahan organik tersebut
dapat menimbulkan keracunan terhadap organisma perairan , atau menyebabkan terjadinya akumulasi
toxic dalam rantai makanan .

Sejumlah proses di lingkungan dapat mempengaruhi transport dan jalan yang ditempuh oleh bahan
organik dalam lingkungan perairan , termasuk proses yang penting adalah proses fisika dalan hal ini :
penyerapan , penguapan , dan sedimentasi , proses kimia yang berperan adalah ionisasi , presipitasi ,
pelarutan , hidrolisa , photolisa , oksidasi dan reduksi . Dan proses biologi : biodegradasi dan
bioconcentrasi .

Setiap bahan kimia organik dapat berupa senyawa yang netral atau dalam bentuk ion , dan dapat
berbentuk berbagai phase , yaitu : Terlarut ; Terjerab dalam larutan karbon organik ; Terjerab dalam
phase padatan .

186
Dalam lingkungan perairan alami bahan organik mungkin dapat berubah dalam phase bentuk dan mungkin
tergradasi oleh sejumlah proses kimia dan biologi . Ionisasi mungkin menspecifikasikan zat kimia yang
dapat mempunyai berbagai bentuk . Proses transfer / peralihan dalam model didefiniikan sebagai sorption
/ serapan dan volatilization / penguapan .Di lain fihak proses transformation / perubahan bentuk di
definisikan sebagai biodegradasi , hydrolisis , photolysis , dan oxidasi kimiawi .Serapan dan ionisasi
diperlakukan sebagai reaksi kesetimbangan . Semua proses dicirikan dengan persamaan laju reaksi .Laju
reaksi dapat ditetapkan sebagai orde pertama atau orde ke dua , di kendalikan juga oleh parameter
spesifik lingkungan yang bervariasi pada ranah waktu dan lokasi .

Dalam simulasi zat kimia organik melewati berbagai proses trnasformasi kimia dan fisika , dan biasanya zat
kimia dikelompokan kedalam reaksi cepat dan lambat . Reaksi cepat dikarakterkan waktu reaksi sama
atau lebih cepat dibanding langkah waktu model lain dan di perlakukan dengan asumsi kesetimbangan
lokal .Reaksi lambat dikarakterkan waktu reaksi lebih lama dibanding langkah waktu model dengan asumsi
lokal kinetic orde pertama dengan menggunakan konstanta laju lumped yang ditentukan oleh pengguna
model , atau dihitung secara internal berdasarkan penjumlahan laju beberapa proses , beberapa
diantaranya adalah orde dua . Hal tersebut yang efektive adalah pelapukan / penguraian orde satu yang
bervariasi waktu dan tempat .dan dihitung kembali sesering mungkin dalam keseluruhan simulasi .

187
7.2 Implementasi Model

Untuk melakukan simulasi Organik toxic , dataset pada model type dipilih Organik toxican , selanjutnya diisi
Menu segment , dan pengguna Model untuk solid harus menambah segment Benthic , kecepatan transpor
Solid , parameter transformasi , Selama waktu simulasi kima organik dan solid / padatan akan mengalami
transportasi oleh laju advecsi dan dispersi kolom air dan oleh laju tranpor padatan .

Dalam WASP laju tanspor padatan / solid dalam kolom air dan dasar di masukkan melalui 3 / tiga jenis
transpor padatan menggunakan 3 type solid sebagaimana disebut dalam sebagaiman telah disebut pada
bab yang lalu . Transportasi fraksi particulate kimia organik mengikuti aliran padatan / solid .Pengguna

188
model harus menetapkan fraksi dissolved / terlarut adalah 0.0 dan medan tranpor solid untuk setiap Soild
yang disimulasikan pada kondisi awal .Untuk mensimulasi total solid sebaiknya menggunakan type solid 1

Input Parameter Model

Dapat dilihat pada bagian Computer Interface

Transformasi Parameter

Water Temperatur , Temperatur Air dapat dimasukkan dalam setiap segment .

7.3 Ionisasi

Ionisasi adalah penguraian bahan kimia menjadi jenis jenis muatan ganda , dalam lingkungan perairan
bahan kimia ada yang netral dan yang lain adalah berekasi de ngan air membentuk muatan positve (Kation)
dan muatan negative (anion) . Reaksi ini berlansung secara cepat dan dalam kesetimbangan , yang
dikendalikan oleh pH , temperatur dan konstanta ionisasi .

Ionisasi menjadi penting sebab perbedaan toxicology dan sifat antara yang netral dan yang terionisasi
.Sebagai contaoh benerapa bentuk bahan kimia yang netral yang dapat ditranformasikan oleh membran

189
cell organisma tang pada gilirannya akan menimbulkan keracunan , dengan demikian menjadi penting
untuk menghitung distribusi kimia dalam bentuk ion . Dalam modul Organic toxicant perbedaan serapan
dan konstanta reaksi (Hydrolisis , Photolisis dan biodegradasi) di bedakan untuk setiap jenis Ion .

7.3.1 Overview Reaksi Ionisasi

Di dalam modul organic toxicant 3 jenis bahan kimia disimulasikan sampai kedalam 5 bentuk , yaitu :
1.Molekul netral 2.Bermuatan kation tunggal 3.Bermuatan kation ganda 4.Bermuatan anion tunggal ,
5.Bermuatan anion ganda .Setiap jenis kimia netral atau ion dapat dalam bentuk dissolved / terlarut ,
Dissolved Organic Carbon (DOC) , atau dalam 3 type padatan / solid . Total 25 bentuk bahan kimia
mungkin dapat terjadi .Modul Toxic ini secara langsung tidak mengasumsikan formasi ioni dalam
reaksinya , pengguna model harus menspecifikasikan .

Suatu bahan kimia yang dimodelkan oleh model toxic ini dianggap molelul netral yang boleh jadi bereaksi
atau tidak dengan air untuk membentuk muatan tunggal atau ganda kation dan anion , untuk
mengilustrasikan asam organik A berekasi dengan air dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 1

Persamaan 7 – 2

Persamaan 7 – 3

Dengan demikian bahan kimia exis paling tidak dalam satu bentuk atau secara maksimum ada 5 bentuk (A
- , AH- , AH2 , AH3+ , AH 4++) ,Hukum aksi masa , dapat digunakan kesetimbangan kimia lokal untuk
masing masing ion sebagaimana tertera dalam persamaan sebagai beikut .

Persamaan 7 – 4

190
Persamaan 7 – 5

Persamaan 7 – 6

Persamaan 7 – 7

Persamaan 7 – 8

yang mana K adalah konstanta kesetimbangan pada pembentukan asam (K a1 ) atau anion , (K a2 )
untuk basa atau Kation .

Persamaan 7 – 9

Yang mana dikombinasikan dengan hukum kesetimbangan masa membentuk persamaan sebagai berikut :

191
Persamaan 7 – 10

Dengan definisi [ H+] = 10 – pH dan [OH-] = 10 14- pH simbol yang berada dalam urung ditulis sebagai
D dan dapat dinyatakan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 11

Persamaan 7 – 10 dan 7 – 11 dapat dikombinasikan dengan persamaan 7- 5 sampai 7 – 8 dan


diselesaikan untuk fraksi total kimia f k yang terjadi pada setiap jenis kimia k , memberikan total
konsentrasi , pH dan konstanta kesetimbangan dan disajikan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 12

Persamaan 7 – 13

192
Persamaan 7 – 14

Persamaan 7 – 15

Persamaan 7 - 16

Tingkat kecepatan reaksi bervariasi , tergantung pada temperatur sehingga konstanta kese timbangan
adalah fungsi temperatur .Fungsi ketergantungan konstanta terhadap temperatur di deskripsikan oleh
persamaan Van Hoff sebagai berikut :

Persamaan 7 – 17

Yang di integrasikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Yang Mana :

193
7.3.2 Implementasi Model Ionisasi

Data yang diperlukan dalam modul Organic Toxicant untuk inonizing ion dapat diringkas dalam tabel .
Langkah pertama adalah mengidentifikasi apakah bahan kimia termasuk dalam partikel species Ion yang
akan disimulasikan , apabila partikel akan disimulasikan maka di pilih nilai pk (negative log ) konstanta
kesetimbangan pembentukan asam / basa dan aktivasi energi yang digunakan dalam persamaan Van Hoff
untuk mengatur kontanta kesetimbangan dalam hubungannya dengan temperatur . Apabila aktivasi energi
tidak di inputkan maka tidak ada koreksi temperatur

Sebagai tambahan konstanta pembentukan ion diperlukan pH dan temperatur , apabila diperlukan koreksi
temperatur , Temperatur dan pH adalah parameter model yang diperlukan dan bervariasi untuk setiap
segment . Apabila species Ionisasi ditetapkan dalam input , perubahan dan tingkat reaksi ion sebaiknya
ditetapkan untuk masing masing ion . Sebagai misal konstanta sorption (serapan) , biodegradasi , hydrolisa
, oxidasi dan photolisa harus ditetapkan untuk masing masing ion .

194
Ionnization Switches , Ditetapkan pilihan dalam type model

Ionization Contants , Untuk setiap ion , pengguna model harus memberikan nilai negative log factor
frequency pada persamaan Van Hoff dengan menggunakan konstanta PKA , apabila activasi energi 0 ,
sama dengan pKa atau pKb .

Reaction Entalpy , Kcal /mole , Untuk melakukan ketergantungan ionizasi terhadap temperatur ,
pengguna model dapat menentukan standar perubahan entalpi dengan menggunakan konstanta EPKA ,
Entapi yang tinggi dapat menyebabkan ketergantungan pada temperatur .

pH , Pengguna model dapat menentukan variabel pH , bacteri dalam segment dan fungsi sebagai waktu .

195
7.4 Kesetimbangan Serapan

Sorption (Serapan) adalah pengikatan kimia terlarut kedalam phase padatan sebagaimana sebagai
benthos , sediment tersuspensi , atau sering kali kedalam material organik koloid atau terlarut . Serapan
berperan penting dalam pengendalian siklus lingkungan dan bahan beracun .Serapan dapat menyebakan
penumpukan bahan kimia dalam sedimen atau biokonsentrasi dalam ikan .Serapan mungkin menghambat
reakasi volatisasi / penguapan , hidrolisa basa , dan memperkuat reaksi yang lain misal photolisa , dan
hidrolisa asam .

Persamaan 7 – 18

Pada kedaan setimbang distribusi antar phase dikendalikan oleh koefisient partisi K ps dan sejumlah
kehadiran phase padatan , termasuk DOC (Dissolved Organic Carbon) .

Sebagai tambahan penggunaan persamaan berikut ini diasumsikan reversibel .Penggunaan data
laboratorium untuk kimia hydrophobic dianjurkan , walupun terjadi peristiwa hysteris is yang mana proses
desorbsi lebih lambat bila dibanding dengan adsorbsi .Karickhoff mengannggap bahwa hal ini sebgai hasil
dari kinetik intrapartikel yang mana bahan kimia lambat bergabung kedalam komponene sorbant ,
phenomena ini sulit dipahami dan belum ada kerangka model quantitative model yang tesedia untuk
mengkarakterkan gejala ini .

7.4.1 Overview Reaksi Serapan

Bahan kimia terlarut pada kolom air dan segment benthos dengan partikel sediment dan DOC (Dissolved
Organic Carbon) / Karbon Organik Terlatut membentuk 5 phase : Dissolved , DOC – Sorbed , dan
Sediment – Sorbed (3 type Sediment s ) , reaksi dalam air ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 19

Persamaan 7 – 20

196
Yang mana n adalah porositas , volume air dibagai volume total . reaksi kekanan adalah sorption dan
reaksi kekiri adalah desorbsi . Reaksi ini biasanya berlangsung cepat bila dibanding dengan langkah model
dan diasumsikan dalam keadaan kesetimbangan lokal .Phase konsentrasi Cw , Cs dan Cb dikendalikan oleh
koefisien partisi kesetimbangan K pso dan K pb (L/Kg) dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 21

Persamaan 7 – 22

Reaksi ini adalah bentuk linear Freunlich Isotherm dan diterapkan apabila lokasi sorption / serapan pada
sediment di penuhi oleh DOC

Persamaan 7 – 23

Persamaan 7 – 24

Total konsentrasi adalah jumlah 5 bentuk konsentrasi

Persamaan 7 – 25

Subtitusi persamaan 7 – 24 dan persamaan 7 – 25 , dengan proses factorisasi dan pengaturan


memberi fraksi f D terlarut sebagai berikut :

197
Persamaan 7 – 26

Sama halnya fraksi sediment Sorbed dan DOC – Sorbed dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 27

Persamaan 7 – 28

Fraksi ini ditentukan dalam waktu dan ruang dalam keseluruhan simulasi dari koefisient partisi ,
penghitungan internal porositas , konsentrasi sediment simulasi , dan spesifik konsentrasi DOC
.Menghasilkan total konsentrasi dan 5 phase fraksi , dissoleved sorbed , konsentrasi biosorbed secara unik
ditentukan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 29

Persamaan 7 – 30

198
Persamaan 7 – 31

Lima konsentrasi ini mempunyai satuan unit mg/l dan dapat dinyatakan konsentrasi dalam setiap phase
sebagai berikut :

Persamaan 7 – 32

Persamaan 7 – 33

Persamaan 7 – 34

Konsentrasi ini masing masing mempunyai satuan satuan mg/Lw , mg/Kg , mg/KgB

Dalam beberapa kasus , dalam hali ini dekat dengan keluaran sumber bahan kimia , pengguna model
dapat memasukkan koefisient partisi yang mana sorption tidak sempurna .Sebagaimana dikemukakan oleh
Karickhoff dan Moris (1985) menemukan type reaksi waktu sorption berhubungan dengan partisi koefisient
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 - 35

yang mana Kd adalah konstanta kecepatan desorbsi dalam setiap jam .

Senyawa senyawa dengan K ow rendah , medium dan tinggi yaitu 10 5 , 10 3 , 10 , diserap kedalam 2%
sediment organic akan mempunyai waktu reaksi satu hari , setengah jam , dan detik . Untuk mencapai
kesetimbangan secara kasar membutuhkan waktu 3 kali lipat , 3 senyawa tersebut untuk mencapai
kesetimbangan butuh waktu 3 hari , 1 jam , dan 30 menit .

199
7.4.2 Perhitungan Koefisient Partisi

Nilai koefisient partisi dapat diperoleh dari percobaan laboratorium . Untuk kajian laboratorium bahan
organic memperlihatkan koefisient partisi berhubungan dengan hydrophobicitas kimia dari bahan organik
dalam sediment .Modul Toxic ini memeberi pilihan cara penghitungan koefisient partisi .

Pilihan 1 Pengukuran Koefisient Partisi

Pilihan ini membolehkan pengguna model dapat langsung memasukkan nilai partisi koefisient , tiga jenis
partisi koefisient phase padat dapat dimasukkan dalam satuan Lw/Kgs bukan dalam Log .

Pilihan 2 Input Partisi Organik Karbon Koefisient

Normalisasi koefisient partisi denga kadar organik karbon dalam sediment telah diperlihatkan
menghasilkan koefisient K oc (Koefisient partisi carbon organic ) yang relative independent terhadap
karakter sediment atau karakter lokal geografi . Kebanyakan pollutant organik pada saat kini adal ah non
polar , senyawa hydrophobic yang mempunyai koefisient partisi berhubungan erat dengan kadar organik
dalam sediment . Rao dan Davidson (1980) dan Karickhoff el al (1979) telah mengembangkan persamaan
empiris yang berhubungan dengan kesetimbangan koefisient dalam pengukuran laboratorium yang
digunakan untuk memprediksi , persamaan tersebut digunakan dalam modul ini sebagai berikut :

Persamaan 7 - 36

Persamaan 7 – 37

yang mana :

200
Pilihan 3 Penghitungan Partisi Koefisient Carbon

Hubungan antara K oc dengan kelarutan kimia dalam air atau partisi air / oktanol dari bahan kimia telah
berhasil sebagai alat untuk memprediksi pengggabungan hydrophobicitas kimia untuk estimasi nialai partisi
.Apabila tidak tersedia data Log K oc , maka di gunakan persamaan partisi Octanol – Air sebagai berikut :

Persamaan 7 – 38

yang mana ao dan a1 adalah masing masing secara typical dianggap sebagai Log 6 dan Log 1.0 . apabila
nilai Kow telah ditentukan selanjutnya dihitung dengan proses pilihan 2 .

Pilihan 4 Komputasi Partisi Padatan Koefisient

Nilai koefisient partisi adalah tergantung pada beberapa factor dalam hubungannya fraksi karbon oganik
pada partikel penyerap .Faktor yang paling potensial dan kontroversial sebagaimana diungkapkan oleh O
Connor dan Connoly (1980) adalah konsentrasi partikel , berdasarkan persamaan empiris O Connor dan
Connoly menyimpulkan bahwa secara berbalik partisi koefisient berhubungan dengan konsentrasi padatan
.Persamaan model ini menunjukkan kesesuaian dengan data pengamatan adsorbsi – desorbsi .
Persamaan partisi koefisient dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 7 – 39

yang mana :

201
Di Toro menemukan bahwa V x adalah orde pertama yang melingkupi secara luas kimia dan type padatan
.Formulasi ini telah dimasukkan dalam modul organic toxicant . Apabila V x ditetapkan nilai 1 maka modul
organic toxican akan memperkirakan maximum koefisient fraksi partisi dalam air adalah 0.5 untuk semu
bahan kimia hydrophobic .(K pso M s > 10) .

7.4.3 Implementasi Model Serapan

Data organic toxicant yang diperlukan modul ini adalah disarikan dalam tabel sebagai tersebut diatas .
Untuk setiap bahan kimia yang dimodelkan sampai 20 partisi koefisient yang didefinisikan sampai lima
jenis kimia ( netral dan ditambah 4 jenis ion ) . dan 4 sorbant (DOC ,dan tiga type padatan ) . Secara
normal hanya satu subset yang telah didefisikan dan hanya satu solid yang akan dimodelkan .Serapan

202
kimia DOC ke dalam phase padatan di definisikan sebagai foc sorbant . Partisi air – Octanol dari bahan
kimia K ow , dan hubungan Kow dan Koc , partikel interaksi V x untuk masing masing jenis bahan kimia .

7.4.3.1 Option 1 Measured Parttion Coeffisient

Untuk setiap bahan kimia yang disimulasikan , koefisient partisi yang terpisah dapat di masukkan untuk
penyerapan molekul netral sampai 4 jenis ion untuk 3 type solid DOC (Dissolved Organic Carbon) . Input
koefisent partisi dalam unit Lw / Kg bukan dalam unit Log .

Solid Partition Coeffisient , L/Kg , Pengguna model dapat memasukkan nilai secara langsung dari tabel
tersebut diatas

DOC Partition Coeffisient ,Pengguna model dapat memasukkan secara langsung

7.4.3.2 Option 2 Input of Organic Carbon Parttiont Coeffisient

Dalam pilihan ini pengguna model memasukkan data dalam unit Log (base 10) dari koeffisent oganik
carbon (Koc ) . Sebagai tambahan pengguna model harus juga memasukkan fraksi organic carbon dari
masing masing type padatan yang disimulasikan . Fraksi organic carbon untuk Dissolved organik carbon
diasumsikan 1 .Konsentrasi fracsi organic carbon dan dissolved organic carbon adalah parameter model
yang mungkin akan ditentukan pada setiap segment model . Apabila nilai input koefisient partisi Kp (option
1) digunakan maka K oc tidak digunakan

Organic Carbon Partition Coeffisient L/Kg , Pengguna model dapat menentukan nilai koefisien partisi
Log dari tabel tersebut diatas

Fraction Organic Carbon , Pengguna model harus menentukan fraksi carbon pada masing masing phase
padatan yang disimulasikan pada setiap segment .

Dissolved Organic Carbon mg / L , Pengguna model menentukan Organic Carbon yang terlarut pada
setiap segment .

203
7.4.3.3 Option 3 Computation of The Organik Carbon Partition Coeffisient

Dalam pilihan ini pengguna model membolehkan model WASP untuk menghitung K oc dari nilai spesifik
octanol dengan menggunakan persamaan 7 – 39 , Pilihan ini tidak akan digunakan bila nilai Koc di
inputkan .

Octanol Water Partitiion Coeffisient ,L w/Lo , Pengguna model dapat menentukan nilai Log Koefisien
Partisi air – Octanol menggunakan persamaan tersebut diatas .

Correlation Coeffisient , Pengguna model sebaiknya menentukan koefisient korelasi antara Kow dan Koc
dengan menggunakan persamaan linear yang mana koefisien A o dan A1 adalah intecept dan slope ,
hubungan korelasi tersebut di beriakn dalam persamaan diatas , nilai default masinf masing adalah Log 0.6
dan 1 . apabila nilai ini tidak di isi maka dianggap K oc = 0.6 Kow , nilai kontanta diberiakn pada tabel tesebut
diatas .

Fraction Organic Carbon , Pengguna model harus menentukan fraksi carbon pada masing masing phase
padatan yang disimulasikan pada setiap segment .

Dissolved Organic Carbon mg/L , Pengguna model menentukan Organic Carbon yang terlarut pada
setiap segment .

7.4.3.4 Option 4 Solid Dependent Partitioning

Pengguna model dapat menggunakan pengaruh konsentrasi padatan terhadap adsorbsi dengan
menggunakan nilai V x orde satu (Di Toro 1985 ) , apabila pengguna model tidak memasukkan nilai Vx ,
maka akan dieleminasi pengaruh padatan terhadap koefisient Partisi . Disebabkan tubrukan yang
terjadinya desorbsition hanya terjadi di kolom air , maka partisi ktergantungan pada padatan hanya dihitung
di segment kolom air . yang aman porositas lebih besar dari 0,99 , sebagai tambahan untuk parameter
partikel interaksi , pengguna model harus nilai koefisiebnt partisi yang sebagaimana dihitung pada pilihan 1
,2 , 3 sebagaimana diatas .

Particle Interaction Parameter ,Pengguna model dapat menerapkan partisi ketergantungan padatan
dengan mengikuti persamaan 7 – 40 dan tabel tersebut diatas .

204
7.5 Penguapan/Volatilization

Penguapan adalah gerakan kimia yang melintas permukaan air sebagai larutan netral yang mencapai
kesetimbangan degan phase gas . Kesetimbangan terjadi apabila dipicu oleh kesetimbangan tekanan gas
yang terlarut seimbang dengan tekanan gas di atmosphre .Perubahan sesuai degan gradient konsentrasi
gas terlarut dengan gas di atmosfer . dan konduktivitas permukaan antar dua cairan .Konduktivitas
dipengaruhi oleh sifat kimia maupun oleh kondisi lingkungan pada antar muka air – udara .

7.5.1 Overview Penguapan

Konsentrasi terlarut menuju kesetimbangan phase konsentrasi gas dapat dirupakan dalam persamaan
sebagai berikut :

Persamaan 7 – 40

Yang Mana :

Kesetimbangan terjadi apabila konsentrasi terlarut sama dengan tekanan parsial dibagai dengan tekanan
constanta Henry Dalam modul organic toxicant konsentrasi terlarut suatu bahan kimia dalam suatu
segment kolom air dapat menguap pada suatu tingkat yang ditentukan oleh model resistant dua lapis
(Whitmann 1923 ) . Metode dua resistant mengasumsikan ada dua stagnant lapisan film resistant , yang

205
masing masing terikat oleh suatu bagaian yang tercampur dengan sempurna . Konsentrasi yang berbeda
akan meyebabkan diffusi antar lapisan dan tekanan yang berbeda akan menyebakan diffusi ke udara .Dari
sudut keseimbangan masa , sejumlah masa harus melalui lapisan film sehingga konduktivitas berbanding
terbalik dengan resistance . yang dapat diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 41

Yang Mana :

Pada kenyataannya terdapat hambatan lain yang terlibat , hambatan tranpor diantara dua permukaan ,
tetapi diasumsikan diabaikan / tidak dianggap . Dalam dua kasus hal tidak benar yaitu pada pada kondisi
sangat turbulen dan kodisi permukaan air yang terkontaminasi . Walaupun teori dua hambatan dari
metode Whitman adalah penyederhanaan pada lapisan yang seragam , dan menunjukkan hasil yang benar
untuk model yang komplex .

Nilai konduktivitas K v tergantung pada intensitas turbulensi pada badan air dan pada lapisan atmosphere
.Mackay dan Leonen (1975) telah mendiskusikan kondisi yang mana secara primer niali K v ditentukan oleh
intensitas turbulensi dalam badan air , sebagaiman koefisien Henry berkurang , nilai konduktivitas
bertambah yang dipengaruhi oleh intensitas turbulensi atmosphere .

Disebabkan koefisient Henry bertambah sejalan dengan bertambahnya tekanan uap senyawa , dan
berkurang sejalan bertambahnya kelarutan senyawa , senyawa yang mudah menguap dan kelarutannya
rendah kebanyakan transfer dalam air terbatas dan senyawa yang tidak menguap dan kelarutannya

206
tinggi kebanyakan transfer dalam udara terbatas ,Penguapan kebanyakan secara relative kurang menarik
di danau dan bendungan daripada di sungai dan aliran .

Dalam kasus ini laju pengupan dikkendalikan oleh turbulensi dalam phase air , estimasi penguapan dapat
diperoleh dari percobaan laboratorium .Sebagaimana telah di diskusikan oleh Mill (1982) , wadah kecil
yang berisi pestisida dilarutkan dalam air ternyata telah menyerap oksigen untuk waktu tertentu . Jumlah
polutant yang hilang dan oksigen yang diperoleh dari volatilisasi dap at dihitung . Sebagaimana telah
ditunjukkan oleh Tsivoglou dan Walace (1972) , rasio adalah konstan dan tidak berhubungan dengan
turbulensi dalam badan air .Dalam hal ini pabila koefisien reaerasi dalam badan air diketahui atau dapat
diestimasi dan rasio konductivity polutan terhadap koefisen reaerasi telah diukur , maka konduktivity
polutan dapat di estimasi

Input konstanta kecepatan penguapan pada suhu 20 0 C , dan untuk temperatur segment yang berbeda
dikoreksi dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 42

Yang mana :

7.5.2 Pilihan 1 Penguapan

Pilihan ini membolehkan untuk mengukur kecepatan penguapan , kecepatan penguapan (m/hari) mungkin
bervariasi antar segment dan waktu .

207
7.5.3 Pilihan 2 Penguapan

Pilihan ini membolehkan pengguna model memberi input konstanta kecepatan reaerasi Oksigen , yang
kemudian diatur transfer film , pengaturan melalui dua jalan , pertama pengguna model dapat memasukkan
nilai ratio Oksigen ke perutkaran bahan kimia yang didapat dari persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 43

yang mana :

Apabila nilai Kv o tidak tersedia maka model akan menghitung rasio berdasarkan pada molekul oksigen
dengan bahan kimia sebagaimana yang tertera pada pada persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 44

Dengan melakukan perhitungan ini transfer gas dihitung dengan menggunakan metode O Connor (lihat
pilihan 4)

7.5.4 Pilihan 3 Penguapan

Apabila pilihan ini ditentukan koefisient transfer film liquid dihitung dengan pilihan 2 dan gas transfer
koeffisient dihitung dengan metoda Macckay , pada pilihan 5

7.5.5 Pilihan 4 Penguapan

Koefisient transfer film antara cairan dan gas pada pilihan ini bervariasi menurut type badan air .type badan
air harus ditetapkan dapat berupa aliran air , sungai , muara sungai atau danau dan waduk .Perbedaan

208
utama adalah pada aliran air , turbulensi sebagai fungsi kecepatan adalah mempunyai peran utama . Di
lain fihak pada danau , bendungan gerakan angin pada permukaan badan air yang diam adalah
mempunyai peran dominan .Rumus penghitungan untuk dua type badan air teersebut dapat dilihat
sebagai berikut :

a.Flowing Stream , River , Estuary : Untuk aliran air yang mengalir tranfer gas dikendalikan oleh aliran
turbulensi .Untuk sistem yang mengalir koefisient tranfer film cairan (K L) dihitung dengan metode Covar
(Covar 1976) yang mana rumusnya menggunakan kedalaman dan kecepatan air pada setiap segment
.Pertama tama dihitung koefisien tranfer Oxygen dengan rumus dibawah ini , kemudian K L dihitung dengan
persamaan 7 – 44 dan Persamaan 7 - 55

Untuk segment denagan kedalaman kurang dari 0,6 m digunakan rumus Owen .untuk menghitung
kecepatan reaerasi Oksigen

Persamaan 7 – 45

yang mana :

Untuk segment degan kecepatan kurang dari 0,518 m/detik dan kedalaman lebih besar

maka digunakan formula O Connor – Dobin .

Persamaan 7 – 46

yang mana Dw adalah diffusivitas zat kimia dalam air (m 2/detik) dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut

209
Persamaan 7 – 47

Formula Churcil dapat digunakan untuk menghitung koefisient Reaerasi untuk semua kasus .

Persamaan 7 – 48

Koefisient gas transfer (Kg) di asumsikan konstant 100 m /hari untuk badan air yang mengalir

b.Stagnant Lake or Pond Untuk danau atau bendungan yang tidak mengalir koefisient transfer
dikendalikan turbulensi udara . untuk sistem stagnant koefisient transfer film liquid K L dihitung dengan
menggunakan persamaan O Connor :

Persamaan 7 – 49

Persamaan 7 – 50

yang mana U kecepatan geser dihitung dengan menggunakan rumus :

Persamaan 7 – 51

210
yang mana :

Sca dan Scw adalah angka Schmid udara dan air dihitung dari persamaan

Persamaan 7 – 52

Persamaan 7 – 53

yang mana :

Diifusivitas kimia dalam air dihitung dengan menggunakan persamaan 7- 48 , dilain fihak
diffusivitas kimia dalam udara dihitung dengan persamaan sbb :

211
Persamaan 7 - 54

Kg adalah proporsional terhadap angin dan berbanding proporsional terbalik dengan berat molekul ,
pangkat 4/9 .

7.5.6 Pilihan 5 Penguapan

Sebagaimana dengan pilihan 4 koefisient film transfer antara cairan dan gas dihitung pada berbagai
variasi type badan air . Perbedaan utama adalah pada aliran air , turbulensi sebagai fungsi kecepatan
adalah mempunyai peran utama . Di lain fihak pada danau , bendungan gerakan angin pada permukaan
badan air yang diam adalah mempunyai peran dominan .Rumus penghitungan untuk dua type badan air
teersebut dapat dilihat sebagai berikut :

a.Flowing River , Stream or Estuary Untuk aliran air yang mengalir tranfer gas dikendalikan oleh aliran
turbulensi .Untuk sistem yang mengalir koefisient tranfer film cairan (K L) dihitung sama dengan metode
pilihan 4 .

b.Stagnant Pond or Lake .Pada pilihan ini Koefisient transfer film cairan dan gas dihitung dengan
menggunakan metode Mackay dan Yeun (1983) sebagaimana ditulis dalam persamaan sebagai berikut .

Persamaan 7 - 55

Persamaan 7 – 56

Persamaan 7 – 57

212
7.5.7 Implementasi Model Volatilisasi

Walaupun terdapat berbagai metode perhitungan untuk menentukan penguapan , tetapi kebanyakan
dihitung secara internal dengan menggunakan sejumlah kecil data . Data spesifikasi Voalatilasi organic
toxicant telah disarikan pada tabel . Tidak semua konstanta diperlukan Apabila konstanta Hukum Henry
tidak ditemukan , hal ini akan dikalkulasi internal dalam model dengan menggunakan tekanan uapa dan
kelarutan . Apabila Kvo tidak tersedia maka akan dihitung secara internal dengan menggunakan berat
molekul dan menentukan koefisient transfer film cairan – gas . Volatilisasi / penguapan hanya dibolehkan
pada segment permukaan air , yang diidentifikasikan pada saat input segment . Sebagaiman diketahui ada
beberapa type segment yaitu Type 1 Surface Water Segement , Type 2 Sub surface Water Esegment ,
Type 3 Surficial Sediment Segment , Type 4 Subsurface Sediment Segment .

Input Transformasi parameter yang harus ditentukan oleh pengguna model diberikan pada tebel dibawah
ini untuk setiap pilihan penguapan , angka konstanta terdapat pada daftar tabel dibawah ini kontanta yang
penting adalah konstanta Henrys dan konsentrasi bahan kimia di atmosphere .

213
Volatilization Option , Pengguna model harus menentukan opsi atau pilihan penguapan , 1) kecepatan
penguapan dapat dimasukkan secara langsung 2) penguapan dihitung dari konstanta kece[atan
penguapan dan persamaan O Connor untuk transfer gas 3) penguapan dihitung kecepatan konstanta
reaerasi dan pesamaan Mackay untuk transfer gas 4) Dalam sistem yang mengalir menggunakan metode
covar untuk menghitung kecepatan reaerasi dan tranfer gas pada 100 m / hari pada sistem yang diam ,
pengupan dihitung dengan kecepatan transfer gas O Connor 5) Dalam sistem yang mengalir
menggunakan metode covar untuk menghitung kecepatan reaerasi dan tranfer gas pada 100 m / hari pada
sistem yang diam , pengupan dihitung dengan kecepatan transfer Mackay .

Henry Laws Constant atm m 3/mole , Pengguna model harus menentukan nilai partisi air – udara kimia .

Atmospheric Concentration ug/l , Pengguna model seyogyanya menentukan rata rata kandungan gas
kimia dalam atmosphere , apabila konsentrasinya 0 , berati selau ada penguapan zat kimia tersebut

214
Pilihan 1 Penguapan

Dalam pilihan ini variabel konstanta kecepatan penguapan dapat dimasukkan s ecara langsung

Volatilization Rates , m/day Pengguna model dapat memasukkan konstanta yang variasi terhadap waktu
atau tidak .

Pilihan 2 Penguapan

Pada pilihan ini kecepatan penguapan dihitung dari iput tingkat reaerasi dan menggunakan metode O
Connor untuk transfer gas , data input untuk pilihan 2 ada dalam daftar dibawah ini , untuk sistem yang
mengalir temperatur dan kecepatan angin dapat diabaikan .

Waterbody Type , Terdapat pilihan air mengalir , sungai , danau , dan estuary

Reaeration Rates m/day , Ada pilihan konstant atau variasi terhadap waktu

Ratio of Volatilizatio To Reaeration , Dapat memasukkan nilai secara langsung atau dihitung dari berat
molekul

Molecular Weigth g/mole , Pengguna model dapat memasukkan secara langsung atau dengan konstanta
, nilai ini untuk memperkirakan laju reaerasi / reaeration rate .

Wind Spedd , m/dt ,Pengguna model dapat memasukkan nilai kecepatan angin , data kecepatan angin
seyogyanya diperoleh dari pengukuran pada ketinggian 10 m

Air Temperature C , Pengguna dapat memasukkan temperatur udara secara konstan atau variasi
terhadap waktu .

Pilihan 3 Penguapan

Pada pilihan ini pengguna model dapat memasukkan nilai konstanta kecepatan reaerasi dan trasfer gas
Mackay , untuk sistem yang mengalir temperatur dan kecepatan angin dapat diabaikan , selanjutnya
seperti pilihan 2

215
Pilihan 4 Penguapan

Pada pilihan ini Dalam sistem yang mengalir menggunakan metode covar untuk menghitung kecepatan
reaerasi dan tranfer gas pada 100 m / hari pada sistem yang diam , penguapan dihitung dengan
kecepatan transfer O Connor . untuk sistem yang mengalir temperatur dan kecepatan angin dapat
diabaikan .Pada sistem yang diam maka kecepatan air diabaikan

Water Velocity m/Sec , Kecepatan air dihitung dengan menggunakan koefisient geometri hydraulic
sebagaiamana pada Bab 3 .

Water Body Type , Sama dengan pilihan 2

Molecular Weight g/mole , Sama dengan pilihan 2

Wind Speed m/sec , Sama dengan pilihan 2

Air Temperature C , Sama dengan pilihan 2

Pilihan 5 Penguapan

penguapan dihitung dengan kecepatan transfer gas O Connor Dalam sistem yang mengalir menggunakan
metode covar untuk menghitung kecepatan reaerasi dan tranfer gas pada 100 m / hari pada sistem yang
diam , penguapan dihitung dengan kecepatan transfer Mackay . untuk sistem yang mengalir temperatur
dan kecepatan angin dapat diabaikan .Pada sistem yang diam maka kecepatan air diabaikan

7.6 Hydrolisa

Hidrolisa adalah reaksi bahan kimia dengan air , yang diketahui sebagai jalan mayoritas kebanyakan dari
bahan kimia toxic organik , hydrolisa adalah reaksi yang memecah senyawa kimia dan membentuk
senyawa baru dengan komponen hydrogen atau hydroksil .Reaksi Hydrolisis dikatalis oleh asam dan basa
, dan kecepatannya dikendalikan oleh temperatur .

7.6.1 Overview Reaksi Hydrolisa

Hydrolisa disimulasi oleh model type Organik toxicant secara sederhana dengan menggunakan input orde /
tingkat pertama untuk kimia netral dan Orde ke dua untuk ion , Orde ke dua tergantung pada temperatur
dan pH .

216
7.6.2 Pilihan 1 Hydrolisa Orde 1

Pilihan pertama untuk kimia netral , asam dan basa , menngunakan orde pertama

7.6.3 Pilihan 2 Hydrolisa Orde 2

Pada pilihan kedua menggunakan orde pertama untuk kimia netral , asam dan basa , dan menggunakan
orde dua untuk reaksi dikatalis oleh asam dan basa untuk berbagai jenis bahan kimia

Persamaan 7 – 58

Persamaan 7 – 59

Persamaan 7 – 60

yang mana :

Kecepatan juga dipengaruhi oleh temperatur , Kecepatan dalam model type Organik Toxicant di atur
dengan menggunakan formula Arrhennius .

217
Persamaan 7 – 61

Yang mana :

7.6..3 Implementasi Model Hydrolisis

Data kecepatan hidrolisa model type organik Toxic dapat dilihat pada tabel sebagai berikut , kecepatan
hydrolisa pada orde pertama ditentukan dalam Pilihan pertama .

Pilihan 1 :

Pada pilihan petama dapat memilih asam , basa , netral .

Fisrt – Order Hydrolisis Rate Constant (day) , Pengguna model melakukan input semua rate hydrolisis
netral , asam dan basa dengan menggunakan konstanta 181 , 182 , 183 untuk Chemical 1 dan konstanta
781 , 782 , 783 untuk Chemical 2 dan konstanta 1381 , 1382 dan 1383 untuk Chemical 3 .Nilai kontanta ini
adalah orde tingkat pertama .

218
Pada pilihan ini reaksi koefisient dapat ditetapkan sebagai kontanta tetap , apabila kimia organic toxicant
tidak terionisasi maka asam , basa , netral dapat diinputkan sebagai Dissolved , DOC – Sorbed dan
Sedimen Sorbet sebagai disarikan dalam tabel tsb diatas . Apablia Inonisasi maka input Dissolved , DOC-
Sorved dan Sediment – Sorbed umtuk masing masing ion yang disimulasikan .Sebagai tambahan pH
harus dimasukkan dalam rangka menghitung hidrolisa asam dan basa . pH dimasukkan untuk setiap
segment dan dapat bervariasi dan konstan dalam ranah waktu . input pH terpisah yang bervariasi untuk
waktu mungkin untuk lapisan benthos dan permukaan perairan .

Base Hydrolysis Rate Constant M / Day , Pengguna model dapat memasukkan orde dua hydrolisis basa
untuk phase Dissolved , DOC – Sorbed , dan Sediment Sorbed untuk setiap ion menggunakan konstanta

219
KH20 yang disarikan dalam tabel diatas .KH20,1,1,1 untuk phase Dissolved netral Chemical , KH20,1,2,1
untuk DOC – Sorbed dan KH20,1,3,1 untuk sediment sorbed netral .

Neutral Hydrolysis Rate Constant , Pengguna model dapat memasukkan orde satu netral hydrolisa
untuk phase Dissolved , DOC – Sorbed , dan Sediment Sorbed untuk setiap ion menggunakan konstanta
KH20 yang disarikan dalam tabel diatas .KH20,2,1,1 untuk phase Dissolved netral Chemical , KH20,2,2,1
untuk DOC – Sorbed dan KH20,2,3,1 untuk sediment sorbed netral .

Acid – Catalyzed Hydrolisis Rate Constant , Pengguna model dapat memasukkan orde dua hydrolisa
asam untuk phase Dissolved , DOC – Sorbed , dan Sediment Sorbed untuk setiap ion menggunakan
konstanta KH20 yang disarikan dalam tabel diatas .KH20,3,1,1 untuk phase Dissolved netral Chemical ,
KH20,3,2,1 untuk DOC – Sorbed dan KH20,3,3,1 untuk sediment sorbed netral .

Arrhenius Activation Energy , Pengguna model dapat memasukkan nilai atau apabila tidak dimasukkan
model tidak mensimulasi efek temperatur pada hydrolisis .

Reference Temperatur , Nilai kontanta dapat dimasukkan oleh pengguna model , apabila tidak
dimasukkan dianggap sebagai 20 C

pH , Pengguna model dapat memasukkan secara konstant atau bervariasi

7.7 Photolisis

Photolisis adalah pemecahan atau transformasi bahan organik yang disebakan penyerapan cahaya
matahari . Ini merupakan fungsi jumlah dan panjang gelombang radiasi , karakter penyerapan oleh
senyawa organik , dan efisiency penyerapan cahaya dalam memproduksi reaksi kimia . Photolisis di
kategorikan dalam 2 jenis berdasarkan mekanisma penyerap an energi .Photolisis langsung adalah
penyerapan photon oleh bahan kimia organic toxic secara langsung , sedangkan Photolisis tidak langsung
adalah penyerapan photon dari molekul bahan organic toxic lain yang secara langsung menyerap energi .

220
7.7.1 Overview Reaksi Photolisis

Photolisa adalah transformasi bahan kimia disebabkan oleh penyerapan energi cahaya , koefisient
kecepatan orde pertama photolisa dapat dihitung dari tingkat serapan dan kuantum cahaya untuk masing
masing jenis ion dan phase :

Persamaan 7 – 62

yang mana :

Yang mana pengguna model dapat menetapkan model untuk melakukan perhitungan tingkat orde pertama
, atau pengguna model dapat memasukkan input nilai dengan berdas arkan kondisi lokal , untuk lintang
tertertu dan kodisi iklim tertentu .Pilihan pilihan untuk p erhitungan perhitungan disebabkan oleh kehilangan
photolisis dapat di uraikan secara ringkas sbb

7.7.2 Photolysis Pilihan 1

Dalam pilihan ini kecepatan photolisa dihitung dari absorbsi molar , perhitungan intensitas cahaya . dan
kuantum yield bahan kimia .Untuk menghitung kecepatan konstanta , modul organic toxicant membagi
spectrum gelombang cahaya antara 280 – 800 nm menjadi 46 interval . Untuk setiap interval pengguna
model harus menentukan absortivitas molar .Intensitas cahaya matahari dari 46 interval gelomabng cahaya
, secara internal dihitung oleh model dengan memasukkan posisi lintang dan kondisi iklim dan tanggal
simulasi , lokasi dan waktu simulasi digunakan untuk menetapkan radiasi matahari yang masuk dari
atmosfer .Kondisi atmosfer digunakan untuk menetapkan pengurangan intensitas cahaya dari atmosfer
.Intensitas cahaya dan molar absortivitas digunakan untuk meghitung daya tembus cahaya ke perairan (d)

221
.Spesific absorsrsi cahaya matahari dihitung secara integral dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :

persamaan 7 – 63

yang mana :

Intensitas Cahaya matahari diukur dengan menggunakan integrasi formula Berr – Lambert untuk setiap
masing masing panjang gelombang dalam formula sebagai berikut .

Persamaan 7 – 64

yang mana :

222
Iok dihitung untuk masing masing panjang gelombang dengan berdasarkan waktu tahun , lintang ,
ketinggian tempat , awan , kelembaban , dll . Nilai d ratio penembusan cahaya ke perairan dihitung dan
mungkin nilai pendekatan adalah 1.19 (Hutchinson 1967) , tetapi nilai untuk penyebaran yang besar adalah
mendekati 2.0 . Tetapi sebaiknya adalah menggunakan nilai 1.19 . Konstanta kecepatan Photolisis dihitung
dengan formula EXAM II sebagai berikut

Persamaan 7 – 65

yang Mana :

223
Nilai Kew , n1 , n2 , n3 di untuk masing masing 46 panjang gelombang disediakan oleh subro utine model
dihitung setiap panjang gelombang , kemudian dijumlah total .

7.7.3 Photolysis Pilihan 2

Pada pilihan ini acuan kecepatan absorbsi intensitas cahaya matahari pada permukaan K aRi (E mole/hari)
masing masing dapat di masukkan , dengan menggunakan EXAM II dengan formula sebagai berikut :

224
Persamaan 7 – 66

Persamaan 7 – 67

yang mana

Pantulan intensitas cahaya Ig/Io dihitung dengan formula Beer – Lamber sebagai tersebut diatas , dengan
demikian nilainya berkisar dari 0 ke 1 .Koefisien extinction cahaya matahari dapat ditetapkan langsung
sebagai parameter model yang nilainya bervariasi pada segment .Apabila nilai koefisient extinction tidak
diterapkan maka akan ditetapkan dari specifikasi panjang gelombang maximum dengan menggunakan
persamaan diatas dan tabel sebagai berikut . Apabila panjang gelombang diluar kisaran (280 – 825 nm ) ,
maka model akan menetapkan sebagai panjang gelombang 300 nm .Setelah pengaturan acuan absorbsi
intensitas cahaya matahari pada kondisi ambang batas , orde pertama reaksi photolisa dihitung dengan
menggunakan persaamaan tersebut diatas .

Photolisa pilihan ke 2 sering di terapkan dengan reaksi photolisa orde ke pertama daripada menggunakan
nilai acuan serapan intensitas cahaya matahari .Apablia acuan reaksi tinkat pertama adalah input K aRi
maka persamaan .,akan menghitung K ai sebagai reaksi orde tingkat pertama (1/hari) untuk mengatur nilai
ambang cahaya . Dan secara keseluruhan tingkat pertama photiolisa akan dihitung dengan persamaan 7 –
65 dan quantum yield di tetapkan 1.0

225
7.7.4 Implementasi Model Photolysis

Data untuk Modul Organic Toxicant dapat disarikan pada tabel diatas , apabila orde tingkat pertama
digunakan maka input akan diabaikan , berikut ini iput untuk photolisa

Photolisa Pilihan 1

Photolisa Option, Pilihan Photolisa dapat dipilih dapat dipilih dari Molar absortivity atau , Extapolated dari
permukaan , gunakan angka konstan untuk 286 , 886 dan 1486 untuk masing masing Chemical 1 .
Chemical 2 dan Chemical 3 .

Molar Absorbtivity , L /Mole –Cm Ln 10 , Pengguna model dapat menetapkan pengguaan konstanta
untuk 46 interval panjang gelombang pada tabel..

Quantum Yield Mole , Einstein , Pengguna model dapat menentukan Quantum Yield untuk (Terlarut /
Dissolved , DOC – Sorbed , Sediment Sorbed ) untuk masing masing ion dengan menggunakan QUANTG
, untuk Terlarut / Dissolved menggunakan QUANTG 11 , untuk DOC – Sorbed menggunakan QUANTG21
dan untuk Sediment Sorbed menggunakan QUANTG 31 , pada tabel dibawah ini .

226
Julian Date , dimasukkan tanggal , bulan dan tahun

Elevation , dimasukkan elevasi ketinggian , m

Latitude , dimasukkan lintang dalam derajat

Light Option , ada beberapa pilihan yaitu tidak menghitung intensitas cahaya , menghitung rata rata rata
tahunan intensitas cahaya , menghitung rata rata bulanan intensitas cahaya

Optical Path , Pengguna model dapat memasukkan ratio jalan cahaya terhad kedalaman vertical

Cloud Cover , Tutupan awan dapat dimasukkan bulanan , ataupun tahunan , untuk bulanan kontanta 11 –
22 , untuk tahunan gunakan konstanta 23 .

Air Type , Terdapat pilihan rural , urban , maritime , Tropospheric dan kontanta digunakan 24 – 35 untuk
bulanan dan 36 untuk tahunan ,

Relative Humidity , Pengguna harus memasukkan nialai relative hmidity untuk rata rata bualan ataupun
tahunan

Atmospheric Turbidity ,Pengguna model memasukkan untuk nilai bulanan sekitar 50 -61 dan untuk nilai
tahunan adalah sekitar 62 .

Ozone Content , Pengguna model dapat memasukkan kontanta bulanan sekitar 63 -74 dan konstanta
tahunan sekitar 75 .

Dissolved Organic Carbon , Pengguna model dapat memasukkan konsentrasi DOC untuk setiap
Segment

227
Chlorophyl a , Pengguna model dapat memasukkan nilai konsentrasi Chloropyl a secara konstan atau
variasi waktu .

Photolysis Pilihan 2

Photolysis Option , Pilihan Photolisa dapat dipilih dapat dipilih dari Molar absortivity atau , Extapolated
dari permukaan , gunakan angka konstan untuk 286 , 886 dan 1486 untuk masing masing Chemical 1 .
Chemical 2 dan Chemical 3 .

Measured Photolysis Rate , Pengguna model dapat memasukkan nilai nilai 291 , 891 dan 1491 masing
masing untuk Chemical 1 , Chemical 2 dan Chemical 3 .

Measured Sun Light Absorbtion Rate , Einstein Mole / day , Pengguna model dapat memasukkan nilai
nilai 291 , 891 dan 1491 masing masing untuk Chemical 1 , Chemical 2 dan Chemical 3 .

Quantum Yield Mole , Einstein Mole / day , Pengguna model dapat menentukan Quantum Yield untuk
(Terlarut / Dissolved , DOC – Sorbed , Sediment Sorbed ) untuk masing masing ion dengan menggunakan
QUANTG , untuk Terlarut / Dissolved menggunakan QUANTG 11 , untuk DOC – Sorbed menggunakan
QUANTG21 dan untuk Sediment Sorbed menggunakan QUANTG 31 , pada tabel dibawah ini .

Reference Latitude degree , Pengguna model dapat memasukkan nilai nilai 288 , 888 dan 1488 masing
masing untuk Chemical 1 , Chemical 2 dan Chemical 3 .

Maximum Absorbtion Wave Length , Pengguna model dapat memasukkan nilai nilai 296 , 896 dan 1496
masing masing untuk Chemical 1 , Chemical 2 dan Chemical 3 .

Latitude , Degree , Dimasukkan nilai lokasi lintang dalam derajat

Cloud Cover , Tutupan awan dapat dimasukkan bulanan , ataupun tahunan , untuk bulanan kontanta 11 –
22 , untuk tahunan gunakan konstanta 23 .

Light Intensity , Pengguna model dapat menetapakan intensitas cahaya sebagai constanta atau varaiasi
waktu , defaultt value adalah 1.0

Light Extinction Coeffisient , Pengguna model dapat menentukan halangan cahaya karena Chloropyl
pada setiap segment atau , dihitung oleh model .

228
7.8 Oxidasi

Oksidasi bahan kimia toxicant organik di perairan adalah konsekuensi interaksi antara radikal bebas dan
bahan polutant .Bahan radikal bebas terbebtuk karena proses photolisa , radikal bebas yang penting
adalah alkyl peroksida , RO2 , Radikal OH , dan Oksigen tunggal .

7.8.1 Overview Reaksi Oksidasi

Pada modul Toxic Organic , secara umum oksidasi dimodelkan sebagai reaksi tingkat orde dua untuk
setiap phase dari masing masing jenis kimia

Persamaan 7 – 68

yang mana :

Koefisien reaksi dapat ditentukan sebagai dan konstanta activitas enegi adalah 0 , apabila pengguna
model menghendaki activitas energi berdasarkan Arhennius maka konstanta dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :

Persamaan 7 - 69

Yang Mana :

229
Aktivitas energy dapat ditetapkan untuk setiap ion yang akan disimulasi , apabila aktivitas energy tidak
diberikan maka kosntanta tidak akan diatur berdasarkan fungsi temperatur

Disebabkan kemungkinan kehadiran alkyl peroksida di perairan dalam jumlah yang besar , sehimgga tidak
mungkin untuk mendapatkan estimasi nilai Kox untuk masing masing jenis radikal bebas .Mil et all (1982)
mengajukan nilai estimasi kecepatan konstanta dengan menggunakan t-Butyl Hydroperoxida sebagai
model agen oksidasi .Alasan dari Mill dkk adalah karena Alkylperoksida yang lain menghambat reaksi yang
lain dalam kekuatan yang significant , kontanta kecepatan Reaksi tingkat dua dimasukkan sebagai input
dalam modul Toxicant Organic .

Sebagai tambahan untuk melakukan estimasi kecepatan koefisient , estimasi konsentrasi radikal bebas
harus dibuat secara lengkap untuk mendefinisikan ekpresi oksidasi radik al bebas .Mil dkk (1982)
melaporkan konsentrasi RO2 pada tingkat 10-9 M dan konsentrasi OH pada tingkat 10-17 M pada beberapa
badan air . Zep dan Cline (1977) melaporkan nilai tingkat rata rat Oksigen tunggal pada sampel badan air
adalah 10-12 M .Sumber radikal bebas di perairan secara alamiah berasal dari photolisa bahan organik
.Apabila perairan keruh sekali atau dalam maka pembentukan radikal hanya di permukaan perairan .
Sebagai konsekuensinya oksidasi bahan kimia kurang relevan pada perairan yang demik ian .

7.8.2 Implementasi Model Oxidasi

Data konstanta oksidasi kimia dapat dilihat pada tabel sebagai diatas , koefisient kontanta dan konstanta
temperatur yang bervariasi pada waktu .Apablia aktivasi enegi tidak diberiak dan tidak ada koreksi
temperatur maka input dapat data menggunakan tabel sebagai berikut :

230
Oxidation Rate , L Mole / day , Pengguna model dapat memasukkan konstanta kecepatan reaksi orde
dua untuk phase Terlarut , DOC Terserap , Terserap Sedimen untuk masing masing ion dengan
menggunakan KOX20 , pada tabel diatas KOX20 11 untuk phase terlarut , KOX2021 untuk DOC terserap ,
dan KOX2031 untuk Sediment Terserap.

Activation Energy Kcal / Mole K diambil dengan data EOX

Reference Temperature C , menngunakan data TREFO

Oxidant Concentration , Mole / L , Konsentrasi oksidant di inputkan ppada variabel segment

7.9 Biodegradasi

Degradasi oleh bacteri , seringkali mengacu pada transformasi oleh mikrobia , biodegradasi dan biolysis
adalah pemecahan atau penguraian oleh enzym bakteri , walaupun pencemaran dapat melakukan
pengurangan , atau pengurain toxin tetapi dapat juga menimbulkan toxin .

Biodegradasi mencakup semua proses yang melibatkan enzym untuk menguraikan bahan kimia organik ,
bacteri dan beberapa fungi / jamur menjadi perantara degradasi biologi pada sistem air permukaan.
Dehalogenisasi , dealkylisasi , hydrolisis , oxidasi , reduksi yang semua adalah proses metabolisma via
microbia yang tidak dapat digunakan sebagai subtrat .

Dua type biodegradasi yang umum adalah metabolisma pertumbuhan dan cometabolisma . Metabolisma
pertumbuhan terjadi apabila bahan organik digunakan sebagai sumber makanan , yang terjadi pada
kisaran waktu 2 sd 20 hari ,(Mills) .Kisaran waktu tidak selalu pada nilai tersebut , pada wilayah yang
tercemar dan populasi mikrobia rendah dibutuhkan waktu yang lama .Cometabolisma terjadi apabila bahan
organik tidak digunakan sebagai sumber pangan mikobia .

Kinematika pertumbuhan bacteri yang mendegradasi bahan beracun / toxic belum sepenuhnya dip ahami ,
keberadaan subtrat penyaing dan jenis bacteri yang lain , dan keracunan bakteri , dan kemungkinan
adaptasi bakteri terhadap bahan kimia beracun dan cometabolisma menjadi sulit untuk di kuantifikasikan .
Sebagai hasilnya kontanta memgenai bacteri dianggap konstant daripada model yang dinamis dan seing
digunakan reaksi orde satu .

231
7.9.1 Overview Reaksi Biodegradasi

Dalam Modul Organic Toxicant ditetapkan tingkat biodegrasi orde satu untuk kolom air dan benthos
ditetapkan .Apabila pengukuran nilai tingkat orde satu tersedia , maka diharapkan hasilnya akan teliti
sama dengan pendekatan yang komplex . Apabila tidak tersedia nilai biodegraasi orde satu , maka harus
dilakukan extrapolasi dari bacteri yang alin atau dilakukan pedekatan orde dua . Diasums ikan populasi
bacteri tidak dipengaruhi oleh senyawa dengan konsentrasi yang rendah .Orde dua kinetic untuk DOC
(Dissolved Organic Carbon) terjerab dan J Serapan Sediment Kimia dapat dilihat pada persamaan
sebagai berikut :

Persamaan 7 – 70

Persamaan 7 – 71

yang mana :

Dan Pengaturan karena pengaruh temperatur adalah sebagai berikut :

Persamaan 7 – 72

Yang Mana :

232
Factor koreksi temperatur , mengekpresikan kenaikan konstanta kecepatan biodegradasi yang disebabkan
oleh kenaikan temperatur , faktor lingkungan selain temperatur dan populasi bacteri dan membatasi
kecepatan biodegradasi .Faktor reduksi juga harus dipertimbangkan oleh pengguna model .Kadar Oksigen
yang rendah juga mempengaruhi kecepatan biodegradasi tetapi tidak diikutkan dalam si mulasi ini , kadar
Oksigen dibawah 1 mg/l akan mengurangi kecepatan reaksi secara konstan , dalam keadaan an oxic
kecepatan reaksi biodegrasasi menjadi lambat .Disebabkan biodegrasi sulit diprediksi dibanding dengan
proses fisika dan kimia maka kalibrasi lokal perlu dilakukan .

Biodegradasi dapat diimplementasikan dengan menggunakan segment variabel konstanta kecepatan


reaksi orde satu daripada menggunakan populasi bakteri . Apabila input kontanta kecepatan reaksi orde
satu untuk Pbac , maka konstanta kecepatan reaksi orde dua K bij seyogyanya di atur 1 pada persamaan 7
– 71 dan 7 – 72

7.9.2 Implementasi Model Biodegradasi

Data biodegradasi untuk type model Organic – Toxicant dapat di ringkas pada tabel sebagai berikut
.Konstanta rekasi tingkat dua untuk kolom air dan sedimet dasar dianggap sebagai konstanta .

233
First Orde Rate , 1/day , Kecepatan Orde Satu , Pengguna model dapat menentukan nilai kecepatan orde
satu untuk kolom air dan sediment dengan menggunakan nilai KBW dan KBS

Second Orde Rate Coeffisient , Ml / Cell - day , Koefisient Kecepatan orde dua , pemgguna model dapat
menetapkan untuk setiap phase (Terlarut , DOC Terjerap , Sedimet Terserap ) untuk masing masing ion
dengan menggunakan KBIO20 , untuk Terlarut menggunakan KBIO2O11 , untuk DOC sorbed
menggunakan untuk KBIO2021 , untuk Sediment Sorbed KBIO2031

Temperature Coeffisient , Koefisient temperatur , pengguna model dapat memasukkan input koreksi
temperatur dengan menggunakan kontanta Q10DIS , Q10DOC dan Q10PAR masing masing untuk
Terlarut , DOC Terserap dan Sediment Terserap .

Bacterial Population Level , Cell / Ml , Level Populasi Bakteri , input jumlah populasi bakter dapat dilihat
pada tabel di bawah ini .

234
7.10 Reaksi Extra

Suatu rekasi ektra orde dua / second orde termasuk dalam model organik toxicant , reaksi orde dua
membolehkan pengguna model mensimulasi effect yang tidak terdapat pad modul toxi sebagai misal
Oxidasi dan Reduksi . Kecepatan rekasi juga dapat bervariasi dengan temperatur .

7.10.1 Overview Reaksi Extra

Modul toxican juga memperbolehkan pengguna model menambahkan raksi orde dua untuk berbagi jenis
spesies phase kimia yang di formulasikan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 7 – 73

235
Yang mana :

Koefisient reaksi boleh jadi ditentukan sebagai konstanta , dengan konstanta aktivasi energi kiri sebagai 0 .
Apabila pengguna model memerlukan modul toxi menentukan kecepatan bedasarkan fungsi temperatur
Arheniuss , specifi aktivasi energi yang tidak nol sebagai kontanta dihitung dengan persamaan sebagi
berikut :

Persamaan 7 – 74

Yang mana :

Energi activasi mungkin ditentukan untuk setiap jenis ion yang akan disimulasikan . apabila activasi energi
tidak diberikan maka kecepatan reaksi diatur dalam kedaan temperatur ambang .

Sebagai contoh proses kinetik yang dimodelkan sebagai extra reaksi adalah reaksi reduksi , apabila
reduksi C dimodelkan dan di intepretasikan sebagai konsentrasi reduksi lingkungan RH2 , dengan demikian
:

Persamaan 7 – 75

yang mana :

236
Identitas agen reduksi dan konstanta orde dua harus ditentukan dan dikaji dengan kwantifikasi analisa
kinetic laboratorium . Apabila kedua duanya agent oksidasi dan reduksi ;lingkungan berlebihan , ke dua
pasang chemical disimulasikan sebagai pasangan redox .

Persamaan 7 – 76

Yang mana :

Dalam Kajian laboratorium kinetic dapat mengendalikan konsentrasi RO 2 dan RH2 untuk menentukan
kecepatan reaksi baik Oksidasi maupun Redukasi , yang ditetapkan sebagai konstanta Ko x dan KE dan
koefisient hasil Y012 dan YE1 harus ditentukan juga . Variabel spatial konsebtrasi RH2 dan RO2 harus
ditentukan .

7.10.2 Implementasi Model Reaksi Extra .

Input data memerlukan rekasi orde dua yang termasuk dalam hali ini kontanta reaksi orde dua yang
ditentukan untuk masing masing jenis dan bebtuk sorbed (Dissoleved , DOC , dan sorbed to Particulate ) .
Apabila pennguna model menghendaki adanya koreksi temperatur maka pennguna model harus
menyediakan temperatur acuan yang mana extra rekasi terjadi dan acivasi energy . Dengan demikian
kecepatan reaksi akan diatur berdasrkan fungsi temperatur Arhennius .

Apabila activasi energi tidak diberikan maka koreksi temperatur untuk kecepatan reaksi tidak ada . Sifat
luar lingkungan yang memmpengaruhi tingkat extra reaksi berbeda antar segment dan unit siaft luar
adalah (1/day) , dan masukkan temperature mungkin dapat bervariasi dengan waktu .Input data dapat di
dekripsikan dibawah ini :

237
Extra Reaeration Rate , L mole / day , Pennguna model dapat memasukkan nilai kontanta orde dua untuk
setiap phase (Dissolvel , DOC dan Sedimen Sorbrd ) dan masinng jenis ion dengan menggunakan
kontanta KE20 dapat dilihat pada tabel tersebut diatas KE20 11 untuk Chemical Dissolved netral , KE2021
untuk DOC Sorbed netral chemical dan KE20 31 untuk Sediment Sorbed Chemical .

Activation Energy , Kcal / mole K , Pengguna model dapat menentukan avctivasi energi yang ditetapkan
dalam tabel tersebut diatas .

Reference Temperature C , Pengguna model dapat memasukkan temperatur acuan

Extra Environmental Concentration mole / L , Pengguna model dapat memasukkan pada setiap
segment konsentrasi yang akan disimulasi

7.11 Modul Non-Ionizing Toxicant

Modul Non – Ionizing Toxicant diaplikasilan umtuk mensimulasi konstituent logam reactive yang melip uti
Arsen , Titanium , Selenium , Chromium ,dan Transformable organic yang meliputi Gasoline , Petroleum ,
BTEX, PAHs, Chlorinated solvent , PCBs,dan VOC .

7) Chem 1 (ug/l Water , ug/g Sed)


8) Chem 2 (ug/l Water , ug/g Sed)
9) Chem 3 (ug/Water , ug/g Sed)
10) Silt and Fine (mg/l)
11) Sands (mg/l)
12) Organic Solids (mg/l)

Tatacara pengisian data dan pengoperasian modul Non –Ionizing Toxicat sama dengan Modul Organik
Toxicant dan Modul Simple Toxicant

238
7.12 Modul Mercury

Modul Mercury digunakan secara khusus untuk mensimulasi Mercury yang meliputi : Elemental Mercury ,
Divalent Mercury dan Mehyl Mercury

1) Elemental Mercury (mg/l)


2) Divalent Mercury (mg/l)
3) Methyl Mercury (mg/l)
4) Silt and Fine (mg/l)
5) Sands (mg/l)
6) Organic Matter (mg/l)

7.13 Modul Heat

Modul ini digunakan untuk mensimulasi temperatur air

1) Temperatur ( c )
2) Salinty (ppt)
3) Bacteria (#/100 ml)
4) Silt and Fines (mg/l)
5) Sands (mg/l)

239
Bab VIII
Model Temperatur Dan Fecal Coliform

8.1.Model Teori Persamaan Kesetimbangan Masa

Penyelesaian persamaan dalam WASP berdasarkan pada hukum konservasi . Hukum utama konservasi
digunakan dalam pengembangan model kualitas air termasuk energi , air , dan momentum . Sebagai misal
DYNHYD dan RIVMOD berdasarkan pada hukum konservasi masa air dan momentum .Versi WASP yang
dahulu berdasarkan pada hukum konservasi masa air dan momentum . Module panas juga berdasarkan
hukum konservasi masa konstituen (salinitas , bacteri , coliform dan constituen arbitrary) dan juga hukum
konservasi energi dan .Hukum ini membentuk baik prinsip ilmiah dan rekayasa mutakkhir maupun model
kualitas air .

Untuk koordinat x dan y sistem dalam arah horisontal dan arah vertikal z , persamaan kesetimbangan
masa untuk volume kecil yang terbatas dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 8 – 1

Yang mana :

240
Persamaan kesetimbangan masa diatas ditulis berdasarkan dalam rangka konsentrasi konstituent yang
mengacu pada masa terlarut atau tersuspensi dalam volume air .Hal yang sama pada temperatur yang
dianggap sebagai sejumlah panas atau energi yang tergantung pada volume air , dan hubungan antara
energi panas dan temperatur dapat digambarkan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 – 2

Yang mana H adalah kandungan panas , C p spesifik panas air dan T adalah temperatur , dan kuantitas
satuan dalam kurung adalah dianggap sama dengan konsentrasi panas (C h) , dengan memgganti
konsentrasi konstituen pada persamaan diatas dengan konsentrasi panas akan menghasilkan persamaan
kesetimbangan panas yang akan dselesaikan dalam module panas ini .

8.2. Kinetika Kualitas Air

Persamaan kesetimbangan masa diatas digunakan WASP untuk menyelesaikan semua variabel
.Hubungan dasar adalah sama dengan tanpa menganggap bentuk variabel .Perbedaan di WASP sub
model terjadi pada jumlah variabel bentuk dan proses yang mengikutkan sertakan total transformasi kinetic
(S k ) untuk masing masing bentuk variabel . Semua versi WASP menggunakan program utama yang sama
. Kecuali untuk S k Yang dihitung pada module yang terpisah (WASPB) yang specifik untuk Sub model
(EUTRO , TOXI , MERC , HEAT)

241
8.2.1 Temperatur

Termasuk dalam proses ini adalah laju total transformasi temperatur , termasuk pertukaran panas
permukaan dan dasar .Pertukaran panas dihitung baik dengan kesetimbangan penuh panas atau dengan
menggunakan kesetimbangan temperatur dan koefisien pertukaran panas permukaan (Brady dan Edinger ,
1975 ) .Budget panas permukaan di deskripsikan sebagai berikut diambil dari Cole dan Buckac h (1994)

8.2.1.1.Pertukaran Panas Permukaan

Sumber dan serapan panas termasuk beban dari luar , sebagaimana aliran panas , demikian juga
pertukaran panas melalui permuakaan air – udara . Sumber dan serapan panas untuk temperatur air yang
disebabkan oleh pertukaran panas permukaan dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 8 - 3

Yang mana V adalah volune (m3) dan A S adalah luas permukaan (m2) dan T adalah Temperatur ( 0 C)
dan p adalah berat jenis air (997 Kg / M3 pada 25 0C) , C p Spesifik panas (4179 J / Kg / 0c pada 25 0C)
dan Hn (Watts / m 2) adalah flux neto energi . Flux neto energi melibatkan sejumlah banyak proses dan
Flux neto energi (H n Watt / m 2) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 – 4

Yang mana :

242
Dalam module panas , proses pertukaran panas tergantung pada temperatur air yang dihitung oleh proses
langkah waktu data yang terdahulu maka dari itu ada gap dengan proses transport oleh kangkah waktu .
Gelombang radiasi pendek (H S) diukur secara langsung atau hubungan sudut kemiringan matahari dan
penutupan awan .Gelombang panjang radiasi panjang diukur secara langsung atau dihitung dengan
temperatur udara , penutupan awan , tekanan uap dengan menggunakan formula Blunt .

Pantulan radiasi dari permukaan air dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 – 5

Yang mana :

Kehilangan panas evapotasi dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 -6

Yang mana :

243
Kehilangan panas evaporasi tergantung pada temperatur dan titik embun atau kelembaban relative
.Tekanan uap permukaan dihitung dengan masing masing temperatur permukaan segment .konduksi
panas permukaan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 -7

Yang Mana :

Radiasi gelombang pendek menembus permukaan dan meluruh secara exponential pada kedalaman
menurut hukum Bear dan dapat ditulis sebagai berikut :

Persamaan 8 -8

Yang mana :

Dalam pendekatan kesetimbangan temperatur , temperatur yang dihitung dalam mana pertukaran neto
permukaan adalah nol .Linearisasi neto kesetimbangan panas dan definisi kesetimbangan temperatur
tersebut , membolehkan pertukaranpermukaan panas neto di expresikan sebagai berikut :

244
Persamaan 8 -9

Yang mana :

Tuju proses pertukaran panas permukaan telah di ringkas dalam koefisent pertukaran panas permukaan
dan kesetimbangan temperatur .Linearisasi yang didapatkan dalam persamaan telah di uji secara detail
oleh Brady (1968) dan Edinger et al (1974).

8.2.1.2 Pertukaran Panas Sediment

Pertukaran panas dengan sedimen adalah kecil bila dibandimg dengan pertukaran panas dengan
permukaan dan seringkali diabaikan . Namu penyelidikan dalam reservoir / danau . waduk memperlihatkan
bahwa proses tersebut harus dimasukkan untuk memperoleh atau mereproduksi secara akurat temperatur
primer lapisan hypolimitic disebabkan reduksi numeris diffusi (Cole dan Buchak , 1994) .Formula yang
digunakan untuk menghitung transfer panas dasar , adalah sama dengan pendekatan kesetimbangan
temperatur untuk pertukaran panas permukaan , ditulis sebagai berikut :

Persamaan 8 – 10

Yang Mana :

245
Cole dan Buchak , 1994 telah mengindikasikan bahwa nilai K SW 7 X 10 – 8 W M - 2 EC - 1 telah
digunakan dalam aplikasi terdahulu dan bagus untuk estimasi T S .

8.2.1.3 Penutupan Es

Penutupan es dapat mempengaruhi kesetimbangan panas , karakter pencampuran kualitas air di danau
dan bendungan / reservoir . Pada suatu waktu danau mengalami pembekuan maka kehilangan panas dan
penguapan hampir berhenti .dan radiasi neto keluar dengan kuat ., yang menghasilan pertumbuhan es
steady selama awal bulan musim dingin (Lermann , 1978) .Sebagai tambahan proses yang sering
diabaikan selama periode bebas es sebagai misal aliran panas dari dasar , menjadi sangat penting dalam
siklus es .Es pada utamanya menyelimuti danau melawan pencampuran angin dan penetrasi cahaya ,
tergantung pada ketebalan es dan pelapisan salju .Reaerasi permukaan juga menjadi terhambat pada
periode penutupan es dan dalam kebanyakan danau eutrop dangkal , kejadian an oxix sering terjadi pada
periode panjang penutupan es dan salju dan sering menyebabkan kematian ikan di musim dingin .

Penutupan es telah di deskripsikan dalam sub model eutrofikasi WASP , Module panas menghitung
tutupan es berdasarkan hubungan hubungan dalam model CE - QUAL – W2 (Cole dan Buchack 1994) .
Model es didasarkan pada penutupan es yang didasarkan pada pertukaran panas es – ke – udara ,
konduksi melalaui es ., konduksi antar perlapisan air dan temperatur pelelehan pada dasar .(Cole dan
Buchack 1994 dan Ashton , 1979) , Kesetimbangan secara keseluruhan untuk air – ke – es – ke – udara
adalah :

Persamaan 8 -11

yang mana :

246
Koefisient pertukaran panas es ke udara hai , dan kesetimbangan temperatur adalah setimbang T ei adalah
dihitung sama dengan pertukaran panas dalam Edinger et al (1974) , disebabkan kesetimbangan panas
dalam lapisan tipis , lapisan permukaan es sama dengan laju neto pertukaran panas permukaan yang
dipresentasikan sebelumnya . Koefisient air ke – es hw i tergantung pada tergantung pada turbulensi dan
gerakan air dibawah es . dan efek ketebalan pelelehan lapisan .Ini adalah fungsi kecepatan air pada
sungaii dan aliran , untuk reservoir perlu pengaturan secara empiris .

Temperatur es dalam kesetimbangan es – panas dihitung dengan melalui persamaan laju transfer
permukaan panas antara es dan air ke laju konduksi panas melalui es :

Persamaan 8 -12

yang mana :

ketika menyelesaikan temperatur es T i , dan disisipkan pada keseluruhan kesetimbangan es – panas ,


hubungan ketebalan es menjadi :

247
Persamaan 8 – 12

Darimana ketebalan es dihitung dari setiap ketebalan segment longitudinal , panas dari air ke es dapat
ditransfer melalui suku terakhir yang diambil sebagai perhitungan transpor temperatur air .

Variasi dalam penutupan es dan pertumbuhan musiman dan pelelehan pada keseluruhan badan air
tergantung pada lokasi dan temperatur inflow dan outflow , variasi angin penguapan diatas permukaan air ,
dan efek gerakan air pada koefisient pertukaran es – ke air .Es akan seringkali terbentuk dalam reservoir
bercabang sebelum terbentuk adalam reservoir utama dan menunggu lama karena proses ini .

Detail algoritma yang kedua untuk penghitungan pertumbuhandan peluruhan es telah dikembangkan untuk
CE – QUAL – W2 (Cole dan Buchack 1994 ) dalam modul panas ..Algoritma berisi seri satu dimensi quasi
steady state perhitungan termodinamika untuk setiap langkah waktu dan ini sama sebagaimana Maykut et
all 971 , dan Hamblin 1988 . detail program memberi lebih akurat yang mewakili bagian atas profil
temperatur es yang menghasilkan lebih akurat perhitungan temperatur es permukaan dan laju pembekuan
dan pelelehan .

Permukaan temperatur es T S , dihitung secara iterative pada setiap langkah waktu dengan menggunakan
kondisi batas sebagai berikut . Di asumsikan gradient linear thermal dan menggunakan pendekatan finite
difference flux / aliran panas melalui es qi dan antarmuka air – es , qiw dihitung .Ketebalan es . Ketebalan
es pada waktu t , 0(t) ditentukan oleh pelelehan es antar muka udara – es , d0ai dan pertumbuhan es dan
pelelehan es pada antar muka es - air , d0iw . Urutan penghitungan penutupan es di presentasikan
sebagai berikut :

Inital Ice Formation , Pembentukan es memerlukan penurunan temperatur permukaan sampai mencapai
titik beku secara normal dengan melalui proses pertukaran panas permukaan . Dengan pengurangan
panas lebih lanjut terbentuk es pada permukaan . Hal ini diindikasikan oleh temperatur negative
permukaan air . Temperatur negative permukaan ali akan di konversi menjadi ketebalan lapisan es dan

248
setara dengan panas yang ditambahkan pada sumber atau serapan pada badan air .Penghitungan
diterapkan pada setaiap segment dimulai dengan periode bebas es .

Persamaan 8 -13

Yang mana :

Upper air – ice interface flux boundary condition and ice surface temperatur approximation :Suhu
permukaan air T S harus diketahui dengan menghitung komponen panas H br ,H e ,H c dan thermal
gradient dalam component es disebabkan oleh secara implicit merupakan fungsi T s . Kecuali selama
aktive musim beku , ketika temperatur permukaan konstan 0 derajat Celcius .T S harus dihitung dengan
setiap waktu langkah menggunakan kondisi batas atas .Pendekatan nilai T S diperoleh dari linearisasi
ketebalan es meliputi langkah waktu dan diselesaikan untuk T S

249
Persamaan 8 – 14

Yang mana :

Absorbed Solar Radiation by the water under ice : Walaupun jumlah radiasi matahari yang menembus
permukaan adalah relative kecil , ini adalah komponen budget panas yang penting ,disebabkan karena ini
hanya satu satu nya sumber panas bagi kolom air ketika ada es dalam kolom air , dan berperan pada
pelelehan es pada antarmuka es – air . Jumlah radiasi matahari yang diserap dalam keadaan dibawah
lapisan es dapat diexpresikan sebagai berikut :

Persamaan 8 – 15

Yang mana :

250
Ice melt at the air – ice interface . Pemecahan untuk Ts ditetapkan sepanjang pertukaran panas neto
permukaan H n (T s ) , tetap negative sehubungan dengan pendinginan permukaan , dan pelelehan
permukaan tidak terjadi .Apabila Hn(T s ) menjadi positive sehubungan dengan panas neto yang diperoleh
dari permukaan , q i harus menjadi negative dan suatu perasamaan keseimbangan akan exis apabila T S >
T f . Situasi ini tidak mungkin terjadi pada permukaan sebelum keseimbangan dicapai (Peterson dan
Hamblin 1988 ) .Sebagai hasil pendekatam quasi steady state panas yang dalam realita digunakan untuk
melelehkan es pada permukaan , disimpan secara internal menghasilan profil temperatur yang tidak
realistic .Penyimpanan energi diperlukan untuk digunakan melelehkan setiapkah waktu dan karena input
enrgi sama maka kesalahannya kecil .Energi tersimpan yang digunakan untuk pelelehan dapat
diexpresikan sebagai berikut

Persamaan 8 – 16

Yang mana :

Formulation of lower ice – water interface flux boundary condition , Baik pelehen es maupun
pertumbuhan es mungkin terjadi pada antar muka air – es . Antar muka T f adalah ditetapakan oleh properti
air . Maka dari itu Aliran panas pada es tergantung pada T f dan permukaan tempaeratur T S melalui aliran

251
panas q i .Secara independent aliran panas dari air ke es , q iw hanya tergantung pada kondisi dibawah es .
Suatu ketidaksetimbangan antara aliran yang diberikan mekanisma pembekuan dan pelelehan adalah :

Persamaan 8 – 17

Yang mana :

Koefisien pertukaran air ke es , K Wi tergantung pada turbulensi dan gerakan air dibawah es , dan
pengaruhnya terhadap pelelehan ketebalan lapisan es . Hal ini diketahui sebagai fungsi kecepatan air
dalam sungai dan aliran dan harus diatur secara empiris pada reservoar / danau / be ndungan .Aliran panas
antarmuka es – air adalah :

Persamaan 8 – 18

yang mana :

Dan akhirnya pertumbuhan dan pelelehan es pada antar mulka es – air dapat ditulis dalam bentuk
persamaan :

252
Persamaan 8 -19

8.2.1.4 Berat Jenis

Berat jenis air dipengaruhi oleh variasi temperatur dan konsentrasi Solid yang dapat ditulis dalam
persamaan sebagai berikut :

Persamaan 8 – 20

Yang mana :

Berbagai variasi formula telah diajukan untuk mendeskripsikan berat jenis air oleh pengaruh temperatur
,Formula berikut telah digunakan dalam module panas (Cole dan Buchak , 1994 , Gill 1992 ) sebagai
berikut :

253
Persamaan 8 – 21

Pengaruh Solid terlarut , yang diexpresikan oleh TDS (Total Dissoved Solids) atau salinity pada berat jenis
air juga telah di masukkan .Berat jenis yang dipengaruhi oleh TDS diajukan oleh Ford dan Johnson 1983 :

Persamaan 8 – 22

Yang mana

Untuk Salinitas , Gill (1982) mengajukan pengaruh salinitas terhadap berat jenis air :

254
Persamaan 8 – 23

Yang mana :

8.2.2 Salinitas

Salinitas atau Total Dissolve Solid , diperlakukan pada module panas sebagai material konservative , yang
di expresikan dalam persamaan

Persamaan 8 - 24

Yang mana V adalah volume (M 3) , S adalah Salinitas atau Total Dissolved Solid ( masing masing

Kg / M 3 atau gr/ M 3) dan t adalah waktu

255
8.2.3 Bakteri Coliform

Bakteri Coliform seringkali dijadikan sebagai indikator utama kontaminasi phatogen . Standar keselamatan
dan kiteria air minum dan rekreasi air berdasrkan pada konsentrasi Coliform .Prediksi bakteri Coliform
adalah penting disebabkan dampaknya pada air minum dan rekreasi air , Persamaan laju Coliform adalah
sebagai berikut :

Persamaan 8 – 25

Yang mana :

Formula Q10 timbul sebagai double laju reaksi yang mana 10EC bertambah temperatur .

8.2.4 Konstituent Arbitrary Konservative

Dua jenis arbitrary konstituen telah di masukkan dalam module heat yaitu , yang mewakili material
konservative (tracer) dan konstuent yang degradasi pada orde pertama dan persamaannya dapat di tulis
sebagai berikut :

Persamaan 8 – 26

Yang mana :

256
8.3 Input Model

Data yang diperlukan untuk mendukung penerapan model temperatur dan coliform dan konstituent
arbitrary yang dalam hal ini termasuk parameter segment , fungsi waktu kinetik , dan nilai awal dapat
dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :

8.3.1 Parameter Model

Parameter variabel keruangan / spatial adalah karakter dari badan air badan air . Definisi parameter akan
bervariasi tergantung pada struktur dan kinetika yang dikandung setiap model , walaupun format input
konstant .Input parameter yang harus ditetapkan pada parameter dapat dilihat pada gambar gambar
sebagai berikut .Dan dijelaskan secara ringkas pada sub bab sub bab berikut ini , Apabila segmen
parameter tidak didefinisikan / atau d kilik oleh pengguna modael maka dianggap tidak active .

257
Gambar 8.1 Parameter Segment Module Temperatur

Pengguna model tidak hanya mendefinisikan specifik parameter dengan memberi nilai tetapi juga harus
mengaktivkan / memampukan / mengenable parameter dengan cara mengklik pada kotak , bila tidak maka
maka parameter dianggap tidak aktive .

258
Gambar 8.2 Enabling and Scaling Paramater Segment

Tabel berikut ini memuat detail deskripsi parameter segment yang tersedia pada module heat

Tabel 8.1 Deskripsi Parameter Segment Module Heat

259
8.3.2 Konstanta Model

Definisi konstanta model bervariasi tergantung pada status variabel yang dipilih dalam module temperature
. Konstanta kinetic pada layar komputer terbagi dalam 3 bagian ,yaitu konstanta Global , konstanta
Thermal dan konstanta Coliform sebagaiman digamb arkan pada gambar gambar dibawah ini . Untuk
berganti konstanta gunakan icon dropdown , dan selalu klik icon kotak unruk mengaktikan dan beri nilai
yang nantunya disimpan model .Gambar berikut memuat konstanta global .

260
Gambar 8.3 Global Constant Untuk Module Temperatur

Tabel 8.2 memuat variabel konstanta global

261
Table 8.2 Konstanta Global Moudule Temperatur

Gambar berikut memuat kinetika temperatur

262
Gambar 8.4 Konstanta Calculation Temperatur

Dan tabel berikut memuat deskrpsi konstanta kinetika termal pada modul temperatur

Tabel 8.3 Kinetika Temperatur Dalam Modul Temperatur

263
Dan gambar berikut adalah konstanta kinetik Coliform pada module temperatur

Gambar 8.5 Constanta Fecal Coliform

Dan berikut ini adalah tabel yang mendefinisikan konstanta kinematika coliform dalam module temperature

Tabel 8.4 Kinetika Konstanta Coliform

264
8.3.3 Fungsi Kinetic Waktu

Definisi fungsi kinetic waktu akan bervariasi tergantung pada struktur dan kinetika sistem yang dikandung
pada setiap model , berikut ini daftar 21 fungsi waktu yang tersedia pada module temperatur .Semua fungsi
waktu berhubungan dengan parameter pada segment sebagaiman telah di deskripsikan dan digambarkan
pada sub bab diatas . Gambar berikut adalah fungsi lingkungan kinetik waktu , pengguna model harus
melakukan klik pada ikon kotak dan mengisi data secara series , bila tidak dianggap tidak aktive .

Gambar 8.6 Fungsi Kinetik Temperatur

Berikut ini adalah tabel yang mendeskripsikan fungsi waktu lingkungan pada module temperatur

265
Tabel 8.5 Fungsi Waktu Kinetik Lingkungan pada module temperatur

266
dan dapat digambarkan secara series sebagai berikut :

Gambar 8.7 Definisi Time Series Module Temperatur

267
ICWRMIP SUB COMPONENT 4.1 :
DEVELOPMENT OF RIVER BASIN QUALITY
IMPROVEMENT STRATEGY AND ACTION PLAN

Panduan penggunaan model kualitas air


water analysis simulation progam (WASP)
untuk simulasi daya tampung

Juni 2015
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Langkah Langkah Penentuan TMDl................................................................................... 1


Gambar 1.2 Langkah Penggunaan Model Kualitas Air.......................................................................... 4
Gambar 2.1 Menu WASP .................................................................................................................. 13
Gambar 2.2 Sub Menu Parameter..................................................................................................... 18
Gambar 2.3 System Data .................................................................................................................. 24
Gambar 2.4 Sub Menu Segment ....................................................................................................... 26
Gambar 2.5 Sub Menu Parameter Data............................................................................................ 31
Gambar 2.6 Sub Menu Constant Data .............................................................................................. 32
Gambar 2.7 Sub Menu Exchange ..................................................................................................... 35
Gambar 2.8 Sub Menu Flows ........................................................................................................... 37
Gambar 2.9 Sub Menu Boundaries................................................................................................... 40
Gambar 2.10 Sub Menu Loads ........................................................................................................ 41
Gambar 2.11 Sub Menu Time Fucntion ............................................................................................ 43
Gambar 2.12 Sub Menu Print Interval .............................................................................................. 44
Gambar 2.13 Output Control .......................................................................................................... 45
Gambar 3.1 Jejaring WASP ............................................................................................................... 46
Gambar 3.1 Skematik Segmen Sungai Tunggal ................................................................................. 48
Gambar 3.2 Skematik Sungai Bercabang ....................................................................................... 49
Gambar 3.3 Pemodelan 3 Dimensi Dalam Danau / Waduk ................................................................ 50
Gambar 3.4 Skematik Segment Danau Arah Lateral/ Horisontal ...................................................... 51
Gambar 3.5 Skematik Segment Danau Vertikal ............................................................................... 51
Gambar 3.6 Contoh Pembagian Segment WASP (Weng Sing Pu , New Yersey Technical Institute ) .... 54
Gambar 3.7 Jenis Aliran ................................................................................................................... 56
Gambar 3.8 Pofile Sungai dan Canal ................................................................................................ 60
Gambar 3.9 Sketsa Aliran Tergenang Bendung ................................................................................. 65
Gambar 3.10 Kelompok Sub Menu Transport ................................................................................... 74
Gambar 3.11 Sub Menu Dataset ...................................................................................................... 76
Gambar 3.12 Layar Input Segment .................................................................................................. 79

xi
Gambar 3.13 Layar input Sub menu Flows ....................................................................................... 82
Gambar 3.14 hubungan Segment ..................................................................................................... 83
Gambar 3.15 Layar Sub Menu Exchange ..................................................................................... 87
Gambar 4.1 Proses Eutrofikasi Dalam Model WASP .......................................................................... 93
Gambar 4.2 Siklus BOD .................................................................................................................. 101
Gambar 4.3 BOD Modifikasi Streeter – Phelps ................................................................................ 111
Gambar 4.4 Kesetimbangan DO Full Linear .................................................................................... 115
Gambar 5.1 Eutrofikasi .................................................................................................................. 122
Gambar 5.2 Kinetika Phytoplankton ............................................................................................... 125
Gambar 5.3 Pengaruh Keterbatasan Nutrient Pada Pertumbuhan .................................................. 133
Gambar 5.4 Persamaan Siklus Phospat .......................................................................................... 139
Gambar 5.5 Persamaan Siklus Nitrogen ......................................................................................... 145
Gambar 5.6 Preference Amonia ..................................................................................................... 148
Gambar 5.7 Pertukaran Sediment – Kolom Air .............................................................................. 152
Gambar 5.8 Persamaan Nutrient Benthos ...................................................................................... 154
Gambar 8.1 Parameter Segmen Module Temperatur ..................................................................... 258
Gambar 8.2 Enabling and Sca;ing Parameter .................................................................................. 259
Gambar 8.3 Global Constant Untuk Module Temperatur ................................................................ 261
Gambar 8.4 Konstanta Calculation Temperatur ............................................................................. 263
Gambar 8.5 Constanta Fecal Coliform s .......................................................................................... 264
Gambar 8.6 Fungsi Kinetic Temperatur ......................................................................................... 265
Gambar 8.7 Definisi Time Series Module Temperatur ..................................................................... 267
Gambar 9.1 Overview Module Mercury WASP 7 ............................................................................ 268

xii
Daftar Isi
Daftar Isi i
Daftar Tabel x
Daftar Gambar xi
Kata Pengantar xiii

1. Pengantar Model Kualitas Air 1


1.2 Tujuan Penerapan Model Kualitas Air 1
1.3 Jenis Model Kualitas Air 2
1.4 Perkembangan Model Kualitas Air 3
1.5 Keterkaitan Antara Kualitas Air Target Dengan Sumber Polusi 4
1.6 Target Numeris Kualitas Air 6
1.7 Pendekatan TMDL (Total Maximum Daily Loads 7
1.8 Kalibrasi Model Kualitas Air WASP 12

2. Antarmuka Komputer Program WASP 13


2.1 Instalasi Perangkat Lunak 13
2.2 Menu WASP 13
2.3 Menu Toolbar 14
2.4 Menu File 15
2.4.1 New 15
2.4.2 Open 16
2.4.3 Save 16
2.4.4 Save As 16
2.4.5 Import 16
2.4.6 Execute Queries 16
2.4.7 Set Database Folder 17
2.4.9 User Preference 17
2.4.10 Exit WASP 17
2.5 Project File 17
2.5.1 Open Project 17
2.5.2 Edit Project 17
2.6 Pre – Processor 17

i
2.6.1 Parameters 18
2.6.1.1 Description 19
2.6.1.2 Model Type 19
2.6.1.3 Parameter Model Type 19
2.6.1.4 Comments 22
2.6.1.5 Start Date , Star Time , End Date , End Time 22
2.6.1.6 Skip Ahead to date , Skip Ahead Time 22
2.6.1.7 Non Point source 22
2.6.1.8 Hydrodynamics 22
2.6.1.9 Solution Technique 23
2.6.1.10 Restarrt Option 23
2.6.1.11 Bed Volume 23
2.6.1.12 Time Step Definition 23
2.6.1.13 Solution Option 24
2.6.2 System Data 24
2.6.2.1 System 24
2.6.2.2 Option 25
2.6.2.3 Particulate Transport Field 25
2.6.2.4 Mass Balance 25
2.6.2.5 Dispersion By Pass 25
2.6.2.6 Flow By Pass 25
2.6.2.7 Density 25
2.6.2.8 Maximun Concentration 25
2.6.2.9 Boundary / Loads Scale dan Conversion factor 26
2.6.3 Segment 26
2.6.3.1 Segment 27
2.6.3.2 Parameters 29
2.6.3.3 Initial Concentration 30
2.6.3.4 Fraction Dissolved 30
2.6.4 Parameters Data 31
2.5.5 Constants Data 32
2.6.6 Exchanges 34

ii
2.6.6.1 Dispersion 35
2.6.6.2 Medan Pertukaran 35
2.6.6.3 Fungsi Dispersi 36
2.6.6.4 Fungsi Dispersi Waktu 37
2.6.7 Flows 37
2.6.7.1 Flow Function 38
2.6.7.2 Flow Time Function 39
2.6.8 Boundaries 39
2.6.8.1 Fungsi Waktu Syarat Batas 41
2.6.9 Loads 41
2.6.9.1 Fungsi Waktu Beban 42
2.6.9.2 Fungsi Waktu Beban 42
2.6.10 Time Function 42
2.6.11 Print Interval 43
2.6.12 Output Control 44

3. Model Transportasi Konstituent WASP 46


3.1 Model Transportasi 46
3.2 Jejaring Model 48
3.3 Penetapan Segment 52
3.4 Type Aliran Dalam Model WASP 55
3.4.1 Aliran Net Flow dan Gros Flow 55
3.4.2 Aliran Kinematic Wave 56
3.5 Hydrogeometry 57
3.6 Persamaan Aliran 62
3.6.1 Persamaan Aliran Kinematic Wave 62
3.6.2 Aliran Tergenang Bendung 64
3.6.3 Aliran Dinamis 65
3.7 Penerapan Penyelesaian Persamaan 66
3.7.1 Aliran Kinematic Wave 67
3.7.2 Aliran Tergenang Bendung 69
3.7.3 Aliran Dinamis 71

iii
3.8 Input Model Aliran Transport 74
3.9 Submenu Dataset 74
3.9.1 Restart Option 75
3.9.2 Date and Times 76
3.9.3 Non Point Source File 76
3.9.4 Hydrodynamics 76
3.9.5 Solution Technique 76
3.9.6 Time Step Definition 77
3.10 Sub Menu Segment 77
3.10.1 Description 78
3.10.2 Volume 78
3.10.3 Velocity (Multiplier & Exponent) 79
3.10.4 Depth (Multiplier & Exponent) 79
3.10.5 Segment Type 80
3.10.6 Bottom Segment 81
3.10.7 Length 81
3.10.8 Width 81
3.10.10 Slope 81
3.10.11 Segment Roughness 81
3.10.12 Sub Menu Flows 82
3.11.1 Medan Aliran 83
3.11.2 Flow Function 84
3.11.3 Flow Path Function 85
3.11.4 Flow Time Function 86
3.12 Sub Menu Exchange 87
3.12.1 Exchange Field 88
3.12.2 Exchange function 88
3.12.3 Exchange Path Function 89
3.12.4 Exchange Time Function 90
3.13 Model Output Transpor Stream 91

iv
4. Kesetimbangan Oyxgen 92
4.1 Modul WASP 91
4.2 Modul Eutrofikasi 91
4.3 Persamaan Dinamika BOD – DO 94
4.4 Reaerasi Oxygen 96
4.5 Persamaan CBOD 100
4.5.1 Nitrifikasi 103
4.5.2 Denitrifikasi 102
4.5.3 Pengendapan CBOD 102
4..5.4 Pertumbuhan Phytoplankton 103
4.5.5 Respirasi Phytoplankton 103
4.5.6 Peluruhan Phytoplankton 104
4.5.7 Kebutuhan Oxygen Demand 104
4.6 Implementasi Model 106
4.6.1 Streeter – Phelps 107
4.6.2 Modified Streer – Phelps 109
4.6.3 Full Linear DO Balance 113
4.6.4 Non Linear DO Balance 119

5. Eutrofikasi 121
5.1 Overview Persamaan Eutrofikasi 121
5.1.1 Siklus Phospor 123
5.1.2 Silkus Nitrogen 123
5.1.3 Dissolved Oxygen 123
5.1.4 Phytoplankton Kinetic 123
5.1.5 Pertumbuhan Phytoplankton 125
5.1.6 Peluruhan Phytoplankton 133
5.1.7 Pengendapan Phytoplankton 134
5.1.9 Stochiometri dan Pembaharuan Kinetic 136
5.2 Persamaan Dinamika Phospat 137
5.2.1 Pertumbuhan Phytoplankton 139
5.2.2 Peluruhan / Kematian Phytoplankton 139

v
5.2.3 Mineralisasi 140
5.2.4 Sorption 141
5.2.5 Settling / Pengendapan 143
5.3 Persamaan Dinamika Nitrogen 144
5.3.1 Pertumbuhan Phytoplankton 146
5.3.2 Peluruhan / Kematian Phytoplankton 148
5.3.3 Mineralisasi 148
5.3.4 Settling 148
5.3.5 Nitrifikasi 148
5.3.6 Denitrifkasi 149
5.4 Keseimbangan Oksigen Terlarut 149
5.4.1 Interaksi Benthos – Kolom Air 149
5.4.2 Simulasi Benthos 152
5.5 Model Implementasi 157
5.5.1 Eutrofikasi Kinetic Sederhana 158
5.5.2 Intermediate Kintic Eutrofikasi 159
5.5.3 Eutrofikasi kinetic Intermediate Dengan Benthos 167
5.6 Modul Advance Eutrofikasi 168

6. Toxic - Sederhana 171


6.1 Overview Toxic Sederhana 174
6.2 Transformasi Kinetic Sederhana 174
6.2.1 Pilihan 1 : Total Lumped Penguraian Orde ke Satu 174
6.2.2 Pilihan 2 :Transformasi Individual Orde Ke Satu 175
6.3 Kesetimbangan Serapan 175
6.4 Transformasi dan Produk Turunan 177
6.5 Implementasi Model 178
6.5.1 Parameter model output 178
6.5.2 Parameter Lingkungan 178
6.5.3 Parameter Transpor 178
6.5.4 Parameter Batas 180
6.5.5 Parameter Transformasi 180

vi
7. Toxic – Organik 186
7.1 Reaksi Dan Transformasi Model Kimia Organik 186
7.2 Implementasi Model 188
7.3 Ionisasi 189
7.3.1 Overview Reaksi Ionisasi 190
7.3.2 Implementasi Model ionisasi 194
7.4 Kesetimbangan Serapan 196
7.4.1 Overview Reaksi Serapan 196
7.4.2 Perhitungan Koefisient Partisi 200
7.4.3 Implementasi Model Serapan 202
7.4.3.1 Option 1 Measured Partition Ceffisient 203
7.4.3.2 Option 2 Input of Organic Carbon Parrition Coeffisinet 203
7.4.3.3 Option 3 Computaion of The Organic Carbon Partition Coeffsient 204
7.4.3.4 Opton 4 Solid Dependent Partitioning 204
7.5 Penguapan / Volatilization 205
7.5.1 Overview Penguapan 205
7.5.2 Pilihan 1 Penguapan 207
7.5.3 Pilihan 2 Penguapan 208
7.5.4 Pilihan 3 Penguapan 208
7.5.5 Pilihan 4 Penguapan 208
7.5.6 Pilihan 5 Penguapan 212
7.5.7 Implementasi Model Volatilisasi 213
7.6 Hydrolisa 216
7.6.1 Overview Reaksi Hydrolisa 216
7.6.2 Pilihan 1 Hydrolisa Orde 1 217
7.6.3 Pilihan 2 Hydrolisa Orde 2 217
7.6.4 Implementasi Mode Hydrolisa 218
7.7 Photolisis 220
7.7.1 Overview Reaksi Photolisis 221
7.7.2 Photolisis Pilihan 1 221
7.7.3 Photolisis Pilihan 2 224
7.7.2 Implementasi Model Photolisa 226

vii
7.8 Oxidasi 229
7.8.1 Overview Reaksi Oksidasi 229
7.8.2 Implementasi Mode Oksidasi 230
7.9 Biodegradasi 231
7.9.1 Overview Reaksi Biodegradasi 232
7.9.2 Implementasi Model Biodegradasi 233
7.10 Reaksi Extra 235
7.10.1 Overview Reaksi Extra 235
7.10.2 Implementasi Model Extra 237

8 . Model Temperatur dan Fecal Coliform 240


8.1 Model Teori Persamaan Kesetimbangan Masa 240
8.2 Kinetika Kualitas Air 241
8.2.1 Temperatur 242
8.2.1.1 Pertukaran Panas Permukaan 242
8.2.1.2 Pertukaran Panas Sedimen 245
8.2.1.3 Penutupan Es 246
8.2.1.4 Berat Jenis 253
8.2,2 Salinitas 255
8.2.3 Bakteri Coliform 256
8.2.4 Konstituent Arbitrary Konservative 256
8.3 Input Model 257
8.3.1 Parameter Model 257
8.3.2 Konstanta Model 260
8.3.3 Fungsi Kinetic Waktu 265
9 . Model Mercury 268
9.1 Overview Model Mercury / Air Raksa 268
9.2 Persamaan Partisi 269
9.3 Persamaan Transformasi 270
9.3.1 Oksidasi 271
9.3.2 Reduksi 271
9.3.3 Metylation 273
9.3,4 Reductive Demetylation 273

viii
9.3.5 Bacterial Demetylation 274
9.3.6 Volatilation 274
9.4 Implementasi Model 275

ix
Daftar Tabel

Tabel 1.1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas (PP 82/2001) ................................................................ 6
Tabel 3.1 Hubungan Segmen Sungai Tunggal..................................................................................... 48
Tabel 3.2 Hubungan Segmen Sungai Bercabang .................................................................................. 4
Tabel 3.3 Hubungan Segmen Danau Lateral / Horisontal ................................................................... 51
Tabel 3.4 Hubungan Segmen Danau Vertikal..................................................................................... 52
Tabel 3.5 Contoh Geometri Segmen................................................................................................. 55
Tabel 3.6 hubungan Koefisient Kecepatan , Kedalaman dan Lebar Sungai ......................................... 60
Tabel 3.7 Perbandingan Exponen Hydraulic ...................................................................................... 61
Tabel 3.8 Output Variabel Transpor .................................................................................................. 91
Tabel 8.1 Deskripsi Parameter Modul Temperatur .......................................................................... 259
Tabel 8.2 Konstanta Global Modul Temperatur ............................................................................... 262
Tabel 8.3 Kinetika Temperatur Dalam Modul Temperatur ............................................................... 263
Tabel 8.4 Kinetika Konstanta Coliform ........................................................................................... 264
Tabel 8.5 Fungsi Waktu Kinetic Lingkungan Pada Modul Temperatur.............................................. 266
Tabel 9.1 Konstanta Laju Reaksidan Koefisient yang Digunakan Dalam Mercury Model WASP ......... 276

x
Kata Pengantar

Sejalan dengan kemajuan teknologi komputer baik pada aspek perangkat lunak maupun perangkat keras
maka fungsi komputer telah meningkat sebagai alat bantu pengambil keputusan , untuk dapat menjadi
sebagai alat pengambil keputusan yang baik maka diperlukan kehadiran perangkat lunak yang handal dan
telah teruji . Alokasi beban air limbah pada badan air sungai , waduk / danau dan muara sungai
diselesaikan dengan algoritma yang rumit , maka dari itu diperlukan perangkat lunak model kualitas air
yang handal . Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat / US EPA , telah mempublikasikan
perangakat lunak model kualitas air WASP (Water Analysis Simulation Program) yang bersifat public
domain , walupun WASP merupakan perangkat lunak tanpa lisensi / bayar , namum perangkat lunak ini
cukup lengkap dan canggih

Berhubungan dengan pelaksanaan ICWRMIP Sub . Component 4.1 Deveopment of A Basin River Quallity
Improvement Strategy & Action Plan dan berdasarkan hal hal tersebut diatas maka perlu disusun buku
Panduan Penggunaan Model Kualitas Air Water Analysis Simulation Program (WASP) Untuk Simulasi
Daya Tampung , yang dapat digunakan oleh para fihak / lembaga yang relevan dengan tujuan untuk :

a) Memahami prinsip dasar model kualitas air WASP


b) Mampu mengoperasikan model kualitas air WASP
c) Mampu melakukan kalibrasi model kualitas air WASP
d) Mampu menggunakan model kualitas air WASP sebagai alat bantu analisa daya tampung
e) Mampu mengembangkan simulasi daya tampung dengan mengembangkan berbagai macam
scenario pemodelan .

Dan akhirnya perangkat lunak ini dapat membantu tugas pokok dan fungsi dari para fihak yang relevan
untuk dapat mengambil keputusan alokasi beban air limbah secara adil .

Buku Panduan Penggunaan Model kualitas Air Water Analysis Simulation Program (WASP) Untuk Simulasi
Daya Tampung disusun berdasarkan saduran dan terjemahan dari berbagai macam panduan perangkat
lunak WASP yang telah diterbitkan oleh US Environmental Protection Agency , Office Research and
Development , Washington , DC , 20460 . yang antara lain adalah :

xiii
a) Water Quality Analysis Simulation Program (WASP) Version 6.0 User,s Manual By Tim A Wool ,
Robert Ambrose , James L martin , Edward A Comer . US Environmental Protection Agency -
Region 4 , Atlanta , Georgia .Environmental Research Agency , Athens, G A , USACE –
Waterways , Experiment Station , Vicksburg , MS , Tetra Tech , Atlanta , GA .
b) Graphical User Interface User ‘ s Guide Supplement to Water Quality Analysis Simulation Program
(WASP) User Documentation Tim A Wool , Robert Ambrose , James L martin , Edward A Comer .
US Environmental Protection Agency - Region 4 , Atlanta , Georgia .Environmental Research
Agency , Athens, G A , USACE – Waterways , Experiment Station , Vicksburg , MS , Tetra Tech ,
Atlanta , GA .
c) WASP 7 Stream – Transport Model Theory and User Guide Supplement to Water Quality Analysis
Simulation Program (WASP) User Documentation , Robert B Ambrose Jr , PE US EPA , Office of
Research and Development .National Exposure Research Laboratory Ecosystems Research
Division , Athens Georgia . Tim A Wool US EPA , Region 4 , Athens , Georgia .
d) WASP 7 Temperature and Fecal Coliform Model Theory and User’s Guide . Supplement to Water
Quality Analysis Simulation Program (WASP) User Documentation . Tim A Wool US EPA Region 4
,Water Management Division , Atlanta Georgia , Robert B Ambrose Jr , PE US EPA , Office of
Research and Development .National Exposure Re search Laboratory Ecosystems Research
Division , Athens Georgia , James L Martin , Phd , PE , Mississipi State University , Starkville ,
Mississipi
e) Mercury Model Theory and User’s Guide . Supplement to Water Quality Analysis Simulation
Program (WASP) User Documentation . Tim A Wool US EPA Region 4 ,Water Management
Division , Atlanta Georgia , Robert B Ambrose Jr , PE US EPA , Office of Research and
Development .National Exposure Research Laboratory Ecosystems Research Division , Athens
Georgia , James L Martin , Phd , PE , Mississipi State University , Starkville , Mississipi

Dan akhirnya penyususun mengucapkan terimakasih atas perhatiannya dan mohon maaf apabila
saduran dan terjemahan jauh dari sempurna .

xiv
Pelatihan
Pemodelan
Kualitas Air Sungai Section Break
Insert the title of your subtitle Here

Panduan Instalasi WASP+WRDB


Lukman Hidayat, S.T., M.T.
Download

Aplikasi:
•Installer Windows 64 bit:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32- install-64-bit-04-02-2019.exe
•Installer Bundle Mac OSX 64 bit:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32- install-64-bit-04-02-2019.dmg
• Installer Linux:
https://www.epa.gov/sites/production/files/2019-05/wasp-version-8.32- install-64-bit-04-02-2019.zip
• Instalasi tambahan:
• WRDB (Water Resources Database): http://www.wrdb.com/
Instalasi
1. Klik file WASPklik kanan, dan pilih run as administrator
Instalasi

2. Klik next
Instalasi

3. Klik next
Instalasi

3. Klik next
Instalasi

3. Klik Install
Instalasi

3. Klik Finish
Instalasi

3. Klik Install
Instalasi WRDB
1. Klik file WRDB, klik kanan, dan pilih run as administrator
Instalasi
2. Pilih “I accept the agreement”, klik next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Next
Instalasi

3. Klik Finish
Instalasi

3. Klik Finish
THANKS!
Pelatihan
Pemodelan
Kualitas Air Sungai Section Break

Insert the title of your subtitle Here

Pengantar Aplikasi WASP (Water Quality


Analysis Simulation Program)
Lukman Hidayat, S.T., M.T.
Sistem
• Sistem adalah suatu interaksi antar
komponen dalam sistem yang
saling mempengaruhi
• Sistem perlu dibatasi agar dapat
dihitung dan dianalisis
Batas Sistem

Batas (boundary)
mendefinisikan sistem
internal, eksternal, dan
sistem luar (outside)
Ruang dan Waktu

Analisis sistem perlu


mempertimbangkan
kesesuaian ruang dan
waktu
Siklus Hidrologi
Batasan dan Komponen

• Mencari sumber data yang


diperlukan dan sumber data
• Metode pengambilan data
(primer dan sekunder)
Model

• Model adalah suatu penggambaran, penyederhanaan, miniatur, atau tiruan dari


dunia nyata.
• Mental model adalah kerangka pemikiran alamiah manusia dalam membuat sistem
suatu keputusan atau kebijakan
• Model Matematis adalah kumpulan dari berbagai persamaan matematika yang
menggambarkan perilaku atau karakteristik suatu sistem
• Pemodelan lingkungan adalah penggambaran proses lingkungan beserta hubungan
antar komponen/ variabel pembentuknya.
Modeling Process
Sejarah Perkembangan

• 1983, Original WASP


• WASP5, DOS edition
• WASP 6, masuk ke windows
• 2005, dioperasikan pada Windows2000 and XP
• WASP6 dan WASP7 memiliki visual operation interface yang
kecepatannya 10x disbanding DOS edition
Spesifikasi
• Freeware • Jenis polutan:
• Developer: U.S.Environmental • Polutan konvensional (N, P,DO,
Protection Agency BOD, sediment oxygendemand,
• Current Version: 8.32 (2 April 2019) algae, kimia, periphyton)
• Operating System: • Kimia organik
• 64-bit Windows 7 or higher • Logam
• Mac OSX • Mercury
• Linux Ubuntu • Patogen
• Media: air permukaan • Suhu
WASP (Water Quality Analysis Simulation Program)

• WASP membantu pengguna menafsirkan dan memprediksi respons kualitas air terhadap fenomena
alam dan polusi aktivitas manusia untuk berbagai keputusan pengelolaan lingkungan. WASP adalah
program pemodelan kompartemen dinamis untuk sistem perairan, termasuk danau dan sungai.
• WASP memungkinkan pengguna untuk menyelidiki sistem 1, 2, dan 3 dimensi, dan berbagai jenis
polutan. Proses adveksi, dispersi, pembebanan massa difus dan pertukaran batas yang bervariasi
disajikan dalam model. WASP juga dapat dihubungkan dengan model hidrodinamik dan transpor
sedimen yang memberikan aliran, kecepatan kedalaman, suhu, salinitas dan fluks sedimen.
Proses Pemodelan

Pre- Post-
Model
processor processor
Pre-processor
• Dataset parameters • Constants
• Systems (Model StateVariables) • Time Functions(Environment)
• Segments • Boundaries
• Parameters • Flows
Tampilan Muka

Menu Bar
Tool Bar
Toolbar

Membuka/ Input Data Menampilkan


Menyimpan File Hasil
Menjalankan
Model
Membuka/Menyimpan File

Membuat Menyimpan
Project Baru Project

Membuka file yang sudah ada


Membuka File
Ada dua jenis file yang
dapat dibuka di awal:
1. Input Files (.wif)
File yang berisikan
data-data masukan
untuk menjalankan
model.
2. Projects Files (.wwp)
File ini adalah file
proyek yang dapat
terhubung dengan file
WASP lain.
Boundaries
and Load
Flows
Exchanges
Time Functions
Constants
Parameters
Load External Data
External Data Sources
Segments

Data Set
Systems
Tool Input
Dataset
Dataset Parameters adalah halaman
pengantar untuk proyek yang sedang
dikerjakan. Kita dapat menambahkan
deskripsi proyek. Terdapat pula
pengaturan untuk kolom data dan
pengaturan waktu.
Systems
System menampilkan jenis
jenis konstituent yang akan
disimulasikan, tampilan jenis
konstituent tergantung pada
pilihan model type
(Eutropication, Advance
Eutrophication, Simple
Toxicant, NonIonizing
Toxicant, Organic Toxicant,
Mercury, Heat) pada sub
Menu Parameters, Setiap
jenis type model mempunyai
konstiuent yang berbeda.
Segments
Segments adalah halaman
yang untuk menginput data
segmen. Terdapat tiga bagian
halaman pada Segments yaitu
Segment Definition, Initial
Condition, dan Fraction
Dissolved.

Segment Definition adalah


bagian untuk memasukan
daftar segmen yang dibuat
beserta mode transport yang
akan dimodelkan.

Initial Conditions adalah


asumsi parameter awal yang
terjadi pada sungai.
External Data Sources
External Data Sources adalah
halaman untuk memanggil data
dari project atau sumber lain
yang akan digunakan dalam
proses pemodelan di proyek
yang sedang dikerjakan.
Parameters
Parameters adalah halaman
untuk menambahkan
parameter yang diasumsikan
berpengaruh Kepada model
temperatur, seperti
penyinaran matahari,
kecepatan angin, dll.
Constants
Constants adalah halaman untuk
mengatur nilai tetapan yang akan
digunakan dalam pemodelan.
Kategori tetapan dapat dipilih
dari menu Constant Group.
Time Functions
Time Functions adalah halaman
untuk mengatur fungsi waktu
pemodelan dan data berupa
jangka dan durasi.
Exchanges
Exchanges adalah halaman
untuk mengatur hubungan
antarsegmen terutama dalam
penggunaan segmen dua
dimensi dan tiga dimensi.
Flows
Flows adalah halaman
untuk mengatur segmen
dan alur segmen. Terdapat
tujuh menu yaitu Channel
Geometry, Surface Water,
Pore Water, Solids 1, Solids
2, Solids 3, dan
Evaporation/Precipitation.

Channel Geometry adalah


halaman untuk mengatur
dimensi fisik tiap segmen
seperti panjang, tinggi,
kemiringan, kekasaran, dsb.
Surface Water
Surface Water adalah
halaman untuk menata
penempatan segmen.
Halaman ini akan bergantung
pada pengaturan awal
menggunakan satu dimensi,
dua dimensi, atau tiga
dimensi.
Boundaries and Loads
Boundaries and Loads adalah
halaman untuk memasukan
data- data pncemar baik yang
bersumber dari Point Source
(PS) maupun Non-Point
Source (NPS). Input ini juga
memperhitungkan waktu
masuknya pencemar.
BMDUtil

Output Control WRDBGraph

Flux

Tool Penampilan Hasil


Output Control
Output Control adalah halaman
untuk mengatur daftar output
yang hendak ditampilkan setelah
di execute
Output Control

Output Control adalah halaman


untuk mengatur daftar output
yang hendak ditampilkan setelah
di execute
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai