Anda di halaman 1dari 13

Nama : Aprisupiati

NPM : 231151129
Mata Kuliah : Kesehatan Lingkungan Intermediate
Dosen : Dr.Arie Wahyudi, ST, M.Kes

REVIEW JURNAL ILMIAH MAHASISWA I

 Judul Jurnal: Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pengunjung Daerah


TujuanWisata Religi Tentang Penerapan Protokol Kesehatan COVID-19 Pada Kawasan
Daerah Tujuan Wisata Pura Tirtha Empul Tahun 2022

 Penulis : Gusti Ngr Bagus Sindunatha , I Made Bulda Mahayana , Nengah Notes

 Tahun : 2023

 Sumber :https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JKL/article/view/
2239/1309

 Diakses : 16 November 2023

 Hasil Review

Tempat–tempat umum (TTU) merupakan tempat dimana orang


berkumpul dan berkegiatan, baik kegiatan yang mendadak maupun
kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari. Pada TTU perlu dilakukan
upaya pengawasan guna memastikan bahwa kualitas kesehatan di TTU
telah memenuhi syarat yang berkaitan dengan faktor tempat, fasilitas
atau sarana, serta sumber daya manusia yang tidak memenuhi syarat,
Latar Belakang
Rumusan masalah adalah untuk diketahuinya hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku pengunjung daerah tujuan wisata religi
tentang penerapan protokol kesehatan COVID-19 pada kawasan daerah
tujuan wisata religiPura Tirtha Empul tahun 2022, Lokasi penelitian
dikawasan daerah tujuan wisata religi Pura Tirtha Empul Bali,
observasi lapangan yang peneliti lakukan pada bulan September 2022
Jenis teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Sampel yaitu sampel acak atau random sampling, Jumlah responden sebanyak
75 orang yang merupakan pengunjung Pura Tirtha Empul
Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pengunjung
daerah tujuan wisata religi tentang penerapan protokol kesehatan COVID-19
pada kawasan daerah tujuan wisata religiPura Tirtha Empul tahun 2021

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional dengan


rancangan penelitian crosssectional study (studi potong melintang)
dimana variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
Metode (dependent variable) diukur atau dikumpulkan secara simultan atau
Pengumpulan Data
dalam waktu yang sama. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu melalui metode wawancara dengan
menggunakan lembar kuesioner.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif karena peneliti menggunakan angka mulai dari
pengumpulan data, pengolahan serta penyajian hasilnya dilakukan
analisis terhadap hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat, penelitian ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu
analisis univariat dan juga analisis bivariat. Untuk analisis univariat

Metode Penelitian pada umumnya hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase
dari tiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini adalah
pengetahuan dan perilaku pengunjung daerahtujuan wisata Pura Tirtha
Empul. Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan aplikasi
statistik yang disajikan dalam bentuk tabel silang selanjutnya diuji
menggunakan uji statistik Chi Square, dengan kemaknaan 95% (α =
0,05).
Hasil Penelitian Karakteristik Responden : Dalam penelitian ini yang menjadi
responden untuk jenis kelamin laki-laki yaitu 40 orang (53,3%)
Perempuan 35 orang, perbedaan jumlah respondenya terjadi selisih 5
orang atau 6,6% dari jumlah responden laki-laki, pekerjaan responden
pekerjaan pegawai swasta dengan jumlah 16 orang (21,3%) lebih
banyak daripada responden dengan pekerjaan sebagai
pelajar/mahasiswa, tidak bekerja, wiraswasta, IRT, PNS, TNI/POLRI,
tenaga kesehatan, freelance, kuli bangunan dan guru, responden
berdasarkan pendidikan terakhir Distribusi frekuensi responden
terbanyak berdasarkan pendidikan terakhiradalah pada pendidikan
terakhir SMA/SMK dengan jumlah 41 orang (54,7%) lebih banyak
daripada responden dengan pendidikan tidak sekolah, SMP dan
perguruan tinggi. Responden dengan Pendidikan terakhir palingsedikit
yaitu tidak sekolah dengan jumlah 2 orang (2,7%)., responden
berdasarkan kelompok umur Distribusi frekuensi responden
berdasarkan kelompok umur yang terbanyak dalam penelitian ini
adalah responden dengan rentangan umur 18- 27 tahunberjumlah 40
orang (53,3%) lebih banyak daripada responden denganrentangan
umur 50-62 tahun berjumlah 7 orang (9,3%).

Distribusi pengetahuan responden tentang penerapan protokol


kesehatan COVID-19 paling tinggi pada kategori baik yaitu sebanyak
37 orang (49,3%), dengan kategori cukup sebanyak 21 orang (28,0%),
dan dengan kategori kurang sebanyak 17 (22,7%).
Distribusi perilaku responden tentang penerapan protokol kesehatan
COVID-19 paling tinggi pada kategori baik yaitu sebanyak 37 orang
(49,3%), dengan kategori cukup sebanyak 22 orang (29,3%), dan
dengan kategori kurang sebanyak 16 (21,3%)

Dari hasil analisis data menggunakan uji chi square diperoleh nilai ρ
value sebesar 0,000. Karena nilai ρ value = 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku pengunjung daerah tujuan wisata religi
tentang penerapan protokol kesehatan COVID-19 pada kawasan daerah
tujuan wisata religi Pura Tirtha Empul tahun 2022. Untuk melihat kuat
lemahnya hubungan dilihat dari nilai Coefficient Contingency (CC)
yaitu 0,749. Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara
variabel pengetahuan dengan perilaku responden.
.
1.Tingkat pengetahuan responden tentang penerapan protokol
kesehatan COVID- 19 pada kawasan daerah tujuan wisata religi Pura
Tirtha Empul tahun 2022. Hasil pengetahuan responden paling tinggi
pada kategori baik yaitu sebanyak 37 orang (49,3 %) dan kategori
kurang yaitu sebanyak 17 (22,7%).
2. Tingkat perilaku responden tentang penerapan protokol kesehatan
COVID-19 pada kawasan daerah tujuan wisata Pura Tirtha Empul
tahun 2022. Hasil perilaku responden paling tinggi pada kategori baik
Kesimpulan yaitu sebanyak 37 orang (49,3%) dan kategori kurang yaitu sebanyak
16 (21,3%).
3. Adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pengunjung
daerah tujuan wisata religi sangat berpengaruh dalam penerapan
protokol kesehatan COVID-19 pada kawasan daerah tujuan wisata
religi Pura Tirtha Empul tahun 2022. Untuk melihat kuat lemahnya
hubungan dilihat dari nilai Coefficient Contingency (CC) yaitu 0,749.
Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara variabel
pengetahuan dengan perilaku responden
REVIEW JURNAL ILMIAH MAHASISWA 2

 Judul Jurnal: Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Terhadap Keluhan Penyakit


Kulit

 Penulis : Zahtamal* , Tuti Restuastuti, Ridha Restila, Yuni Eka Anggraini,


Yusdiana

 Tahun : 2022

 Sumber :
https://www.researchgate.net/publication/358882441_Analisis_Hubungan_Sanitasi_Lin
gkungan_Terhadap_Keluhan_Penyakit_Kulit/link/63805ba37b0e356feb7f6e64/
download

 Diakses : 16 November 2023

 Hasil Review

Masalah sanitasi lingkungan antara lain ketersediaan air bersih, kondisi

Latar Belakang fisik rumah, keberadaan vektor dan binatang pembawa penyakit masih
menjadi pemicu tingginya penyakit kulit di masyarakat.
Teknik pemilihan sampel adalah purposive sampling. Sampel diambil
Sampel
sebanyak sampel 245 sampel.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sanitasi lingkungan
terhadap keluhan penyakit kulit di masyarakat. Lokasi penelitian adalah Desa
Ranah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar. Penelitian dilaksanakan pada
tahun 2021

Metode Pengumpulan data untuk variabel-variabel independen (faktor sanitasi


Pengumpulan Data
lingkungan) dilakukan dengan wawancara dan observasi. Aspek
lingkungan yang diteliti adalah sumber air bersih dan air minum, jenis
jamban di rumah, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kondisi
kesehatan rumah (kondisi rumah bersekat antar ruangan,, kondisi
dinding rumah permanen, luas ventilasi ruang keluarga dan kamar
tidur, lubang udara pada dapur, dan kepadatan kamar tidur) dan
keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit di rumah.
Selanjutnya, data variabel dependen (keluhan penyakit kulit) dilakukan
melalui pemeriksaan klinis dan hasil diagnosis oleh dokter spesialis
kulit dan kelamin.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional.
Variabel dependen adalah keluhan penyakit kulit, sedangkan variabel
independen antara lain sumber air bersih dan air minum, jamban,
saluran pembuangan air limbah (SPAL), kondisi rumah (tata ruang,
sekat pada dapur, dinding rumah, ventilasi ruang keluarga dan kamar
tidur, lubang udara pada dapur, dan kepadatan hunian kamar tidur),
tanda keberadaan binatang dan vektor pembawa penyakit (tikus, kecoa,
nyamuk, serangga). Pengumpulan data variabel independen dilakukan
Metode Penelitian
dengan wawancara dan observasi, sedangkan variabel dependen
dilakukan melalui variabel dependen (keluhan penyakit kulit)
dilakukan melalui pemeriksaan klinis dan hasil diagnosis oleh dokter
spesialis kulit dan kelamin. Populasi penelitian adalah seluruh
masyarakat di desa Ranah. Jumlah sampel menggunakan rumus
estimasi proporsi didapatkan jumlah sampel 245 orang. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data dianalisis
dengan chi-square dan regresi logistik berganda.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini menunjukkan 36,73% (95% CI: 30,69% - 42,76%)
responden mengalami keluhan penyakit kulit. Analisis bivariat
didapatkan hanya ventilasi tidak memenuhi syarat yang berhubungan
signifikan terhadap masalah kesehatan kulit (p value 0,001). Sementara
sumber air bersih dan air minum, jamban,SPAL), jenis lantai rumah,
kondisi rumah lainnya dan keberadaan binatang dan vektor pembawa
penyakit tidak berhubungan signifikan terhadap keluhan penyakit kulit
(p value>0,05). Analisis multivariat diperoleh hasil faktor risiko yang
paling berhubungan adalah ventilasi ruang keluarga (p value 0,0001,
adjusted OR 6,34), kemudian SPAL (pvalue 0,02 adjusted OR 2,51),
dan keberadaan vektor pembawa penyakit (serangga) (p value 0,007
adjusted OR 2,44)
Penelitian ini membuktikan faktor lingkungan yang berpengaruh
Kesimpulan terhahap keluhan penyakit kulit adalah ventilasi, sumber air minum,
SPAL, dan keberadaan serangga.
REVIEW JURNAL ILMIAH MAHASISWA 3

 Judul Jurnal: Keluhan Kesehatan Subjektif Pada Masyarakat Pengguna Insektisida


Antinyamuk di Kecamatan Indralaya

 Penulis : Imelda Gernauli Purba, Elvi Sunarsih1 , Dwi Septiawati , Rico Januar
Sitorus,Widya Lionita

 Tahun : 2020

 Sumber : https://repository.unsri.ac.id/36851/1/JKLI_2020_1.pdf

 Diakses : 16 November 2023

 Hasil Review

Antinyamuk merupakan insektisida yang banyak digunakan di rumah


tangga untuk mengendalikan nyamuk. Penanganan yang tidak baik
terhadap antinyamuk dapat membahayakan manusia dan lingkungan.
Meningkatnya penggunaan pestisida kimia telah menyebabkan

Latar Belakang kecemasan di kalangan masyarakat luas sebab pestisida dapat


menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungannya.
Dampak yang terjadi tidak hanya berpengaruh terhadap spesies sasaran
saja, namun berpengaruh juga terhadap ekosistem setempat sebagai
akibat dari penggunaan pestisida yang kurang hati-hati
Sampel diambil sebanyak 136 orang pengguna antinyamuk secara

Sampel cluster sampling di Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir pada


Tahun 2019
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pajanan insektisida
antinyamuk dengan keluhan kesehatan subjektif pada masyarakat di
Kecamatan Indralaya

Metode Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara menggunakan


Pengumpulan Data
kuesioner untuk variabel umur, tingkat pendidikan, tingkat
pengetahuan, durasi pemakaian antinyamuk, frekuensi pemakaian
antinyamuk, penggunaan sesuai petunjuk, personal higiene,
penggunaan APD, jumlah jenis antinyamuk, dan keluhan kesehatan
subjektif. Pengumpulan data dengan observasi juga dilakukan untuk
variabel cara penyimpanan antinyamuk dan jumlah jenis antinyamuk
dengan membuat indikator menggunakan checklist. Data variabel
Indeks Massa Tubuh diperoleh melalui pengukuran berat badan
menggunakan timbangan badan dan tinggi badan menggunakan
Mikrotoise.
Penelitian ini merupakan jenis analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel diambil sebanyak 136 orang pengguna antinyamuk
secara cluster sampling. Variabel bebas penelitian ini adalah umur,
Indeks Massa Tubuh, pengetahuan, personal higiene, penggunaan

Metode Penelitian sesuai petunjuk, cara penyimpanan, penggunaan alat pelindung diri,
frekuensi pemakaian, dan durasi pemakaian. Pengumpulan data
melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi
menggunakan checklist. Pengolahan dan analisis data dilakukan
dengan bantuan software, data dianalisis dengan uji statistik Chi-
Square dan regresi logistic
Hasil Penelitian Karakteristik subjek berdasarkan umur terlihat tidak jauh berbeda
proporsinya antara umur tua dan umur muda dimana selisih
proporsinya hanya 13,2%. Jenis kelamin subjek mayoritas perempuan (
75,5%), dan lebih banyak dengan tingkat pendidikan rendah (69%).
Status Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagian besar subjek berada pada
status lebih (gemuk) yakni sebesar 80%. Intensitas pajanan antinyamuk
terhadap subjek dilihat dari beberapa faktor diantaranya durasi
pemakaian antinyamuk sebagian besar < 8 jam (80,1%), frekuensi
pemakaian antinyamuk sebagian besar ≤ 1 kali (88,2%). Subjek yang
menggunakan antinyamuk tidak sesuai petunjuk (65,4%), subjek yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang baik proporsinya lebih besar
(61,8%), namun personal higiene subjek saat kontak dengan
antinyamuk seperti tidak makan, tidak minum atau tidak merokok saat
mengaplikasikan antinyamuk sebagian besar sudah baik (60,3%).
Perilaku penyimpanan antinyamuk oleh subjek cenderung masih
kurang baik (62,5%), demikian halnya dengan kelengkapan alat
pelindung diri saat aplikasi antinyamuk mayoritas subjek belum
menggunakannnya secara lengkap (68,4%)

Subjek pada golongan umur dewasa cenderung memiliki proporsi yang


lebih tinggi (48,1%) mengalami keluhan subjektif dengan keluhan
subjektif dibanding umur yang lebih tua 33,9 %. Hasil analisis statistik
Chi-square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara umur dengan keluhan subjektif pada responden (P=0,138).
Subjek dengan tingkat pendidikan yang rendah mengalami keluhan
subjektif dengan proporsi yang lebih tinggi (43,2%) dibanding yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi 39%, namun tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan keluhan subjektif
(p=.0, 796). Berdasarkan status gizi, terlihat bahwa keluhan subjktif
lebih banyak dialami oleh subjek dengan status gizi lebih (gemuk)
(43,8%) dan normal (41,9%) walaupun tidak berhubungan signifikan
dengan keluhan subjektif (p=0,840) dan (p=0,475). Subjek dengan
durasi pemakaian antinyamuk ≥8 jam perhari proporsinya lebih tinggi
(51,9 %) mengalami keluhan subjektif dibanding subjek dengan durasi
pemakaian 1 kali (43,8%) dengan subjek yang menggunakan ≤ 1 kali
(41,7%) untuk mengalami keluhan subjektif. Hal ini sejalan dengan
tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara frekuensi
pemakaian antinyamuk dengan keluhan subjektif (p=1,000). Subjek
yang menggunakan antinyamuk sesuai petunjuk justru memiliki
proporsi yang lebih tinggi mengalami keluhan subjektif (44,7%),
dibanding subjek yang menggunakan antinyamuk tidak sesuai petunjuk
(40,4 %), dan secara statistik tidak terdapat hubungan signifikan
dengan keluhan subjektif (p=0,770). Keluhan subjektif justru lebih
banyak terjadi pada subjek dengan tingkat pengetahuan yang baik
(61,5%) dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang (29,8%).

Hasil analisis Chi square menunjukkan tingkat pengetahuan


berhubungan signifikan dengan keluhan subjektif (p=0,01), dan
menjadi faktor protektif terhadap keluhan kesehatan subjektif. Jumlah
jenis antinyamuk yang digunakan responden tidak berhubungan
signifikan dengan timbulnya keluhan subjektif (p=1,000). Keluhan
subjektif cenderung dialami oleh subjek yang menyimpan antinyamuk
kurang baik (49 %). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna antara cara penyimpanan antinyamuk dengan
keluhan kesehatan subjektif (p=0,262). Responden yang tidak
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tagan dan masker saat
kontak (aplikasi) antinyamuk cair dan antinyamuk bakar, cenderung
mengalami keluhan kesehatan subjektif dibanding responden yang
menggunakan alat pelindung diri, namun secara statistik tidak
menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,188).
Hasil analisis multivariat regresi logistik didapatkan bahwa umur
memiliki hubungan bermakna dengan keluhan kesehatan subjektif
p=0,015). Umur yang lebih muda merupakan faktor protektif yang
berarti bahwa pada populasi, subjek berumur muda berisiko lebih kecil
0,360 mengalami keluhan kesehatan subjektif
(RP=0,36;95%CI=0,458-0,819).
Tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan keluhan
kesehatan subjektif (p=0,000). Sama halnya dengan umur, tingkat
pengetahuan yang baik juga menjadi faktor protektif terhadap
timbulnya keluhan kesehatan subjektif yang berarti bahwa pada
populasi, tingkat pengetahuan baik berisiko lebih kecil 0,211
mengalami keluhan kesehatan subjektif (RP=0,211;95%CI=0,890-
0,499). Durasi pemakaian antinyamuk berhubungan signifikan dengan
keluhan kesehatan subjektif (p=0,032). Pada populasi, subjek dengan
durasi pemakaian antinyamuk ≥ 8 jam dalam sehari berisiko 2,96 kali
untuk mengalami keluhan kesehatan subjektif dibanding subjek dengan
durasi pemakaian < 8 jam/hari (RP=2,96;95%CI=1,099- 7,975).

Tingkat pendidikan tidak berhubungan bermakna dengan keluhan


subjektif pada responden penelitian ini. Keluhan subjektif lebih banyak
terjadi pada kelompok status gizi gemuk dibanding status gizi kurang
dan gizi normal. Status gizi tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna dengan keluhan subjektif. Hasil analisis multivariat juga
tidak menunjukkan hubungan bermakna status gizi dengan keluhan
subjektif. Lama pajanan antinyamuk dalam sehari justru yang menjadi
faktor risiko setelah dikontrol dengan beberapa variabel lainnya. Hal
ini dapat mengungkap bahwa keluhan subjektif terjadi oleh karena
durasi penggunaan antinyamuk yang lama (> 8 jam ) seharinya, bukan
karena status gizi responden.
Lama pemakaian antinyamuk berhubungan signifikan dengan keluhan
kesehatan subjektif, dan menjadi faktor risiko dominan. Hasil
penelitian telah membuktikan hubungan signifikan antara lama pajanan
pestisida dengan timbulnya keluhan kesehatan.
Frekuensi pemakaian antinyamuk tidak berhubungan signifikan dengan
timbulnya keluhan kesehatan subjektif. Penelitian ini tidak dapat
membuktikan hubungan signifikan antara frekuensi penggunaan
antinyamuk dengan timbulnya keluhan subjektif
Jumlah jenis antinyamuk tidak berhubungan signifikan dengan keluhan
subjektif pada responden.
Status penggunaan antinyamuk sesuai petunjuk tidak berhubungan
dengan terjadinya keluhan subjektif pada responden. Cara
penyimpanan insektisida antinyamuk tidak berhubungan dengan
timbulnya keluhan subjektif pada responden.
Keluhan kesehatan subjektif akibat pajanan insektisida antinyamuk
yang terbanyak dialami oleh responden adalah sakit kepala, lelah,
pusing, hilang selera makan, sesak nafas, kejang otot, gatal pada mata,
gatal pada kulit, penglihatan kabur. Durasi pemakaian insektisida
Kesimpulan antinyamuk merupakan faktor risiko terjadinya keluhan kesehatan
subjektif pada pengguna antinyamuk, untuk itu perlu mengurangi
durasi pemajanan dengan menggunakan kelambu pada saat tidur,
sehingga penggunaan antinyamuk dibatasi hanya pada saat beraktivitas
saja dengan situasi risiko gigitan nyamuk tinggi.

Anda mungkin juga menyukai