Sesungguhnya tradisi puasa dalam kehidupan jemaat Kristen
Protestan bukan sekedar suatu ibadah yang mau “ikut-ikutan” saja, namun puasa dipakai oleh Tuhan untuk melatih rohani kita agar spiritualitas kita makin terbuka untuk menghayati pertobatan dari dosa. Pertobatan yang dimaksud adalah agar kehidupan kita makin berkenan di hati Tuhan dan setia memelihara kekudusan hidup. Yoel 2:13 berkata: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu”. Jadi yang dikehendaki oleh Tuhan dalam ibadah puasa adalah “hati yang mau dikoyakkan” sehingga kita menyesali dengan sungguh semua kesalahan dan dosa kita. Manakala umat dipanggil untuk mengoyakkan hati, berarti dimaksudkan agar kita diajak untuk mengalami kasih dan pengampunan Allah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita berpuasa melatih dan mempertajam spiritualitas dan iman yang kita miliki. Usai berpuasa pada masa Paska, kita dapat mengalami perubahan hidup; agar hidup kita menjadi lebih arif dalam menghadapi berbagai persoalan dan pergumulan yang terjadi. Hasil dari puasa adalah kemampuan spiritual untuk mengendalikan diri kita menjadi lebih optimal. Jadi umat yang bertobat tentunya tetap wajib berdoa dengan khusuk, berpuasa dengan kesungguhan hati, dan sikap yang ikhlas, serta beribadah di rumah Tuhan dalam semangat spiritualitas yang tersembunyi. Tetapi kemudian dalam hidup sehari- hari mereka mampu membuktikan buah pertobatan dalam kehidupan mereka. Jadi puasa dan berdoa sebenarnya hanyalah awal dari sikap bertobat, tetapi perubahan hidup merupakan wujud yang sesungguhnya dari pertobatan. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam puasa dalam masa Paska : 1. Masa berpuasa mulai dari Rabu Abu, 14 Pebruari 20244, sampai Sabtu Sepi, 30 Maret 2024. Pada hari minggu tidak disarankan untuk berpuasa. Atau mengambil 1 minggu usai minggu Pra Paska 6. 2. Puasa dapat dilakukan dengan berpantang sesuatu. Misalnya berpantang merokok, media sosial, makan diluar rumah dan lainnya yang selama ini telah mengendalikan hidup saudara. Dalam hal ini bisa di atur 1 hari atau lebih dalam seminggu atau sepanjang masa Paskah. Puasa dalam berpantang bertujuan untuk melepaskan kita dari ketergantungan dan belajar untuk mengendalikan diri dalam komitmen yang telah diambil. 3. Puasa dapat dilakukan dengan menahan nafsu makan saja namun dapat minum. Dalam hal ini bisa diatur waktunya sepanjang hari (06.00 – 18.00) atau waktu yang ditentukan sendiri. Cara ini tidak disarankan bagi yang sakit atau dalam proses pemulihan. 4. Puasa dapat dilakukan dengan menahan nafsu makan dan minum. Dalam hal ini bisa diatur waktunya sepanjang hari (06.00 – 18.00) atau waktu yang ditentukan sendiri. Cara ini tidak disarankan bagi yang sakit atau dalam proses pemulihan. 5. Waktu luang dan dana yang tidak terpakai karena puasa, dapat diserahkan kepada Tuhan. Misalnya jam makan siang dapat diisi dengan doa dan membaca Firman Tuhan. Dana yang dipakai untuk membeli rokok atau pulsa dapat dipersembahkan ke gereja. Tersedia amplop khusus “Masa Paska” dan dana yang terkumpul akan disalurkan dalam aksi kemanusiaan (aksi sosial) 6. Berpuasa bukan untuk mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi atau mendapat pahala yang banyak, tetapi upaya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga dapat mendengar suara-Nya dan mengerti kehendak-Nya. 7. Selamat menyongsong Paskah – Pentakosta, selamat menunaikan ibadah puasa, Tuhan menyertai dan memberkati. Amin.