Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“METODE ALIRAN DAYA”

Dosen Pengampu :

Drs. Ir. ABDUL HAKIM BUTAR – BUTAR, MT, Ph.D

Disusun Oleh :
Josef Siahaan (5213230003)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga berhasil menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Metode Aliran Daya”.

Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai Metode Aliran Daya dan
disusun berdasarkan hasil pencarian di berbagai sumber. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat membantu dan memberikan manfaat bagi kita dalam
mempelajari Metode Aliran Daya.

Medan, 30 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................5

1.1 Latar Belakang........................................................................................................5

1.2 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II HUKUM NEWTON.............................................................................................6

2.1 Pengertian Hukum Newton....................................................................................6

2.2 Bunyi Hukum I Newton.........................................................................................6

2.3 Bunyi Hukum II Newton........................................................................................8

2.4 Bunyi Hukum III Newton.......................................................................................9

2.5 Unsur Unsur Dalam Hukum Newton...................................................................10

BAB III RAPHSON........................................................................................................14

3.1 Metode Newton-Raphson.....................................................................................14

3.2 Algoritma Metode Newton Raphson....................................................................15

3.3 Kriteria konvergensi metode Newton-Raphson...................................................15

3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Newton Raphson........................................16

BAB IV JACOBIAN.......................................................................................................17

4.1 Pengertian Jacobian...................................................................................................17

4.2 Solusi Sistem Persamaan Linear...............................................................................17

4.3 Solusi Sistem Persmaan Linear dengan Metode Jacobi............................................18

4.4 Determinan Jacobian.................................................................................................19

BAB V GAUSS SEIDEL................................................................................................22

5.1 Metode Gauss Seidel.................................................................................................22

5.2 Metode iterasi Gauss-Seidel......................................................................................22

5.3 Definisi Metode Iterasi Gauss-Seidel........................................................................22


5.4 Kelebihan dan kekurangan dalam Metode Iterasi Gauss-Seidel...............................23

BAB VI RUNGE KUTTA..............................................................................................25

BAB VII PENUTUP.......................................................................................................27

A. Kesimpulan...........................................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya
aktif maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada
keadaan operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan
terjadi di masa yang akan datang.

Dengan studi aliran daya dapat mengetahui tegangan pada setiap bus yang ada
dalam sistem, baik magnitude maupun sudut fasa tegangan, daya aktif dan daya
reaktif yang mengalir dalam setiap saluran yang ada dalam system, kondisi dari
semua peralatan, apakah memenuhi batas batas yang ditentukan untuk menyalurkan
daya listrik yang diinginkan. Untuk menyelesaikan studi aliran daya, metode yang
sering digunakan adalah metode Gauss-Seidel dan metode Newton Raphson.
Metode Newton Raphson lebih cepat mencapai nilai konvergen sehingga proses
iterasi yang berlangsung lebih sedikit.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang metode aliran daya dan hukum hukum yang berlaku di
dalamnya.
BAB II
HUKUM NEWTON

2.1 Pengertian Hukum Newton


Hukum-hukum Newton adalah hukum yang mengatur tentang gerak.
Hukum gerak Newton itu sendiri merupakan hukum yang fundamental. Artinya,
pertama hukum ini tidak dapat dibuktikan dari prinsip-prinsip lain. Kedua,
hukum ini memungkinkan kita agar dapat memahami jenis gerak yang paling
umum yang merupakan dasar mekanika klasik. Hukum gerak Newton adalah
tiga hukum yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan
hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang
disebabkannya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton
dalam karyanya Philosophi Naturalis PrincipaMathematica, pertama kali
ditebitkan pada 05 Juli 1687.

Hukum Newton adalah hukum gerak yang menjadi hukum dasar


dinamika dengan merumuskan gaya terhadap pengaruh gerak pada benda
tertentu. Rumus ini kemudian dikenal dengan istilah Hukum Newton 1, Hukum
Newton 2, dan Hukum Newton 3. Atas jasa sang ilmuwan, istilah Newton ini
kemudian dijadikan sebagai satuan gaya demi menghormati Sir Isaac Newton
atas penemuannya.

2.2 Bunyi Hukum I Newton


Hukum Newton 1 adalah menunjukkan resultan gaya yang bekerja pada
benda dengan komposisi yang sama dengan nol, maka benda yang awalnya diam
akan selamanya terus diam. Sedangkan benda awalnya bergerak lurus beraturan,
maka akan selamanya terus bergerak lurus beraturan dalam kecepatan yang
tetap. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam Hukum Newton 1 percepatan benda
berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding
terbalik dengan massa atau berat benda itu sendiri.
Sifat benda pada Hukum Newton 1 cenderung mempertahankan
keadaannya semula dengan sifat kelembaman atau kadar inersia yang sama.
Itulah sebabnya mengapa Hukum Newton 1 disebut juga dengan istilah Hukum
Kelembaman. Bentuk dari momen inersia pada Hukum Newton 1 terjadi
beragam, misalnya momen inersia linear, momen inersia massa, dan momen
inersia polar atau kutub.

Bunyi Hukum 1 newton “ Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada benda
sama dengan nol maka benda diam akan tetap diam dan benda bergerak lurus
beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan “

Contoh penerapan hukum I Newton yaitu :

 Sediakan alat-alat antara lain Kelereng, kertas, dan meja!


 Letakkan kelereng di atas kertas pada meja yang mendatar hingga
keadaan kelereng diam!
 Tarik kertas dengan mendadak / sentakan!
 Ulangi langkah (ii) tetapi kertas ditarik perlahan-lahan, kemudian
hentikan kertas tersebut secara mendadak!
 Amati yang terjadi!

Berdasarkan kegiatan diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap benda yang diam
cenderung untuk tetap diam dan benda yang bergerak lurus beraturan cenderung
untuk tetap bergerak lurus beraturan ( ingin mempertahankan keadaannya ).
Sifat demikian itulah yang disebut sebagai kelembaman ( inersia ) suatu benda.

Hukum I Newton dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :

F=0

Maksud dari hukum ini yaitu bahwa benda yang diam maka akan terus diam dan
tidak akan bergerak sampai ada gaya (tarikan dan dorongan) yang membuatnya
bergerak dan benda yang bergerak akan terus bergerak dan akan diam apabila
ada gaya yang mempengaruhinya untuk diam.
2.3 Bunyi Hukum II Newton
Hukum Newton 2 adalah berkaitan dengan kondisi benda yang bergerak
dalam keadaan massa benda dan gaya yang ada pada benda tersebut juga
diperhitungkan. Bunyi dari Hukum II Newton ialah “Percepatan yang
ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan
besar gaya itu ( searah dengan gaya itu ) dan berbanding terbalik dengan massa
benda tersebut”. Hal ini menunjukan percepatan benda akan berbanding lurus
dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut, sedangkan massanya akan
berbanding terbalik dengan percepatan benda. Arah percepatan benda akan sama
dengan arah gaya total yang bekerja pada benda tersebut. Melalui Hukum
Newton 2 gaya benda kemudian akan menjadi semakin besar jika memperoleh
kekuatan gaya yang searah dengan laju benda tersebut bergerak. Sebaliknya, jika
diberikan gaya berlawanan atau bertolak belakang melawan gaya benda, maka
laju gaya akan semakin lambat atau kecepatannya mengecil karena terjadi
perubahan kecepatan dan laju yang berubah.

Besar kecilnya lambat atau cepat yang dimiliki benda bergerak tersebut,
maka akan memengaruhi arah gerak benda. Hukum ini menjelaskan resultan
gaya yang bekerja pada suatu benda tidak sama dengan nol, maka benda tersebut
akan bergerak dengan kecepatan tertentu, alias benda yang bergerak pasti
memiliki percepatan.

Hukum kedua Newton menetapkan hubungan antara besaran dinamika


gaya dan massa dan besaran kinematika percepatan, kecepatan, dan perpindahan.
Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda
mengubah kecepatannya, artinya dipercepat. Arah gaya adalah arah percepatan
yang disebabkan jika gaya itu adalah satu-satunya gaya yang bekerja pada benda
tersebut. Besarnya gaya adalah hasil kali massa benda dan besarnya percepatan
yang dihasilkan gaya. Massa adalah sifat intristik sebuah benda mengukur
resistensinya terhadap percepatan.

Contoh :
 Mobil-mobilan bermassa 2 Kg diam diatas lantai licin, kemudian diberi
gaya tertentu dan bergerak dengan percepatan 10 m/s 2 . Berapakah gaya
yang diberikan pada mobil-mobilan?
Jawab : Diketahui :
m = 2 Kg
a = 10 m/s 2
Ditanya : F ?
Jawab : F = m.a = 2 Kg . 10 m/s 2= 20 N

Hubungan antara gaya, massa, dan percepatan dapat dituliskan oleh rumus:
∑F = m.a
Keterangan :
∑F = Resultan Gaya (kg m/s2)
m = Massa Benda (kg)
a = Percepatan (m/s2)

Hukum newton kedua ini lebih kompleks dari hukum pertama, karena gerak
benda ditinjau berdasarkan tiga variabel,yaitu gaya,massa, dan percepatan.
Menurut newton,tiga besaran ini berpengaruh terhadap gerak benda. Besarnya
percepatan juga dipengaruhi oleh massa benda. Semakin kecil massa benda,
maka gaya akan berkerja secara maksimal untuk menimbulkan percepatan pada
benda. Sebaliknya, jika massa benda besar, maka efek gaya terhadap percepatan
juga akan berkurang.

2.4 Bunyi Hukum III Newton


Hukum Newton 3 adalah gaya aksi dan reaksi menunjukan tiap aksi akan
menimbulkan sebuah reaksi. Bunyi Hukum Newton III “Tiap aksi akan
menimbulkan reaksi, jadi apabila suatu benda memberikan gaya pada benda lain
maka benda yang mendapat gaya akan memberikan gaya kembali yang besarnya
sama dengan gaya yang diterima dari benda pertama, namun arahnya akan
berlawanan”. Jika sebuah benda memberikan gaya pada benda lain, maka benda
yang mendapat gaya tersebut akan memberikan gaya yang besarnya sama
dengan gaya yang diterima dari benda pertama. Namun arah yang dihasilkan
akan berlawanan.

Hukum Newton 3 juga menjelaskan tiap aksi akan berkonsekuensi


memunculkan reaksi, atau menimbulkan sebab dan akibat. Memberi gaya
sebagai sebab akan menghasilkan gaya akibat. Gaya aksi reaksi ini kemudian
bekerja saling berlawanan dan berproses pada benda yang berbeda-beda.

Hukum Newton 3 ditulis dengan persamaan F aksi = F reaksi.


Karena bentuk aksi dan reaksi bisa berwujud lainnya, maka berikut ini
rumus Hukum Newton 3 yang dibagi menjadi tiga jenis:
 Rumus gaya gesek: Fg = u x N
Keterangan: Fg = gaya gesek (N), u = koefisien gesekan, dan N = Gaya
normal (N)
 Rumus gaya berat: w = m x g
Keterangan: w = Gaya berat (N), m = massa benda (kg), dan g = gravitasi
Bumi (m/s2)
 Rumus berat sejenis: s = p x g
Keterangan: s = berat jenis (N/m3),p = massa jenis (kg/m3), dan g = berat
benda (N).

Contoh kasus pada penerapan Hukum Newton 3 adalah saat Grameds


mencoba memukul paku dengan palu, maka palu sebagai benda yang memberi
gaya aksi dan menghasilkan gaya dari paku yang merupakan gaya reaksi dari
pemukulan melalui palu tersebut.

Contoh lainnya dari Hukum 3 adalah saat Grameds mendayung perahu di


air. Saat menggerakkan dayung ke arah belakang, maka perahu akan bergerak ke
depan. Begitupun sebaliknya, jika mendayung kearah depan, maka perahu akan
bergerak mundur. Hal ini terjadi karena ada gaya aksi yang diberikan lewat
dayung untuk memberi gaya aksi, sehingga perahu akan memberikan gaya
reaksi yang sama besar dengan arahnya yang berlawanan

2.5 Unsur Unsur Dalam Hukum Newton


Dalam praktiknya, hukum ini juga melibatkan kajian ilmu fisika yang
lebih luas yang dipertemukan menjadi teori baru untuk menghasilkan persamaan
tertentu. Berikut ini unsur-unsur dalam hukum newton yang perlu diketahui:
- Gaya
Gaya adalah bentuk tarikan atau dorongan yang mengarahkan sebuah
benda tertentu terhadap benda yang lainnya. Dalam MKS, satuan gaya
adalah Newton ( N ), dan dalam cgs adalah dyne. Gaya bisa dihitung
langsung menggunakan neraca pegas. Sedangkan besarnya gaya yang
dihitung akan ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang ada pada neraca
pegas tersebut. Gaya kemudian dibedakan menjadi dua, yakni gaya
sentuh dan tak sentuh. Gaya Sentuh adalah bentuk gaya yang bekerja
pada benda karena adanya sentuhan. Contoh gaya sentuhan yang bisa
kita temukan adalah gaya otot dan gaya gesek. Sedangkan Gaya Tak
Sentuh adalah gaya yang bekerja pada benda tanpa adanya sentuhan pada
benda tersebut, misalnya pada gravitasi bumi dan gaya listrik yang bisa
membuat gaya benda tanpa menyentuhnya.

Berikut ini jenis-jenis gaya yang perlu diketahui kaitannya dengan


hukum newton:

o Berat Benda (w)


Berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada benda tertentu
dengan rumus w = m.g Keterangan m = massa benda, g =
percepatan gravitasi bumi (g = 10 m/s2 ).

o Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya kontak atau gaya sentuh yang bekerja
dengan arah tegak lurus pada bidang sentuh tertentu jika
dua benda tersebut
saling bersentuhan.

o Gaya Gesek (f)


Gaya gesek adalah bentuk gaya yang berlawanan arah dengan
gerak benda tertentu, yakni ada dua jenis gaya gesekan, seperti
gaya gesekan kinetis dan gaya gesekan statis. Gaya gesekan
kinetis (fk) adalah gaya gesekan yang timbul saat benda sedang
bergerak, sedangkan gaya gesekan statis (fs) adalah ketika benda
sedang diam.Dalam praktiknya gaya gesekan ada yang
merugikan, seperti gesekan antar permukaan mesin, mesin cepat
aus, gesekan udara dengan mobil, laju mobil terhambat.
Sedangkan contoh gaya gesekan yang menguntungkan seperti
yang terjadi pada gaya gesekan antara alas kaki dengan jalan agar
orang tidak mudah terpeleset saat berjalan dan gesekan jalan
dengan permukaan ban motor agar ban tidak slip ketika berjalan.

o Tegangan Tali (t)


Tegangan tali adalah bentuk gaya tegang yang bekerja pada
ujung-ujung tali. Kemudian gaya tegang pada kedua ujungnya tali
tersebut sama besar dan beratnya akan diabaikan.
- Kelajuan Dan Kecepatan
Dalam kajian ilmu fisika, kelajuan dan kecepatan memiliki arti yang
berbeda, yakni kelajuan adalah cepat lambatnya benda bergerak yang
memiliki besaran skalar atau nilai pada jarak tertentu terhadap waktu
tempuh. Sedangkan kecepatan adalah cepat lambatnya perubahan posisi
atau perpindahan benda pada waktu tempuh tertentu dengan besaran
vektor, yakni memiliki nilai dan arah.

Jadi akan salah besar jika menyamakan kelajuan dan kecepatan dalam
ilmu fisika. Dalam persamaan rumusnya kelajuan berarti jarak dibagi
waktu, sedangkan kecepatan adalah perpindahan dibagi waktu. Pada
hukum newton, kelajuan dan kecepatan digunakan semua karena hukum
ini berkaitan dengan benda yang bergerak yang pasti memiliki kelajuan
atau percepatan.

- Massa Dan Berat


Massa adalah sifat dari benda itu sendiri, yaitu ukuran kelembaman
sebuah benda atau “jumlah zat’-nya. Sedangkan berat adalah gaya
gravitasi yang bekerja pada sebuah benda tertentu untuk bergerak.
Contohnya ketika sebuah batu dibawa ke bulan, maka akan tetap menjadi
batu dengan ukuran yang sama. Bedanya adalah beratnya alias gaya
gravitasi yang bekerja pada batu tersebut akan berkurang karena di bulan
tidak ada gravitasi.

Hubungan antara massa dan berat dapat ditunjukan dari suatu benda
dengan massa tertentu yang jatuh bebas ke bumi hanya akan dipengaruhi
oleh satu gaya, yakni gaya tarik bumi atau gaya gravitasi. Hal ini
kemudian disebut berat W dari benda. Itulah sebabnya F = m a
memberikan hubungan F = W, a =g dan m; menjadi w=mg. Jadi g=10
m/s 2 di bumi, maka 1 kg benda beratnya 10 N di bumi.
BAB III
RAPHSON

3.1 Metode Newton-Raphson


Metode Newton Rapshon merupakan metode pendekatan yang menggunakan
satu titik awal dan mendekatinya dengan memperhatikan gradien pada titik
tersebut. Metode ini dimulai dengan mencari garis singgung kurva pada titik  
x f(x ) i i , . Perpotongan garis singgung dengan sumbu x yaitu Xi+1, akan
menjadi nilai x yang baru, dengan cara dilakukan berulang-ulang (iterasi).

Bagan 1 Grafik Metode Newton-Rapshon

Telah diketahui bahwa gradien garis singgung kurva adalah turunan pertama dari
kurva tersebut, yaitu f (x )i ' . Sehingga persamaan garis singgungnya:
x i+1 digunakan untuk menaksir nilai akar dari f(x) dan pendekatan yang lebih
baik untuk akar dari f(x). Metode ini banyak digunakan untuk akar dari suatu
persamaan.

Ada dua pendekatan dalam menurunkan rumusmetode newton rapshon, yaitu:

a. Penurunan rumus metode newton rapshon secara geometri

b. Penurunan rumus metode newton raphson dengan bantuan deret taylor

3.2 Algoritma Metode Newton Raphson


1. Definisikan Fungsi f(x) dan f’(x)
2. Tentukan toleransi error (€) dan iterasi maksimum (n)
3. Tentukan nilai pendekatan awal x0
4. Hitung f(x0) dan f’(x0)
5. untuk iterasi i = 1 s/d n atau |f(xi)|3e

Hitung f(xi) dan f’(xi)


6. akar persamaan adalah nilai Xi yang diperoleh

3.3 Kriteria konvergensi metode Newton-Raphson


Jika metode Newton-Raphson konvergen, maka kekonvergenannya akan
berlangsung cepat -> lelarannya lebih sedikit . Pemilihan tebakan awal akar
sebaiknya cukup dekat dengan akar sejatinya dengan membuat grafik fungsi
dapat diketahui apakah fungsi tersebut mempunyai akar atau tidak.

Metode Newton-Raphson akan konvergen bila :


3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode Newton Raphson
1. Kelebihan Jika pemilihan titik awal tepat, maka proses iterasinya cepat.
2. Kekurangan
a. Jika fungsi f(x) mempunyai beberapa akar (titik) penyelesaian, akarakar
penyelesaian tersebut tidak dapat dicari secara langsung atau secara
bersamaan.
b. Tidak dapat mencari akar kompleks (imajiner).
c. Tidak dapat mencari akar persamaan jika titik terkaan awalnya tidak
tepat, meskipun ada akar penyelesaiannya. 20 d. Untuk persamaan non
linear yang cukup kompleks, pencarian turunan pertama dan kedua dari
f(x) akan menjadi cukup sulit.

Metode Newton-Raphson adalah salah satu contoh pendekatan numerik dengan


metode terbuka. Disebut metode terbuka karena akarnya tidak dibatasi oleh
batas bawah ataupun batas atas seperti pada metode biseksi. Langkah awal
menentukan metode ini adalah dengan mendefinisikan persamaan fungsi dan
turunan fungsi tersebut terlebih dahulu. Setelah itu, tentukan nilai awal x yang
diperkirakan merupakan akar persamaan, lalu lanjutkan iterasinya hingga
ditemukan akar dari fungsi non linear tersebut. Kelebihan metode ini adalah
bila perkiraan akar ataupun nilai awal sudah tepat, maka waktu yang
dibutuhkan untuk mendapatkan akar persamaan pun lebih cepat daripada waktu
yang dibutuhkan oleh metode biseksi.
BAB IV
JACOBIAN

4.1 Pengertian Jacobian


Dalam kalkulus vektor, matriks Jacobi atau matriks Jacobian adalah matriks
berisi semua turunan parsial pertama dari fungsi multivariabel bernilai vektor.
Matriks ini dinamai dengan nama matematikawan Carl Gustav Jacob Jacobi (1804–
∂(f 1 ,. ,, f m)
1851). Beberapa notasi untuk matriks ini adalah Df, J f ,ߜf dan .
∂(x 1 … x n)

Metode Jacobi merupakan salah satu metode yang baik dalam mencari Solusi
Sistem Persamaan Linear. Metode Jacobi dapat meminimumkan efek kesalahan
pembulatan.

4.2 Solusi Sistem Persamaan Linear


Sebuah garis di dalam bidang xy secara aljabar dapat dinyatakan oleh sebuah
persamaan yang berbentuk a1x + a2y = b. Sebuah persamaan semacam ini
dinamakan persamaan linear dalam variabel x dan variabel y. Secara lebih umum,
maka kita mendefinisikan sebuah persamaan linear dalam n variabel x1, x2, ….. xn
sebagai sebuah persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk: a1x1 + a2x2 + …..
+ an xn = b. dimana a dan b adalah konstanta-konstanta riil.
Sebuah pemecahan (solution) persamaan linear a1 x1 + a2 x2 ….. an xn = b
adalah sebuah urutan dari n bilangan s1, s2, s3, ….. sn, sehingga persamaan
tersebut dipenuhi bila kita mensubstitusikan x1 = s1, x2 = s2, … xn = sn.
Himpunan semua pemecahan persamaan tersebut dinamakan himpunan pemecahan
(it’s solution set).
Himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linear dalam variabel-variabel
x1, x2, x3, ….. xn dinamakan sebuah Sistem Persamaan Linear atau sebuah Sistem
Linear. Urutan bilangan-bilangan s1, s2, ….. , sn dinamakan sebuah Pemecahan
Sistem tersebut jika x1 = s1, x2 = s2, ….. xn = sn adalah pemecahan dari tiap-tiap
persamaan di dalam sistem tersebut. Tidak semua Sistem Persamaan Linear
mempunyai pemecahan. Sistem persamaan yang tidak mempunyai pemecahan
dikatakan tak konsisten (in consistant). Jika ada setidaktidaknya satu pemecahan,
maka Sistem Persamaan tersebut dinamakan konsisten (consistent).
Sebuah sistem sebarang yang terdiri dari m persamaan linear dengan n bilangan
yang tak diketahui akan ditulis sebagai:
a11 x1 + a12 x2 + ….. + a1n xn = b1
a21 x1 + a22 x2 + ….. + a2n xn = b2

am1x1 + am2 x2 + ….. + amn xn = bm
dimana x1, x2, ….. xn adalah bilangan-bilangan yang tak diketahui dan a dan b
yang berindeks bawah menyatakan konstanta-konstanta.

4.3 Solusi Sistem Persmaan Linear dengan Metode Jacobi


Di dalam aljabar linear telah dibicarakan beberapa metode (cara) menyelesaikan
suatu Sistem Persamaan Linear dengan menggunakan metode langsung (direct
method). Pada makalah ini akan membahas suatu metode untuk menyelesaikan
suatu Sistem Persamaan Linear dengan cara tidak langsung yang disebut metode
iteretif. Metode iteratif dimulai dengan aproksimasi terdekat dari barisan tersebut
adalah siklus dari perhitungan-perhitungan yang diulang-ulang sampai ketelitian
yang diinginkan diperoleh. Sedangkan dalam metode iterative banyaknya
perhitungan tergantung pada ketelitian yang diinginkan. Pada prinsipnya, matriks
Jacobian merupakan gradien (bukan divergen !!) dari suatu fungsi (bisa skalar
atau vektor). Sehingga bila kita mempunyai fungsi dalam sistem koordinat
kartesian, maka contohnya bila kita hitung fungsi vektorial :

Dengan dan maka kita miliki :

Perhatikan bahwa bila fungsi , kita ganti dengan vektor pada kondisi akhir ,
maka
kita peroleh:

Yang tidak lain dan tidak bukan adalah tensor transformasi !!

Disini kita lihat bahwa tensor transformasi merupakan salah satu contoh matriks
Jacobian.

4.4 Determinan Jacobian

Determinan merupakan nilai skalar dari suatu tensor, yang menggambarkan


intensitas tensor tersebut.
Sehingga, determinan untuk tensor transformasi diatas adalah

Determinan dari matriks Jacobian inilah yang seringkali disebut sebagai Jacobian /
Jacobien / Jacobienne dilambangkan dengan

Tadi saya sempat menyebut bahwa Jacobian menggambarkan intensitas tensor. Apa
maksudnya ??
Pernyataan ini berkaitan dengan nilai Jacobian merupakan nilai pembesaran atau
pengecilan dari suatu volume. Untuk memudahkan, ambil contoh
pembesaran/pengecilan suatu kubus.

Volume initial dari kubus tersebut misalnya yang dapat dirumuskan sebagai :

Dan volume di kondisi akhirnya adalah

Dimana , , dan merupakan panjang initial dari sisi-sisi kubus tersebut.


Setelah bertransformasi, panjang sisi-sisi kubus tersebut menjadi dx_1$, ,
dan

Dapat kita hitung perubahan panjangnya pada masing2 sisi adalah , ,


dan

Kita dapat masukkan dilatasi dari masing2 sisi tersebut pada tensor transformasi,
sehingga :

Jacobian-nya dapat dihitung dengan mudah, yaitu


Dimana nilai ini melambangkan besarnya perubahan volume antara kondisi initial
dan kondisi akhir, sehingga :

.
BAB V
GAUSS SEIDEL

5.1 Metode Gauss Seidel


Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan linear
(SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar, seperti sistem-sistem
yang banyak ditemukan dalam sistem persamaan diferensial. Metode iterasi Gauss-
Seidel dikembangkan dari gagasan metode iterasi pada solusi persamaan tak linier.

Teknik iterasi jarang digunakan untuk menyelesaikan SPL berukuran kecil


karena metode-metode langsung seperti metode eliminasi Gauss lebih efisien
daripada metode iteratif. Akan tetapi, untuk SPL berukuran besar dengan persentase
elemen nol pada matriks koefisien besar, teknik iterasi lebih efisien daripada
metode langsung dalam hal penggunaan memori komputer maupun waktu
komputasi. Dengan metode iterasi Gauss-Seidel sesatan pembulatan dapat
diperkecil karena dapat meneruskan iterasi sampai solusinya seteliti mungkin sesuai
dengan batas sesatan yang diperbolehkan.

5.2 Metode iterasi Gauss-Seidel


Suatu sistem persamaan linier terdiri atas sejumlah berhingga persamaan linear
dalam sejumlah berhingga variabel. Menyelesaikan suatu sistem persamaan linier
adalah mencari nilai-nilai variabel yang belum diketahui yang memenuhi semua
persamaan linier yang diberikan. Rumus iterasi untuk hampiran ke-k pada metode
iterasi Gauss-Seidel adalah sebagai berikut. Untuk i = 1, 2, …, n dan k = 1, 2, 3, …,

5.3 Definisi Metode Iterasi Gauss-Seidel


Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan Sistem
Persamaan Linear (SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar,
seperti pada sistem-sistem yang banyak ditemukan dalam sistem persamaan
diferensial. Metode iterasi Gauss-Seidel dikembangkan dari gagasan metode
iterasi pada solusi persamaan tak linier. Iterasi metode ini lebih efisien
dibandingkan dengan metode langsung, serta dalam hal penggunaan memori
komputer maupun waktu komputasi juga lebih efisien (Munir, R. 2003, Sahid.
2005).
Metode iterasi lebih cocok digunakan dalam kasus tertentu, yaitu sistem
yang besar. Metode iterasi menggunakan algoritma secara rekursi dalam
menentukan penyelesaian sistem persamaan linear. Algoritma tersebut dilakukan
sampai diperoleh suatu nilai konvergen dengan toleransi yang diberikan atau
sesuai dengan batas galat yang kita perbolehkan, dengan kata lain besar galat
dapat dikendalikan sampai batas yang bisa diterima (Munir, 2010:173)

Metode iterasi Gauss-Seidel adalah metode iterasi yang menghitung nilai


hampiran sekarang dengan mengacu pada nilai hampiran terbaru. 1 Karena
Metode Gauss-Seidel Method membolehkan pengguna untuk mengkontrol
round-off error.

5.4 Kelebihan dan kekurangan dalam Metode Iterasi Gauss-Seidel


1. Kelebihan Metode Gauss-Siedel
Metode ini digunakan dalam analisis numerik untuk meminimalkan
mengisi selama eliminasi, dengan beberapa tahap. Salah satu kelebihan metode
ini adalah menentukan apakah sistem konsisten. Dalam artian, terkadang jika
diubah-bah dalam beberapa bentuk, persaman menjadi tidak konsisten.
Metode ini juga dipercaya dapat menghilangkan kebutuhan untuk menulis ulang
variabel setiap angka. Selain itu, untuk persamaan yang rumit dan memenuhi
persyaratan diatas, metode ini bisa lebih mudah untuk memecahkannya.
Dalam sebuah jurnal berjudul Refinement of Iterative Methods for the
“Solution of System of Linear Equations Ax=b dijelaskan :
Methods Number Compute
of r time
iterati
ons
Refinemen 10 0.45
t of
Jacobi
method

1
Refinemen 7 0.32
t of
Gauss-
Seidel
method
Refinemen 7 0.32
t of
Generaliz
ed Jacobi
method

This shows that the refinement of generalized Jacobi and the


refinement of Gauss-Seidel method require less computer
storage than the other method. Thus the refinement of
generalized Jacobi method could be considered more efficient
than the refinement of Jacobi method and is as fast as the
refinement of Gauss-Seidel iterative method.” Yang intinya
adalah metode gauss seidel dan Jacob lebih efisien dari
metode iterasi yang lain.

2. Kekurangan Metode Gauss-Siedel


Metode Gauss-Siedel tidak semua sistem persamaan menghasilkan
jawaban yang konvergen. Satu dari sistem persamaan selalu konvergen
dimana koefisien matriks adalah dominan diagonal, yaitu jika [A] dalam [A]
[X] = [C].

Metode Gauss-Seidel digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan


linear (SPL) berukuran besar dan proporsi koefisien nolnya besar. Pembulatan
dapat diperkecil karena dapat meneruskan iterasi sampai solusinya seteliti
mungkin sesuai dengan batas sesatan yang diperbolehkan. Tapi, metode ini tidak
bisa digunakan untuk system persamaan linier yang berukuran kecil.
Aplikasi gauss seidel meliputi bidang komputasi dan bidang teknologi.
Gauss seidel mempunyai kelebihan dan kekurangan. Diantara
kelebihannya adalah lebih menghemat waktu dalam menyelesaikan persamaan
yang rumit. Namun kekurangannya adalah tidak semua persamaan menghasilkan
jawaban yang benar.
BAB VI
RUNGE KUTTA
Pada metode Euler memberikan hasil yang kurang teliti maka untuk
mendapatkan hasil yang lebih teliti perlu diperhitungkan suku yang lebih banyak dari
deret Taylor atau dengan menggunakan interval x yang kecil. Kedua cara tersebut
tidak menguntungkan. Penghitungan suku yang lebih banyak memerlukan turunan
yang lebih tinggi dari fungsi nilai y (x), sedang penggunaan x yang kecil
menyebabkan waktu hitungan lebih panjang.

Metode Runge-Kutta memberikan hasil ketelitian yang lebih besar dan tidak
memerlukan turunan dari fungsi, bentuk umum dari metode Runge-Kutta adalah:

y i + 1 = y i + Φ ( xi , y i , Δx) Δx

dengan (xi, yi, x) adalah fungsi pertambahan yang merupakan kemiringan rerata
pada interval.

Fungsi pertambahan dapat ditulis dalam bentuk umum:

Φ=a 1 k 1 +a2 k 2 +.. .+a n k n

dengan a adalah konstanta dan k adalah:

k1 = f (xi, yi)

k2 = f (xi + p1x, yi + q11 k1x)

k3 = f (xi + p2x, yi + q21 k1x + q22 k2x)

kn = f (xi + pn – 1x, yi + qn – 1, 1 k1x + qn – 1, 2 k2x + + qn – 1, n – 1 kn – 1x) (8.21d)

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai k mempunyai hubungan berurutan.


Nilai k1 muncul dalam persamaan untuk menghitung k2, yang juga muncul dalam
persamaan untuk menghitung k3, dan seterusnya. Hubungan yang berurutan ini
membuat metode Runge-Kutta adalah efisien dalam hitungan.

Ada beberapa tipe metode Runge-Kutta yang tergantung pada nilai n yang digunakan.

1) Metode Runge-Kutta Order 4


Metode Runge-Kutta order 4 banyak digunakan karena mempunyai ketelitian lebih
tinggi. Metode ini mempunyai bentuk:

1
y i + 1= y i + (k + 2 k 2 + 2 k 3 + k 4 ) Δx
6 1

dengan:

k 1=f ( x i , y i )

1 1
k 2=f ( x i + Δx , y i + k 1 Δx)
2 2

1 1
k 3=f ( x i + Δx , y i + k 2 Δx )
2 2

k 4 =f ( xi + Δx , y i + k 3 Δx)

Metode Runge Kutta merupakan metode numerik yang dapat menyelesaikan


persamaan diferensial dengan langkah-langkah iterasi yang baik untuk diselesaikan
dengan menggunakan komputer. Masalah persamaan diferensial nonlinear dalam
model matematika pada radang akut secara analitis sulit diselesaikan, tetapi dengan
Metode Runge Kutta dapat diselesaikan dan lebih efisien dengan
mengimplementasikannya pada pemrograman Mathematica versi 7. Solusi masalah
persamaan diferensial nonlinear pada radang akut diperoleh dengan memberi nilai
awal dan ukuran langkah untuk patogen, fagosit dan kerusakan jaringan. Selanjutnya
dapat dimasukkan kedalam bentuk umum dari Metode Runge Kutta. Solusi tersebut
dapat digambarkan dalam grafik perubahan populasi patogen, fagosit dan kerusakan
jaringan terhadap waktu yang dapat diimplementasikan dalam pemrograman
Mathematica versi 7.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Studi aliran daya merupakan penentuan atau perhitungan tegangan, arus, daya aktif
maupun daya reaktif yang terdapat pada berbagai titik jaringan listrik pada keadaan
operasi normal, baik yang sedang berjalan maupun yang diharapkan akan terjadi di masa
yang akan datang.

Untuk menyelesaikan studi aliran daya, metode yang sering digunakan adalah metode
Gauss-Seidel dan metode Newton Raphson. Metode Newton Raphson lebih cepat
mencapai nilai konvergen sehingga proses iterasi yang berlangsung lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Conte, S. 1993. Dasar-Dasar Analisis Numerik Suatu Pendekatan Algoritma Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.

Hariyanto. 1992. Persamaan Diferensial Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yogyakarta: Beta Offset.Lina Aryanti. 2012. Pengantar Analisis Numerik

Anda mungkin juga menyukai