No Tema Kode JP
Pendekatan yang digunakan dalam modul ajar ini adalah unplugged yang berarti dalam
proses pembelajaran guru tidak memerlukan perangkat seperti internet atau komputer.
Alat dan bahan menggunakan sumber daya yang ada di sekitar.
Sebelum proses pembelajaran, guru dapat mencetak bahan-bahan yang telah
disediakan di modul ajar (artikel, contoh kasus, permainan ular tangga, dan
sebagainya). Guru diberi keleluasaan untuk mengembangkan proses sesuai dengan
kebutuhan peserta didik dan tetap mengacu pada capaian pembelajaran.
DSI-K07-1
Tema 1: Mengenali Data dan Informasi
Sub Tema -
Capaian Peserta didik mampu memahami ketersediaan data dan informasi lewat
Pembelajaran aplikasi media sosial, memahami keterbukaan informasi, memilih
Fase D informasi yang bersifat publik atau privat, menerapkan etika, dan
menjaga keamanan dirinya dalam masyarakat digital.
Pengalaman
Belajar
Bermakna, Pengalaman Berpikir Praktik Inti
Berpikir Belajar Bermakna Komputasional
Komputasional,
dan Praktik Inti Peserta didik Mengenali dan
memberikan mendefinisikan
pengalamannya masalah,
dalam mendapatkan Abstraksi, mengembangkan
berita dan informasi. algoritma, abstraksi,
pengenalan pola mengungkapkan
Peserta didik gagasan atau ide,
mengkaji jenis dan menghargai pendapat
sumber informasi dari orang lain
internet.
Peserta didik
membedakan antara
fakta dan opini.
Alat
Bahan
Sarana dan Tidak dibutuhkan sarana dan prasarana khusus pada pertemuan ini.
Prasarana
Rubrik Penilaian
Penilaian Diskusi
Referensi https://literasidigital.id/books/modul-cakap-bermedia-digital/
Buku Informatika Kelas VII dan Kelas VIII
Proses Aktivitas Pembelajaran DSI-K-07-1
Tema: Mengenali Data dan Informasi
Pembukaan
- Orientasi
1. Salam pembuka
2. Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik:
• Dari mana biasanya mendapatkan berita? Apakah dari TV, radio, koran?
• Apa aplikasi yang paling sering digunakan? Youtube, Instagram? Atau lainnya?
• Apakah ada yang punya akun di media sosial?
- Apersepsi
Di era digital ini banyak informasi atau berita yang beredar sekitar kita. Terdapat
beragam unggahan seperti foto, video, atau narasi. Selain jenis unggahan, hal lain
yang penting diketahui adalah isi informasinya. Kita harus kenali apakah isinya
termasuk dalam fakta atau opini.
- Motivasi
Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik dapat mengenali perbedaan jenis
unggahan di media sosial atau situs web. Selain itu, dengan mengetahui perbedaan
fakta dan opini, peserta didik memahami bahwa perbedaan opini adalah hal yang
boleh dan wajar. Setiap orang boleh memberikan opini atau pendapatnya masing-
masing. Hal yang tidak boleh adalah memaksakan opini yang kita miliki kepada
orang lain. Dengan demikian, muncul toleransi dan saling menghargai atas
keberagaman yang ada.
- Pemberian Acuan
Materi yang dibahas mengenai jenis-jenis data dan informasi serta perbedaan antara
fakta dan opini.
Inti
- Guru menjelaskan jenis unggahan dari media sosial atau situs web yang berupa
narasi (tulisan), foto, dan video.
- Dilihat dari isinya, ada yang berupa fakta dan opini. Guru menjelaskan perbedaan
antara fakta dan opini.
- Guru memberikan kuis singkat dan peserta didik menebak, mana yang termasuk
fakta dan opini. Contoh kalimat (bisa dipilih dan diacak):
1) “Sejak tahun 2022, Indonesia memiliki 37 provinsi”
2) “Kasus Covid-19 kemungkinan akan bertahan hingga 3 tahun mendatang”
3) “Dengan kualitas pemain sekarang ini, tidak mungkin Indonesia lolos Piala Dunia
2026”
4) “Beberapa daerah di Indonesia rawan gempa karena tersambung ring of fire”
5) “Tanpa adanya upaya perbaikan di bidang pertanian, Indonesia sulit
swasembada pangan”
6) “Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada
tahun 2022 adalah 275,77 juta jiwa”
7) “Diproyeksikan Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi 5
besar dunia pada tahun 2045”
8) “Indonesia saat ini adalah penghasil tambang nikel terbesar di dunia”
- Guru membagikan lembar kerja 1 yang berisi konten-konten dari media sosial (FB,
IG, Twitter, Youtube), situs berita, dan aplikasi percakapan.
- Peserta didik dibagi dalam kelompok beranggotakan 3-4 orang.
- Peserta didik memilah hasil cetakan tersebut dan menentukan sumber informasinya
termasuk dalam kategori foto, data, narasi, atau video.
- Peserta didik mengisi kategorisasi dalam lembar kerja 1.
- Perwakilan peserta didik (sekitar 4-5 orang) menyampaikan hasil kerja kelompok.
Guru menambahkan jika terdapat jawaban peserta didik yang perlu dilengkapi.
- Guru membagikan lembar kerja 2.
- Peserta didik kategorisasikan berdasarkan isi informasinya: opini atau fakta 2.
Peserta didik memberikan garis bawah di bagian kalimat yang termasuk opini atau
fakta dengan spidol berwarna. Contoh: opini (kuning) dan fakta (biru).
- Perwakilan peserta didik (sekitar 4-5 orang) mempresentasikan hasil pengerjaan
tugasnya.
Penutup
- Guru menanyakan ke beberapa peserta didik secara langsung tanggapannya
terhadap proses yang sudah dilakukan. Kesannya setelah mengikuti pembelajaran
dan kesimpulan yang dapat diambil.
- Guru memberikan penekanan bahwa terdapat banyak jenis data dan informasi yang
diterima melalui media digital kita. Selain mengenali jenisnya, penting juga paham
bahwa akan ada kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat atau opini. Berbeda
pendapat adalah biasa dan sampaikan pendapat kita dengan cara yang baik dan
santun.
-
Kategorisasi konten dari jenis (narasi/tulisan, data, foto, atau video) dan sumber (situs
web, media sosial Twitter/Facebook/Youtube, aplikasi percakapan Whatsapp/Telegram)
Petunjuk: Isilah jenis dan sumber informasi pada setiap konten di bawah ini!
Pasangan ganda putri Indonesia Greysia Polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih
medali emas setelah mengalahkan pasangan Tiongkok Chen Qingchen dan Jia Yifan
pada pergelaran Olympiade Tokyo 2020. Jika pasangan Indonesia ini selalu prima,
sangat mungkin panen juara akan terus berlanjut hingga tiga tahun ke depan.
Soal:
Artikel 1:
Samsung sudah merilis 3 generasi smartphone lipat dan akan menyusul yang
keempat. Bagi Samsung, ponsel layar lipat adalah masa depan.
TM Roh mengatakan Samsung melihat smartphone bar tunggal atau non lipat sudah
terlalu umum dengan pengalaman yang mirip satu sama lain.
"Kita meluncurkan ponsel lipat itu tahun 2019, tapi kita mulai bikin konsep itu tahun
2012," ungkap TM Roh, Senin (4/7/2022).
Sumber: https://inet.detik.com/consumer/d-6162149/samsung-yakin-ponsel-layar-
lipat-adalah-masa-depan
Artikel 2:
Sumber : https://money.kompas.com/read/2021/12/07/164907426/2022-diprediksi-
akan-jadi-tahun-akselerasi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia?page=all
Kunci Jawaban
Lembar Kerja 1 Guru DSI-K07-1
Kunci Jawaban
Lembar Kerja 2 Guru DSI-K07-1
Samsung sudah merilis 3 generasi smartphone lipat dan akan menyusul yang keempat.
Bagi Samsung, ponsel layar lipat adalah masa depan.
TM Roh mengatakan Samsung melihat smartphone bar tunggal atau non lipat sudah
terlalu umum dengan pengalaman yang mirip satu sama lain.
"Kita meluncurkan ponsel lipat itu tahun 2019, tapi kita mulai bikin konsep itu tahun
2012," ungkap TM Roh, Senin (4/7/2022).
Selama 7 tahun itu Samsung mengembangkan ponsel layar lipat. TM Roh optimistis
ponsel layar lipat adalah masa depan.
"Ini adalah masa depan dan Samsung harus mewujudkannya," kata TM Roh.
Sumber : https://money.kompas.com/read/2021/12/07/164907426/2022-diprediksi-
akan-jadi-tahun-akselerasi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia?page=all
Lembar Bacaan DSI-K07-1
Mengenali Data dan Informasi
Teknologi digital membuat data dan informasi tidak lagi hanya disajikan melalui medium
konvensional seperti buku, koran, majalah, televisi, dan radio. Namun saat ini orang
bisa dengan mudah mendapatkan data dan informasi dari Internet baik melalui mesin
pencari, situs web, aplikasi media sosial, dan aplikasi percakapan.
Guru bisa menceritakan betapa mudahnya orang sekarang mencari sebuah informasi
menggunakan mesin pencari melalui Google, Bing, atau Yandex. Selain itu manusia bisa
mendapatkan berita dengan cepat yang tersaji melalui Internet baik yang berupa
tulisan, foto, audio, maupun video. Perkembangan teknologi media sosial juga
membuat orang sangat mudah berbagi dan mendapatkan informasi melalui aplikasi
seperti Facebook, Youtube, Instagram, Tiktok, dan juga aplikasi percakapan seperti
Whatsapp.
Dalam menyikapi derasnya informasi yang muncul dari berbagai jalur informasi, maka
penting bagi peserta didik untuk mengenali jenis dan sumber informasi. Peserta didik
juga belajar untuk membedakan antara fakta dan opini.
Fakta merupakan pernyataan yang tak terbantah lagi kebenarannya. Kalimat yang berisi
fakta merupakan kalimat yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang
benar-benar terjadi, dan bersifat objektif.
Hal ini berbeda dengan opini atau pendapat yang kemungkinan kebenarannya sangat
relatif karena dipengaruhi unsur pribadi yang bersifat subjektif. Pendapat memiliki ciri-
ciri fisik yang biasanya ditandai kata-kata seperti: mungkin, bisa jadi, sangat, tidak
mungkin, sebaiknya, dan lain-lain yang merujuk kepada subjektivitas seseorang.
DSI-K07-2
Tema 2: Informasi Publik dan Privat
Sub Tema -
Capaian Peserta didik mampu memahami ketersediaan data dan informasi lewat
Pembelajaran aplikasi media sosial, memahami keterbukaan informasi, memilih
Fase D informasi yang bersifat publik atau privat, menerapkan etika, dan
menjaga keamanan dirinya dalam masyarakat digital.
Pengalaman
Belajar
Bermakna, Pengalaman Berpikir Praktik Inti
Berpikir Belajar Bermakna Komputasional
Komputasional,
dan Praktik Inti Peserta didik Mengenali dan
memberikan mendefinisikan
pendapatnya tentang Abstraksi, masalah,
informasi publik dan pengenalan pola mengembangkan
privat. abstraksi,
mengungkapkan
Peserta didik gagasan atau ide,
mengkaji kategori menghargai pendapat
informasi publik dan orang lain
privat.
Peserta didik
mengetahui dampak
penyebaran informasi
privat di ruang publik.
Alat
Gunting
Bahan
Sarana dan Tidak dibutuhkan sarana dan prasarana khusus pada pertemuan ini.
Prasarana
Penilaian Diskusi
Referensi
https://literasidigital.id/books/modul-aman-bermedia-digital/
-
Proses Aktivitas Pembelajaran DSI-K-07-2
Tema: Informasi Publik dan Privat
Pembukaan
- Orientasi
1. Salam pembuka
2. Guru menanyakan ke peserta didik, informasi apa saja yang biasanya dibagikan
di media sosial yang dimiliki.
- Apersepsi
Banyak hal yang dibagikan di media sosial: pendapat, perasaan, data, informasi, dan
sebagainya. Apa yang diunggah, dibagikan, dan reaksi yang diberikan menjadi jejak
digital. Tidak semua orang paham bahwa informasi yang dibagikan tersebut memiliki
konsekuensi atau dampak. Dampaknya bisa menjadi hal positif atau negatif.
Pembelajaran hari ini akan membantu peserta didik memahami informasi yang
bersifat publik atau privat.
- Motivasi
Terdapat kasus-kasus muncul sebagai akibat seseorang tidak menjaga informasi
publik dan privat. Akun yang diretas, akun diambil alih orang lain, penipuan online,
dan sebagainya merupakan beberapa kasus yang dapat terjadi. Melalui
pembelajaran ini diharapkan peserta didik tahu jenis-jenis informasi publik dan
privat. Selain itu, peserta didik dapat mengamankan akun yang dimiliki sehingga
tidak menjadi korban kejahatan digital.
- Pemberian Acuan
Peserta didik mempelajari informasi yang bersifat publik, informasi yang bersifat
privat, dan dampak penyebaran informasi privat di ruang publik.
Inti
- Guru menanyakan ke peserta didik pertanyaan sebagai berikut:
1) Apa pentingnya melindungi identitas digital kita?
2) Apa saja contoh informasi privat yang harus kita jaga?
3) Apa risiko kalau informasi privat menyebar di ruang publik?
- Guru membuat di papan tulis dua kolom besar: informasi publik dan informasi privat.
- Guru menyediakan kartu-kartu yang bertuliskan jenis informasi (nama, alamat,
sekolah, jenis kelamin, dan sebagainya).
- Guru meminta peserta didik secara bergiliran untuk menempelkan kartu informasi
dan memilih ke papan tulis beserta penjelasannya mengapa ada di kolom publik
atau privat.
- Guru mengecek jawaban peserta didik dan koreksi jawaban yang dianggap belum
tepat.
- Guru menjelaskan jenis-jenis informasi yang termasuk publik dan privat.
- Guru menjelaskan mengapa informasi privat tidak boleh dibuka ke ruang publik dan
apa dampaknya.
Penutup
- Guru menanyakan ke peserta didik apa kesimpulan dari pembelajaran hari ini.
- Guru menekankan pentingnya peserta didik untuk menjaga jangan sampai informasi
privat masuk ke ruang publik dan terdapat bahaya yang menanti.
Identitas digital pada dasarnya adalah identitas seseorang sebagai pengguna platform
media digital (Monggilo, Kurnia, & Banyumurti, 2020). Terdapat dua jenis identitas
digital baik yang terlihat maupun tidak terlihat.
Identitas digital yang terlihat tidak selalu identik dengan identitas kita dalam kehidupan
nyata yang merupakan rangkuman karakteristik kita baik yang bersifat tetap maupun
tidak tetap (Monggilo, Kurnia, & Banyumurti, 2020). Identitas tetap berupa nama,
tempat lahir, tanggal lahir, jenis kelamin, dan nama orangtua dan biasanya tercatat di
berbagai kartu identitas seperti Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Sedangkan identitas tidak tetap misalnya pekerjaan, alamat tinggal, maupun
penampilan fisik seperti warna rambut yang bisa berubah dengan cepat dan biasanya
jarang tercatat di kartu identitas kecuali alamat tempat tinggal.
Dalam penggunaan dan pengelolaan data pribadi di platform digital, privasi bisa
dianggap sebagai hak kita sebagai pengguna media digital untuk memilih apakah data
pribadi kita akan diinformasikan pada pihak lain atau tidak (Monggilo, Kurnia, &
Banyumurti, 2020). Oleh karena itu, platform digital seperti media sosial, aplikasi
percakapan, lokapasar, maupun platform digital lainnya mempunyai tanggung jawab
untuk melindungi data diri penggunanya. Sebab tanpa persetujuan kita, data pribadi
kita di platform digital yang bocor adalah bukti sistem perlindungan data pribadi
penggunanya masih belum maksimal.
DSI-K07-3
Tema 3: Etika di Ruang Digital
Sub Tema -
Capaian Peserta didik mampu memahami ketersediaan data dan informasi lewat
Pembelajaran aplikasi media sosial, memahami keterbukaan informasi, memilih
Fase D informasi yang bersifat publik atau privat, menerapkan etika, dan
menjaga keamanan dirinya dalam masyarakat digital.
Pengalaman
Belajar
Bermakna, Pengalaman Berpikir Praktik Inti
Berpikir Belajar Bermakna Komputasional
Komputasional,
dan Praktik Inti Peserta didik Abstraksi, Mengenali dan
memberikan pengenalan pola mendefinisikan
pendapatnya tentang masalah,
pentingnya etis mengembangkan
bermedia digital. abstraksi,
mengungkapkan
Peserta didik gagasan atau ide,
memberikan penilaian menghargai pendapat
etika terhadap konten orang lain
media sosial.
Peserta didik
mengetahui dampak
konten niretika (tidak
beretika) di media
digital.
Alat
Bahan
Sarana dan Tidak dibutuhkan sarana dan prasarana khusus pada pertemuan ini.
Prasarana
Rubrik Penilaian
Penilaian Diskusi
Pembukaan
- Orientasi
1. Salam pembuka
2. Guru menanyakan ke peserta didik apakah pernah mendapatkan unggahan atau
berita yang membuatnya tidak nyaman? Tentang apa? Mengapa hal tersebut
membuatnya tidak nyaman?
- Apersepsi
Sopan santun adalah perilaku yang dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain
sehingga menimbulkan kenyamanan antar sesama. Sopan santun ini hendaknya
tidak hanya di dunia nyata, tapi juga di ruang digital.
- Motivasi
Peserta didik perlu untuk mengetahui bentuk perilaku etis di ruang digital. Setelah
tahu hal tersebut, peserta didik dapat terhindar dari dampak buruk yang timbul dari
perilaku tidak etis. Pada beberapa kasus, perilaku tidak etis yang terjadi di dunia
digital memengaruhi kehidupan di dunia nyata.
- Pemberian Acuan
Peserta didik mempelajari bentuk etis di ruang digital, contoh konten tidak etis, dan
dampak perilaku tidak etis di ruang digital.
Inti
- Guru menanyakan hal-hal berikut kepada peserta didik:
1) Pernahkah mendapati konten yang tidak nyaman?
2) Apa dampak dari konten yang tidak etis?
3) Apa saja seharusnya yang menjadi etika bermedia digital?
- Guru memberikan lembar kerja yang berisi contoh-contoh unggahan dari media
sosial. Peserta didik diminta menjawab apakah unggahan tersebut termasuk etis
atau tidak beserta alasannya. Lembar kerja terlampir.
- Perwakilan peserta didik (4-5 orang) mempresentasikan hasil lembar kerjanya.
- Guru menjelaskan apa yang dimaksud dengan etika di ruang digital dan mengapa
hal tersebut penting.
- Guru menjelaskan dampak seseorang jika berperilaku tidak etis di ruang digital.
- Guru menyampaikan tips-tips netiket (tata krama di internet).
Penutup
- Peserta didik menyerahkan lembar kerja kepada guru.
- Guru menanyakan apa kesimpulan dari sesi yang telah dipelajari.
- Guru menekankan bahwa di ruang digital ada sopan santun yang hendaknya diikuti
bersama. Terdapat konsekuensi atau dampak dari perilaku kita yang tidak sopan.
Jika sikap kita sopan dan baik di ruang digital, maka akan datang peluang-peluang
atau kesempatan yang baik pula.
Lembar Kerja Peserta Didik
DSI-K07-3
Unggahan 1
Seseorang mengirimkan sebuah pesan kepada orang lain melalui aplikasi percakapan.
Poin diskusi: Apakah pesan yang dibuat ini sesuai etika atau tidak? Kalau tidak, mengapa?
Unggahan 2
Beredar di media sosial, sebuah foto seorang petugas kebersihan yang membersihkan kotoran yang m
Poin diskusi: Bagaimana tanggapanmu tentang hal ini? Apa etika yang dilanggar?
Unggahan 3
Sumber: https://twitter.com/n_izzah/status/1068754763934707712
Beredar sebuah unggahan di media sosial, seorang ibu hamil berdiri di kereta,
sedangkan beberapa pemuda duduk seolah tidak menghiraukan si ibu hamil. Banyak
yang menyebut sikap pemuda tersebut tidak pantas, karena seharusnya mereka
memberikan tempat duduknya kepada ibu hamil tersebut.
Poin diskusi: Bagaimana tanggapanmu tentang hal ini? Apakah narasi dan foto yang
ada di atas sudah mencerminkan situasi sebenarnya? Siapa yang melanggar dan etika
apa yang dilanggar?
Unggahan 4
Pada bulan Mei 2020, sebagian masyarakat Indonesia protes terhadap Dewan
Perwakilan Rakyat yang mengesahkan UU Cipta Kerja. Akun dprlive, seorang rapper
Korea, kemudian dibanjiri oleh komentar kemarahan dari warganet Indonesia yang
menolak UU Cipta Kerja.
Seorang remaja tewas terlindas truk di Banten ketika sedang membuat konten
menghentikan tiba-tiba sebuah truk yang sedang melaju.
Poin diskusi: Mengapa ada remaja yang membuat konten semacam ini? Apa dampak
kalau perbuatan seperti ini tidak dihentikan?
Unggahan 6
Sumber: https://twitter.com/CandraMalik/status/802129299738238976
Poin diskusi: Apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini?
Lembar Jawaban
Panduan Guru DSI-K07-3
Berisi penjelasan dan konteks atas unggahan konten media digital yang ada dalam
Lembar Kerja Peserta Didik.
Unggahan 1
Konteks: Pesan dengan huruf kapital semua tidak sesuai dengan etika bermedia digital
Unggahan 2
Beredar di media sosial, sebuah foto seorang petugas kebersihan yang membersihkan
kotoran yang menempel pada sepatu seorang remaja perempuan. Banyak komentar
hujatan terhadap remaja perempuan dalam foto ini.
Konteks:
Remaja perempuan ini menginjak kotoran ketika memasuki mal dan bertanya kepada
petugas kebersihan di mana letak keran air. Namun petugas kebersihan meminta
supaya ia saja yang membersihkan dan petugas kebersihan meminta supaya
sepatunya tidak perlu dilepas.
Jadi jangan terburu-buru mengambil kesimpulan dari informasi yang tidak utuh.
Jangan menghakimi dari sebuah gambar yang bisa jadi berbeda dengan fakta
sebenarnya.
Sumber: https://kalbar.suara.com/read/2022/06/13/122613/viral-petugas-kebersihan-
mall-bersihkan-sepatu-pengunjung-sambil-jongkok-wanda-ponika-beri-klarifikasi
Unggahan 3
Sumber: https://twitter.com/n_izzah/status/1068754763934707712
Beredar sebuah unggahan di media sosial, seorang ibu hamil berdiri di kereta dan
beberapa pemuda duduk seolah tidak menghiraukan si ibu. Banyak yang menyebut
sikap pemuda tersebut tidak pantas karena seharusnya mereka memberikan tempat
duduknya kepada ibu hamil tersebut.
Konteks: Foto ini diambil ketika awal ibu hamil berdiri di dekat pintu kereta dan para
pemuda itu belum menyadari kehadiran ibu hamil. Begitu pemuda itu tahu ada ibu
hamil yang berdiri mereka langsung memberikan tempat duduknya kepada ibu hamil.
Jadi yang tidak beretika adalah yang mengambil foto dan menyebarkannya ke media
sosial, dan hanya mengirimkan foto ketika ibu hamil masih berdiri, sedangkan foto
ketika ibu hamil sudah duduk tidak ikut disebarkan.
https://batam.tribunnews.com/2018/12/03/viral-foto-wanita-hamil-tak-diberi-tempat-
duduk-di-kereta-ternyata-ini-faktanya-pelaku-minta-maaf
Unggahan 4
Pada bulan Mei 2020, sebagian masyarakat Indonesia protes terhadap Dewan
Perwakilan Rakyat yang mengesahkan UU Cipta Kerja. Akun dprlive, seorang rapper
Korea, kemudian dibanjiri oleh komentar kemarahan dari warganet Indonesia yang
menolak UU Cipta Kerja.
Konteks: Akun dprlive yang merupakan rapper dari Korea Selatan tidak ada kaitannya
sama sekali dengan Dewan Perwakilan Rakyat, sehingga tidak pantas kalau
ketidakpuasan terhadap DPR dilampiaskan dengan mengirimkan komentar pedas atau
kasar terkait UU Cipta Kerja. Hal ini selain tidak etis, juga mempermalukan nama baik
masyarakat Indonesia.
Unggahan 5
Seorang remaja tewas terlindas truk di Banten ketika sedang membuat konten
menghentikan tiba-tiba sebuah truk yang sedang melaju.
Konteks: Remaja seringkali mencari cara supaya kontennya viral di media sosial.
Salah satunya adalah dengan mengikuti tantangan atau challenge, salah satunya yang
sangat berbahaya adalah tantangan menghentikan truk yang sedang melaju. Hal ini
sangat membahayakan si remaja sendiri maupun pengemudi truk. Dan terjadi
beberapa kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dan luka-luka. Remaja perlu
memahami bahwa konten digital harus dibuat dengan niat dan cara yang baik, tidak
boleh dengan cara yang merugikan dan membahayakan orang lain dan diri sendiri.
Unggahan 6
Sumber: https://twitter.com/CandraMalik/status/802129299738238976
Siberkreasi dan Deloitte (2020) merumuskan etika digital (digital ethics) adalah
kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat etika dan etiket yang perlu diikuti pengguna internet. Menurut K. Bertens
(2014) etika adalah sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Etiket didefinisikan
sebagai tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat
(Pratama, 2014). Jadi, etiket berlaku jika individu berinteraksi atau berkomunikasi
dengan orang lain. Sementara etika berlaku meskipun individu sendirian (Kusumastuti
dkk, 2021). Hal lain yang membedakan etika dan etiket adalah bentuk. Etika pasti
tertulis, misal kode etik Jurnalistik, sedangkan etiket tidak tertulis (konvensi).
Diungkapkan oleh Pane (2016) dalam Kusumastuti (2021) bahwa forum digital juga
mempunyai aturan dan tata tertib tertentu yang menyangkut batasan dan cara yang
terbaik dalam memanfaatkan fasilitas internet. Di dunia digital dikenal dengan Netiket
(Network Etiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan Internet. Hal paling
mendasar dari netiket adalah kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi
dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekadar dengan deretan karakter
huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya (Ibid, 2016).