Supervisor:
Ketua:
Anggota:
Rusmilawati, M.Pd
1. Sulaiman ,M.Pd
2. Muliadi,S.Pd, M.Cs
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku
Dayak Meratus dapat terselesaikan.
Penyusunan model ini sebagai upaya untuk membantu para tutor dalam melaksanakan
pembelajaran Keaksaraan Dasar pada Komunitas Adat Terpencil. Karena keberhasilan
penyelenggaraan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tutor yang bersangkutan.
Diharapkan dengan tersusunnya Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku
Dayak Meratus ini selain memudahkan tutor melaksanakan pembelajaran, dapat
memudahan peserta didik dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan
dalam pendidikan keaksaraan dasar.
Saran dan kritik untuk perbaikan model ini masih diharapkan. Kami juga sampaikan
terimakasih atas bantuan semua pihak dalam menyusun model ini. Selanjutnya semoga
Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar Berbasis
Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku Dayak Meratus ini dapat
bermanfaat bagi tutor dalam menjamin mutu pembelajaran.
2
DAFTAR ISI
BAB II ............................................................................................................................... 9
KONSEP MODEL................................................................................................................ 9
A. Pengertian...................................................................................................................... 9
B. Tujuan Model ............................................................................................................... 16
C. Karakteristik Model ...................................................................................................... 17
BAB IV ............................................................................................................................ 27
PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN ............................................................................. 27
A. Indikator Keberhasilan .................................................................................................. 27
B. Penjaminan Mutu ......................................................................................................... 27
BAB V ............................................................................................................................. 29
PENUTUP ....................................................................................................................... 29
Daftar Rujukan ............................................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Hal ini seperti dituangkan pada
amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan. Namun, karena berbagai kondisi sosial, ekonomi dan budaya
amanat tersebut tidak dapat terlaksana. Terbukti dengan masih banyaknya penduduk
yang buta aksara dan anak putus sekolah.
Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia mendukung kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Sejalan
dengan agenda tersebut, layanan pendidikan keaksaraan memegang peran strategis
dan penting. Hal ini karena pada tahun 2016 secara nasional masih terdapat sebesar
2,07% atau 3,9 juta orang penduduk usia 15-59 tahun buta aksara dan dua pertiga
diantaranya adalah perempuan (Susesnas BPS,2016). Program layanan pendidikan
keaksaraan ini diharapkan dapat menurunkan angka buta aksara di Indonesia.
4
Kecamatan Loksado pada tahun 2013 berjumlah 9.575 jiwa ( Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab. HSS,2013). Sedangkan Data Kependudukan di Desa Loklahung
Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu sungai Selatan (Sumber; Kepala desa Loklahung, 29
Oktober 2016), yaitu:
LK PR LK+PR
2 RT. 02 91 62 153 25
3 RT. 03 56 47 103 20
4 RT.04 37 33 70 18
5
kurikulum pendidikan keaksaraan dasar. Dengan adanya silabus, bahan ajar dan
penilaian yang tepat diharapkan mampu memberikan pengetahuan, keterampilan
sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan.
Hasil studi kelayakan menemukan masih banyaknya masyarakat yang buta aksara di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berjumlah 17.675 jiwa dengan realisasi
penuntasan buta aksara sampai tahun 2013 berjumlah 7.202 jiwa sehingga masih
terdapat 10.473 jiwa penduduk buta aksara (Dinas Pendidikan Kab. HSS). Mereka perlu
layanan program pendidikan keaksaraan, sehingga dapat membaca, menulis, berhitung
dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara kendala dalam pembelajaran adalah
masalah ketersediaan bahan ajar dimana bahan ajar yang tersedia adalah bahan ajar
terbitan tahun 2009 sehingga kurang sesuai dengan kompetensi keaksaraan yang
mengacu pada Permendikbud No.86 Tahun 2014. Sementara disisi lain, instrumen
penilaian sudah mengunakan kurikulum keaksaraan dasar yang mengacu pada
kurikulum 2013. Sehingga kurang sinkron antara bahan ajar yang tersedia dan penilaian
akhir program. Untuk itu dipandang perlu untuk menyusun bahan ajar keaksaraan dasar
bagi Komunitas Adat terpencil uku Dayak Meratus, apalagi dengan kondisi social budaya
komunitas yang khusus tersebut.
Dengan adanya Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan
Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Dayak Meratus
diharapkan dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang berbasis lokal dan berupa
kontek lokal sebagai upaya peningkatan keberaksaraan warga masyarakat sesuai
kebutuhan, kondisi, permasalahan, budaya dan karakteristik masyarakat sasaran
program pendidikan keaksaraan dasar pada komunitas adat terpencil (KD-KAT). Karena
bahan ajar yang dikembangkan untuk Suku Dayak Meratus, maka bahan ajar ditulis
dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Dayak Meratus. Diharapkan
dengan pemberdayaan melalui pembelajaran yang berbasis kearifan lokal Suku Dayak
Meratus akan meningkatkan kualitas dan taraf hidup Suku Dayak Meratus.
6
B. RUMUSAN MASALAH
C. DASAR HUKUM
7
D. TUJUAN
E. MANFAAT
8
BAB II
KONSEP MODEL
A. PENGERTIAN
9
c. Mampu menunjukkan sikap jujur dalam berkomunikasi dan berhitung pada
kehidupan sehari-hari.
a. Membaca suku kata dan kata yang terdiri atas huruf vokal dan konsonan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
b. Membaca lancar teks minimal 3 (tiga) kalimat sederhana dan memahami
isinya
c. Menulis kata dan kalimat sederhana yang berkaitan dengan kehidupan
sehari hari
d. Menulis teks personal tentang identitas diri
10
e. Menulis teks deskripsi tentang penggambaran sebuah objek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) dalam Bahasa Indonesia minimal 3 (tiga)
kalimat sederhana berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
f. Menulis teks informasi dalam bentuk poster menggunakan Bahasa
Indonesia
g. Menulis teks narasi minimal 3 (tiga) kalimat yang di dalamnya terdapat
kalimat majemuk berdasarkan gambar tunggal atau gambar seri
h. Menulis teks petunjuk/arahan tentang kehidupan sehari-hari minimal 3
(tiga) kalimat dengan atau tanpa bantuan gambar
i. Melakukan dan menggunakan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dalam kehidupan
sehari-hari
j. Mengukur dan menggunakan satuan ukuran panjang, jarak, berat, dan
waktu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta
menafsirkan hasil pengukuran.
2. Kajian Tentang Bahan ajar
Bahan ajar merupakan media agar peserta didik dapat mengalami, menghayati,
mengolah, mengungkapkan, menyimpulkan dan menerapkan materi-materi yang
telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, juga segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu tutor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Bahan belajar yang baik dalam pendidikan keaksaraan (Ditjen Dikmas,
Depdiknas, 2006) perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. membangkitkan motivasi belajar peserta didik
b. relevan dengan lingkungan dan kehidupan peserta didik
c. fungsional dan langsung bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Secara umum jenis bahan ajar biasanya terdiri atas handout, buku, modul, dan
belajar terprogram. Dalam pendidikan multikeaksaraan yang dimaksud dengan
bahan ajar adalah isi pesan yang menjadi materi belajar baik tulisan atau gambar
yang dituangkan dalam media tertentu misalnya dalam bentuk buku, poster,
leaflet dan sebagainya yang dapat digunakan oleh peserta didik.
Bentuk bahan belajar pendidikan keaksaraan dasar terdiri atas:
11
a. Tulisan seperti buku, brosur, leaflet, dan lain-lain
b. Gambar seperti poster, film, video, dan lain-lain
c. Alat peraga yaitu benda wujud nyata (alat dan bahan praktek)
d. Gabungan (kombinasi) tulisan-gambar-alat peraga, seperti buku bergambar, alat
dan bahan praktek.
a. sebagai alat bantu bagi tutor untuk membelajarkan materi pendidikan keaksaraan
dasar yang sesuai dengan kurikulum
b. sebagai alat bantu bagi peserta didik untuk menguasai pesan/materi
pembelajaran yang disampaikan oleh tutor.
12
ekonomi subsistem, serta terbatas akses pelayanan sosial dasar, ekonomi dan politik
dibandingkan oleh masyarakat umumnya.
Komunitas adat terpencil menurut Keppres No. 111 tahun 1999 menyebutkan
bahwa masyarakat adat khusus itu adalah kelompok orang yang hidup dalam
kesatuan-kesatuan wilayah yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau
belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.
Karena itu, menurut Keppres tersebut, Komunitas Adat terpencil berciri: (1)
Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen; (2) pranata sosialnya bertumpu
pada hubungan kekerabatan; (3) pada umumnya terpencil secara geografis dan
relatif sulit dijangkau; (4) pada umumnya masih hidup dalam sistem ekonomi
subsisten; (5) peralatan dan teknologi sederhana; (6) ketergantungan pada
lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; dan (7) terbatasnya
akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.
Komunitas Adat Khusus di Kalimantan selatan adalah di wilayah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (Suku Dayak Meratus) dan Kabupaten Balangan (Suku Dayak Halong).
Dapat disimpulkan kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para
leluhur dalam menyiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan
13
itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari
generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat
cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau
hukum setempat.
Kearifan lokal dayak adalah nilai-nilai budaya masyarakat suku dayak. Dayak sendiri
adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni
pedalaman yang mendiami pulau. Di Kalimantan Selatan ada Suku dayak Meratus di
kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Suku Dayak Dusun Balangan di Kabupaten
Balangan yang termasuk pada golongan Suku Dayak Ngaju. Kearifan lokal dayak
mencakup jenis mata pencaharian, upacara-upacara adat, tarian adat, banggunan
adat seperti balai adat sebagai tempat upacara adat, pertemuan warga, dan tempat
menyimpan benda tradisional yang digunakan untuk upacara adat.
Bahasa sehari-hari yang digunakan orang dayak ada berbagai bahasa dayak karena
pada suku dayak ada beragam suku atau komunitas adat. Bahasa yang banyak
digunakan oleh orang dayak adalah Bahasa Dayak Ngaju. Usup (2013:1) Dalam Tata
Bahasa Dayak Ngaju, menyatakan Dayak Ngaju dari kata dayak yang berarti sedikit
atau kecil dan ngaju berarti udik atau hulu. Dengan demikian diduga asal muasal
penutur Bahasa Dayak Ngaju berdiam di daerah hulu sungai terutama Sungai Kapuas,
Katingan, sungai Barito, Seruyan, Mentaya dan Kahayan.
b. Bahasa
Bahasa Melayu Bukit atau Bahasa Dayak Meratus merupakan salah satu bahasa
dalam rumpun Bahasa Austronesia yang dituturkan oleh Suku Dayak Bukit yang
mendiami daerah sepanjang pegunungan Meratus di Kalimantan selatan. Bahasa
Melayu Bukit ini merupakan bentuk arkhais (bahasa terdahulu) dari Bahasa
Banjar sebelum Bahasa Banjar sendiri mendapatkan pengaruh dari Bahasa Jawa.
Misalnya adanya kosakata ayying (air) yang sudah tidak ada lagi dalam Bahasa
Banjar dan digantikan dengan kata pinjaman banyu dari Bahasa Jawa.
14
c. Sistem Religi
Dalam sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Suku Dayak, terdapat
empat agama yaitu Islam, Kristen, Katolik dan, agama pribumi yaitu Kaharingan.
Agama Kaharingan tetap menjadi agama mayoritas yang sampai saat ini masih
dianut dan dihayati oleh Suku Dayak. Agama Kaharingan atau disebut pula
dengan Hindu Kaharingan merupakan kepercayaan tradisional Suku Dayak.
Secara etimologi, Kaharingan berarti tumbuh dan hidup. Agama Kaharingan juga
memiliki berapa kitab suci diantaranya yaitu Panuturan, talatah Basrah
(kumpulan doa-doa), Tara (kitab petunjuk tata cara meminta pertolongan
kepada Tuhan dengan upacara menabur beras).
Tempat ibadah dalam agama Kaharingan disebut Balai Basrah atau Balai
Kaharingan merupakan tempat utama bagi umat Hindu Kaharingan untuk
melakukan ibadah sembahyang.
d. Sistem mata pencaharian
Sistem mata pencaharian Suku Dayak secara keseluruhan dapat dikategorikan
dalam tiga hal yaitu bertani atau berladang, berburu dan menangkap ikan, serta
pegawai dan karyawan. Namun system mata pencaharian utama sekaligus paling
utama bagi Suku Dayak adalah bertani dan berburu.
e. Tradisi dan Ritual Keagamaan
Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Sedangkan Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama
untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa
juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam
ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan.
Salah satu ritual keagamaan yang menjadi tradisi masyarakat adat dayak di
Kalimantan Selatan yang sangat terkenal bahkan menjadi tujuan wisata adalah
aruh adat. Aruh adat diartikan sebagai upacara adat, ada berupa aruh ganal.
Aruh ganal dapat dilaksanakan sampai 7 hari 7 malam. Aruh ganal bagi
15
masyarakat adat suku dayak adalah sebagai rasa syukur atas panen yang sudah
mereka laksanakan dan sebagai awal untuk memulai kembali bercocok tanam.
Dalam aruh ganal terdapat serangkaian kegiatan mulai dari tari-tarian sampai
dengan acara persembahan.
f. Sistem sosial
Sistem kekerabatan adalah gabungan patrilineal dan matrilineal atau system
kekerabatan bilateral. Bagi Suku Dayak tidak ada perbedaan dalam pembagian
warisan bagi anak laki-laki dan perempuan, yang berbeda di wilayah pembagian
tugas saja. Suku Dayak biasa tinggal satu rumah (balai), bagi mereka yang belum
memiliki rumah. Jika sudah mampu membuat rumah mereka akan keluar dari
balai tersebut.
Sistem perjodohan sudah semakin lentur karena setiap anak diberikan
kebebasan dalam menentukan teman hidupnya. Dalam hal ini jenis perkawinan
yang dilarang adalah perkawinan dengan golongan keluarga sendiri, yaitu
saudara sekandung (incest), saudara sepupu dari garis keturunan ayah
(patriparalel cousin)
g. Kondisi Geografis
B. TUJUAN MODEL
16
Dayak Meratus) yang dilengkapi dengan perangkat pembelajaran seperti silabus,
panduan pembelajaran, bahan ajar dan panduan penilaian .
C. KARAKTERISTIK MODEL
1. Produk model berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, panduan
pembelajaran, bahan ajar, dan panduan penilaian untuk program pendidikan keaksaraan
dasar bagi Komunitas Adat Khusus (Suku Dayak Meratus).
2. Silabus, panduan pembelajaran, bahan ajar dan panduan penilaian yang disusun
berkontek lokal yaitu kearifan lokal Suku Dayak Meratus.
3. Silabus dan bahan ajar memanfaatkan permasalahan, kondisi dan potensi lingkungan
sekitar sasaran program untuk dijadikan sebagai bagian materi pembelajaran.
4. Bahan ajar dalam bentuk buku cetak yang ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Dayak
Meratus (sebagai bahasa Suku Dayak Meratus), dan Bahasa Indonesia .
5. Dengan model ini diharapkan peserta didik pendidikan keaksaraan dasar tidak sekedar
belajar tetapi bisa memperbaiki kehidupannya dengan memanfaatkan materi
pembelajaran yang diberikan.
17
Alur pengembangan model :
s
Pengembangan silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian pendidikan keaksaraan
berbasis kearifan lokal pada komunitas adat khusus Suku
Dayak Meratus
18
BAB III
a. Pembelajaran KD-KAT
Skema pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar pada
Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) berbasis kearifan lokal pada Komunitas Adat Khusus
(KAT) Suku Dayak Meratus, meliputi langkah berikut ini:
POTENSI DAN
KURIKULUM PROGRAM IDENTIFIKASI STRUKTUR TEMA/MATERI PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
LOKAL
KEAKSARAAN DASAR
19
A. TUJUAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR
C. KURIKULUM
Kurikulum yang digunakan berbasis pada konteks lokal, desain lokal, partisipatif, dan
bermanfaat bagi peserta didik. Dengan jumlah jam pelajaran @ 60 menit adalah 114
jam pelajaran yang terdiri atas keterampilan membaca dan menulis 80 jam dan
keterampilan berhitung sebanyak 34 jam dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar
Kurikulum pendidikan keaksaraan dasar terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
1. Kompetensi Inti 1 (sikap) : Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-
masing sehingga dapat berperilaku dan memiliki etika sebagai warga masyarakat
yang baik
20
2. Kompetensi Inti 2 (pengetahuan) : Menguasai pengetahuan faktual tentang cara
mendengar, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia, serta
berhitung untuk menyelesaikan masalah sehari-hari
21
kalimat sederhana dan memahami isinya
3 Menulis kata dan kalimat sederhana yang
berkaitan denga kehidupan sehari-hari
4 Menulis teks personal tentang identitas diri
5 Menulis teks deskripsi tentang
penggambaran seuah obyek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) dalam
bahasa Indonesia minimal 3 (tiga) kalimat
sederhana berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
6 Menulis teks informasi dalam bentuk
poster menggunakan bahasa Indonesia
22
Ruang lingkup bahan ajar dalam program pendidikan keaksaraan dasar pada komunitas
adat terpencil meliputi tema ekonomi, kesehatan dan siklus hidup dan ritual.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diuraikan di atas
dengan rincian sebagai berikut:
STRUKTUR TEMA BAHAN AJAR
23
3.9 Melakukan dan menggunakan
operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan sampai dua
angka dalam kehidupan sehari- hari
24
2.3 Mengenal teks deskripsi tentang
penggambaran sebuah objek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) minimal
dalam 3 (tiga) kali- mat yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
25
4. Memilih kompetensi inti, kompetensi dasar dan idikator pencapaian kompetensi
dengan cara membuat pemetaan kompetensi yang relevan dengan
tema/subtema terpilih.
5. Memilih dan menetapkan materi pembelajaran
6. Merumuskan variasi dan garis besar kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi.
7. Alokasi waktu disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan peserta didik.
8. Merumuskan garis besar penilaian
9. Sumber belajar yang meliputi bahan ajar (buku, modul) alat, media, sarana
pembelajaran, sumber alam dan social serta lainnya.
26
BAB IV
A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku
Dayak Meratus adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya perangkat pembelajaran berupa silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian untuk pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas
Adat Terpencil Suku Dayak Meratus.
2. Terpakainya perangkat pembelajaran berupa silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian untuk pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas
Adat Terpencil Suku Dayak Meratus.
3. Peserta didik dapat memahami isi bahan ajar dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pendidik dapat mengunakan instrument penilaian pembelajaran untuk menilai
keberhasilan pembelajaran.
B. PENJAMINAN MUTU
1. Unsur-unsur
Unsur-unsur yang menjadi penjamin mutu penyusunan model silabus dan bahan ajar
antara lain adalah:
NO UNSUR MODEL
1 Tutor Keterlaksanaan, kepraktisan model
2 Penyelenggara Keterlaksanaan, kepraktisan model
3 Peserta didik Mudah dipahami dan diterapkan
4 Pengguna Model Adaptif yaitu adanya kesesuaian antara
model dan perangkat model dengan
permasalahan yang dihadapi kelompok
sasaran
5 Pengambil Kebijakan Keinovasian model, berkualitas, memiliki
kelogisan struktur model.
27
2. Bentuk Penjaminan Mutu
Bentuk-bentuk penjaminan mutu antara lain:
a. Evaluasi bahan ajar
Kesesuaian bahan ajar dengan Permendikbud Nomor: 86 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan dasar.
Kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan peserta didik
Kesesuaian bahan dengan kearifan lokal dan budaya lokal
Keterpakaian bahan ajar pada kegiatan pembelajaran keaksaraan dasar
Memberi kemudahan bagi tutor untuk mendapatkan bahan ajar keaksaraan
dasar yang menggunakan bahasa Dayak Meratus.
Meningkatkan hasil belajar peserta didik keaksaraan dasar.
b. Evaluasi Panduan Penilaian
Kesesuaian penilaian dengan Permendikbud Nomor: 86 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan dasar.
Keterpakaian penilaian pada kegiatan pembelajaran keaksaraan dasar.
Memberi kemudahan bagi tutor untuk melaksanakan penilaian keaksaraan
dasar yang menggunakan bahasa Dayak Meratus.
Meningkatkan hasil belajar peserta didik keaksaraan dasar.
c. Pendampingan penyelenggaraan program
Keberlanjutan program pembelajaran.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik.
28
BAB V
PENUTUP
Pendidikan Keaksaraan Dasar Pada Komunitas Adat Terpencil adalah layanan pendidikan
pada warga masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, Berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang untuk
aktualisasi potensi diri pada komunitas adat terpencil/khusus. Sesuai dengan Permendikbud
no 86 tahun 2014 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar
dijelaskan bahwa desain pembelajaran sebaiknya berkonteks lokal. Pembelajaran yang
berkonteks lokal akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang diprasyaratkan.
Bahan ajar merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan program pendidikan
keaksaraan dasar. Dengan bahan ajar yang sesuai dengan standar kurikulum akan
menghantarkan peserta didik untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Menyiapkan
bahan ajar adalah tanggung jawab pendidik yang dianggap sulit. Oleh karena itu diharapkan
dengan adanya pengembangan model ini diharapkan memudahkan pengelola, dan tutor
dalam menyelengarakan program pendidikan pada komunitas adat suku dayak meratus.
Bahan dikembangkan didesain lokal dengan memanfaatkan potensi, budaya, permasalahan
dan kondisi lingkungan sekitar sasaran program yang ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa dayak sehingga diharapkan memudahkan peserta didik memahami
materi pembelajaran dan bisa memanfaatkan isi materi dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Bahan ajar ini disusun berdasarkan kearifan local dan budaya lokal komunitas adat khusus
suku Dayak, sehingga pemakaian bahan ajar ini masih terbatas pada wilayah suku Dayak di
Kalimantan selatan.
29
DAFTAR RUJUKAN
Andi Prastowo. 2014 Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group
Buchari Alma. 2008. Manajemen Cooperate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan (Fokus
Pada Mutu dan Layanan Prima). Bandung. Alfabeta.
Depdiknas, 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas); Beserta Penjelasannya. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Gomes, Faustino Cardoso. 2003 Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Andi
Offset.
T.Hani Handoko. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogjakarta. BPFE.
30