Anda di halaman 1dari 31

MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEAKSARAAN DASAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA KOMUNITAS


ADAT TERPENCIL (KAT) SUKU DAYAK MERATUS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2017
MODEL PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (KAT)

SUKU DAYAK MERATUS


Penanggung jawab:

Rony Gunarso, M.M.Pd

Supervisor:

Achmad Khusaini, M.Pd

Ketua:

Dra. Nunung Nurazizah, M.Pd

Anggota:

Rusmilawati, M.Pd

Wulan Surandika, S.Pd

Tim Teknis Subtansi dan Teknis Pengembangan Model

1. Sulaiman ,M.Pd
2. Muliadi,S.Pd, M.Cs

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT
KALIMANTAN SELATAN
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku
Dayak Meratus dapat terselesaikan.
Penyusunan model ini sebagai upaya untuk membantu para tutor dalam melaksanakan
pembelajaran Keaksaraan Dasar pada Komunitas Adat Terpencil. Karena keberhasilan
penyelenggaraan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tutor yang bersangkutan.
Diharapkan dengan tersusunnya Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku
Dayak Meratus ini selain memudahkan tutor melaksanakan pembelajaran, dapat
memudahan peserta didik dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan
dalam pendidikan keaksaraan dasar.
Saran dan kritik untuk perbaikan model ini masih diharapkan. Kami juga sampaikan
terimakasih atas bantuan semua pihak dalam menyusun model ini. Selanjutnya semoga
Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar Berbasis
Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) Suku Dayak Meratus ini dapat
bermanfaat bagi tutor dalam menjamin mutu pembelajaran.

Banjarbaru, November 2017

Kepala BP-PAUD dan Dikmas


Kalimantan Selatan

Rony Gunarso, M.M.Pd


NIP 196007161984011001

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. 2


BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 7
C. Dasar Hukum .................................................................................................................. 7
D. Tujuan ............................................................................................................................ 8
E. Manfaat ......................................................................................................................... 8

BAB II ............................................................................................................................... 9
KONSEP MODEL................................................................................................................ 9
A. Pengertian...................................................................................................................... 9
B. Tujuan Model ............................................................................................................... 16
C. Karakteristik Model ...................................................................................................... 17

BAB III ............................................................................................................................ 19


PENGEMBANGAN Pembelajaran KD-KAT ........................................................................ 19
Langkah Pengembangan Pembelajaran ........................................................................... 19
A. Tujuan Pendidikan KEAKSARAAN DASAR ....................................................................... 20
B. Pemetaan Standar Kompetensi Lulusan ........................................................................ 20
C. Kurikulum .................................................................................................................... 20
D. Identifikasi Struktur Tema/Materi ................................................................................. 22

BAB IV ............................................................................................................................ 27
PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN ............................................................................. 27
A. Indikator Keberhasilan .................................................................................................. 27
B. Penjaminan Mutu ......................................................................................................... 27

BAB V ............................................................................................................................. 29
PENUTUP ....................................................................................................................... 29
Daftar Rujukan ............................................................................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan merupakan hak asasi setiap manusia. Hal ini seperti dituangkan pada
amanat Undang-Undang Dasar 1945 bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan. Namun, karena berbagai kondisi sosial, ekonomi dan budaya
amanat tersebut tidak dapat terlaksana. Terbukti dengan masih banyaknya penduduk
yang buta aksara dan anak putus sekolah.
Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia mendukung kesempatan belajar
sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Sejalan
dengan agenda tersebut, layanan pendidikan keaksaraan memegang peran strategis
dan penting. Hal ini karena pada tahun 2016 secara nasional masih terdapat sebesar
2,07% atau 3,9 juta orang penduduk usia 15-59 tahun buta aksara dan dua pertiga
diantaranya adalah perempuan (Susesnas BPS,2016). Program layanan pendidikan
keaksaraan ini diharapkan dapat menurunkan angka buta aksara di Indonesia.

Menurut HM.Thamrin dalam sambutan Gubernur Kalimantan selatan pada


peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) tahun 2016 di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, berdasarkan data buta aksara tahun 2010, angka buta aksara untuk usia 15
tahun ke atas mencapai 144.500 orang dan mengalami penurunan signifikan tahun 2016
sejumlah 12.800 orang dan pada tahun 2017 diharapkan tinggal 31.000 orang. (Sumber;
Kalimantan Pos 15 desember 2016). Sedangkan jumlah buta aksara di Kabupaten
Balangan tahun 2015 usia 15-59 tahun berjumlah 1.483 dengan rincian laki-laki 678
orang dan perempuan 805 orang, yang sudah terlayani pendidikan keaksaraan dasar
pada taun 2016 berjumlah 1.050 dengan rincian laki-laki 180 orang dan perempuan 870
orang ( sumber; Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, 11 april 2017).

Jumlah penduduk di Kabupaten hulu sungai selatan berjumlah 256.075 jiwa,


sedangkan buta aksara di Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tahun 2010 sebanyak
9471 orang dan pada tahun 2016 yang buta aksara sebanyak 1973 orang (Data Dinas
pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tahun 2016). Jumlah Penduduk pada

4
Kecamatan Loksado pada tahun 2013 berjumlah 9.575 jiwa ( Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab. HSS,2013). Sedangkan Data Kependudukan di Desa Loklahung
Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu sungai Selatan (Sumber; Kepala desa Loklahung, 29
Oktober 2016), yaitu:

NO RT JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK

LK PR LK+PR

1 RT. 01 108 89 197 47

2 RT. 02 91 62 153 25

3 RT. 03 56 47 103 20

4 RT.04 37 33 70 18

Jumlah 292 231 523 110

Sedangkan agama yang dianut masyarakat desa Loklahung tempat penyelenggaraan


Pendidikan Keaksaraan Dasar Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) yaitu: Agama Islam 10
orang, Kristen, 10 orang, dan Kaharingan 503 orang.

Kabupaten Balangan dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan kabupaten di


Provinsi Kalimantan Selatan yang terdapat komunitas Dayak. Sedangkan Suku Dayak
Meratus banyak bertempat tinggal di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kecamatan
Loksado.
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar hendaknya sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 86 tahun
2014. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengelola program pendidikan
keaksaraan bahwa pengelola mengalami kesulitan dalam melaksanakan program
pendidikan keaksaraan dasar yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 86 tahun 2014. Oleh karena itu perlu upaya
untuk memudahkan pengelola program dalam menyelenggarakan pendidikan
keaksaraan dasar yang sesuai dengan kurikulum pendidikan keaksaraan dasar.
Salah satu pendukung agar pelaksanaan pendidikan keaksaraan dasar sesuai dengan
kurikulum adalah ketersediaan silabus, bahan ajar dan penilaian yang mengacu pada

5
kurikulum pendidikan keaksaraan dasar. Dengan adanya silabus, bahan ajar dan
penilaian yang tepat diharapkan mampu memberikan pengetahuan, keterampilan
sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan.
Hasil studi kelayakan menemukan masih banyaknya masyarakat yang buta aksara di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang berjumlah 17.675 jiwa dengan realisasi
penuntasan buta aksara sampai tahun 2013 berjumlah 7.202 jiwa sehingga masih
terdapat 10.473 jiwa penduduk buta aksara (Dinas Pendidikan Kab. HSS). Mereka perlu
layanan program pendidikan keaksaraan, sehingga dapat membaca, menulis, berhitung
dan berdaya dalam kehidupan sehari-hari. Diantara kendala dalam pembelajaran adalah
masalah ketersediaan bahan ajar dimana bahan ajar yang tersedia adalah bahan ajar
terbitan tahun 2009 sehingga kurang sesuai dengan kompetensi keaksaraan yang
mengacu pada Permendikbud No.86 Tahun 2014. Sementara disisi lain, instrumen
penilaian sudah mengunakan kurikulum keaksaraan dasar yang mengacu pada
kurikulum 2013. Sehingga kurang sinkron antara bahan ajar yang tersedia dan penilaian
akhir program. Untuk itu dipandang perlu untuk menyusun bahan ajar keaksaraan dasar
bagi Komunitas Adat terpencil uku Dayak Meratus, apalagi dengan kondisi social budaya
komunitas yang khusus tersebut.
Dengan adanya Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan
Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku Dayak Meratus
diharapkan dapat mendukung kegiatan pembelajaran yang berbasis lokal dan berupa
kontek lokal sebagai upaya peningkatan keberaksaraan warga masyarakat sesuai
kebutuhan, kondisi, permasalahan, budaya dan karakteristik masyarakat sasaran
program pendidikan keaksaraan dasar pada komunitas adat terpencil (KD-KAT). Karena
bahan ajar yang dikembangkan untuk Suku Dayak Meratus, maka bahan ajar ditulis
dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Dayak Meratus. Diharapkan
dengan pemberdayaan melalui pembelajaran yang berbasis kearifan lokal Suku Dayak
Meratus akan meningkatkan kualitas dan taraf hidup Suku Dayak Meratus.

6
B. RUMUSAN MASALAH

Masalah utama dalam pengembangan model ini adalah “ Bagaimana perangkat


pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas Adat Terpencil Suku Dayak
Meratus yang berbasis kearifan lokal dan sesuai dengan kompetensi keaksaraan dasar
yang mengacu pada Permendikbud No.86 Tahun 2014?”

C. DASAR HUKUM

1. Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


2. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Pemberantasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan
Buta Aksara (GNP-PWB/PBA)
3. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 15 Tahun 2010, tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka
Kreditnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 13 tahun 2015 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 36 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 39 Tahun 2013, tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Pamong Belajar dan Angka Kreditnya;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 tahun
2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 69 tahun 2015 tanggal 28
Desember 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.
8. DIPA BP-PAUD dan Dikmas Kalimantan Selatan tahun 2017

7
D. TUJUAN

Tujuan pengembangan model ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran


pendidikan keaksaraan pada komunitas adat terpencil (KD-KAT) berupa silabus,
panduan pembelajaran, bahan ajar dan panduan penilaian pada pendidikan keaksaraan
dasar berbasis kearifan lokal pada Komunitas Adat Khusus Suku Dayak Meratus.

E. MANFAAT

1. Bagi Direktorat Pembinaan Pendidikan Kesetaraan dan Keaksaraan, sebagai masukan


dalam rangka pembinaan pembelajaran program pendidikan keaksaraan dasar.
2. Bagi Pengelola dan Pendidik program pendidikan keaksaraan dasar baik di PKBM
maupun SKB, sebagai acuan serta memberikan kemudahan dalam melaksanakan
pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar.

8
BAB II

KONSEP MODEL

A. PENGERTIAN

1. Pendidikan Keaksaraan Dasar


Pendidikan keaksaraan memiliki fungsi strategis untuk memenuhi hak pendidikan
dasar bagi warga negara, pendidikan keaksaraan dasar sebagai gerakan dengan
konsep pemberantasan buta huruf (PBH) dan sebagai peningkatan mutu layanan.
Mengacu Permendikbud nomor 86 tahun 2014 tentang penyelenggaraan
pendidikan keaksaraan dasar meliputi ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ditetapkan, capaian hasil
belajar bagi lulusan pendidikan keaksaraan dasar yaitu:
a. Ranah sikap, memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang
beriman dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan lingkungan
keluarga, masyarakat, dan alam dalam kehidupan sehari-hari.
b. Ranah pengetahuan, menguasai pengetahuan faktual, tentang cara
berkomunikasi melalui Bahasa Indonesia dan berhitung dalam hidup
bermasyarakat.
c. Ranah keterampilan, memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia
dan keterampilan berhitung untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat.

Program pendidikan keaksaraan dasar ini dilaksanakan dengan alokasi waktu


minimal 114 jam pelajaran @60 menit yang terdiri atas keterampilan membaca dan
menulis sebanyak 80 jam dan keterampilan berhitung sebanyak 34 jam.

Kompetensi dasar pendidikan keaksaraan dasar pada dimensi sikap meliputi:

a. Mampu melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-


masing.
b. Mampu menunjukkan sikap santun dalam berkomunikasi dan taat pada
aturan yang disepakati.

9
c. Mampu menunjukkan sikap jujur dalam berkomunikasi dan berhitung pada
kehidupan sehari-hari.

Kompetensi dasar pendidikan keaksaraan dasar pada dimensi pengetahuan


meliputi:

a. Menguasai teknik membaca.


b. Mengenal teks personal tentang identitas diri.
c. Mengenal teks deskripsi minimal 3 (tiga) kalimat sederhana yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
d. Mengenal teks informasi sederhana dalam bentuk poster yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
e. Mengenal teks narasi pendek minimal 3 (tiga) kalimat sederhana yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
f. Mengenal teks petunjuk/arahan minimal 3 (tiga) kalimat yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
g. Mengenal bilangan (1-1000), uang, dan operasinya dalam kehidupan sehari-
hari.
h. Mengenal dan membaca satuan panjang, berat, isi, dan waktu yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kompetensi dasar pendidikan keaksaraan dasar pada dimensi keterampilan


meliputi:

a. Membaca suku kata dan kata yang terdiri atas huruf vokal dan konsonan
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
b. Membaca lancar teks minimal 3 (tiga) kalimat sederhana dan memahami
isinya
c. Menulis kata dan kalimat sederhana yang berkaitan dengan kehidupan
sehari hari
d. Menulis teks personal tentang identitas diri

10
e. Menulis teks deskripsi tentang penggambaran sebuah objek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) dalam Bahasa Indonesia minimal 3 (tiga)
kalimat sederhana berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
f. Menulis teks informasi dalam bentuk poster menggunakan Bahasa
Indonesia
g. Menulis teks narasi minimal 3 (tiga) kalimat yang di dalamnya terdapat
kalimat majemuk berdasarkan gambar tunggal atau gambar seri
h. Menulis teks petunjuk/arahan tentang kehidupan sehari-hari minimal 3
(tiga) kalimat dengan atau tanpa bantuan gambar
i. Melakukan dan menggunakan operasi penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dalam kehidupan
sehari-hari
j. Mengukur dan menggunakan satuan ukuran panjang, jarak, berat, dan
waktu yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta
menafsirkan hasil pengukuran.
2. Kajian Tentang Bahan ajar
Bahan ajar merupakan media agar peserta didik dapat mengalami, menghayati,
mengolah, mengungkapkan, menyimpulkan dan menerapkan materi-materi yang
telah diajarkan dalam kehidupan sehari-hari, juga segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu tutor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Bahan belajar yang baik dalam pendidikan keaksaraan (Ditjen Dikmas,
Depdiknas, 2006) perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. membangkitkan motivasi belajar peserta didik
b. relevan dengan lingkungan dan kehidupan peserta didik
c. fungsional dan langsung bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Secara umum jenis bahan ajar biasanya terdiri atas handout, buku, modul, dan
belajar terprogram. Dalam pendidikan multikeaksaraan yang dimaksud dengan
bahan ajar adalah isi pesan yang menjadi materi belajar baik tulisan atau gambar
yang dituangkan dalam media tertentu misalnya dalam bentuk buku, poster,
leaflet dan sebagainya yang dapat digunakan oleh peserta didik.
Bentuk bahan belajar pendidikan keaksaraan dasar terdiri atas:

11
a. Tulisan seperti buku, brosur, leaflet, dan lain-lain
b. Gambar seperti poster, film, video, dan lain-lain
c. Alat peraga yaitu benda wujud nyata (alat dan bahan praktek)
d. Gabungan (kombinasi) tulisan-gambar-alat peraga, seperti buku bergambar, alat
dan bahan praktek.

Kegunaan bahan ajar dalam pendidikan keaksaraan dasar adalah:

a. sebagai alat bantu bagi tutor untuk membelajarkan materi pendidikan keaksaraan
dasar yang sesuai dengan kurikulum
b. sebagai alat bantu bagi peserta didik untuk menguasai pesan/materi
pembelajaran yang disampaikan oleh tutor.

Bahan ajar pendidikan keaksaraan dasar dikembangkan dengan maksud:


a. Memperkuat kemampuan keaksaraan peserta didik;
b. Memberikan akses/kemudahan peserta didik dalam memperoleh informasi;
c. Mengembangkan kesadaran kritis peserta didik;
d. Membentuk sikap mental rasional/logis, dan ilmiah peserta didik;
e. Berorientasi pada nilai, sikap mental, dan keterampilan yang diinginkan;
f. Memberikan hiburan pada peserta didik.
Jadi bahan ajar keaksaraan dasar adalah media yang digunakan oleh tutor dan
peserta didik dalam pembelajaran keaksaraan dasar yang disesuaikan dengan
budaya lokal masyarakat adat terpencil dengan menggunakan pendekatan bahasa
ibu (Bahasa Dayak Meratus).
3. Komunitas Adat Khusus
Komunitas adat khusus merupakan suatu komunitas adat yang khusus, pada awalnya
dahulu dikenal sebagai komunitas adat terpencil yang berarti kelompok sosial
budaya yang bersifat lokal dan tertinggal, hidup berpencar, relatif homogen dan
terbuka namun masih berpegang teguh pada adat, berada pada kondisi geografis
yang sulit dijangkau dan penghidupannya tergantung kepada sumber daya alam
setempat dengan menggunakan peralatan teknologi yang sederhana, sistem

12
ekonomi subsistem, serta terbatas akses pelayanan sosial dasar, ekonomi dan politik
dibandingkan oleh masyarakat umumnya.

Komunitas adat terpencil menurut Keppres No. 111 tahun 1999 menyebutkan
bahwa masyarakat adat khusus itu adalah kelompok orang yang hidup dalam
kesatuan-kesatuan wilayah yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau
belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial, ekonomi, maupun politik.
Karena itu, menurut Keppres tersebut, Komunitas Adat terpencil berciri: (1)
Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen; (2) pranata sosialnya bertumpu
pada hubungan kekerabatan; (3) pada umumnya terpencil secara geografis dan
relatif sulit dijangkau; (4) pada umumnya masih hidup dalam sistem ekonomi
subsisten; (5) peralatan dan teknologi sederhana; (6) ketergantungan pada
lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat relatif tinggi; dan (7) terbatasnya
akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.
Komunitas Adat Khusus di Kalimantan selatan adalah di wilayah Kabupaten Hulu
Sungai Selatan (Suku Dayak Meratus) dan Kabupaten Balangan (Suku Dayak Halong).

4. Kearifan Lokal Suku Dayak Meratus


a. Kearifan Lokal

Masing-masing suku memiliki kearifan lokal sendiri. Kearifan lokal merupakan


sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu (budaya lokal) dan
mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu (masyarakat lokal). Dengan
kata lain, kearifan lokal ada pada budaya lokal (local culture). Budaya lokal disebut
juga budaya daerah. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2007 pasal 1 mendefinisikan budaya daerah sebagai “suatu sistem nilai yang dianut
oleh komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di daerah, yang diyakini akan
dapat memenuhi harapan-harapan warga masyarakatnya dan di dalamnya terdapat
nilai-nilai, sikap tatacara masyarakat yang diyakini dapat memenuhi kehidupan
warga masyarakatnya”.

Dapat disimpulkan kearifan lokal adalah pengetahuan yang dikembangkan oleh para
leluhur dalam menyiasati lingkungan hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan

13
itu sebagai bagian dari budaya dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari
generasi ke generasi. Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat
cerita-cerita, legenda-legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau
hukum setempat.

Kearifan lokal dayak adalah nilai-nilai budaya masyarakat suku dayak. Dayak sendiri
adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni
pedalaman yang mendiami pulau. Di Kalimantan Selatan ada Suku dayak Meratus di
kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Suku Dayak Dusun Balangan di Kabupaten
Balangan yang termasuk pada golongan Suku Dayak Ngaju. Kearifan lokal dayak
mencakup jenis mata pencaharian, upacara-upacara adat, tarian adat, banggunan
adat seperti balai adat sebagai tempat upacara adat, pertemuan warga, dan tempat
menyimpan benda tradisional yang digunakan untuk upacara adat.

Bahasa sehari-hari yang digunakan orang dayak ada berbagai bahasa dayak karena
pada suku dayak ada beragam suku atau komunitas adat. Bahasa yang banyak
digunakan oleh orang dayak adalah Bahasa Dayak Ngaju. Usup (2013:1) Dalam Tata
Bahasa Dayak Ngaju, menyatakan Dayak Ngaju dari kata dayak yang berarti sedikit
atau kecil dan ngaju berarti udik atau hulu. Dengan demikian diduga asal muasal
penutur Bahasa Dayak Ngaju berdiam di daerah hulu sungai terutama Sungai Kapuas,
Katingan, sungai Barito, Seruyan, Mentaya dan Kahayan.

b. Bahasa
Bahasa Melayu Bukit atau Bahasa Dayak Meratus merupakan salah satu bahasa
dalam rumpun Bahasa Austronesia yang dituturkan oleh Suku Dayak Bukit yang
mendiami daerah sepanjang pegunungan Meratus di Kalimantan selatan. Bahasa
Melayu Bukit ini merupakan bentuk arkhais (bahasa terdahulu) dari Bahasa
Banjar sebelum Bahasa Banjar sendiri mendapatkan pengaruh dari Bahasa Jawa.
Misalnya adanya kosakata ayying (air) yang sudah tidak ada lagi dalam Bahasa
Banjar dan digantikan dengan kata pinjaman banyu dari Bahasa Jawa.

14
c. Sistem Religi
Dalam sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Suku Dayak, terdapat
empat agama yaitu Islam, Kristen, Katolik dan, agama pribumi yaitu Kaharingan.
Agama Kaharingan tetap menjadi agama mayoritas yang sampai saat ini masih
dianut dan dihayati oleh Suku Dayak. Agama Kaharingan atau disebut pula
dengan Hindu Kaharingan merupakan kepercayaan tradisional Suku Dayak.
Secara etimologi, Kaharingan berarti tumbuh dan hidup. Agama Kaharingan juga
memiliki berapa kitab suci diantaranya yaitu Panuturan, talatah Basrah
(kumpulan doa-doa), Tara (kitab petunjuk tata cara meminta pertolongan
kepada Tuhan dengan upacara menabur beras).
Tempat ibadah dalam agama Kaharingan disebut Balai Basrah atau Balai
Kaharingan merupakan tempat utama bagi umat Hindu Kaharingan untuk
melakukan ibadah sembahyang.
d. Sistem mata pencaharian
Sistem mata pencaharian Suku Dayak secara keseluruhan dapat dikategorikan
dalam tiga hal yaitu bertani atau berladang, berburu dan menangkap ikan, serta
pegawai dan karyawan. Namun system mata pencaharian utama sekaligus paling
utama bagi Suku Dayak adalah bertani dan berburu.
e. Tradisi dan Ritual Keagamaan
Tradisi atau kebiasaan (Latin: traditio, "diteruskan") adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Sedangkan Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama
untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa
juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam
ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan.
Salah satu ritual keagamaan yang menjadi tradisi masyarakat adat dayak di
Kalimantan Selatan yang sangat terkenal bahkan menjadi tujuan wisata adalah
aruh adat. Aruh adat diartikan sebagai upacara adat, ada berupa aruh ganal.
Aruh ganal dapat dilaksanakan sampai 7 hari 7 malam. Aruh ganal bagi

15
masyarakat adat suku dayak adalah sebagai rasa syukur atas panen yang sudah
mereka laksanakan dan sebagai awal untuk memulai kembali bercocok tanam.
Dalam aruh ganal terdapat serangkaian kegiatan mulai dari tari-tarian sampai
dengan acara persembahan.
f. Sistem sosial
Sistem kekerabatan adalah gabungan patrilineal dan matrilineal atau system
kekerabatan bilateral. Bagi Suku Dayak tidak ada perbedaan dalam pembagian
warisan bagi anak laki-laki dan perempuan, yang berbeda di wilayah pembagian
tugas saja. Suku Dayak biasa tinggal satu rumah (balai), bagi mereka yang belum
memiliki rumah. Jika sudah mampu membuat rumah mereka akan keluar dari
balai tersebut.
Sistem perjodohan sudah semakin lentur karena setiap anak diberikan
kebebasan dalam menentukan teman hidupnya. Dalam hal ini jenis perkawinan
yang dilarang adalah perkawinan dengan golongan keluarga sendiri, yaitu
saudara sekandung (incest), saudara sepupu dari garis keturunan ayah
(patriparalel cousin)
g. Kondisi Geografis

Kondisi geografis Suku Dayak Meratus berada di


bentangan pegunungan Meratus yang terletak antara 115035'55" sampai
115047'43" Bujur timur dan 02025'32" sampai 02035'26" Lintang selatan. Jarak
desa ke ibukota kecamatan 35 Km, Jarak desa ke ibukota Kab. 48 Km dan jarak
desa ke ibukota provinsi 231 Km. Oleh karena itu dikenal dengan Dayak Meratus.
Karena berada di wilayah bentangan pegunungan maka kondisi geografisnya
berupa pegunungan, perbukitan yang naik turun, terdapat aliran sungai.

B. TUJUAN MODEL

Tujuan utama pengembangan model ini adalah mengembangkan Perangkat


Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar pada Komunitas Adat Terpencil (Suku

16
Dayak Meratus) yang dilengkapi dengan perangkat pembelajaran seperti silabus,
panduan pembelajaran, bahan ajar dan panduan penilaian .

Tujuan khusus dalam pengembangan model ini adalah:

1. Memperkaya perangkat pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar dalam bentuk


silabus dan bahan ajar yang didesain berkontek lokal Suku Dayak Meratus.
2. Mengembangkan materi bahan ajar, panduan pembelajaran dan penilaian sehingga
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan yang mengacu pada
Permendikbud No. 86 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
Dasar.
3. Meningkatkan kualitas, efisiensi dan efektifitas pembelajaran, proses dan hasil
belajar pendidikan keaksaraan dasar.

C. KARAKTERISTIK MODEL
1. Produk model berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, panduan
pembelajaran, bahan ajar, dan panduan penilaian untuk program pendidikan keaksaraan
dasar bagi Komunitas Adat Khusus (Suku Dayak Meratus).
2. Silabus, panduan pembelajaran, bahan ajar dan panduan penilaian yang disusun
berkontek lokal yaitu kearifan lokal Suku Dayak Meratus.
3. Silabus dan bahan ajar memanfaatkan permasalahan, kondisi dan potensi lingkungan
sekitar sasaran program untuk dijadikan sebagai bagian materi pembelajaran.
4. Bahan ajar dalam bentuk buku cetak yang ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Dayak
Meratus (sebagai bahasa Suku Dayak Meratus), dan Bahasa Indonesia .
5. Dengan model ini diharapkan peserta didik pendidikan keaksaraan dasar tidak sekedar
belajar tetapi bisa memperbaiki kehidupannya dengan memanfaatkan materi
pembelajaran yang diberikan.

17
Alur pengembangan model :

Belum ada silabus, panduan pembelajaran, bahan belajar pendidikan keaksaraan


dasar, panduan peniaian berkonteks lokal

Program belum diselenggarakan di Pembelajaran belum sesuai kurikulum


komunitas adat khusus Suku Dayak
program, bahan ajar tidak berdesain
Meratus
kontek lokal

s
Pengembangan silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian pendidikan keaksaraan
berbasis kearifan lokal pada komunitas adat khusus Suku
Dayak Meratus

Uji Coba Konseptual Revisi Uji Coba operasional

Penyempurnaaan silabus, panduan pembelajaran, bahan ajar, dan panduan penilaian


berdasar efektivitas, efesiensi dan relevansi silabus dan bahan ajar, panduan pembelajaran
dan panduan penilaian

Menambah sarana pendukung, Memperbaiki dan Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar

18
BAB III

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KD-KAT

a. Pembelajaran KD-KAT
Skema pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar pada
Komunitas Adat Terpencil (KD-KAT) berbasis kearifan lokal pada Komunitas Adat Khusus
(KAT) Suku Dayak Meratus, meliputi langkah berikut ini:

Langkah Pengembangan Pembelajaran

TUJUAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

PEMETAAN KOMPETENSI PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

POTENSI DAN
KURIKULUM PROGRAM IDENTIFIKASI STRUKTUR TEMA/MATERI PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
LOKAL
KEAKSARAAN DASAR

RANCANGAN MATERI MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN


DASAR BERBASIS KEARIFAN LOKAL PADA KOMUNITAS ADAT TERPENCIL SUKU DAYAK
MERATUS

UJICOBA KONSEPTUAL, UJICOBA OPERASIONAL, EVALUASI


PRODUK DAN REVISI PRODUK

PRODUK SILABUS, PANDUAN PEMBELAJARAN,BAHAN AJAR,


DAN PANDUAN PENIALAIAN

19
A. TUJUAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


86 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar, yaitu
pemberantasan buta huruf dan memiliki literasi dalam segala bidang kehidupan

B. PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan dasar merupakan kualifikasi kemampuan


lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terdiri atas:
1. Memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan
bertanggung jawab dalam berinterksi dengan lingkungan keluarga, masyarakat dan
alam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menguasai pengetahuan faktual tentang cara berkomunikasi melalui Bahasa
Indonesia dan berhitung untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam kehidupan
keluarga dan bermasyarakat.
3. Mampu menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

C. KURIKULUM

Kurikulum yang digunakan berbasis pada konteks lokal, desain lokal, partisipatif, dan
bermanfaat bagi peserta didik. Dengan jumlah jam pelajaran @ 60 menit adalah 114
jam pelajaran yang terdiri atas keterampilan membaca dan menulis 80 jam dan
keterampilan berhitung sebanyak 34 jam dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar

Kurikulum pendidikan keaksaraan dasar terdiri atas kompetensi inti dan kompetensi
dasar yang mencakup ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan.
1. Kompetensi Inti 1 (sikap) : Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-
masing sehingga dapat berperilaku dan memiliki etika sebagai warga masyarakat
yang baik

20
2. Kompetensi Inti 2 (pengetahuan) : Menguasai pengetahuan faktual tentang cara
mendengar, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia, serta
berhitung untuk menyelesaikan masalah sehari-hari

3. Kompetensi Inti 3 (keterampilan) : mampu membaca, menulis dan berhitung untuk


mendukung aktifitas di lingkungan keluarga dan masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari.

KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD)


No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1 Dimensi sikap 1 Mampu melakukan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
2 Mampu menunjukkan sikap santun dalam
berkomunikasi dan taat pada aturan yang
disepakati
3 Mampu menunjukkan sikap jujur dalam
berkomunikasi dan berhitung pada
kehidupan sehari-hari.
2 Dimensi 1 Menguasai teknik membaca
Pengetahuan 2 Mengenal teks personal tentang identitas
diri
3 Mengenal teks deskripsi minimal 3 (tiga)
kalimat sederhana yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
4 Mengenal teks informal sederhana dalam
bentuk poster yang berkaitan dengan
kehidupan sehari hari
5 Mengenal teks narasi pendek minimal 3
(tiga) kalimat sederhana yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
6 Mengenal teks petunjuk/arahan minimal 3
(tiga) kalimat sederhana yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
7 Mengenal bilangan (1-1000), uang, dan
operasinya dalam kehidupan sehari-hari
8 Mengenal dan membaca satuan panjang,
berat, isi, dan waktu yang biasa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
1 Membaca suku kata yang terdiri atas huruf
3 Dimensi vocal dan konsonan berkaitan dengan
keterampilan kehidupan sehari-hari
2 Membaca lancer teks minimal 3 (tiga)

21
kalimat sederhana dan memahami isinya
3 Menulis kata dan kalimat sederhana yang
berkaitan denga kehidupan sehari-hari
4 Menulis teks personal tentang identitas diri
5 Menulis teks deskripsi tentang
penggambaran seuah obyek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) dalam
bahasa Indonesia minimal 3 (tiga) kalimat
sederhana berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
6 Menulis teks informasi dalam bentuk
poster menggunakan bahasa Indonesia

7 Menulis teks narasi minimal 3 (tiga) kalimat


yang di dalamnya terdapat kalimat
majemuk berdasarkan gambar tunggal atau
gambar seri

8 Menulis teks petunjulk/arahan tentang


kehidupan sehari-hari minimal 3 (tiga)
kalimat dengan atau tanpa bantuan gambar
9 Melakukan dan menggunakan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan sampai dua angka
dalam kehidupan sehari-hari
10 Memperkirakan atau membulatkan
hasilperhitungan dalam kehidupan sehari-
hari
11 Mengukur dan menggunakan satuan
ukuran panjang, jarak, berat, dan waktu
yang biasa digunakan dalamkehidupa
sehari-hari serta menafsirkan hasil
pengukuran

D. IDENTIFIKASI STRUKTUR TEMA/MATERI


Identifikasi struktur tema dan materi mengacu pada kurikulum program pendidikan
keaksaraan dasar maupun potensi dan permasalahan lokal yang ada pada masyarakat
komunitas adat terpencil Suku Dayak Meratus, terutama di Kabupaten Hulu Sungai
Selatan.

22
Ruang lingkup bahan ajar dalam program pendidikan keaksaraan dasar pada komunitas
adat terpencil meliputi tema ekonomi, kesehatan dan siklus hidup dan ritual.
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah diuraikan di atas
dengan rincian sebagai berikut:
STRUKTUR TEMA BAHAN AJAR

TEMA : Seni dan Budaya


S SUB TEMA KOMPETENSI DASAR JAM PEL

EKONOMI/PEKERJA 2.1 Menguasai teknik membaca 48


AN/PROFESI
3.1 Membaca suku kata dan kata
yang terdiri atas huruf vokal dan
konsonan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari

2.7 Mengenal bilangan (1-1000),


uang, dan operasinya dalam
kehidupan sehari-hari

3.9 Melakukan dan menggunakan


operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan sampai dua
angka dalam kehidupan sehari- hari

3.10 Memperkira- kan atau


membulatkan hasil perhitungan
dalam kehidupan sehari-hari

2.8 Mengenal dan membaca satuan


panjang, berat, isi, dan waktu yang
biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari

3.11 Mengukur dan menggunakan


satuan ukuran panjang, jarak,
berat, dan waktu yangbiasa
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari serta menafsirkan
hasil pengukuran

KESEHATAN 2.7 Mengenal bilangan (1-1000), uang, 44


dan operasinya dalam kehidupan
sehari-hari

23
3.9 Melakukan dan menggunakan
operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan
pembagian bilangan sampai dua
angka dalam kehidupan sehari- hari

3.10 Memperkira- kan atau


membulatkan hasil perhitungan dalam
kehidupan sehari-hari

2.8 Mengenal dan membaca satuan


panjang, berat, isi, dan waktu yang biasa
digunakan dalam kehidupan sehari-hari

3.11 Mengukur dan menggunakan


satuan ukuran panjang, jarak, berat,
dan waktu yang biasa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari serta
menafsirkan hasil pengukuran

3.2 Membaca lancar teks minimal 3


(tiga) kalimat sederhana dan memahami
isinya

3.3 Menulis kata dan kalimat sederhana


yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari

2.4 Mengenal teks informasi sederhana


dalam bentuk poster yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari

3.6 Menulis teks informasi dalam


bentuk poster menggunakan Bahasa
Indonesia

2.5 Mengenal teks narasi pendek


minimal 3 (tiga) kalimat sederhana
yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari

3.7 Menulis teks narasi minimal3 (tiga)


kalimat yang di dalamnya terdapat
kalimat majemuk berdasarkan
gambar tunggal atau gambar seri

SIKLUS HIDUP 2.2 Mengenal teks personal tentang 22


identitas diri

3.4 Menulis teks personal tentang


identitas diri

24
2.3 Mengenal teks deskripsi tentang
penggambaran sebuah objek (benda,
hewan, tumbuhan, atau orang) minimal
dalam 3 (tiga) kali- mat yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari

3.5 Menulis teks deskripsi tentang peng-


gambaran sebuah objek dalam bahasa
Indonesia minimal 3 (tiga) kalimat
sederhana berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari

2.6 Mengenal teks petunjuk/ arahan


minimal 3 (tiga) kalimat yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari

3.8 Menulis teks petunjuk/ arahan


tentang kehidupan sehari-hari
minimal 3 (tiga) kalimat dengan atau
tanpa bantuan gambar

Catatan: 1 jam pelajaran setara dengan 60 menit, 114 jam pelajaran

E. RANCANGAN BAHAN AJAR KEAKSARAAN DASAR

Pengembangan bahan ajar KD-KAT, memperhatikan:

1. Kondisi, kebutuhan, kapasitas dan karakteristik kelompok belajar dan


masyarakatnya
2. Memilih salah satu atau beberapa materi dan tema pembelajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan/profesi , kesehatan dan siklus hidup peserta didik.

Prosedur pengembangan bahan ajar untuk pembelajaran KD-KAT sebagai berikut:

1. Memetakan kompetensi pendidikan keaksaran dasar


2. Mengidentifikasi tema pembelajaran berdasarkan kurikulum dan potensi serta
permasalahan pada kelompok sasaran.
3. Memilih dan menetapkan tema/subtema sesuai karakteristik dan kebutuhan
peserta didik.

25
4. Memilih kompetensi inti, kompetensi dasar dan idikator pencapaian kompetensi
dengan cara membuat pemetaan kompetensi yang relevan dengan
tema/subtema terpilih.
5. Memilih dan menetapkan materi pembelajaran
6. Merumuskan variasi dan garis besar kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi.
7. Alokasi waktu disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan peserta didik.
8. Merumuskan garis besar penilaian
9. Sumber belajar yang meliputi bahan ajar (buku, modul) alat, media, sarana
pembelajaran, sumber alam dan social serta lainnya.

26
BAB IV

PENJAMINAN MUTU PEMBELAJARAN

A. INDIKATOR KEBERHASILAN
Indikator keberhasilan Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan
Keaksaraan Dasar Berbasis Kearifan Lokal pada Komunitas Adat Terpencil (KAT) Suku
Dayak Meratus adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya perangkat pembelajaran berupa silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian untuk pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas
Adat Terpencil Suku Dayak Meratus.
2. Terpakainya perangkat pembelajaran berupa silabus, panduan pembelajaran, bahan
ajar, dan panduan penilaian untuk pendidikan keaksaraan dasar pada Komunitas
Adat Terpencil Suku Dayak Meratus.
3. Peserta didik dapat memahami isi bahan ajar dan dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pendidik dapat mengunakan instrument penilaian pembelajaran untuk menilai
keberhasilan pembelajaran.

B. PENJAMINAN MUTU
1. Unsur-unsur
Unsur-unsur yang menjadi penjamin mutu penyusunan model silabus dan bahan ajar
antara lain adalah:
NO UNSUR MODEL
1 Tutor Keterlaksanaan, kepraktisan model
2 Penyelenggara Keterlaksanaan, kepraktisan model
3 Peserta didik Mudah dipahami dan diterapkan
4 Pengguna Model Adaptif yaitu adanya kesesuaian antara
model dan perangkat model dengan
permasalahan yang dihadapi kelompok
sasaran
5 Pengambil Kebijakan Keinovasian model, berkualitas, memiliki
kelogisan struktur model.

27
2. Bentuk Penjaminan Mutu
Bentuk-bentuk penjaminan mutu antara lain:
a. Evaluasi bahan ajar
 Kesesuaian bahan ajar dengan Permendikbud Nomor: 86 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan dasar.
 Kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan peserta didik
 Kesesuaian bahan dengan kearifan lokal dan budaya lokal
 Keterpakaian bahan ajar pada kegiatan pembelajaran keaksaraan dasar
 Memberi kemudahan bagi tutor untuk mendapatkan bahan ajar keaksaraan
dasar yang menggunakan bahasa Dayak Meratus.
 Meningkatkan hasil belajar peserta didik keaksaraan dasar.
b. Evaluasi Panduan Penilaian
 Kesesuaian penilaian dengan Permendikbud Nomor: 86 tahun 2014 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan dasar.
 Keterpakaian penilaian pada kegiatan pembelajaran keaksaraan dasar.
 Memberi kemudahan bagi tutor untuk melaksanakan penilaian keaksaraan
dasar yang menggunakan bahasa Dayak Meratus.
 Meningkatkan hasil belajar peserta didik keaksaraan dasar.
c. Pendampingan penyelenggaraan program
 Keberlanjutan program pembelajaran.
 Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik.

28
BAB V

PENUTUP

Pendidikan Keaksaraan Dasar Pada Komunitas Adat Terpencil adalah layanan pendidikan
pada warga masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung, Berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang untuk
aktualisasi potensi diri pada komunitas adat terpencil/khusus. Sesuai dengan Permendikbud
no 86 tahun 2014 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar
dijelaskan bahwa desain pembelajaran sebaiknya berkonteks lokal. Pembelajaran yang
berkonteks lokal akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang diprasyaratkan.

Bahan ajar merupakan salah satu sarana dalam penyelenggaraan program pendidikan
keaksaraan dasar. Dengan bahan ajar yang sesuai dengan standar kurikulum akan
menghantarkan peserta didik untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Menyiapkan
bahan ajar adalah tanggung jawab pendidik yang dianggap sulit. Oleh karena itu diharapkan
dengan adanya pengembangan model ini diharapkan memudahkan pengelola, dan tutor
dalam menyelengarakan program pendidikan pada komunitas adat suku dayak meratus.
Bahan dikembangkan didesain lokal dengan memanfaatkan potensi, budaya, permasalahan
dan kondisi lingkungan sekitar sasaran program yang ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa dayak sehingga diharapkan memudahkan peserta didik memahami
materi pembelajaran dan bisa memanfaatkan isi materi dalam aspek kehidupan sehari-hari.
Bahan ajar ini disusun berdasarkan kearifan local dan budaya lokal komunitas adat khusus
suku Dayak, sehingga pemakaian bahan ajar ini masih terbatas pada wilayah suku Dayak di
Kalimantan selatan.

29
DAFTAR RUJUKAN

Andi Prastowo. 2014 Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group

Arikunto.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Buchari Alma. 2008. Manajemen Cooperate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan (Fokus
Pada Mutu dan Layanan Prima). Bandung. Alfabeta.

Depdiknas, 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas); Beserta Penjelasannya. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2010. Pendidikan Keaksaraan Memberdayakan


Masyarakat Marjinal.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003 Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Andi
Offset.

Johson, David W. .2010. Colaborative Learning. Strategi Pembelajaran Untuk Sukses


Bersama, Bandung : Nusa Media.

Kokom Komalasari. 2010. Pembelajaran Konstektual (Konsep dan Aplikasi). Bandung:Refika


Aditama.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan republic Indonesia Nomor 86 tahun 2014 Tentang penyelenggaraan
Pendidikan Keaksaraan Dasar, Jakarta: Kemdikbud

Martoyo. 1990 . Manajemen Sumber Daya Manusia, Jogyakarta, Penerbit BPFE

T.Hani Handoko. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogjakarta. BPFE.

30

Anda mungkin juga menyukai