Anda di halaman 1dari 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PRAKTIK LABORATORIUM
MANAJEMEN BENCANA

1
SOP
PENGENDALIAN VECTOR SAAT BENCANA

Proses Prosedur :

LANGKAH PROSEDUR
1. Alat dan Bahan

Alat :
a. Insektisida
b. Desinfektan
c. Alkohol
d. Larvasida
e. Plastik larvasida
f. Umpan tikus (kelapa bakar)

Bahan :
a. Fooger
b. Mist blower
c. Spray can
d. Santer
e. Cup
f. Aspirator
g. Trapp
h. Fly grill

2. Langkah Percobaan
1. Melakukan survey pemetaan lokasi bencana

2. Menentukan sasaran area/ lokasi kegiatan pengumpulan data vektor


berdasarkan pemetaan dan stratafikasi wilayah yang terkena dampak bencana.
3. Melakukan Survei Dinamika Penularan (SDP) untuk mengidentifikasi metode
pengendalian vektor dengan mempertimbangkan REESA (rasional, efektif,
efisien, sustainable,acceptable,sffrodable) berdasarkan data dan informasi
epidemilogi, entomologi dan perilaku masyarakat pada lokasi bencana.
4. Menentukan kombinasi metode pengendalian vektor yang efektif dan sasaran
yang jelas (tepat waktu dan lokasi) berdasarkan hasil SDP dengan
mempertimbangkan tersedianya sumber daya yang ada.
5. Mengidentifikasi mitra dan peran dalam upaya pengendalian vektor.
6. Melakukan advokasi dan sosialisasi untuk mendapatkan komitmen dari pihak

2
pihak yang terkait dan masyarakat.
7. Menyusun rencana kegiatan Pengendalian Vektor Terpadu oleh masing
masing sektor terkait sesuai dengan peran dan fungsinya dalam koordinasi
pemerintah daerah.
8. Mengimplementasikan sesuai dengan rencana masing-masing sektor.
9. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk penyempurnaan program
dan memberikan masukan bagi penelitian dan pengembangan serta dalam
pengambilan kebijakan.

3
SOP
MANAJEMEN KORBAN MASAL

Proses Prosedur :

LANGKAH PROSEDUR
1. Alat dan Bahan
a) Telepon
b) Radio komunikasi
c) Papan informasi
d) Buku pencatatatn dan pelaporan
e) Peta pelayanan kesehatan
f) Emergency kit medis dan non medis
g) Tempat identifikasi jenazah

2. Langkah Percobaan
Tahap persiapan. :
a. Step 1:
SALT dimulai dengan menyortir pasien secara global melalui penilaian
korban secara individu. Pasien yang bisa berjalan diminta untuk berjalan ke
suatu area tertentu dan dikaji pada prioritas terakhir untuk penilaian individu.
Penilaian kedua dilakukan pada korban yang diminta untuk tetap
mengikuti perintah atau di kaji kemampuan gerakan secara terarah /
gerakan bertujuan. Pada korban yang tetap diam tidak bergerak dari
tempatnya dan dengan kondisi yang mengancam nyawa yang jelas harus
dinilai pertama karena pada korban tersebut yang paling membutuhkan
intervensi untuk penyelamatan nyawa.
b. Step 2:
ASSES Prioritas pertama selama penilaian individu adalah untuk memberikan
intervensi menyelamatkan nyawa. Termasuk mengendalikan perdarahan
utama; membuka jalan napas pasien, dekompresi dada pasien dengan
pneumotoraks, dan menyediakan penangkal untuk eksposur kimia. Intervensi
ini diidentifikasi karena injury tersebut dapat dilakukan dengan cepat dan
dapat memiliki dampak yang signifikan pada kelangsungan hidup pasien.
Intervensi live saving yang harus diselesaikan sebelum menetapkan kategori

4
triase dan hanya boleh dilakukan dalam praktek lingkup responder dan jika
peralatan sudah tersedia.

Setelah intervensi menyelamatkan nyawa disediakan, pasien diprioritaskan


untuk pengobatan berdasarkan ke salah satu dari lima warna-kode kategori.
Pasien yang mengalami luka ringan yang self-limited jika tidak diobati dan
dapat mentolerir penundaan dalam perawatan tanpa meningkatkan risiko
kematian harus diprioritaskan sebagai minimal dan harus ditunjuk dengan
warna hijau. Pasien yang tidak bernapas bahkan setelah intervensi live saving
yang diprioritaskan sebagai mati dan harus diberi warna hitam. Pasien
yang tidak mematuhi perintah, atau tidak memiliki pulsa perifer, atau dalam
gangguan pernapasan, atau perdarahan besar yang tidak terkendali harus
diprioritaskan immediate dan harus ditunjuk dengan warna merah. Penyedia
harus mempertimbangkan apakah pasien ini memiliki cedera yang mungkin
tidak sesuai dengan kehidupan yang diberikan sumber daya yang tersedia, jika
ada, maka provider harus triase pasien sebagai expectant /hamil dan harus
ditunjuk dengan warna abu-abu. Para pasien yang tersisa harus diprioritaskan
sebagai delayed dan harus ditunjuk dengan warna kuning.

5
SOP
INFORMASI SAAT BENCANA

Proses Prosedur :

LANGKAH PROSEDUR
A. Alat dan Bahan

a. Komputer
b. Alat tulis
c. Printer
d. Kamera

B.Langkah Percobaan
1. Pengumpulan Informasi Kebencanaan
Tim pengumpul informasi harus selalu siaga dalam menerima laporan dan
informasi tentang kebencanaan dari berbagai sumber. Setiap anggota tim harus
memiliki daftar kontak darurat yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi
terkini tentang kebencanaan. Tim harus selalu memverifikasi sumber informasi
sebelum menyebarkannya agar data yang disampaikan akurat dan dapat dipercaya.
2. Pemrosesan Informasi
Setelah mendapatkan informasi terkait kebencanaan, tim harus segera memproses data
tersebut untuk dipilah-pilah berdasarkan urgensi dan tingkat kepentingan. Data yang
telah diproses harus dimasukkan ke dalam sistem basis data yang terpusat untuk
memudahkan pengelolaan dan aksesibilitas informasi.
Verifikasi Informasi
Tim harus melakukan verifikasi lebih lanjut terhadap informasi yang telah diterima
untuk memastikan kebenaran dan akurasi data. Sumber informasi harus diverifikasi
ulang untuk memastikan validitas dan keandalannya
Penyediaan Informasi Kebencanaan
Setelah informasi terverifikasi, tim harus menyediakan laporan kebencanaan secara
rutin dan cepat kepada pihak yang berwenang, seperti dinas kebencanaan, pihak
berwenang terkait, dan organisasi mitra. Laporan kebencanaan yang disediakan
harus mencakup informasi tentang jenis kebencanaan, lokasi, tingkat kerusakan,
korban, upaya penanggulangan, dan perkiraan kebutuhan mendesak. Selain itu, tim
harus memastikan informasi juga tersedia untuk masyarakat umum melalui media
sosial, situs web resmi, atau platform komunikasi lain yang relevan.

6
7

Anda mungkin juga menyukai