Anda di halaman 1dari 9

RESUME BAB 6 : PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

NAMA : LOUISA RACHEL AVIONA ORY


NIM : 202230212
MATA KULIAH : ETIKA PROFESI DAN BISNIS

PENGERTIAN PROFESI

Istilah profesi, profesional, dan profesionalisme sudah sangat sering dipergunakan baik dalam
percakapan sehari-hari maupun dalam berbagai tulisan di media massa, jurnal ilmiah, atau buku teks.

Berikut pengertian profesi dan profesional dalam KBBI:


“profesi: bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu.”
“profesional: (a) bersangkutan dengan profesi: (b) memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya: (c) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir).”
“profesionalisme: merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”

Berikut adalah definisi profesi mulai dari yang luas sampai ke definisi khusus dan terbatas:
a. Definisi yang sangat luas, di mana profesi disamakan dengan “pekerjaan” diberikan oleh Hidayat
Nur Wahid.
b. Definisi lebih sempit di mana profesi adalah “pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan
ketrampilan khusus” diwakili oleh pemikiran Kanter dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
c. Definisi yang lebih khusus lagi dimana profesi ditandai oleh tiga unsur penting—pekerjaan,
pendidikan, atau ketrampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-nilai etis—diberikan oleh
Widjojo Nitisastro, Sonny Keraf, dan Brooks.

Secara lebih rinci, pengertian profesi dalam konteks ini ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi ini diperlukan pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahlian, dan ketrampilan diperoleh melalui pendidikan dasar formal, pelatihan, dan
praktik/pengalaman langsung.
d. Memerlukan komitmen morak (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan/nafkah bagi penyandang profesi untuk hidup layak
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan program pelatihan
dan pendidikan berkelanjutan, serta menyempurnakan, menegakkan, dan mengawasi pelaksanaan
kode etik di antara anggota profesi tersebut
h. Ada izin dari pemerintah menekuni profesi ini.

BISNIS SEBAGAI PROFESI


Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan definisi dan ciri-ciri suatu profesi,
yaitu:
a. Profesi adalah pekerjaan dan di dalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan.
b. Sebagian besar jenis pekerjaan di dalam perusahanan—terutama yang dilaksanakan oleh jajaran
manajemen—menuntut pengetahuan dan ketrampilan tinggi, baik melalui pendidikan formal
maupun berbagai jenis pelatihan dan pengalaman.
c. Profesi menuntut penerapana kaidah moral/etika yang sangat ketat. Begitu pula di dalam bisnis,
saat ini telah disadari bahwa semua pelaku bisnis—khususnya para eksekutif/manajemen—juga
harus dituntut mempunyai tingkat kesadaraan/kaidah moral yang tinggi.
d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena pengalaman
membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menetukan kinerja perusahaan yang akan
berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan negara baik secara positif (misalnya
perluasan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan sebagainya) maupun secara
penurunan pendapatan masyarakat dan negara, dan sebagainya).

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


1. Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table:
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders.
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan Komunitas Dunia.
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d. Sikap Menghormati Aturan.
e. Dukungan bagi Perdagangann Multilateral.
f. Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam.
g. Menghindari Operasi-operasi yang Tidak Etis.
2. Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).
Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak perilaku dalam
menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral
3. Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).
Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilaku moral. Contoh prinsip etika antara lain: kejujuran
(honesty), pegang janji (keeping promise), membantu orang lain (helping others), dan
menghormati hak-hak orang lain (the right of others). Sementara itu, berbohong, mencuri, menipu,
membahayakan/merugikan orang lain adalah contoh penyimpangan dari prinsip perilaku etis.
4. Weiss (2006) mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban (duty),
kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan uraian lebih lanjut
tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkan.

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

Isu Lingkungan Hidup


Secara deontologis, perilaku etis hanya dilihat dari sudut pandangan manusia, yaitu sejauh mana
setiap orang menghargai, mempertimbangkan, memelihara, dan memberdayakan umat manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Secara teleologis, perilaku etis juga hanya menyorot
kepentingan umat manusia dilihat dari konsekuensi atau akibat dari sejauh mana keputusan dan
tindakan manusia terhadap manusia lainnya. Teori teleologi melihat sejauh mana keputusan dan
tindakat tersebut menguntungkan atau merugikan manusia lainnya. Secara teonomis, pemaknaan
hubungan antara manusia dengan Tuham atau kekuatan tak terbatas, dan sejauh mana umat manusia
telah beriman dan menaati perintah-perintah Tuhan atau kekuatan tak terbatas, dan sejauh mana umat
manusia telah beriman dan menaati perintah-perintah Tuhan sebagaimana diwahyukan dalam setiap
kitab suci dalam upaya mencapai kehidupan bahagia di surga.
Persoalan lingkungan hidup—yaitu hubungan dan keterkaitan antara manusia dengan alam
dan pengaruh tindakan manusia terhadap tindakan manusia terhadapa kerusakan lingkungan—baru
mulai disadari pada paruh kedua abad ke-20, bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan bisnis modern
dengan dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kesadaran ini mulai muncul setelah ada
indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi global yang ditulang punggungi oleh perusahaan-perusahan
raksasa berskala global (perusahaan-perusahan multinasional) telah mulai mengancam eksistensi
bumi. Sebagaimana dikatakan oleh Bertens (2001), pertumbuhan ekonomi global saat ini telah
memunculkan enak persoalan lingkungan hidup yaitu: akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca,
perusakan lapisan ozon, hujan asam, deforestasi dan penggurunan, serta kematian bentuk-bentu
kehidupan. Keenam isu lingkungan hidup ini dibahas secara lebih rinci dalam bahasan berikut.

Akumulasi Bahan Beracun


Sudah bukan rahasia lagi bahwa pabrik-pabrik yang berdiri selama ini umumnya membuang
limbahnya ke dalam saluran-saluran yang pada akhirnya mengalir ke sungai-sungai dan laut. Berbagai
kasusu pencemaran air akibat limbah beracun sudah sering kali muncul di media massa sehingga
sudah menjadi berita biasa saja. Bukan saja air sungai dan air laut yang mulai tercemar. Udara di
sekitar kita—terutama kota-kota besar—juga telah tercemar oleh asap hitam yang mengandung gas
beraun yang keluar dari knalpot berbagai merk dan jenis motor. Banyaknya penggunaan berbagai
jenis kimia non-organik dengan takaran tak terkendali untuk meningkatkan produksi pertanian telah
terbukti mulai mencemari hasil produksi pertanian, khususnya berbagai jenis bahan pangan, seperti:
sayur-mayur, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Belum lagi, saat ini main banyak dijumpai kasus
dimana produk hasil pertanian dan hasil olahan industri rakyat seperti tahu, tempe, bakso, diawetkan
dengan formalin. Minuman dan makanan pun ada yang dicampur dengan zat pewarna yang berbahaya
untuk kesehatan. Penggunaan nuklir untuk tujuan damai—antara lain sebagai sumber energi alternatif
untuk menggantikan minyak bumi—tampaknya cukup menjajikan. Namun bagaimanapun canggihnya
peralatan teknologi yang digunakan untuk mencegah kebocoran nuklir dan dalam mengatasi limbah
nuklir yang mengandung bahan radioaktif yang sangat berbahaya. Sebagaimana diketahui, bahaya
radioaktif dari limbah nuklir ini bisa bertahan selama ribuan tahun serta mengancam keberadaan bumi
beserta seluruh isinya. Bagi umat manusia, bahaya radioaktif ini bukan saja menyebabkan kematian,
tetapi juga bisa menimbulkan penyakit kanker, keguguran bagi ibu-ibu hamil, mutasi gen, cacat lahir,
dan sebagainya.

Efek Rumah Kaca (Greenhouse Effect)


Pada Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Desember 2007 tentang perubahan
iklim yang diadakan di Bali, dapat dikatakan cukup berhasil karena seluruh peserta telah menyadari
bahaya pemanasan global serta sepakat untuk menanggulangi dan memberikan kontribusi nyatam
termasuk dalam hal pendanaan untuk menanggulangi permasalahn akibat pemanasan global. Para hali
mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya pemanasan global adalah akibat dari efek rumah
kaca (greenhouse effect). Hawa panas yang diterima bumi dan sinar matahari terhalang dan
terperangkap tidak dapat keluar dari atmosfer bumi oleh partikel-partikel gas polutan atau yang sering
disebut gas rumah kaca. Bila pemanasan global tidak dapat dikendalikan, maka sebagaimana
diprediksi oleh Nasru Alam Aziz, pada abad ke-21 ini kenaikan permukaan air laut akan menggenangi
daratan sejauh 50 meter dari garis pantai dan akan menenggelamkan ribuan pulau kecil di Indonesia.
Selain itu, pemanasaan juga dapat menimbulkan berbagai bencana, seperti kekeringan, banjir, bagai
dan topan akibat iklim yang tidak menentu, mengganggu pola hidup flora dan fauna, mengacaukan
pola tanam petani dan pola penangkapan ikan nelayan di laut, merubah habitat hama dan penyakit,
dan sebagainya.
Perusakan Lapisan Ozon
Kegunaan lapisan ozon (O₃), bagi bumi dan seluruh isinya adalah untuk melindungi semua kehidupan
di bumi dari sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh sinar matahari. Bahaya radiasi sinar ultraviolet
ini, antara lain bisa menyebabkan kanker kulit, penurunan sistem kekebalan tubuh katarak, serta
kerusakan bentuk-bentuk (spesies) kehidupan di laut dan di daratan. Ada laporan bahwa bukan saja
telah terjadi penipisan lapisan ozon, tetapi juga telah terjadi perobekan sehingga menimbulkan lubang
pada bagian tertentu dari lapisan ozon tersebut. Penyebab paling utama dari kerusakan lapisan ozon
ini adalah gas polutan yang disebut chloro-fluoro-carbon (CFC). Penggunaan barang-barang dari
plastik dan busa yang makin meluas, pemasangan peralatan AC di ruangan maupun pada alat
kendaraan/transportasi (mobil, bus, pesawat udara), penggunaan kulkas sebagai alat
pendingin/pengawet bahan makanan dan minuman yang makin meluas di industri perhotelan,
katering, pasar-pasar swalayan, industri pengolahan daging dan ikan segar, rumah tangga, dan
sebagainya makin meningkatkan produksi gas CFC tersebut. Bila ini tidak dapat dikendalikan, maka
gas polutan CFC ini akan makin banyak memenuhi lapisan ozon sehingga dapat membahayakan
lapisan ozon tersebut.

Hujan Asam (Acid Rain)


Asap tebal yang berwarna hitam pekat dari hasil industri kemudian menyatu dengan udara dan awan,
yang pada gilirannya menurunkan hujan asam (acid rain) ke bumi disekitar aman tersebut. Sejak
beberapa dekade terakhir ini, terutama di kawasan industri pada negara-negara maju seperti AS,
Kanada, Jerman, Belanda, dan sebagainya, sudah sering dibasahi oleh air hujan asam. Hujan asam ini
ternyata sangat berbahaya bagi kehidupan di bumi. Bila ini terus berlangsung, maka hujan asama itu
dapat merusak hutan, mencemari air danau, dan bahkan merusak gedung-gedung.

Deforestasi dan Penggurunan


Mengetahui bahwa hutan menyimpan harta karun terpendam dan didukung oleh keserakahan umat
manusia untuk mengumpulkan kekayaan, makan manusia dengan dukungan teknologi maju mulai
berlomba-lomba memburu kayu dan berbagai jenis hasil hutan. Akibat negatif dari penyempitan dan
perusakan hutan ini,antara lain: terjadi erosi dan banjir yang meluas: berkurangnya fungsi hutan untuk
menyerap gas polutan: musnah/berkurangnya spesifikasi flora dan fauna tertentu; meluasnya
penggurunan daratan; menurunnya kualitas kesuburan tanaman; berkurangnya cadangan air tanah;
serta terjadi perubahan pola cuaca (misalnya: musim kering yang panjang, musim hujan yang makin
pendek, hujan badai dan petir). Akibat lanjutan dari proses penggundulan dan perusakan hutan ini
adalah berkurangnya kapasitas produksi hasil pertanian karena perubahan pola cuaca, berkurangnya
kesuburan tanha, dan mempercepat proses pemanasan global.

Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati (biodiversity) adalah keragaman berbagai bentuk dan jenis kehidupan
(species) di bumi ini. Keragaman hayati tentunya dapat memperkaya jenis-jenis bahan makanan dan
obat-obatan, bahan baku industri, dan sebagainya yang berguna untuk kehidupan umat manusia.
Namun dengan terjadinya penceraman lingkungan, perusakan hutan, dan pemanasan global, secara
pasti telah menyebabkan berkurangnya populasi jenis-jenis (species) kehidupan tertentu. Bahkan tidak
mustahil jenis-jenis kehidupan tertentu telah punah dari muka bumi, sperti punahnya dinosaurus pada
zaman dahulu. Penyempitan dan perusakan hutan di Jawa dan Bali, misalnya, secara nyata telah
mengancam keberadaan jenis dan bentuk kehidupan satwa tertentu atau bahkan mungkin telah punah,
seperti misalnya: harimau jawa, gajah jawa, burung rajawali, burung jalak bali, dan sebagainya.

PARADIGMA ETIKA LINGKUNGAN


Ada beberapa paradigma (cara pandang/pola pikir) yang berkembang dalam memahami etika dalam
kaitannya dengan isu lingkungan hidup.
1. Etika kepentingan generasi mendatang, yang memandang bahwa suatu keputusan dan tindakan
hendaknya jangan hanya memikirkan kepentingan umat manusia pada generasi saat ini saja, tetapi
juga kepentingan umat manusia pada generasi-generasi mendatang.
2. Etika lingkungan biosentris, yang memandangan perilaku etis bukan saja dari sudut pandangan
manusia, tetapi dari suudt pandangan nonmanusia (flora,fauna, dan benda-bedna bumi non-
organisme) sebagai satu kesatuan lingkungan (ecosystem).
3. Etika ekosistem (ecosystem) menganggap Sang Pencipta (Tuhan) dan seluruh ciptaannya (bumi
dan seluruh isinya, sistem tata surya, sistem galaksi, dan sistem alam jagat raya) dianggap sebagai
moral patients. Etika dalam hal ini dipahami dalam arti luas dan terpadu antara Pencipta degan
seluruh ciptaannya, mirip dengan teori etika Nafis (lihat bab sebelumnya) yang mencakup: psiko
etika, sosio etia, dan teo etika.

KODE ETIK DI TEMPAT KERJA


Sampai saat ini, etika dibahas dan dipahami pada tingkat etika umum (etika sebagai proses penalaran
yang mengkaji pengertian, teori, prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah tentang baik-buruknya perilaku
secara umum) dan etika bisnis (suatu etika terapan yang mengkaji penerapan etika umum dalam
menjalankan bisnis oleh para pelaku bisnis—skateholders). Pada bagian berikut ini akan dibahas dan
isu etika untuk beberapa fungsi, seperti fungsi sumber daya manusia (SDM), pemasaran, akuntansi,
keuangan, teknologi informasi, dan fungsi-fungsi lainnya.

Kode Etik Sumber Daya Manusia (SDM)


Karyawan merupakan salah satu kelompok pemangku kepentingan utama (main skateholders) dalam
perusahaan. Tanpa karyawan, tidak mungkin perusahaan mampu merealisasikan tujuannya.
Departemen yang bertanggung jawab atas SDM di suatu perusahaan adalah Departemen SDM (dulu
disebut Personalia). Dilihat dari sejarah perkembangannya, A. M. Lilik Agung (2007) mencatat
setidaknya ada empat peran yang melekat pada Departemen SDM, yaitu:
1. Peran administratif, yaitu suatu peran awal/tradisional dimana peran Departeme SDM hanya
pada seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji, upah, serta data karyawan.
2. Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan produktivitas, loyalitas,
dan lingkungan kerja karyawan. Disini mulai muncul peran baru, yaitu menangani aspek pelatihan
dan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keamanan lingkungan kerja.
3. Peran Agen Perubahan, yaitu suatu peran di mana Departemen SDM berfungsi sebagai agen
perubahan. Untuk mengemban peran baru ini, Departemen SDM memperluas cakupan materi
pelatihan yang diberikan, bukan hanya yang menyangkut aspek teknis tetapi juga aspek nonteknis
—seperti: perilaku—terutama untuk membangung integritas, keuletan, serta kemampuan untuk
selalu mampu menghadapi berbagai perubahan lingkungan.
4. Peran Mitra Strategis. Pada peran ini, Departemen SDM dilibatkan dalam merumuskan berbagai
kebijakan bisnis yang bersifat stratergis, terutama agar Departemen SDM dapat segera
melaksanakan program penyelarasan (aligment) antara kepentingan bisnis dan kepentingan
individual karyawan.

Sekarang ini makin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya aspek sikap dan perilaku ini
sehingga makin banyak perusahaan yang mengembangkan kode etik untuk dijadikan acuan perilaku
bagi seluruh karyawannya. Berdasarkan studi oleh Weaver, Trevino, dan Cochran (dalam Brooks,
2003:149), diperlukan paket program implementasi dengan memperhatikan sedikitnya enam dimensi
program etik agar suatu kode etik dapat dipatuhi. Enam dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi oleh suatu
asosiasi, organisasi profesi, atau suatu lembaga/entitas tertentu.
2. Kode Etika, yaitu entitas yang mengembangkan kebijakan, mengevaluasi tindakan,
menginvestigasi, dan menghakimi pelanggaran-pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika, yaitu suatu media atau cara mengatasinya yang bersifat dua arah—
antara pejabat otoritas etika dan pihak-pihak terkait dalam suatu etika/organisasi.
4. Pejabat etika (ethics officers, ombuds persons), yaitu pihak yang mengoordinasikan kebijakan
memberikan pendidikan, dan menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika.
5. Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan
membantu karyawan dalam merespons masalah-masalah etika.
6. Proses pencapaian disiplin dalam hal terjadi perilaku tidak etis.

Selanjutnya, Brooks (2003) membuat daftar topik yang biasanya muncul dalam setiap kode etika
perusahaan sebagaimana terlihat pada Table 6.1.

Tabel 6.1
Topik-topik yang Dijumpai dalam Kode Etik Perusahaan
No
Topik
.
Prinsip-prinsip Etika: kejujuran, keadilan, rasa kasih (compassion), integritas, prediktabilitas,
1.
responbilitas
2. Penghormatan terhadap hak dan kewajiban setiap pemangku kepentingan (stakeholders)
3. Visi, misi, dan kebijakan pokok yang terkait dengan hal di atas
4. Kerangka proses keputusan etis
5. Kapan perlu nasehat dan kepada siapa meminta nasihat
Topik-topik khusus untuk temuan diatas 5% yang berhubungan dengan karyawan, pemasok, dan kode
etik usaha patungan (joint venture codes):
 Penyuapan
 Konflik kepentingan
 Keamanan infomasi
 Penerimaan hadiah
 Diskriminasi/peluang yang sama
 Pemberian hadiah
 Proteksi lingkungan
 Pelecehan seksual
6.  Antitrust
 Keamanan tempat kerja
 Kegiatan politik
 Hubungan kemasyarakatan
 Kerahasiaan informasi pribadi
 Hak asasi manusia
 Privasi karyawan
 Program proteksi dan whistleblowing
 Penyalahgunaan substansi (subtance abuse)
 Nepotisme
 Tenaga Anak

Kode Etik Pemasaran

Fungsi pemasaran di dalam perusahaan memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi
kelangsungan hidup peruhsaan. Fungsi pemasaran lebih luas dari sekedar melaksanakan fungsi
penjualan. Fungsi pemasaran juga antara lain meliputi: aktivitas perencanaab dan pengembangan
produk (product); perencanaan dan pengembangan sistem promosi termasuk riset dan target pasar
(promotion); merancang kebijakan harga (price); menilai lokasi penjualan yang dianggap strategis
(places); mengevaluasi dan merumuskan sistem dan saluran distribusi yang dianggap tepat
(distributions); serta aktivitas lainnya yang semuanya memang ditujuakan untuk mendukung
penjualan perusahaan. Lawrence, Weber, Post (2005) mengungkapkan bahwa di AS telah terbentuk
organisasi profesi di bidang pemasaran yang bernama American Marketing Association (AMA).
Organisasi profesi ini telah mempunyai kode etik bagi anggotanya, yang pada intinya mencakup
Tanggung Jawab (Responsibilities), Kejujuran dan Kewajaran (Honesty and Fairness), Hak (Rights)
dan Kewajiban (Duties), Hubungan Organisasi (Organizational Relationships).

Kode Etik Akuntansi


Fungsi akuntansi di dalam organisasi/perusahaan dilakukan ileh Departemen Akuntasi. Karyawan
yang berada di bawah Departemen Akuntansi yang memenuhi syarata yang diperlukan akuntan, yang
sering disebut sebagai akuntan manajemen. Tugas utama akuntan manajemen adalah merancang dan
memelihara sistem informasi akuntansi agara Departemen Akuntansi mampu menghasilkan dua jenis
laporan akuntansi, yaitu: (1) laporang keuangan (financial statements) sebagai alat
pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak di luar manajemen; (2) laporan manajemen
untuk kepentingan manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan proses keputusan manajemen.
Didalam buku Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), pada bagian awal tentang
“Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”, dikemukakan dua indikator
karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu: relevan (relevant) dan dapat diandalkan (reliable).
Suatu laporan keuangan disebut andal bila laporan itu disusun dengan cermat (akurat), sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta menggambarkan apa adanya (netral, objektif, bebas dari
konflik kepentingan). Agar laporan akuntansi yang di hasilkan oleh akuntan manajemen dapa
memenuhi karakteristik kualitatif, makan akuntan manajemen harus menguasai ilmu dan disiplin lain
yang relevan, mempunyai, ketrampilan dalam mengolah data dengan teknologi informasi, serta harus
mempunyai integritas yang tinggi.
Berikut adalah kode etik Institute of Management Accountants
1) Kompetensi
2) Kerahasiaan
3) Integritas
4) Objektivitas
5) Resolusi atas Konflik Etis

Kode Etik Keuangan


Fungsi akuntansi dan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai keterkaitan kerja yang sangat
erat, bahkan dalam hal tertentu sering kali kedua fungsi tersebut bersifat tumpang tindih. Fungsi
pokok akuntansi antara lain menghasilkan laporan keuangan (neraca, perhitungan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas), sedangkan fungsi keuangan adalah mengelolas arus kas (kas
masuk dan kas keluar), termasuk menetapkan struktur permodalan dan mencari sumber-sumber dan
jenis pembiayaan baik untuk membiayai kegiatan operasi maupun untuk rencana investasi. Dalam
mengelola arus kas, fungsi keuangan akan banyak memanfaatkan laporan keuangan yang dibuat oleh
fungsi akuntansi, dan fungsi akuntansi akan banyak memberikan alporan realisasi yang berhubungan
dengan arus uang masuk dan uang keluar secara periodik.
Berikut adalah kode etik association for Investment Management and Research (AIMR):
Anggota AIMR akan:
1. Bertindak berdasarkan integritas, kompetensi, martabat (dignity), dan bertindak etik dalam
berhubungan dengan publik, pelanggan, calon pelanggan, atasan, karyawan, dan sesama
anggota profesi.
2. Menjalankan dan mendorong pihak lain untuk bertindak etis dan profesional yang akan
mencerminkan kepercayaan anggota profesi dan profesi mereka.
3. Berusaha keras untuk memelihara dan meningkatkan kompetensi dan kompentensi pihak lain
dalam profesi ini.
4. Menerapkan kehati-hatian dan menjalankan penilaian profesional yang bersifat independen.

Standar-standar perilaku ini juga meliputi:


 Tanggung jawab fundamental—memahami semua hukum, peraturan, dan regulasi yang terkait.
 Hubungan dan tanggung jawab profesi—termasuk tidak mengikatkan diri dengan perilaku tidak
etis dan melarang melakukan plagiarisme.
 Hubungan dan tanggung jawab pada atasan—termasuk pengungkapan konflik dan pengaturan
kompensasi tambahan.
 Hubungan dan tanggung jawab pada pelanggan dan calon pelanggan—termasuk perwakilan
yang masuk akal, indepensi dan objektifitas, tanggung jawab fiduciary dan dealing yang wajar,
memelihara kerahasiaan, dan pengungkapan konflik serta jasa rujuakan (referral fees).
 Hubungan dan tanggung jawab kepada publik—termasuk larangan menggunakan informasi
bukan publik dan larangan atas penyesatan kinerja investasi.

Kode Etik Teknologi Informasi


Penemuan dan pengembangan jaringan Internet serta teknologi telepon seluler makin mendukung
pertumbuhan bisnis di bisang teknologi informasi dan komunikasi, yang pada gilirannya
menggerakan seluruh perekonomian dan pendidikan di dunia saat ini. Sayangnya, bersamaan dengan
manfaat nyata bagi kehidupan umat manusia, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini juga
telah memunculkan berbagai isu etika yang makin serius, terutama di kalangan mereka yang
berprofesi di bidang teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Bukan rahasia lagi bahwa
kemajuan perangkat keras dan perangkat lunak komputer juga diikuti oleh munculnya beragam jenis
virus komuter yang setiap saat dapat mengancam data apa pun dan milik siapa pun. Kejahatan kerah
putih makin sering terjadi dengan dampak kerugian yang ditimbulkan makin besar, seperti:
penggelapan dana nasabah, manipulasi laporan keuangan, oknum yang tidak berwenang, munculnya
situs-situs porno melalui internet, dan sebagainya yang semuanya pasti melibatkan oknum pelaku
yang menguasai teknologi informasi.

Kode Etik Fungsi Lainnya


Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, organisasi perusaan adalah suatu sistem. Ciri
pokok suatu sistem adalah bahwa setiap elemen di dalam perusahaan akan berinteraksi satu dengan
lainnya akan memengaruhi perusahaan secara keseluruhan, sekecil apa pun peran yang dimainkan
oleh setiap elemen tersebut. Misalnya, bagian produksi di suatu perusahaan. Walaupun bagian
produksi tidak berhubungan langsung dengan pelanggan, namun kualitas produk yang dihasilkan
sangat menentukan kinerja fungsi pemasaran.
Perilaku seorang operator telepon di suatu perusahaan bisa saja menggagalkan suatu proyek
besar dari seorang calon pelanggan bila telepon dari calon pelanggan besar ini diterima oleh seorang
operator telepon perusahaan dengan sikap tidak sopan. Komunikasi yang tidak efektif antar bagian
dalam satu perusahaan bisa menimbulkan suasana dan budaya perusahaan yang tidak kondusif,
sepert: saling curiga, saling menyalahkan, saling menjatuhkan, bersaing tidak sehat dalam
memperebutkan suatu jabatan, dan sebagainya. Hal ini akan menimbulkan stres bagi karyawan yang
pada akhirnya merugikan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, semua karyawan oada
semua fungsi di suatu perusahaan harus selalu bersikap profesional, yaitu: menguasai bidang ilmu
dan ketrampilan teknis pada bidangnya, serta harus mempunyai sikap dan perilaku etis. Ketaatan
dalam mematuhi kode etik yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan menentukan kualitas SDM di
dalam perusahaan.

PERBANDINGAN KODE ETIK


Berikut adalah tabel Topik-topik Kode Etik dalam Perbandingan.

Associations for Association for


American Marketing Institute Of Management
Investment Management Computing Machine
Association (AMA) Accountants
and Research (AIMR) (ACM)

Tanggung jawab dan


Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi
komitmen

Kejujuran dan Integritas, Martabat


Integritas Jujur dan dapat dipercaya
Kewajaran (dignity)

Kerahasiaan,
Kerahasiaan,
Hak dan Kewajiban Kerahasiaan Menghormati hak
Objektivitas, Indepensi
kekayaan intelektual
Adil dan tidak
Kehati-hatian; Larangan
diskriminatif;
Hubungan organisasi Resolusi atau konflik etis menggunakan informasi
Menghormati privasi
nonpublik
orang lain

Anda mungkin juga menyukai