Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“BISNIS DAN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN”

Disusun oleh :
Kelompok 3
Adinda Hasna SP 141200096
Alexandra Nadine T 141200097
Abdan Azam Sabili 141200102
Riovaldi Baskara R.S 141200106

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’
YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan
manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan
mempertimbangan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya
memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata, melainkan sudah meliputi aspek
keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan
kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Namun saat ini –
saat perubahan sedang melanda dunia – kalangan usaha juga tengah dihimpit oleh berbagai
tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan
corporate governance, hingga masalah kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh
karena itu, dunia usaha dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan
kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu
bersaing untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak
berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Harapannya
dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi
yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis dan nilai - nilai lingkungan?
2. Bagaimana tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan?
3. Bagaimana tanggung jawab bisnis dari pendekatan peraturan?
4. Bagaimana tanggung jawab lingkungan perusahaan dengan pendekatankeberlanjutan?
5. Bagaimana peluang bisnis dalam ekonomi yang berkelanjutan?
6. Apa saja prinsip - prinsip dalam bisnis berkelanjutan?
7. Bagaimana hubungan antara keberlanjutan dan pemilik kepentingan?
C. Tujuan
1. Memahami yang dimaksud dengan etika bisnis dan nilai - nilai lingkungan.
2. Memahami bagaimana tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan.
3. Memahami bagaimana tanggung jawab bisnis dari pendekatan peraturan.
4. Memahami bagaimana tanggung jawab lingkungan perusahaan dengan pendekatan
keberlanjutan.
5. Memahami bagaimana peluang bisnis dalam ekonomi yang berkelanjutan.
6. Memahami prinsip - prinsip dalam bisnis berkelanjutan.
7. Memahami hubungan antara keberlanjutan dan pemilik kepentingan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika Bisnis dan Nilai – Nilai Lingkungan
Kepentingan pribadi manusia adalah jawaban yang paling jelas untuk menjawab semua
pertanyaan ini. Seluruh umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan
hidup. Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernafas, tanah dan
lautan yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk menangkal radiasi
sinar matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh di mana manusia tetap
akan dapat hidup di muka bumi ini. Dua aspek dari kenyataan lingkungan dewasa ini menegaskan
pentingnya penalaran berdasarkan kepentingan pribadi.
Seperti yang didokumentasikan dalam Collapse, bahwa pola kehidupan manusia pada masa
lalu sering melampaui batas dari kemampuan lingkungan setempat untuk menopang kehidupan
manusia. Dalam kasus historis ini, degradasi lingkungan telah dilokalisasi pada sebuah wilayah
tertentu dan jarang memengaruhi lebih dari satu generasi. Sebaliknya, sebagian isu lingkungan
saat ini berpotensi untuk memberikan pengaruh buruk di seluruh dunia dan mengubah hidup
manusia selamanya. Perubahan iklim global, punahnya spesies, erosi tanah dan desertification
(perubahan lahan subur menjadi gersang). Dan limbah nuklir akan menjadi gersang), dan limbah
nuklir akan mengancam kehidupan manusia hingga masa depan yang tidak terhingga.
Kedua. ilmu ekologi dan pemahamannya mengenai sistem-sistem alam yang saling terkait
membantu kita untuk memahami betapa manusia sangat bergantung pada ekosistem. Jika dulu kita
pernah berpikir bahwa limbah yang terkubur akan hilang selamanya, sekarang kita memahami
bahwa limbah yang dikubur di dalam tanah akan meracuni air tanah dan mengontaminasi air
minum untuk dalam wilayah yang luas dan jangka waktu yang lama. Sekarang kita mengerti bahwa
pestisida terakumulasi ke dalam keseluruhan rantai makanan dan menimbulkan bahaya terbesar
tidak hanya pada predator tingkat atas seperti burung clang bondol, tetapi juga kepada manusia
(Pertimbangkan dampak dari isu lingkungan mendasar pada air susu ibu, yang dibahas pada Uji
Realitas sebelumnya). Jika dulu kita berpikir bahwa ikan yang ada di lautan tidak akan pernah
habis untuk ditangkap nelayan dan bahwa atmosfer terlalu luas untuk dapat diubah oleh manusia,
sekarang kita memahami bahwa keseimbangan lingkungan yang tepat sangatlah penting untuk
memelihara sistem yang menunjang kehidupan.
Pada akhir abad ke-19, manusia mulai menyadari adanya alasan berdasarkan kepentingan
pribadi untuk melindungi lingkungan alam. Gerakan konservasi, tahap pertama dari
environmentalisme modern. mulai menyerukan pendekatan yang lebih terkendali dan hati-hati
terhadap alam. Dari perspektif ini, alam masih dihargai sebagai sumber daya, yang menyediakan
manusia dengan manfaat langsung (udara, air, makanan), dan manfaat tidak langsung (barang-
barang dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis). Para pendukung gerakan konservasi berargumen
menentang eksploitasi sumber daya alam seolah-olah alam dapat menyediakan pasokan bahan
yang tidak pernah habis. Mereka menegaskan bahwa bisnis memiliki alasan yang baik untuk
menjaga sumber daya alam, alasan yang paralel dengan pertimbangan rasional untuk menjaga
sumber daya finansial Lingkungan alam. seperti halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif
untuk menghasilkan laba jangka panjang hanya jika dikelola dan digunakan secara hati-hati
Di samping alasan-alasan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan manusia ini, lingkungan
alam sangat penting dan berharga untuk banyak alasan lain. Sering kali nilai-nilai lain ini
bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih langsung berasal dari perlakuan
terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya Keindahan dan kemegahan alam dunia
menyediakan nilai seni dan inspirasi yang sangat besar. Banyak orang melihat alam sebagai
manifestasi dari nilai agama dan spiritual. Bagian-bagian dari alam memiliki nilai simbolis, nilai
historis, dan nilai psikologis yang beragam sebagai tempat kedamaian dan kenyamanan Nilai-nilai
ini dapat secara jelas bertentangan dengan penggunaan bumi sebagai sumber daya secara fisik, dan
bukan secara spiritual, untuk menunjang mereka yang hidup di dalamnya. Pertimbangkan
keseimbangan itu saat Anda meninjau Poin Keputusan di halaman 396.
Status moral binatang telah menjadi nilai lingkungan yang, dapat diperdebatkan, telah
menciptakan tantangan besar bagi bisnis Dirujuk secara beragam sebagai hak asasi binatang, atau
pembebasan binatang, atau gerakan kesejahteraan binatang, pendekatan ini mengangkat
penghargaan mo kepada binatang Status ini dapat menciptakan beragam tanggung jawab etis yang
berbeda terkait cara kita memperlakukan binatang dan akan memberikan dampak yang signifikan
terhadap bisnis Dua versi pendekatan atas hal ini patut disebutkan.
Pendekatan pertama menekankan fakta bahwa banyak binatang, diperkirakan bahwa semua
binatang dengan sistem syaraf pusat, memiliki kapasitas untuk merasakan sakit. Ingatlah tradisi
utilitarianisme yang dijelaskan pada Bab 3, pandangan ini menyatakan dengan tegas tanggung
jawab etis untuk meminimalkan rasa sakit Menyebabkan rasa sakit yang tidak perlu adalah salah
secara etis, oleh karena itu, tindakan yang membuat binatang menanggung rasa sakit yang tidak
perlu adalah salah secara etis Membesarkan dan menyembelih binatang untuk makanan, terutama
dengan cara perusahaan industri peternakan membesarkan unggas, babi, dan sapi, menjadi kasus
yang jelas di mana bisnis melanggar tanggung jawab etis ini, seperti yang diargumentasikan oleh
satu pihak pada Uji Realitas di halaman sebelumnya
Pendekatan kedua berargumen bahwa setidaknya sebagian binatang memiliki kapasitas
kognitif untuk memiliki kehidupan sesuai dengan keinginan mereka Ingatlah tradisi etis penganut
ajaran Kant yang dijelaskan pada Bab 3, pandangan : ini menyatakan dengan tegas bahwa kita
memiliki tugas untuk tidak memperlakukan binatang hanya sebagai objek dan sarana untuk
mencapai tujuan. Sekali lagi, bisnis yang menggunakan binatang untuk makanan, hiburan atau
binatang peliharaan akan melanggar hak-hak etis terhadap binatang tersebut.

B. Tanggung Jawab Bisnis Terhadap Lingkungan : Pendekatan Pasar


Meski perdebatan yang cukup signifikan mengelilingi sebagian nilai lingkungan, masih
terdapat kesepakatan yang sangat kuat tentang alasan yang bijak untuk melindungi lingkungan
alam-manusia memiliki hak untuk mendapat perlindungan dari bahaya. Kontroversi yang ada lebih
berfokus mengenai sarana terbaik untuk mencapai tujuan. Secara historis, perdebatan ini berfokus
pada apakah pasar yang efisien ataukah peraturan pemerintah adalah sarana yang paling tepat
untuk mempertemukan tanggung jawab bisnis terhadap lingkungan. Masing-masing dari dua
pendekatan ini memiliki implikasi yang signifikan terhadap bisnis.
Dari satu sisi, jika pendekatan terbaik terhadap masalah lingkungan adalah untuk
mempercayakan mereka pada pasar yang efisien, maka manajer bisnis yang bertanggung jawab
hanya perlu mencari keuntungan dan membiarkan pasar untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien. Dengan melakukan ini, bisnis memenuhi perannya di dalam sebuah sistem pasar,
yang pada gilirannya melayani kebaikan keseluruhan (utilitarianisme) yang lebih besar. Di sisi lain,
jika peraturan pemerintah adalah pendekatan yang lebih memadai, maka bisnis harus
mengembangkan struktur yang mematuhi peraturan untuk memastikan bahwa bisnis telah
mematuhi peraturan tersebut.
Para pembela pendekatan pasar berpendapat bahwa masalah lingkungan adalah masalah
ekonomi yang patut mendapat solusi ekonomi. Pada dasarnya, masalah lingkungan melibatkan
alokasi dan distribusi dari sumber daya yang terbatas. Pasar yang efisien dapat menanggapi
tantangan lingkungan, terlepas dari peduli atau tidaknya kita terhadap alokasi sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas, atau dengan kapasitas untuk menyerap produk
sampingan dari industri seperti CO₂ atau PCB.
Pertimbangkan implikasi dari model ini untuk konservasi polusi dan sumber daya. Di dalam
bukunya yang terkenal, People or Penguins: The Case for Optimal Pollution, William Baxter
berargumen bahwa ada tingkat polusi yang optimal yang sangat berguna bagi kepentingan
masyarakat Tingkat yang optimal ini paling baik dapat dicapai, menurut Baxter, dengan cara
menyerahkannya kepada pasar yang kompetitif (Alasannya di sini serupa dengan alasan yang
dijelaskan pada Bab 6 yang berkaitan dengan pendekatan berdasarkan pasar untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan karyawan).
Menolak adanya standar yang "alamiah" atau objektif bagi udara atau air yang bersih
(sebagaimana pandangan ini menolak adanya keadaan yang objektif dari kesehatan yang
sempurna), Baxter memulai dengan sebuah tujuan akan kualitas udara atau air yang "aman" dan
menerjemahkan tujuan ini menjadi hanya sebagai upaya menyeimbangkan risiko dan manfaat.
Masyarakat dapat berusaha keras mendapatkan udara dan air yang murni, tetapi biaya (peluang
yang hilang) yang akan ditanggung menjadi sangat tinggi Pendekatan yang lebih rasional ditujukan
pada kualitas udara atau air yang cukup aman untuk dihirup dan diminum dengan biaya yang tidak
terlalu tinggi. Keseimbangan ini, "tingkat polusi yang optimal", dapat dicapai melalui pasar yang
kompetitif. Masyarakat, melalui kegiatan individu, akan bersedia untuk membayar pengurangan
polusi sejauh manfaat anggapannya melampaui biaya yang dikeluarkan.
Pasar bebas juga menyediakan sebuah jawaban untuk konservasi sumber daya Dari perspektif
pasar ekonomi yang kaku, sumber daya itu "tak terbatas" Julian Simon, sebagai contoh,
berargumen bahwa sumber daya hendaknya tidak dipandang sebagai objek materi, melainkan
hanya sebagai alat/sarana untuk mencapai tujuan kita Sejarah telah membuktikan bahwa
kecerdikan dan insentif manusia selalu bisa mendapatkan pengganti (barang substitusi) untuk
segala kekurangan. Ketika penawaran dari sebuah sumber daya berkurang. harga meningkat, oleh
karena itu memberikan insentif yang kuat untuk menawarkan lebih banyak atau menyediakan
barang substitusi yang lebih murah. Dalam istilah ekonomi, seluruh sumber daya dapat
"digantikan" Mereka dapat digantikan oleh barang substitusinya, dan dalam pengertian ini sumber
daya itu tak terbatas. Sumber daya yang tidak digunakan untuk memuaskan permintaan konsumen
hanya akan disia-siakan.
Kasus serupa dapat dibuat untuk perlindungan wilayah lingkungan yang sensitif Perlindungan
semata-mata untuk kepentingan perlindungan saja akan sia-sia karena tindakan ini akan
menggunakan sumber daya secara tidak efisien. Dengan demikian, kembali pada rencana
pengembangan Manassas Battlefield yang telah dijelaskan sebelumnya, melindungi daerah
terbuka di sekitar wilayah tersebut alih alih mengembangkan tanah sebagai taman hiburan
seharusnya dilakukan hanya pika orang-orang bersedia membayar lebih banyak untuk daerah
terbuka daripada untuk taman hiburan Karena rencana Disney akan sangat menguntungkan secara
finansial, membiarkannya untuk tidak dikembangkan akan menyia-nyiakan sumber daya yang
berharga itu.
Tantangan terhadap pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini
tidak asing lagi. Berbagai kegagalan pasar, yang kebanyakan melibatkan isu lingkungan,
menunjukkan bahwa solusi pasar itu tidak memadai. Salah satu contohnya adalah keberadaan dari
eksternalitas, contohnya dalam buku teks adalah polusi lingkungan. Karena "biaya" dari hal-hal
seperti polusi udara, kontaminasi dan deplesi dari air tanah, erosi tanah, dan pembuangan limbah
nuklir ditanggung oleh pihak "eksternal" dari pertukaran ekonomi (contohnya adalah masyarakat
yang tinggal di sekitar wilayah industri. lingkungan sekitar, generasi yang akan datang). pertukaran
pasar bebas tidak menjamin hasil yang optimal.
Jenis kegagalan pasar yang kedua terjadi ketika tidak ada pasar yang menciptakan harga untuk
barang-barang sosial yang penting. Spesies yang terancam punah, panorama yang indah, tanaman
dan binatang langka, serta keanekaragaman hayati adalah beberapa jenis barang-barang
lingkungan yang pada umumnya tidak diperdagangkan di pasar bebas (misalnya ketika barang-
barang itu diperdagangkan, biasanya diperdagangkan dengan suatu cara yang mengancam
keberadaan mereka, seperti ketika cula badak, cakar harimau, gading gajah, dan kayu mahoni yang
dijual di pasar gelap). Barang barang publik seperti udara dan penangkapan ikan yang bersih di
laut juga tidak memiliki harga pasar yang mapan. Tanpa nilai pertukaran yang mapan, pendekatan
pasar bahkan tidak dapat berupaya untuk meraih tujuannya untuk memenuhi permintaan konsumen
secara efisien. Pasar sendiri gagal menjamin bahwa barang-barang publik seperti ini terpelihara
dan terlindungi. Pembahasan studi kasus pada Poin Keputusan berikut ini mengeksplorasi apakah
insentif pasar selalu mengarah pada keputusan yang lebih disukai di dalam konflik khusus ini.
The Pacific Lumber Corporation, yang berbasis di Humboldt County, California bagian utara,
sebuah perusahaan kayu dan produk kayu utama, merupakan perusahaan terbuka yang dikelola
oleh keluarga yang sama hampir sepanjang sejarahnya. Pacific Lumber mengelola sumber daya
alamnya dengan cara yang melindungi keberlanjutan jangka panjang dari panenan kayunya.
Hutannya, sebagian berisi kayu berusia tua, dipanen pada tingkat 2 sampai 3 persen setiap
tahunnya, kurang lebih sama dengan tingkat pertumbuhan pohon per tahun. Perusahaan ini juga
dikenal memperlakukan karyawannya secara bertanggung jawab. Perusahaan menggaji
karyawannya relatif cukup, memberikan dukungan finansial selama masa ekonomi yang sulit,
menjamin pekerjaan untuk anggota keluarga karyawannya, menyediakan beasiswa kepada anak-
anak karyawan, dan mempersiapkan dana pensiun yang cukup besar. Secara keseluruhan,
perusahaan tersebut merupakan warga negara perusahaan yang baik yang berkontribusi dengan
berbagai cara di dalam kehidupan bermasyarakat.
Pacific Lumber juga tampak dikelola dengan baik secara finansial. Perusahaan ini
menguntungkan dan tidak memiliki utang, serta sanggup menyediakan tingkat pengembalian yang
stabil kepada para investornya. Akan tetapi, semuanya mulai berubah ketika perusahaan ini
menjadi target pengambilalihan pada tahun 1986.
Sekitar akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an, pembeli dari luar mulai mengambil alih
perusahaan. Euforia pengambilalihan perusahaan yang menjadi ciri tahun tahun itu dibiayai
sebagian besar melalui obligasi sampah (junk bond). Obligasi ini merupakan pinjaman berisiko
tinggi yang dibuat oleh para investor keuangan dengan menjanjikan tingkat pengembalian yang
tinggi. Spesialis pengambilalihan, umumnya dengan keahlian dalam bidang keuangan dan hukum
tetapi kurang memiliki keahlian dalam bidang industri spesifik perusahaan yang dibelinya,
mengidentifikasi sebuah perusahaan yang tampaknya dinilai terlalu rendah. Yaitu perusahaan yang
nilai asetnya tampak lebih besar dibandingkan "nilai buku" sahamnya. Dipersenjantai dengan uang
tunai dari obligasi sampah berbunga tinggi, spesialis pengambilalihan mampu membeli cukup
banyak saham untuk dapat mengendalikan (controlling interest) perusahaan dengan harga di atas
harga perdagangan saham saat ini. Mereka kemudian mengelola perusahaan dengan lebih efisien
dibandingkan manajemen sebelumnya atau menjual aset-aset yang dinilai terlalu rendah itu.
Karena pinjaman berbunga tinggi menyediakan insentif yang kuat untuk menghasilkan laba
dengan cepat, strategi yang paling umum adalah menjual aset perusahaan "Leveraged buyout
seperti ini menciptakan potensi keuntungan yang sangat besar dalam jangka waktu yang sangat
singkat.
Pacific Lumber merupakan target dari suatu leveraged buyout. Karena perusahaan tidak
memiliki utang dan karena perusahaan tidak mengoptimalkan sumber dayanya (sebagai contoh,
97 sampai 98 persen pohonnya tidak dipanen setiap tahunnya). na finansial Pacific Lumber terlihat
lebih tinggi daripada nilai sahamnya. Dari sudut pandang keuangan, nilai sumber daya yang tidak
dipakai ini sepertinya tersia-siakan. Dodali dengan obligasi sampah berbunga tinggi senilai
US$ 800 juta yang dikelola Drexel Burnham Lambert, Charles Hurwitz berhasil membeli Pacific
Lumber melalui suatu leveraged buyout.
Dapat diprediksi bahwa, pemilik baru dengan segera berencana meningkatkan tingkat
pemanenan kayu, meliputi pohon kayu redwood berusia tua yang sebelumnya dilindungi,
mengumpulkan uang tunai untuk membayar utangnya. Pacific Lumber dibagi menjadi tiga
perusahaan terpisah dan utangnya ditransfer kepada rendah yang dijamin dengan lahan hutannya.
Dana pensiun perusahaan diakhiri dan ga perusahaan baru ini dan dibiayai kembali dengan
pinjaman berbunga lebih dananya dipakai untuk membayar utang dan membeli asuransi anuitas
pensiun dari perusahaan asuransi yang dimiliki oleh Hurwitz. Dengan meningkatnya penebangan
hutan, lapangan pekerjaan di humboldt county sedikit meningkat setelah diambil alih.
Pacific Lumber menyediakan studi kasus yang menarik dari dua filosofi manajerial yang
bersaing. Filosofi manajerial yang memandu Pacific Lumber sebelum diambil alih mengarahkan
manajemen untuk menyeimbangkan sekelompok kepentingan yang beragam, Tim manajemen ini
menjaga Pacific Lumber untuk beroperasi sebagai bisnis yang menguntungkan dan stabil
Pelanggan mendapatkan sumber produk kayu yang selalu siap tersedia pada harga yang bersedia
mereka bayarkan. Karyawan memiliki pekerjaan yang bergaji cukup dan stabil dengan tunjangan
yang cukup besar. Para investor menerima pengembalian yang cukup atas investasi mereka
sehingga mereka tetap menginvestasikan uangnya di perusahaan. Perusahaan membantu
masyarakat dengan landasan ekonomi yang stabil dan keseimbangan atas perlindungan lingkungan
dengan kegiatan ekonomi yang dapat diterima. Setiap keuntungan tambahan yang dapat diberikan
kepada sebuah kelompok dapat menjadi suatu biaya bagi kelompok yang lain. Investor hanya akan
dapat menerima tingkat pengembalian yang lebih tinggi dengan cara mengurangi upah dan
tunjangan karyawan, meningkatkan perusakan lingkungan, atau harga yang lebih tinggi. Karyawan
hanya akan dapat menerima upah yang lebih tinggi melalui nilai saham yang lebih rendah, harga
yang lebih tinggi, dan seterusnya. Pada model ini, keahlian manajerial melibatkan upaya
menemukan dan memelihara keseimbangan yang stabil antara kepentingan kepentingan yang
saling bersaing ini.
Setelah diambil alih, filosofi manajerial yang dianut adalah memaksimalkan laba, Dari
perspektif ini, sumber daya perusahaan harus dikelola dengan cara yang paling efisien untuk
menghasilkan laba. Sumber daya yang tidak dipakai, sebagai contoh 98 persen lahan hutan yang
tidak dipanen, adalah sumber daya yang disia-siakan Modal yang disimpan dalam dana pensiun
adalah sumber daya yang disia-siakan Upah dan tunjangan di atas nilai yang diperlukan untuk
memelihara pasokan tenaga kerja yang stabil adalah sia-sia Sumber daya yang disia-siakan
menunjukkan bahwa orang- orang kehilangan peluang dan tidak mendapatkan semua yang mereka
inginkan. Secara khusus, sebagai pemilik perusahaan, para pemegang saham layak mendapat
prioritas dibandingkan kepentingan karyawan, pelanggan, dan masyarakat.
Kedua filosofi manajerial tersebut telah mengakar sangat kuat di dalam praktik manajenal
kontemporer. Masing-masing filosofi ni juga dapat memengaruhi tradisi etis yang panjang untuk
mendapat dukungan.
1, Evaluasilah filosofi manajemen dari manajer Pacific Lumber sebelum diambil alih dari sudut
pandang pemegang saham, karyawan, komunitas lokal, pemerhati lingkungan, lembaga keuangan
terkait perusahaan, dan pelanggan.
2. Apakah persentase 97 sampai 98 dari sumber daya perusahaan yang tidak dipanen setiap tahun
disia-siakan? Apakah tingkat panenan itu adil untuk pemegang saham? Siapakah yang seharusnya
membuat keputusan?
3. Apakah leveraged buyout rasional dari sudut pandang keuangan? Dari sudut pandang etis?
Apakah ada pilihan lain?
4. Haruskah manajemen bisnis selalu mencari tingkat pengembalian atas investasi yang tertinggi?
Alasan apa yang mungkin ada untuk mencari tingkat pengembalian yang tidak terlalu tinggi?
Akankah pendapat Anda berubah jika alih-alih perusahaan kayu yang menebang pohon yang sudah
tua, kasus ini melibatkan perusahaan tambang yang menambang batu bara atau barang tambang
lainnya?
Cara ketiga di mana kegagalan pasar dapat mengarah pada kerusakan lingkungan yang
serius melibatkan perbedaan antara keputusan individu dan konsekuensi kelompok. Kita dapat
kehilangan pertanyaan tentang kebijakan dan etis yang penting jika kita membiarkan keputusan
kebijakan dihasilkan hanya dari keputusan individu Pertimbangkan perhitungan yang akan dibuat
seorang konsumen terkait dengan pembelian sebuah mobil SUV dan konsekuensi dari keputusan
itu terhadap pemanasan global. Tambahan CO, yang akan dikeluarkan oleh mobil SUV tidak
terlalu besar sehingga individu ini sepertinya akan menyimpulkan bahwa keputusannya untuk
membeli mobil SUV tidak akan menghasilkan perbedaan. Namun, jika setiap konsumes membuat
keputusan yang sama persis, konsekuensinya akan menghasilkan perbedaan yang signifikan.
Contoh ini menunjukkan bahwa hasil sosial yang menyeluruh dari perhitungan individu
mungkin akan meningkatkan polusi dan penyakit yang berhubungan dengan polusi seperti asma
dan alergi secara signifikan. Sejumlah kebijakan alternatif (seperti membatasi penjualan SUV,
menaikkan pajak atas bensin, mengkategorikan SUV sebagai mobil alih-alih truk ringan ketika
menghitung Corporate Automative Fuel Efficiency [CAFE] Standards) yang dapat menangani
masalah polusi dan penyakit yang berhubungan dengan polusi tidak akan dipertimbangkan untuk
dibuat jika kita hanya bergantung pada solusi pasar. Karena hal ini adalah pertanyaan etis yang
penting. dan karena pertanyaan ini tetap tidak akan dipertanyakan di dalam transaksi pasar, kita
harus menyimpulkan bahwa transaksi pasar tidak lengkap (setidaknya) dalam pendekatan mereka
terhadap kebaikan sosial secara keseluruhan. Dengan kata lain, apa yang baik dan rasional untuk
sekelompok individu belum tentu baik dan rasional juga bagi masyarakat.
Kegagalan pasar ini menimbulkan keprihatinan serius terhadap kemampuan dari ekonomi
pasar untuk mencapai kebijakan lingkungan yang tepat. Para pembela pandangan yang sempit
tentang tanggung jawab sosial perusahaan tentu saja telah memberikan tanggapan terhadap
tantangan ini Menginternalisasi biaya eksternal dan menyediakan hak milik untuk barang-barang
yang tidak ada pemiliknya seperti binatang liar merupakan dua tanggapan terhadap kegagalan
pasar Akan tetapi, ada cukup alasan untuk berpikir bahwa upaya ad hoc seperti ini dari sudut
pandang lingkungan tidaklah memadai untuk memperbaiki kegagalan pasar. Satu alasan yang
penting adalah apa yang disebut dengan masalah generasi pertama.
Pasar dapat bekerja untuk mencegah kerusakan hanya melalui informasi yang didapatkan
dari adanya kegagalan pasar. Sebagai contoh, hanya ketika populasi ikan di Atlantik Utara turun
drastis, kita belajar bahwa persaingan bebas dan terbuka di antara industri-industri perikanan di
dunia untuk barang-barang publik yang tidak ada pemiliknya gagal mencegah menipisnya populasi
ikan cod, ikan pedang, ikan salmon Atlantik dan lobster Kita belajar mengenai kegagalan pasar
dan berusaha mencegah kerusakan di masa depan dengan cara mengorbankan "generasi pertama"
hanya sebagai sarana untuk memperoleh informasi ini. Ketika kebijakan publik melibatkan
barang-barang publik yang tidak dapat tergantikan seperti spesies yang hampir punah, wilayah
hutan yang langka, serta keselamatan dan kesehatan publik, strategi reaksi seperti itu merupakan
saran yang buruk (Lihat Uji Realitas di halaman berikut ini untuk mengingat publik terkait energi).

C. Tanggung Jawab Lingkungan dari Bisnis Pendekatan Peraturan


Sebuah konsensus luas muncul di Amerika serikat pada tahun 1970-an bahwa pasar yang tidak
diatur oleh undang-undang adalah pendekatan yang tidak memadai terhadap tantangan-tantangan
lingkungan. Sebaiknya, peraturan pemerintah dilihat sebagai cara yang lebih baik untuk
menanggapi masalah lingkungan Sebagian bes peraturan lingkungan yang paling signifikan di
Amerikat Serikat diberlakukan pad tahun 1970-an. The Clean Air Act tahun 1970 (diamandemen
dan diperbaru tah 1977), Federal Water Pollution Act tahun 1972 (diamandemen dan diperbarui
menjad the Clean Water Act tahun 1977), dan the Endangered Species Act tahun 1973 merupakan
bagian dan konsensus nasional untuk menangani masalah lingkungan Setiap undang- undang
awalnya dipelopori oleh Kongres yang didominasi oleh P Demokrat dan ditandatangani menjadi
undang-undang oleh presiden yang bena dari Partai Republik.
Semua undang-undang ini memiliki pendekatan yang sama terhadap isu lingkungan terkait
lingkungan adalah hukum tort. Hanya individu yang dapat Sebelum semua undang-undang ini
diberlakukan, hukum membuktikan bahwa mereka telah dirugikan oleh polusi-lah yang dapat
mengajukan tuntutan hukum atas polusi udara dan air. Pendekatan hukum ini menempatkan behar
pembuktian pada orang yang telah dirugikan, dan paling baik hanya menawarka ama untuk
penanganan kompensasi atas kerugian setelah adanya fakta. Dengan pengecualian atas intensif ang
diberikan oleh ancaman kompensasi, kebijakan di Amerika Serikat tidak berbuat banyak untuk
mencegah timbulnya kerusakan akibat polusi. Tanpa adanya bukti kelalaian, kebijakan publik
cukup puas dengan menyerahkan keputusan mengenai kebijakan lingkungan kepada pasar Karena
spesies yang hampir punah tidak memiliki perlindungan hukum, kerusakan yang mencelakai
kehidupan tanaman dan binatang bukan merupakan perhatian hukum. Selain itu kebijakan
sebelumnya, tidak berbuat banyak untuk mencegah kerusakan pelestarian tanaman dan kepunahan
binatang.
Undang-undang yang mulai diberlakukan selama tahun 1970-an menetapkan standar yang
secara efektif memindahkan beban pembuktian dari mereka yang terancam tindakan perusakan
kepada mereka yang melakukan tindakan perusakan Pemerintah menetapkan standar aturan untuk
mencegah terjadinya polusi atau kepunahan spesies alih-alih menawarkan kompensasi setelah
adanya fakta. Kita dapat berpikir bahwa undang-undang ini menetapkan standar minimum untuk
memastikan kualitas udara dan air serta pelestarian spesies Bisnis bebas untuk mencapai tujuannya
selama mereka mematuhi batasan yang ditetapkan oleh standar minimum ini.
Konsensus yang muncul adalah bahwa masyarakat memiliki dua kesempatan untuk
menetapkan tanggung jawab lingkungan perusahaan. Sebagai konsumen, individu dapat meminta
produk yang ramah lingkungan di pasar. Sebagai warga negara, individu dapat mendukung
legislasi terkait lingkungan. Selama bisnis merespons pasar dan mematuhi undang-undang, bisnis
telah bertanggung jawab terhadap lingkungan Jika kosumen meminta produk yang mungkin
menimbulkan kerusakan bagi lingkungan, seperti mobil SUV yang baros bahan bakar, dan produk
tersebut diizinkan peredarannya oleh undang-undang, maka kita tidak dapat mengharapkan bahwa
bisnis dapat melupakan peluang untuk memasarkan produk semacam ini.
Filsuf Norman Bowie (dalam sebuah esai yang dicetak di akhir bab ini) membela versi
pandangan yang sempit mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dimodifikasi
Bowic berargumen bahwa, selain dari tugas untuk tidak menyebabkan kecelakaan terhadap
manusia dan mematuhi undang-undang, perusahaan tidak memiliki tanggung jawab lingkungan
khusus. Bisnis secara sukarela dapat memilih untuk melakukan hal-hal yang baik berkenaan
dengan akan tetapi bisnis tidak memiliki kewajiban untuk melakukannya Bisnis seharusnya bebas
untuk mengejar keuntungan dengan merespons permintaan perekonomian pasar tanpa perhatian
khusus terhadap tanggung jawab lingkungan Sejauh masyarakat menginginkan barang-barang
yang ramah lingkungan (sebagai contoh, menurunkan polusi dengan meningkatkan efisiensi bahan
bakar pada kendaraan), maka mereka bebas untuk mengekspresikan keinginan tersebut melalui
undang-undang atau di dalam pasar Tanpa permintaan itu, bisnis tidak memiliki tanggung jawab
khusus terhadap lingkungan.
Beberapa masalah menunjukkan bahwa pendekatan ini tidaklah memadai dalam jangka
panjang Pertama, pendekatan ini merendahkan pengaruh yang dimiliki bisnis dalam menetapkan
undang-undang. Standar the Corporate Automotive Fuel Efficiency (CAFE) yang telah disebutkan
sebelumnya telah menyediakan contoh yang baik bagaimana hal ini terjadi Pandangan yang
rasional terhadap undang ini menyarankan bahwa publik dengan jelas mengekspresikan tujuan
politik untuk meningkatkan kualitas udara dengan meningkatkan tujuan dari efisiensi bahan bakar
pada mocil (dengan demikian mengurangi emisi mobil). Namun, industri SUV dari standar ini.
Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena truk ringan dan SUV saat itu mewakili segmen
yang memiliki penjualan terbesar, dan paling il mampu menggunakan pengaruh lobinya untuk
mengecualikan truk ringan dan menguntungkan, dari industri mobil. Kedua, pendekatan ini juga
merendahkan kemampuan bisnis untuk memenganhi pilihan konsumen. Untuk menyimpulkan
bahwa bisnis memenuhi tanggung jawab lingkungannya ketika merespons permintaan konsumen
yang terkait dengan lingkungan adalah merendahkan peran yang dapat dimainkan bisnis dalam
membentuk opini publik Periklanan adalah industri yang bernilai USS 200 miliar per tahun di
Amerika Serika saja. Sudah pasti menyesatkan untuk mengklaim bahwa bisnis merespons
keinginan pelanggan secara pasif dan bahwa pelanggan tidak terpengaruh oleh pesan yang
disampaikan oleh bisnis Dengan mengasumsikan bahwa bisnis tidak akan berhen mengiklankan
produknya atau melobi pemerintah, model tanggung jawab lingkungan perusahaan seperti ini
kemungkinan besar akan terbukti tidak memadai untuk melindungi lingkungan alam.
Lebih jauh lagi, jika kita bergantung pada undang-undang untuk melindungi lingkungan,
tingkat perlindungan lingkungan hanya akan ada sejauh jangkauan undang- undang Akan tetapi,
sebagian besar isu lingkungan, khususnya masalah polusi. tidak memperhatikan kewenangan
hukum Negara bagian New York mungkin dapa mengeluarkan peraturan yang ketat mengenai
emisi asap pabrik, tetapi jika pabriknya berlokasi di kota Ohio atau bahkan lebih jauh di utara
Dakota atau Wyoming negara bagian New York akan terus menderita dampak dari hujan asam.
Sama halnya, regulasi nasional akan menjadi tidak efektif terhadap tantangan lingkungan
internasional Meski harapan tetap ada bahwa kesepakatan internasional mungkin dapat
mengendalikan masalah lingkungan, kegagalan dari kesepakatan Kyoto menunjukkan bahwa hal
ini mungkin terlalu optimistis.
Terakhir, dan mungkin yang paling bermasalah dari sudut pandang lingkungan model
peraturan ini berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi secara lingkungan dan etis tidak
membahayakan Peraturan menetapkan batas sampingan pada bisnis dalam mengejar keuntungan,
dan sejauh bisnis tetap mematuhi batasan tersebut, jalan apapun yang ditempuh manajemen untuk
meraih keuntungan akan mendapat legitimasi etis Apa yang hilang dalam pembahasan ini adalah
fakta yang sangat penting bahwa ada banyak cara untuk mengejar keuntungan di dalam batasan
undang-undang Jalan yang berbeda untuk meraih profitabilitas dapat menimbulkan konsekuensi
lingkungan yang sangat berbeda.
D. Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan : Pendekatan Keberlanjutan
Sejak tahun 1980-an, model baru mengenai tanggung jawab lingkungan perusahaan mulai
menemukan bentuknya, bentuk yang menggabungkan peluang keuangan dengan tanggung jawab
lingkungan dan etis. Konsep pengembangan/pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) dan praktik bisnis yang berkelanjutan (rustainable business practice) menyarankan
visi baru yang radikal untuk meng integrasikan tujuan lingkungan dan keuangan, dibandingkan
dengan model pertumbuhan yang sebelumnya (seperti yang dibahas di dalam Uji Realitas berikut
ini) Ketiga tujuan ini, keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan etis, sering kali disebut sebagai tiga
pilar keberlanjutan (three pillar of sustainability)
Konsep pengembangan yang berkelanjutan ini dapat ditelurusi melalui laporan dari World
Commission on Environment and Development (WCED) Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun
1987, yang lebih dikenal dengan Brundtland Commission, dinamai sesuai dengan ketuanya. Gro
Harlem Brundtland. Komisi ini bertanggung jawab untuk mengembangkan rekomendasi untuk
jalur-jalur menuju pembangunan ekonomi dan sosial yang menghindari upaya mencapai
pertumbuhan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan keberlanjutan ekonomi dan
lingkungan dalam jangka panjang. Brundtland Commission menawarkan apa yang menjadi
definisi standar dari pembangunan yang berkelanjutan. "Pembangunan yang berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengompromikan kemampuan generasi
yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri."
Ekonom Herman Daly merupakan salah satu pemikir ternama yang menyuarakan sebuah
pendekatan inovatif terhadap teori ekonomi berdasarkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Daly membuat kasus yang menyakinkan untuk memahami pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan melebihi standar yang lebih umum dari pertumbuhan ekonomi. Kecuali kita
membuat perubahan yang signifikan di dalam pemahaman kegiatan ekonomi, kecuali kita
mengubah cara kita berbisnis secara meyakinkan, kita akan gagal memenuhi kewajiban etis dan
lingkungan yang mendasar. Menurut Daly, kita memerlukan perubahan paradigma utama dalam
cara kita memahami kegiatan ekonomi.
Kita dapat memulai pemahaman dari kegiatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi standar
yang dapat ditemukan di dalam setiap buku teks ekonomi. Apa yang biasanya disebut dengan
model arus sirkular" (Peraga 9.1) menjelaskan sifat transaksi ekonomi dalam hal arus sumber daya
dari bisnis sampai ke rumah tangga dan kembali lagi ke bisnis. Bisnis menghasilkan barang dan
jasa untuk merespons permintaan pasar dari rumah tangga, kemudian mengirim barang dan jasa
tersebut ke rumah tangga untuk ditukarkan dengan pembayaran yang diterima oleh bisnis.
Pembayaran ini selanjutnya dikembalikan lagi ke rumah tangga dalam bentuk upah, gaji, sewa,
keuntungan, dan bunga.

Rumah tangga menerima pembayaran sebagai pertukaran atas tenaga kerja. lahan, modal, dan
keahlian wirausaha untuk menghasilkan barang dan jasa Dua aspek dari model arus sirkular ini
perlu diperhatikan Pertama, model tidak membedakan sumber daya alam dari faktor produksi
lainnya. Model ini dak menjelaskan asal dari sumber daya. Sumber daya hanyalah hal-hai dimiliki
oleh rumah tangga seperti tenaga kerja, modal, dan keahlian wirausaha, yang dapat dijual kepada
bisnis Seperti yang dikemukakan oleh ekonom Julian Simon, "Sebagai ekonom konsumen, kita
memiliki kepentingan terhadap jas tertentu yang dihasilkan oleh sumber daya, bukan pada sumber
daya itu sendiri Jasa tersebut dapat disediakan dalam berbagai cara dan dengan mensubstitusikan
faktor produksi yang berbeda. Oleh karena itu, menurut istilah Simon, sumber daya dapat
diperlakukan sebagai sesuatu yang tidak terbatas.
Observasi kedua adalah bahwa model ini memperlakukan pertumbuhan ekonomi sebagai
solusi atas semua penyakit sosial dan tidak memiliki batasan. Agar dapat mengikuti pertumbuhan
penduduk, ekonomi harus tumbuh. Agar dapat menyediakan standar hidup yang lebih tinggi,
ekonomi harus tumbuh Untuk mengurangi kemiskinan kelaparan, dan penyakit, ekonomi harus
tumbuh. Kemungkinan bahwa ekonomi tidak dapat tumbuh sampai waktu yang tidak terbatas
bukanlah bagian dari model ini
Ketiga poin yang dirangkum dalam Uji Realitas sebelumnya menyarankan alasan mengapa
model berbasis pertumbuhan ini tidak memadai. Menurut banyak perkiraan, perekonomian dunia
perlu tumbuh sekitar lima sampai sepuluh kali lipat dalam 50 tahun ke depan agar dapat membawa
standar hidup populasi di negara berkembang saat ini sejajar dengan standar hidup penduduk di
negara industri. Namun dalam 30 tahun tersebut, jumlah populasi dunia akan meningkat sebesar
lebih dari 3 miliar orang, sebagian besar dari mereka akan dilahirkan dalam perekonomian
termiskin di dunia. Tentu saja, satu-satunya sumber bagi semua kegiatan ekonomi ini adalah
kapasitas produktif dari bumi itu sendiri.
Daly berargumen bahwa ekonomi neoklasik, dengan penekanannya pada pertumbuhan
ekonomi sebagai tujuan dari kebijakan ekonomi, pada akhirnya akan gagal memenuhi tantangan
im kecuali pandangan ini menyadari bahwa ekonomi hanyalah sebuah subsistem di dalam biosfer
bumi. Kegiatan ekonomi bertempat di dalam biosfer ini dan tidak dapat berkembang melebihi
kapasitas biosfer untuk mendukung kehidupan Semua faktor yang terlibat dalam produksi-sumber
daya alam, modal, keahlian wirausaha, dan tenaga kerja-semuanya berasal dari kapasitas produktif
bumi Dengan pengetahuan akan hal ini, seluruh model klasik akan terbukti tidak stabil jika sumber
daya bergerak melalui sistem ini pada tingkatan yang melebihi kapasitas produktif bumi atau
melebihi kapasitas bumi untuk menyerap limbah atau produk sampingan dari produksi ini Dengan
demikian kita perlu mengembangkan suatu sistem ekonomi yang menggunakan sumber daya
hanya pada tingkatan yang dapat terus berlanjut dalam jangka panjang dan yang dapat mendaur
ulang atau mengggunakan kembali baik produk sampingan dari proses produksi maupun produk
itu sendiri. Model seperti itu, berdasarkan hasil karya Daly, ditunjukkan dalam Peraga 9.2
Peraga 9.2 berbeda dengan Peraga 9 1 dalam beberapa hal yang penting Pertama, model yang
berkelanjutan mengakui bahwa ckonomi berada di dalam biosfer yang terbatas yang terdiri dari
sebuah lapisan yang melingkupi permukaan bumi dengan luas hanya beberapa mil. Dari hukum
termodinamika pertama (konservasi energi/materi). kita mengetahui bahwa materi dan energi
sesungguhnya adak dapat "diciptakan", materi atau energi hanya dapat ditransfer dari bentuk yang
satu ke bentuk yang lain. Kedua, ada energi yang hilang pada setiap tahapan dari kegiatan ekonomi
Konsisten dengan hukum termodinamika yang kedua (entropi meningkat di dalam sistem tertutup).
jumlah energi yang dapat dipakai akan menurun seiring waktu. "Energi limbah terus-menerus
meninggalkan sistem ekonomi sehingga energi baru dengan entropi rendah harus mengalir secara
konstan ke dalam sistem. Pada akhirnya, satusatunya sumber energi dengan entropi rendah adalah
matahari Ketiga, model ini tidak lagi memperlakukan sumber daya alam sebagai sebuah faktor
produksi yang sama dan tidak dapat dijelaskan yang muncul dari rumah tangga. Sumber daya alam
berasal dari biosfer dan tidak dapat diciptakan ex nihilo (dari ketiadaan). Pada akhirnya, pola ini
mengakui bahwa limbah diproduksi pada setiap tahapan kegiatan ekonomi dan kemudian dibuang
kembali ke dalam biosfer.

Kesimpulan yang seharusnya diambil dari model yang baru ini relatif mudah. Dalam
jangka panjang, sumber daya dan energi tidak dapat dipakai, dan limbah tidak dapat dihasilkan,
pada tingkat di mana biosfer tidak dapat menggantikan atau menyerap mereka tanpa
membahayakan kemampuannya untuk menunjang kehidupan (manusia). Inilah apa yang disebut
oleh Daly sebagai "Batasan biofisik untuk pertumbuhan Biosfer dapat menghasilkan sumber daya
secara tak terbatas dan dapat menyerap limbah secara tak terbatas, namun hanya pada tingkat
tertentu dan dengan jenis kegiatan ekonomi tertentu. Inilah tujuan dari pembangunan yang
berkelanjutan. Menemukan tingkat dan jenis kegiatan ekonomi ini, dan dengan demikian
menciptakan praktik bisnis yang berkelanjutan, adalah tanggung jawab yang utama.

E. Peluang Bisnis dalam Ekonomi yang Berkelanjutan


Jika model peraturan dan kepatuhan cenderung untuk menafsirkan tanggung jawab lingkungan
sebagai hambatan pada bisnis, model berkelanjutan lebih maju dan dapat menghadirkan bagi bisnis
peluang yang lebih besar dibandingkan beban Dan memang. model ini menawarkan sebuah visi
bisnis masa depan yang telah banyak dikejar oleh bisnis yang kreatif dan bersifat wirausaha.
Kelompok peneliti lingkungan dan konsultan, The Natural Step, menggunakan gambar sebuah
corong, dengan dua garis yang saling mengerucut pada satu ujungnya, untuk membantu bisnis
memahami peluang-peluang tersebut. Sumber daya yang diperlukan untuk menunjang kehidupan
berada pada bidang miring yang terus menurun Meski terdapat perselisihan mengenai sudut
kemiringan (apakah kita berada pada permulaan dengan tingkat kemiringan sedikit atau sudah
berada pada tingkat yang lebih jauh, dengan tingkat kemiringan yang tajam?), ada konsensus yang
meluas bahwa sumber daya yang tersedia telah mengalami penurunan. Garis kedua menunjukkan
jumlah permintaan agregat di seluruh dunia, dengan memperhitungkan pertumbuhan populasi dan
permintaan yang terus meningkat dan gaya hidup konsumtif. Tanpa adanya bencana alam,
kebanyakan tapi tidak semua industri akan lolos melalui corong yang sempit untuk menuju era
kehidupan yang berkelanjutan Bisnis yang tidak mampu melihat visi masa depan yang
berkelanjutan akan membentur dinding yang menyempit. Bisnis yang inovatif dan bersifat
wirausaha-lah yang akan menemukan jalan untuk melalui dinding corong yang menyempit itu
Corong dari The Natural Step diilustrasikan pada Peraga 9.3
Selanjutnya The Natural Step menantang bisnis untuk melakukan "backcasting" dari sebuah
jalan menuju keberlanjutan. Kita semua cukup mengenal dengan apa yang disebut peramalan
(forecasting), di mana kita meneliti data saat ini dan memprediksi masa depan. "Backcasting"
menyelidiki apa yang akan terjadi di masa depan ketika kita berhasil keluar melewati corong
tersebut. Mengetahui seperti apa masa depan itu, bisnis yang kreatif kemudian melihat ke belakang
kembali ke masa kini dan menentukan apa yang harus dilakukan untuk sampai ke masa depan itu.
Mengapa sebuah perusahaan harus mengejar strategi dari keberlanjutan" Atas alasan
kepentingan pribadi bisnis itu saja, suatu kasus yang kuat dapat dibuat untuk mengambil langkah
saat ini demi mencapai masa depan yang berkelanjutan Setidaknya ada lima alasan yang
membentuk suatu kasus persuasif untuk menyimpulkan bahwa upaya mengejar strategi yang
berkelanjutan hampir selalu menjadi kepentingan pribadi bisnis (Demi kejelasan dari kondisi-
kondisi di mana hal itu tidak terjadi.

F. Prinsip – Prinsip untuk Bisnis yang Berkelanjutan


Sumber daya seharusnya tidak masuk ke dalam siklus ekonomi dari biosfer pada tingkat yang
lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk menggantikan sumber daya yang
terpakai.Energi yang digunakan untuk menggerakkan sistem ekonomi harus dapat diperbarui, dan
pada akhirnya mengandalkan matahari, satusatunya energi yang benar-benar dapat diperbarui.
Tiga prinsip umum ini akan memandu untuk bergerak ke arah keberlanjutan :
Prinsip yang pertama, disebut eko-efisiensi (ecoefficiency), telah cukup lama menjadi bagian
dari gerakan lingkungan. "Mengerjakan sesuatu lebih banyak dengan sumber daya yang lebih
sedikit" telah menjadi pedoman lingkungan selama puluhan tahun. Pada skala individu, secara
lingkungan lebih baik naik sepeda daripada naik bis, naik bis dengan fuel-cell atau bis dengan
mesin hibrida daripada bis diesel, naik bis daripada naik mobil pribadi, dan naik mobil hibrida
daripada SUV.
Prinsip kedua dari keberlanjutan bisnis, bayangkan limbah yang meninggalkan siklus ekonomi
dikembalikan lagi ke dalam siklus sebagai sumber daya yang produktif. Produksi "putaran
tertutup" berusaha untuk mengintegrasikan kembali limbah ke dalam proses produksi. Sama
halnya dengan proses biologi seperti siklus fotosintesis "limbah" dari sebuah kegiatan menjadi
sumber daya untuk kegiatan yang lain, prinsip ini sering disebut biomimicry.
Tujuan utama dari biomimicry adalah untuk menghilangkan limbah secara keseluruhan alih-
alih menguranginya. Jika kita benar-benar meniru proses biologi, hasil akhir dari sebuah proses
(contohnya daun dan oksigen yang dihasilkan melalui proses fotosintesis) pada akhirnya dapat
digunakan kembali sebagai sumber daya yang produktif (contohnya tanah dan air) dari proses
lainnya (pertumbuhan tanaman) hanya dengan menambahkan energi matahari.
Tanggung jawab dari hidup-sampai-hidup kembali (cradle-to-cradle responsibility)
memperluas ide ini lebih jauh dan menyatakan bahwa bisnis seharusnya bertanggung jawab untuk
memasukkan kembali hasil akhir dari produknya ke dalam siklus produktif. Tanggung jawab ini,
pada gilirannya, akan menciptakan insentif untuk merancang kembali produk sehingga mereka
dapat didaur ulang dengan efisien dan mudah.
Melampaui eko-efisiensi dan biomimicry, prinsip ketiga dari bisnis yang berkelanjutan
melibatkan peralihan dalam model bisnis dari produk ke jasa. Model ekonomi dan manajerial
tradisional menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan untuk produk-mesin cuci,
karpet, lampu, elektronik konsumen, AC. mobil, komputer dan seterusnya. Ekonomi berbasis jasa
(service-based economy) menerjemahkan permintaan pelanggan sebagai permintaan akan jasa-
untuk mencuci baju, melapisi lantai, mendekorasi bangunan, menghibur, udara yang sejuk,
transportasi, pengolahan kata dan seterusnya. Prioritas utama untuk menciptakan proses industri
yang tidak menghasilkan limbah beracun. Peraturan "mengambil kembali" (take back) yang
banyak dikembangkan oleh negara-negara Eropa akan menghasilkan insentif bagi bisnis untuk
memastikan bahwa produk sampingan dari proses industri tidak berbahaya.
BAB III
KESIMPULAN
Semua umat manusia bergantung pada lingkungan alam untuk dapat bertahan hidup.
Manusia membutuhkan air bersih untuk minum, udara segar untuk bernapas, tanah dan lauatan
yang subur untuk menghasilkan makanan, lapisan ozon yang tebal untuk menangkal radiasi sinar
matahari, dan biosfer yang menjaga keseimbangan iklim yang rapuh dimana manusia tetap akan
hidup di muka bumi ini. Dua aspek dari kenyataan lingkungan dewasa ini menegaskan pentingnya
penalaran berdasarkan kepentingan pribadi. Bisnis sekarang banyak memicu masalah-masalah
lingkungan karena kurangnya tanggung jawab, kompetisi di pasar untuk meminimalisir biaya dan
memaksimalkan keuntungan, kan kurangnya kesadaran akan keberlanjutan bisnis dan lingkungan
di masa yang akan datang.
Bisnis memiliki alasan yang baik untuk menjaga sumber daya alam., alasan yang paralel
dengan pertimbangan rasional untuk menjaga sumber daya financial. Lingkungan alam, seperti
halnya modal, memiliki kapasitas yang produktif untuk menghasilkan laba jangka panjang hanya
jika dikelola dan digunakan secara hati-hati. Disamping alasan-alasan untuk melindungi
kehidupan dan kesehatan manusia ini,lingkungan alam sangat penting dan berharga untuk banyak
alasan lain. Sering kali nilai-nilai lainini bertentangan dengan nilai instrumental yang bersifat lebih
langsung berasal dari perlakuan terhadap lingkungan sebagai suatu sumber daya.

DAFTAR PUSTAKA
Hartman dan Desjardins, 2011, Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi
dan Tanggung Jawab Sosial, Erlangga-Jakarta

Anda mungkin juga menyukai