Pergaulan bebas menjadi pemicu utama penyebaran penyakit HIV/AIDS pada remaja. Sejak tahun 2010
hingga 2020 tercatat ada sebanyak 12.553 anak berusia dibawah 14 tahun yang terinfeksi human
immunodeficiency virus atau yang kerap dipanggil HIV . Dari 12.553 kasus hanya 7.800 anak yang
mendapat pengobatan.
Ratna Budi Hapsani mengatatakan “Jumlah kasus HIV baru di Indonesia mencapai sekitar 30.000 per
tahun namun masih banyak orang yang sebenarnya telah terinfeksi HIV tetapi belum mengetahuinya.”
Sejauh ini Kemenkes memperkirakan ada 526.841 kasus orang dengan HIV. Sayangnya pemerintah
hanya menemukan sekitar 79% dari jumlah totalnya atau sebesar 417.863, jadi ada 21% yang belum
ditemukan. Menurut Ratna, "Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan pelacakan kasus dan
mencegah terjadinya infeksi HIV yang baru. Untuk itu pemerintah akan mengutamakan pelayanan
terhadap perempuan, remaja, anak yang dinilai paling beresiko tertular HIV. Juga karena obat obatan
untuk anak yang tersedia dalam bentuk sirup sangat terbatas."
Pemerintah harus mengambil tindakan tegas mengenai penyebaran HIV/AIDS yang semakin marak.
Kementrian Kesehatan Indonesia memang memiliki tujuan untuk mengakhiri epidemic HIV pada tahun
2030 namun upaya ini baru membuahkan hasil yang sedikit. Tujuan pemerintah mencapai target
indikator 95% orang dengan HIV(ODHIV) untuk mengetahui status HIV nya. Beradasarkan data
Kemenkes pada September 2022 capaian target 95-95-95 belum tercapai. Target pertama baru terwujud
76%, target kedua baru 41%, target ketiga baru 16%.
Dengan itu pemerintah harus lebih serius lagi menangani epidemi HIV ini karena sebagian masyarakat
Indonesia masih banyak yang kurang memiliki pengetahuan tentang HIV/AIDS yang menyebabkan masih
banyak orang yang terkena penyakit HIV/AIDS .