Blajakarta, Journal Manager, Abu Muslim

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

Volume 28, Nomor 1, April - Juni 2015

Akreditasi LIPI Nomor: 565/Akred/P2MI-LIPI/04/2014

ISSN: 0215 - 7829

JURNAL PENELITIAN KEAGAMAAN DAN KEMASYARAKATAN

KEMENTERIAN AGAMA RI
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA JAKARTA
2015

Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman i - iv i


DARI MEJA REDAKSI

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa—Allah Swt., Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan
dan Kemasyarakatan) Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015 ini dapat diterbitkan dan hadir
di hadapan pembaca. Sebagai bagian dari peningkatan kualitas jurnal ilmiah, dari waktu ke
waktu kami terus berupaya memperbaiki dan meningkatan kualitas terbitan dan cetakan
untuk mendukung kualitas karya ilmiah itu sendiri. Hal ini tiada lain, agar ilmu pengetahuan
yang kami produksi dapat lebih bermanfaat, terutama bagi kebijakan pembangunan bidang
agama, dan masyarakat pada umumnya.
Jurnal PENAMAS edisi kali ini menyajikan sebanyak 10 artikel, yang kesemuanya
terkait dengan kehidupan keagamaan, pendidikan agama dan keagamaan, serta lektur dan
khazanah keagamaan. Ketiga bidang penelitian atau kajian ini tetap menjadi fokus Jurnal
PENAMAS, karena sesuai dengan Tugas dan Fungsi (TUSI) kami sebagai lembaga penelitian
dan pengembangan di lingkungan Kementerian Agama.
Segenap Dewan Redaksi Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan dan Kemasyarakatan)
mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan
dan Kemasyarakatan), terutama mereka yang memberikan koreksi dan saran perbaikan
(review) untuk artikel-artikel Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015 ini, yakni: Prof. DR. Bambang
Pranowo (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. DR. Achmad Fedyani Syaifuddin (Universitas
Indonesia Depok), Prof. DR. M. Hisyam (LIPI), dan Prof. DR. Ahmad Tafsir (UIN Sunan Gunung
Djati Bandung). Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Alfida, MLIS yang secara khusus
menerjemahkan abstrak-abstrak artikel pada nomor kali ini ke dalam bahasa Inggris.
Akhirnya, kami berharap artikel-artikel yang disajikan pada edisi kali ini dapat memberikan
kontribusi, baik sebagai bahan/dasar pertimbangan kebijakan di bidang pembangunan
agama maupun pengembangan ilmu pengetahuan agama dan masyarakat secara umum.
Selamat membaca!

Jakarta, April 2015


Dewan Redaksi

ii Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman i - iv


JURNAL PENELITIAN KEAGAMAAN DAN KEMASYARAKATAN

Volume 28, Nomor 1, April - Juni 2015


Halaman 25 - 42

DAFTAR ISI

LEMBAR ABSTRAK ----------------------------------------------------------------- 1 - 10

MEMBACA EKSISTENSI ‘PUSAT LITERASI’ DARI PELOSOK NEGERI:


IRONI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN MADRASAH ALIYAH KONAWE SELATAN

Abu Muslim ------------------------------------------------------------------------ 25 - 42

Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman i - iv iii


iv Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman i - iv
MEMBACA EKSISTENSI ‘PUSAT LITERASI’ DARI PELOSOK NEGERI:
IRONI PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN MADRASAH ALIYAH
KONAWE SELATAN

READING THE EXISTENCE OF A REMOTE LITERACY CENTER: AN IRONY


OF LIBRARY MANAGEMENT IN MADRASAH ALIYAH (ISLAMIC SENIOR
HIGH SCHOOLS) SOUTH KONAWE

ABU MUSLIM

Abu Muslim Abstract


Balai Penelitian dan This study invites us to see the real condition of libraries in South Konawe.
Pengembangan Agama Using the qualitative descriptive research methods, this study aims to know
Makassar library management in Islamic Senior High School education level. The
Jl. A.P. Pettarani No. 72 research targets were purposively selected for three private or public Islamic
Makassar
Senior High Schools, which represent levels of accreditation. They are MAN
email: aL_0365@rocketmail.
Konda (accreditation B), MA Al-Amin Mataiwoi (accreditation C), MA DDI
com/081343755509
Nurul Qalby Ranomeeto (has not accredited yet). The results showed that
Naskah Diterima
Tanggal 5 Februari 2015. the conditions of library management in three Madrasah Aliyah are very
Revisi 25 Maret-20 April 2015. limited and not professional. They are limitted in terms of infrastructure
Disetujui 27 April 2015. and books collection. Also, they are not professional regarding to the
implementation of library services, since there no guidelines or specific
system running the libraries. The role of stakeholders in the library
development needs to be improved on intensification of technical assistance
and coordination aspects based on madrasa needs. This study also found
that in Madrasah Aliyah level, library development is not a priority, since
other madrasah infrastructure remains inadequate.
Keywords: Management, Library, South Konawe, MA, Irony

Abstrak
Penelitian ini mengajak kita melihat kondisi riil perpustakaan di Konawe
Selatan dengan mengoperasionalkan metode penelitian kualitatif
deskriptif untuk memperoleh gambaran pengelolaan perpustakaan di
tingkat satuan pendidikan Madrasah Aliyah. Sasaran penelitian dipilih
secara purposive 3 Madrasah Aliyah negeri/swasta, yang masing-masing
mewakili tingkatan akreditasi, yakni: MAN Konda (akreditasi B), MA Al-
Amin Mataiwoi (akreditasi C), dan MA DDI Nurul Qalby Ranomeeto
(tidak/belum terakreditasi). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi
pengelolaan perpustakaan Madrasah Aliyah di ketiga madrasah sasaran
dikelola dengan serba terbatas dan serba otodidak. Terbatas dari segi
sarana prasarana dan koleksi buku serta otodidak dari segi pelaksanaan
pelayanan yang semuanya dilakukan tanpa pedoman dan/atau sistem
khusus yang dipegangi. Peran stakeholder dalam pengembangan
perpustakaan dinilai masih perlu peningkatan dari aspek intensifikasi
bantuan teknis serta aspek koordinasi berbasis kebutuhan madrasah.
Penelitian ini juga menemukan, bahwa sesungguhnya di tingkat satuan
pendidikan Madrasah Aliyah, pengembangan perpustakaan bukan
menjadi prioritas utama, sebab sarana prasarana madrasah lainnya pada
kenyataannya juga masih belum memadai.
Kata Kunci: Pengelolaan, Perpustakaan, Konawe Selatan, MA, ironi

25 25
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

PENDAHULUAN sebagai salah satu jenis perpustakaan yang


Mari kita lihat keberadaan perpustakaan di berkaitan erat dengan kegiatan pendidikan
Indonesia. Di sekolah-sekolah, keberadaan formal di madrasah, seharusnya mempunyai
perpustakaan ‘hanyalah’ sebagai hiasan peran yang sangat efektif dan strategis
belaka. Pengunjung perpustakaan yang untuk meningkatkan minat baca siswa.
haus akan ilmu di negara kita tercinta Perpustakaan madrasah dewasa ini tidak saja
ini hanya dapat dihitung dengan jari. merupakan unit kerja yang menyediakan
Sisanya? Minat baca orang Indonesia masih bacaan guna menambah pengetahuan dan
terbilang rendah. Data dari United Nations wawasan bagi murid, tapi juga merupakan
Development Programme (UNDP) misalnya, bagian yang integral dari kegiatan
menyebutkan dalam hal minat baca, pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan
Indonesia menempati peringkat 96, sejajar perpustakaan madrasah harus sejalan
dengan Bahrain, Malta, dan Suriname. dengan visi dan misi madrasah dengan
Bahkan untuk kawasan Asia Tenggara, mengadakan bahan bacaan bermutu yang
hanya ada dua negara di bawah peringkat sesuai kurikulum, menyelenggarakan
Indonesia, yakni Kamboja dan Laos. Data kegiatan yang berkaitan dengan bidang
ini diperkuat oleh survei yang dikeluarkan studi dan kegiatan penunjang lain (Hanna
oleh UNESCO yang menunjukkan, bahwa 2011, 1).
minat baca masyarakat paling rendah di Pada dasarnya, perpustakaan dirancang
ASEAN adalah Indonesia. Rendahnya minat agar tidak hanya sebagai kumpulan ilmu
baca ini dibuktikan dengan indeks membaca pengetahuan, tetapi perpustakaan harus
masyarakat Indonesia yang baru sekitar dirancang sedemikian rupa agar dapat
0,001. Artinya, dari 1000 penduduk, hanya menjadi sumber pembelajaran secara
ada 1 orang yang masih memiliki minat baca mandiri bagi penggunanya. Salah satu tugas
tinggi (1:1000). Angka ini masih sangat jauh perpustakaan sekolah/madrasah adalah
dibandingkan dengan angka minat baca di melayani para peserta didik secara optimal,
Singapura yang memiliki indeks membaca prinsip yang harus senantiasa dipegang
sampai 0,45 (UNESCO, 2011). adalah pengguna (pemustaka) merupakan
Belum adanya minat yang besar dalam awal dan akhir dari sebuah pelayanan
menjelajah dunia ilmu dan kurangnya perpustakaan. Adalah sebuah kegagalan
kesadaran akan pentingnya membaca bagi jika perpustakaan jauh dari pemustakanya
perkembangan diri adalah persoalan genting (Suherman 2013, 134). Berfungsinya
yang harus diantisipasi bersama. Dalam perpustakaan secara efektif dan efisien akan
benak mereka (para siswa), perpustakaan menunjang mutu pelaksanaan pendidikan.
hanyalah tempat bertumpu bagi si kutu Terdapat beberapa faktor yang saling
buku yang biasanya sulit bersosialisasi. berkaitan bila peran perpustakaan ingin
Pendapat inilah yang menjadi faktor dicapai secara maksimal. Faktor-faktor yang
lain yang menimbulkan pagar pembatas dimaksud antara lain: koleksi, staf, fasilitas,
yang tinggi antara generasi penerus dan pendanaan, dan lingkungan yang kondusif
pentingnya perpustakaan sebagai sumber terhadap aktifitas pemberdayaan informasi.
penjelajahan ilmu. Perpustakaan madrasah Meningkatnya kesadaran manajemen dari

26
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

lembaga induk perpustakaan terhadap satuan pendidikan Madrasah Aliyah, yang


fungsi perpustakaan akan membantu terangkum dalam masalah pokok tentang
terciptanya motivasi para pengguna bagaimana pengelolaan perpustakaan
perpustakaan dalam menambah wawasan Madrasah Aliyah di Konawe Selatan. Peneliti-
ilmunya serta kompetensinya, sehingga an ini bertujuan untuk memberi gambaran
berpeluang untuk memiliki daya saing dalam utuh terkait problematika pengelolaan
kehidupan masyarakat global (Abdurahman perpustakaan di Madrasah Aliyah di pelosok
2013). negeri, untuk selanjutnya dijadikan sebagai
bahan pengambilan kebijakan terkait apa
Kumpulan sumber informasi yang
dan bagaimana yang seharusnya dilakukan
terdapat dalam sebuah perpustakaan tidak
oleh pemerintah untuk menopang eksistensi
akan memberikan manfaat yang banyak
Madrasah Aliyah melalui pemberdayaan
apabila dalam pengelolaannya tidak
perpustakaan sebagai jantung institusi.
dilakukan dengan baik dan profesional.
Perpustakaan madrasah yang dimaksud
Sistem pengelolaan profesional pun tidak
dalam penelitian ini, bukan hanya kumpulan
akan berjalan dengan baik tanpa fasilitas
buku yang terdapat dalam suatu ruang
yang baik dan memadai pula. Sebaik
untuk dibaca, tetapi merupakan satuan kerja
apapun tenaga perpustakaan, bila tidak
dalam lingkungan madrasah yang memiliki
diiringi dengan baiknya fasilitas sudah
koleksi perpustakaan, ruang perpustakaan,
dapat dipastikan kinerja perpustakaan pun
pengelola perpustakaan, dan layanan
tidak maksimal. Sebagai salah satu sarana
perpustakaan.
memperoleh pengetahuan, maka perhatian
penuh terkait manajemen pengelolaan
perpustakaan terpadu menjadi penting
Kerangka Konsep
untuk dioptimalkan. Tanpa adanya petugas
perpustakaan dengan kemampuan yang Perpustakaan madrasah merupakan
baik, perpustakaan akan kurang dilirik perpustakaan yang dikelola sepenuhnya
walaupun perpustakaan tersebut memiliki oleh madrasah yang bersangkutan, dengan
fasilitas yang lengkap. Secara umum, tujuan utama mendukung terlaksananya
perpustakaan mempunyai arti sebagai dan tercapainya tujuan madrasah dan tujuan
suatu tempat yang di dalamnya terdapat pendidikan pada umumnya. Madrasah
kegiatan penghimpunan, pengelolaan, dan merupakan tempat penyelenggaraan
penyebarluasan (pelayanan) segala macam proses belajar mengajar, menanamkan
informasi, baik yang tercetak maupun yang dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu
terekam dalam berbagai media, seperti pengetahuan, dan teknologi, keterampilan,
buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape seni, serta, wawasan dalam rangka mencapai
recorder, video, komputer, dan lain-lain tujuan pendidikan nasional. Perpustakaan
(Yusuf 2007, 1). madrasah juga berfungsi sebagai sumber
belajar, mengembangkan minat, dan
Untuk itu, dipandang perlu untuk
kebiasaan membaca pada diri peserta didik,
melakukan penelitian yang memfokuskan
juga sebagai tempat rekreasi sehat melalui
penelusuran terkait bagaimana kondisi
buku-buku bacaan (Utari 2010, 1).
nyata pengelolaan perpustakaan di tingkat

27
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

Secara konsepsional, perpustakaan studi, dan kegiatan penunjang lain. Terlebih


madrasah mengemban visi pendidikan, setelah dikeluarkannya Pedoman Umum
yakni sebagai sumber belajar mengajar Penyelenggaraan Perpustakaan oleh
untuk meningkatkan ketakwaan guru, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
siswa maupun karyawan. Di samping melalui Standar Nasional Perpustakaan (SNP)
itu, keberadaan perpustakaan madrasah perguruan tinggi, sekolah/madrasah sebagai
diharapkan mampu menanamkan keimanan pedoman teknis sekaligus perpanjangan
kepada peserta didik dengan mengamalkan tangan dari UU tersebut, yang di dalamnya
ajaran Islam berdasarlkan Al-Qur'an dan mencakup SNP 007:2011 Perpustakaan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. (Kholqillah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, SNP
2010, 1). 008:2011 Perpustakaan Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, SNP 009:
Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun
2011 Perpustakaan Sekolah Menengah
2007 tentang Perpustakaan menyatakan,
Atas/Madrasah Aliyah, dan SNP 010:2011
bahwa pemerintah berkewajiban
Perpustakaan Perguruan Tinggi (PNRI).
menggalakkan promosi gemar membaca
dan memanfaatkan perpustakaan. Untuk itu, Perpustakaan dapat diartikan sebagai
perlu ditumbuhkan budaya gemar membaca kumpulan buku yang terletak pada suatu
melalui pengembangan dan pendayagunaan ruangan (Djamas 2005, 214). Perpustakaan
perpustakaan sebagai sumber informasi, juga adalah institusi pengelola koleksi
di mana fungsi perpustakaan adalah karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
sebagai wahana pendidikan, penelitian, rekam secara profesional dengan sistem
pelestarian, informasi, dan rekreasi yang yang baku guna memenuhi kebutuhan
akan memperluas wawasan, meningkatkan pendidikan, penelitian, pelestarian,
kecerdasan, dan keberdayaan bangsa. informasi, dan rekreasi para pemustaka
Perpustakaan sekolah/madrasah sebagai [Pasal 1 ayat (1) UU No. 43 Tahun 2007].
salah satu jenis perpustakaan yang berkaitan Sementara itu, dalam ketentuan umum
erat dengan kegiatan pendidikan formal Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
di sekolah mempunyai peran yang sangat 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 43 Tahun
efektif dan strategis untuk meningkatkan 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan,
minat baca siswa. Perpustakaan madrasah bahwa Perpustakaan Sekolah/Madrasah
dewasa ini tidak saja merupakan unit kerja adalah perpustakaan yang merupakan
yang menyediakan bacaan guna menambah bagian integral dari kegiatan pembelajaran
pengetahuan dan wawasan bagi murid, dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar
tapi juga merupakan bagian yang integral untuk mendukung tercapainya tujuan
dari kegiatan pembelajaran (Murniaty pendidikan yang berkedudukan di sekolah/
2006, 7). Artinya, penyelenggaraan madrasah.
perpustakaan madrasah harus sejalan
Perpustakaan madrasah bukan sekadar
dengan visi dan misi madrasah dengan
tempat penyimpanan bahan pustaka (buku
mengadakan bahan bacaan bermutu yang
dan non buku) (Bafadal 1996, 2-3). Di tingkat
sesuai kurikulum, menyelenggarakan
sekolah/madrasah, perpustakaan sudah
kegiatan yang berkaitan dengan bidang
selayaknya mendapatkan porsi dan posisi

28
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

yang strategis guna ikut merealisasikan Analisis pertama dilakukan pada


tujuan pendidikan. Semua pihak, khususnya tingkat reduksi data dengan model analisis
kepala madrasah harus memberi perhatian deskriptif. Karena proses analisis dilakukan
lebih akan eksistensi perpustakaan di bersamaan dengan proses pengumpulan
madrasah, dan tidak lagi dianggap sebagai data, maka kecil kemungkinan terjadinya
tempat menyimpan buku bekas, barang- kekurangan data, karena peneliti akan
barang tidak terpakai, bahkan tempat dengan mudah melihat unsur-unsur analisis
bermain saat tidak ada kegiatan belajar yang hilang atau tidak dibicarakan dengan
mengajar. informan pada saat penggunaan metode
wawancara dan pengamatan berlangsung.
Proses analisis tidak hanya berhenti sampai
Metode Penelitian pada penguraian data mentah dalam bentuk
Penelitian ini mengoperasionalkan metode deskripsi, tetapi juga dilakukan telaah kritis
penelitian kualitatif deskriptif untuk terhadap data yang dihimpun dengan
memperoleh gambaran pengelolaan mendiskusikan dan meneropongnya dari
Madrasah Aliyah. Penelitian ini selanjutnya sejumlah pemikiran teoritis berkenaan
menjadikan Konawe Selatan sebagai lokus dengan fenomena pengelolaan
penelitian dengan memilih secara purposive perpustakaan secara umum. Persisnya,
3 Madrasah Aliyah negeri/swasta, yang analisis dikembangkan dari data yang
mewakili tingkatan akreditasi B, C, dan tidak/ dikumpulkan selama penelitian, dianalisis
belum terkareditasi. pada tingkat reduksi data, disajikan dan
dijelaskan secara deskripsi. Artinya, aktivitas
Dalam penelitian ini, digunakan
dalam analisis data kualitatif dilakukan
metode pengumpulan data yang lazim
secara interaktif dan berlangsung terus
digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu
menerus sampai tuntas, sehingga datanya
observasi dan wawancara (Cresswell 1994).
sudah jenuh (Miles dan Huberman 1984).
Penggunaan metode ini diharapkan dapat
mengungkap data lebih dalam dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam HASIL PENELITIAN DAN
(indepth interview). Penggunaan satu teknik PEMBAHASAN
penelitian tentunya tidak dapat menjamin Sebaran Madrasah Aliyah di Konawe
validitas data. Karena itu, teknik wawancara
Selatan
digunakan berpasangan dengan teknik
observasi/pengamatan. Teknik ini digunakan Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah
untuk melihat bagaimana perpustakaan satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi
madrasah dikelola. Salah satu ciri penelitian Tenggara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini
kualitatif, yang menjadi instrumen adalah terletak di Andoolo. Kabupaten ini berasal
peneliti itu sendiri (Sugiyono 2010, 305). dari hasil pemekaran Kabupaten Kendari
Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis yang disahkan dengan UU Nomor 4 Tahun
data telah dilakukan sejak penelitian ini 2003, tanggal 25 Februari 2003. Sejak berdiri,
berlangsung hingga berakhirnya proses Kabupaten Konawe Selatan telah mengalami
pengumpulan data. pemekaran dari 11 kecamatan menjadi

29
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

22 kecamatan, dengan 350 desa dan 15 yakni: Madrasah Aliyah Negeri Konda
kelurahan. Jumlah tersebut sudah termasuk mewakili tingkat akreditasi B, Madrasah
desa persiapan yang jumlahnya mencapai Aliyah Al-Amin Mataiwoi Kecamatan Angata
14 desa (BPS Konawe Selatan 2013, 8). Dari di tingkat akreditasi C, dan Madrasah
22 kecamatan itu, Madrasah Aliyah tersebar Aliyah DDI Nurul Qalby Ranomeeto sebagai
hanya di 13 kecamatan. Dengan demikian, perwakilan Madrasah Aliyah yang tidak/
masih terdapat 9 Kecamatan di Konawe belum terakreditasi.
Selatan yang belum menyelenggarakan
pendidikan Madrasah Aliyah. Hal ini menjadi
catatan penting dalam penelitian ini, dalam Eksistensi Perpustakaan Madrasah
rangka pemerataan akses pendidikan Aliyah: Bertahan di Kesederhanaan
Madrasah Aliyah di seluruh kecamatan se- “Beginilah Pak kondisinya perpustakaan
Konawe Selatan dalam usaha menopang kami, terpaksa kita satukan saja antara ruang
pertumbuhan angka partisipasi sekolah, guru, tempat baca dan sedikit ruang bersekat
di mana capaian di bidang pendidikan untuk sekadar privacy kepala sekolah. Itu
terkait erat dengan fasilitas pendidikan. semua kami lakukan untuk memanfaatkan
Hal ini juga sekaligus menjadi salah satu ruang sekolah kita yang bapak bisa lihat
solusi mengatasi penurunan yang sangat sendiri sangat terbatas begini. Kita lihatmi
signifikan pada angka partisipasi murni juga rak dan meja baca yang kayaknya
(APM) pendidikan Konawe Selatan di tingkat tidak begitu representatif untuk disebut
sekolah menengah lanjutan tingkat atas sebagai perpustakaan, tapi semangat kami
yang pada tahun 2010 mencapai 52,69%, untuk menyelenggarakan perpustakaan
2011 turun jadi 49,5%, dan tahun 2012 turun meski dengan sangat sederhana tidak surut
lagi menjadi 42,62% (BPS Konawe Selatan pak, karena guru, murid, dan perangkat
2013, 13-4). sekolah lainnya sangat membantu dalam
Dari enambelas Madrasah Aliyah yang menghidupkan perpustakaan kami ini” (Ibu
ada di Kabupaten Konawe Selatan, selanjut- Husni, S.Ag, Kepala Madrasah MA Al-Amin
nya dipilih 3 Madrasah Aliyah sebagai sasaran Mataiwoi Angata 25 Maret 2014).
penelitian, dengan mempertimbangkan Sebuah keterangan datar dari Ibu Husni,
keterwakilan MA berdasarkan tingkat Kepala Madrasah Aliyah Al-Amin Mataiwoi
akreditasinya yang dalam klasifikasi ketika memperkenalkan perpustakaannya
sebagaimana tabel di atas, hanya terbagi kepada peneliti, menggambarkan betapa
atas 3 tingkatan akreditasi, yakni: B, C, mirisnya kondisi gudang pengetahuan
dan tidak/belum terakreditasi, sementara Madrasah Aliyah yang kepadanya dibebankan
belum ada yang memenuhi penilaian untuk ekspektasi sangat besar dalam membantu
memperoleh Akreditasi A. Selanjutnya, pengembangan kelimuan di Madrasah
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan Aliyah. “kalau mau mengukur keberhasilan
konteks keterwakilan MA berdasarkan pendidikan agama di negara ini, lihatlah
hasil prefield research serta keterjangkauan perpustakaan sekolahnya”, begitulah kira-
sasaran penelitian, kemudian dipilih secara kira anekdot yang marak digaungkan ketika
purposive 3 MA sebagai sasaran penelitian membincang tentang perhatian terhadap

30
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

perpustakaan. Dari keterangan tersebut, di yang ada. Terpaksa juga kami satukan
dalamnya juga menyiratkan semangat besar ruangan perpustakaan dengan ruang guru,
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan dengan ruangan KS (Kepala sekolah,
berbasis perpustakaan, meski dengan ed.), serta ruangan untuk muatan lokal dan
dukungan sarana dan prasarana yang sangat lab komputer karena gedung madrasah kami
terbatas. yang serba terbatas. Penyatuan ruangan
itu sesungguhnya memberi efek positif
Kondisi di atas tidak jauh berbeda dengan
kebersamaan dan kekeluargaan antara
keadaan perpustakaan di Madrasah Aliyah
siswa dan guru sebab semuanya bisa saling
DDI Nurul Qalby Ranomeeto. Perpustakaan
berkomunikasi, baik formal maupun non
yang ditunjukkan adalah “hanya” sebuah rak
formal di ruangan ini (Pak Subhan, Kepala
buku besar beserta sebuah lemari dua pintu
madrasah DDI Nurul Qalby Ranomeeto, 26
dengan deretan buku-buku yang bercampur
Maret 2014).
sedemikian rupa agar bisa memenuhi tempat
yang serba terbatas, belum lagi faktor ruang Hal yang sedikit lebih baik terlihat pada
yang juga sangat terbatas. Madrasah yang penyelenggaraan perpustakaan Madrasah
juga menyelenggarakan jenjang pendidikan Aliyah Negeri Konda, sebab telah memiliki
Tsanawiyah ini menggunakan “hanya” satu ruangan tersendiri untuk perpustakaan
ruangan yang berfungsi ganda. Di dalam satu yang terpisah dengan gedung lainnya. Di
ruangan itulah perpustakaan ditempatkan perpustakaan dengan luas sekitar 9x10 m2
bersamaan dengan ruang baca, ruang guru, itu juga telah memisahkan area khusus untuk
ruang komputer, ruang praktikum muatan ruang koleksi umum, referensi, dan arsip.
lokal, dan ruang kepala sekolah yang diatur Hanya saja, saat penelitian ini dilakukan,
sedemikian rupa dengan diberi sekat- mereka belum memiliki rak khusus untuk
sekat tripleks untuk memisahkan fungsi mengatur koleksi buku-buku umum (kecuali
ruang satu sama lain. “Saya kurang tahu satu rak untuk buku referensi, dan satu
pak, apakah yang bapak lihat di sini bisa rak lainnya untuk buku arsip), sehingga
dikategorikan sebagai perpustakaan atau penataan buku untuk koleksi umum hanya
tidak, tapi beginilah keadaan sesungguhnya menggunakan meja yang disusun sedemikian
di madrasah kami, yang kami punya hanya rupa mengelilingi sisi ruangan perpustakaan
satu rak saja ditambah dengan lemari ditambah dengan satu meja besar persis di
besar berpintu dua, dan itu sudah cukup tengah-tengah ruangan sebagai meja baca.
untuk menampung buku-buku kami yang “seperti inilah perpustakaan kami, meskipun
bisa dikatakan masih sangat terbatas juga. sudah punya ruangan khusus, tetapi kami
Tapi yang jelas, bahwa perangkat dan masih sangat terbatas dalam pengadaan
penyelenggaraan perpustakaan semua kami rak buku. Jadi untuk sementara, buku-buku
lakukan di ruangan ini. Pengelolanya ada, koleksi umum kami letakkan saja di atas
sirkulasinya berjalan, buku besar koleksi meja-meja ini sebagai pengganti rak agar
buku kami juga tersedia meski semuanya para siswa dan guru bisa dengan mudah
dengan kondisi yang serba terbatas, namun mengakses buku-buku yang diperlukan.
Alhamdulillah para siswa dan guru-guru Jadi kalau berantakan begini, harap maklum
kami tetap bisa memanfaatkan buku-buku saja. Ini semua mungkin karena keterbatasan

31
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

pendanaan, sehingga perangkat-perangkat Ironis memang, ketika melihat


pendukung perpustakaan belum bisa kami kondisi umum tiga perpustakaan yang
adakan. Selain itu, buku-buku yang tersedia dijadikan sebagai sasaran penelitian yang
masih sangat minim jika dibandingkan penyelenggaraannya dilakukan dengan
dengan jumlah siswa di sini tentunya sangat pengelolaan yang serba sederhana.
tidak sesuai (Bidasari Razak, Pengelola Sederhana dalam hal sarana dan prasarana,
Perpustakaan MAN Konda, 24 Maret 2014). sederhana dalam hal koleksi, sederhana
dalam hal pelayanan, serta terbatas dalam
Berdasarkan hasil observasi dan
penganggaran. Hal ini semakin diperparah
penuturan mereka tentang kondisi ruang
dengan minimnya sumber daya pengelola
perpustakaan di masing-masing madrasah,
perpustakaan. Dari 3 Madrasah Aliyah
praktis menunjukkan bahwa eksistensi
yang dijadikan sebagai sasaran penelitian,
perpustakaan juga menjadi pelengkap
ketiganya hanya menempatkan secara
“kesederhanaan” eksistensi Madrasah
eksplisit satu orang tenaga perpustakaan
Aliyah di Konawe Selatan. Meski begitu, di
yang sekaligus sebagai penanggung jawab
tengah terbatasnya sarana dan prasarana
harian penyelenggaraan perpustakaan. Di
madrasah, kesungguhan mereka untuk
antara para petugas perpustakaan hanya
menyelenggarakan perpustakaan perlu
satu yang bertatus sebagai Pegawai Negeri
diapresiasi meski dengan keterbatasan dan
Sipil, yakni di MAN Konda, selebihnya masih
kesederhanaan yang sama. Ruang terbatas
berstatus honorer. “di sini sebenarnya kami
(kecuali MAN Konda yang memiliki ruang
menunjuk secara resmi ibu wakil kepala
khusus, namun belum punyak rak buku)
madrasah sebagai penanggung jawab harian
yang terintegrasi dengan peruntukan ruang
perpustakaan. Hal ini karena kami juga
lainnya di dua MA, yakni MA DDI Nurul Qalby
masih kekurangan guru dan staf lainnya,
Ranomeeto (perpustakaannya terintegrasi
sehingga dalam pengelolaan perpustakaan
dengan ruang guru, ruang komputer, ruang
terpaksa dibebankan kepada wakamad.
untuk praktikum ruang keterampilan, ruang
Akan tetapi pelaksanannya di lapangan
baca, ruang pelayanan, serta sekat khusus
sebenarnya tergantung situasi dan kondisi.
untuk bilik kepala sekolah) dan MA Al-Amin
Jadi memang betul, wakamad adalah
Mataiwoi (perpustakaannya terintegrasi
sekaligus penanggung jawab perpustakaan
dengan ruang tamu, ruang baca, ruang
secara penuh terkait pengelolaan harian,
guru, ruang pelayanan, dan bilik khusus
akan tetapi hal itu disesuaikan dengan
bersekat triplek untuk pemisah ruang kepala
jam kerja yang bersangkutan, karena
sekolah) mencerminkan betapa keberadaan
di sini kami menggunakan sistem “jaga
perpustakaan di Madrasah Aliyah bisa disebut
bergiliran”. Artinya, setiap guru memiliki
antara ada dan tiada dengan perangkat dan
hari kerja yang berbeda satu sama lain,
ruang, serta buku-buku yang serba terbatas
sebab di antara mereka juga masih harus
serta sistem layanan yang boleh dikata jauh
mencukupkan jam pelajarannya di sekolah
dari standar, bahkan mereka pun kadang
lain, sehingga tidak setiap hari mereka bisa
miris ketika hendak menyebut seperangkat
datang ke sekolah termasuk wakamad.
buku, rak, ruang, dan sistem layanan yang
Untuk mengisi secara teknis pengelolaan
demikian itu sebagai perpustakaan.

32
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

perpustakaan di mana wakamad tidak menghadirkan buku-buku wajib sesuai


sedang bertugas, maka pelaksana pengelola dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
perpustakaan diserahkan kepada guru piket. Salah satu yang cukup membantu kami
Hal ini dilakukan agar bisa memaksimalkan adalah kesediaan para guru untuk membeli
perpustakaan setiap harinya (Tuti Mariani, dan mencari bukunya sendiri sebagai bahan
MA Al Amin Mataiwoi 28 Maret 2014). mereka mengajar yang bisa difotokopi
oleh para siswa jika memang dibutuhkan”
Bagaimana dengan koleksi buku-
(Subhan, Kepala Madrasah Nurul Qalby
buku yang dimiliki? Sudahkah masing-
Ranomeeto).
masing madrasah memenuhi kriteria yang
menyebutkan, bahwa jumlah koleksi pada Latar belakang pendidikan para
setiap perpustakaan sekolah/madrasah pengelola perpustakaan juga merupakan
paling sedikit sesuai dengan standar potret “kesederhanaan” lainnya yang
yang ditetapkan dalam standar nasional menjadi sorotan dalam temuan penelitian
pendidikan. Sementara dalam Pasal 43 ayat ini. Sebab tidak satu pun di antara mereka
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun yang berlatar belakang pendidikan ilmu
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan perpustakaan. Dua di antaranya adalah
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sarjana Agama jurusan Pendidikan Agama
Standar Nasional Pendidikan menyatakan, Islam, sementara pengelola di MAN Konda
bahwa standar jumlah Buku Teks Pelajaran berlatar belakang pendidikan biologi.
di perpustakaan dinyatakan dalam rasio Sangat ironi memang, sebab mungkin saja
minimal jumlah Buku Teks Pelajaran di Konawe Selatan sangat sulit menemukan
untuk masing-masing mata pelajaran di sarjana ilmu perpustakaan. Kalau pun ada
perpustakaan satuan pendidikan untuk mungkin hanya satu, dua orang saja, dan di
setiap Peserta Didik. Hal ini menghendaki, antara mereka yang sarjana perpustakaan
bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan itu (kalau ada), kelihatannya tidak
buku pelajaran wajib bagi setiap siswa memprioritaskan pilihan pengabdiannya
dibutuhkan masing-masing satu buku per ke Madrasah Aliyah, sebab sudah menjadi
siswa untuk setiap mata pelajaran. Namun rahasia umum, bahwa bekerja sebagai staf
ketentuan ini jika dihadapkan dengan di Madrasah Aliyah (terlebih yang berada
kenyataan di lapangan mengisyaratkan di pelosok) sangatlah tidak menjanjikan,
sebuah capaian yang “jauh panggang dari di samping karena gajinya kecil, dukungan
api”, “jangankan satu buku pelajaran per sarana dan prasarananya juga tidak
siswa pak, mengadakan dua atau tiga buku mendukung, sehingga meskipun seorang
untuk setiap mata pelajaran saja itu kami yang memiliki pengetahuan maksimal
harus bersusah payah mewujudkannya, di bidang perpustakaan akan kesulitan
menyiasati dana Bantuan Operasional memaksimalkan kinerjanya di tengah kondisi
Siswa menjadi salah satu senjata ampuh madrasah yang serba terbatas. “Seingat
untuk mewujudkan kehadiran buku-buku saya, dari pembacaan pegawai, serta selama
penting itu untuk semua mata pelajaran. saya melakukan input data pegawai di
Hal lain adalah penyesuaian-penyesuaian sini, tidak pernah atau belum pernah ada
tetap kami lakukan terkait bagaimana cara pengangkatan pegawai di Kementerian

33
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

Agama Konawe Selatan, baik itu PNS maupun dapat membantu para pemustaka dalam
honorer yang berlatar belakang pendidikan rangka 'pengembangan diri'. Itulah
jurusan ilmu perpustakaan atau sejenisnya. sebabnya perpustakaan seringkali disebut-
Kebanyakan memang adalah sarjana agama sebut sebagai “jantungnya sebuah institusi”.
dan lepasan-lepasan Fakutlas Tarbiyah dari Idealnya, sebuah perangkat pengelolaan
perguruan tinggi keagamaan Islam lainnya. perpustakaan melaksanakan fungsinya
(Ahmad Amsul, staf Kepegawaian Kemenag secara serius dan terfokus, pelibatan secara
Konawe Selatan, tanggal 9 Maret 2014). penuh semua unsur dalam perangkat
perpustakaan mulai dari pemerintah,
Hal ini tentu saja menjadi “data
penanggung jawab satuan pendidikan
penting” bagi setiap perguruan tinggi yang
(Kepala Madrasah), dan petugas pengelola
menyelenggarakan jurusan perpustakaan,
perpustakaan menjadi penting dalam
khususnya di wilayah Indonesia bagian timur,
rangka mendukung program pelaksanaan
namun sekaligus menjadi “cambuk” bagi
pendidikan di madrasah/sekolah. Hal ini
mereka dalam hal pemenuhan lapangan
secara tegas termuat dalam School Library
kerja bagi para alumninya. Di satu sisi,
Guidelines oleh IFLA/UNESCO tahun 2002.
alumni jurusan perpustakaan adalah sebuah
Manifesto tersebut menyatakan, bahwa
‘kebutuhan besar’ bagi penyelenggaraan
setiap pemerintah melalui kementerian yang
pendidikan di KTI. Sementara di sisi lain,
bertanggung jawab atas bidang pendidikan
“mengajak” mereka (para alumni jurusan
harus mengembangkan strategi, kebijakan,
perpustakaan) agar bersedia mengabdikan
dan perencanaan yang berkaitan dengan
dirinya di Madrasah Aliyah (terlebih di
pelaksanaan prinsip-prinsip manifesto
pelosok) adalah bukan pekerjaan mudah,
ini. Disebutkan, bahwa misi perpustakaan
karena kesungguhan dan maksimalisasi
sekolah dinyatakan sebagai berikut: The
kinerja sangat berhubungan erat dengan
school library equips students with lifelong
tingkat kesejahteraan mereka yang sudah
learning skills and develops their imagination,
sama kita ketahui tidak/belum bisa dipenuhi
thereby enabling them to live as responsible
oleh penyelenggara pendidikan Madrasah
citizens. Bahwa perpustakaan sekolah
Aliyah di pelosok-pelosok sebagaimana di
berperan memperlengkapi para siswa
Konawe Selatan.
dengan keterampilan pembelajaran seumur
hidup dan juga mengembangkan imajinasi
Mengelola Perpustakaan MA di mereka, sehingga mereka nantinya akan
Konsel: Serba Otodidak Bermodal menjadi warga negara yang bertanggung
jawab (Unesco/IFLA 2002, 3). Bahkan secara
“Semangat”
tegas dalam Pasal 23 ayat (1) UU No. 43 Tahun
Library is an important intellectual resource 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan,
of the academic community. It helps to an bahwa Setiap sekolah/madrasah
academic institution members for their menyelenggarakan perpustakaan yang
‘self development’ library is the heart of the memenuhi Standar Nasional Perpustakaan
institutions (Hosain Khan Tth, 2). Perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
adalah sumber daya intelektual penting Pendidikan.
dari komunitas akademik, yang diharapkan

34
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

Bagaimana dengan tenaga-tenaga program kerja perpustakaan secara tertulis,


perpustakaan di Madrasah Aliyah Konawe maka itu belum pernah terpikirkan bagi
Selatan mengelola perpustakaannya? kami untuk diadakan. Selama ini juga kami
Sudahkah perangkat pengelolaannya melanjutkan pengelolaan dan pendataan
mendapatkan dukungan penuh dalam buku serta sistem pinjam meminjam melalui
melaksanakan tugasnya untuk memberikan kartu perpustakaan untuk guru dan siswa
pelayanan maksimal kepada para yang sederhana dari pengelola sebelumnya
pemustaka? Sudahkah mereka bekerja (Bidasari Razak, Petugas Perpustakaan MAN
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam Konda).
Standar Nasional Perpustakaan? Sudahkah
Fenomena pengelolaan otodidak
perpustakaan diarahkan sebagai the heart of
seperti ini sesungguhnya merupakan usaha
the institutions?
praktis yang dilakukan oleh para petugas
Berkaca dari eksistensi perpustakaan perpustakaan madrasah di pelosok-
yang sudah terlanjur sederhana, maka pelosok tanah air. Hampir semuanya tidak/
sistem pengelolaannya pun seolah belum pernah mengikuti semacam diklat,
berbanding lurus dengan kediriannya. Hal pelatihan, seminar, dan/atau lokakarya
ini dapat dilihat dari “ketidakjelasan” tujuan, tentang perpustakaan. Pengalaman
program kerja tahunan, serta visi dan misi sebagai pemustaka di sekolah-sekolah
perpustakaan yang semuanya tidak/belum negeri dan/atau di perguruan tinggi
dirumuskan secara tertulis. Oleh karena itu, adalah modal berharga bagi mereka
mencocokkan tujuan perpustakaan dengan mengelola perpustakaan. Setidaknya, jika
tujuan madrasah menjadi disconnected mereka pernah memegang kartu anggota
sebab sulit menyesuaikan alat ukurnya secara perpustakaan, pernah meminjam buku,
spesifik. “Kami sesungguhnya melaksanakan pernah mengisi buku kunjungan, bisa
perpustakaan ini secara otodidak, selain mencari buku berdasarkan kategori keilmuan,
karena latar belakang pendidikan kami pernah membaca tata tertib perpustakaan,
bukan ilmu perpustakaan, dukungan serta pengalaman-pengalaman lainnya
pelatihan, ataupun seminar apalagi diklat sebagai pengguna perpustakaan, maka hal
terkait perpustakaan belum pernah ada yang tersebut bisa memberinya inspirasi untuk
kami ikuti. Jangankan mengikuti, mendengar selanjutnya ditiru sistemnya sedemikian rupa
program yang berkaitan saja kami tidak berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan
pernah. Jadi semuanya kami laksanakan sarana prasarana yang dimiliki/disiapkan
berdasarkan pengalaman yang kami lihat oleh pihak sekolahnya.
di sekolah-sekolah kami sebelumnya serta
Selain itu, karena keterbatasan yang
di perpustakaan kampus kami dulu. Itu pun
dimiliki, sistem pengelolaan yang terkait
dengan cara-cara yang serba otodidak.
dengan input data serta pengaturan buku
Asal sistem pelayanan, pencatatan, dan
dilakukan secara sederhana tanpa dilengkapi
sirkulasinya dapat kami kontrol. Menurut
dengan sistem Informasi Teknologi
kami, itu sudah cukup sebagai dasar-dasar
Elektronik. Sebab bagi perpustakaan
kami mengelola perpustakaan ini. Jadi
Madrasah Aliyah di pelosok-pelosok,
kalau ditanya tentang tujuan, visi, misi, atau
pengadaan komputer dan layanan internet

35
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

menjadi sesuatu yang sangat mewah. masuk perpustakaan. Selain buku pelajaran,
“Semuanya serba manual dan atas kreasi novel juga menjadi sasaran baca kami yang
sendiri, input buku dalam buku besar kami bisa menambah inspirasi” (Sri Wijayanti,
lakukan dengan manual, pendataan sirkulasi Siswi kelas X.1 MAN Konda). Akan tetapi
pinjam meminjam juga manual alias ditulis tidak semua siswa menyukai perpustakaan
tangan. Penomoran buku-buku kami juga sebagai tempat mereka mengisi waktu luang,
manual berdasarkan urut-urutan datangnya terlebih bagi mereka yang menginginkan
buku, meski kami tetap melakukan klasifikasi suasana nyaman, sehingga kondisi
berdasarkan kategori disiplin keilmuan perpustakaan Madrasah Aliyah yang minim
yang kira-kira disesuaikan sebagaimana koleksi serta ruang yang terkesan sempit,
mestinya. Jadi kami tidak punya aplikasi membuat siswa tidak tertarik menggunakan
pengelolaan perpustakaan yang canggih, layanan perpustakaannya.
sebab komputer pun belum ada” (Tuti
Sejatinya, semua pengelola perpustaka-
Mariani, Petugas Perpustakaan MA Al Amin
an menghendaki sebuah sistem tata kelola
Mataiwoi).
perpustakaan yang baik dan benar atau
Kondisi ini juga sangat mempengaruhi sesuai standar nasional yang telah ditetapkan,
pelayanan perpustakaan yang maksimal namun minimnya sosialisasi terkait regulasi
untuk para pemustaka yang kepada mereka dan pedoman-pedoman teknis pengelolaan
seharusnya diberikan pelayanan yang sebaik- perpustakaan, khususnya di wilayah-wilayah
baiknya serta sedapat mungkin memberikan yang jauh dari kota, seperti di Kecamatan
jaminan kenyamanan dan ketentraman Angata (lokasi MA Al-Amin Mataiwoi)
batin selama berada di perpustakaan. Konawe Selatan membuat mereka para
Ketersediaan buku-buku baru juga pengelola perpustakaan menjadi sangat buta
menjadi sesuatu yang dapat mengundang dengan perkembangan informasi terkait apa
mereka ke perpustakaan. Bagi guru, saja yang seharusnya disiapkan/diadakan
tersedianya buku pegangan untuk bidang dalam menyelenggarakan perpustakaan,
studi yang diampunya cukup membantu serta bagaimana sesungguhnya mengelola
dalam menyusun silabus pelajaran dan perpustakaan dengan baik dan benar. Selain
menyampaikan pokok-pokok ajarannya. itu, jika hendak mewujudkan pengelolaan
Sementara bagi para siswa, perpustakaan perpustakaan berstandar nasional, maka
menjadi pelarian utama untuk membantu sudah barang tentu harus berbanding
mereka menyelesaikan tugas-tugas yang lurus dengan besarnya anggaran yang
diberikan oleh guru, bahkan untuk sekadar diperlukan dalam pemenuhannya. Sebut
bersantai mengisi waktu luang jika sedang saja misalnya, pembangunan ruang khusus
ada jam pelajaran yang kosong serta selama serta sarana yang memadai, pengadaan
jam istirahat. “Saya cukup terbantu dengan buku pelajaran, dan buku-buku penunjang
adanya perpustakaan ini pak, tugasku bisapi lainnya yang disesuaikan dengan jumlah
kita selesaikan dari buku-buku yang ada siswa dan harus selalu di update secara
di sini, selain itu kalau ada waktu luang, berkala, perangkat-perangkat pendukung,
membaca di perpustakaan adalah sasaran seperti komputer dan jaringan internet,
kami memecah penat, hampir tiap hari kami langganan terbitan berkala, kenyamanan

36
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

ruang, sampai kepada penggajian yang Akan tetapi, meskipun dengan segala
sesuai kepada para petugas perpustakaan, keterbatasan yang dimiliki, pihak madrasah
kesemuanya memerlukan biaya yang tidak tetap memiliki semangat besar dalam
sedikit dalam operasionalisasinya. Sehingga memajukan perpustakaannya, walaupun
menjadi sesuatu yang sangat wajar kiranya harus dilakukan step by step. “Meski begitu
jika perhatian terhadap perpustakaan di kami tetap berusaha mengoptimalkan
Madrasah Aliyah Konawe Selatan sangat pelayanan kepada para siswa yang
bergantung pada perhatian dan bantuan- membutuhkan dengan melakukan update
bantuan dari pihak luar. Sementara di sisi buku-buku baru setiap semester walaupun
lain, pendanaan yang lebih besar juga masih hanya 5-10 buku, tergantung dana!” (Tuti
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan Mariani MA Al-Amin Mataiwoi).
sarana prasarana madrasah lainnya yang
juga masih sangat terbatas. Sebagai
perbandingan, di Madrasah Aliyah DDI Menilik Peran Stakeholder untuk
Nurul Qalby Ranomeeto, sesungguhnya Perpustakaan MA di Konsel
memiliki lahan madrasah + 2 Ha, namun Dalam Undang-Undang Nomor 43
pembangunan sekolahnya “hanya” berupa tentang Perpustakaan menyebutkan,
4 RKB yang tidak semuanya permanen, bahwa Perpustakaan diselenggarakan ber-
ditambah 1 kantor yang sekaligus berfungsi dasarkan asas pembelajaran sepanjang
sebagai perpustakaan. Artinya, itu hanyalah hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan,
sepersekian persen dari luas keseluruhan keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan.
lahan madrasah. Selain itu, dalam UU ini mengamanahkan
“Standar Nasional Perpustakaan yang kewajiban kepada pemerintah yang terkait
diberikan tempo hari itu sudah saya baca dengan pengelolaan perpustakaan untuk: 1)
pak secara keseluruhan, saya melihat sebuah menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pedoman pengelolaan perpustakaan yang dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat
sangat ideal di sana. Kami sebenarnya sumber belajar masyarakat; 2) menjamin
agak miris juga ketika melihat kondisi ketersediaan layanan perpustakaan secara
perpustakaan kami yang masih sangat merata di tanah air; 3) menjamin ketersediaan
jauh dari standar yag telah ditetapkan itu. keragaman koleksi perpustakaan melalui
Kelihatannya untuk bisa merealisasikan terjemahan, alih aksara (transliterasi), alih
perpustakaan berstandar nasional, juga suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media
harus dibutuhkan dana yang cukup besar (transmedia); 4) menggalakkan promosi
sebagai perimbangannya, sementara kami gemar membaca dan memanfaatkan
di sini sangat terbatas dalam hal pendanaan. perpustakaan; 5) meningkatan kualitas dan
Gedung madrasah kami pun masih banyak kuantitas koleksi perpustakaan; 6) membina
yang harus dibenahi dan ditambah demi dan mengembangkan kompetensi,
memaksimalkan lahan kami yang luas ini. profesionalitas pustakawan, dan tenaga
Belum lagi sarana prasarana lainnya yang teknis perpustakaan.
juga di sini serba kekurangan (Subhan, Kepala Stakeholder di sini juga termasuk kepala
Madrasah Aliyah Nurul Qolby Ranomeeto). madrasah sebagai penanggung jawab penuh

37
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

satuan pendidikan. Strategi kebijakan kepala besar dalam perkembangan Madrasah


madrasah sangat menentukan kualitas Aliyah. “Untuk penambahan jumlah koleksi
pengelolaan perpustakaan. Kebijakan buku-buku perpustakaan kami, sedapat
teknis yang dimulai dari pengintegrasian mungkin kami sisipkan dari dana Bantuan
antara tujuan satuan pendidikan (madrasah) Operasional Sekolah” (Syafrial, Kepala
dengan tujuan perpustakaan menjadi Madrasah Aliyah Negeri Konda).
sesuatu yang paling utama harus digagas.
Sementara itu, dalam hal bantuan
Perangkat pengelola perpustakaan dalam
pemerintah terkait pengembangan
bentuk hierarki struktur organisasi beserta
perpustakaan madrasah pada satu sisi
dengan uraian tugas yang jelas (tertulis)
memiliki nilai positif yang signifikan
juga seharusnya bisa membantu eksistensi
untuk perpustakaan, misalnya dengan
dan kualitas pengelolaan perpustakaan
bantuan pengadaan koleksi buku-bukunya
agar bisa meminimalisir kesan negatif
(sebagaimana yang beberapa tahun terakhir
yang berkembang bahwa tugas sebagai
digalakkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi
pengelola perpustakaan itu “terpaksa”
Sulawesi Tenggara, Kementerian Agama serta
mereka ambil dalam rangka pemenuhan
Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan),
kuota jam sertifikasi.
meskipun sifatnya masih tentatif tergantung
Meski dalam Undang-Undang programnya, namun di sisi lain bisa menjadi
Perpustakaan disebutkan secara jelas, tidak signifikan (antiklimaks) ketika bantuan
bahwa alokasi penganggaran perpustakaan buku yang diberikan itu tidak sesuai dengan
diperoleh dari sekurang-kurangnya 5% dari kebutuhan Madrasah Aliyah. “Pernah ada
total dana madrasah/sekolah. Akan tetapi bantuan buku dari Dinas Pendidikan Provinsi
di Konawe Selatan, terlepas dari kurangnya Sulawesi Tenggara, tapi tidak bisa kami pakai
sosialisasi pelaksanaan undang-undang ini di MA, karena yang dikasi ke kita itu buku
(terbukti dengan ketidaktahuan pengelola pendidikan agama sekolah umum! Padahal
terkait keberadaan UU Perpustakaan), kan yang kita butuhkan di sini itu buku
pendanaan menjadi salah satu kendala pelajaran fiqih, Qur'an hadis, akidah, akhlak,
utama dalam proses pengelolaan dan lain-lain. Tapi karena namanya dibantu,
perpustakaan. Hal ini, sebagaimana telah ya kami terima saja, minimal untuk tambah-
dikemukakan sebelumnya, bahwa secara tambah pajangan”. (Husni Kepala MA Al
teknis, untuk mengelola perpustakaan Amin Mataiwoi). Sehingga koordinasi antar
madrasah berstandar nasional, maka juga pemerintah/pihak yang memberi bantuan
harus berbanding lurus dengan besarnya dengan pihak madrasah menjadi penting
anggaran yang dibutuhkan. Sementara untuk dilakukan sinkronisasi, agar tidak
bagi satuan pendidikan Madrasah Aliyah lagi ada bantuan yang tidak match dengan
(khususnya MA swasta di pelosok), strategi kebutuhan madrasah yang bersangkutan.
pengalokasian anggaran menjadi masalah
Hal lain yang juga menjadi problem
tersendiri bagi eksistensi madrasah tersebut.
perkembangan pengelolaan perpustakaan
Pada beberapa madrasah, dana BOS menjadi
Madrasah Aliyah adalah kurangnya/
senjata ampuh untuk dialokasikan sebagai
tidak adanya program pemerintah yang
sumber dana yang cukup punya pengaruh
dikhususkan untuk memberikan pembinaan

38
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

dan penguatan kemampuan pengelola memiliki atau tiba-tiba diberi dana lebih oleh
perpustakaan dalam bentuk diklat, seminar, pemerintah atau ada bantuan, maka yang
workshop, lokakarya atau simposium, jadi prioritas utama kami di madrasah ini
dan kegiatan sejenis lainnya. Kalau pun adalah pembangunan RKB serta perangkat
ada, program itu masih belum melibatkan pendukung lainnya, karena di sini RKB masih
pengelola perpustakaan Madrasah Aliyah sangat terbatas, sehingga terpaksa kami
di Konawe Selatan. “Selama ini, kami tidak memberlakukan dua jam masuk, yakni pagi
pernah mendengar ada program yang dan siang, karena mereka harus bergantian
dilakukan oleh Kementerian Agama atau menggunakan kelasnya. (Subhan, Kepala
pemerintah kabupaten yang melibatkan Madrasah MA DDI Nurul Qalby Ranomeeto).
kami petugas perpustakaan, kalau pun
ada, kami tidak diundang. Padahal bagi
kami itu sangat penting untuk membantu PENUTUP
mengembangkan potensi dan pengalaman Potret pengelolaan perpustakaan MA
pengelolaan perpustakaan, apalagi kami Konsel mungkin belum berada dalam level
ini bukan alumni jurusan perpustakaan” memenuhi Standar Nasional Perpustakaan
(Pengelola perpustakaan MA Nurul Qolby Indonesia, tetapi kekuatan dan keteguhan
Ranomeeto). hati untuk menyelenggarakan perpustakaan
dengan maksimal meski dengan berbagai
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya
keterbatasan, mencerminkan semangat luar
problem paling utama yang menjadi alasan
biasa yang justru menjadi ciri khas eksistensi
mengapa pengelolaan perpustakaan di
perpustakaan MA di pelosok-pelosok
Madrasah Aliyah Konawe Selatan masih
(terbatas tapi fungsional). Pada umumnya,
dikelola secara sederhana dan otodidak,
perpustakaan MA di Konawe Selatan masih
bahwa pengembangan perpustakaan
mengalami berbagai hambatan, sehingga
“bukan” jadi prioritas utama bagi Madrasah
belum bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Aliyah di Konawe Selatan (atau dalam
Hambatan tersebut berasal dan dua aspek,
skala yang lebih luas di MA pelosok),
yaitu: Pertama, aspek struktural. Dalam
sebab jangankan untuk meningkatkan
artian, keberadaan perpustakaan madrasah
penyelenggaraan perpustakaan berstandar
kurang memperoleh perhatian dari pihak
nasional, eksistensi menyangkut kondisi
manajemen Madrasah. Kedua, aspek teknis.
bangunan serta sarana prasarana lainnya
Artinya, keberadaan perpustakaan madrasah
di Madrasah Aliyah di pelosok-pelosok
belum ditunjang aspek-aspek bersifat teknis
negeri (termasuk di Konawe Selatan) juga
yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaan
berada masih jauh dari penyelenggaraan
madrasah, seperti tenaga, dana, dan sarana
pendidikan yang berkualitas (kalau tidak bisa
prasarana. Selain itu, peran stakeholder dalam
dikatakan sangat memprihatinkan). Dalam
pengembangan perpustakaan dinilai masih
hal pembiayaan, pihak madrasah lebih
perlu peningkatan dari aspek intensifikasi
memprioritaskan/lebih mengutamakan
bantuan teknis (sarana prasarana dan
dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur
koleksi), serta aspek koordinasi berbasis
serta sarana prasarana lainnya yang juga
kebutuhan madrasah, termasuk dalam
masih terbatas. “Jika pun seandainya, kami

39
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

pencanangan program-program yang lebih perpustakaan yang melibatkan pengelola


berpihak pada kemajuan perpustakaan. perpustakaan MA perlu dilakukan secara
merata dan berkesinambungan.
Untuk itu, sebagai rekomendasi
penelitian ini, maka diperlukan sosialisasi
berbagai regulasi dan/atau pedoman
UCAPAN TERIMA KASIH
penyelenggaraan perpustakaan secara aktif
Pada bagian akhir dalam tulisan ini,
sampai ke pelosok-pelosok dalam rangka
penulis menghaturkan banyak terima kasih
perwujudan perpustakaan MA yang lebih
kepada semua pihak yang telah membantu
maju. Hal yang tidak kalah pentingya adalah
terlaksananya penelitian ini serta kepada
pelaksanaan diklat, workshop, simposium,
Redaksi Jurnal Penamas Balai Litbang Agama
seminar, dan/atau lokakarya terkait
Jakarta yang telah memuat tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bafadal, Ibrahim. 1996. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

BPS Konawe Selatan. 2013. Statistik Daerah Kabupaten Konawe Selatan 2013. Katalog BPS No.
1101002.7405.

Cresswell, John W. 1994. Research Design, Qualitative and Quantitative Approaches. California: Thousand
Oaks.

Djamas, Nurhayati [ed.]. 2005. Manajemen Madrasah Mandiri. Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.

Hosain Khan, Rajjib. T.th. Academic Library; Heart of the Institution. Dhaka: Department of Information
Science & Library University of Dhaka.

Kholqillah, Ali Mas’ud. 2010. "Manajemen Perpustakaan Madrasah". Makalah "Pembinaan Pustakawan
Madrasah Aliyah se-Jawa Timur oleh Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur", tanggal 19 Mei
2010.

Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication.

Murniaty. 2006. "Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah". Makalah, disampaikan dalam
Diklat Pustakawan Perpustakaan Sekolah di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara, 2006.

Perpustakaan Nasional RI. 2011. Standar Nasional Perpustakaan (Bidang Perpustakaan Sekolah dan
Perpustakaan Perguruan Tinggi). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.

Suherman. 2013. Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah (Referensi Pengelolaan Perpustakaan Sekolah).
Literate: Bandung.

UNESCO/IFLA. 2002. School Library Guidelines. UNESCO.

40
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)

UNESCO. 2011. “United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization". Warta Online, 26
Januari 2011.

Utari, Rahmania. 2010. Teknis Pengelolaan Perpustakaan Sekolah; Pembinaan dan Pengembangan
Koleksi – Inventarisasi. Yogyakarta. Jurusan Administrasi Pendidikan Fakutas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.

Yusuf, Pawit M. dkk. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Prenada Media.

Website:
Abdurahman. 2014. “Revitalisasi Pengelolaan Perpustakaan Madrasah.” Diakses 28 April, 2014.http://
projectabdur.wordpress.com/2013/06/14/revitalisasi-pengelolaan-perpustakaan-madrasah/.

Hanna, Rahmat. 2011. “Mengembalikan Peran dan Fungsi Perpustakaan Madrasah.” Diakses 15 Januari,
2014. http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/qnev1368628208.pdf.

Perundang-Undangan:
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

41
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

42
43
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42

44

Anda mungkin juga menyukai