Blajakarta, Journal Manager, Abu Muslim
Blajakarta, Journal Manager, Abu Muslim
Blajakarta, Journal Manager, Abu Muslim
KEMENTERIAN AGAMA RI
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AGAMA JAKARTA
2015
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa—Allah Swt., Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan
dan Kemasyarakatan) Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015 ini dapat diterbitkan dan hadir
di hadapan pembaca. Sebagai bagian dari peningkatan kualitas jurnal ilmiah, dari waktu ke
waktu kami terus berupaya memperbaiki dan meningkatan kualitas terbitan dan cetakan
untuk mendukung kualitas karya ilmiah itu sendiri. Hal ini tiada lain, agar ilmu pengetahuan
yang kami produksi dapat lebih bermanfaat, terutama bagi kebijakan pembangunan bidang
agama, dan masyarakat pada umumnya.
Jurnal PENAMAS edisi kali ini menyajikan sebanyak 10 artikel, yang kesemuanya
terkait dengan kehidupan keagamaan, pendidikan agama dan keagamaan, serta lektur dan
khazanah keagamaan. Ketiga bidang penelitian atau kajian ini tetap menjadi fokus Jurnal
PENAMAS, karena sesuai dengan Tugas dan Fungsi (TUSI) kami sebagai lembaga penelitian
dan pengembangan di lingkungan Kementerian Agama.
Segenap Dewan Redaksi Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan dan Kemasyarakatan)
mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari Jurnal PENAMAS (Penelitian Keagamaan
dan Kemasyarakatan), terutama mereka yang memberikan koreksi dan saran perbaikan
(review) untuk artikel-artikel Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015 ini, yakni: Prof. DR. Bambang
Pranowo (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Prof. DR. Achmad Fedyani Syaifuddin (Universitas
Indonesia Depok), Prof. DR. M. Hisyam (LIPI), dan Prof. DR. Ahmad Tafsir (UIN Sunan Gunung
Djati Bandung). Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Alfida, MLIS yang secara khusus
menerjemahkan abstrak-abstrak artikel pada nomor kali ini ke dalam bahasa Inggris.
Akhirnya, kami berharap artikel-artikel yang disajikan pada edisi kali ini dapat memberikan
kontribusi, baik sebagai bahan/dasar pertimbangan kebijakan di bidang pembangunan
agama maupun pengembangan ilmu pengetahuan agama dan masyarakat secara umum.
Selamat membaca!
DAFTAR ISI
ABU MUSLIM
Abstrak
Penelitian ini mengajak kita melihat kondisi riil perpustakaan di Konawe
Selatan dengan mengoperasionalkan metode penelitian kualitatif
deskriptif untuk memperoleh gambaran pengelolaan perpustakaan di
tingkat satuan pendidikan Madrasah Aliyah. Sasaran penelitian dipilih
secara purposive 3 Madrasah Aliyah negeri/swasta, yang masing-masing
mewakili tingkatan akreditasi, yakni: MAN Konda (akreditasi B), MA Al-
Amin Mataiwoi (akreditasi C), dan MA DDI Nurul Qalby Ranomeeto
(tidak/belum terakreditasi). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kondisi
pengelolaan perpustakaan Madrasah Aliyah di ketiga madrasah sasaran
dikelola dengan serba terbatas dan serba otodidak. Terbatas dari segi
sarana prasarana dan koleksi buku serta otodidak dari segi pelaksanaan
pelayanan yang semuanya dilakukan tanpa pedoman dan/atau sistem
khusus yang dipegangi. Peran stakeholder dalam pengembangan
perpustakaan dinilai masih perlu peningkatan dari aspek intensifikasi
bantuan teknis serta aspek koordinasi berbasis kebutuhan madrasah.
Penelitian ini juga menemukan, bahwa sesungguhnya di tingkat satuan
pendidikan Madrasah Aliyah, pengembangan perpustakaan bukan
menjadi prioritas utama, sebab sarana prasarana madrasah lainnya pada
kenyataannya juga masih belum memadai.
Kata Kunci: Pengelolaan, Perpustakaan, Konawe Selatan, MA, ironi
25 25
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
26
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
27
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
28
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
29
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
22 kecamatan, dengan 350 desa dan 15 yakni: Madrasah Aliyah Negeri Konda
kelurahan. Jumlah tersebut sudah termasuk mewakili tingkat akreditasi B, Madrasah
desa persiapan yang jumlahnya mencapai Aliyah Al-Amin Mataiwoi Kecamatan Angata
14 desa (BPS Konawe Selatan 2013, 8). Dari di tingkat akreditasi C, dan Madrasah
22 kecamatan itu, Madrasah Aliyah tersebar Aliyah DDI Nurul Qalby Ranomeeto sebagai
hanya di 13 kecamatan. Dengan demikian, perwakilan Madrasah Aliyah yang tidak/
masih terdapat 9 Kecamatan di Konawe belum terakreditasi.
Selatan yang belum menyelenggarakan
pendidikan Madrasah Aliyah. Hal ini menjadi
catatan penting dalam penelitian ini, dalam Eksistensi Perpustakaan Madrasah
rangka pemerataan akses pendidikan Aliyah: Bertahan di Kesederhanaan
Madrasah Aliyah di seluruh kecamatan se- “Beginilah Pak kondisinya perpustakaan
Konawe Selatan dalam usaha menopang kami, terpaksa kita satukan saja antara ruang
pertumbuhan angka partisipasi sekolah, guru, tempat baca dan sedikit ruang bersekat
di mana capaian di bidang pendidikan untuk sekadar privacy kepala sekolah. Itu
terkait erat dengan fasilitas pendidikan. semua kami lakukan untuk memanfaatkan
Hal ini juga sekaligus menjadi salah satu ruang sekolah kita yang bapak bisa lihat
solusi mengatasi penurunan yang sangat sendiri sangat terbatas begini. Kita lihatmi
signifikan pada angka partisipasi murni juga rak dan meja baca yang kayaknya
(APM) pendidikan Konawe Selatan di tingkat tidak begitu representatif untuk disebut
sekolah menengah lanjutan tingkat atas sebagai perpustakaan, tapi semangat kami
yang pada tahun 2010 mencapai 52,69%, untuk menyelenggarakan perpustakaan
2011 turun jadi 49,5%, dan tahun 2012 turun meski dengan sangat sederhana tidak surut
lagi menjadi 42,62% (BPS Konawe Selatan pak, karena guru, murid, dan perangkat
2013, 13-4). sekolah lainnya sangat membantu dalam
Dari enambelas Madrasah Aliyah yang menghidupkan perpustakaan kami ini” (Ibu
ada di Kabupaten Konawe Selatan, selanjut- Husni, S.Ag, Kepala Madrasah MA Al-Amin
nya dipilih 3 Madrasah Aliyah sebagai sasaran Mataiwoi Angata 25 Maret 2014).
penelitian, dengan mempertimbangkan Sebuah keterangan datar dari Ibu Husni,
keterwakilan MA berdasarkan tingkat Kepala Madrasah Aliyah Al-Amin Mataiwoi
akreditasinya yang dalam klasifikasi ketika memperkenalkan perpustakaannya
sebagaimana tabel di atas, hanya terbagi kepada peneliti, menggambarkan betapa
atas 3 tingkatan akreditasi, yakni: B, C, mirisnya kondisi gudang pengetahuan
dan tidak/belum terakreditasi, sementara Madrasah Aliyah yang kepadanya dibebankan
belum ada yang memenuhi penilaian untuk ekspektasi sangat besar dalam membantu
memperoleh Akreditasi A. Selanjutnya, pengembangan kelimuan di Madrasah
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan Aliyah. “kalau mau mengukur keberhasilan
konteks keterwakilan MA berdasarkan pendidikan agama di negara ini, lihatlah
hasil prefield research serta keterjangkauan perpustakaan sekolahnya”, begitulah kira-
sasaran penelitian, kemudian dipilih secara kira anekdot yang marak digaungkan ketika
purposive 3 MA sebagai sasaran penelitian membincang tentang perhatian terhadap
30
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
perpustakaan. Dari keterangan tersebut, di yang ada. Terpaksa juga kami satukan
dalamnya juga menyiratkan semangat besar ruangan perpustakaan dengan ruang guru,
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan dengan ruangan KS (Kepala sekolah,
berbasis perpustakaan, meski dengan ed.), serta ruangan untuk muatan lokal dan
dukungan sarana dan prasarana yang sangat lab komputer karena gedung madrasah kami
terbatas. yang serba terbatas. Penyatuan ruangan
itu sesungguhnya memberi efek positif
Kondisi di atas tidak jauh berbeda dengan
kebersamaan dan kekeluargaan antara
keadaan perpustakaan di Madrasah Aliyah
siswa dan guru sebab semuanya bisa saling
DDI Nurul Qalby Ranomeeto. Perpustakaan
berkomunikasi, baik formal maupun non
yang ditunjukkan adalah “hanya” sebuah rak
formal di ruangan ini (Pak Subhan, Kepala
buku besar beserta sebuah lemari dua pintu
madrasah DDI Nurul Qalby Ranomeeto, 26
dengan deretan buku-buku yang bercampur
Maret 2014).
sedemikian rupa agar bisa memenuhi tempat
yang serba terbatas, belum lagi faktor ruang Hal yang sedikit lebih baik terlihat pada
yang juga sangat terbatas. Madrasah yang penyelenggaraan perpustakaan Madrasah
juga menyelenggarakan jenjang pendidikan Aliyah Negeri Konda, sebab telah memiliki
Tsanawiyah ini menggunakan “hanya” satu ruangan tersendiri untuk perpustakaan
ruangan yang berfungsi ganda. Di dalam satu yang terpisah dengan gedung lainnya. Di
ruangan itulah perpustakaan ditempatkan perpustakaan dengan luas sekitar 9x10 m2
bersamaan dengan ruang baca, ruang guru, itu juga telah memisahkan area khusus untuk
ruang komputer, ruang praktikum muatan ruang koleksi umum, referensi, dan arsip.
lokal, dan ruang kepala sekolah yang diatur Hanya saja, saat penelitian ini dilakukan,
sedemikian rupa dengan diberi sekat- mereka belum memiliki rak khusus untuk
sekat tripleks untuk memisahkan fungsi mengatur koleksi buku-buku umum (kecuali
ruang satu sama lain. “Saya kurang tahu satu rak untuk buku referensi, dan satu
pak, apakah yang bapak lihat di sini bisa rak lainnya untuk buku arsip), sehingga
dikategorikan sebagai perpustakaan atau penataan buku untuk koleksi umum hanya
tidak, tapi beginilah keadaan sesungguhnya menggunakan meja yang disusun sedemikian
di madrasah kami, yang kami punya hanya rupa mengelilingi sisi ruangan perpustakaan
satu rak saja ditambah dengan lemari ditambah dengan satu meja besar persis di
besar berpintu dua, dan itu sudah cukup tengah-tengah ruangan sebagai meja baca.
untuk menampung buku-buku kami yang “seperti inilah perpustakaan kami, meskipun
bisa dikatakan masih sangat terbatas juga. sudah punya ruangan khusus, tetapi kami
Tapi yang jelas, bahwa perangkat dan masih sangat terbatas dalam pengadaan
penyelenggaraan perpustakaan semua kami rak buku. Jadi untuk sementara, buku-buku
lakukan di ruangan ini. Pengelolanya ada, koleksi umum kami letakkan saja di atas
sirkulasinya berjalan, buku besar koleksi meja-meja ini sebagai pengganti rak agar
buku kami juga tersedia meski semuanya para siswa dan guru bisa dengan mudah
dengan kondisi yang serba terbatas, namun mengakses buku-buku yang diperlukan.
Alhamdulillah para siswa dan guru-guru Jadi kalau berantakan begini, harap maklum
kami tetap bisa memanfaatkan buku-buku saja. Ini semua mungkin karena keterbatasan
31
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
32
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
33
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
Agama Konawe Selatan, baik itu PNS maupun dapat membantu para pemustaka dalam
honorer yang berlatar belakang pendidikan rangka 'pengembangan diri'. Itulah
jurusan ilmu perpustakaan atau sejenisnya. sebabnya perpustakaan seringkali disebut-
Kebanyakan memang adalah sarjana agama sebut sebagai “jantungnya sebuah institusi”.
dan lepasan-lepasan Fakutlas Tarbiyah dari Idealnya, sebuah perangkat pengelolaan
perguruan tinggi keagamaan Islam lainnya. perpustakaan melaksanakan fungsinya
(Ahmad Amsul, staf Kepegawaian Kemenag secara serius dan terfokus, pelibatan secara
Konawe Selatan, tanggal 9 Maret 2014). penuh semua unsur dalam perangkat
perpustakaan mulai dari pemerintah,
Hal ini tentu saja menjadi “data
penanggung jawab satuan pendidikan
penting” bagi setiap perguruan tinggi yang
(Kepala Madrasah), dan petugas pengelola
menyelenggarakan jurusan perpustakaan,
perpustakaan menjadi penting dalam
khususnya di wilayah Indonesia bagian timur,
rangka mendukung program pelaksanaan
namun sekaligus menjadi “cambuk” bagi
pendidikan di madrasah/sekolah. Hal ini
mereka dalam hal pemenuhan lapangan
secara tegas termuat dalam School Library
kerja bagi para alumninya. Di satu sisi,
Guidelines oleh IFLA/UNESCO tahun 2002.
alumni jurusan perpustakaan adalah sebuah
Manifesto tersebut menyatakan, bahwa
‘kebutuhan besar’ bagi penyelenggaraan
setiap pemerintah melalui kementerian yang
pendidikan di KTI. Sementara di sisi lain,
bertanggung jawab atas bidang pendidikan
“mengajak” mereka (para alumni jurusan
harus mengembangkan strategi, kebijakan,
perpustakaan) agar bersedia mengabdikan
dan perencanaan yang berkaitan dengan
dirinya di Madrasah Aliyah (terlebih di
pelaksanaan prinsip-prinsip manifesto
pelosok) adalah bukan pekerjaan mudah,
ini. Disebutkan, bahwa misi perpustakaan
karena kesungguhan dan maksimalisasi
sekolah dinyatakan sebagai berikut: The
kinerja sangat berhubungan erat dengan
school library equips students with lifelong
tingkat kesejahteraan mereka yang sudah
learning skills and develops their imagination,
sama kita ketahui tidak/belum bisa dipenuhi
thereby enabling them to live as responsible
oleh penyelenggara pendidikan Madrasah
citizens. Bahwa perpustakaan sekolah
Aliyah di pelosok-pelosok sebagaimana di
berperan memperlengkapi para siswa
Konawe Selatan.
dengan keterampilan pembelajaran seumur
hidup dan juga mengembangkan imajinasi
Mengelola Perpustakaan MA di mereka, sehingga mereka nantinya akan
Konsel: Serba Otodidak Bermodal menjadi warga negara yang bertanggung
jawab (Unesco/IFLA 2002, 3). Bahkan secara
“Semangat”
tegas dalam Pasal 23 ayat (1) UU No. 43 Tahun
Library is an important intellectual resource 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan,
of the academic community. It helps to an bahwa Setiap sekolah/madrasah
academic institution members for their menyelenggarakan perpustakaan yang
‘self development’ library is the heart of the memenuhi Standar Nasional Perpustakaan
institutions (Hosain Khan Tth, 2). Perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional
adalah sumber daya intelektual penting Pendidikan.
dari komunitas akademik, yang diharapkan
34
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
35
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
menjadi sesuatu yang sangat mewah. masuk perpustakaan. Selain buku pelajaran,
“Semuanya serba manual dan atas kreasi novel juga menjadi sasaran baca kami yang
sendiri, input buku dalam buku besar kami bisa menambah inspirasi” (Sri Wijayanti,
lakukan dengan manual, pendataan sirkulasi Siswi kelas X.1 MAN Konda). Akan tetapi
pinjam meminjam juga manual alias ditulis tidak semua siswa menyukai perpustakaan
tangan. Penomoran buku-buku kami juga sebagai tempat mereka mengisi waktu luang,
manual berdasarkan urut-urutan datangnya terlebih bagi mereka yang menginginkan
buku, meski kami tetap melakukan klasifikasi suasana nyaman, sehingga kondisi
berdasarkan kategori disiplin keilmuan perpustakaan Madrasah Aliyah yang minim
yang kira-kira disesuaikan sebagaimana koleksi serta ruang yang terkesan sempit,
mestinya. Jadi kami tidak punya aplikasi membuat siswa tidak tertarik menggunakan
pengelolaan perpustakaan yang canggih, layanan perpustakaannya.
sebab komputer pun belum ada” (Tuti
Sejatinya, semua pengelola perpustaka-
Mariani, Petugas Perpustakaan MA Al Amin
an menghendaki sebuah sistem tata kelola
Mataiwoi).
perpustakaan yang baik dan benar atau
Kondisi ini juga sangat mempengaruhi sesuai standar nasional yang telah ditetapkan,
pelayanan perpustakaan yang maksimal namun minimnya sosialisasi terkait regulasi
untuk para pemustaka yang kepada mereka dan pedoman-pedoman teknis pengelolaan
seharusnya diberikan pelayanan yang sebaik- perpustakaan, khususnya di wilayah-wilayah
baiknya serta sedapat mungkin memberikan yang jauh dari kota, seperti di Kecamatan
jaminan kenyamanan dan ketentraman Angata (lokasi MA Al-Amin Mataiwoi)
batin selama berada di perpustakaan. Konawe Selatan membuat mereka para
Ketersediaan buku-buku baru juga pengelola perpustakaan menjadi sangat buta
menjadi sesuatu yang dapat mengundang dengan perkembangan informasi terkait apa
mereka ke perpustakaan. Bagi guru, saja yang seharusnya disiapkan/diadakan
tersedianya buku pegangan untuk bidang dalam menyelenggarakan perpustakaan,
studi yang diampunya cukup membantu serta bagaimana sesungguhnya mengelola
dalam menyusun silabus pelajaran dan perpustakaan dengan baik dan benar. Selain
menyampaikan pokok-pokok ajarannya. itu, jika hendak mewujudkan pengelolaan
Sementara bagi para siswa, perpustakaan perpustakaan berstandar nasional, maka
menjadi pelarian utama untuk membantu sudah barang tentu harus berbanding
mereka menyelesaikan tugas-tugas yang lurus dengan besarnya anggaran yang
diberikan oleh guru, bahkan untuk sekadar diperlukan dalam pemenuhannya. Sebut
bersantai mengisi waktu luang jika sedang saja misalnya, pembangunan ruang khusus
ada jam pelajaran yang kosong serta selama serta sarana yang memadai, pengadaan
jam istirahat. “Saya cukup terbantu dengan buku pelajaran, dan buku-buku penunjang
adanya perpustakaan ini pak, tugasku bisapi lainnya yang disesuaikan dengan jumlah
kita selesaikan dari buku-buku yang ada siswa dan harus selalu di update secara
di sini, selain itu kalau ada waktu luang, berkala, perangkat-perangkat pendukung,
membaca di perpustakaan adalah sasaran seperti komputer dan jaringan internet,
kami memecah penat, hampir tiap hari kami langganan terbitan berkala, kenyamanan
36
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
ruang, sampai kepada penggajian yang Akan tetapi, meskipun dengan segala
sesuai kepada para petugas perpustakaan, keterbatasan yang dimiliki, pihak madrasah
kesemuanya memerlukan biaya yang tidak tetap memiliki semangat besar dalam
sedikit dalam operasionalisasinya. Sehingga memajukan perpustakaannya, walaupun
menjadi sesuatu yang sangat wajar kiranya harus dilakukan step by step. “Meski begitu
jika perhatian terhadap perpustakaan di kami tetap berusaha mengoptimalkan
Madrasah Aliyah Konawe Selatan sangat pelayanan kepada para siswa yang
bergantung pada perhatian dan bantuan- membutuhkan dengan melakukan update
bantuan dari pihak luar. Sementara di sisi buku-buku baru setiap semester walaupun
lain, pendanaan yang lebih besar juga masih hanya 5-10 buku, tergantung dana!” (Tuti
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan Mariani MA Al-Amin Mataiwoi).
sarana prasarana madrasah lainnya yang
juga masih sangat terbatas. Sebagai
perbandingan, di Madrasah Aliyah DDI Menilik Peran Stakeholder untuk
Nurul Qalby Ranomeeto, sesungguhnya Perpustakaan MA di Konsel
memiliki lahan madrasah + 2 Ha, namun Dalam Undang-Undang Nomor 43
pembangunan sekolahnya “hanya” berupa tentang Perpustakaan menyebutkan,
4 RKB yang tidak semuanya permanen, bahwa Perpustakaan diselenggarakan ber-
ditambah 1 kantor yang sekaligus berfungsi dasarkan asas pembelajaran sepanjang
sebagai perpustakaan. Artinya, itu hanyalah hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan,
sepersekian persen dari luas keseluruhan keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan.
lahan madrasah. Selain itu, dalam UU ini mengamanahkan
“Standar Nasional Perpustakaan yang kewajiban kepada pemerintah yang terkait
diberikan tempo hari itu sudah saya baca dengan pengelolaan perpustakaan untuk: 1)
pak secara keseluruhan, saya melihat sebuah menjamin kelangsungan penyelenggaraan
pedoman pengelolaan perpustakaan yang dan pengelolaan perpustakaan sebagai pusat
sangat ideal di sana. Kami sebenarnya sumber belajar masyarakat; 2) menjamin
agak miris juga ketika melihat kondisi ketersediaan layanan perpustakaan secara
perpustakaan kami yang masih sangat merata di tanah air; 3) menjamin ketersediaan
jauh dari standar yag telah ditetapkan itu. keragaman koleksi perpustakaan melalui
Kelihatannya untuk bisa merealisasikan terjemahan, alih aksara (transliterasi), alih
perpustakaan berstandar nasional, juga suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media
harus dibutuhkan dana yang cukup besar (transmedia); 4) menggalakkan promosi
sebagai perimbangannya, sementara kami gemar membaca dan memanfaatkan
di sini sangat terbatas dalam hal pendanaan. perpustakaan; 5) meningkatan kualitas dan
Gedung madrasah kami pun masih banyak kuantitas koleksi perpustakaan; 6) membina
yang harus dibenahi dan ditambah demi dan mengembangkan kompetensi,
memaksimalkan lahan kami yang luas ini. profesionalitas pustakawan, dan tenaga
Belum lagi sarana prasarana lainnya yang teknis perpustakaan.
juga di sini serba kekurangan (Subhan, Kepala Stakeholder di sini juga termasuk kepala
Madrasah Aliyah Nurul Qolby Ranomeeto). madrasah sebagai penanggung jawab penuh
37
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
38
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
dan penguatan kemampuan pengelola memiliki atau tiba-tiba diberi dana lebih oleh
perpustakaan dalam bentuk diklat, seminar, pemerintah atau ada bantuan, maka yang
workshop, lokakarya atau simposium, jadi prioritas utama kami di madrasah ini
dan kegiatan sejenis lainnya. Kalau pun adalah pembangunan RKB serta perangkat
ada, program itu masih belum melibatkan pendukung lainnya, karena di sini RKB masih
pengelola perpustakaan Madrasah Aliyah sangat terbatas, sehingga terpaksa kami
di Konawe Selatan. “Selama ini, kami tidak memberlakukan dua jam masuk, yakni pagi
pernah mendengar ada program yang dan siang, karena mereka harus bergantian
dilakukan oleh Kementerian Agama atau menggunakan kelasnya. (Subhan, Kepala
pemerintah kabupaten yang melibatkan Madrasah MA DDI Nurul Qalby Ranomeeto).
kami petugas perpustakaan, kalau pun
ada, kami tidak diundang. Padahal bagi
kami itu sangat penting untuk membantu PENUTUP
mengembangkan potensi dan pengalaman Potret pengelolaan perpustakaan MA
pengelolaan perpustakaan, apalagi kami Konsel mungkin belum berada dalam level
ini bukan alumni jurusan perpustakaan” memenuhi Standar Nasional Perpustakaan
(Pengelola perpustakaan MA Nurul Qolby Indonesia, tetapi kekuatan dan keteguhan
Ranomeeto). hati untuk menyelenggarakan perpustakaan
dengan maksimal meski dengan berbagai
Terlepas dari itu semua, sesungguhnya
keterbatasan, mencerminkan semangat luar
problem paling utama yang menjadi alasan
biasa yang justru menjadi ciri khas eksistensi
mengapa pengelolaan perpustakaan di
perpustakaan MA di pelosok-pelosok
Madrasah Aliyah Konawe Selatan masih
(terbatas tapi fungsional). Pada umumnya,
dikelola secara sederhana dan otodidak,
perpustakaan MA di Konawe Selatan masih
bahwa pengembangan perpustakaan
mengalami berbagai hambatan, sehingga
“bukan” jadi prioritas utama bagi Madrasah
belum bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Aliyah di Konawe Selatan (atau dalam
Hambatan tersebut berasal dan dua aspek,
skala yang lebih luas di MA pelosok),
yaitu: Pertama, aspek struktural. Dalam
sebab jangankan untuk meningkatkan
artian, keberadaan perpustakaan madrasah
penyelenggaraan perpustakaan berstandar
kurang memperoleh perhatian dari pihak
nasional, eksistensi menyangkut kondisi
manajemen Madrasah. Kedua, aspek teknis.
bangunan serta sarana prasarana lainnya
Artinya, keberadaan perpustakaan madrasah
di Madrasah Aliyah di pelosok-pelosok
belum ditunjang aspek-aspek bersifat teknis
negeri (termasuk di Konawe Selatan) juga
yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaan
berada masih jauh dari penyelenggaraan
madrasah, seperti tenaga, dana, dan sarana
pendidikan yang berkualitas (kalau tidak bisa
prasarana. Selain itu, peran stakeholder dalam
dikatakan sangat memprihatinkan). Dalam
pengembangan perpustakaan dinilai masih
hal pembiayaan, pihak madrasah lebih
perlu peningkatan dari aspek intensifikasi
memprioritaskan/lebih mengutamakan
bantuan teknis (sarana prasarana dan
dialokasikan untuk peningkatan infrastruktur
koleksi), serta aspek koordinasi berbasis
serta sarana prasarana lainnya yang juga
kebutuhan madrasah, termasuk dalam
masih terbatas. “Jika pun seandainya, kami
39
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bafadal, Ibrahim. 1996. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
BPS Konawe Selatan. 2013. Statistik Daerah Kabupaten Konawe Selatan 2013. Katalog BPS No.
1101002.7405.
Cresswell, John W. 1994. Research Design, Qualitative and Quantitative Approaches. California: Thousand
Oaks.
Djamas, Nurhayati [ed.]. 2005. Manajemen Madrasah Mandiri. Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Hosain Khan, Rajjib. T.th. Academic Library; Heart of the Institution. Dhaka: Department of Information
Science & Library University of Dhaka.
Kholqillah, Ali Mas’ud. 2010. "Manajemen Perpustakaan Madrasah". Makalah "Pembinaan Pustakawan
Madrasah Aliyah se-Jawa Timur oleh Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur", tanggal 19 Mei
2010.
Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication.
Murniaty. 2006. "Manajemen dan Organisasi Perpustakaan Sekolah". Makalah, disampaikan dalam
Diklat Pustakawan Perpustakaan Sekolah di Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara, 2006.
Perpustakaan Nasional RI. 2011. Standar Nasional Perpustakaan (Bidang Perpustakaan Sekolah dan
Perpustakaan Perguruan Tinggi). Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung:
Alfabeta.
Suherman. 2013. Perpustakaan sebagai Jantung Sekolah (Referensi Pengelolaan Perpustakaan Sekolah).
Literate: Bandung.
40
Membaca Eksistensi 'Pusat Literasi' dari Pelosok Negeri: ... (Abu Muslim)
UNESCO. 2011. “United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization". Warta Online, 26
Januari 2011.
Utari, Rahmania. 2010. Teknis Pengelolaan Perpustakaan Sekolah; Pembinaan dan Pengembangan
Koleksi – Inventarisasi. Yogyakarta. Jurusan Administrasi Pendidikan Fakutas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta.
Yusuf, Pawit M. dkk. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Prenada Media.
Website:
Abdurahman. 2014. “Revitalisasi Pengelolaan Perpustakaan Madrasah.” Diakses 28 April, 2014.http://
projectabdur.wordpress.com/2013/06/14/revitalisasi-pengelolaan-perpustakaan-madrasah/.
Hanna, Rahmat. 2011. “Mengembalikan Peran dan Fungsi Perpustakaan Madrasah.” Diakses 15 Januari,
2014. http://sulut.kemenag.go.id/file/file/BimasIslam/qnev1368628208.pdf.
Perundang-Undangan:
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2007 tentang Perpustakaan.
41
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
42
43
Jurnal PENAMAS Volume 28, Nomor 1, April-Juni 2015, Halaman 25 - 42
44