Anda di halaman 1dari 3

Terdapat 2 cara Penyelesaian sengketa hukum di Indonesia:

1. Non-litigasi (melalui Luar Pengadilan)/ Alternative Dispute Resolution


2. Litigasi (melalui Pengadilan)

Penyelesaian sengketa Non litigasi/ Alternative Dispute Resolution secara normatif diatur dalam UU 30
tahun 1999 tentang Arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa

alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli (Pasal 1 angka 10 UU 30/1999)

menurut frans winarta dalam buku “Hukum Penyelesaian Sengketa”

Konsultasi: suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain
yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak konsultan memberikan pendapatnya kepada klien
sesuai dengan keperluan dan kebutuhan kliennya.

Negosiasi: suatu upaya penyelesaian sengketa para pihak tanpa melalui proses pengadilan dengan
tujuan mencapai kesepakatan bersama atas dasar kerja sama yang lebih harmonis dan kreatif.

Mediasi: cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para
pihak dengan dibantu oleh mediator.

Konsiliasi: penengah akan bertindak menjadi konsiliator dengan kesepakatan para pihak dengan
mengusahakan solusi yang dapat diterima.

Penilaian Ahli: pendapat para ahli untuk suatu hal yang bersifat teknis dan sesuai dengan bidang
keahliannya.

Jangka waktu penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah 14 (empat belas)
hari, apabila gagal dapat dilanjutkan pada lembaga arbitrase atau lembaga alternatif penyelesaian
sengketa dengan menunjuk mediator, dan dalam 30 hari sejak dimulainya proses harus sudah selesai.

Hasil penyelesaian sengketa bersifat final dan mengikat dan wajib didaftarkan pada pengadilan negeri
dalam waktu 30 hari sejak penandatanganan kesepakatan penyelesaian sengketa dan dalam jangka
waktu 30 hari sejak pendaftaran dipengadilan kesepakatan harus sudah dilaksanakan.

Penyelesaian sengketa hukum melalui pengadilan (Litigasi)

beberapa macam sengketa hukum antara lain, Sengketa Perdata, Sengketa Tata Usaha Negara, Sengketa
Informasi, Sengketa Perniagaan, Sengketa Hubungan Industrial, Sengketa terkait partai politik, Sengketa
terkait Peraturan Perundang-undangan dll

secara umum sengketa hukum yang dihadapi oleh aparat pemerintahan desa adalah sengketa perdata
dan sengketa terkait administrasi/Keputusan Tata Usaha Negara, Sengketa Perdata proses
penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri (Sengketa Perdata) dan sengketa administrasi/Keputusan
Tata Usaha Negara proses penyelesaiannya melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (Sengketa Tata Usaha
Negara)
Sebab munculnya sengketa perdata secara umum akibat 2 hal, yakni Perbuatan Melawan Hukum dan
wanprestasi/ingkar janji.

Perbuatan Melawan Hukum diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi “Tiap perbuatan yang
melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan
kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut ”
Unsur-unsur Perbuatan melawan Hukum berdasarkan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata adalah sebagai
berikut :
• Adanya suatu Perbuatan;
• Perbuatan tersebut melawan Hukum;
• Adanya kesalahan dari Pihak Pelaku;
• Adanya kerugian bagi Korban;
• Adanya hubungan Kausal antara Perbuatan dengan Kerugian.

Sedangkan mengenai wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUH Perdata yang menyebutkan
“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila
debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu
yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah ditentukan”.
Sehingga unsur-unsur wanprestasi adalah:
 Ada perjanjian oleh para pihak;
 Ada pihak melanggar atau tidak melaksakan isi perjanjian yang sudah disepakati;
 Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi perjanjian

Yang biasa terjadi gugatan sengketa perdata kepada aparat pemerintahan adalah gugatan berdasarkan
Perbuatan Melawan Hukum, misal terkait penerbitan SKPT.

Mengenai sengketa Tata Usaha Negara, diatur dalam:


 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diubah terakhir
dengan UU Nomor 51 Tahun 2009
 UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan sebagaimana telah diubah
dengan UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Obyek dalam Sengketa Tata Usaha Negara adalah:


a. penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif,
dan penyelenggara negara lainnya;
c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
d. bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat.

Dalam penyelesaian sengketa administrasi/Tata Usaha Negara harus didahului dengan upaya
administratif oleh orang/pihak yang merasa dirugikan terhadap tindakan dan/atau keputusan pejabat
pemerintahan.
Upaya Administratif adalah proses penyelesaian sengketa yang dilakukan dalam lingkungan Administrasi
Pemerintahan sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan dan/atau Tindakan yang merugikan (Pasal 1
angka 16 UU Administrasi Pemerintahan)
Upaya Administratif terdiri atas Keberatan dan Banding
Keberatan dapat diajukan dalam jangka waktu 21 hari kerja sejak diumumkannya keputusan dan wajib
diselesaikan dalam jangka waktu 10 hari kerja (apabila tidak diselesaikan keberatan dianggap diterima),
apabila keberatan diterima maka Keputusan baru harus diterbitkan dalam jangka waktu 5 hari kerja.
Banding Administrasi dapat dilakukan dalam jangka waktu 10 hari kerja sejak Keputusan atas upaya
keberatan diterima dan ditujukan kepada atasan Pejabat yang menerbitkan keputusan dan wajib
diselesaikan dalam jangka waktu 10 hari kerja (apabila tidak diselesaikan banding dianggap diterima),
apabila banding diterima maka Keputusan baru harus diterbitkan oleh pejabat yang menerbitkan
keputusan dalam jangka waktu 5 hari kerja
Apabila Keputusan Banding Administratif tidak diterima maka penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
dapat diajukan diPTUN.

Guna meminimalisir timbulnya sengketa tata usaha negara, aparat pemerintahan harus memperhatikan
beberapa hal dalam melakukan tindakan/menerbitkan suatu keputusan tata usaha negara, yakni antara
lain:
1. Kewenangan yang dimiliki;
2. Prosedur penerbitan keputusan;
3. Substansi dari tindakan/keputusan;
4. Asas Umum Pemerintahan yang baik (kepastian hukum, kemanfaatan, ketidakberpihakan,
kecermatan, tidak menyalahgunakan kewenangan, keterbukaan, kepentingan umum, dan
pelayanan yang baik)
5. Jangka waktu penerbitan keputusan (5 hari kerja sejak berkas pengajuan lengkap)

Anda mungkin juga menyukai