Anda di halaman 1dari 7

Teror Hantu Blog

"Membaca tulisan ini dapat menyebabkan serangan kanker ide, infeksi saluran imajinasi,
hipotalkative, hiperwriteblogging, dan ketagihan. Hak cipta penulis dilindungi oleh bayang-
bayang mantan."

****

Aman adalah seorang penulis sekaligus kontributor aktif di sebuah blog misteri yang
terkenal. Ia suka sekali menulis kisah-kisah misteri dan juga horor serta menantang dirinya
sendiri untuk uji nyali di tempat yang katanya angker dan berhantu. Menurutnya, semua
urban legend dan kisah misteri yang meluas di masyarakat itu hanya desas-desus warga
sekitar saja, semacam isapan jempol belaka. Walaupun Aman adalah seorang kontributor di
blog misteri yang suka dengan konten-konten horor dan semacamnya, sebenarnya dia nggak
percaya kalau hantu itu benar-benar ada. Ia yakin bahwa hantu-hantu yang mereka semua
sebut menyeramkan, berbahaya, dan mengerikan itu sebenarnya adalah fantasi dan ketakutan
mereka yang berlebihan sehingga mereka dapat menciptakan sosok bayangan dari pikiran
mereka sendiri, kemudian "sosok ciptaan" itu mereka anggap sebagai hantu. Menurutnya,
percaya pada hantu adalah sebuah pemikiran yang nggak banget untuk manusia yang hidup di
zaman yang sudah benar-benar maju dan mengedepankan rasionalitas.

Malam ini, Aman belum tidur. Jarum jam menunjukkan pukul dua dan jarum detiknya
bergerak dalam kegelapan. Ruangan kamar menerima sedikit cahaya remang-remang dari
lampu di teras yang menerobos tirai jendela kamarnya. Hening. Suara detik jarum jam
dinding terdengar lebih nyaring dari biasanya, bahkan ia bisa mendengar napasnya sendiri. Di
tengah kesunyian malam ini Aman masih terjaga, kebiasaan begadang ini sudah nggak ada
obatnya lagi. Padahal, terkadang ia butuh waktu lebih lama untuk tidur ketika ia kelelahan
tetapi ujungnya tetap sama--Aman hanya bisa tidur setelah jam tiga atau empat.

Belakangan ini, Aman sibuk dengan pekerjaan di kebun sampai ia nggak sempat untuk
memeriksa komentar dari penggemar setia blognya. Dia juga beberapa hari belakangan nggak
mempublikasikan postingan yang baru karena memang belum ada waktu dan ide untuk
menulis. Bukan masalah ia nggak bisa menyempatkan diri untuk mengurus blognya, tetapi
tanggung jawabnya nggak hanya mengurus masalah blog saja, ia juga punya pekerjaan yang
ia prioritaskan yang mana pekerjaan itu memakan waktu sangat banyak dan terkadang saat
pekerjaan sudah selesai pun energi Aman justru sudah habis terkuras. Malam ini, dia
menyempatkan diri untuk memeriksa keadaan blognya saat ini, lumayan kerjaan untuk
mengisi waktu luangnya karena kebetulan malam ini matanya masih kuat untuk melek
beberapa jam ke depan.
Sebelumnya, nggak afdal kalau Aman memantau blog tanpa ditemani secangkir kopi dan
sebatang rokok. Ia bangun dari tempat tidur lalu berjalan ke arah pintu. Tangannya terulur
untuk menarik gagang pintu kamar lalu menariknya sampai daun pintu terbuka perlahan.
Sedikit demi sedikit daun pintu menampilkan keadaan ruang tengah yang kosong, sepi, dan
hanya diterangi dengan cahaya remang-remang yang menerobos tirai jendela. Biasanya,
Aman mematikan seluruh lampu kalau ia akan pergi tidur dan hanya lampu kamar mandi
yang ia biarkan menyala. Tetapi, malam ini keadaan ruang tengah yang cukup gelap agak
membuat dia merinding. Sejujurnya, Aman nggak terlalu suka dengan kegelapan, apalagi
kesepian tanpa sang kekasih. (Curhat) hehe.

Aman melangkah keluar dari kamar yang nyaman, di depan pintu ia bisa melihat bayangan
dirinya sendiri pada layar televisi selebar 21 inch. Kemudian, ia berjalan melintasi ruang
tengah yang sepi tanpa menyalakan lampu karena letak saklar begitu jauh dari tempatnya
berdiri. Sunyi. Derap langkah kaki terdengar di telinganya sendiri. Aman berjalan melewati
sofa panjang yang membelakangi pintu kamar lalu berbelok ke arah pintu dapur yang
menyekat antara dapur dan ruang tengah. Cahaya di dapur lebih terang daripada ruang
tengah, walaupun masih tetap remang-remang cahayanya. Sisa cahaya dari lampu kamar
mandi yang terletak di ujung ruang dapur memberikan penerangan yang cukup untuk dapur
seukuran 2x2 meter sehingga ia nggak perlu untuk menyalakan lampu dapur.

Aman membuka pintu lemari penyimpanan makanan, suaranya berderit dan mengisi
kesunyian malam. Lalu tangannya terulur untuk mengambil sebungkus kopi dari dalamnya.
Kemudian, Aman meraih sebuah gelas kesayangannya yang merupakan hadiah dari
mantannya. Gelas itu adalah gelas mug berwarna putih dengan bertuliskan namanya pada
kedua sisi di sebelah gagangnya. Aman suka banget dengan mug itu, walaupun ada banyak
mug berjajar di rak tetapi ia pasti akan mengambil mug putih itu. Suara keresek terdengar
nyaring saat dia membuka bungkusan kopi, suaranya agak mengganggu sebab Aman jadi
tahu betapa sunyi keadaan malam ini dan ia benar-benar sendirian tanpa teman. Aman
berdehem untuk memecah keheningan kemudian bersenandung kecil untuk meredam
kesunyian. Ia tuangkan bubuk kopi ke dalam gelas. Dapur tiba-tiba gelap gulita selama satu
per sekian detik, bahkan gelapnya hanya mirip seperti satu kedipan mata. Aman terkejut.
Dengan cepat, ia menoleh ke samping kiri tepat ke arah pintu kamar mandi yang terbuka.
Lampu kamar mandi masih menyala saat dia melirik ke arah kamar mandi. Aman termenung
sejenak. Beberapa pikiran datang sesaat sebelum ia menyimpulkan apa yang terjadi. Untuk
memastikannya, Aman melangkah ke arah kamar mandi. Ia julurkan kepalanya melewati
kusen pintu dan melirik ke arah langit-langit kamar mandi, cahayanya lebih redup dari
biasanya. Mungkin, ini saatnya untuk mengganti lampu kamar mandi.

Aman kembali ke pantri dan melanjutkan kegiatannya yang baru saja diinterupsi. Kali ini, ia
nggak terlalu santai dan lebih terburu-buru. Dia menyambar gagang mug lalu
menempatkannya di bawah keran dispenser berwarna merah. Bunyi suara gelembung air di
dalam galon memecah keheningan beberapa saat. Aman bersiul sambil memperhatikan
gelembung air di dalam galon bergerak ke atas. Permukaan air panas perlahan-lahan mulai
naik memenuhi gelas.

Tiba-tiba, panci berjatuhan dari tumpukannya. Keras suara dentingannya membuat Aman
terperanjat. Jantungnya terasa seperti mau loncat dan keluar dari mulutnya. Ia langsung
menolehkan kepala ke ke arah panci yang berserakan di atas lantai dekat pintu yang
menyekat antara ruang tengah dan dapur.

"Goblok!" umpat Aman entah pada siapa. "Anjir, bikin kaget aja lu."

Dengan segera, Aman letakkan gelas mug di atas pantri sambil mengelus dada dan mengatur
ritme napasnya yang tersengal karena kaget. Aman berjalan ke arah panci-panci yang
berserakan dan memungutnya satu per satu. Saat ia mencondongkan tubuhnya ke depan
untuk meraih panci di lantai, sekelebat bayangan muncul di sudut kanan pandangannya.
Bayangan itu muncul dengan singkat, bergerak dari arah kamarnya melintasi ruang tengah
kemudian bergerak menuju ke arah televisi di seberang pintu kamar. Mata Aman mengikuti
pergerakan bayangan itu, kemudian bayangan itu menghilang saat menembus dinding ruang
tengah. Aman mengucek kedua matanya dengan punggung tangan untuk memastikan apa
yang barusan ia lihat. Namun, hanya ruang tengah yang gelap dan kosong tanpa ada jejak
apa pun yang bisa ia lihat. Bergegas, Aman pungut semua panci dan ia rapikan di tempat
semula. Tanpa pikir panjang, Aman langsung berdiri dan menyambar sendok kecil dan mug
berisi kopi yang belum diaduk. Ia melangkahkan kaki meninggalkan dapur sambil memutar
kepala sendok searah dengan arah gerakan jarum jam. Ketika ia melintasi ruang tengah,
matanya menelusuri setiap sudut ruangan untuk mencari sosok bayangan yang tadi ia lihat.
Aman memandang ke arah dinding yang berada di belakang televisi sejenak.

Apa yang barusan dia lihat? Apakah itu hantu? Mana mungkin, nggak ada yang namanya
hantu. Pasti itu hanya imajinasinya saja, Aman hanya kelelahan karena kurang istirahat. Ia
berbalik badan kembali melangkahkan kaki menuju ke kamar dan menutup pintu kamar
dengan rapat tanpa menguncinya.

Aman meletakkan segelas kopi di atas meja. Meja itu terletak di dekat jendela yang tertutup
tirai. Ia sengaja meletakkan meja di dekat jendela karena Aman terbiasa merokok sambil
bekerja atau sekadar berselancar di dunia maya. Ia geser sebagian tirai yang menutupi jendela
lalu menarik tuas besi pada jendela untuk membuka jendela. Kaca dan besi yang
bersinggungan terbuka dan menciptakan suara "krepyak". Udara malam yang dingin semilir
menembus celah jendela mengisi sirkulasi udara di kamarnya. Aman menyalakan laptop
berwarna hitam lalu duduk sambil mengangkat satu kaki untuk bertumpu di atas kursi. Layar
laptop menyorotkan cahaya di tengah kegelapan kamar. Silau. Aman sulut satu batang rokok
yang ia jepit di antara kedua bibir sampai kepulan asap menyembur dari celah mulut dan
lubang hidung. Ia hisap ujung batang rokok. Mouse kecil hilang dalam genggaman tangan
besarnya saat Aman mengarahkan kursor di layar. Sambil menjepit batang rokok di mulut, ia
mengetik alamat domain blognya. Beberapa detik kemudian, halaman blog pun muncul. Ia
baca satu per satu komentar dari pembaca setia blognya. Sesekali Aman hisap ujung rokok
setiap kali mulutnya terasa asam.

Kak, bahas tentang hantu blogger dong...😁🫠

Kak... katanya hantu blogger nyata? Bahas dong.😁🙏

Min, pernah denger hantu blogger kagak? Katanya dia bakal teror orang yang bahas

tentang dia di blog. Berani kagak lu?🤣🤣

Gan, lu suka uji nyali kan? Bahas hantu blogger kek, kalo elu beneran diganggu sama hantu

blogger, ceritain di mari yak ...🤭🤣🤣🤣

Aman memegang gagang gelas mug lalu menyesap kopi yang sudah nggak terlalu panas.
Jujur, ia terlalu lama nggak berselancar di dunia maya dan ia belum pernah mendengar
tentang kisah Hantu Blogger. Rasa penasarannya mulai terpancing. Aman mencari tahu siapa
itu Hantu Blogger setelah membaca segala kisah yang diceritakan oleh blogger lainnya.
Menarik. Mereka bercerita tentang semua teror atau bahkan kesan saat mencoba mengorek
cerita tentang Hantu Blogger. Aman bisa memanfaatkan keyword ini untuk menaikkan
jumlah pengunjung blognya dengan sedikit dramatisir. Sebelum ia mulai mengulas Hantu
Blogger, Aman harus mencari sumber terpercaya agar informasi yang ia sampaikan kepada
pembaca bukan hoax. Walaupun nantinya ia akan sedikit memberi bumbu dramatisir,
setidaknya ia harus bermain sedikit lebih rapi.

Aman langsung membuka tab baru dan mencari kisah-kisah tentang Hantu Blogger dari
berbagai sumber. Beberapa situs muncul dalam mesin penelusuran, sebagian besar
menceritakan tentang pengalamannya saat diganggu Hantu Blogger ketika sedang menulis
kisah tentangnya. Namun, semua kisah itu nggak cukup buat Aman. Ia perlu banyak
informasi tentang Hantu Blogger--dari mana asal mula kisah ini berawal, siapa dia, dan
mengapa dia bisa disebut sebagai Hantu Blogger. Aman menghabiskan beberapa puluh menit
untuk menelusuri tentang Hantu Blogger dan membaca berbagai situs yang membahas Hantu
Blogger. Penelusurannya terhenti saat ia menemukan alamat domain blog yang katanya
adalah blog milik si Hantu Blogger. Awalnya, Aman nggak langsung percaya dengan link itu,
karena ia takut kalau ternyata link itu adalah link virus atau click bait dan semacamnya.
Tetapi, setelah menelusuri web itu Aman semakin yakin kalau link yang tertera di sana
bukanlah link hacker atau semacamnya. Jadi, ia memberanikan diri untuk membuka link yang
tertera pada postingannya. Tab baru terbuka mengarah pada sebuah situs blog yang terlihat
sederhana dan penuh dengan postingan cerita sehari-hari, mirip seperti sebuah buku harian
yang dapat diakses oleh peselancar dunia maya.

Beberapa postingan pada blog milik "Hantu Blogger" Aman baca satu per satu dari postingan
yang terlama. Tulisannya mirip seperti seorang yang sudah ahli dalam permainan seni bahasa.
Aman juga beberapa kali tercengang setiap membaca tulisannya. Gaya bahasanya tingkat
tinggi seperti seorang sastrawan. Aman kembali menghisap batang rokok yang semakin lama
semakin pendek sambil membaca seluruh isi tulisannya di blog. Ada hal yang mengganjal
dari seluruh postingan yang ia baca, isi dari seluruh postingannya kebanyakan adalah
kesedihan dan keputusasaan. Aman nggak tahu seberat apa beban hidup yang dirasakan oleh
pemilik blog tersebut, tetapi kalau saat itu Aman ada di sana bersama dia, ia ingin
memeluknya. Sejauh yang ia pahami dari isi blognya, ia menyimpulkan bahwa Hantu
Blogger memiliki kisah hidup yang amat menyedihkan.

Aman menyesap lagi kopi yang masih tersisa setengahnya di dalam gelas. Ia membuka laman
entri untuk menuliskan kisah Hantu Blogger. Matanya mulai terfokus pada layar laptop dan
jari-jarinya mulai bergerak menari-nari di atas tombol keyboard. Beberapa saat kemudian,
angin berhembus cukup kencang, angin dingin menyeruak masuk ke dalam kamar sehingga
tirai jendela melambai-lambai. Aman bangkit dari tempat duduk untuk menutup jendela.
Sesaat sebelum mendorong tuas besi untuk menutup jendela, ia berhenti untuk mengintip
pada celah jendela. Samar-samar, terlihat seorang gadis cantik berambut seukuran bahu
berdiri seorang diri di tepi jalan yang disinari cahaya temaram. Apakah itu tetangga sebelah
yang baru pulang lembur? Aman pikir begitu. Ia tak acuh. Dia dorong tuas besi dan jendela
pun tertutup rapat.

Aman kembali duduk tanpa menutup tirai jendela. Ia bersiap untuk melanjutkan tulisannya.
Sial. Aman menatap layar laptop dengan penuh makian keluar dari mulutnya. Tulisannya
tiba-tiba berantakan karena disisipi banyak huruf F. Mengapa keyboard harus eror di saat
seperti ini? Merepotkan. Aman menghela napas lalu menyesap kopi hingga hanya tersisa
ampasnya saja. Ia rapikan tulisannya dengan penuh kesabaran. Setelah tulisannya kembali
rapi, Aman melanjutkan tulisannya. Jemarinya kembali menari di atas keyboard. Sampai
beberapa saat kemudian, matanya mulai terasa berat dan jari-jarinya juga mulai terasa lelah.
Aman menoleh ke arah jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul tiga dan menitnya
menunjuk pada angka dua. Aman meregangkan sendi-sendi jarinya lalu kembali terfokus
pada laptop di depannya guna melanjutkan tulisan. Aman tetap memaksakan diri walaupun
beberapa kali mulutnya terbuka lebar karena mulai mengantuk. Ia tambahkan kecepatan jari-
jari untuk mengetik tulisannya agar cepat selesai.
Mata Aman tiba-tiba terbelalak saat sebuah tangan terulur dari belakang melewati bahu.
Jarinya yang panjang dan kukunya yang tajam menunjuk pada sebuah kata. Sebuah bisikan
terdengar di telinga Aman membuat bulu kuduk meremang, "Typo, Bang."

Napas Aman tertahan. Jari-jarinya beku seketika dan perutnya terasa tegang. Matanya tetap
terpaku ke arah layar laptop, nggak sedikit pun ada keinginan untuk berbalik. Aman terlalu
takut untuk menoleh ke belakang karena dia yakin itu bukan manusia. Rumah ini hanya
dihuni oleh dia sendiri. Sendirian. Nggak ada orang lain. Ia pun menelan ludah dengan
bersusah payah guna membasahi tenggorokan yang kering. Setelah Aman bergelut dengan
segala ketegangan, tangan itu bergerak mundur dan menghilang dari pandangannya. Aman
nggak tahu pasti apakah dia sudah pergi atau belum, tetapi tangan itu sudah menghilang.
Aman memang takut, tapi rasa penasarannya lebih besar. Ia kembali menelan ludah dan
mengumpulkan nyalinya untuk memeriksanya. Sumpah! Ini pertama kalinya Aman percaya
kalau hantu itu ada. Ia memutar kepala ke belakang perlahan-lahan. Perutnya mencelus. Bola
matanya bergerak memutar untuk memeriksa setiap sudut ruangan. Kosong, nggak ada apa
pun atau siapa pun.

Aman bernapas lega. Rupanya, semua itu hanya halusinasi karena terbawa suasana saat
sedang memanipulasi kisah Hantu Blogger. Ia pun memutar kepala untuk kembali menatap
layar laptop. Sesaat sebelum memandang ke layar laptop, sekelebat bayangan menarik
perhatiannya. Aman pun mengalihkan pandangan ke arah jendela yang nggak tertutup tirai.
Dua buah telapak tangan menempel di jendela dan di antara kedua telapak tangan itu terdapat
wajah menyeramkan yang menyeringai. Aman terperanjat sampai kursi yang ia duduki
terpental ke belakang. Dia terjengkang dari kursi. Dengan tergesa-gesa Aman bangkit dan
berlari tunggang langgang ke arah pintu untuk menyambar gagang pintu. Setelah gagang
pintu ia pegang dengan erat, Aman tarik gagang pintu berulang kali sekuat tenaga, tetapi
pintu sama sekali nggak terbuka seolah terkunci. Tangannya berkeringat dingin saat
memegang gagang pintu. Kaki Aman gemetaran dan lemas untuk berdiri. Sosok itu masih
menyeringai seram di depan jendela. Keringat dingin bercucuran membasahi pelipis. Jantung
berdebar kencang seolah mau loncat. Kaki Aman lemas dan ia nggak sanggup lagi untuk
berdiri. Dengan penuh ketakutan, Aman hilang kesadaran (pingsan) di dalam kegelapan.

****

Kelopak mata terbuka. Aman mengedipkan kelopak matanya untuk menstabilkan cahaya
yang masuk ke mata. Kamar nggak segelap tadi malam, cahaya matahari menembus tirai
hijau yang menutupi jendela. Hari sudah pagi, Aman bangkit dari tempat tidur. Ia merenung
sejenak sambil duduk di tepian kasur, ia mencoba mengingat kejadian semalam. Bola
matanya bergerak memutar untuk memastikan semua posisi barang-barang di kamarnya tetap
pada posisi sebelumnya. Kamar Aman rapi, nggak berantakan seperti tadi malam. Aman rasa
kejadian itu hanya sebuah mimpi dan semua itu nggak nyata. Hantu memang benar-benar
nggak ada.

Aman bangkit dari tempat tidur lalu berjalan ke arah jendela untuk membuka tirai. Namun,
langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat layar laptop menyala dan menampilkan sebuah
halaman blog yang tidak asing baginya. Sebuah laman postingan dengan judul "Meet and
Greet Present" terpampang pada layar laptop. Aman mengira mungkin itu adalah hasil
penulusurannya semalam yang belum selesai saat ia sedang mengulik kisah Hantu Blogger.
Aman mengurungkan niat untuk membuka tirai jendela lalu duduk di kursi. Ia baca perlahan-
lahan seluruh isi postingan dari judul sampai isinya. Aman baca dengan teliti. Paragraf demi
paragraf. Kalimat demi kalimat. Kata demi kata. Rupanya, dia pernah memberi sebuah hadiah
berupa mug putih seperti miliknya saat ini kepada idolanya dan dia menyampaikan bahwa dia
ingin mempunyai blog yang terkenal seperti milik idolanya. Pada postingannya, tertulis:

"Aku ingin bertemu dengan Aman Hermawan suatu saat nanti walaupun aku sudah mati."

Aman terkejut saat nama lengkapnya tertulis di sana. Berulang kali ia baca kalimat itu untuk
memastikan kembali bahwa dia kagak salah baca. Apakah nama idolanya sama dengan
namanya? Aman penasaran. Ia menebak kalau dia menulis postingan itu setelah
berlangsungnya acara "Meet and Greet". Aman kembali menggeser laman ke bagian tanggal
postingan ini dipublikasikan. Dan ternyata! Tanggal postingan itu bersamaan dengan
digelarnya acara "Meet and Greet" bersama pegiat literasi. Mungkinkah Hantu Blogger ini
adalah penggemar Aman?

Nggak mungkin. Ini nggak mungkin. Pasti kebetulan.

Aman menutup laptopnya tanpa mematikan mesinnya terlebih dahulu. Kedua tangannya
berusaha memijat pelipis. Ia pun menggelengkan kepala dengan cepat untuk melupakan apa
yang baru saja ia baca. Aman bangkit dari tempat duduk lalu tangannya mencengkeram tirai
hijau dengan kuat. Aman perlu udara segar untuk menenangkan pikirannya sendiri. Ia tarik
tirai sampai terbuka dengan cepat.

Aman terperanjat saat ia mendapati noda bekas telapak tangan tercetak pada kaca jendela
kamar.

****

Selesai...

Anda mungkin juga menyukai