positif tentang hki dalam kerangka hukum indonesia dan hukum internasional
Disusun Oleh:
NPM: 21.4301.078
Kelas: B
Pada sejarah awal Amerika Serikat, banyak bidang hukum termasuk hak cipta
yang sebagian besar bersumber dari hukum Inggris. Bahkan sebelum berdirinya
negara uni, sebagian besar koloni Amerika berlaku hukum hak cipta mencontoh
pada hukum Inggris. Berlandaskan pada keadaan tersebut maka hukum hak cipta
pertama di Amerika sangat mirip dengan Undang-Undang Anne di Inggris
(Statute of Anne.
Pelindungan hukum hak cipta di Indonesia diawali dengan diberlakukannya
Auteurswet 1912 yaitu undang-undang hak cipta di negeri Belanda yang juga
berlaku pada daerah jajahannya di Timur Jauh. Ketentuan Auteurswet 1912
merupakan perubahan dari undang-undang sebelumnya sebagai penyesuaian dari
ketentuanketentuan yang terdapat pada Konvensi Bern 1. Setelah masa
kemerdekaan berdasarkan asas konkordansi dan berdasarkan pasal II aturan
peralihan UUD 1945 maka Auteursweet 1912 masih tetap berlaku di Indonesia,
begitu pula dengan keanggotaan sebagai anggota konvensi Bern masih tetap
berlaku.
Tahun 1952 diselenggarakan Kongres Kebudayaan di Bandung. Pada kongres
tersebut istilah autersrecht diganti menjadi Hak Cipta. Apabila dikaitkan dengan
pengertian kata Copyright maka penggunaan kata Hak Cipta sesungguhnya
terdapat nuansa yang berbeda.
Pada tahun 1958, Perdana Menteri Djuanda menyatakan Indonesia keluar dari
Konvensi Berne agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya,
cipta, dan karsa bangsa asing tanpa harus membayar royalti. Secara resmi
Indonesia menyatakan keluar dari konvensi Bern pada tanggal 19 February 1959
dan berlaku efektif tanggal 19 February 1960. Pada tanggal 5 September 1997 2,
Indonesia secara resmi kembali menjadi anggota Konvensi Bern sebagai
konsekuensi hukum menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia yang
mewajibkan negara-negara anggotanya untuk melaksanakan sepenuhnya
perjanjian-perjanjian Internasional di bidang Hak Cipta.
2
Ketentuan yang mengatur tentang Hak Cipta di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Auteurswet 1912 Staatblad Nomor 600 Tahun 1912
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
Haki atau Hak atas kekayaan Intelektual merupakan suatu produk atau ruang
lingkup dari hukum bisnis, hukum bisnis merupakan suatu perangkat kaidah
hukum (termasuk enforcement–nya) yang mengatur tentang tata cara pelaksanaan
urusan atau kegiatan dagang, industri atau keuangan yang dihubungkan dengan
produksi atau pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para
entrepreneur dalam risiko tertentu dengan usaha motif dari entreprenur tersebut
adalah untuk mendapat keuntungan tertentu. Hak Kekayaan Intelektual adalah hak
– hak hukum yang diperoleh dari aktivitas intelektual di bidang industri, ilmu
pengetahuan dan seni. Pengklasifikasian Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
secara garis besar mengadopsi dari ketentuan Trade related aspects of intellectual
Property Rights (TRIPS) Agreement, dengan tidak mengesampingkan norma –
norma yang berlaku di Indonesia. Secara garis besar Hak Kekayaan Intelektual
dibagi dalam 2 ( dua ) bagian, yaitu: Hak Cipta (Copyrights) dan Hak Kekayaan
Industri (Industrial Property Rights) yang mencakup: Paten, desain industri,
merek, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis.
Dengan kemampuan intelektual
Isu mengenai pembajakan hak cipta sudah lama muncul dalam masyarakat
Indosenesia. Banyak pihak mengatakan bahwa munculnya pembajakan tidak lepas
dari kondisi sosial ekonomi yang ada di masyarakat. Pernyataan demikian seakan
tidak terbantahkan Di setiap daerah pembajakan menghiasi berbagai pusat
perbelanjaan, ada yang di mall, swalayan, pasar tradisional bahkan kaki lima.
Akibatnya si pencipta secara ekonomi mengalami kerugian, Ketika pencipta
mampu menciptakan suatu karya maka disitu ada hak ekonomi. Hak ekonomi
adalah hak yang dimiliki seorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan
ekonomis atas ciptaannya berupa uang yang biasanya disebut royalti. Artinya
pencipta akan mendapatkan royalty atas hasil karya ciptanya. Royalty hak-hak
pencipta diberikan sesuai ketentuannya. Namun, dengan suburnya pembajakan,
maka hak untuk mendapatkan royalty tidak lagi didapatkan oleh pencipta. Sujud
Margono mengatakan “hak cipta adalah terminologi hukum yang menggambarkan
hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang
seni dan sastra. Melalui kemampuan dan keahliannya, seorang pencipta lagu
menghasilkan karya yang merupakan ekspresi pribadi dari olah pikiran dan daya
kreasinya. Negara memberikan penghargaan terhadap para pencipta, karena dalam
menghasilkan suatu karya tidak hanya membutuhkan kemampuan dan keahlian,
tetapi juga membutuhkan pengorbanan waktu, tenaga bahkan dana. Saat ini hak-
hak demikian sudah tidak lagi di dapatkan. Untuk itu, perlu segera dilakukan
langkah-langkah yang signifikan untuk memberantas tindakan pembajakan karya
cipta sesuai dengan Undang-undang yang ada saat ini.
beberapa konvensi internasional yang berpengaruh terhadap pengaturan
hukum positif tentang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dalam kerangka hukum
Indonesia dan hukum internasional
Daftar Pustaka
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-15485-
bab1.Image.Marked.pdf
https://jdihn.go.id/files/414/341-551-1-SM.pdf
David J Moser dan Cheryl L Slay, hal.16 3 Tamotshu Hozumi, Asian Copyright
Handbook, ACCU –IKAPI, Jakarta:2006, hal.xv 4
http://www.wipo.int/treaties/en/Remarks.jsp?cnty_id=970C, tanggal akses 2 Juli
2024