Widji Widodo atau biasa disebut Widji Thukul lahir pada 23
agustus 1963 di Solo. Sejak kecil beliau pandai menulis puisi dan tertarik menekuni dunia teater. Widji sudah bekerja paruh waktu saat masih duduk di bangku SMP. Selepas lulus dari SMP Widji melanjutkan sekolah nya di Sekolah Karawitan Indonesia dan mengambil jurusan Tari. Pada saat SMA, Widji bergabung dengan sebuah komunitas teater bernama Bengkel teater yang komunitas tersebut diasuh langsung oleh Sastrawan Indonesia yang popular di masa itu yaitu W.S Rendra. Mulai dari saat itu Widji Thukul mulai aktif berkarya dan menemukan bakatnya di dunia kepenulisan. Nama Widji Thukul diberikan oleh senior yang menyukai nya di komunitas tersebut sebagai nama panggung Widji Thukul, dimana arti dalam bahasa jawa nya adalah “Biji yang bertumbuh”. Semakin berjalannya waktu perekonomian keluarga Widji semakin menurun yang membuat Widji putus sekolah. Setelah putus sekolah, Widji bekerja sebagai tukang pelitur di toko kayu. Karena kehidupan keras yang dialami Widji dari kecil, membuat jiwa Widji bergejolak. Beliau mulai menulis puisi tentang perasaanya yang sedih, senang, bahkan pemberontakan. Pada tahun 1989 Widji menikah dengan seorang gadis yang ia kenal di komunitas yang sama, gadis itu bernama Siti Dyah Sujirah. Awalnya Widji menulis puisi hanya untuk melampiaskan emosi nya ketika melihat lingkungan sekitarnya, tetapi ternyata puisi nya mampu membakar semangat orang lain, bahkan membuat pemerintah menjadi was-was karena puisi nya yang bersifat memberontak. Hal ini disadari Widji saat beliau pertama kali tampil di Pentas Kemerdekaan, dengan tema tersebut yang mengandung unsur sarkasme terhadap Pemerintah. Dan karna hal itu Widji langsung dibawa ke Kelurahan untuk di minta keterangan mengenai puisi yang beliau buat. Semakin dipaksa untuk bungkam, Widji semakin menyuarakan ketidakadilan di sekitarnya. Terbukti saat dia turun ke dunia aktivis tahun 1992 untuk memberikan advokasi terhadap kaum miskin dan para Buruh. Pada tahun 1995, Widji diketahui mendampingi para Buruh PT Sritex dalam mendapatkan hak-haknya. Demonstrasi buruh pada kala itu menuntut upah para pekerja.Pada saat menjalankan demo tersebut seorang aparat mengetahui keberadaan Widji, beliau kabur dan bersembunyi di kuburan tetapi berhasil ditangkap. Tak sampai disitu, Widji tetap tidak berhenti untuk terjun ke dunia politik, beliau diketahui menjadi pengurus di Partai Rakyat Demokratik. Dan di partai inilah, Widji aktif menyuarakan penghapusan UUD politik. Segala aktivitas ini dianggap melawan rezim orde baru. Pada tahun 1996 Widji melarikan diri dengan melakukan penyamaran. Pada saat kondisi yang mulai tidak aman, Widji akhirnya pergi ke pontianak dan bersembunyi di rumah temannya, Thomas dan dengan bantuannya Widji mendapatkan identitas palsu dengan nama Paulus. Tidak sampai disitu, karena masih dikejar oleh aparat, Widji akhirnya pindah rumah teman lainnya yaitu Martin Siregar. Dalam pelariannya, Widji tetap menulis puisi-puisi pro demokrasi. Pada 8 Maret 1997, Widji kembali ke Jakarta dan kembali aktif di PRD, tetapi beliau langsung menjadi Ketua Divisi Propaganda yang bertugas untuk membuat pamflet, dimana berisi tentang ketidakadilan Pak Soeharto. Widji Thukul hilang pada saat masa orde baru, dimana pada saat itu terjadi kerusuhan mei 1998 dan dinyataakan hilang pada tahun 2000 dari seorang sahabat Widji. Dan sampai sekarang keberadaan Widji Thukul tidak diketahui.