Anda di halaman 1dari 8

Listrik Penerangan

Sumber Cahaya Buatan


• Sumber cahaya buatan → masa kini ➔ Lampu (berasal dari bahasa Yunani: lampas, artinya: obor yang menyala).
• Awalnya mempergunakan ‘api’ dari material yang mudah terbakar: rumput, kayu kering,
bulu binatang, dll.
• Mulai abad XV, mempergunakan: Lilin lebah, minyak zaitun, minyak ikan (lemak ikan
paus), Baru pada akhirnya diketemukan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.
• Kira-kira tahun 1784, mulai diketemukan bahan bakar ‘gas’ (berasal dari: batu bara/alam),
namun dirasa kurang aman (sering terjadi ledakan dan mudah timbul kebakaran).
- 1845 mulai percobaan lampu listrik. 1878, Joseph Swan (Inggris) dan 1879 (Thomas
Alva Edison (Amerika), secara terpisah berhasil mengembangkan lampu pijar.
Pada masa kini jenis lampu listrik sangat bervariasi, dan tipe-tipenya sangat banyak serta kompleks.
Secara garis besar, sumber cahaya buatan dapat dibagi menjadi:
1) Incandescent Lamp (Lampu Pijar / Halogen),
2) Fluorescent lamp (Lampu Tabung / TL / CFL),
3) High Intensity Discharge Lamp / HID (Lampu Lucutan Gas),
4) Lampu LED,
5) Sumber-sumber cahaya lain.

1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)


- Prinsip: arus listrik diubah menjadi panas → dialirkan ke kawat logam/ filament
→ maka kawat logam, akan memancarkan cahaya tampak. Makin tinggi
temperaturnya, cahaya akan menjadi makin putih.
- Filament yang dipergunakan biasanya terbuat dari kawat pijar dari jenis
wolfram atau tungsten → kawat pijar ini tahan terhadap suhu tinggi,
- Bulb (bola lampu) → hampa udara → terbuat dari jenis softglass, tapi dapat
digunakan juga hardglass agar lebih tahan terhadap temperatur/cuaca tertentu,
- Untuk menghambat penguapan filament → di dalam bola lampu, diisi dengan
gas mulia: Nitrogen/Argon/Krypton/ Hydrogen, atau campurannya dengan
tekanan 0,8 atm,
- Untuk mengurangi/menghindari efek menghitamnya bola lampu → digunakan
(dimasukkan dalam bohlamnya) sedikit gas Halogen (Iodine/ Fluorin/ Bromin,
dsb.),
- Efisiensi lampu pijar biasanya rendah (± 10 – 20 lumen/watt), namun akan
berubah menjadi makin baik (makin tinggi) jika nilai watt-nya bertambah besar,
- Umur nyalanya pendek ± 2000 jam,
- Color Rendering Index-nya baik (90 – 100)
- Color Temperatur nya rendah (2500 – 3000 oK)

2. Lampu Tabung (Fluorescent Lamp/TL/CFL)


- Berupa tabung kaca silindris yang berisi campuran gas inert (biasanya dari jenis: argon uap merkuri bertekanan
rendah) yang disegel pada kedua ujungnya dengan Katoda,
- Pada saat start, katoda akan memercikkan elektron yang menyebabkan uap merkuri memancarkan sinar ultra
violet, yang kemudian diserap oleh lapisan fluorescent pada bagian dalam tabung dan di-reradiasi sebagai
cahaya yang terlihat,
- Warna cahaya → tergantung pada komposisi zat fluorescent-nya,
- Umur lampu (± 6000 jam nyala) → tergantung juga pada jam nyala per start (standar 3 jam nyala/start),
- Efisiensi ± 44 – 80 lumen/watt → tergantung
pada arus listrik operasional dan penggunaan
fosfornya. Jenis warm-white → paling efisien,
diikuti oleh jenis: cool white, white, daylight,
kemudian coloured lamp.

Contoh-Contoh

3. Lampu HID (High Intensity Discharge Lamp)


1) Lampu Merkuri
- Lampu ini bekerja dengan pancaran bunga api listrik pada uap merkuri
bertekanan tinggi didalam tabung yang terbuat dari kwarsa atau kaca →
menghasilkan cahaya pada daerah ultra violet dan cahaya terlihat (terutama pada
daerah biru-hijau),
- Memiliki efisiensi yang tinggi dan umur yang cukup panjang (± 24.000 jam
nyala dengan dasar 10 jam/ start).
- Koreksi warna → sangat diperlukan. Karena cahaya biru-hijau yang
dipancarkan akan merubah semua warna obyek yang disinari. Untuk mengkoreksi
warna → ditambah dengan lapisan fosfor, agar sinar UV di-reradiasi pada daerah
merah,
- Efisiensi Luminus: ± 50 – 60 lumen/ watt,
- Sangat peka terhadap perubahan voltase listrik (idealnya tidak boleh menyimpang
≥ 2,5 – 5% dari voltase desain) → cepat rusak/berkurang umurnya. Untuk men-stabil-
kan voltase, dipergunakan ballast.
- Termasuk non-rapid start → perlu waktu 7 – 8 menit untuk mencapai output penuh,
- Color rendering index nya, tidak begitu baik (± 15 – 45). Yang paling baik nilai Ra nya adalah HPL
Comfort, dengan Ra = 52
2) Lampu Metal Halide (Halida Metal)
- Adalah lampu Merkuri + bubuk metal (seperti: Thallium,
Indium, atau Sodium) sehingga cahaya dapat di re-radiasi pada
frekuensi lain diluar frekuensi warna dasar lampu Merkuri.
- Penambahan zat tersebut → menambah efisiensi, tapi
mengurangi umur lampu hingga 60%.
- Warna yang dihasilkan lebih hangat jika dibandingkan
dengan lampu Merkuri.
- Umur nyala lampu mencapai 7.500 – 15.000 jam.
- Sensitif terhadap perubahan voltase.
- Waktu start mencapai 2 – 3 menit.
- Efisiensi luminus = 61 – 94,5 lumen/ watt.
- Color Rendering Index → cukup sempurna (Ra = 68 – 92).
- Color Temperature 3000 – 5600oK.
3) Lampu HPS (High Pressure Sodium / SON)
Strukturnya agak berbeda dengan lampu merkuri dan metal
halide, tapi memiliki kelebihan pada penyerapan spektral
dari sodium pada tekanan tinggi → sehingga
menghasilkan warna resultan kuning yang hampir sama
efeknya dengan cahaya warm-white pada lampu fluorescent.
- Cahayanya berwarna dominan kuning
- Efisiensi luminus = 85 – 140 lumen/watt
- Warm up time 3 - 4 menit,
- Tidak sensitif terhadap perubahan voltase,
- Color Temperature ± 2000 oK
- Color Rendering Index, tidak begitu baik (poor to moderate)

Sumber Cahaya Lain


1. Lampu Low Pressure Sodium (SOX)
• Warna cahaya yang dihasilkan merupakan warna monokromatik dari kuning kearah
jingga → sehingga dapat menimbulkan efek yang kurang nyaman jika dipergunakan
untuk pencahayaan dalam ruangan.
• Efisiensi Luminus → tinggi (100 – 200 lumen/watt).
• Umur nyalanya (± 40.000 – 60.000 jam nyala) → Panjang.
• Memerlukan ballast untuk menstabilkan voltase, dan mempergunakan starter untuk
pemicu nyala,

• Mencapai output nyala secara penuh setelah ± 10 menit.


• Color rendering Index nya → buruk (nilai Ra nya < 20).
• Umumnya dimanfaatkan untuk Lampu Penerangan Jalan atau dipergunakan untuk
penerangan di lingkungan yang tidak membutuhkan kriteria warna.
2. QL Induction Lamp System
• Bola lampu berisi campuran gas murni dan uap merkuri.
• Bagian dalam bola lampu diberi lapisan fluorescent untuk mengubah sinar
ultra violet menjadi cahaya tampak.
• Untuk penyalaan lampu ini diperlukan generator.
• Umur nyalanya bisa mencapai 60.000 jam.
• CRI sangat baik (> 80) → sangat baik untuk pencahayaan interior.
• Warna Cahaya: cool white (6000 oK) & warm-white (4000 oK).
• Efisiensi ± 67 - 70 lumen/ watt.
3. Fiber Optic
• Merupakan penemuan optik yang berupa tabung kaca atau
serat fiber, yang dipergunakan untuk mentransmisikan cahaya
lampu.
• Serat fiber-nya sendiri tidak meneruskan listrik → bila seberkas sinar melalui-nya, maka sinar akan diteruskan
hingga ke ujung yang lain.
• Dapat diletakkan pada daerah basah (kolam/air mancur)/daerah yang rawan beban (misalnya:
trotoar/jalan/tempat parkir).
• Untuk penyalaan – perlu generator.
• CRI → 60 – 100.
• Life time 3500 – 9000 jam nyala.
• Color Temperature 3000 – 8500oK.

4. Laser Beam & Holography


• LASER → merupakan kependekan dari: Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation.
• Menghasilkan cahaya monokromatik/ menyatu → yang dapat
menghasilkan gambar-gambar 3 dimensi yang bergerak di ruangan
atau pada layar, dengan bantuan komputer atau gerak mekanikal.
• Holography → adalah fotografi dibawah sinar laser → gambar akan
terlihat 3 dimensi bila disinari dengan arah yang tepat.
5. Lampu LED (Light Emmiting Diodes)
• Memiliki kemampuan untuk beranimasi, dapat diprogram untuk
berubah-ubah warna.
• Tidak membangkitkan panas dan bebas radiasi ultra ungu.
• Tersedia dalam berbagai varian bentuk dan warna serta memiliki
Indeks Renderasi Warna yang cukup baik.
• Efisiensi Luminusnya antara 70 hingga 100 lumen/watt.
• Dikenal sebagai lampu hemat enersi (mampu beroperasi dalam daya
watt yang kecil) dan berumur nyala sangat panjang (antara 50.000
hingga 100.000 jam nyala).
Rancangan Pencahayaan Buatan
Pencahayaan Buatan → diperlukan bila Pencahayaan Alami tidak dapat memenuhi kriteria pencahayaan bagi
ruangan, yang antara lain disebabkan oleh:
a) Ruangan → terlalu luas,
b) Lubang Cahaya yang ada → tidak efektif,
c) Cuaca diluar → mendung/hujan,
d) Malam hari, dsb.
Perancangan Pencahayaan Buatan ➔ sebaiknya dilakukan sejak awal perancangan bangunan, untuk itu perlu kita
perhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah Pencahayaan buatan digunakan secara tersendiri, atau sebagai penunjang/pelengkap Pencahayaan
Alami?
2. Berapa tingkat iluminasi yang dibutuhkan? Baik untuk melaksanakan tugas visual yang tertentu maupun
untuk penerangan umum dari interior suatu bangunan.
3. Bagaimana distribusi dan variasi luminasi yang diperlukan?
4. Arah cahaya yang diperlukan → untuk menonjolkan bentuk dan ‘kepribadian’ obyek visual.
5. Warna cahaya yang digunakan dalam bangunan dan efek warna yang diinginkan.
6. Derajat kesilauan / brightness dari keseluruhan lingkungan visual.

3 Tipe Sistem Pencahayaan Buatan


1. Sistem Pencahayaan Umum/Merata (General Lighting)
- Memberikan iluminasi yang seragam ke seluruh ruangan → tercipta kondisi visual yang merata dalam ruangan.
- Cocok untuk ruang-ruang yang tidak dipergunakan untuk pelaksanaan tugas-tugas visual yang khusus.
- Armatur/rumah lampu/titik cahaya → ditempatkan secara teratur pada plafon.
2. Sistem Pencahayaan Terarah
- Cahaya diarahkan ke jurusan tertentu dalam ruangan.
- Digunakan pada pameran/untuk penonjolan suatu obyek tertentu.
- Sistem ini tercapai dengan mempergunakan lampu yang memiliki reflektor/armatur khusus (→ cahayanya
diarahkan).
- Penggunaannya dapat digabungkan dengan sistem Pencahayaan Merata → mengurangi efek monotonitas.
3. Sistem Pencahayaan Setempat
- Cahaya dikonsentrasikan pada tempat-tempat dimana tugas visual dilakukan → dipergunakan untuk
menciptakan efek visual tertentu/untuk tugas visual khusus.
- Penggunaan sistem pencahayaan ini juga ditujukan untuk:
• Tugas visual yang lebih kritis → membantu menambah daya lihat.
• Pengamatan bentuk/gambar/susunan benda yang memerlukan efek cahaya khusus/pencahayaan dari arah
tertentu.
• Melengkapi pencahayaan umum/Pencahayaan Merata yang mungkin terhalang untuk mencapai suatu
bagian ruangan.
• Menunjang tugas visual yang pada mulanya tak terencana dalam suatu ruang.
- Pencahayaan Setempat → tercapai dengan mempergunakan sumber cahaya yang distribusi cahayanya sempit
berkasnya.
- Pemasangan sumber cahaya dapat dilakukan di plafon atau langsung di dekat obyek.
- Pelaksanaannya dapat digabungkan dengan sistem Pencahayaan Merata dan Pencahayaan Terarah.
Recommended Illuminance for Various Areas & Activities

Standar Penerangan Buatan di Dalam Gedung


Perhitungan Kuantitas Cahaya
1. METODE TITIK DEMI TITIK (POINT BY POINT METHOD) → Mengharamkan refleksi cahaya akibat
bidang-bidang permukaan ➔ digunakan untuk ‘ruang’ tak berbatas.
2. METODE PSALI (PERMANENT SUPPLEMENTARY ARTIFICIAL LIGHTING INTERIORS) →
Merupakan Metode Gabungan antara Pencahayaan Buatan & Alami.
3. METODE LUMEN:
- Dengan mempergunakan INDEKS RUANGAN (ROOM INDEX) → Tabel iluminasi – untuk bentuk ruang
sederhana.
- Dengan mempergunakan KOEFISIEN UTILISASI (COEFFICIENT OF UTILIZATION) dan menghitung
ZONAL CAVITY METHOD (Room, Ceiling, Floor Cavity Ratio) → jenisTabel, namun bentuk ruang &
jenis luminer bisa lebih bervariasi.

Perhitungan Sederhana untuk General Lighting


1) RUMUS:
F = E x A (lumen)
2) Misal, sebuah RUANG STUDIO GAMBAR
- Standar Kuat Pencahayaan minimal = 500 Lux
- Luas Ruangan = 8,00 x 16,00 = 128 m2
- F = 500 x 128 = 64000 Lumen
PAKAI:
• Lampu TL White (efisiensi luminus = 80 lumen/watt) → perlu 64000 : 80 = 800 watt. Jika 1 lampu TL = 40 watt
→ maka perlu 800 : 40 = 20 buah lampu.
• Lampu pijar (efisiensi luminus = 20 lumen/watt) → perlu 64000 : 20 = 3200 watt. Jika 1 lampu pijar = 40 watt
→ maka perlu 3200 : 40 = 80 buah lampu.
• Jadi ➔ makin tinggi efisiensi luminus ➔ MAKIN EFISIEN.

Posisioning Armatur

• KE 2 NYA SALAH
• Ini bukan posisioning armatur untuk GENERAL LIGHTING
• INGAT !!! PERSYARATAN LEVEL INTENSITAS CAHAYA DAN TATA LETAK LAMPU
- Level intensitas cahaya harus sama besar dan merata disemua posisi bidang kerja dalam ruangan
- Tata letak lampu harus seragam
- Bahkan jenis lampunya harus sama (termasuk: besaran dayanya, CT/Color Temperature, CRI/Color
Rendering Index) dll.

Pengaturan Posisioning Armatur


• Dengan syarat: Perletakan Lampu → memperhatikan pen-zoning-an dan
tidak mengakibatkan ketidak-nyamanan dalam beraktivitas.
• Upayakan a, b dan h berada pada jarak yang kurang lebih setara.
• JIKA MENGALAMI KESULITAN DALAM MERENCANAKAN
PERLETAKAN LAMPU SECARA MERATA (karena jumlah armatur yang
ganjil) → TAMBAHKAN DENGAN ARMATUR YANG SEJENIS ➔
jadi DIBULATKAN KEATAS
Perhitungan Kuantitas Cahaya dengan Metode Lumen
• Hanya dilakukan untuk general lighting saja → jenis penerangan yang lain hanya merupakan variasi yang
memberikan penambahan intensitas cahaya.
• Hanya dipergunakan untuk ruang tertutup dengan bentuk geometri sederhana (box).
• Untuk ruang ruang dengan bentuk geometri lain, dipakai rumusan yang lain.
• Untuk ruang semi-terbuka/terbuka penuh (dengan dinding sebagian/ruang-ruang terbuka) → maka
perhitungan tersebut tak berlaku (tak dapat dipergunakan).

Anda mungkin juga menyukai