JOKO TINGKIR PEMBERONTAKAN DI KERAJAAN DEMAK 1554 M
Kerajaan Islam demak merupakan kerajaan pengganti yang muncul
ketika kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Pulau Jawa bertumbangan. Kerajaan Islam Demak dikuasai oleh putra Majapahit yang terakhir yaitu Raden Fatah, yang berdiri di tahun 1475 M dan tumbang pada tahun 1554 M. Islam di Pulau Jawa dan Indonesia mulai menyebar luas pada saat di didirikannya Kerajaan Demak itu sendiri. Di tahun 1560 M, terjadi perebutan kekuasaan antara kerabat kerajaan hingga kekuasaan Demak beralih ke Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir/Hadiwijaya. Pajang sebenarnya adalah kabupaten yang dibawah kekuasaan Kerajaan Demak, dengan bupatinya Jaka Tingkir. Setelah Jaka Tingkir menghabisi Arya Panangsang, Maka Jaka Tingkir langsung Mengukuhkan Pajang sebagai penerus Kerajaan Demak. Jaka Tingkir atau Mas Karebet merupakan pemuda yang suka bertapa, sehingga Nama “Jaka Tingkir” diberikan kepadanya. Guru pertama Jaka Tingkir adalah Sunan Kalijaga, tetapi Jaka Tingkir juga berguru kepada Sunan Kudus. Setelah dirasa cukup dengan menuntut ilmu kepada para kiai dan para wali, Jaka Tingkir mempunyai niatan untuk mengabdi di Kerajaan Demak dengan masuk menjadi prajurit Demak. Tak lama kemudian Jaka Tingkir diangkat prajurit Oleh Sultan Trenggono (Raja Demak saat itu). Karena Jaka Tingkir juga pandai menarik simpati raja Demak, akhirnya Jaka Tingkir juga diangkat menjadi pimpinan tentara Demak berpangkat lurah wiratamtama. Kesenangan Jaka Tingkir menjadi pimpinan tentara Demak tak bertahan lama. Ia dipecat dari kemiliteran Demak setelah ia menguji kesaktian pelamar tentara kerajaan Demak yang bernama Dadungawuk sampai tewas. Ia juga diusir untuk pergi dari Kerajaan Demak. Jaka Tingkir tak pantang menyerah, ia pergi berguru kepada Ki Ageng Banyu Biru yang merupakan kakak mendiang ayahnya. Setelah dirasa cukup, ia Kembali ke Demak Bersama dengan murid yang lain untuk merintis kembali karirnya di Demak. Di perjalanannya, ia melihat Sultan Trenggono dan keluarganya sedang berwisata di Gunung Prawoto. Bersamaan dengan itu, Jaka Tingkir melepas seekor kerbau gila yang telinganya diberi tanah kuburan. Seketika kerbau itu mengamuk dan menyerang Sultan Trenggono, Jaka Tingkir tampil untuk menyelamatkannya hingga kerbau itu mati. Atas jasanya, Sultan Trenggono menarik kembali Jaka Tingkir untuk masuk militer Demak dan mengangkatnya kembali menjadi lurah wiramtama. Selama Jaka Tingkir Kembali ke Demak, ia semakin dipercaya oleh Sultan Trenggono dalam urusan kemiliteran. Atas prestasinya yang besar, Jaka Tingkir dinikahkan dengan putri Sultan Trenggono yang bernama Ratu Mas Cempaka. Tak hanya itu, ia diangkat Raja Demak menjadi adipati (bupati) Pajang dengan gelar Adipati Adiwijaya. Pemberontakan Jaka Tingkir terhadap Arya Penangsang, terjadi setelah Sultan Trenggono wafat. Namun, Jaka Tingkir segan untuk memeranginya secara langsung karena masih saudara seperguruan Sunan Kudus. Sebagai jalan keluarnya, Jaka Tingkir mengadakan sayembara. Barang siapa yang dapat membunuh Arya Penangsang ia akan mendapatkan tanah Pati dan Mentaok/Mataram sebagai hadiah. Kedua kakak dan salah satu keponakan Jaka Tingkir mendaftar sayembara tersebut. Oleh karena itu, Jaka Tingkir mengerahkan pasukan tentaranya untuk mengirimkan Tombak Kiai Plered untuk dipakai kakak dan keponakannya untuk memerangi Arya Penangsang. Karena Arya Penangsang masih berada di Kotaraja Jipang, Jaka tingkir mengerahkan pasukan dan para peserta sayembara untuk menyerang Kotaraja Jipang. Sesampainya di Kotaraja Jipang, Arya Penangsang langsung menuju medan perang untuk menyerang pasukan Pajang. Dalam perang tersebut, Perut Arya Penangsang terluka terkena tombak Kiai Plered yang ditikamkan oleh Sutawijaya (keponakan Jaka Tingkir). Berkat kesaktiannya, Arya Penangsang masih dapat bertahan sehingga ia mencoba untuk kembali menghabisi Sutawijaya dengan gagang keris yang diselipkan di pinggangnya. Ketika hendak mencabut keris, tak sengaja mengenai perutnya hingga perut Arya Penangsang robek. Arya Penangsang terluka parah sehingga ia akhirnya tewas oleh kecerobohannya sendiri. Peristiwa matinya Arya Penangsang di tangan Sutawijaya terjadi pada tahun 1554. Dengan kematian Arya Penangsang, maka juga berakhirlah kejayaan Kerajaan Demak. Jaka Tingkir akhirnya memindahakan pusat kerajaan Demak ke Pajang dengan dirajai oleh Jaka Tingkir sendiri. Sementara Sutawijaya kelak menjadi pendiri Kerjaan Mataram Islam setelah melakukan pemberontakan ke Pajang. Kerajaan Mataram Islam yang didirikannya merupakan hasil pengelolaan tanah yang dia dapatkan dari hasil sayembara untuk membunuh Arya Penangsang.