Anda di halaman 1dari 14

Kerajaan Islam di Jawa

Kerajaan Demak

Lukisan Masjid Agung Demak (1801)

Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa. Kerajaan Demak didirikan oleh
Raden Fatah ( 1500-1518 ).Mulanya, ia adalah seorang adipati di Bintoro, Demak. Raden
Fatah secara terang-terangan memutuskan ikatan dengan Majapahit,yang kala itu tengah
mengalami masa kemunduran.
Dan atas prakarsa para wali, Ia mendirikan kerajaan Islam yang beribu kota Demak, sehingga
lebih dikenal dengan Kerajaan Demak. Kesuksesan Kerajaan Demak lepas dari kekuasan
Majapahit yang sedang mengalami konflik internal kekuasaan. Perang saudara yang dikenal
dengan Perang Paregreg yang sangat memperlemah kekuatan Majapahit.
Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Trenggono. Kerajaan
Demak berhasil memainkan peran strategis sebagai basis penyebaran Islam di Jawa pada abad
ke-16. Daerah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi pesisir pantai utara Jawa. Pengaruhnya
bahkan melampaui beberapa wilayah di luar Pulau Jawa.
Dalam mengembangkan wilayah kekuasaanya, selain melakukan ekspansi wilayah ke barat,
Kerajaan Demak juga bergerak ke arah timur dan luar Jawa.
Menurut catatan laporan perjalanan Portugis yang ditulis oleh Loaisa di tahun 1535, di antara
kerajaan Islam di Nusantara, Kerajaan Demak dianggap paling kuat dan terus-menerus
melancarkan serangan pada kekuasaan Portugis. Serangan Adipati Jepara Pati Unus yang
waktu itu sudah menjadi bagian dari Kerajaan Demak ke markas Portugis di Malaka pada
tahun 1512-1513 M menunjukkan Demak sebagai kekuatan yang disegani dan diperhitungkan.
Paska mangkatnya Sultan Trenggono, kepemimpinan Kerajaan Islam Demak dilanjutkan oleh
Sunan Prawoto namun tidak berselang lama, tragedi berdarah terjadi. Sunan Prawoto dibunuh
oleh Arya Penangsang sebagai bentuk balas dendam terhadap Sunan Prawoto atas
meninggalnya Sultan Trenggono. Arya Penangsangpun bernasib seperti pendahulunya.
Atas kehendak taqdir, dalam dalam pertarungan satu lawan satu perlawanan Arya Penangsang
berhasil dipatahkan oleh Jaka Tingkir. Dengan bantuan Kyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta Ki Penjawi. Kemudian Jaka Tingkir naik tahta kerajaan dan penobatannya
dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Hadiwijaya dan
memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang.
Kerajaan Pajang

Sultan dan raja pertama Kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir.Kerajaan Pajang merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Demak. Jaka Tingkir bergelar Sultan Hadiwijaya, setelah mangkat
diganti oleh menantunya Arya Panggiri yang juga anak asuhan dari Prawoto. Namun putera
Sultan Hadiwijaya yaitu Pangeran Benawa ingin menguasai dan tidak punya kemampuan
untuk melawan Arya Panggiri, ia meminta bantuan Panembahan Senopati Penguasa Mataram
untuk mengusir Arya Panggiri dan berhasil, dan akhirnya sejak itulah kerajaan Pajang
dibawah kekuasaan Mataram. Perkembangannya selanjutnya, karena pada masa Sultan Agung
bermaksud memberontak, maka penguasa Mataram menghancurkannya, dan berakhirlah
kekuasaan Pajang pada tahun 1618 M.
Kerajaan Mataram Islam

Senopati berkuasa sampai tahun 1601 M. Sepeninggalnya, ia digantikan oleh puteranya


Seda Ing Krapyak digantikan oleh puteranya, Sultan Agung (1613-1646M). Pada masa
pemerintahan Sultan Agung, kontak bersenjata antara kerajaan Islam Mataram dengan
VOC mulai terjadi. Pada tahun 1646 M. ia digantikan oleh puteranya, yaitu Amangkurat
I. Pada masanya terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit yang mendapat dukungan
dari para ulama. Akibatnya, para ulama pendukung dibantai habis pada tahun 1647 M.
Pemberontakan itu kemudian diteruskan oleh Raden Kajoran 1677 M dan 1678 M.
Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah pada akhirnya menjadi sebab runtuhnya
kerajaan Islam Mataram.
Namun demikian, Kerajaan Islam Mataram banyak memberikan kontribusi terhadap proses
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan masih eksis sampai sekarang di
Daerah Istimewa Yogyakarta dibawah pimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono.
Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon didirikan oleh salah seorang anggota Walisanga yaitu Sunan Gunung Jati.
Beliau bergelar Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon.
Kesultanan Cirebon dimulai dari Ki Gendeng Tapa. Pondasi Kesultanan Cirebon dimulai
tanggal 1 Sura 1358 tahun Jawa atau bertepatan dengan tahun 1445 M dan mulai saat itu
menjadi daerah yang terkenal dengan nama desa Caruban. Kuwu atau kepada desa pertama
adalah Ki Gendeng Alangalang dan wakilnya adalah Walangsungsang yang bergelar
Cakrabuana. Beliau diangkat menjadi Kuwu setelah Ki Gedeng Alangalang meninggal.
Pengeran Cakrabuana mendirikan istana Pakungwati dan memebentuk pemerintahan Cirebon.
Kedudukan Pangeran Cakarabuana diganti oleh keponakannya Syarif Hidayatullah.
Setelah wafat, Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Pada
perkembangan berikutnya banyak yang meyakini bahwa Syarif Hidayatullah adalah pendiri
dinasti Kesultanan Cirebon dan Banten.
Syarif wafat pada tahun 1568, terjadilah kekosongan jabatan pimpinan tertinggi kerajaaan
Islam Cirebon. Kemudian diisi oleh Fatahillah yang kemudian naik tahta, secara resmi
menjadi SultanCirebon sejak tahun 1568. Sayangnya hanya 2 tahun menduduki tahta Cirebon,
karena meninggal pada 1570.
Tahta diteruskan oleh cucu Sunan Gunung Jati, yaitu Pangean Emas. Setelah Pangeran Emas
meninggal pada 1649. Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran
Karim.
Setelah kematian Pangeran Karim terjadilah kekosongan penguasa, beliau meninggalkan 3
putra.
Pada penobatan ketiganya di tahun 1677, kesultanan Cirebon terpecah menjadi tiga.
Pergantian kepemimpinan para sultan di Cirebon selanjutnya berjalan lancar, sampai pada
masa pemerintahan Sultan Anom IV (1798-1803). Saat itulah terjadi perpecahan karena salah
seorang putranya, yaitu pangeran Raja Kanoman, ingin memisahkan diri membangun
kesultanan sendiri dengan nama kesultanan Kacirebonan. Kehendak Raja Kanoman didukung
oleh pemerintah Belanda yang mengangkatnya menjadi Sultan Cirebon pada tahun 1807.
Sejak saat itu, di Kesultanan Cirebon bertambah satu penguasa lagi, yaitu kesultanan
Kacirebonan.
Sementara tahta Sultan Kanoman V jatuh pada putra Sultan Anom IV lain bernama Sultan
Anom Abusoleh Imanuddin. Sesudah kejadian tersebut, pemerintah kolonial Belanda pun
semakin ikut campur dalam mengatur Cirebon, sehingga peranan istana
-istana Cirebon di wilayah-wilayah kekuasaannya semakin surut.
Puncaknya terjadi pada tahun-tahun 1906 dan 1926, ketika kekuasaan pemerintahan
kesultanan Cirebon secara resmi dihapuskan dengan pengesahan berdirinya Kota Cirebon.
Kerajaan Banten

Kerajaan Islam Banten berada di ujung pulau Jawa yaitu daerah Banten. Tanda penyebaran
Islam di wilayah ini bermula ketika Fatahillah merebut Banten dan mulai melakukan
penyebaran Islam. Islam tersebar dengan baik saat itu karena dipengaruhi oleh banyaknya
pedagang-pedagang asing seperti dari Gujarat, Persia, Turki, dan lain sebagainya. Masjid
Agung Banten menjadi salah satu hasil peninggalan Islam yang dibangun sekitar abad ke 16
Masehi.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai