Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TEHNIK INSTRUMENTASI PADA NY.

S DENGAN
TINDAKAN EKSPLORASI LAPARATOMI ATAS INDIKASI
APPENDISITIS AKUT DI RUANG OPERASI 401 RSSA MALANG

Oleh :
REZA WAHYU S

PELATIHAN PERAWAT INSTRUMEN


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
2023
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Peritonitis generalisata adalah suatu proses inflamasi lokal atau menyeluruh


pada peritoneum (membrane serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi
visera abdomen) yang terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen,
perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen yang tersebar luas pada
permukaan peritoneum (Sjamsuhidayat & Jong, 2017).
Pendapat lain mengatakan peritonitis adalah peradangan rongga peritoneum
yang diakibatkan oleh penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti appendik,
pancreatitis, rupture appendiks, perforasi atau trauma lambung dan kebocoran
anastomosis (Padila, 2012). Dapat disimpulkan bahwa peritonitis adalah
peradangan yang terjadi pada peritoneum akibat infeksi bakteri dari saluran
gastrointestinal.
Apendisitis adalah radang pada
usus buntu. Dalam bahasa latinnya
appendiks vermivormis, yaitu suatu
organ yang berbentuk memanjang
dengan panjang 6-9 cm dengan pangkal
terletak pada bagian pangkal usus besar
bernama sekum yang terletak pada perut
kanan bawah (Handaya, 2017).
Pendapat lain dari T. Kowalski, 2015 apendisitis merupakan keadaan
inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis yang
disebut dengan umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus buntu,
merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sekum (Nurfaridah, 2015).
Apendisitis dibagi menjadi 2, antara lain sebagai berikut
1. Apendisitis akut
Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang memberi tanda setempat.
Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul merupakan nyeri
visceral di daerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini disertai rasa
mual muntah dan penurunan nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini, nyeri yang dirasakan menjadi lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat
(Hidayat 2005 dalam Mardalena, Ida 2017)
2. Apendisitis kronis
Apendisitis kronis baru bisa ditegakkan apabila ditemukan tiga hal yaitu
pertama, pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosa lain. Kedua, setelah
dilakukan apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang. Ketiga, secara
histopatologik gejala dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi kronis yang aktif
atau fibrosis pada apendiks (Santacroce dan Craig 2006 dalam Mardalena, Ida
2017).
Kondisi apendisitis yang tidak segera mendapatkan penanganan medis setelah
gejalanya muncul dapat menyebabkan usus buntu pecah/perforasi. Pasalnya,
peradangan yang tidak mendapat perawatan ini bisa membuat organ usus buntu
membengkak semakin parah dan menghentikan aliran darah ke usus buntu terhenti.
Pecahnya appendiks yang berisi pus mengakibatkan bakteri menyebar ke rongga
perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70%
kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih
dari 38,50C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis terutama
polymorphonuclear (PMN).
B. Etiologi
Penyebab appendicitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal
(Alder, 2018). Obstruksi lumen appendikeal sering kali terjadi diakibatkan oleh
hiperplasia limfoid, inflammatory bowel disease (IBD), infeksi (paling sering pada
anak-anak dan dewasa muda), stasis fecal dan fecalitis (paling sering pada lansia),
parasit (khususnya pada negara-negara timur), atau adanya benda asing dan
keganasan (jarang terjadi) (Craig, 2018). Selain itu, konstipasi tinja yang keras
akibat kebiasaan memakan makanan yang rendah serat juga dapat memicu
appendicitis (Alder, 2018)

C. Anatomi
Appendix adalah suatu tabung kecil yang buntu berasal dari caecum pada
pertemuan tiga taenia coli (bagian distal ileocaecal junction). Appendix merupakan
bagian dari usus besar yang bentuknya seperti cacing dan dalam bahasa latin
disebut appendix vermiformis. Pada umumnya appendix vermiformis terletak
diregio ossa iliaca dextra pada titik Mc Bourney atau sepertiga dari garis yang
ditarik dari spina iliaca anterior superior dextra ke umbilicus.

Appendix memiliki panjang yaitu sekitar 8-10 cm, yang berpangkal pada
sekum. Sekum adalah bagian usus besar yang terletak diperbatasan ileum dan usus
besar. Appendix ditutupi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan
bawah mesentrium intestinum tenue. Lebih tepatnya appendix terletak pada Right
Lower Quadran (RLQ).
Appendix merupakan sisa organ vestigial atau struktur yang sebelumnya
mempunyai fungsi digestivus kemudian dalam perkembangannya mengalami
udimenter. Kejadian appendicitis meningkat pada orang yang intake makanannya
rendah serat. Beberapa penyebab obstruksi termasuk hyperplasia lymphoid atau
infeksi sering terjadi pada anak-anak dan dewasa, fecal stasis sering terjadi pada
orang tua.
Kedudukan pangkal appendix tetap, sedang ujung appendix dapat berada di
paracolica yaitu terletak pada sulcus di sisi luar sekum (8,4%), rectocaecal yaitu
terletak di belakang sekum dan mungkin sebagian atau seluruh appendix terletak
retroperitoneal (63%), pelvical yaitu appendix mengarah ke cavum pelvis (33%),
preileal yaitu appendix mengarah ke promontorium (1%), post ileal (1%), subcaecal
(2%) (Ana Madjawati, 2007).
D. Patofisiologi (Pathway)

E. Penatalaksanaan Medis
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-
satunya pilihan yang baik adalah appendektomi untuk mengangkat usus yang
terinfeksi atau buntu. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak diperlukan
pemeberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis
perforata. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik dapat
mengakibatkan abses atau perforasi (Sjamsuhidayat, 2017).
Apendiktomi adalah intervensi bedah untuk melakukan pengangkatan bagian
tubuh yang mengalami masalah atau mempunyai penyakit. Apendiktomi dapat
dilakukan dengan dua metode pembedahan yaitu :
1. Pembedahan secara terbuka/ pembedahan konveksional (laparatomi atau insisi
McBurney). Laparatomi eksplorasi merupakan insisi atau pembedahan rongga
peritoneal untuk melihat atau menginspeksi organ abdomen (Potter, Perry,
Stockert, & Hall, 2017).
2. Laparoskopi yang merupakan teknik pembedahan minimal infasif.
Teknologi laparoskopi ini bisa digunakan untuk melakukan pengobatan dan
juga mengetahui penyakit yang belum diketahui diagnosanya dengan jelas.
Keuntungan bedah laparoskopi:
a. Pada laparoskopi, penglihatan diperbesar 20 kali, memudahkan dokter
dalam pembedahan
b. Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi pasca
bedah konvensional. Luka bedah laparoskopi berukuran 3 sampai 10 mm
akan hilang kecuali klien mempunyai riwayat keloid
c. Rasa nyeri setelah pembedahan minimal sehingga penggunaan obat-obatan
dapat diminimalkan, masa pulih setelah pembedahan lebih cepat sehingga
klien dapat beraktivitas normal lebih cepat.
LAPORAN KASUS

Instrumen Teknik
Tanggal Operasi 4 Januari 2024
Nama Ny. S
Umur 53 tahun
Diagnose Appendisitis Akut
Tindakan Eksplorasi Laparatomi
Definisi Inflamasi lokal atau
menyeluruh pada
peritoneum yang terjadi
akibat penyebaran
infeksi dari organ
abdomen, perforasi
saluran cerna tersebar
luas pada permukaan
peritoneum
Tujuan - Pembedahan rongga peritoneal untuk melihat atau
menginspeksi organ abdomen
- Mengangkat usus yang terinfeksi atau buntu
Persiapan Operasi
Persiapan Pasien a. Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan
mengenakan pakaian khusus masuk kamar operasi.
b. Pasien/ keluarga telah menandatangani persetujuan
tindakan dokter.
c. Vital sign dalam batas normal.
d. Penandaan operasi (site marking)
e. Puasa 6-8 jam sebelum operasi
f. Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi
supine .
g. Pasien dilakukan tindakan pembiusan SAB/General
Anestesi
Persiapan penunjang a. Meja operasi
b. Lampu operasi
c. Mesin suction
d. Mesin electro cauter
e. Pad electro cauter
f. Meja mayo
g. Meja instrumen
a. Tempat sampah
Persiapan Lingkungan a. Mengatur dan mengecek fungsi lampu operasi,
mesin suction, meja mayo, dan meja instrumen.
b. Menyiapkan linen dan u-pad
c. Mempersiapkan set intrumen eksterpasi steril
d. Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah
medis agar mudah dijangkau
h. Mengatur suhu ruangan 19˚C - 24˚C
Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium
b. Pemeriksaan radiologi
c. Usg
Persiapan alat
Di meja mayo a. Desinfeksi klem : 1 buah
b. Doek klem : 5 buah
c. Pincet chirurgis : 2 buah
d. Pincet anatomis : 2 buah
e. Pincet anatomis manis : 1 buah
f. Gunting mayo : 1 buah
g. Gunting metzemboum : 1 buah
h. Hanvat mess no 4 : 1 buah
i. Bengkok : 1 buah
j. Klem pean sedang : 4 buah
k. Klem kokher lurus : 2 buah
l. Naldfoder : 2 buah
m. Gunting kasa : 1 buah
n. Langenbeck : 2 buah
o. Retraktor richardson : 1 buah
p. Miculics klem : 4 buah
q. Lidah/spatel besar : 1 buah
r. Babcock klem : 1 buah
s. Elis klem : 1 buah
t. Canul suction : 1 buah
Di meja instrumen a. Gaun operasi : 5 buah
b. Handuk kecil : 5 buah
c. Duk besar : 2 buah
d. Duk sedang : 4 buah
e. Duk kecil : 4 buah
f. Kom : 1 buah
g. Cucing : 1 buah
h. Selang suction : 1 buah
i. Couter monopolar : 1 buah
j. Under pad steril : 1 buah
Bahan habis pakai a. Handscoen no 6,5 / 7 / 7,5/8 : secukupnya
b. Mess no 22 : 1 pcs
c. Nacl 0,9% : 3 flash
d. Zide 2.0 : 1 pcs
e. Polysorb 1 : 1 pcs
f. T.plain 2.0 : 1 pcs
g. Prolene 3.0 : 1 pcs
h. Deppers : 10 pcs
i. Bighass x-ray : 5 pcs
j. Kassa non x-ray : 10 pcs
k. Povide iodine : secukupnya
l. Alkohol 70 % : secukupnya
m. Underpad steril / on : 2/1 pcs
n. Tulle dressing / hipavix : 1/secukupnya
o. Jelly : secukupnya
p. Kateter 16 / urobag : 1/1 pcs
q. Spuit 10 cc : 1 pcs
r. Kabel cauter : 1 pcs
s. EMP/suction bag : 1/1 pcs
t. Towel : 1 pcs
Persiapan petugas Tim bedah terdiri dari :
a. Dokter bedah / operator : 1 orang
b. Perawat asisten bedah : 1 orang
c. Perawat instrument : 1 orang
d. Perawat sirkulasi : 1 orang
e. Dokter anestesi : 1 orang
f. Penata anestesi : 1 orang
Tim bedah (dokter bedah, perawat asisten dan perawat
instrument) melakukan :
a. Memakai APD pembedahan yaitu tutup kepala,
masker, apron, sandal/sepatu tertutup dan goggle
yang rapat menutup mata
b. Cuci tangan bedah (hand scrub) sesuai prosedur
c. Gowning
g. Gloving dengan tehnik tertutup
Penatalaksanaan
1. Pasien datang, mengecek kelengkapan pasien dan menuliskan identitas pasien di
buku register
2. Tim melakukan Sign In dengan melakukan identifikasi pasien dan
mengkonfirmasi ulang sesuai surgical safety checklist (inform concent, site
marking, fungsi peralatan anestesi, alergi pasien, resiko jalan nafas, perkiraan
perdarahan)
3. Bantu memindahkan pasien ke meja operasi yang sudah diberi under pad on
4. Tim anasthesi melakukan pembiusan general anestesi
5. Setelah dibius pasien diposisikan supine tangan berada disamping
6. Perawat sirkuler membantu dokter memasang poly
kateter no 16 yang disambungkan dengan urobag,
kemudian fiksasi spuit 10 cc berisi water of injection
7. Perawat sirkuler memasasang arde dibetis pasien
8. Lakukan skiren bila terdapat rambut yang dapat mengganggu lapang pandang
operator dan perekatan hipavix
9. Cuci area operasi dengan clorhexidine yang telah dicampur dengan air untuk
mengurangi kotoran yang menempel di area operasi
10. Keringkan dengan duk kecil steril
11. Perawat instrument melakukan surgical scrubing, handrub dibawah air mengalir
selama 5 menit, melalui 3 tahapan :
a. Membuka kran air otomatis atau kran manual dengan siku tangan atau lutut
atau kaki.
b. Membasahi tangan dan lengan sampai 5 cm di atas siku di bawah air
mengalir.
c. Buka kemasan sikat/spon lalu membersihkan kuku dengan menggunakan
pembersih kuku di bawah air mengalir.
d. Mengambil sikat dan spons.
e. Menuangkan larutan antiseptik secukupnya (5 ml), melumuri dan menggosok
seluruh permukaan tangan sampai 5 cm di atas siku dengan clorheksidin 4%
(spons tetap di tangan).
f. Menyikat kuku jari pada masing-masing tangan selama satu menit.
g. Membuang sikat dan spons tetap di tangan lalu membilas dengan air
mengalir mulai dari tangan sampai siku hingga bersih.
h. Lumuri kembali tangan sampai ¾ lengan dengan menggunakan clorheksidin
4%, gunakan spons untuk membersihkan tangan kiri dan kanan (mulai
dengan menggosok telapak tangan selama 15 detik, punggung tangan 15
detik kemudian seluruh jari secara berurutan, setiap jari digosok seolah
mempunyai 4 sisi pada masing-masing tangan selama 30 detik. Lalu
membuang spon. Kemudian dibilas di bawah air mengalir sampai bersih).
i. Lumuri kembali dengan clorheksidin 4% pada tangan sampai pergelangan,
lakukan cuci tangan 6 langakah. Kemudian bilas di bawah air mengalir
sampai bersih.
j. Pertahankan posisi tangan agar lebih tinggi atau sejajar dengan bahu.
k. Menutup kran air dengan siku atau kaki jika tidak menggunakan kran
otomatis.
12. Pertahankan posisi tangan saat munuju kamar operasi
13. Gunakan punggung untuk membuka kamar bedah jika tidak tersedia pintu
otomatis
14. Perawat instrument membuka bundle set lapisan steril, kemudian mengeringkan
dengan handuk steril dilanjut melakukan gowning

15. Perawat instrument melakukan gloving dengan tehnik tertutup

16. Perawat instrument membantu operator dan asisten untuk mengenakan gown dan
handscoon steril, lalu membuka set instrument
17. Pasang sarung meja mayo, lapisi atasnya dengan underpad steril lalu duk sedang
18. Lakukan handling instrument dasar dan set tambahan di meja mayo terdiri dari ;
a. Desinfeksi klem : 1 buah
b. Doek klem : 5 buah
c. Pincet chirurgis : 2 buah
d. Pincet anatomis : 2 buah
e. Pincet anatomis manis : 1 buah
f. Gunting mayo : 1 buah
g. Gunting metzemboum : 1 buah
h. Bengkok : 1 buah (terdapat hanvat yang sudah
terpasang mess 22
i. Pean klem : 4 buah
j. Klem kokher lurus : 2 buah
k. Naldfoder : 2 buah
l. Gunting kasa : 1 buah
m. Langenbeck : 2 buah
n. Retraktor richardson : 1 buah
o. Miculics klem : 4 buah
p. Lidah/spatel besar : 1 buah
q. Babcock klem : 1 buah
r. Elis klem : 1 buah
s. Canul suction : 1 buah
t. Kom : 1 buah (berisi cairan nacl 0,9 %)
u. Cucing : 1 buah (berisi cairan povidene iodine)
v. Selang suction : 1 buah (satukan dengan cauter fiksasi
menggunakan kassa)
w. Under pad steril : 1 buah
19. Perawat insrumen menghitung kassa steril disaksikan oleh perawat sirkuler
20. Perawat sirkuler membantu mengisi cucing dan kom dengan povidone iodine dan
nacl 0,9 %
21. Berikan desinfeksi klem dan deppers dalam cucing yang berisi dengan povidone
iodine kepada operator
22. Draping:
a. Tutup area perut sampai bawah dengan underpad steril, timpa dengan duk
panjang (1)
b. Tutup area umbilical sampai kepala dengan duk besar (1)
c. Area samping kanan kiri pasang duk panjang
d. Tutup kembali area perut sampai bawah dengan duk kecil
e. Fikasasi dengan duk klem (4)
23. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, pasang selang couter, selang suction
dan difiksasi dengan kasa dan duk klem
24. Perawat sirkuler memasang selang suction dan
elektro couter ke ESU monopolar dan
mensetting ESU 50 cut 50 coag
25. Time out, perawat sirkuler memperkenalkan
petugas dan identitas pasien (diagnose dan
rencana tindakan). konfirmasi kepada tim anestesi terkait profilaksis, observasi
pasien selama pembiusan. Konfirmasi ke operatot terkait penanggulangan
perdarahan, estimasi waktu pengerjaan. Konfirmasi kepada scrub nurse terkait
kesterilan alat, jumlah kasa, alat dan benang.
26. Berikan pinset anatomis kepada operator dan dekatkan cucing berisi povidone
iodine untuk mendai area insisi
27. Berikan scapel no 4 yang terpasang mess no 22 yang
dan pinset cirurgis kepada operator untuk melakukan
insisi pada abdomen (untuk menjaga keselamatan
terkena benda tajam seperti mess/pisau perawat
instrument tetap menggunakan bengkok ketika memberi maupun menerima
mess dari operator)
28. Pasang canula suction dengan selang, kemudian sedot cairan/darah sekitar area
insisi
29. Berikan kassa kering, klem pean dan pinset cirurgis pada asisten operator untuk
merawat perdarahan
30. Insisi diperdalam lapis demi lapis mulai fat sampai terlihat fasia
31. Berikan pinset cirurgis dan gunting kasar kepada operator. Kemudian berikan
pinset cirurgis dan langenbeck kepada asisten untuk membuka fasia
32. Selanjutnya berikan couter dan pinset cirurgis pada operator untuk memperdalam
insisi sampai peritonium
33. Setelah nampak peritoneum, berikan double klem kokher lurus pada operator dan
asisten lalu gunting dengan metzemboum untuk membuka peritoneum
34. Berikan couter pada operator lalu dengan perlindungan tangan operator
peritoneum dibuka sepanjang irisan
35. Berikan langenbeck pada asisten untuk membuka area tepi operasi
36. Setelah peritoneum terbuka, berikan richardson kepada asisten melebarkan
lapang operasi
37. Rongga abdomen terbuka, berikan pinset anatomis kepada operator untuk
melakukan identifikasi :
a. Kolon dbn
b. Apendik ditemukan membesar ± 2 cm
c. Tidak ditemukan perlengketan
d. Ditemukan cairan pus yang masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis
e. Operator memutuskan tindakan apendiktomi
38. Cuci area operasi dengan nacl 0,9 % 500 ml yang dihangatkan sambil suctioning
agar rongga perut bersih dari push
39. Bila dirasa cukup, tindakan selanjutnya berikan babcock untuk menjepit apendik,
lalu 2 pean klem untuk menjepit 2 sisi omentum di bawah babcock, lalu ligasi
antara klem omentum dengan zide 2.0. kemudian potong apendik dengan
menggunakan mess yang sebelumnya dicelupkan ke iodine povidone
40. Perawat scrub nurse memegang bengkok untuk menerima jaringan apendik yang
dipotong oleh operator. Lalu sisihkan jaringan tersebut ditempat yang aman agar
tidak terbuang ke tempat sampah
41. Operator melakukan penyusuran diarea insisi (usus/colon)
42. Berikan couter untuk mengeces pada bekas pemotongan apendik di ujung sekum
43. Cuci kembali area operasi dengan nacl 0,9% hangat sambil suctioning
44. Evaluasi perdarahan dan sisa cairan pus. Bila dirasa aman lakukan penutupan
45. Sign Out (hitung jumlah kasa, dan jumlah alat, kesesuaian jenis tindakan, label
pada spesimen, permasalahan pada alat, perhatian masa recovery dari
operator dan anesthesi).
46. Berikan 4 peritonium klem untuk menjepit peritonium (klem bagian atas, bawah,
sampng kanan-kiri)
47. Masukkan spatel besar untuk melindungi usus saat akan dilakukan penjahitan
48. Berikan naldpoder yang terpasang polysorb 1 dan pinset cirugis kepada operator
untuk menjahit peritonium. Berikan gunting mayo kepada asisten untuk potong
benang
49. Kokher klem 2 sisi fasia, berikan naldpoder yang terpasang polysorb 1 dan pinset
cirugis kepada operator untuk menjahit facia. Berikan gunting mayo kepada
asisten untuk potong benang. Tindakan dilanjutkan dengan menjahit lemak
dengan benang t.plain 2.0 sedangkan kulit dengan prolene 3.0
50. Operasi selesai, pasien dibersihkan dengan mengunakan towel, instrumen
dibereskan, kasa dan instrumen diinventaris
51. Rapikan pasien, bersihkan bagian tubuh pasien dari bekas povidone iodine yang
masih menempel dengan menggunakan kassa basah dan keringkan
52. Pindahkan pasien ke brankart, dorong ke ruang recovery
53. Alat yang sudah dipergunakan dirapikan dan dibawa semua ke ruang pencucian
alat
54. Alat yang sudah digunakan direndam dengan sterizime 10 cc dalam 1 liter air
selama 15 menit
55. Cuci alat dengan cara menyikat alat hingga bersih
56. Bilas alat dengan air mengalir kemudian dikeringkan
57. Lakukan pengepakan alat kemudian diberi indicator dan keterangan isi dari alat
58. Lakukan sterilisasi
59. Dokumentasi atau inventaris alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi
DAFTAR PUSTAKA

Alder, A. C. (2018). Appendicitis. Retrieved from: HYPERLINK "https://emedicine.medscape.c


om/article/926795-overview"https://emedicine.medscape.com/article/926795-overview
Handaya, Adeodatus Yuda. (2017). Deteksi Dini & Atasi 31 Penyakit Bedah Saluran
Cerna (Degrstif). Jogjakarta : Rapha Publishing
Jay & Marks.(2016). Karakteristik lokasi perforasi apendiks dan usia pada pasien yang
didiagnosis apendisitis akut perforasi di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Skripsi,
Fakultas Kedokteran, UPN Veteran Jakarta.
Mardalena, Ida. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencern
aan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Nurfaridah, V. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Post Operasi Appendisitis dengan Tek
nik Distraksi Nafas Ritmik. E-Journal (E-Kep). Vol 7 No. 2
Rosdahl, Carolina Bunker & Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar
ed. Vol. 5; Alih Bahasa oleh Setiawan & Anantasia Onny. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat & De Jong. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah. Sjamsuhidajat-De Jong. Siste
m Organ dan Tindak Bedahnya (2). Jakarta: EGC.

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tehnik Instrumentasi Pada Ny. S Dengan
Tindakan Eksplorasi Laparatomi Atas Indikasi
Apendisitis Akut Di Ruang Operasi 401 RSSA
Malang

Malang, Januari 2024


Pembimbing Lahan

(…..................................................)

Anda mungkin juga menyukai