Anda di halaman 1dari 10

Pembelajaran Diferensiasi: Ciri-ciri, Prinsip

Dasar, dan Contoh Penerapannya


by Wilman Juniardi Januari 15, 2023

Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diferensiasi? Seperti yang diketahui, ada

berbagai macam model pembelajaran di abad ke-21 ini. Salah satunya adalah

pembelajaran diferensiasi ini.

Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi

kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini dianggap menjadi salah satu

pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada pembelajaran abad 21.

Nah, seperti apa bentuk pembelajaran berdiferensiasi ini? Bagaimana cara menerapkan

pembelajaran diferensiasi di kelas? Yuk, kita kupas satu per satu mengenai

pembelajaran diferensiasi ini.

Pengertian Pembelajaran Diferensiasi


Salah satu hal penting yang harus disadari guru ketika merancang media pembelajaran

adalah siswa yang berada dalam satu kelas memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Perbedaan inilah yang akhirnya memunculkan pembelajaran model baru, yaitu

pembelajaran diferensiasi.

Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang dapat membantu memenuhi

kebutuhan belajar setiap siswa. Pembelajaran ini digagas oleh Carol Tomlinson,

seorang pendidik, penulis, dan pembicara asal Amerika Serikat.


Dalam penerapannya, pembelajaran in membagi dan mengelompokkan siswa ke dalam

beberapa kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Siswa juga dapat mempelajari

materi pelajaran sesuai dengan kemampuannya, apa yang disukai, dan kebutuhan

masing-masing. Dengan begitu, siswa tidak merasa frustasi dan gagal dalam

pengalaman belajarnya.

Pembelajaran ini bisa menjadi salah satu pilihan guru saat memilih model pembelajaran

yang akan digunakan. Terlebih, pembelajaran diferensiasi ini dianggap cocok dengan

pembelajaran di abad 21 ini.

Pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli


Adapun pengertian pembelajaran diferensiasi menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Tomlinson dan McTighe (2006)


Pembelajaran diferensiasi menurut Tomlinson dan McTighe adalah pembelajaran yang

memfokuskan diri pada siapa yang mengajar, di mana mengajar, dan bagaimana

mengajar.

2. Theroux (2004)
Pembelajaran diferensiasi adalah pembelajaran yang menciptakan berbagai alur.

Dengan demikian, perbedaan kemampuan, minat, dan pengalaman siswa diserap,

digunakan, dikembangkan, dan disajikan sebagai sebuah konsep pembelajaran sehari-

hari.

Ciri-ciri Pembelajaran Diferensiasi


Ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran diferensiasi.

Ciri-ciri tersebut dapat dilihat pada ulasan berikut ini.


1. Bersifat proaktif
Bersifat proaktif artinya sejak awal pembelajaran, guru secara aktif sudah

mengantisipasi kelas yang akan diajarnya. Caranya adalah dengan merencanakan

pembelajaran yang berbeda-beda untuk setiap siswanya.

2. Menekankan kualitas daripada kuantitas


Kualitas dari tugas yang dikerjakan siswa menjadi fokus utama pada pembelajaran

diferensiasi daripada kuantitas tugas yang diberikan. Jadi, bukan berarti siswa yang

sudah selesai mengerjakan tugasnya, akan diberikan lagi tugas tambahan yang sama,

tapi siswa tersebut akan diberikan tugas lain yang berbeda agar dapat menambah

keterampilannya.

3. Berakar pada asesmen


Dalam pembelajaran diferensiasi, guru selalu melakukan berbagai asesmen untuk

mengetahui kondisi dan tingkat pemahaman siswa pada setiap pembelajaran. Nantinya,

hasil asesmen ini akan menjadi umpan balik untuk guru agar dapat menyesuaikan

pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.

4. Menyediakan berbagai pendekatan


Ciri-ciri pembelajaran diferensiasi berikutnya adalah menyediakan berbagai pendekatan

dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan

belajar.

Dalam pembelajaran diferensiasi, ada empat unsur yang dapat disesuaikan dengan

tingkat kesiapan siswa dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka,

yaitu konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa

yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya).


5. Berorientasi pada peserta didik
Dalam hal ini, tugas yang diberikan kepada siswa disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan awal mereka terhadap materi yang akan diajarkan sehingga guru perlu

merancang pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswanya.

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang

akan dilakukan siswa selama pembelajaran daripada hanya menjelaskan materi saja.

6. Campuran dari pembelajaran individu dan klasikal


Pembelajaran diferensiasi merupakan campuran dari pembelajaran individu dan

klasikal. Hal ini bisa dilihat dari penerapannya di dalam kelas di mana guru memberikan

kesempatan pada siswa untuk belajar bersama-sama secara klasikal, tapi bisa juga

belajar secara individu.

7. Bersifat hidup
Bersifat hidup artinya adanya kolaborasi terus-menerus antara guru dengan siswa,

termasuk dalam hal menyusun tujuan kelas maupun individu. Guru mengawasi

bagaimana pelajaran dapat cocok dengan siswa dan bagaimana penyesuaiannya.

Baca Juga: Macam-Macam Strategi Pembelajaran serta Contoh Penerapan & Cara

Menentukannya

Prinsip pembelajaran diferensiasi


Ada beberapa prinsip dasar yang harus diingat oleh guru dalam penerapan

pembelajaran diferensiasi. Berikut adalah prinsip- prinsip dasar yang berhubungan

dengan pembelajaran berdiferensiasi.

1. Lingkungan belajar
Dalam hal ini, lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik sekolah dan kelas di mana

menjadi tempat siswa menghabiskan waktunya dalam belajar di sekolah. Prinsip ini

mengharuskan guru untuk memperhatikan kenyamanan dan keamanan siswa saat

belajar di kelas.

Misalnya, dengan menata ruang kelas dengan nyaman, kursi dan meja belajar siswa

yang disesuaikan bentuknya.

2. Kurikulum yang berkualitas


Prinsip dasar pembelajaran diferensiasi berikutnya adalah kurikulum yang berkualitas.

Maksudnya, kurikulum harus mampu membuat siswa memahami materi yang diajarkan

secara tepat, bukan pada seberapa banyak siswa yang dapat menghafal materi yang

diberikan oleh guru.

Selain itu, di dalam kurikulum juga tergambar dengan jelas keterlibatan siswa dalam

pembelajaran melalui tugas-tugas yang diberikan dan asesmen yang dikerjakan oleh

siswa. Kurikulum juga harus bersifat teaching up.

Artinya, tidak ada satupun siswa yang tertinggal atau berhenti dalam pengajaran. Jika

ada siswa yang memiliki kemampuan lebih, guru harus dapat menantang mereka untuk

mengerjakan tugas lain agar keterampilan yang dimiliki berkembang.

Sebaliknya, jika ada siswa yang memiliki kemampuan yang kurang, guru harus

membantu mereka dalam mengerjakan tugas-tugas mereka sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang ditentukan.

3. Asesmen berkelanjutan
Dalam pembelajaran diferensiasi, ada beberapa asesmen yang dilakukan oleh guru. Di

awal Asesmen pertama yang dilakukan oleh guru adalah asesmen di awal sebelum

mulai membahas materi pelajaran.

Asesmen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi

pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur sejauh mana kesiapan siswa

terhadap tujuan pembelajaran

Kemudian, guru akan melakukan asesmen kedua, yaitu asesmen formatif yang

bertujuan untuk mengetahui apakah masih ada materi yang belum jelas atau sulit

dipahami siswa, mengetahui apakah ada masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa

sehingga membuat mereka kesulitan memahami materi pelajaran, dan sebagainya.

Asesmen formatif ini dilakukan bukan untuk memberikan nilai dalam bentuk angka,

seperti nilai ulangan, tapi lebih berupa penilaian kualitatif, yaitu dengan memberikan

pertanyaan singkat di mana siswa dapat mengemukakan pendapat mereka.

Selama pembelajaran berlangsung, guru juga memperhatikan bagaimana siswa belajar,

apakah ada yang perlu dibantu dalam mengerjakan tugasnya, atau adakah siswa yang

belum memahami secara jelas instruksi tugas yang diberikan.

Setelah pembelajaran berakhir, guru kembali melakukan evaluasi sebagai penilaian

hasil belajar di akhir mempelajari suatu materi pembelajaran. Misalnya, meminta siswa

membuat suatu produk tertentu berupa video, poster, blog, puisi, dan lain-lain.

4. Pengajaran yang responsif


Tak hanya dapat menilai kemampuan siswa saja, asesmen formatif juga dapat

memberikan guru informasi mengenai kekurangannya dalam membimbing siswa untuk

memahami isi pelajaran. Setelah mengetahui hal tersebut, guru dapat memberikan

respons berupa mengubah pengajarannya sesuai dengan kebutuhan siswa,

memodifikasi rencana pembelajaran, dan sebagainya.

5. Kepemimpinan dan rutinitas di kelas


Kepemimpin di sini maksudnya adalah bagaimana guru sebagai pemimpin dapat

memimpin siswanya agar dapat mengikuti pembelajaran dalam kondisi dan situasi yang

kondusif, melalui kesepakatan kelas yang ditetapkan bersama.

Sementara rutinitas di kelas mengacu pada keterampilan guru dalam mengelola dan

mengatur kelasnya dengan baik sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan

efektif dan efisien.

Strategi Pembelajaran Diferensiasi


Strategi diferensiasi adalah tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran

diferensiasi dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang dapat

mengakomodasi siswa sesuai dengan kebutuhan dan profil belajarnya.

Ada tiga strategi pembelajaran diferensiasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Pembelajaran diferensiasi konten


Strategi diferensiasi konten mengacu pada strategi guru dalam membedakan proses

pembagian dan format penyampaian konten. Dalam hal ini, konten adalah materi

pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari oleh siswa berdasarkan

kurikulum.
2. Pembelajaran diferensiasi proses
Diferensiasi proses adalah strategi dalam membedakan proses yang harus dijalani

setiap siswa yang memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi konten.

3. Pembelajaran diferensiasi produk


Strategi ini mengacu pada kemampuan guru dalam memodifikasi produk hasil belajar

siswa, hasil belajar, penerapan, dan pengembangan hal-hal yang telah dipelajarinya.

Cara Menerapkan Pembelajaran Diferensiasi di Kelas


Bapak/Ibu guru yang tertarik untuk menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas,

dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini.

 Mengenali karakteristik siswa, mulai dari sifat, minat, hingga gaya belajarnya.
Mengenali karakteristik siswa ini dapat dilakukan dengan metode observasi selama
kegiatan belajar berlangsung dan asesmen diagnosis melalui wawancara atau angket.
 Setelah mengetahui karakteristik siswa, guru dapat membagi mereka ke dalam
beberapa kelompok berdasarkan minat atau gaya belajarnya.
 Langkah berikutnya adalah memilih topik pembelajaran dengan memperhatikan
keberagaman siswa dalam hal motivasi, minat, dan harapan belajarnya.
 Berikan siswa pilihan terkait tugas yang akan dikerjakan, metode pembelajaran, dan
media pembelajaran yang akan digunakan.
 Guru melakukan asesmen di awal pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana siswa
memahami materi pelajaran yang akan dipelajari sekaligus mengukur kesiapan siswa
terhadap tujuan pembelajaran. Asesmen juga dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dan di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi dengan meminta
siswa membuat suatu produk tertentu.
 Melakukan evaluasi dan refleksi dari penerapan pembelajaran diferensiasi di kelas.

Contoh Pembelajaran Diferensiasi


Berikut ini merupakan contoh penerapan pembelajaran Diferensiasi pada mata

pelajaran Matematika.
Pak Yudi adalah seorang guru Matematika. Saat ini, pelajaran Matematika yang

diajarkan oleh beliau memasuki materi tentang Geometri dan ingin menerapkan

pembelajaran diferensiasi pada materi ini.

Maka, langkah pertama yang dilakukan oleh Pak Yudi adalah membagi siswa ke dalam

5 kelompok yang terdiri dari 6 siswa per kelompoknya. Pembagian kelompok ini

dilakukan berdasarkan gaya belajar siswa.

Sebelum mulai menjelaskan materi, Pak Yudi melakukan asesmen terlebih dahulu

untuk mengetahui persiapan siswa dalam belajar.

Kemudian, Pak Yudi memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih media dan

metode pembelajaran yang akan digunakan. Namun, sebelumnya Pak Yudi sudah

menentukan terlebih dahulu beberapa jenis media dan metode pembelajaran yang akan

digunakan guna memudahkan siswa dalam memilihnya.

Setelah mencapai kesepakatan mengenai media dan metode pembelajaran digunakan,

Pak Yudi memberikan setiap kelompok untuk dikerjakan bersama.

Selama pembelajaran berlangsung, Pak Yudi tetap melakukan penilaian dengan cara

mengamati setiap siswa pada kelompoknya masing-masing.

Nah, ternyata berdasarkan hasil pengamatan tersebut, Pak Yudi menemukan ada siswa

A yang kesulitan dalam memahami materi sehingga beliau meminta teman satu

kelompoknya yang sudah memahami materi tersebut untuk mengajari siswa A yang

kesulitan.
Sementara untuk siswa yang sudah menguasai materi pelajaran, Pak Yudi meminta

mereka untuk memberikan penjelasan bagaimana cara mereka menyelesaikan tugas

yang diberikan. Di akhir pembelajaran, Pak Yudi melakukan penilaian dengan

mengajukan beberapa pertanyaan singkat dan siswa boleh mengemukakan pendapat

mereka.

Tak hanya itu saja, Pak Yudi juga meminta siswa untuk membuat sebuah desain

bangunan dengan menerapkan rumus-rumus geometri yang telah dipelajari tadi.

Setelah pembelajaran berakhir, Pak Yudi melakukan evaluasi dan refleksi dari

penerapan pembelajaran diferensiasi ini. Dari kegiatan evaluasi dan refleksi ini

diperoleh hasil bahwa pembelajaran diferensiasi efektif dalam meningkatkan

pemahaman siswa serta memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan pada

siswa sehingga beliau akan menerapkannya lagi pada pembelajaran berikutnya.

Demikian informasi mengenai pembelajaran diferensiasi yang mungkin bisa Bapak/Ibu

guru terapkan saat mengajar di kelas. Semoga bermanfaat!

Anda mungkin juga menyukai