Anda di halaman 1dari 4

Kurangnya Kualitas Pelayanan pada STD-B

(Surat Tanda Daftar- Budidaya)


A. Pendahuluan

Kualitas pelayanan di Indonesia masih menjadi masalah dalam birokrasi


di Indonesia, banyak faktor dan ragam yang menyebabkan hal tersebut
terjasi. Kebutuhan Masyarakat di era yang semakin modern saat ini
cenderung besar dengan keinginan untuk mendapat pelayanan yang cepat
dan tepat. Kecepatan dan ketepatan ini juga dibutuhkan dalam proses
interaksi antara pemerintan dan warga negara.

Warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan yang


berkualitas dari negara (birokrasi). Warga negara juga memiliki hak untuk
didengar suaranya, sekaligus dihargai nilai dan prefensinya. Dalam hal ini,
Masyarakat juga mempunyai hak pelayanan pada pembuatan STD-B, seperti
juga dimuat dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik bahwa asas penyelenggaraan pelayanan public adalah antara lain:
kepentingan umum; kepastian hukum; kesamaan hak; keseimbangan hak
dan kewajiban, keprofesionalan; partisipatif; persamaan perlakuan/tidak
diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan; ketepatan waktu; dan kecepatan, kemudahan, dan
keterjangkauan.

Melihat perkembangan semakin pesat dan keinginan masyrakat akan


pelayanan yang cepat dan tepat semakin tinggi. Hal ini, mendorong
pemerintah khususnya pada bidang yang melayani pembuatan STD-B
mengambil langkah penyesuaian Masyarakat yang menuntut kemudahan
dalam segala aspek pelayanan.

B. Analisis Masalah

Terciptanya pelayanan yang cepat, tepat dan baik di era teknologi yang
semakin maju dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki pemikiran kritis
agar dapat menumbuhkan kreativitas yang akan membuahkan sebuah
inovasi, dimana inovasi tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan
pelayanan pembuatan STD-B. Karena, pada realitasnya kurangnya
pelayanan dalam pembuatan STD-B tersebut dikarenakan SDM yang dimiliki
instansi tidak mencukupi dan banyaknya permintaan masyarakat yang
menginginkan pembuatan STD-B tersebut segera terselesaikan.

Untuk menciptakan seorang pemimpin yang visioner maka pemimpin


tersebut harus memhami ap aitu pelayanan publik yang baik dalam
UndangUndang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yaitu kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dwiyanto (2010) juga
mengemukakan bahwa pelayanan publik sebenarnya memiliki pengertian
yang sangat luas, yaitu mencakup pelayanan untuk memenuhi kebutuhan
barang publik, kebutuhan dan hak dasar, kewajiban pemerintah dan Negara,
dan komitmen nasional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 21/Permentan/ KB.410/6/2017, usaha
budidaya tanaman perkebunan dengan luas kurang dari 25 (dua puluh lima)
hektar harus melakukan pendaftaran STD-B. Ketentuan tersebut secara tidak
langsung mengharuskan masyrakat yang mempunyai usaha perkebunan
dibawah 25 hektare harus memilki surat tanda daftar usaha perkebunan
untuk budidaya. Artinya bahwa, pelayanan publik dalam pembuatan STD-B
juga harus berjalanan dengan cepat dan tepat sasaran, akan tetapi dalam
pelaksanaannya banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah tersebut,
seperti:

1. Sistem Informasi Pelayanan Publik, Rangkaian kegiatan yang meliputi


penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme
penyampaian informasi dari kepada masyarakat dan sebaliknya yang
kurang baik, seringkali masyarakat menganggap bahwa pembuatan
STD-B ini tidak penting dikarenakan informasi yang disajikan secara
manual.
2. Kurangnya Sosialiasi terhadap Aplikasi Pendataan STD-B, pada
realitanya aplikasi tersebut sudah tersedia akan tetapi
pelaksanaannya masih secara manual dikarenakan kurangnya
sosialiasai kepada masyarakat mengenai aplikasi pendataan STD-B
tersebut.
3. Standar Pelayanan, Komponen standar pelayanan yang dimaksud
sekurang-kurangnya meliputi: dasar hukum, persyaratan, sistem
mekanisme dan prosedur, jangka waktu penyelesaian, sarana,
prasarana, atau fasilitas, penanganan pengaduan, dan jaminan
pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan untuk
memberikan rasa percaya dari masyarakat kepada pemerintahb yang
membuat STD-B tersbut. Hal ini juga menjadi latar belakang dari
permaslahan karena standar yang diberikan terkadang tidak
menjelaskan hal-hal yang dimuat pada uraian diatas.
4. Kurangnya Tenaga Kerja. Dalam hal ini, pemerintah belum dapat
memenuhi semua permintaan dari masyarakat terkait verifikasi
lapangan STD-B, dikarenakan kurangna tenaga kerja yang
dibutuhkan seperti contohnya banyak dan membludaknya pengajuan
pendataan STD-B yang masuk akan tetapi tenaga kerja yang tersedia
belum mencakupi dalam hal pelaksanaan pembuaran STD-B.

C. Peran Kepemimpinan dalam Menghadapi Permasalahan

Permaslahan yang di uraikan diatas dapat di minimalisir dan dapat


dicegah apabila seoran pemimpin dapat;

1. Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan


dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan
secara memadai serta mudah di mengerti. Seperti melakukan
sosialisasi mengenai aplikasi STD-B
2. Mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah tersebut secara baik. Sasaran dari Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah adalah menjadikan instansi pemerintah
yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan
responsif terhadap aspirasi masyarakat yang dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang pada prinsip efesiensi dan efektivitas.
4. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi
dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan,
status social, dan lain-lain.
5. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan public.
6. Mengimplementasikan Manajemen Resiko
Manajemen Risiko merupakan proses sistematis untuk
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengendalikan
risiko dalam suatu kegiatan.Dengan mengimplementasikan
manajemen resiko seorang pemimpin memiliki ukuran kuatsebagai
pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga akan lebih
berhati-hati dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai
keputusan,
7. Mengimplementasikan Manajemen Keuangan
Pemimpin harus mampu mengimplementasikan manajemen
keuangan dengan baik, salah satu cara yaitu dengan membuat
perencanaan dengan baik, menganggarkan secara
efektif,melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan secara akuntabel.
Sehingga rencana yang telah disusun dan dibuat maka rencana dapat
diimplementasikan denganbaik sehingga tujuan dan harapan
organisasi dapat terwujud,

Dengan menerapkan peran dari pemimpin yang telah di uraikan


diatas, diharapkan pelayanan publik mengenai pembuatan STD-B dapat
berjalan denga cepat, dan tepat sasaran dan juga sesuai dengan
peraturab perundang-undangan yang beralaku.

Anda mungkin juga menyukai