Anda di halaman 1dari 219

EKONOMI PUBLIK

(Edisi Revisi)

Dr. Ifa Khoiria Ningrum, MM.

Penerbit:
Penerbit:
PT. Muara
PT. Muara
Karya Karya
(Anggota
(Anggota
IKAPI)IKAPI)
Surabaya,
Surabaya,
2020 2020
Judul:

Ekonomi Publik
(Edisi Revisi)
Oleh : Dr. Ifa Khoiria Ningrum, MM.

Hak Cipta © pada Penulis

Penerbit : PT. Muara Karya


ISBN :

Diterbitkan oleh :

PT. Muara Karya (IKAPI)


Gedung Papaya Lt. 2.
Jl. Margorejo Indah 60 - 68,
Surabaya 12620 – Indonesia
Phone : +62-31-99842196
Fax : +62-31-99842196
Email : admin@muarakarya.com

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara
elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy,
merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa
izin tertulis dari penulis.
Ekonomi Publik v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas hikmat dan


anugerahNya sehingga buku ini bisa terselesaikan. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan dorongan semangat sehingga
proses penulisan buku ini selesai.
Buku Ekonomi Publik membahas tentang kebijakan
ekonomi, fungsi pemerintah dalam perekonomian, mekanisme
pasar dan kegagalan pasar, kerjasama pemerintah dengan
swasta, anggaran sektor publik, analisa biaya dan manfaat,
pengeluaran dan penerimaan pemerintah dan perpajakan.
Akhirnya, kami berharap buku ini bisa membawa
manfaat bagi semua pembaca. Tidak ada kesempurnaan dalam
setiap ide atau gagasan, oleh sebab itu tanggapan, masukan
maupun koreksi sangat diharapkan demi kesempurnaan buku
ini di masa depan.

Agustus 2020

Penulis
vi Ekonomi Publik

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................ v


Daftar Isi ............................................................................ vi
Daftar Gambar .................................................................. ix
Daftar Tabel ...................................................................... x

Bab I Studi Ekonomi Publik ............................................. 1


1.1 Pengertian ekonomi ...................................................... 1
1.2 Kebijakan publik ........................................................... 5
1.3 Ekonomi dan kebijakan publik ....................................... 12

Bab II Kebijakan Ekonomi ................................................ 16


2.1 Studi ekonomi ............................................................... 16
2.2 Tujuan kebijakan ekonomi ............................................ 20
2.3 Macam-macam kebijakan ekonomi .............................. 27

Bab III Fungsi Pemerintah dalam Perekonomian ........... 32


3.1 Relasi negara dan ekonomi .......................................... 32
3.2 Intervensi pemerintah dalam perekonomian ................. 35
3.3 Instrumen pemerintah dalam perekonomian ................. 38
3.4 Pengurangan peran pemerintah dalam perekonomian .. 40

Bab IV Mekanisme Pasar dan Kegagalan Pasar.............. 48


4.1 Ekonomi pasar ............................................................. 48
4.2 Penyebab kegagalan pasar .......................................... 52
4.3 Bentuk-bentuk kegagalan pasar .................................... 56

Bab V Kegagalan Pemerintah .......................................... 59


5.1 Penyebab kegagalan pemerintah .................................. 59
5.2 Inefisiensi birokrasi ........................................................ 61
Ekonomi Publik vii

Bab VI Barang Publik ........................................................ 69


6.1 Pengertian barang publik ............................................... 69
6.2 Teori penyediaan barang publik..................................... 71
6.3 Penentuan harga barang publik ..................................... 74

Bab VII Kerjasama Pemerintah - Swasta ......................... 101


7.1 Good governance .......................................................... 101
7.2 Isu-isu dalam kerjasama pemerintah - swasta .............. 107
7.3 Membangun kemitraan dengan sektor swasta............... 110
7.4 Bentuk-bentuk kemitraan ............................................... 114

Bab VIII Anggaran Sektor Publik ..................................... 120


8.1 Pengertian anggaran sektor publik ............................... 120
8.2 Fungsi anggaran sektor publik ....................................... 121
8.3 Pendekatan dalam penganggaran sektor publik ........... 124
8.4 Komponen-komponen anggaran sektor publik .............. 141

Bab IX Pengeluaran Pemerintah ...................................... 146


9.1 Pengertian pengeluaran pemerintah ............................. 146
9.2 Teori makro .................................................................. 155
9.3 Teori mikro ................................................................... 166

Bab X Analisa Biaya - Manfaat ........................................ 169


10.1 Future Value dan Present Value ................................. 169
10.2 Metode Net Present Benefit ........................................ 175
10.3 Metode Internal Rate return ......................................... 178
10.4 Metode Rasio biaya - manfaat ..................................... 180

Bab XI Penerimaan Pemerintah ....................................... 184


11.1 Pengertian penerimaan pemerintah ............................ 184
11.2 Sumber-sumber penerimaan pemerintah .................... 184

Bab XII Perpajakan ........................................................... 198


12.1 Pengertian pajak ......................................................... 198
12.2 Fungsi-fungsi pajak ..................................................... 198
viii Ekonomi Publik

12.3 Prinsip-prinsip pemungutan pajak ................................ 199


12.4 Efek pajak ................................................................... 203

Daftar Pustaka .................................................................. 207


Tentang Penulis ................................................................ 210
Ekonomi Publik ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Penyediaan dan pembiayaan barang publik yang


optimal ...............................................................71
Gambar 6.2 Penentuan jumlah dan harga barang swasta....73
Gambar 6.3 Harga dan jumlah barang publik........................73
Gambar 9.1 Kurva pengeluaran pemerintah terhadap
pendapatan nasional ........................................160
Gambar 9.2 Kurva Gompertsian............................................160
Gambar 9.3 Pertumbuhan pengeluaran pemerintah menurut
Wagner...............................................................161
Gambar 9.4 Kurva teori Peacock dan Wiseman....................164
Gambar 9.5 Perkembangan pengeluaran pemerintah
berdasarkan Rostow dan Peacock ...................165
x Ekonomi Publik

DAFTAR TABEL

Tabel 7.1 Bentuk-bentuk public private partnership .............115


Tabel 10.1 Tabel NPV............................................................176
Studi Ekonomi Publik 1

BAB I
STUDI EKONOMI PUBLIK

1.1 PENGERTIAN EKONOMI


llmu Ekonomi Publik adalah cabang dari ilmu ekonomi
yang mempelajari masalah ekonomi masyarakat/publik, negara
atau pemerintah contohnya kebijakan pajak atau subsidi,
pendidikan, kesehatan, nasionalisasi atau privatisasi, regulasi
atau deregulasi, sistem jaminan sosial, ketahanan pangan,
kebijakan teknologi, pertahanan dan keamanan, dan lain-lain.
Sederhananya, ekonomi publik bisa diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari atau menganalisis tentang peranan pemerintah
dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sejak tahun 1970-an,
Ilmu Ekonomi Publik telah ditelaah untuk lebih menjurus
kepada keuangan negara, sehingga sejak saat itu lebih sering
disebut sebagai Ilmu Keuangan Negara.
Pada intinya, ekonomi publik mempelajari tentang
pengeluaran dan penerimaan negara. Dalam studi ekonomi
publik seringkali menggunakan metode sintesis dengan analisis
global dan spasial, serta metode makro analisis dan mikro
analisis. Teori keuangan negara membahas badan-badan
hukum publik, yang telah dianugerahi hak-hak hukum publik
dan mampu ikut serta dalam proses ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan badan swasta dan perseorangan. Sebagai bagian
dari ilmu ekonomi, ilmu keuangan negara secara khusus
membahas masalah keuangan dari sektor pemerintah, antara
lain:
2 Ekonomi Publik

• Penerimaan pemerintah
• Pengeluaran pemerintah
• Hutang dan pinjaman pemerintah
• Kebijakan fiskal dan moneter

Dalam praktik kenegaraan, kekuasaan eksekutif/


pemerintah, yaitu presiden dan pembantunya lebih
berpengaruh terhadap suatu perekonomian publik. Peranan
pemerintah dalam perekonomian antara lain:
1. Menetapkan legal framework atau kerangka hukum yang
menjadi dasar bagi perekonomian.
2. Mengatur perekonomian dengan alat subsidi dan pajak.
3. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan
berbagai fasilitas seperti kredit, penjaminan simpanan,
dan asuransi.
4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang dihasilkan
oleh perusahaan swasta.
5. Meredistribusikan pendapatan dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya.
6. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial.

Menurut Ilyas (1989), ada dua hal pokok yang


merupakan konsep ilmu keuangan negara yaitu:
- Ruangan lingkup dan tujuan pemerintah
Membahas batasan antara sektor pemerintah dan sektor
swasta di dalam kegiatan ekonomi, dalam menentukan
bagaimana kemampuan dari kegiatan pemerintah.
Kegiatan pemerintah sendiri akan mempengaruhi tingkat
Studi Ekonomi Publik 3

pendapatan dan kesempatan kerja, efisiensi dari alokasi


sumber daya dan juga pertumbuhan serta perkembangan
ekonomi di sektor swasta.
- Pembahasan yang berhubungan non moneter
Suatu penjelasan untuk menganalisis mengenai
pengumpulan pajak, transfer payment, serta pengeluaran
lain guna membiayai bidang yang produktif.

Banyak pakar sudah membahas tentang Ilmu Keuangan


Negara, meskipun belum terjadi titik temu, tetapi secara umum
konsep yang dikemukakan hampir sama. Masing-masing
dengan definisinya memberikan penekanan pada hal tertentu.
Beberapa definisi ilmu keuangan negara menurut pakar di
bidang ilmu ini, adalah sebagai berikut:
1. Carl C. Pelm
Ilmu ekonomi mempelajari tentang penggunaan dana
oleh pemerintah guna memenuhi pembayaran kegiatan
yang dilakukan pemerintah.
2. R.A. Musgrave
Ilmu ekonomi mempelajari tentang masalah yang luas
dan kompleks, yang berkaitan dengan pemasukan dan
pengeluaran pemerintah.
3. Guritno Mangkoesoebroto
Merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
peranan pemerintah dalam perekonomian dan pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap perekonomian dalam
bidang fiskal.
4 Ekonomi Publik

4. M. Suparmoko
Ilmu ekonomi yang menganalisis kegiatan pemerintah
dalam pengeluaran dan penerimaan negara serta
pengaruhnya dalam perekonomian.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para pakar


tersebut maka ruang lingkup ilmu keuangan negara dibagi
menjadi empat, yaitu:
a. Teori pengeluaran negara
Melalui pengeluaran negara, pemerintah dapat berusaha
mengembangkan jalannya keuangan dalam
perekonomian sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran, yang bertujuan akhir untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.
b. Teori penerimaan negara
Teori yang membahas beberapa sumber penerimaan
negara, dan menganalisis perbandingan keuntungan atau
kerugian dari berbagai bentuk pemasukan serta
membahas prinsip-prinsip yang dilakukan terhadap
berbagai pilihan sumber penerimaan negara.
c. Teori administrasi keuangan
Menyangkut tentang semua kegiatan dalam bidang
keuangan termasuk permasalahannya yang berhubungan
dengan anggaran belanja negara, melakukan
pelaksanaan anggaran dan pengawasan terhadap
anggaran.
d. Teori stabilisasi dan pertumbuhan
Membahas tentang kebijakan ekonomi dari suatu
Studi Ekonomi Publik 5

pemerintahan dan kaitannya dengan kebijakan fiskal yang


berhubungan langsung dengan penerimaan dan
pengeluaran negara.

1.2 KEBIJAKAN PUBLIK


Dalam beberapa tahun ini, dimana persoalan-persoalan
yang dihadapi pemerintah sedemikian kompleks akibat krisis
multidimensi, maka tentunya membutuhkan perhatian yang
besar dan penanganan pemerintah yang cepat namun juga
akurat agar masalah-masalah tersebut dapat segera diatasi.
Kondisi ini pada akhirnya menempatkan pemerintah dan
lembaga tinggi negara lainnya berada pada pilihan-pilihan
kebijakan yang sulit. Kebijakan yang telah diambil kadangkala
membantu pemerintah dan rakyat mampu keluar dari krisis,
namun dapat juga terjadi sebaliknya.
Dengan demikian, dalam kehidupan modern seperti
sekarang ini, kita tidak dapat lepas dari apa yang disebut
dengan kebijakan publik. Kebijakan-kebijakan tersebut kita
temukan dalam bidang kesejahteraan sosial (social welfare), di
bidang kesehatan, perumahan rakyat, pertanian, pembangunan
ekonomi, hubungan luar negeri, dan pendidikan nasional.
Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi
mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan publik (public
policy). Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan
yang berbeda, yang timbul karena masing-masing ahli
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
Salah satu definisi secara luas tentang kebijakan publik
oleh Robert Eyestone adalah hubungan suatu unit pemerintah
6 Ekonomi Publik

dengan lingkungannya. Selanjutnya batasan lain tentang


kebijakan publik oleh Thomas R. Dye bahwa kebijakan publik
adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
dan yang tidak dilakukan. Di samping itu, konsep ini belum bisa
mencakup tindakan-tindakan, seperti pengangkatan pegawai
baru atau pemberian lisensi. Suatu tindakan yang sebenarnya
berada di luar domain kebijakan publik.
Hasil-hasil kebijakan mengacu pada manifestasi nyata
dari kebijakan-kebijakan publik, yaitu tentang pelaksanaan
sesuai pernyataan dan keputusan kebijakan.

Pengertian Kebijakan Publik Menurut Para Ahli


Berikut adalah pengertian kebijakan publik yang
dikemukakan oleh para ahli:
1. W.N.Dunn
Kebijakan publik sesuai W.N.Dunn adalah sebuah daftar
pilihan tindakan yang saling terhubung yang disusun
oleh pejabat pemerintah atau instansi antara lain pada
bidang pendidikan, pengendalian kriminalitas, kesehatan,
pertahanan, kesejahteraan, dan sebuah pembangunan
perkotaan.
2. Woll (1966)
Kebijakan publik sesuai Woll adalah sebuah kegiatan
pemerintah dalam pemecahan suatu masalah
dalam masyarakat, baik secara langsung ataupun melalui
berbagai suatu lembaga yang dipengaruhi sebuah
kehidupan masyarakat.
Studi Ekonomi Publik 7

3. Robert Eyestone
Kebijakan publik sesuai Robert Eyestone adalah suatu
hubungan unit pemerintah dengan sebuah
lingkungannya, yang dapat diklasifikasikan sebagai
democratic governance. Pernyataan didalamnya terdapat
suatu interaksi negara dengan rakyatnya guna mengatasi
berbagai persoalan publik.
4. G. Peters
Kebijakan publik sesuai G. Peters adalah sebuah
kegiatan Pemerintah, yang dikerjakan sendiri atau melalui
suatu lembaga lain, yang akan berpengaruh pada
kehidupan masyarakat.
5. Carl Friedrich
Kebijakan publik sesuai Carl Friedrich adalah sebuah
kebijakan atau sebuah usulan arah tindakan yang
diajukan oleh seseorang, kelompok, atau sebuah
pemerintah untuk mengatasi suatu hambatan atau
menggunakan sebuah kesempatan pada sebuah
lingkungan tertentu guna mencapai suatu tujuan atau
dapat merealisasikan suatu sasaran.
6. Henz Eulau dan Kenneth Previt (1973)
Kebijakan publik sesuai pendapat Henz Eulau dan
Kenneth Previt adalah suatu keputusan yang sifatnya
tetap. Ditandai oleh kelakuan yang berhubungan dan
berulang-ulang bagi yang membuat sebuah kebijakan dan
yang melaksanakannya.
8 Ekonomi Publik

7. Irfan Islami
Kebijakan publik sesuai Irfan Islami adalah sebuah
serangkaian suatu tindakan yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh pemerintah
yang berorientasi atau mempunyai tujuan tertentu untuk
kepentingan semua masyarakat. Pada kebijakan publik
perlu ditegaskan bahwa hal ini dibuat atas nama sebuah
kepentingan pubik, dalam mengatasi masalah dan
memenuhi keinginan dan tuntutan semua anggota
masyarakat.
8. Amara Raksasataya
Kebijakan publik sesuai pendapat Amara Raksasataya
adalah sebuah kebijakan yang merupakan sebuah taktik
dan strategi dalam mencapai suatu tujuan.
9. Arnold Rose
Kebijakan pubik sesuai Arnold Rose adalah sebuah
rangkaian suatu tindakan yang saling berhubungan.
10. Bill Jenkins
Pendapat Bill Jenkins tentang kebijakan publik adalah
suatu ketentuan atau keputusan yang bersumber pada
hubungan aktivitas yang dilakukan pelaku politik untuk
penentuan tujuan dan memperoleh sebuah hasil dengan
pertimbangan situasi tertentu.

Pemerintah agar dapat menyelesaikan suatu masalah


harus dapat membuat suatu kebijakan-kebijakan dalam
permasalahan yang ada di dalam sebuah masyarakat.
Studi Ekonomi Publik 9

Tujuan Kebijakan Publik


1. Dapat membentuk perilaku atau budaya demokrasi.
2. Dapat membentuk masyarakat hukum.
3. Dapat membentuk masyarakat yang berakhlak mulia
dan bermoral.
4. Dapat membentuk masyarakat Madani (civil society).

Tahap-tahap Kebijakan Publik


Pemerintah selaku pembuat kebijakan membuat
kebijakan publik guna pencapaian tujuan tertentu di
masyarakat, dimana dalam penyusunannya melalui berbagai
tahapan berikut ini:
• Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda (agenda setting) merupakan proses
dan fase yang strategis pada realitas kebijakan publik.
Dalam proses ini memiliki ruang untuk memberi makna
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik.
Apabila sebuah isu berhasil memperoleh status sebagai
masalah publik, dan menjadi prioritas dalam agenda
publik, maka isu tersebut berhak memperoleh alokasi
sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Pada
agenda setting perlu menentukan suatu isu publik yang
dapat dijadikan sebagai suatu agenda pemerintah. Isu
kebijakan (policy issues) dikenal sebagai masalah
kebijakan (policy problem). Munculnya policy issues
karena telah terjadi silang pendapat di antara para aktor
tentang arah tindakan yang telah atau akan ditempuh,
10 Ekonomi Publik

atau pertentangan pandangan tentang karakter


permasalahan tersebut.
• Formulasi Kebijakan
Masalah yang telah masuk pada agenda kebijakan
selanjutnya diulas dan dibahas oleh pembuat kebijakan,
untuk dicari pemecahan masalah yang terbaik.
Pemecahan masalah tersebut diperoleh dari beberapa
alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Pada tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing
untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah, sama halnya dengan perjuangan
suatu masalah untuk masuk pada agenda kebijakan.
• Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Tujuan adanya legitimasi kebijakan adalah pemberian
otoritas pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan
legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, maka masyarakat (warga negara) akan mengikuti
pengarahan dari pemerintah. Tetapi warga negara harus
percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah
mendukung. Legitimasi dapat diatur melalui manipulasi
simbol-simbol tertentu, dimana melalui proses ini orang
belajar untuk mendukung pemerintah.
• Penilaian/Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan secara umum adalah kegiatan
mengenai estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup implementasi, substansi, dan dampak.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan fungsional, artinya
Studi Ekonomi Publik 11

dilakukan dalam seluruh proses kebijakan, tidak hanya


dilakukan pada tahap akhir saja. Sehingga evaluasi
kebijakan mencakup tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk
menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.

Respon Masyarakat Terhadap Kebijakan Publik


Dibawah ini dijelaskan tentang respon masyarakat pada
Kebijakan Publik yang dibuat oleh Pemerintah, antara lain:
a. Respon Positif
1. Menyampaikan usul dan saran kepada Pemerintah
Daerah ataupun DPRD dengan rancangan peraturan
tersebut.
2. Mendukung terselenggaranya proses penyusunan
peraturan perundang-undangan.
3. Mendiskusikan rancangan peraturan dan selanjutnya
hasilnya disampaikan kepada DPRD atau Pemda.
4. Memberikan dukungan moral kepada peserta sidang
yang sedang merumuskan dan menetapkan peraturan
tersebut.
b. Respon Antisipatif
Bersikap antisipatif mempunyai arti bahwa tanggap akan
kemungkinan yang terjadi dengan diterapkannya peraturan
tersebut. Orang tersebut tidak menerima, namun juga tidak
menolak kebijakan publik tersebut, ia akan memikirkan
cara supaya tidak terkena sanksi ketentuan peraturan
tersebut.
12 Ekonomi Publik

c. Respon Negatif
Kebalikan dari perespon positif, perespon negatif akan
menolak kebijakan publik tersebut. Kebijakan publik dirasa
akan dapat merugikan dirinya, kebebasan atau keuntungan
yang semula didapatkan akan berkurang dengan adanya
peraturan tersebut. Salah satu ekspresi ketidaksetujuan
akan kebijakan publik adalah dengan demonstrasi.

1.3 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK


Policy is whatever governments choose to do or not to
do (Dye, 1975). Cara lembaga yang berperan sebagai
pemegang kewenangan publik untuk mengatasi masalah
(ekonomi) atau sekelompok masalah (ekonomi) yang saling
berhubungan.
Serangkaian tindakan yang dipilih secara sengaja oleh
seorang aktor atau sekelompok aktor yang bertujuan untuk
mengatasi suatu masalah (Anderson, 1984). Cara dan tindakan
pemerintah untuk mengatasi masalah pembangunan tertentu
atau untuk mencapai tujuan pembangunan tertentu dengan
mengeluarkan keputusan, strategi, perencanaan, maupun
implementasinya dengan menggunakan instrumen tertentu
(World Agroforestry, 2003).
Public Policy: proses pembuatan keputusan yang
memperhatikan aspek politik, budaya dan hukum. Public
Economic Policy: proses pembuatan keputusan yang
memperhatikan aspek politik, budaya dan hukum di bidang
ekonomi. Perhatian tentang Kebijakan publik: politikus tertarik
Studi Ekonomi Publik 13

pada interaksi antara sistem politik dan kepentingan kelompok


tertentu dalam proses kebijakan ekonomi, fokus pada dampak
kebijakan terhadap masyarakat.

Lingkup Kebijakan Publik


Mikro, harga dasar, HET, UMR, makro, fiskal, moneter, sisi
penawaran.

Tujuan Memahami Tipe Kebijakan


Untuk memahami instrumen kebijakan apakah yang
dipakai oleh pemerintah untuk memecahkan suatu masalah.
Untuk memahami mengapa suatu kebijakan lebih penting dari
kebijakan yang lain. Siapa aktor yang terlibat dalam perumusan
kebijakan dan pada tahap mana peran seorang aktor lebih
penting dibanding dengan yang lain.

Sifat Kebijakan Publik


1. Distributif
Tujuan: mendorong kegiatan di sektor swasta atau
kegiatan-kegiatan masyarakat yang membutuhkan
intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi atau
sejenisnya dimana kegiatan tersebut tidak akan berjalan
tanpa adanya campur tangan pemerintah. Contoh: subsidi
yang diberikan oleh pemerintah dapat dimaksudkan untuk
mendatangkan efek positif dan negatif. Contoh lain: subsidi
pertanian, raskin, kompensasi BBM, subsidized medical
care, penyediaan alat kontrasepsi gratis, cash program.
14 Ekonomi Publik

2. Kompetitif Regulatif
Kebijakan yang dimaksudkan untuk membatasi siapa yang
boleh menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Asumsi yang dipakai: barang dan jasa yang
dibutuhkan merupakan barang langka sehingga tidak
mungkin mengijinkan semua masuk di dalamnya contoh
frekuensi radio. Ada keperluan untuk menstandardisasi
jenis barang/jasa demi keselamatan konsumen. Karena
sifatnya yang demikian dalam kebijakan kompetitif juga
terkandung kebijakan yang bersifat distributif dengan
mengatur kompetisi, pemerintah memberikan pangsa pasar
yang menguntungkan bagi pihak yang diberi lisensi.
Protektif regulatif pemerintah menetapkan standar dalam
pemberian pelayanan oleh provider kepada masyarakat.
Contoh: ijin trayek bus dan pesawat, ijin frekwensi radio
dan televisi, ijin pendirian sekolah dan lain-lain.
3. Protektif Regulatif
Kebijakan yang bersifat protektif dibuat oleh pemerintah
dengan maksud untuk melindungi masyarakat dengan
mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
sektor swasta. Aktivitas-aktivitas yang dapat merugikan
atau membahayakan masyakarat tidak akan diijinkan untuk
dijual di pasar oleh sektor swasta. Kondisi yang
dipertimbangan sangat diperlukan untuk melindungi
kepentingan masyarakat harus diatur oleh pemerintah.
Contohnya: ketentuan tentang upah minimum, ijin
peredaran obat, pelabelan halal pada makanan, peraturan
Studi Ekonomi Publik 15

tentang pengolahan limbah industri, pencantuman label


merokok membahayakan konsumen, perda miras.
4. Redistributif
Kebijakan untuk meredistribusikan kekayaan, hak
kepemilikan, dan sebagainya diantara berbagai kelas sosial
masyarakat atau etnisitas di dalam masyarkat. Tujuan:
mencegah ketimpangan yang makin lebar pada
masyarakat. Asumsi: bahwa kompetisi yang terjadi di
dalam masyarakat akan menghasilkan pemenang dan
pecundang. Contoh: pajak progresif, diklat kerja untuk
orang miskin, reforma agraria.
Ekonomi Publik 16

BAB II
KEBIJAKAN EKONOMI

2.1 STUDI EKONOMI


Istilah ekonomi berasal dari kata oikonomia yang
diturunkan dari bahasa yunani, oikos dan nomos (oikos artinya
segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga,
sedangkan nomos artinya peraturan). Ekonomi merupakan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kekeluargaan dalam
hal cara menambah, menggunakan, dan mengatur kekayaan
kebendaan (Gunadi, 1990:5).
Definisi ekonomi sesuai Manulang (pada Advendi,
2000:4) adalah ilmu tentang masyarakat dan usahanya guna
mencapai kemakmuran, kemakmuran adalah keadaan dimana
manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang maupun
jasa.
Ekonomi adalah ilmu atau studi sistematis tentang
kemakmuran dan tentang cara-cara bagaimana kemakmuran
diproduksi bagaimana didistribusikan serta bagaimana
mensejahterakan kehidupan bangsa (Gilarso, 2004:34).
Dari pengertian-pengertian ekonomi yang telah
dideskripsikan diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
ekonomi adalah ilmu yang mempelajari upaya manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara perorangan
maupun kelompok dengan memakai segala perangkat fasilitas
yang berhubungan dan mendukung usaha dilakukannya
17 Kebijakan Ekonomi

kegiatan ekonomi, dengan maksud agar memperoleh


kesejahteraan atau kemakmuran.
Ilmu ekonomi berdasarkan ruang lingkupnya dibagi atas
dua yaitu Ekonomi Mikro dan Ekonomi Makro. Adapun
pengertiannya yaitu sebagai berikut:
• Ekonomi Mikro
Ekonomi Mikro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang
menganalisa bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan
perekonomian (dalam lingkup kecil) seperti harga, biaya
produksi, perilaku produsen, perilaku konsumen,
permintaan, penawaran, teori produksi, elastisitas, dan lain-
lain. Pada ekonomi mikro yang dipelajari adalah
bagaimana perusahaan atau individual mengambil
keputusan dan melakukan interaksi di pasar tertentu.
Contohnya bagaimana harga suatu barang terbentuk,
bagaimana menentukan harga, bagaimana memproduksi
untuk mencapai tingkat paling efisien, bagaimana
perusahaan memperoleh laba maksimum, dan bagaimana
konsumen memperoleh kepuasan maksimum.
• Ekonomi Makro
Ekonomi Makro mempelajari dan menganalisis kegiatan
perekonomian secara keseluruhan (dalam lingkup luas)
contoh investasi, inflasi, pendapatan nasional, kesempatan
kerja, pengangguran, kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
neraca pembayaran, dan lain sebagainya. Ekonomi Makro
mempelajari secara luas fenomena perekonomian,
contohnya: pengangguran, inflasi, pendapatan nasional,
Ekonomi Publik 18

kesempatan kerja, kebijakan fiskal, kebijakan moneter,


neraca, pembayaran, investasi, dan pertumbuhan ekonomi.
Terdapat jenis-jenis analisis ilmu ekonomi antara lain:
• Teori Ekonomi (Analysa Economic), adalah ilmu yang
menjelaskan hubungan peristiwa-peristiwa ekonomi,
dan selanjutnya merumuskan hubungan-hubungan itu
dalam suatu hukum ekonomi. Contoh: Hukum
Permintaan (apabila harga suatu barang naik maka
jumlah barang yang diminta akan berkurang, apabila
harga barang turun maka jumlah barang yang diminta
akan bertambah), Hukum Penawaran (jika harga barang
naik maka jumlah yang ditawarkan akan bertambah, jika
harga barang turun maka jumlah yang ditawarkan akan
berkurang), Teori Produksi, dan lain-lain.
• Ekonomi Deskriptif (Descriptive Economics), adalah ilmu
yang mendiskripsikan atau menggambarkan keadaan
yang sebenarnya dari wujud dalam perekonomian.
Contohnya seperti keadaan petani di Jawa Timur, inflasi
yang terjadi pada tahun 1998, dan lain-lain.
• Ekonomi Terapan (Aplied Economics), adalah ilmu yang
mempelajari tentang kebijakan-kebijakan yang perlu
dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi.
Contoh: Ekonomi Perusahaan, Ekonomi Moneter,
Ekonomi Koperasi, dan lain sebagainya.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang


mengakui realitas kelangkaan selanjutnya mengambil cara
mengorganisasikan masyarakat agar menghasilkan
19 Kebijakan Ekonomi

pemanfaatan sumber daya ekonomi yang efisien. Disinilah


ilmu ekonomi memberikan kontribusi/sumbangan yang
unik. Pengkajian ilmu ekonomi dilakukan dalam dua
tingkatan. Pertama, pengkajian berdasarkan keputusan
rumah tangga individual dan perusahaan. Pengkajian dari
interaksi perusahaan dan rumah tangga individual di pasar
untuk barang dan jasa tertentu. Kedua, pengkajian operasi
perekonomian yang merupakan kumpulan dari semua
pengambil keputusan di semua pasar secara menyeluruh.

Pengertian Kebijakan Ekonomi


Ilmu ekonomi mencoba menggali prinsip-prinsip dan
mekanisme-mekanisme yang ada dibelakang persoalan-
persoalan ekonomi yang konkret sehingga dapat juga
merumuskan kebijakan-kebijakan tertentu untuk
memecahkannya.
Kebijakan ekonomi adalah langkah yang diambil atau
cara yang ditempuh pemerintah untuk mengatur kehidupan
ekonomi nasional guna mencapai tujuan tertentu (Gilarso,
2004:225).
Sedangkan menurut Lisma (dalam Advendi, 2000:28)
kebijakan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan dan metode
untuk mencapai tujuan (instrumen kebijakan) yang dilakukan
oleh pemerintah, partai politik, badan usaha, dan lain-lain.
Kebijakan ekonomi adalah sebuah kebijakan atau
keputusan pemerintah di bidang ekonomi, termasuk di
dalamnya sistem untuk menetapkan suku bunga, sistem
perpajakan, dan anggaran pemerintah serta pasar tenaga kerja,
Ekonomi Publik 20

kepemilikan nasional, dan otonomi daerah dari intervensi


pemerintah ke dalam perekonomian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan ekonomi
adalah seperangkat perencanaan yang mengacu pada
tindakan, pernyataan, dan pengaturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang ekonomi
dan menyangkut kepentingan umum. Semua kebijakan
ekonomi yang dibuat oleh pemerintah pasti memiliki tujuannya
masing-masing.
Pemerintah harus berhati-hati dalam menetapkan suatu
kebijakan karena semakin kompleksnya kegiatan ekonomi.
Tidak mudah membuat kebijakan yang terbaik untuk mengatasi
permasalahan ekonomi dan tetap memihak pada rakyat.
Pemerintah kembali membuktikan janjinya untuk mengeluarkan
berbagai paket kebijakan guna mendongkrak pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.

2.2 TUJUAN KEBIJAKAN EKONOMI


Kebijakan ekonomi makro dapat digunakan untuk
memahami atau memecahkan masalah ekonomi secara
keseluruhan dan sebagai alat analisis dalam menentukan arah
kebijakan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga,
masalah tenaga kerja atau menyeimbangkan keseimbangan
pendapatan.
Bentuk kebijakan ekonomi makro yang akan dijalankan
oleh pemerintah pada suatu negara akan sangat tergantung
pada goal yang ingin dicapai.
21 Kebijakan Ekonomi

Tujuan utama kebijakan ekonomi makro atau secara


umum kebijakan ekonomi adalah kegiatan ekonomi dapat
berkontribusi pada pertumbuhan yang positif.
1. Kapasitas produksi nasional (PDB) meningkat
Untuk suatu negara, sangat penting untuk menjaga tingkat
produksi nasional dari penurunan karena akan berdampak
pada kemampuan negara untuk meningkatkan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Untuk alasan
ini, kapasitas produksi sangat tergantung pada seberapa
banyak negara dapat mengontrol tingkat barang dan jasa
yang diproduksi. Faktor-faktor yang mempengaruhinya
meliputi faktor produksi alami, tenaga kerja dan modal.
Faktor-faktor produksi harus dimaksimalkan sehingga
produktivitas output nasional atau rasio output terhadap
input dapat mencapai tingkat optimal. Output produksi
ditugaskan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan
ekspor. Jika permintaan domestik lebih tinggi dari output
nasional maka barang impor akan diterapkan. Kapasitas
produksi nasional menunjukkan kemampuan ekonomi
negara untuk menghasilkan barang dan jasa untuk periode
tertentu. Dari nilai output produksi dapat digunakan sebagai
penanda bahwa perekonomian suatu negara sedang
bergerak. Untuk alasan inilah, pemerintah, dengan
kebijakan ekonomi makronya, harus berpikir untuk
meningkatkan iklim investasi untuk mendorong
pertumbuhan kapasitas nasional. Dan memperkuat
Ekonomi Publik 22

produksi manufaktur sehingga produksi nasional dapat


mengimbangi kebutuhan domestik dan ekspor.
2. Peluang kerja bagi angkatan kerja meningkat
(pengangguran berkurang)
Peluang kerja adalah kondisi yang memberikan ilustrasi
tentang jumlah peluang kerja yang tersedia bagi pencari
kerja atau jumlah total pekerjaan yang tersedia dan
ditujukan untuk masyarakat. Peningkatan kesempatan
kerja terkait erat dengan peningkatan kapasitas produksi
nasional, karena merupakan salah satu faktor kunci dalam
mewujudkan peningkatan output nasional. Melalui
kebijakan makronya pemerintah dapat mempertahankan
investasi yang sehat, akibatnya investor dapat
menginvestasikan sahamnya dan membentuk pekerjaan
yang lebih luas.
3. Tingkat inflasi terkendali
Inflasi adalah suatu kondisi di mana harga naik terus
menerus. Penyebab inflasi dipengaruhi antara lain oleh
sektor ekspor dan impor, penerimaan negara dan sektor
pengeluaran serta sektor swasta terkait dengan jumlah
pengeluaran kredit. Jika suatu negara dengan tingkat
ekspor yang lebih tinggi dari impornya akan meningkatkan
jumlah uang yang beredar di dalam negeri, menyebabkan
inflasi. Selain itu, jika pengeluaran suatu negara lebih besar
dari pendapatannya, negara cenderung membelanjakan
uang baru yang akan menyebabkan inflasi. Demikian juga,
pengeluaran kredit yang besar untuk memenuhi kebutuhan
23 Kebijakan Ekonomi

kredit sektor swasta juga dapat menyebabkan inflasi. Inflasi


dapat memiliki dampak besar pada ekonomi, antara lain,
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, harga barang
yang tidak dapat diakses, menyebabkan pengangguran,
dan menurunkan nilai mata uang. Peran pemerintah tentu
saja untuk mengekang tingkat inflasi dengan menerapkan
kebijakan termasuk diskon politik, rasio uang tunai, politik
pasar terbuka dan lain-lain.
4. Tingkat pendapatan nasional meningkat
Pendapatan nasional adalah ukuran pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat atau dapat diartikan
sebagai seluruh pendapatan yang dihasilkan oleh
pendapatan dari faktor-faktor produksi yang telah
menghasilkan barang dan jasa dalam periode waktu
tertentu. Pendapatan nasional juga biasa disebut sebagai
Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto. Peran
pemerintah adalah menjaga perekonomian berjalan secara
efisien dan efektif melalui sejumlah kebijakan termasuk
kebijakan fiskal di bidang perpajakan dan pengeluaran
pemerintah atau kebijakan moneter untuk mempengaruhi
pasokan uang atau mengubah suku bunga.
5. Stabilitas ekonomi terjaga dengan baik
Stabilitas ekonomi adalah salah satu syarat penting dalam
memberikan kepercayaan kepada pelaku ekonomi untuk
menjalankan bisnis mereka. Stabilitas ekonomi akan
tercapai jika ada keseimbangan dalam variabel ekonomi
makro termasuk penawaran dan permintaan, neraca
Ekonomi Publik 24

pembayaran, pendapatan dan pengeluaran serta tabungan


dan investasi. Stabilitas ekonomi juga ditandai oleh
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kualitas
dan kondisi ekonomi. Siklus ekonomi yang tidak stabil akan
membebani perekonomian dan masyarakat. Terutama jika
inflasi muncul yang akan menyebabkan penurunan daya
beli atau konsumsi. Fluktuasi inflasi juga akan membuat
orang sulit untuk menyiapkan rencana keuangan, terutama
yang berkaitan dengan investasi. Selain itu, akan ada
inefisiensi dalam sumber daya karena perubahan pasokan
dan permintaan barang dan jasa yang tidak kondusif bagi
pergerakan harga. Pemerintah dituntut untuk menjaga dan
menciptakan stabilitas ekonomi dengan memperkuat
kebijakan ekonomi makro dan mengoordinasikan kebijakan
fiskal dan moneter serta mendukung peningkatan fungsi
dan sektor pasar contoh pertanian, industri, perbankan,
keuangan, dan lain-lain.
6. Neraca perdagangan luar negeri cenderung seimbang
Neraca pembayaran adalah ringkasan pembelian dan
penjualan barang-barang jasa, hibah dari pemerintah asing
atau transaksi keuangan lainnya antara penduduk di dalam
negeri dan luar negeri dalam periode tertentu. Biasanya
neraca pembayaran di luar negeri dibagi ke dalam neraca
perdagangan, neraca jasa, neraca berjalan, neraca modal,
selisih yang belum dihitung atau neraca rekening
moneter. Transaksi yang dibahas terkait dengan ekspor
dan impor barang atau jasa, aliran modal bersih
25 Kebijakan Ekonomi

pemerintah dan aliran modal swasta bersih, perubahan


cadangan devisa dan lainnya. Peran pemerintah adalah
untuk memastikan bahwa tidak ada defisit dalam
menyeimbangkan pembayaran luar negeri dan berusaha
meningkatkan ekspor. Untuk alasan ini, pemerintah
melakukan kebijakan makro di bidang neraca pembayaran
luar negeri dengan tujuan menjaga likuiditas valuta asing.
Tujuannya untuk menghindari pelarian modal ke luar
negeri. Selain itu, mengurangi atau menghentikan aliran
modal atau investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang sebagai serta kurangnya negara investor untuk
memberikan bantuan.
7. Distribusi pendapatan merata
Distribusi pendapatan menggambarkan penyebaran
pendapat di bidang tertentu. Distribusi pendapatan yang
tidak merata dapat menyebabkan kemiskinan,
pengangguran, inflasi dan lainnya. Sementara ketimpangan
pendapatan juga bisa disebabkan oleh sistem ekonomi
yang dianut oleh negara. Negara-negara dengan sistem
kapitalis, misalnya, dengan setiap orang yang memiliki
kepemilikan barang pribadi akan menghasilkan distribusi
pendapatan yang tidak merata. Karena orang yang
awalnya memiliki modal akan membangun bisnis dengan
modal yang terus menumpuk sedangkan mereka yang
tidak memiliki modal tetap tidak dapat memiliki modal.
Perbedaan dalam distribusi pendapatan juga dapat
disebabkan oleh berbagai faktor produksi yang dimiliki oleh
Ekonomi Publik 26

setiap orang di suatu daerah. Semakin banyak faktor


produksi yang dimiliki seseorang, ia akan memiliki
penghasilan yang besar pula. Demikian juga, daerah
dengan distribusi pendapatan yang tidak merata akan
menyebabkan tingkat kejahatan tinggi atau ketidaksetaraan
sosial. Dalam upaya meningkatkan kehidupan ekonomi,
tidak hanya tergantung pada peran pasar melalui sektor
swasta, tetapi peran pemerintah juga mutlak
diperlukan. Pemerintah sebagai pelaku ekonomi memiliki
fungsi untuk menjaga pemerataan dan distribusi
pendapatan masyarakat melalui kebijakan mikro dan
makro. Salah satu kebijakan Pemerintah untuk mengatasi
kekakuan harga karena praktik monopolistik dan
melindungi produsen dan konsumen adalah melakukan
intervensi dalam menetapkan harga minimum dan
maksimum. Selain itu, menerapkan pajak yang berbeda
untuk setiap komoditas atau memberikan subsidi.
8. Pertumbuhan ekonomi meningkat
Salah satu tujuan kebijakan dalam ekonomi moneter
adalah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
stabil dan menunjukkan tren yang terus meningkat. Selain
itu, pertumbuhan ekonomi idealnya harus disertai dengan
beberapa kondisi, termasuk peningkatan pertumbuhan
ekonomi dari sektor riil dengan melibatkan masyarakat
domestik sebagai pelaku ekonomi utama. Selain itu
distribusi sektor perdagangan ditandai dengan distribusi
pendapatan yang adil, iklim investasi yang kondusif.
27 Kebijakan Ekonomi

Keseluruhan prioritas kebijakan di bidang ekonomi makro


dapat mendukung pencapaian target pertumbuhan
ekonomi yang kuat, berkelanjutan dan seimbang.

2.3 MACAM-MACAM KEBIJAKAN EKONOMI


Berikut adalah macam-macam kebijakan ekonomi:
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi agar
kondisi perekonomian berjalan ke arah yang lebih baik
dengan cara mengubah penerimaan dan pengeluaran
anggaran pemerintah. Penekanan kebijakan fiskal adalah
pada pengaturan pendapatan dan belanja negara atau
pemerintah. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
untuk memperoleh dana-dana dan kebijakan yang
ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut guna pelaksanaan pembangunan. Jadi kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan dalam pengaturan
tersedianya uang sebuah negara guna pencapaian tujuan
tertentu. Contoh kebijakan moneter antara lain kapitalisasi
Bank atau merupakan pinjaman usaha terakhir atau
melakukan persetujuan melalui negosiasi dengan
pemerintah lain, dapat mengatur margin requirement, dan
mengatur standar bunga pinjaman.
Ekonomi Publik 28

3. Kebijakan Segi Penawaran


Kebijakan Segi Penawaran adalah kebijakan untuk
meningkatkan efisiensi kegiatan perusahaan sehingga
mampu menawarkan barang-barang dengan harga yang
lebih murah dan mutu yang lebih baik.

Instrumen Kebijakan-kebijakan ekonomi adalah:


1. Instrumen Kebijakan Fiskal pembiayaan fungsional
a. Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat
akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan
nasional.
b. Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta,
bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah.
c. Sedang pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan
inflasi lewat pengurangan dana yang ada di
masyarakat.
Pengeluaran Anggaran
a. Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman
dipergunakan secara terpadu untuk mencapai
kestabilan ekonomi.
b. Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran
belanja seimbang. Namun pada masa depresi
digunakan anggaran defisit, sedang dalam masa inflasi
digunakan anggaran belanja surplus.
2. Instrumen Kebijakan Moneter Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation)
a. Operasi pasar terbuka adalah cara pengendalian uang
yang beredar dengan membeli atau menjual surat
29 Kebijakan Ekonomi

berharga pemerintah (government securities).


Pemerintah akan membeli surat berharga apabila ingin
menambah jumlah uang beredar, tetapi jika ingin jumlah
uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan
menjual surat berharga kepada masyarakat. Surat
berharga antara lain adalah SBI atau Sertifikat Bank
Indonesia dan SBPU atau Surat Berharga Pasar Uang.
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral
pada bank umum. Kadangkala terjadi Bank umum
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam
ke Bank sentral. Agar terjadi penambahan uang maka
pemerintah menurunkan tingkat bunga Bank sentral,
dan sebaliknya menaikkan tingkat bunga agar uang
yang beredar berkurang.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio).
Rasio cadangan wajib adalah pengaturan jumlah uang
yang beredar dengan mengatur jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
Pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib agar
menambah jumlah uang, sedangkan untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter dalam
pengaturan jumlah uang beredar dengan cara memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Misalnya perbankan
Ekonomi Publik 30

pemberi kredit dihimbau agar berhati-hati dalam


mengeluarkan kredit agar jumlah uang beredar
berkurang dan menghimbau agar meminjam uang ke
Bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar
pada perekonomian.
3. Instrumen Kebijakan Segi Penawaran
a. Untuk Mengatasi Pengangguran
Mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan
infrastruktur, meningkatkan efisiensi administrasi
pemerintahan, memberi subsidi dan mengurangkan
pajak perusahaan dan individu.
b. Untuk Mengatasi Inflasi
Mengurangi biaya produksi, menstabilkan harga dengan
mengurangi pajak impor dan pajak ke atas bahan
mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan
pertambahan produksi, dan menggalakkan
perkembangan teknologi.

Dampak Kebijakan-kebijakan Ekonomi


1. Dampak Kebijakan Fiskal
a. Dampak Positif
Kebijakan anggaran defisit dapat memberi pengaruh
daya beli masyarakat meningkat sebab semakin
banyaknya uang yang beredar pada masyarakat,
khususnya pegawai pemerintah. Umumnya kebijakan ini
dilaksanakan saat perekonomian mengalami resesi atau
depresi dan pengangguran yang tinggi. Stimulus yang
diberikan pemerintah pada perekonomian dengan
31 Kebijakan Ekonomi

kebijakan anggaran defisit, tujuannya agar


meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara
investasi pemerintah di bidang investasi publik (contoh
jembatan, jalan raya, dan fasilitas-fasilitas publik
lainnya). Jadi jika fasilitas umum sangat memadai maka
kegiatan ekonomi akan semakin cepat dan mudah, yang
dapat memacu terjadinya pertumbuhan ekonomi.
b. Dampak Negatif
Bila terjadi defisit anggaran yang sangat besar dan tidak
segera diatasi pemerintah, maka akan terjadi gangguan
serius pada kondisi keuangan pemerintah, bahkan
bukan tidak mungkin pemerintah bisa mengalami gagal
bayar atas surat-surat utang yang diterbitkannya.
Pengalaman di banyak negara, untuk memulihkan
ekonomi dari risiko dengan menarik utang baru dengan
konsekuensi nominal utang bertambah banyak, beban
APBN meningkat dan kelangsungan fiskal (fiscal
sustainability) terganggu.
2. Dampak Kebijakan Moneter
a. Dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
b. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Dapat meningkatkan kesempatan kerja.
d. Dapat meningkatkan penerimaan devisa negara.
e. Serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya.
Ekonomi Publik 32

BAB III
FUNGSI PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN

3.1 RELASI NEGARA DAN EKONOMI


Untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, baik individu
maupun masyarakat tidak hanya tergantung pada peranan
pasar melalui sektor swasta, namun pemerintah dan
mekanisme pasar (interaksi permintaan dan penawaran pasar)
juga memegang peranan dan sifatnya komplementer (bukan
substitusi) dengan pelaku ekonomi lainnya.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, Pemerintah
mempunyai tiga fungsi penting dalam perekonomian antara lain
sebagai stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
• Fungsi Stabilisasi merupakan fungsi pemerintah untuk
menciptakan kestabilan ekonomi, hukum, sosial politik,
pertahanan, dan keamanan.
• Fungsi Alokasi merupakan fungsi pemerintah untuk
menyediakan barang dan jasa publik, contoh
pembangunan gedung sekolah, jalan raya, penyediaan
fasilitas telepon, dan penerangan.
• Fungsi Distribusi merupakan fungsi pemerintah agar terjadi
pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

Fungsi dan peran pemerintah sangat penting dalam


perekonomian, antara lain:
33 Fungsi Pemerintah

a. Umumnya pembangunan ekonomi terjadi karena adanya


intervensi pemerintah baik secara langsung maupun tidak
langsung. Terjadinya intervensi pemerintah ini bertujuan
untuk mengurangi kegagalan pasar (market failure) contoh
kekakuan harga monopoli dan dampak negatif aktivitas
usaha swasta misalnya pencemaran lingkungan.
b. Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan
aturan yang dibuat pemerintah. Aturan yang dibuat sebagai
landasan untuk menerapkan aturan main, diantaranya
pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang
melanggarnya. Mekanisme pasar saja tidak dapat
menyelesaikan semua persoalan ekonomi, karena itu
peranan pemerintah menjadi lebih penting. Agar terjadi
pemeratan dan stabilitas ekonomi serta menjamin efisiensi
maka peran dan fungsi pemerintah mutlak diperlukan
dalam perekonomian untuk mengendalikan mekanisme
pasar.

Yang dimaksud dengan kegagalan pasar (market


failure) adalah kegagalan dalam mencapai alokasi atau
pembagian sumber daya yang optimum. Kegagalan ini dapat
terjadi jika adanya dominasi di pasar oleh para pemasok
monopoli produksi atau konsumsi dan sebuah produk yang
mengakibatkan eksternalitas atau dampak sampingan,
contohnya kerusakan ekosistem lingkungan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, negara atau
pemerintah memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan
ekonomi, terutama yang berkaitan dengan penyediaan barang
Ekonomi Publik 34

dan jasa. Barang dan jasa tersebut sangat diperlukan


masyarakat dan disebut sebagai kebutuhan publik. Kebutuhan
publik terbagi atas dua macam, barang dan jasa publik serta
barang dan jasa privat. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
• Barang dan jasa publik adalah barang dan jasa yang
penggunaannya dengan cara dinikmati bersama. Contoh
barang dan jasa publik antara lain: jalan raya, fasilitas
kesehatan, pendidikan, transportasi, air minum, dan
penerangan. Dengan pertimbangan skala usaha dan
efisiensi, negara melakukan kegiatan ekonomi secara
langsung sehingga masyarakat dapat lebih cepat dan lebih
murah dalam memanfaatkan barang dan jasa tersebut.
• Barang dan jasa privat adalah barang dan jasa yang
diproduksi dan penggunaannya dapat dipisahkan dari
penggunaan oleh orang lain. Contoh: pembelian pakaian
akan menyebabkan hak kepemilikan dan penggunaan
barang berpindah kepada orang yang membelinya. Barang
ini umumnya diupayakan sendiri oleh masing-masing
orang.

Disamping itu, pemerintah memiliki peran yang penting


baik secara langsung dan tidak langsung pada kehidupan
ekonomi untuk menghindari timbulnya eksternalitas, khususnya
dampak sampingan bagi lingkungan alam dan sosial. Sektor
swasta atau sektor pasar umumnya tidak bisa menghadapi
dampak eksternalitas yang merugikan contohnya pencemaran
lingkungan akibat persaingan antar lembaga ekonomi, seperti
pabrik tekstil pada pasar persaingan sempurna. Sesuai standar
35 Fungsi Pemerintah

industri yang sehat, pabrik tersebut seharusnya membangun


fasilitas pembuangan limbah, namun pabrik tersebut
membuang limbahnya ke sungai. Oleh sebab itu pemerintah
perlu mengambil tindakan tegas dengan cara memaksa pabrik
tersebut agar membangun fasilitas pembuangan limbah pabrik,
supaya tidak semakin banyak penduduk yang merasa dirugikan
atas limbah atau polusi atas aktivitas dalam pabrik tersebut.
Disamping adanya peringatan kepada pabrik tersebut, maka
pemerintah juga menerapkan pajak polusi guna mendanai
kerugian-kerugian yang lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerintah ikut serta
dalam kegiatan perekonomian untuk penanggulangan
kegagalan pasar sehingga tidak terjadi eksternalitas yang dapat
merugikan berbagai pihak. Bentuk dari peran pemerintah
adalah melaksanakan campur tangan (intervensi) secara
langsung dan secara tidak langsung.

3.2 INTERVENSI PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN


Adanya kegagalan mekanisme pasar seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, memerlukan perhatian pemerintah
untuk meningkatkan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Campur
tangan pemerintah diperlukan untuk berperan dalam alokasi,
distribusi, dan stabilisasi ekonomi.

Tujuan Campur Tangan Pemerintah


 Adanya jaminan supaya kesamaan hak setiap individu
dapat terwujud dan tidak terjadi penindasan.
 Adanya pengaturan supaya perekonomian dapat tumbuh
Ekonomi Publik 36

dan berkembang dengan stabil dan teratur.


 Adanya pengawasan kegiatan-kegiatan perusahaan,
terutama perusahaan-perusahaan besar yang dapat
mempengaruhi pasar agar mereka tidak menjalankan
praktik-praktik monopoli yang merugikan.
 Adanya penyediaan barang bersama, contoh jalan raya,
polisi, dan tentara yang pemanfaatannya dilakukan
secara kolektif oleh masyarakat guna meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat.
 Adanya pengawasan eksternalitas kegiatan ekonomi
yang dapat merugikan masyarakat dihindari atau
dikurangi masalahnya.

Bentuk-Bentuk Campur Tangan Pemerintah


 Membuat Peraturan-peraturan
Tujuan pokok dari peraturan pemerintah adalah agar
kegiatan-kegiatan ekonomi dijalankan secara wajar dan
tidak merugikan masyarakat. Misalnya, peraturan tentang
lokasi pengembangan perusahaan yang tujuannya
supaya industri tidak dikembangkan dengan
sembarangan, sehingga kegiatan industri tidak
mengganggu masyarakat sekitar dan menghindari
pencemaran udara. Selain itu contoh peraturan tentang
syarat kerja bagi pekerja di sektor industri dibuat supaya
ada jaminan dalam pemberian gaji, upah, dan tunjangan
lain yang wajar dan tidak menindas. Peraturan yang
dibuat oleh pemerintah mencakup beberapa aspek
kegiatan ekonomi, antara lain kegiatan ekspor impor,
37 Fungsi Pemerintah

perbaikan lalu lintas, pengembangan perusahaan dan


aspek kegiatan ekonomi lainnya.
 Menjalankan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah dan strategi
pemerintah dalam sistem pengeluaran dan cara-cara
pengumpulan pajak. Kebijakan Moneter adalah strategi
dan langkah-langkah pemerintah yang memberi pengaruh
pada situasi keuangan dalam perekonomian, contoh
mengatur jumlah uang yang beredar, mempengaruhi suku
bunga, dan operasi Bank-bank. Kebijakan fiskal dan
moneter sangat penting dalam mengatur kegiatan
ekonomi. Masalah yang dihadapi dalam perekonomian
seperti inflasi dan pengangguran, diatasi dengan
kebijakan tersebut yang merupakan tindakan untuk
mengatasi kenaikan harga dan kekurangan pekerjaan.
 Melakukan Kegiatan Ekonomi Secara Langsung
Adanya perbedaan yang nyata antara keuntungan pribadi
yang dinikmati oleh orang yang melakukannya dengan
keuntungan sosial yang diperoleh masyarakat secara
menyeluruh. Seseorang bisa mendapatkan keuntungan
yang besar dalam kegiatan ekonomi yang dijalankan
namun pada masyarakat mengalami kerugian. Misalnya
kegiatan pendidikan. Pendidikan memberi kemungkinan
keuntungan besar jika dijalankan oleh pihak swasta,
namun pada masyarakat merupakan kerugian karena
biaya yang besar dalam memperoleh pendidikan.
Tindakan masyarakat dalam pengadaan pendidikan bagi
Ekonomi Publik 38

sebagian besar anak-anak yang membutuhkan dapat


menghindari pengeluaran yang besar untuk pendidikan.

3.3 INSTRUMEN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN


Instrumen Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dalam rangka mencapai tujuannya
dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, antara
lain:
1. Anggaran belanja seimbang
Anggaran belanja seimbang merujuk kepada anggaran
yang disesuaikan dengan keadaan atau kondisi
perekonomian. Tujuannya supaya dalam jangka panjang,
anggaran dapat menjadi berimbang. Jika terjadi
ketidakstabilan ekonomi, maka anggaran defisit akan
digunakan, sementara anggaran surplus akan digunakan
dalam masa inflasi.
2. Stabilitas anggaran otomatis
Stabilitas anggaran otomatis, yaitu penekanan pengeluaran
pemerintah harus bermanfaat dan memiliki biaya relatif dari
berbagai program kegiatan.
3. Pengelolaan anggaran
Merupakan hubungan antara belanja pemerintah dengan
penerimaan pajak secara langsung yang akan dipakai guna
mengurangi ekonomi yang tidak stabil dengan penyesuaian
anggaran.
39 Fungsi Pemerintah

4. Pembiayaan fungsional
Pembiayaan yang merujuk pada pengeluaran pemerintah
yang digunakan untuk menghindari pengaruh langsung
terhadap pendapatan nasional. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja.

Instrumen Kebijakan Moneter


Pada kebijakan moneter instrumen-instrumen yang
umum digunakan oleh pemerintah antara lain:
1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka merupakan kebijakan yang diambil
oleh Bank sentral dalam menambah atau mengurangi
jumlah uang beredar. Kebijakan ini dengan cara membeli
surat berharga di pasar modal atau menjual Sertifikat Bank
Indonesia (SBI).
2. Kebijakan Diskonto
Diskonto merupakan kebijakan pemerintah dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dengan
mengubah diskonto Bank umum. Apabila Bank sentral
memperhitungkan adanya gejala inflasi dimana jumlah
uang beredar telah melebihi kebutuhan, maka Bank sentral
mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga.
Dengan adanya kenaikan suku bunga maka dapat
merangsang keinginan orang untuk menabung.
3. Kebijakan Cadangan Kas
Merupakan kebijakan Bank sentral yang dapat membuat
peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan
kas (cash ratio). Pada Bank umum, penerimaan uang dari
Ekonomi Publik 40

nasabah yang berbentuk tabungan, giro, deposito, sertifikat


deposito, dan jenis tabungan lainnya. Terdapat persentase
tertentu dari uang yang disetorkan nasabah ke bank yang
tidak boleh dipinjamkan.
4. Kebijakan Kredit Ketat
Kredit yang diberikan oleh Bank umum dalam praktik
pemberiannya harus sesuai dengan syarat 5C, yaitu
Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of
Economy. Pada kebijakan kredit ketat ini, adanya
pengawasan pada jumlah uang yang beredar, umumnya
langkah ini biasanya diambil pada waktu ekonomi sedang
mengalami gejala inflasi.
5. Kebijakan Dorongan Moral
Yang dapat mempengaruhi jumlah uang beredar adalah
Bank sentral dengan berbagai pengumuman, edaran, dan
pidato yang ditujukan pada Bank umum dan pelaku
moneter lainnya. Pengumuman, edaran, dan pidato
tersebut berisi tentang ajakan atau larangan untuk
menahan pinjaman tabungan atau melepaskan pinjaman.

3.4 PENGURANGAN PERAN PEMERINTAH DALAM


PEREKONOMIAN
Peran Pemerintah dalam pembangunan perekonomian
daerah pada era globalitas saat ini memegang peranan penting
dalam memajukan perekonomian. Berbagai cara harus
dilakukan untuk menciptakan ide-ide atau inovasi-inovasi baru
dan tidak lagi hanya sebagai penonton pasif yang hanya
41 Fungsi Pemerintah

menunggu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang


diserahkan begitu saja pada mekanisme kekuatan-kekuatan
ekonomi di luar pemerintah. Pemerintah mempunyai kekuatan
yang besar dalam memajukan perekonomian disamping masih
ada kekuatan lain yaitu perusahaan swasta yang mana
perusahaan swasta tersebut tidak mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi saat ini. Kegiatan-kegiatan
yang pertama-tama harus dilakukan oleh pemerintah yaitu
penguatan pada bidang-bidang yang mendukung pertumbuhan
ekonomi contohnya transportasi, kesehatan, pendidikan dan
lain-lain. Disamping kewajiban pemerintah/negara yang
tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, pihak
swasta/pihak lain tidak akan mengorbankan investasi demi
pengeluaran tersebut sebab risiko kerugian sangat besar,
seperti yang diketahui bahwa perusahaan swasta bertujuan
untuk meraih keuntungan. Dengan adanya kegiatan-kegiatan
yang direalisasikan oleh pemerintah tersebut di atas, maka
akan memunculkan kegairahan pelaku-pelaku ekonomi untuk
lebih giat merencanakan usaha-usaha yang memungkinkan
dapat dijalankan bagi kegiatan mereka. Dengan demikian akan
muncul usaha-usaha yang dibutuhkan masyarakat dalam istilah
ekonomi akan muncul penawaran yang diakibatkan oleh
adanya permintaan atau sebaliknya, dan tugas pemerintah
berikutnya yaitu peraturan/kebijakan dan pengawasan dalam
rangka mencapai keseimbangan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah mempunyai peran strategis dalam perekonomian
suatu negara baik sebagai pelaku maupun sebagai fasilitator.
Ekonomi Publik 42

Melalui berbagai kebijakan yang terkait sektor publik,


pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
jalan (Hamid & Ato, dalam Akadun, 2000:1):
1. Melakukan investasi
2. Menarik investasi
3. Mendorong perkembangan teknologi
4. Menghasilkan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh bursa
tenaga kerja.

Secara historis telah berkembang perbedaan pemikiran


antara dua kutub yang menyatakan perlu atau tidaknya peran
pemerintah, yang sebenarnya perbedaan tersebut hanya
terletak pada besaran atau kadar dari peran tersebut. Adam
Smith yang dipandang sebagai pendukung sistem pasar pada
dasarnya juga memberikan peran pemerintah dalam
perekonomian suatu negara tetapi terbatas.
Dengan demikian pemerintah tetap memegang peranan
penting dalam mengatur perekonomian suatu suatu negara,
dikarenakan pengaturan kebijakan berada pada tangan
pemerintah. Di era globalisasi sekarang ini, pemerintah harus
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, dimana pertumbuhan
ekonomi dapat terwujud bila pemerintah berperan aktif dalam
pembangunan ekonomi berupa kenaikan pendapatan
masyarakat secara keseluruhan atau pendapatan nasional.
Pembangunan ekonomi nasional haruslah menuju kearah
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dengan demikian
pembangunan ekonomi tidak hanya berpusat di perkotaan/di
pusat saja, akan tetapi lambat laun pembangunan tersebut
43 Fungsi Pemerintah

akan memperluas tujuan pembangunan sampai ke daerah-


daerah (kabupaten atau kota) yang secara kenyataan bahwa
pertumbuhan pembangunan ekonomi daerah sangatlah
tertinggal dibandingkan dengan pertumbuhan pembangunan di
wilayah perkotaan/pusat.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah
harus mulai pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan
masalah alokasi sumber daya yang dimiliki, sumber daya
diperlukan sebagai faktor produksi yang penting yaitu tenaga
kerja/sumber daya manusia, sumber daya alam dan modal,
karena menurut teori-teori ekonomi faktor-faktor produksi
tersebut sangat ampuh untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Lincolin Arsyad (Subandi 2007:119-120) berpendapat
bahwa ada empat peran yang dapat diambil oleh pemerintah
daerah dalam proses pembangunan ekonomi, yaitu sebagai
entepreneur, koordinator, fasilitator dan stimulator untuk
melakukan inisiatif dan inovatif dalam pembangunan di daerah.
1. Entepreneur
Peran pemerintah daerah sebagai entrepreneur adalah
merupakan tanggung jawab untuk menjalankan suatu
usaha bisnis di daerahnya. Pemerintah daerah harus
mampu mengelola aset-aset pemerintah daerah dengan
lebih baik dan ekonomis, sehingga mampu memberikan
keuntungan bagi pemerintah daerah.
Ekonomi Publik 44

2. Koordinator
Pemerintah daerah harus mampu bertindak sebagai
koordinator dalam pembangunan ekonomi di daerahnya,
yaitu melalui penetapan kebijakan-kebijakan atau
mengusulkan strategi-strategi pembangunan ekonomi
yang komprehensif bagi kemajuan daerahnya. Dalam
peran ini pemerintah daerah bisa melibatkan kelompok-
kelompok dalam masyarakat untuk proses pengumpulan
data dan evaluasi tentang informasi yang berkaitan
dengan kondisi perekonomian di daerah. Dalam kaidah
ekonomi yang sudah umum, sumber daya yang dimiliki
relatif terbatas jika dibandingkan dengan kebutuhan dan
keinginan yang akan ingin dicapai oleh manusia,
dengan demikian bagaimana caranya agar penggunaan
sumber daya ekonomi dilaksanakan dengan cara yang
sebaik-baiknya. Disamping itu alokasi penggunaan
sumber daya harus memiliki keterkaitan dengan skala
prioritas pemenuhan kebutuhan masyarakat. Berkaitan
dengan hal tersebut, ada beberapa pertanyaan yang
mesti diperhatikan (Munawir et al. 2014:19) yaitu:
a. Kemana sumber daya dialokasikan? Sumber daya
yang tersedia perlu diprioritaskan terlebih dahulu
untuk menghasilkan barang atau jasa yang
dibutuhkan masyarakat luas dan bersifat mendasar.
Jangan sampai sumber daya dialokasikan untuk
menghasilkan barang-barang mewah guna
memenuhi kebutuhan segelintir orang, sementara itu
45 Fungsi Pemerintah

disekitarnya banyak orang kelaparan, serba


kekurangan dan hidup di bawah jembatan.
b. Bagaimana hasil produksi tersebut didistribusikan?
Produk didistribusikan kepada mereka yang terlibat
sesuai dengan kontribusi masing-masing, tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang tidak terlibat secara
langsung karena memang tidak bisa aktif (orang
cacat, yatim piatu) tetap mendapat bagian melalui
mekanisme redistribusi antar pelaku ekonomi.
c. Dimana dan bagaimana menghasilkannya? Hal ini
perlu diperhatikan karena keduanya memiliki
implikasi penting terhadap distribusi kesejahteraan.
Distribusi kesejahteraan ini sangat vital dalam
ekonomi, lebih-lebih bagi Indonesia yang merupakan
negara kepulauan dengan tingkat keragaman tinggi,
baik dalam hal kesejahteraan maupun potensi
ekonominya di tiap daerah. Di masa depan, aktivitas
dan kesejahteraan ekonomi harus lebih merata dan
menyebar ke seluruh wilayah nusantara. Terlebih lagi
dari cakupan wilayah yang lebih kecil yaitu daerah.
d. Apa saja sumber daya yang dimiliki dan bagaimana
pendistribusiannya? Indonesia harus memiliki catatan
tentang sumber daya yang dimiliki. Indonesia
memiliki wilayah luas dan sumber daya alam yang
melimpah, dimana kekayaan sumber daya yang
dimiliki tiap-tiap daerah yang berbeda-beda namun
belum terdokumentasi dengan baik, padahal masalah
Ekonomi Publik 46

ini merupakan soal yang sangat penting karena


menyangkut kekayaan yang dimiliki. Disamping itu,
aturan kepemilikan sumber daya harus jelas dan adil,
karena kejelasan dan keadilan dalam memiliki,
implikasinya penting terhadap kesejahteraan.
Pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi, dapat melibatkan
masyarakat, dunia usaha dan lembaga-lembaga
pemerintah lainnya, dalam menyusun sasaran-
sasaran ekonomi, rencana-rencana dan strategi-
strategi pelaksanaannya. Hal ini sangat potensial
untuk menjaga konsistensi pembangunan daerah dan
pembangunan nasional, serta adanya jaminan bahwa
perekonomian di daerah akan mendapatkan manfaat
yang optimal.
3. Fasilitator
Pemerintah daerah dapat berperan sebagai fasilitator
dengan cara mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya
masyarakat) di daerahnya. Hal ini perlu dilakukan guna
mempercepat proses pembangunan dan prosedur
perencanaan, serta pengaturan penetapan tata ruang
daerah (zioning) yang lebih baik. Peran fasilitator tidak saja
hanya penyediaan atau perbaikan lingkungan, tetapi
pemerintah daerah harus membantu dunia usaha dalam
memberikan kemudahan perijinan bagi investor yang
tertarik untuk menanamkan modalnya juga mencegah
47 Fungsi Pemerintah

kelestarian lingkungan alam sekitarnya. Karena kalau tidak


demikian, maka investor dengan bebas akan
mengeksploitasi kekayaan alam tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan.
4. Stimulator
Pemerintah daerah dapat berperan sebagai stimulator
dalam penciptaan dan pengembangan usaha melalui
tindakan-tindakan khusus yang dapat mempengaruhi dunia
usaha untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar
perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap eksis berada
di daerah tersebut. Stimulus ini dapat dilakukan antara lain
dengan pembuatan brosur-brosur pembangunan kawasan
industri, pembuatan outlet untuk produk-produk usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi,
membantu UMKM dan koperasi untuk melakukan pameran
dan sebagainya.
Ekonomi Publik 48

BAB IV
MEKANISME PASAR DAN KEGAGALAN
PASAR

4.1 EKONOMI PASAR


Adanya perbedaan sistem ekonomi di masing-masing
negara di dunia terjadi karena perbedaan pemilikan sumber
daya maupun perbedaan sistem pemerintahan dari negara
tersebut. Adapun pengertian dari sistem ekonomi sendiri adalah
konsep perpaduan dari aturan-aturan atau cara–cara yang
menjadi satu kesatuan dan digunakan untuk mencapai tujuan
dalam perekonomian.
Suatu sistem dapat diibaratkan seperti lingkaran-
lingkaran kecil yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Adapun lingkaran-lingkaran kecil tersebut merupakan
suatu subsistem. Kemudian secara tak langsung subsistem
tersebut saling berinteraksi dan akhirnya membentuk suatu
kesatuan sistem dalam lingkaran besar yang bergerak sesuai
aturan yang ada.

Fungsi Sistem Ekonomi


Berikut ini adalah fungsi sistem ekonomi, antara lain:
1. Adanya sarana pendorong untuk melakukan produksi.
2. Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk
mengorganisasi kegiatan individu.
3. Menciptakan mekanisme tertentu agar distribusi barang
dan jasa terlaksana dengan baik.
49 Mekanisme Pasar

Dari ketiga fungsi utama sistem ekonomi di atas maka sistem


ekonomi dikelompokkan menjadi empat macam yang
digunakan sebagai solusi dari permasalahan ekonomi antara
lain:
1. Sistem Ekonomi Tradisional
2. Sistem Ekonomi Pasar (Liberal/Bebas)
3. Sistem Ekonomi Komando (Terpusat)
4. Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi pasar atau sistem ekonomi liberal


adalah sistem ekonomi yang pengelolaan ekonominya diatur
berdasarkan permintaan dan penawaran atau kekuatan pasar.
Sistem ekonomi ini menetapkan adanya kebebasan dari
individu dalam melakukan kegiatan perekonomian. Artinya
setiap individu diakui keberadaannya dan mereka bebas
bersaing. Setiap pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan
ekonomi didukung untuk melaksanakan yang terbaik agar
mendapatkan laba sebesar-besarnya. Semua hak individu
dapat terpenuhi dengan memakai sistem ekonomi ini.
Disamping itu pengertian lain dari sistem ekonomi pasar
adalah sistem ekonomi yang seluruh aktivitas ekonomi antara
lain produksi, distribusi dan konsumsi sepenuhnya diserahkan
pada mekanisme pasar. Sistem ekonomi ini sesuai dengan
ajaran dari Adam Smith, dalam bukunya yang berjudul An
Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of
Nations bahwa sistem ekonomi pasar memiliki ciri sebagai
berikut.
Ekonomi Publik 50

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pasar


1. Hak masing-masing individu mendapat pengakuan.
Misalnya setiap orang bebas memiliki barang, termasuk
barang yang digunakan sebagai modal. Setiap orang juga
bebas menggunakan barang dan jasa yang dimilikinya.
2. Manusia yang melakukan sistem ekonomi pasar adalah
homo economicus.
3. Adanya kedaulatan konsumen dan kebebasan dalam
konsumsi.
4. Sistem ekonomi pasar menerapkan sistem persaingan
bebas.
5. Dalam motif mencari laba terpusat pada kepentingan
sendiri.
6. Proses sistem ekonomi pasar peranan modal sangat
penting.
7. Peranan pemerintah dalam sistem ekonomi pasar
dibatasi, dimana pemerintah tidak melakukan campur
tangan atau intervensi pada sistem ekonomi pasar.
8. Di dalam sistem ekonomi pasar, aktivitas yang ditujukan
untuk memperoleh laba.
9. Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat
(swasta).
10. Persaingan dilakukan secara bebas.
11. Peranan modal sangat vital, kebaikan dari sistem
ekonomi antara lain:
o Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat
dalam mengatur kegiatan ekonomi
51 Mekanisme Pasar

o Setiap individu bebas memiliki sumber-sumber


produksi.
o Adanya sistem ekonomi pasar memunculkan
persaingan untuk maju.
o Barang yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi,
karena barang yang tidak bermutu tidak akan laku
dipasar.
o Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap
tindakan ekonomi didasarkan atas motif mencari
laba.

Kelebihan dan Kelemahan Sistem Ekonomi Pasar


Berikut dijelaskan kelebihan dan kelemahan dari sistem
ekonomi pasar. Kelebihan sistem ekonomi pasar, adalah:
1. Masing-masing orang bebas menentukan perekonomian
sendiri.
2. Masing-masing orang bebas memiliki alat produksi sendiri.
3. Adanya kegiatan ekonomi lebih cepat maju karena
persaingan.
4. Produksi didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Sedangkan kelemahan dari sistem ekonomi pasar antara lain:
1. Sistem ekonomi pasar dapat mengakibatkan adanya
eksploitasi terhadap orang lain.
2. Sistem ekonomi pasar dapat menimbulkan monopoli
perdagangan.
3. Sistem ekonomi pasar dapat menimbulkan terjadinya
kesenjangan pendapatan.
Ekonomi Publik 52

4. Sistem ekonomi pasar rentan terhadap adanya krisis


ekonomi.

4.2 PENYEBAB KEGAGALAN PASAR


Yang menjadi kunci permasalahan dalam
perekonomian adalah masalah makro (inflasi, pengangguran,
kapasitas produksi, pertumbuhan), dan masalah mikro
(distribusi produksi, alokasi konsumsi). Sistem perekonomian
berhubungan dengan siapa (pemerintah atau bukan), atau
bagaimana pengambilan keputusan ekonomi (melalui
mekanisme harga atau perencanaan terpusat). Pandangan-
pandangan tentang peran pemerintah dalam perekonomian
semakin konvergen (cenderung mendekat satu terhadap yang
lain), yakni secara umum swasta harus mengambil peran utama
dalam pasar. Namun bila terjadi kegagalan pasar dan
pemerintah berpotensi dapat memperbaiki kegagalan tersebut,
maka sebaiknya pemerintah memperbaiki kegagalan tersebut
sepanjang diyakini bahwa memang mampu.
Kegagalan pasar dapat terjadi jika mekanisme pasar
tidak dapat berfungsi dengan efisien dalam mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada di masyarakat. Mekanisme
pasar yang tidak dapat dijalankan secara sempurna dapat
mengakibatkan barang yang dihasilkan menjadi terlalu banyak
atau terlalu sedikit sehingga semua kekuatan yang ada dalam
pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan
tidak seimbang. Dengan adanya kegagalan pasar ini
memotivasi pemerintah untuk menjalankan beberapa kegiatan
53 Mekanisme Pasar

ekonomi. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pasar,


antara lain:
1. Adanya Common Goods (Barang Bersama)
Sistem persaingan pasar muncul karena adanya hak
pemilikan setiap individu atas suatu barang sehingga ia
dapat menolak orang lain untuk memanfaatkan barang
itu. Untuk beberapa jenis barang, hak pemilikan tidak
dapat diberikan kepada satu individu melainkan diberikan
kepada sekelompok masyarakat, misalnya lapangan
desa, sawah milik desa, dan sebagainya. Dalam kasus
kekayaan bersama terdapat dua faktor yang
mengakibatkan timbulnya masalah, yaitu: indivisibility dan
sejumlah kelompok masyarakat. Indivisibility
mengakibatkan suatu kekayaan tidak dapat diserahkan
hak pemilikannya pada setiap anggota kelompok. Apabila
jumlah kelompok hanya dua orang, maka di antara kedua
orang itu akan dapat dibuat suatu perjanjian yang
mengatur penggunaan kekayaan tersebut secara optimal.
Namun jika anggota kelompok semakin banyak maka
biaya untuk memperoleh persetujuan menjadi semakin
besar dan mahal. Pemerintah perlu intervensi atau ikut
campur tangan dalam mengatur kekayaan bersama, dan
menentukan sistem pembayaran yang sifatnya paksaan
sebab setiap individu tidak bersedia untuk menanggung
biaya. Setiap pembayaran paksaan tersebut biasa disebut
pajak.
Ekonomi Publik 54

2. Adanya unsur ketidaksempurnaan pasar


Sumber-sumber ekonomi tertentu tidak dapat diserahkan
pada mekanisme pasar oleh karena adanya monopoli,
atau adanya usaha yang mempunyai biaya marjinal yang
selalu menurun, dan adanya usaha yang mempunyai
biaya marginal nol. Mekanisme pasar dapat melakukan
alokasi faktor-faktor ekonomi secara efisien hanya pada
pasar persaingan sempurna oleh karena hanya pada
pasar persaingan sempurna terdapat kesamaan antar
motivasi pengusaha dan tingkat produksi yang oleh
masyarakat dianggap efisien.
3. Adanya barang publik
Berbagai jenis barang yang diperlukan masyarakat,
namun tidak ada yang dapat menghasilkannya atau
mungkin dihasilkan oleh pihak swasta namun dalam
jumlah terbatas, barang publik murni yang memiliki dua
karakteristik utama: yaitu pemakaiannya tidak bersaingan
dan tidak diterapkan prinsip pengecualian. Oleh sebab itu,
pihak swasta tidak mau menghasilkan barang publik
murni, sehingga pemerintah yang harus menghasilkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Adanya eksternalitas
Eksternalitas merupakan dampak tidak langsung yang
diakibatkan oleh aktivitas ekonomi, baik dampak
menguntungkan maupun merugikan. Timbulnya
eksternalitas karena tindakan konsumsi atau produksi dari
satu pihak yang memiliki pengaruh terhadap pihak yang
55 Mekanisme Pasar

lain, tidak adanya kompensasi yang diterima oleh pihak


yang terkena dampak tersebut atau tidak adanya
kompensasi yang dibayar oleh pihak yang
mengakibatkan. Jadi ada dua syarat terjadinya
eksternalitas, yaitu:
• Adanya pengaruh dari suatu tindakan.
• Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau
diterima.
5. Adanya pasar tidak lengkap (incomplete market)
Pasar lengkap adalah pasar yang mampu menghasilkan
semua barang dan jasa yang biaya produksinya lebih
kecil daripada harga yang mau dibayar oleh masyarakat.
Tetapi ada jenis jasa yang tidak diusahakan oleh pihak
swasta dalam jumlah yang cukup meskipun penyediaan
jasa tersebut lebih kecil dibanding apa yang mau dibayar
oleh masyarakat. Kondisi seperti ini yang disebut pasar
tidak lengkap.
6. Adanya kegagalan informasi
Pada beberapa kasus, masyarakat sangat memerlukan
informasi yang tidak mampu disediakan oleh pihak
swasta, contohnya perkiraan cuaca. Pelaut dan para
petani sangat memerlukan informasi tentang perkiraan
cuaca, namun tidak ada pihak swasta yang menyediakan
informasi tersebut, sehingga pemerintah harus
menyediakan informasi cuaca yang sangat diperlukan
oleh masyarakat.
Ekonomi Publik 56

4.3 BENTUK-BENTUK KEGAGALAN PASAR


Jenis-jenis Kegagalan Pasar antara lain yaitu:
1. Eksternalitas negatif
Ada banyak kemungkinan bahwa mekanisme pasar gagal
untuk mengalokasikan barang/jasa yang membawa
manfaat optimal bagi masyarakat. Eksternalitas dapat
terjadi ketika konsumsi atau penggunaan barang/jasa
tertentu oleh individu atau produksi barang/jasa tertentu
oleh sebuah perusahaan swasta mempengaruhi fungsi
kemanfaatan dari individu atau perusahaan lainnya. Dapat
bersifat positif (kemanfaatan bertambah) dan dapat juga
bersifat negatif (biaya meningkat, kemanfaatan berkurang).
Contoh positif: pendidikan, perbaikan sarana perkotaan,
kesehatan umum, riset dan pengembangan, dan lain-lain,
sedangkan contoh negatif: polusi (air, udara, tanah),
kebisingan, dan lain-lain.
2. Barang Publik (Public Goods)
Sifat dari barang publik adalah non-eksklusif: sejenis
barang/jasa yang ketika seseorang menyediakan/
memproduksinya, semua orang akan dapat menikmati
kemanfaatannya. Contoh: mercu-suar, pertahanan
nasional, taman kota, jalan raya, dan berbagai fasilitas
umum lainnya. Masalah: jika dapat mengkonsumsi sesuatu
barang tanpa membayarnya, maka tidak akan merasa
perlu untuk menyumbang proses produksi barang tersebut
(masalah free-rider/pendompleng), sehingga barang
tersebut mungkin tidak pernah akan diproduksi oleh
57 Mekanisme Pasar

swasta. Solusi: Pemerintah harus menyediakan atau


memproduksi barang publik pada tingkat yang efisien
dengan memanfaatkan dana dari pajak.
3. Monopoli
Monopoli, oligopoli, dan kartel adalah situasi yang terjadi
ketika pasar tidak kompetitif karena produsen barang/jasa
tertentu jumlahnya terbatas, melakukan kecurangan dalam
proses produksi, atau melakukan kesepakatan yang hanya
menguntungkan produsen. Tidak ada satu pun pelaku
swasta yang akan dapat mengatasi masalah monopoli dan
kerugian kolektif (disebut dead-weight loss). Hanya sektor
publik (pemerintah) yang dapat mencegah monopoli
melalui regulasi yang tepat dan adil bagi semua pihak
(produsen maupun konsumen).
4. Jaminan hak milik dan Skala Ekonomi
• Jaminan hak milik dan kepastian kontrak
Masalah: jika hak milik tidak terlindungi (seseorang
dapat mencuri hak milik atau metode produksi
tertentu), tidak akan ada insentif bagi kegiatan
ekonomi yang bermanfaat. Solusi: Pemerintah perlu
membuat dan menegakkan regulasi.
• Menurunnya ongkos produksi/masalah skala ekonomi
(Economies of Scale).
Biaya bagi proses produksi barang/jasa tertentu akan
turun jika kuantitas yang diproduksi meningkat dalam
skala yang lebih besar. Contoh: sarana dan prasarana
publik, transportasi umum, telekomunikasi, dan lain-
Ekonomi Publik 58

lain. Masalah: produksi dengan biaya yang lebih


efisien akan menghasilkan satu atau beberapa
perusahaan besar saja. Solusi: Pemerintah
dimungkinkan untuk memegang monopoli atas
produksi barang tertentu atau mengatur proses
produksi barang/jasa tertentu supaya menghasilkan
manfaat yang optimal bagi masyarakat.
5. Informasi Asimetris
Dalam situasi tertentu, salah satu pihak dalam mekanisme
pasar akan memiliki lebih banyak informasi daripada pihak
lainnya. Bagi Perusahaan mungkin memiliki lebih banyak
informasi, contohnya: kualitas produk, keamanan/
efektivitas penggunaan obat, dan lain-lain. Sedangkan bagi
individu mungkin memiliki lebih banyak informasi, contoh:
status kesehatan seseorang, kesediaan untuk mengambil
risiko, dan lain-lain. Masalah: pihak yang memiliki informasi
akan dapat mengambil keuntungan dari pihak lain sehingga
mengakibatkan inefisiensi secara keseluruhan. Solusi:
Pemerintah dapat membentuk lembaga pengawas,
membuat jaminan atas informasi kualitas barang/jasa,
menerbitkan kartu garansi, atau mekanisme lainnya
sehingga akan membawa kemanfaatan umum yang lebih
optimal.
Kegagalan Pemerintah 59

BAB V
KEGAGALAN PEMERINTAH

5.1 PENYEBAB KEGAGALAN PEMERINTAH


Salah satu sebab mengapa pemerintah harus turun
tangan dalam perekonomian agar kesejahteraan masyarakat
dapat tercapai secara optimal adalah kegagalan pasar.
Walaupun demikian tidak selalu campur tangan pemerintah
dapat berakibat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,
bahkan secara sistematis senantiasa terjadi kegagalan
pemerintah (government failures). Hal ini disebabkan karena
pemerintah melakukan fungsi alokasi yang tidak efisien.
Kegagalan pemerintah disebabkan oleh empat hal diantaranya:
informasi yang terbatas, pengawasan yang terbatas atas reaksi
pihak swasta, pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat,
dan hambatan dalam proses politik.
1. Informasi yang terbatas
Banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat dilihat
dampaknya karena sangat rumit dan sulit untuk
diperhitungkan sebelumnya. Contohnya kebijakan
pemerintah menghapus subsidi BBM atau penghapusan
subsidi pupuk petani yang sulit diperhitungkan
dampaknya secara akurat bagi seluruh masyarakat.
2. Pengawasan yang terbatas atas reaksi swasta
Suatu kebijakan pemerintah akan menimbulkan reaksi
pihak swasta dan sering sekali pemerintah tidak dapat
menghambat reaksi tersebut. Contoh jika pemerintah
60 Ekonomi Publik

menurunkan subsidi BBM khususnya untuk bensin. Ini


akan menyebabkan pemilik mobil yang memakai bahan
bakar bensin beralih ke kendaraan yang memakai bahan
bakar solar, sehingga permintaan solar akan meningkat
dan harga naik. Dalam hal ini, karena kepentingan untuk
memiliki mobil sepenuhnya berada pada swasta/
masyarakat maka pemerintah tidak dapat melarang
seseorang untuk menjual mobil yang memakai bensin ke
mobil yang memakai solar.
3. Pengawasan yang terbatas atas perilaku birokrat
Pemerintah tidak dapat megawasi secara ketat perilaku
para birokrat, sedangkan pelaksanaan kebijakan
pemerintah umumnya didelegasikan pada berbagai
tingkat birokrat yang memiliki persepsi dan kepentingan
yang berbeda-beda, sehingga kebijakan pemerintah
mungkin menimbulkan hasil yang berbeda dengan apa
yang diinginkan. Dengan kata lain kebijakan yang
dicanangkan pemerintah terkadang tidak dapat efektif
diterapkan di daerah tertentu karena kebijakan yang
bersifat universal/umum, sehingga pemerintah daerah
harus menggunakan kebijakan baru. Contoh: kebijakan
deregulasi pemerintah dalam pengurangan perizinan,
pada pelaksanaan di daerah kadang tidak sama dengan
apa yang ditentukan oleh pemerintah pusat.
4. Hambatan dalam proses politik
Dalam suatu negara demokrasi terdapat pemisahan
wewenang antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan
Kegagalan Pemerintah 61

legislatif. Kebijakan yang akan dilaksanakan oleh eksektif


sering kali terhambat oleh proses pengambilan keputusan
karena memerlukan persetujuan terlebih dahulu oleh
pihak legislatif.

5.2 INEFISIENSI BIROKRASI


Birokrasi atau bureaucracy secara umum mempunyai
pengertian suatu rantai komando yang memiliki bentuk
piramida dalam suatu organisasi dimana posisi di tingkat bawah
lebih banyak dibandingkan tingkat atas. Pengertian yang lain
dari birokrasi adalah suatu struktur organisasi yang mempunyai
hirarki, tata prosedur, pembagian kerja, dan adanya hubungan
yang sifatnya impersonal. Organisasi yang menjalankan sistem
birokrasi biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat
sehingga dalam proses operasionalnya cenderung kurang
fleksibel dan kurang efisien.
Birokrasi banyak ditemukan dalam organisasi
pemerintahan, rumah sakit, perusahaan, sekolah, dan
militer. Walaupun banyak yang beranggapan bahwa birokrasi
identik dengan pemborosan, inefisiensi, dan kemalasan, namun
faktanya sistem birokrasi diperlukan agar proses operasional
berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Pengertian Birokrasi Menurut Para Ahli


Berikut adalah pendapat para ahli agar lebih memahami
tentang arti birokrasi, antara lain:
62 Ekonomi Publik

1. MAX WEBER
Pengertian birokrasi sesuai pendapat Max Weber adalah
suatu bentuk organisasi yang dalam penerapannya
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Maksud dari
birokrasi ini merupakan sistem otoritas yang ditentukan
secara rasional oleh bermacam-macam peraturan untuk
mengorganisir pekerjaan yang dilaksanakan oleh banyak
orang.
2. FRITZ MORSTEIN MARX
Pengertian birokrasi sesuai Fritz Morstein Marx (1984)
adalah suatu tipe organisasi yang dipakai oleh pemerintah
modern guna melakukan tugas-tugas yang sifatnya
spesialis, dilakukan dalam sistem administrasi dan
khususnya oleh aparatur pemerintah.
3. PETER A. BLAU DAN CHARLES H. PAGE
Pengertian birokrasi sesuai pendapat Peter A. Blau dan
Charles H. Page (1956) adalah suatu tipe organisasi untuk
mencapai tugas-tugas administratif yang besar, caranya
dengan mengkoordinir secara sistematik pekerjaan yang
dilaksanakan oleh banyak orang.
4. RIANT NUGROHO DWIJOWIJOTO
Pengertian birokrasi sesuai Riant Nugroho Dwijowijoto
(2004), adalah suatu lembaga yang memiliki kemampuan
yang sangat kuat untuk peningkatan kapasitas-kapasitas
potensial baik pada hal-hal yang buruk/baik dalam
keberadaannya sebagai instrumen administrasi rasional
yang netral pada skala yang besar.
Kegagalan Pemerintah 63

5. FAREL HEADY
Pengertian birokrasi sesuai pendapat Farel Heady (1989)
adalah suatu struktur organisasi yang mempunyai hirarki,
karakteristik tertentu, diferensiasi, dan kualifikasi atau
kompetensi. Hirarki berhubungan dengan struktur jabatan
yang menyebabkan perbedaan wewenang dan tugas antar
anggota organisasi.

Ciri-ciri Birokrasi
Sistem birokrasi mempunyai ciri-ciri tersendiri sehingga
mudah dikenali, adapun ciri-ciri birokrasi sesuai pendapat Max
Weber antara lain:
1. Jabatan administrasi tersusun secara hirarkis
(Administratice offices are organized hierarchically).
2. Setiap jabatan diisi oleh orang yang memiliki kompetensi
tertentu (Each office has its own area of competence).
3. Pegawai negeri ditentukan berdasarkan kualifikasi teknik
yang ditunjukan dengan ijazah atau ujian (Civil servants are
appointed, not electe, on the basis of technical
qualifications as determined by diplomas or examination).
4. Pegawai negeri menerima gaji tetap sesuai dengan
pangkat atau kedudukannya (Civil servants receive fixed
salaries according to rank).
5. Pekerjaan adalah karier yang terbatas, atau paling tidak
pekerjaannya adalah pegawai negeri (The job is a career
and the sole, or at least primary, employment of the civil
servant).
64 Ekonomi Publik

6. Para pejabat tidak mempunyai kantor sendiri (The official


does not own his or her office).
7. Para pejabat merupakan subjek yang dapat mengontrol
dan mendisiplinkan (the official is subject to control and
discipline).
8. Promosi didasarkan pada pertimbangan kemampuan yang
diatas rata-rata (Promotion is based on superiors
judgement).

Fungsi Birokrasi
Terdapat empat fungsi birokrasi didalam suatu
pemerintahan sesuai pendapat Michael G. Roskin et al.,
adapun fungsi birokrasi tersebut antara lain:
1. Administrasi
Fungsi administrasi bertujuan untuk mengimplementasikan
undang-undang yang telah disusun dan ditetapkan oleh
legislatif serta penafsiran atas undang-undang tersebut
oleh eksekutif. Yang berarti bahwa fungsi administrasi
adalah menjalankan kebijakan umum suatu negara yang
telah dirancang dan ditetapkan untuk mencapai tujuan
negara secara keseluruhan.
2. Pelayanan
Pada dasarnya birokrasi bertujuan untuk melayani
masyarakat atau kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah birokrasi di korporasi negara seperti
PJKA yang bertujuan untuk menjalankan fungsi pelayanan
publik.
Kegagalan Pemerintah 65

3. Regulasi
Fungsi regulasi suatu pemerintahan umumnya dirancang
dan ditetapkan untuk mengamankan kesejahteraan
masyarakat umum. Pada pelaksanaannya, badan birokrasi
akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat umum.
4. Pengumpul Informasi
Badan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan negara tentu
memiliki informasi dan data mengenai efisiensi/efektivitas
pelaksanaan berbagai kebijakan pemerintah di masyarakat.
Misalnya terdapat pungli saat pembuatan SIM dan STNK,
maka pemerintah akan merancang prosedur baru dalam
pembuatan SIM dan STNK untuk menghindari pungli.

Peran Birokrasi
Dalam pelaksanaannya, peran birokrasi sangat
diperlukan dalam menjalankan aturan dan pelayanan di
masyarakat. Adapun beberapa peran birokrasi adalah sebagai
berikut:
• Menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuan pemerintah.
• Melaksanakan program dan kegiatan dalam rangka
mencapai visi dan misi pemerintah dan negara.
• Memberikan pelayanan kepada masyarakat serta
melaksanakan pembangunan yang profesional dan merata.
• Melaksanakan manajemen pemerintah mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, koordinasi,
evaluasi, sinkronisasi, dan lainnya.
66 Ekonomi Publik

• Berperan sebagai penghubung antara pemerintah/negara


dengan masyarakat umum.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi (PANRB) mengatakan bahwa terdapat
enam penyakit birokrasi di Indonesia. Penyakit tersebut perlu
diobati agar terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
efektif dan efisien, bersih dan akuntabel, serta mampu
memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
1. Tidak sedikit pemerintah daerah yang mempunyai
persentase belanja operasional untuk kebutuhan internal
pemerintah yang lebih besar dibandingkan dengan
belanja publik. Hal ini membatasi pemerintah daerah
dalam melayani publik, yang berakibat pemerintah
daerah disibukkan dengan urusan internal sehingga
pelayanan kepada publik terabaikan.
2. Tingkat korupsi yang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
adanya sejumlah kepala daerah yang ditangkap KPK
melalui operasi tangkap tangan (OTT). Korupsi yang
dilakukan diduga tersangkut penyuapan seperti menjual
promosi jabatan, pengesahan RAPBD, penerimaan
fee proyek tertentu, dan gratifikasi dalam perijinan.
3. Inefektivitas dan inefisiensi dalam pengelolaan
pembangunan. Tidak sedikit perencanaan pembangunan
yang dilakukan tanpa perencanaan yang baik, copy
dan paste dari tahun-tahun sebelumnya, dan tidak fokus
pada outcome yang ingin dicapai. Kegiatan yang sengaja
diajukan hanya untuk memperoleh tambahan penghasilan
Kegagalan Pemerintah 67

atau memberikan keuntungan pribadi, diajukan dengan


biaya yang jauh lebih besar dari harga pasar, dan
lainnya. Akibatnya banyak anggaran pembangunan yang
digunakan tetapi tidak tepat sasaran dan boros.
4. Kualitas aparatur sipil negara (ASN) masih belum optimal
dalam mendukung kinerja pemerintah. Secara kuantitas
jumlah PNS sekitar 4,5 juta orang, sebenarnya jumlah ini
sudah cukup untuk melakukan tugas penyelenggaraan
pemerintahan. Namun jika dilihat dari sisi kualitasnya
yang mayoritas PNS golongan II ke bawah, dengan latar
belakang pendidikan SMA ke bawah, maka tidak mudah
untuk diandalkan menjadi birokrasi yang berkualitas dan
perilaku ASN yang belum profesional. Padahal SDM ASN
merupakan unsur yang terpenting dalam birokrasi. Bukan
hanya dalam pengertian fisik pegawai, tetapi menyangkut
seluruh aspek yang melekat pada pegawai yang
bersangkutan mulai dari perilaku, kompetensi,
pengetahuan, kreativitas atau soft skill lainnya. Masih
banyak ASN yang berpikir bukan sebagai pelayan
masyarakat, tetapi lebih mengedepankan kekuasaan.
5. Organisasi pemerintah yang cenderung besar, baik di
pusat maupun di daerah yang cenderung memanfaatkan
kemungkinan untuk memperbesar struktur tanpa melihat
kebutuhan nyata, ketersediaan sumber daya yang
dimiliki, kondisi terkini yang dihadapi, dan cakupan
wilayah pelayanan. Jarang sekali terjadi upaya
perubahan struktur organisasi untuk menyederhanakan
68 Ekonomi Publik

struktur sesuai dengan kebutuhan nyata. Disamping itu


adanya kecenderungan terjadi pembentukan lembaga
nonstruktural yang dalam pelaksanaan tugasnya
berhimpitan dengan instansi fungsional.
6. Kualitas pelayanan publik yang masih belum memenuhi
harapan publik. Pelayanan publik bisa dalam bentuk
perizinan, pelayanan dasar, ataupun pelayanan jasa,
menjadi tanda kehadiran pemerintah di masyarakat.
Pelayanan publik yang buruk dapat menimbulkan kesan
bahwa pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan
masyarakat. Walaupun belakangan ini telah terjadi
banyak inovasi dan perbaikan, dengan makin majunya
tingkat kehidupan masyarakat maka semakin kritis dan
semakin tinggi selera kebutuhan pelayanan publik yang
berkualitas.
Barang Publik 69

BAB VI
BARANG PUBLIK

6.1 PENGERTIAN BARANG PUBLIK


Barang publik dalam ilmu ekonomi memiliki pengertian
adalah barang yang mempunyai sifat non-rival dan non-
eksklusif. Barang publik adalah barang-barang yang tidak dapat
dibatasi siapa penggunanya dan sedapat mungkin agar tidak
mengeluarkan biaya untuk memperolehnya. Barang publik
merupakan barang yang jika dikonsumsi oleh sesorang atau
individu tertentu tidak akan mempengaruhi atau mengurangi
konsumsi orang lain akan barang tersebut. Barang publik
memiliki sifat non- rival dan non-eksklusif.
Dalam hal barang swasta, barang-barang tersebut dapat
dihasilkan oleh perusahaan swasta, namun juga dapat
dihasilkan oleh perusahaan negara, contoh jasa penerbangan
dan jasa kereta api. Barang publik juga dapat dihasilkan oleh
perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa barang publik adalah barang yang
disediakan dan merupakan milik pemerintah, yang dibiayai
anggaran belanja negara tanpa melihat siapa yang melakukan
pekerjaannya.
Beberapa ekonom misalkan P. Samuelson membuat
definisi yang lebih teknis dan lebih spesifik pada istilah barang
publik, dengan tujuan untuk membedakan antara barang yang
secara alami merupakan barang publik dengan barang yang
cocok untuk pasar komersial. Pengertian barang publik yang
umum ditekankan pada dua hal yang menjadi karakteristik dari
70 Ekonomi Publik

banyak barang yang diproduksi pemerintah: non-eksklusif dan


non-rivalitas.

Karakteristik Barang Publik


Perbedaan barang publik dengan barang yang lain, sebagai
berikut:
1. Non-eksklusivitas
Yang menjadi perbedaan antara barang publik dengan
barang lain adalah apakah orang dapat dikecualikan dari
manfaat barang tersebut atau tidak. Sebagian besar
barang pribadi, sangat memungkinkan terjadi
pengecualian. Contohnya pertahanan nasional, jika suatu
angkatan bersenjata telah dibentuk, maka setiap orang di
suatu negara tersebut mendapat keuntungan, apakah dia
membayar atau tidak. Barang non-eksklusif dapat dilawan
dengan barang konsumsi pribadi yang eksklusif,
contohnya film atau mobil, dimana pengecualian
merupakan suatu masalah sederhana. Bagi yang tidak
membayar barang pribadi tersebut, maka tidak menerima
jasa yang dijanjikan oleh barang tersebut.
2. Non-rivalitas
Sifat yang menjadi karakter dari barang publik adalah
non-rivalitas, yaitu barang dimana manfaatnya dapat
diberikan bagi pengguna tambahan dengan biaya marjinal
nol. Pada sebagian besar barang, tambahan jumlah
konsumsi memerlukan sejumlah biaya produksi marjinal.
Contohnya penambahan pemirsa pada satu saluran
televisi tidak akan menambah biaya walaupun tindakan ini
Barang Publik 71

menyebabkan penambahan jumlah konsumsi. Konsumsi


oleh tambahan pengguna dari barang semacam tersebut
adalah non-rivalitas/non-persaingan sehingga tambahan
konsumsi tersebut memerlukan biaya marjinal sosial dari
produksi sebesar nol, dimana tidak mengurangi
kemampuan orang lain untuk mengkonsumsi.

6.2 TEORI PENYEDIAAN BARANG PUBLIK


Teori Pigou
Menurut teori Pigou yang menyatakan bahwa
penyediaan barang publik dimana kepuasan marginal akan
barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal pajak yang
dipungut untuk menyediakan barang publik atau membiayai
program pemerintah.
Gambar 6.1
Penyediaan dan pembiayaan barang publik yang optimal

Sumber: Ekonomi Publik, Dr. Guritmo Mangkoesoebroto

Sesuai dengan diagram kurva kepuasan pada barang


publik ditunjukan oleh kurva UU. Kurva UU tersebut memiliki
bentuk menurun yang berarti bahwa semakin banyak barang
72 Ekonomi Publik

publik yang dihasilkan maka semakin rendah kepuasan


marginal yang dirasakan masyarakat. Di sisi lain, semakin
banyak pajak yang dipungut, semakin besar rasa
ketidakpuasan marginal masyarakat. Oleh sebab itu kurva
ketidakpuasan marginal akan pembayaran pajak memiliki
bentuk yang meninggi. Ketidakpuasan marginal ditunjukan
dengan sumbu tegak dari titik O ke bawah dan kurva
ketidakpuasan marginal ditunjukan oleh kurva PP. Keadaan
optimum dimana bagi masyarakat kepuasan marginal bagi
barang publik sama dengan ketidakpuasan marginal dalam hal
pembayaran pajak adalah titik E.
Analisa Pigou memiliki kelemahan yang didasarkan
pada ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar
pajak dan rasa kepuasan marginal akan barang publik,
sedangkan kepuasan dan ketidakpuasan yang bersifat ordinal
adalah sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif.

Teori Bowen
Menurut Bowen teorinya didasarkan pada teori harga
sama dengan penentuan harga pada barang swasta.
Kurva penawaran sepatu ditunjukan oleh kurva S. Kurva
dA dan dB merupakan kurva permintaan akan sepatu oleh B dan
C, sedangkan kurva DA+B adalah kurva permintaan pasar yang
didapatkan dengan menjumlahkan kurva A+D secara horisontal
atau mendatar. Harga pasar yang terjadi adalah OP, yaitu
dimana DA+B=S, harga OP adalah harga sepasang sepatu bagi
B dan C.
Barang Publik 73

Gambar 6.2
Penentuan Jumlah dan Harga Barang Swasta

Pengertian barang publik bagi Bowen adalah barang


dimana pengecualian tidak dapat ditentukan. Sehingga sekali
suatu barang publik telah tersedia maka tidak ada seorangpun
yang dapat dikecualikan dari manfaat barang tersebut.
dA dan dB merupakan kurva permintaan individu K dan L
akan barang publik dA dan dB. Jumlah barang yang disediakan
pemerintah jumlahnya OY, yaitu pada titik perpotongan kurva
penawaran dengan kurva permintaan DA+B
Gambar 6.3
Harga Dan Jumlah Barang Publik
74 Ekonomi Publik

Kelemahan teori ini adalah karena Bowen memakai


permintaan dan penawaran. Permasalahannya bahwa pada
barang publik tidak ada prinsip pengecualian, sehingga
masyarakat tidak mau mengemukakan kesenangan mereka
tentang barang tersebut akibatnya tidak ada kurva permintaan.

6.3 PENENTUAN HARGA BARANG PUBLIK


Kebijakan mengenai penetapan harga merupakan salah
satu faktor yang bisa mengakibatkan rasa kesetiaan dan
kepercayaan petani pada koperasi akan berkurang dan
berakibat berpalingnya petani dari koperasi tersebut. Menurut
Frederick F. Reichheld (2000), kesetiaan itu terdiri dari tiga
bentuk, yaitu kesetiaan pelanggan, kesetiaan karyawan, dan
kesetiaan investor. Ketiga jenis kesetiaan tersebut tidak berdiri
sendiri, melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya.
Kesetiaan pelanggan dapat terlihat dari seringnya pelanggan
melakukan pembelian berulang (repeat order) terhadap produk-
produk yang dijual oleh perusahaan. Ini bisa terjadi apabila
pelanggan sangat menyadari bahwa nilai (value) yang diberikan
oleh produk perusahaan sangat bermakna untuk dirinya.
Secara tradisional, harga berperan sebagai penentu
utama dari pilihan pembeli. Walaupun faktor-faktor non harga
telah menjadi semakin penting dalam perilaku pembeli selama
beberapa dasawarsa ini, harga masih merupakan salah satu
unsur terpenting yang menentukan pangsa pasar dan
profitabilitas perusahaan. Dalam dunia bisnis harga mempunyai
banyak nama sebagai contoh dalam dunia perbankan disebut
Barang Publik 75

bunga, atau dalam bisnis akuntansi, periklanan, konsultan


disebut fee. Sedangkan dalam dunia asuransi dikenal yang
namanya premi. Pengertian harga sesuai pendapat Dolan dan
Simon, harga adalah sejumlah uang atau jasa atau barang
yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa yang
disediakan penjual, sedangkan Monroe (1990) berpendapat
bahwa harga adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan
pelanggan untuk mendapatkan jasa atau produk. Pengertian
lainnya bahwa harga adalah faktor penting bagi konsumen
dalam pengambilan keputusan untuk melakukan transaksi atau
tidak (Engel, Blackwell & Miniard dan Kotler,1996).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa harga adalah sejumlah uang yang
ditetapkan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang
diperdagangkan untuk memuaskan keinginan konsumen, dan
menjadi salah satu faktor penting dalam pengambilan
keputusan pembelian.
Satu-satunya elemen bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan adalah harga, elemen-elemen
lainnya adalah biaya. Harga juga merupakan salah satu elemen
bauran pemasaran yang paling fleksibel: harga dapat berubah
dengan cepat, tidak seperti ciri khas (feature) produk dan
perjanjian distribusi. Penetapan dan persaingan harga juga
merupakan masalah penting yang dihadapi perusahaan.
Perusahaan menangani penetapan harga dengan berbagai
cara. Pada perusahaan kecil, harga biasanya ditetapkan oleh
manajemen puncak bukan dari bagian pemasaran atau
76 Ekonomi Publik

penjualan. Pada perusahaan besar, penetapan harga biasanya


ditangani oleh manajer divisi dan lini produk. Dalam berbagai
industri dimana penetapan harga merupakan faktor utama,
perusahaan tersebut biasanya membentuk departemen
penetapan harga untuk menetapkan harga atau membantu
departemen lain menetapkan harga yang tepat. Departemen
tersebut memberikan laporan kepada departemen keuangan,
pemasaran, atau manajemen puncak. Sealin itu terdapat pihak
lain yang berpengaruh pada proses penetapan harga yaitu
manajer keuangan, manajer penjualan, manajer produksi, dan
akuntan.

Pengertian Kebijakan Harga


Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk
menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye dalam buku Zainal
Abidin Said (2004) menyebutkan kebijakan sebagai pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Definisi dari Thomas Dye ini dihubungkan pada beberapa
definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl
Friedrich. Menurut David Easton kebijakan pemerintah sebagai
kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara
keseluruhan, yang berarti kewenangan pemerintah meliputi
keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi
lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat
kecuali pemerintah.
Sedangkan Lasswell dan Kaplan melihat kebijakan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, bahwa kebijakan
sebagai program yang diproyeksikan berkaitan dengan nilai,
Barang Publik 77

tujuan, dan praktek. Carl Friedrich dalam Zainal Abidin Said


(2004) mengatakan bahwa yang paling pokok bagi suatu
kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran (objektive) atau
kehendak (purpose).
Sesuai pendapat Moekijat (2003:441) yang menyatakan
bahwa kebijakan harga adalah suatu keputusan-keputusan
tentang harga-harga yang akan diikuti untuk suatu jangka
tertentu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan harga ditentukan oleh perusahaan, umumnya
kebijakan harga tersebut berlaku untuk sementara waktu saja
selama masa menguntungkan perusahaan. Oleh sebab itu
perusahaan harus mengikuti perkembangan harga dan situasi
pasar, unsur harga tersebut dalam waktu tertentu dirubah atau
tidak. Jika dalam batas waktu tertentu keadaan tidak
menguntungkan, maka kebijakan harga itu ditinjau kembali jika
situasi dan kondisi perusahaan mengalami perubahan,
sehingga tidak mungkin lagi untuk dipertahankan agar
produsen maupun konsumen tidak saling dirugikan.
Menurut Kotler dalam bukunya Manajemen
Pemasaran (2002:56), dalam menyusun kebijakan penetapan
harga, perusahaan mengikuti prosedur enam tahap penetapan
harga yaitu:
1. Perusahaan memilih tujuan penetapan harga.
2. Perusahaan memikirkan kurva permintaan, probabilitas
kuantitas yang akan terjual pada tiap kemungkinan
harga.
78 Ekonomi Publik

3. Perusahaan memperhitungkan biaya bervariasi pada


beberapa level produksi dan berbagai level akumulasi
pengalaman produksi.
4. Perusahaan menganalisa biaya, dan tawaran pesaing.
5. Perusahaan menyeleksi metode penetapan harga.
6. Perusahaan memilih harga akhir.

Adanya kriteria-kriteria kebijakan menurut William N


Dunn antara lain yaitu:
1. Penyusunan agenda adalah perumusan masalah yang
dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan yang mempersoalkan asumsi-asumsi yang
mendasari definisi masalah.
2. Formulasi kebijakan adalah peramalan dapat
menyediakan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa
mendatang sebagai akibat dari diambilnya alternatif.
3. Adopsi kebijakan adalah rekomendasi menghasilkan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang
biaya atau manfaat dari berbagai alternatif yang
akibatnya di masa mendatang diestimasikan melalui
peramalan.
4. Implementasi kebijakan adalah pemantauan
(monitoring) menyediakan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang
diambil sebelumnya.
5. Penilaian kebijakan adalah evaluasi menghasilkan
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang
Barang Publik 79

ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang


diharapkan dengan yang benar-benar dihasilkan.

Prosedur Penetapan Harga


Menurut Kotler dalam bukunya berjudul Manajemen
Pemasaran (2002:56) dalam menyusun kebijakan penetapan
harga, perusahaan mengikuti prosedur enam tahap penetapan
harga yaitu:
1. Memilih Tujuan Penetapan Harga
Perusahaan harus memutuskan dimana ingin
memposisikan tawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan
perusahaan, semakin mudah untuk menetapkan harga.
Perusahaan dapat mengejar salah satu dari lima tujuan
utama melalui penetapan harga yakni :
• Berorientasi pada laba – mempengaruhi persaingan.
• Beorientasi pada volume – stabilisasi harga.
• Berorientasi pada citra – tujuan spesifik lainnya.
Perusahaan dapat mengejar kelangsungan hidup sebagai
tujuan utama jika mengalami kelebihan kapasitas,
persaingan yang ketat atau keinginan konsumen yang
berubah-ubah. Pada perusahaan yang ingin
memaksimalkan pangsa pasar, mereka yakin bahwa
volume penjualan yang tinggi akan menghasilkan biaya
per unit yang lebih rendah dan laba jangka panjang yang
lebih tinggi.
2. Penentuan Permintaan
Perusahaan dalam menetapkan harga akan
menghasilkan level permintaan yang berbeda-beda dan
80 Ekonomi Publik

oleh sebab itu akan memberikan pengaruh yang berbeda


pula terhadap tujuan pemasarannya. Secara umum
antara permintaan dan harga berhubungan terbalik:
semakin tinggi harga maka semakin rendah permintaan.
Dalam memperkirakan permintaan, perlu dipahami faktor-
faktor yang mempengaruhi kepekaan harga. Nagle telah
mengidentifikasi sembilan faktor yaitu:
a. Pengaruh nilai unik: pembeli kurang peka terhadap
harga jika produk tersebut lebih bersifat unik.
b. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti
c. Pengaruh perbandingan mutu harga yang sulit
d. Pengaruh pengeluaran total pendapatan konsumen
e. Pengaruh manfaat akhir
f. Pengaruh biaya bersama
g. Pengaruh investasi tertanam
h. Pengaruh mutu-harga
i. Pengaruh persediaan.
Perusahaan umumnya juga berusaha mengukur kurva
permintaan mereka, dalam melakukannya mereka dapat
memakai beberapa metode. Metode pertama adalah
analisis secara statistik atas data harga masa lalu, jumlah
yang terjual, dan faktor lainnya. Sedangkan metode
kedua adalah melakukan eksperimen harga.
3. Memperkirakan Biaya
Biaya perusahaan ada dua macam yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Pengertian tentang biaya tetap ialah biaya-
biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi atau
Barang Publik 81

penjualan, misalnya: gaji karyawan, biaya sewa, dan


lainnya berapapun output produksi perusahaan.
Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah
menurut level produksi. Untuk dapat menetapkan harga
dengan tepat, manajemen perlu mengetahui bagaimana
biayanya bervariasi bila level produksinya berubah.
Perusahaan Jepang sering memakai metode yang
disebut penetapan biaya berdasar sasaran (target
costing), perusahaan memakai riset pasar untuk
menetapkan fungsi-fungsi yang diinginkan dari suatu
produk baru. Perusahaan kemudian menentukan harga
jual produk tersebut dengan memperhatikan daya tarik
produk dan harga pesaing. Perusahaan mengurangi
margin laba yang diinginkan dari harga itu, sehingga
diperoleh biaya sasaran yang harus dicapai.
4. Menganalisis Biaya, Harga, dan Tawaran Pesaing
Dengan rentang kemungkinan harga yang ditentukan oleh
permintaan pasar dan biaya perusahaan, maka
perusahaan perlu memperhitungkan harga pesaing, biaya
pesaing dan kemungkinan reaksi harga oleh pesaing. Jika
tawaran perusahaan serupa dengan tawaran pesaing
utamanya, maka perusahaan harus menetapkan harga
yang dekat dengan harga pesaing atau perusahaan
tersebut akan kehilangan penjualan. Jika tawaran
perusahaan mutunya lebih rendah, perusahaan tidak
dapat menetapkan harga yang lebih tinggi dari pada
pesaing. Jika penawaran perusahaan lebih tinggi
82 Ekonomi Publik

mutunya, perusahaan dapat menetapkan harga yang


lebih tinggi dari pada pesaing. Akan tetapi perusahaan
harus menyadari bahwa pesaing dapat mengubah
harganya sebagai tanggapan atas harga perusahaan.
5. Memilih Metode Penetapan Harga
Dengan adanya tiga kurva permintaan pelanggan, fungsi
biaya, dan harga pesaing, perusahaan kini harus memilih
suatu harga. Harga pesaing dan dan harga barang
pengganti menjadi titik orientasi yang perlu
dipertimbangkan perusahaan dalam menetapkan harga.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam


penetapan harga menurut Kotler – Keller (2007):
1. Penetapan harga mark up
Metode penetapan harga yang paling dasar adalah
dengan menambah mark up standar ke biaya produk.
Contoh perusahaan konstruksi memberikan harga tender
dengan memperhitungkan biaya total proyek dan
menambahkan mark up standar sebagai laba. Metode ini
terkenal karena penjual dapat menentukan biaya dengan
lebih mudah dibandingkan memperkirakan permintaan.
Jika semua perusahaan dalam industri yang sama
menerapkan metode yang sama pula maka harga akan
cenderung serupa.
2. Penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian
Perusahaan dengan metode ini menentukan harga
dengan tingkat pengembalian atas investasi (ROI) yang
diinginkan. Misalnya perusahaan General Motors yang
Barang Publik 83

menentukan harga mobil-mobilnya untuk mencapai ROI


15 persen.
3. Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan
Tidak sedikit perusahaan yang mendasarkan harga
produk mereka pada nilai yang dipersepsikan (perceived
value). Perusahaan melihat persepsi nilai pembeli, bukan
biaya penjual sebagai kunci untuk penetapan harga.
Perusahaan memakai berbagai variabel non harga dalam
bauran pemasaran untuk memperoleh nilai yang
dipersepsikan dalam pikiran pembeli. Dalam penetapan
harga kuncinya berdasarkan nilai yang dipersepsikan
secara akurat menentukan persepsi pasar atas nilai
tawaran. Penjual yang memandang nilai tawarannya
terlalu tinggi akan menetapkan harga yang terlalu tinggi
bagi produknya, sedangkan penjual dengan pandangan
terlalu rendah akan menggunakan harga yang lebih
rendah dari pada harga yang ditetapkan. Riset pasar
dibutuhkan untuk membentuk persepsi pasar atas nilai
sebagai panduan dalam penetapan harga yang efektif.
4. Penetapan Harga Nilai
Metode penetapan harga nilai (value pricing) adalah
menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran
yang bermutu tinggi. Ini menyatakan bahwa harga harus
menggambarkan tawaran yang lebih tinggi bagi
konsumen.
84 Ekonomi Publik

5. Penetapan harga sesuai harga berlaku


Perusahaan dalam penetapan harga sesuai harga
berlaku (going-rate pricing) mengenakan harga
berdasarkan pada harga pesaing. Perusahaan dapat
mengenakan harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih
rendah dari pada pesaing utamanya. Dalam industri yang
bersifat oligopoli yang menjual komoditas seperti baja,
kertas atau pupuk, perusahaan umumnya menetapkan
harga yang sama.
6. Penetapan harga tender tertutup
Umumnya penetapan harga yang kompetitif dipakai
apabila perusahaan mengikuti tender tertutup atas suatu
proyek. Penentuan harga oleh perusahaan didasarkan
perkiraan tentang bagaimana pesaing akan menetapkan
harga, bukan berdasarkan hubungan dengan biaya atau
permintaan perusahaan.
• Memilih Harga Akhir
Metode-metode penetapan harga mempersempit
rentang harga yang harus dipilih perusahaan untuk
menentukan harga akhir. Dalam memilih harga akhir,
perusahaan harus mempertimbangkan berbagai
faktor tanbahan, termasuk penetapan harga
psikologis, pengaruh elemen bauran pemasaran lain
terhadap harga, kebijakan penetapan harga
perusahaan, dan dampak dari harga terhadap pihak-
pihak lain.
Barang Publik 85

• Mengadaptasi harga
Umumnya pada penetapan harga perusahaan tidak
menetapkan harga tunggal, namun penetapan harga
yang mencerminkan perbedaan sesuai permintaan
dan biaya secara geografis, waktu pembelian,
kebutuhan segmen pasar, level pemesanan, dan
faktor lainnya.

Terdapat beberapa strategi adaptasi harga:


1. Penetapan harga per wilayah geografis
2. Diskon dan potongan harga
3. Penetapan harga promosi
4. Penetapan harga diskriminasi, yaitu perusahaan
menjual suatu produk pada harga yang berbeda
untuk segmen pasar yang berbeda berdasarkan
segmen pelanggan, bentuk produk, citra, lokasi
atau waktu
5. Penetapan harga bauran produk, yang
mencakup berbagai penetapan harga untuk lini
produk, keistimewaan pilihan, produk pelengkap,
produk sampingan, dan bundel produk.

Ada beberapa alternatif selain menaikkan harga,


yang mencakup: mengurangi jumlah produk dari
pada menaikkan harga, mengganti dengan bahan
atau unsur yang lebih murah, serta mengurangi atau
menghilangkan keistimewaan produk. Dengan
adanya perubahan harga yang dilakukan pesaing,
86 Ekonomi Publik

maka perusahaan harus mampu memahami tujuan


pesaing dan memprediksi lamanya perubahan
tersebut. Strategi perusahaan sering bergantung
pada apakah perusahaan tersebut memproduksi
produk yang homogen atau tidak homogen.
Pemimpin pasar yang diserang oleh pesaing yang
berharga murah dapat memilih untuk
mempertahankan harga, menaikkan mutu yang
dipersepsikan atas produk, mengurangi harga,
menaikkan harga dan meningkatkan mutu, atau
meluncurkan lini produk petarung yang berharga
murah.

Tujuan Kebijakan Harga


Pada umumnya perusahaan dalam mengadakan
kebijakan harga mempunyai beberapa tujuan. Tujuan kebijakan
harga tersebut menurut Lamarto dalam bukunya Strategi
Pemasaran (2006:314), yaitu:
1. Berorientasi pada laba.
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan
bersih.
Penetapan harga produk atau jasa oleh perusahaan
berdasarkan pada sasaran pencapaian prosentase
tertentu untuk pengembalian investasi atau laba
penjualan bersih. Sasaran ini mengacaukan baik bagi
perusahaan maupun pialangnya.
Barang Publik 87

b. Memaksimalkan laba.
Sasaran yang paling banyak digunakan perusahaaan
dalam penetapan harga adalah menghasilkan uang
sebanyak-banyaknya. Dalam teori ekonomi atau
praktek bisnis, tidak ada yang salah dengan sasaran
seperti ini. Secara teoritis apabila laba menjadi terlalu
besar oleh sebab penawaran lebih kecil dibanding
dengan permintaan, maka modal baru akan tertanam
dalam bidang usaha ini yang dapat mengurangi laba
sampai setingkat normal.
2. Berorientasi pada penjualan.
a. Meningkatkan volume penjualan.
Umumnya sasaran penetapan harga dinyatakan
dalam prosentase kenaikan volume penjualan
selama periode tertentu. Katakanlah satu tahun atau
tiga tahun. Para pengecer mendayagunakan sasaran
ini, sewaktu mereka berusaha meningkatkan
penjualan tahun lalu dengan prosentase tertentu.
Namun untuk meningkatkan volume penjualan
mungkin bisa atau tidak bisa taat dengan konsep
pemasaran yang dianut volume penjualan yang
menguntungkan. Di satu pihak, sasaran perusahaan
bisa meningkatkan volume penjualan dengan tetap
mempertahankan tingkat labanya. Disisi lain,
manajemen dapat meningkatkan volume penjualan
melalui strategi penetapan harga yang agresif
dengan kerugian. Dalam hal ini manajemen bisa
88 Ekonomi Publik

memutuskan dengan perhitungan melalui


peningkatan volume penjualan dapat menancapkan
kakinya dalam pasar.
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
Perusahaan yang memiliki sasaran penetapan harga
tipe ini memutuskan dengan cara mempertahankan
atau meningkatkan pangsa pasar. Satu sektor yang
membuat sasaran ini tercapai adalah perusahaan
dapat menentukan pangsa pasar apa yang
diinginkan. Dalam beberapa hal, pangsa pasar
merupakan indikator kondisi perusahaan yang lebih
baik dibandingkan dengan target laba investasi
artinya, sasaran penetapan harganya yang lebih baik.
Hal ini bisa terjadi terutama pada waktu pasar total
sedang berkembang dan perusahaan bisa
memperoleh laba yang bisa diharapkan. Namun bila
manajemen tidak mengetahui bahwa pasar sedang
berkembang, maka akibatnya pangsa pasar
perusahaan bisa mengalami kemunduran.
3. Berorientasi pada status quo.
a. Menstabilkan harga.
Yang sering menjadi sasaran industri-industri yang
memiliki price leader atau pemimpin harga adalah
stabilitas harga.
b. Menangkal persaingan.
Banyak perusahaan tidak tergantung dari besar
kecilnya, secara sadar memberi harga produknya
Barang Publik 89

untuk memenangkan persaingan. Meskipun


perusahaan sudah besar, hanya mempunyai peranan
yang kecil dalam menentukan harga pasar.

Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat


disimpulkan bahwa dengan ditetapkannya kebijakan harga,
maka tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mencapai target laba atau laba tertentu.
2. Memaksimalkan laba.
3. Meningkatkan penjualan.
4. Mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar.
5. Menstabilkan harga.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


harga antara lain:
1. Kurva permintaan
Kurva yang menunjukkan tingkat pembelian pasar pada
berbagai harga. Kurva tersebut menjumlahkan reaksi
berbagai individu yang memiliki kepekaan pasar yang
beragam. Langkah pertama dalam memperkirakan
permintaan karena itu adalah memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi harga pembeli. Negal telah
mendefinisikan sembilan faktor yang mempengaruhi
permintaan akan suatu produk yaitu:
a. Pengaruh nilai unik, pembeli kurang peka terhadap
harga jika produk tersebut lebih bersifat unik.
90 Ekonomi Publik

b. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti, pembeli


semakin kurang peka terhadap harga jika mereka
tidak menyadari adanya produk pengganti.
c. Pengaruh perbandingan yang sulit, pembeli semakin
kurang peka terhadap harga jika mereka dapat
dengan mudah membandingkan kualitas barang
pengganti.
d. Pengaruh pengeluaran total, pembeli semakin kurang
peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut
semakin rendah dibandingkan total pendapatan.
e. Pengaruh manfaat akhir, pembeli semakin kurang
peka pada harga apabila pengeluaran menjadi lebih
kecil dibanding dengan biaya total produk akhirnya.
f. Pengaruh biaya yang dibagi, pembeli semakin kurang
peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung
pihak lain.
g. Pengaruh investasi tertanam, pembeli semakin
kurang peka terhadap harga jika produk tersebut
digunakan bersama dengan aktiva yang telah dibeli
sebelumnya.
h. Pengaruh kualitas harga, pembeli semakin kurang
peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap
memiliki kualitas.
i. Pengaruh persediaan, pembeli semakin kurang peka
terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan
produk tersebut.
Barang Publik 91

2. Biaya
Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga
minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Perusahaan dalam menetapkan
harga harus mempertimbangkan agar dapat menutup
biaya produksi, distribusi, dan penjualan produknya,
termasuk pengembalian yang memadai atas usaha dan
risikonya. Agar manajemen dapat menetapkan harga
dengan tepat, maka perlu mengetahui bagaimana biaya
bervariasi jika level produksinya berubah.
3. Persaingan
Persaingan suatu industri dapat dianalisis berdasarkan
faktor-faktor seperti:
a. Jumlah perusahaan dalam industri
Secara teoritis bila hanya ada satu perusahaan
dalam industri, maka perusahaan tersebut bebas
menetapkan berapapun harganya.
b. Ukuran relatif setiap perusahaan dalam industri.
Bila perusahaan mempunyai pangsa pasar yang
besar, maka perusahaan tersebut dapat memegang
inisiatif perubahan harganya.
c. Diferensiasi produk
Apabila perusahaan dalam industrinya berpeluang
melaksanakan diferensiasi, maka perusahaan
tersebut dapat mengendalikan aspek penetapan
harganya, walaupun perusahaan itu kecil dan dalam
industri banyak pesaingnya.
92 Ekonomi Publik

d. Kemudahan untuk masuk (easy of entry) dalam


industri.
Jika suatu industri mudah untuk dimasuki, maka
perusahaan yang sudah ada akan sulit
mempengaruhi atau mengendalikan harga.
e. Pelanggan
Permintaan pelanggan didasarkan pada beberapa
faktor yang saling terkait dan bahkan seringkali sulit
memperkirakan hubungan antar faktor secara akurat.

Macam-macam Kebijakan Harga


Berikut ini merupakan penjelasan dari macam-macam
kebijakan harga tersebut di atas:
1. Potongan dan kelonggaran (discount and allowance)
Potongan dan kelonggaran adalah hasil pengurangan dari
harga dasar atau harga tercatat atau harga terdaftar (list
prices). Diskon sesuai pendapat Tjiptono (2007) adalah
potongan harga yang diberikan penjual kepada pembeli
yang merupakan penghargaan atas kegiatan tertentu dari
pembeli yang menyenangkan pihak penjual.
2. Strategi penetapan-penetapan harga geografis
Pada penetapan harga produk, yang harus
dipertimbangkan oleh penjual adalah biaya angkutan dari
pabrik sampai ke pembeli. Faktor ini menjadi bertambah
penting, karena biaya angkutan sekarang dimasukkan ke
dalam biaya variabel total. Kebijakan harga penetapan
harga bisa mencakup tiga variasi: pembeli menanggung
seluruh biaya angkutan, atau penjual menanggung
Barang Publik 93

seluruh biaya angkutan atau dapat juga ditanggung kedua


belah pihak. Strategi yang dapat dipilih dan dapat
mempengaruhi penetapan harga yaitu:
a) Batas tempat fasilitas produksi
b) Lokasi tempat produksi
c) Sumber bahan baku produksi
d) Daya saing dalam berbagai pasar
3. Strategi harga tunggal dan strategi harga variabel
Sebelum menentukan strategi penetapan harga apa yang
dianut oleh perusahaan, manajemen perlu terlebih dahulu
mengkaji dengan cermat dua pilihan, strategi tunggal atau
strategi harga variabel. Menganut strategi yang satu
bukan berarti membuang jauh-jauh strategi yang lain,
meskipun biasanya penentuan strategi apa yang akan
didayagunakan bersifat mengikat. Dengan strategi harga
tunggal, perusahaan menetapkan harga sama atau harga
ke seluruh pelanggan yang membeli produk dalam
kualitas sama. Dibawah strategi harga variabel,
perusahaan akan dapat menjual produk dengan harga
yang berlainan meskipun transaksi dilakukan dalam
kuantitas sama dengan pembeli yang sama. Kebijakan
harga tunggal bisa membina kepercayaan konsumen
kepada penjual tingkat eceran, grosir atau pabrik.
Pembeli yang kurang pandai menawar tidak perlu kuatir
akan tertipu. Kebijakan harga variabel juga mempunyai
kelebihan, misalnya penjual bisa membeli konsensi harga
kepada pembeli agar penjual bisa memberi harga khusus
94 Ekonomi Publik

pada pembeli yang mempunyai potensi menjadi


pelanggan besar.
4. Penetapan harga unit (unit pricing)
Penetapan harga unit merupakan strategi pemberian
informasi tentang harga eceran yang hingga kini tetap
didayagunakan secara luas oleh supermarket atau
rangkaian pasar raya. Namun metode penetapan harga
tipe ini dapat diadaptasikan ke berbagai tipe toko dan
produk lainnya. Sebagai strategi yang merupakan reaksi
bisnis terhadap proses-proses konsumen tentang
pemakaian ukuran kemasan. Praktek-praktek yang ada
membuat konsumen sukar membandingkan harga
produk-produk serupa. Latar belakang pemakaian strategi
ini didasarkan atas harapan bahwa konsumen diharapkan
makin sadar dan memahami strategi ini. Biaya yang
dikeluarkan untuk mempraktekkan strategi ini diimbangi
oleh manfaat yang dapat dipetik dari masyarakat.
5. Strategi lini harga (price lining)
Penetapan lini harga umumnya digunakan oleh para
pengecer pakaian jadi. Pada intinya strategi ini
menyeleksi harga yang terbatas jumlahnya yang akan
dicapai untuk setiap lini barang dagangan, misalnya
sebuah toko sepatu menjual lini produk yang terdiri dari
beberapa model sepatu seharga Rp. 15.000,- sepasang,
lini model lain seharga Rp. 20.000,- dan lini termahal
dengan harga Rp. 30.000,- sepasang. Bagi konsumen,
keuntungan utama dari penetapan lini harga adalah
Barang Publik 95

penyederhanaan keputusan beli. Dari sudut pengecer


strategi ini juga menguntungkan karena membantu
perencanaan dan membelanjakan di toko. Kendala yang
mungkin dihadapi oleh strategi lini, perubahan lini harga
yang harus selalu dilakukan setiap kali biaya naik
sehingga pengecer akan bingung. Keseringan merubah
lini harga akan merusak citra toko. Apabila situasi harga
tetap, margin laba ditekan serendah mungkin, pengecer
bisa selalu mencari harga produk yang tidak terlalu tinggi.
Pihak produsen dapat membantu para pengecer melalui
kualitas produk atau penyederhanaan kemasan (berarti
biaya lebih murah), pengecer mampu mempertahankan
harga pada tingkat yang tetap.
6. Sarana pengendalian harga eceran
Beberapa pabrik ingin mengendalikan harga eceran
produknya, ada yang mencantumkan pedoman harga-
harga eceran yang diajukan oleh produknya, ada juga
yang secara tegas mencantumkan harga eceran tinggi,
mereka yang melanggar bisa dicabut hak menjual
produknya. Kebijakan yang mengijinkan pengecer
menambah atau mengurangi dengan potongan harga.
Kebijakan yang kedua harga bisa jalan untuk produk yang
laku.
7. Penetapan harga pelopor dan undang-undang
Gagasan yang mendasari adalah pelanggan ke toko
membeli produk dengan harga pelopor dan kemudian
tertarik untuk membeli produk lain dengan harga biasa,
96 Ekonomi Publik

yang diharapkan hasilnya berupa laba total dan volume


penjualan total. Tujuan umum dari undang-undang ini
baik, yaitu mencegah praktek penurunan harga
seenaknya sendiri. Namun demikian undang-undang ini
masih mengijinkan praktek banting harga sebagai strategi
promosi dan strategi harga. Lagi pula tujuan daripada
bisnis adalah menghasilkan laba dari operasi total tidak
perlu dari setiap penjualan masing-masing produk.
8. Penetapan harga psikologis
Strategi penetapan harga psikologis pada tingkat
penjualan eceran adalah menetapkan harga dengan
gasal, contoh permen coklat dengan harga Rp. 5.995,-
dan buku seharga Rp. 6.000,-. Beberapa studi lapangan
kurang mendorong keyakinan di atas, harga gasal kurang
disenangi toko-toko yang eksekutif.
9. Penetapan harga dimasa inflasi
Inflasi yang melanda ekonomi sebagian besar melanda
negara di dunia selama beberapa tahun ini belum terlihat
tanda-tanda akan mereda. Bagi eksekutif pemasaran
terutama dalam penetapan harga, inflasi memaksa
mereka untuk mengembangkan strategi penetapan harga
yang kreatif dan inovatif.
10. Persaingan harga lawan persaingan non harga
Di dalam upaya mengembangkan program pemasaran
manajemen mempunyai pilihan antara penekanan
persaingan harga atau persaingan non harga. Pilihan
dapat mempengaruhi bagian-bagian lain dari sistem
Barang Publik 97

pemasaran perusahaan. Dengan harga yang rendah


biasanya pelayanan yang ditawarkan juga menjadi
berkurang. Dahulu rangkaian toko dan pusat-pusat
penjualan dengan potongan harga selalu bersaing
dengan cara seperti ini. Dari sebuah perusahaan juga
mendayagunakan harga dalam persaingan melalui
perubahan harga dan reaksi terhadap perubahan harga
yang dilakukan oleh para pesaingnya. Persaingan non
harga makin banyak dipakai dalam program pemasaran,
dasar pandangan ini bisa terjadi karena posisi perubahan
sebagai penjual tidak terlalu berubah, walaupun pesaing
mulai banting harga. Juga kesetiaan pembeli terhadap
produk akan tetap terjaga, karena harga bukan satu-
satunya ciri pembeda perusahaan. Dengan strategi
persaingan harga pembeli akan setia pada perusahaan
selama perusahaan dapat menawarkan produk dengan
harga rendah. Terdapat dua metode utama persaingan
non harga adalah pembeda produk dan promosi.
Disamping itu perusahaan akan menekan keragaman dan
kualitas pelayanan perusahaan pada pelanggan. Yang
menjadi salah satu bentuk persaingan non harga (selain
pembeda produk dan promosi) ialah kartu dagang yaitu
kartu yang dapat ditukarkan dengan uang atau hadiah-
hadiah lain.

Jenis-jenis Potongan Harga


Berikut ini akan dijelaskan jenis-jenis potongan harga
sebagai berikut:
98 Ekonomi Publik

1. Potongan kuantitas (quality discount)


Potongan kuantitas adalah pengurangan dari harga
tercatat yang ditawarkan oleh seorang penjual untuk
menarik seorang pelanggan membeli dalam jumlah yang
lebih besar dari biasanya. Potongan berdasarkan pada
jumlah pembelian dalam rupiah atau dalam unit.
Potongan kuantitas dapat dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu:
a) Potongan non kumulatif
b) Potongan kumulatif
2. Potongan dagang (trade discount)
Potongan dagang kadang-kadang disebut potongan
fungsional, merupakan potongan dari harga tercatat
(daftar harga) yang ditawarkan ke pembeli yang
diharapkan akan mempunyai fungsi pemasaran. Misalnya
produsen memberikan potongan 15% kepada agen
dengan syarat diberikan kepada pengecer 10%.
3. Potongan atau rabat kontan (cash discount)
Potongan kontan merupakan potongan harga yang
diberikan kepada pembeli karena membayar kontan atau
membayar dalam jadwal pelunasan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Potongan dihitung dari nilai sisa setelah
dikurangi potongan kuantitas dan potongan dagang dari
harga dasar. Setiap potongan kontan mencakup tiga
unsur:
• Potongan prosentase
• Jadwal pembayaran untuk memperoleh potongan
Barang Publik 99

• Batas akhir waktu pelunasan hutang


4. Potongan musiman (seasonal discount)
Potongan musiman merupakan korting yang umum
digunakan para produsen musiman contohnya payung
hujan. Apabila pembeli memesan sejumlah payung hujan
di musim panas akan mendapatkan potongan sebesar
5%, 10% dan 15%. Pesanan-pesanan yang tiba diluar
musim (off season) membantu pabrik tetap
mendayagunakan produknya.
5. Pencatatan maju (forward discount)
Potongan pencatatan maju adalah kombinasi antara
potongan kontan dengan potongan musiman. Contohnya
pabrik peralatan memancing mencari pesanan pada
grosir dan pengecer selama musim salju. Tetapi tagihan
akan diberikan tanggal 1 Mei tahun depan, kondisinya
2/10 dan n/30. Pesanan yang diberikan dalam
Desember/Januari membantu effisiensi operasi produksi
perusahaan. Tagihan yang diberi catatan maju (tagihan
mundur) memungkinkan pengecer menunggu membayar
hutangnya setelah musim salju tiba dan beberapa barang
mulai laku.
6. Kelonggaran promosi (promotional allowances)
Promotional allowances adalah potongan harga yang
diberikan oleh penjual yang merupakan imbalan promosi
yang dilakukan oleh pembeli. Contohnya pabrik alat-alat
besar bangunan membeli beberapa jenis barang gratis
bagi para penyalur, yang merupakan imbalan atas
100 Ekonomi Publik

peragaan produk eceran teratur. Atau pabrik akan


menanggung biaya iklan toko pengecer yang
mengiklankan produknya sebesar 50%.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa jenis potongan


harga dapat digunakan sesuai dengan jenis perusahaan dalam
memilih jenis potongan harga.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 101

BAB VII
KERJASAMA PEMERINTAH - SWASTA

7.1 GOOD GOVERNANCE


Good governance adalah penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang bertanggung jawab dan sangat solid
sesuai dengan pasar yang efisien dan prinsip demokrasi,
mencegah korupsi secara administratif dan politik, serta
menghindari salah alokasi dana investasi.
Good governance ini pertama kali dipakai dalam dunia
usaha atau korporat, yang melakukan disiplin anggaran dan
penciptaan legal serta politican framework bagi tumbuhnya
aktivitas pada usaha. Berikut adalah pengertian Good
Governance menurut para ahli, antara lain:
1. Bank Dunia
Good Governance ialah suatu konsep pada
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
bertanggung jawab dan solid sesuai pasar yang efisien dan
prinsip demokrasi, menghindari salah alokasi dan investasi
yang langka dan mencegah korupsi baik secara
administratif dan politik, melakukan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya
kegiatan kewiraswastaan.
2. Mardiasmo
Good Governance adalah suatu konsep pendekatan yang
bertujuan pada pembangunan sektor publik oleh
pemerintahan yang sangat baik.
102 Ekonomi Publik

3. Bintoro Tjokroamidjojo
Good Governance dikenal dengan administrasi
pembangunan, adalah bentuk manajemen pembangunan
dimana menempatkan peran pemerintah sentral sebagai
agent of change dari suatu masyarakat yang berkembang
di dalam negara berkembang.
4. PP No. 101 tahun 2000
Good Governance ialah pemerintahan yang menentukan
dan mengembangkan profesionalitas, prinsip-prinsip
demokrasi, efisiensi, akuntabilitas, transparansi, pelayanan
prima, efektivitas, supremasi hukum, yang bisa diterima
oleh masyarakat.
5. Nugroho
Government ini ekuivalen pada pengelolaan atau pengurus
dengan arti spesifik atau pengurus negara.
6. United Nation Development Program (UNDP)
Good Governance merupakan hubungan yang dalam
konstruktif dan sinergisnya antara masyarakat dengan
swasta.

Prinsip-prinsip Good Governance antara lain:


• Transparansi yaitu yang dapat dibangun atas dasar arus
informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan
lembaga dimana informasi yang tersedia harus memadai
agar dapat dimengerti, dan dapat digunakan atau diakses
oleh pihak yang berkepentingan.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 103

• Peduli pada Stakeholder yaitu seluruh proses


pemerintahan dan berbagai lembaga-lembaga harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
• Berorientasi pada Konsensus yaitu tata pemerintah yang
baik dapat menjadi penghubung bagi kepentingan yang
berbeda sehingga terbentuk suatu konsensus yang terbaik
dan menyeluruh bagi kelompok masyarakat.
• Kesetaraan ialah semua masyarakat memiliki kesempatan
untuk mempertahankan/memperbaiki kesejahteraannya.
• Efektifitas dan Efisiensi yakni segala proses
pemerintahan dan lembaga yang memberikan hasil sesuai
kebutuhan masyarakat dengan memakai sumber daya
yang ada dengan optimal.
• Akuntabilitas adalah beberapa pengambil keputusan di
pemerintah, organisasi masyarakat serta sektor swasta
bertanggung jawab pada lembaga yang berkepentingan
dan pada masyarakat.
• Visi Strategis adalah seorang pemimpin dan masyarakat
mempunyai perspektif yang jauh ke depan dan luas atas
pembangunan manusia dan tata pemerintahan yang baik,
memiliki kepekaan dalam mewujudkannya, dan mempunyai
pemahaman atas kompleksitas kesejahteraan sosial
budaya sebagai dasar bagi perspektif tersebut.
• Partisipasi Masyarakat ialah semua warga masyarakat
dalam pengambilan keputusan memiliki suara, baik secara
langsung maupun tidak.
104 Ekonomi Publik

• Tegaknya Supremasi Hukum yaitu kerangka hukum


yang diberlakukan tanpa pandang bulu, harus adil,
termasuk hukum-hukum yang berkaitan dengan hak asasi
manusia.

Karakteristik Good Governance adalah:


• Adanya partisipasi masyarakat.
• Adanya aturan hukum yang adil tanpa pandang bulu.
• Pemerintah bersifat transparan.
• Pemerintah mempunyai daya tanggap terhadap berbagai
pihak.
• Pemerintah berorientasi pada konsensus untuk mencapai
kesepakatan.
• Menerapkan prinsip keadilan.
• Pemerintah bertindak secara efektif dan efisien.
• Semua keputusan yang diambil bersifat akuntabilitas atau
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
• Penyelenggaraan pembangunan bervisi strategis.
• Adanya saling keterkaitan antar kebijakan.

Asas – Asas Good Governance adalah:


1. Asas Kepastian Hukum
Pada negara hukum dimana asasnya menekankan
keadilan, landasan peraturan undang-undang, dan
kepatuhan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan
negara.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 105

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara


Merupakan landasan keserasian, keteraturan, dan
keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan
negara.
3. Asas Kepentingan Umum
Asas dimana pemerintah harus mengutamakan
kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
dan selektif.
4. Asas Keterbukaan
Asas yang memberikan hak pada masyarakat untuk
mendapatkan informasi tidak diskriminatif, jujur, dan benar
mengenai penyelenggaraan negara dengan perlindungan
rahasia negara, hak asasi pribadi, dan golongan.
5. Asas Proporsoionalitas
Asas yang menekankan pada keseimbangan antara
kewajiban dan hak penyelenggara negara.
6. Asas Profesionalitas
Asas yang menekankan keahlian yang bersumber pada
ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku dan
kode etik.
7. Asas Akuntabilitas
Asas dimana setiap hasil akhir dan kegiatan
penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggung
jawabkan kepada masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketetapan
peraturan undang-undang yang berlaku.
106 Ekonomi Publik

8. Asas Efisiensi
Pemakaian sumber daya yang minimum agar tercapai hasil
yang optimum. Efisiensi terjadi bila tujuan-tujuan yang
benar telah ditentukan dan berusaha memperoleh cara-
cara yang terbaik guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.
9. Asas Efektivitas
Dalam rangka mencapai tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau
pilihan cara dan penentuan pilihan dari berbagai pilihan
lainnya. Efektifitas sebagai alat ukur keberhasilan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.

Aspek – Aspek Good Governance antara lain:


• Hukum atau Kebijakan merupakan salah satu aspek yang
ditujukan pada perlindungan kebebasan.
• Administrative Competence and Transparency ialah
keahlian dalam penyederhanaan organisasi, perencanaan
dan pelaksanaan implementasi dengan efisien, model
administratif keterbukaan informasi, dan penciptaan
disiplin.
• Desentralisasi adalah dekonsentrasi didalam departemen,
dan desentralisasi regional.
• Penciptaan Pasar yang Kompetitif ialah meningkatkan
peran pengusaha kecil, penyempurnaan mekanisme pasar,
dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan
kemampuan pemerintahan dalam mengontrol makro
ekonomi.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 107

7.2 ISU-ISU DALAM KERJASAMA PEMERINTAH –


SWASTA
Terdapai isu-isu dalam kerjasama antara pemerintah dengan
swasta, antara lain:
1. Kebutuhan Investasi Infrastruktur di Indonesia
Peta investasi nasional mengalami perubahan sejak proses
desentralisasi diimplementasikan secara nasional.
Kewenangan daerah mendorong peningkatan belanja
infrastruktur dengan peningkatan tiga kali lipat jika
dibandingkan sebelum desentralisasi. Hal ini diakibatkan
dengan banyaknya fungsi pengeluaran yang ditransfer
kepada Pemerintah Daerah. Berdasarkan data Bank Dunia,
sekitar 80 persen investasi infrastruktur Pemerintah berasal
dari Pemerintah Pusat, dengan hanya 20 persen berasal
dari Pemerintah Daerah pada masa sebelum
desentralisasi. Setelah 2001, dimana desentralisasi
dilaksanakan, komposisi ini bergeser menjadi sekitar 65
persen belanja oleh Pemerintah Daerah dan hanya 35
persen oleh Pemerintah Pusat.
2. Karakteristik Pembiayaan Infrastruktur
Isu dalam pembiayaan infrastruktur adalah ketersediaan
sumber pendanaan yang sifatnya jangka panjang.
Kemampuan proyek infrastruktur dalam menghasilkan
pendapatan untuk mengembalikan seluruh pinjaman
sangatlah panjang. Sehingga membutuhkan lembaga
pembiayaan yang memiliki sumber pembiayaan jangka
panjang juga.
108 Ekonomi Publik

3. Tantangan dalam Pembiayaan Infrastruktur


Isu percepatan pembangunan infrastruktur dipahami telah
menjadi masalah yang serius di negara ini.
4. Modalitas Pengadaan dalam Pembangunan
Infrastruktur
Modalitas pengadaan infrastruktur sangat tergantung
dengan sumber pendanaan proyek. Di Indonesia, sumber
pembiayaan proyek dapat berasal dari APBN/D, KPS,
BUMN dan juga perusahaan swasta sendiri. Proyek
infrastruktur yang dibiayai APBN/D biasanya untuk proyek-
proyek infrastruktur rutin ataupun proyek fisik pemerintah
yang tidak bisa menghasilkan pendapatan, seperti: jalan,
jembatan, dan lain-lain. Sedangkan proyek-proyek BUMN
ataupun swasta merupakan proyek yang dibangun dan
dibiayai oleh BUMN ataupun perusahaan swasta. Biasanya
untuk proyek ini dibiayai dari ekuitas dan pinjaman bank
atau lembaga keuangan.

Hambatan kerjasama antara pemerintah dengan swasta antara


lain:
1. Terjadi kesulitan dalam mengawasi proyek kerjasama
tersebut.
2. Terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah dengan
pihak swasta dalam konsep proyek.
3. Minimnya modal investasi yang tersedia.
4. Terjadi kerumitan prosedur dalam konsep pengadaan
fasilitas dan investasi.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 109

5. Penerapan kebijakan yang berkaitan dengan proyek yang


diadakan tidak sepenuhnya dilaksanakan.

Untuk menghindari adanya hambatan yang mampu


meminimalkan kemungkinan kerjasama untuk mencapai
kesuksesan maka diperlukan adanya prinsip yang sejalan
antara pemerintah dengan swasta seperti kesesuaian kebijakan
Public Private Partnership (PPP). Selain itu diperlukan
transparansi dan kompetitif dalam pengadaan kegiatan
kerjasama tersebut serta selalu dilakukannya monitoring
terhadap kondisi untuk menghindari ketidaksesuaian kegiatan
yang berlangsung dengan konsep yang telah direncanakan.

9 Kelemahan kerjasama antara pemerintah dengan swasta


Indonesia dinilai belum menjalankan kerjasama
Pemerintah Swasta (Public Private Partnership/PPP) dengan
baik sehingga membuat pembangunan infrastruktur terhambat.
Indonesia masih mempunyai sembilan kelemahan dalam
menjalankan PPP di Indonesia, antara lain:
1. Peraturan yang bersifat tumpang tindih di antara satu
dengan yang lainnya.
2. Lambannya proses legislasi RUU pengadaan lahan.
3. Rancangan Undang-Undang tersebut belum dilengkapi
dengan jaminan penggantian biaya investasi dari
pemerintah apabila proyek tersebut tersendat.
4. Proyek infrastruktur yang ditawarkan ke swasta tidak
dipersiapkan dengan matang. Pemerintah hanya
110 Ekonomi Publik

mempersiapkan teknisnya saja, tetapi masalah aspek


hukum dan ekonomi juga diperhitungkan.
5. Komitmen Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK)
masih sangat rendah untuk menjaga kerjasama PPP.
6. Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK) lebih suka
menggunakan dana APBN daripada menawarkan kepada
sektor swasta untuk membangun beberapa jenis
infrastruktur.
7. Rendahnya rate of return on investment dan belum adanya
vialibility gap fund (dana dukungan tunai infrastruktur).
8. Kapasitas kelembagaan di beberapa negara belum
terbangun secara solid karena adanya dualisme
pengelolaan proyek.
9. Pola pikir pemerintah mengenai PPP belum terbangun
secara baik khususnya di pemerintah daerah.

7.3 MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN SEKTOR


SWASTA

Bentuk kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dimulai


dari keberadaan teori kemitraan. Menurut Sulistiyani (2004:129)
kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata
partnership dan berakar dari kata partner. Partner dapat
diterjemahkan sebagai pasangan, jodoh dan sekutu sedangkan
partnership diterjemahkan sebagai persekutuan atau
perkongsian.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 111

Dalam pelaksanaannya kemitraan memiliki prinsip-


prinsip yang harus dilaksanakan. Menurut Wibisono (2007:103)
prinsip-prinsip dalam pelaksanaan kemitraan adalah:
a. Kesetaraan
Dalam pelaksanaan kemitraan, pendekatannya bukan top-
down atau bottom-up, bukan juga hubungan yang
berdasarkan kekuasaan, namun hubungan yang saling
menghormati, saling menghargai dan saling percaya.
Kesetaraan meliputi adanya penghargaan, kewajiban dan
ikatan.
b. Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling
curiga antara mitra kerja. Meliputi transparansi pengelolaan
informasi dan transformasi pengelolaan keuangan.
c. Saling menguntungkan
Suatu kerjasama atau kemitraan harus bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait. Pelaksanaan kemitraan akan
membentuk beberapa pola kemitraan.

Menurut Sulistiyani (2004:130-131) yang terilhami oleh


fenomena biologis kehidupan organisme yang kemudian
dibedakan menjadi berikut:
1. Kemitraan semu
Kemitraan semu adalah persekutuan antara dua pihak atau
lebih, tetapi kerja sama ini tidak dilakukan secara
seimbang. Bahkan salah satu pihak tidak memahami
dengan benar apa makna persekutuan yang dilakukan, dan
untuk tujuan apa semua dilakukan serta disepakati.
112 Ekonomi Publik

2. Kemitraan mutualistik
Kemitraan mutualistik adalah persekutuan dua pihak atau
lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya
melakukan sebuah kemitraan, yaitu saling memberikan
manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga
mencapai tujuan secara optimal.
3. Kemitraan konjugasi
Kemitraan konjugasi adalah kemitraan yang melakukan
upaya tukar-menukar materi yang dimiliki. Selanjutnya
setelah tukar-menukar materi, masing-masing pihak dapat
hidup terpisah satu sama lain. Berdasarkan analogi
tersebut, maka beberapa pihak atau lebih dapat melakukan
kemitraan konjugasi untuk dapat meningkatkan
kemampuan masing- masing.

Pada kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) yang


merupakan perwujudan dari kemitraan antara pemerintah dan
swasta, terdapat beberapa bentuk yang menjadi role model.
Menurut Siregar (2004: 276) Kerja sama Pihak Swasta (KPS)
memiliki bentuk antara lain:
1. Built-Operate-Transfer (BOT)
BOT adalah pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik
pemerintah daerah oleh pihak ketiga dengan cara pihak
ketiga membangun bangunan siap pakai dan atau
menyediakan, menambah sarana lain berikut fasilitas
diatas bangunan dan atau tanah tersebut dan
memanfaatkan selama waktu tertentu, selanjutnya dalam
jangka waktu berakhir memberikan kembali bangunan dan
Kerjasama Pemerintah - Swasta 113

tanah atau sarana lain dan fasilitasnya beserta


pendayagunaan pada daerah, serta membayar kontribusi
sejumlah uang atas pemanfaatannya yang besarnya
ditentukan sesuai kesepakatan.
2. Built-Transfer-Operate (BTO)
BTO adalah pemanfaatan tanah dan atau bangunan milik
pemerintah daerah, yang oleh pihak ketiga dibangun
bangunan siap pakai dan atau menyediakan, menambah
sarana lain berikut fasilitas diatas tanah dan atau bangunan
tersebut dan setelah selesai pembangunannya diserahkan
kepada daerah untuk kemudian pemerintah daerah
menyerahkan kembali kepada pihak ketiga untuk
didayagunakan selama jangka waktu tertentu, dan atas
pemanfaatannya tersebut pihak ketiga dikenakan kontribusi
sejumlah uang yang besarnya ditetapkan sesuai
kesepakatan.
3. Built-Transfer (BT)
Built Transfer adalah perikatan antara pemerintah daerah
dengan pihak ketiga dengan ketentuan tanah milik
pemerintah daerah, pihak ketiga membangun dan
membiayai sampai dengan selesai, setelah pembangunan
selesai pihak ketiga menyerahkan kepada pemerintah
daerah dan pemerintah daerah membayar
pembangunannya.
4. Kerja Sama Operasi (KSO)
Kerja sama Operasi adalah perikatan antara pemerintah
daerah dengan pihak ketiga, pemerintah daerah
114 Ekonomi Publik

menyediakan barang dan pihak ketiga menanamkan modal


yang dimilikinya dalam salah satu usaha, selanjutnya
kedua belah pihak secara bersama-sama atau bergantian
mengelola manajemen dan proses operasionalnya,
keuntungan dibagi sesuai dengan besarnya sharing
masing-masing.

7.4 BENTUK-BENTUK KEMITRAAN


Sementara itu, International Monetary Fund (2004)
menetapkan tiga kategori besar dalam bentuk-bentuk Public
Private Partnership (PPP) yang sudah diterapkan di berbagai
negara.
1. Pada proses Public Private Partnership (PPP) terdapat
sebagian tahapan yang dilakukan oleh pemerintah dan
sebagian swasta. Bahkan pada tahapan pekerjaan yang
dilakukan sepenuhnya oleh pihak swasta.
2. Diperbolehkannya mekanisme kepemilikan yang sifatnya
sementara maupun tetap dari pemerintahan dan swasta.
3. Pemerintah masih dominan memiliki aset dan
menyerahkan ke pihak swasta untuk mengoperasikan
dalam jangka waktu lama.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 115

Tabel 7.1
Bentuk-Bentuk Public Private Partnership

Sumber: IMF, 2004

Bentuk kerjasama dalam KPS dapat berupa:


1. BOT (Built, Operate, Transfer), dimana swasta
membangun, mengoperasikan fasilitas dan
mengembalikannya ke pemerintah setelah masa
konsesi/kontrak berakhir.
2. BTO (Built, Transfer, Operate), dimana swasta
membangun, memberikan asetnya ke pemerintah dan
mengoperasikan fasilitas sampai masa kontrak berakhir
(konsesi).
116 Ekonomi Publik

3. ROT (Rehabilitate, Operate, Transfer), dimana swasta


memperbaiki, mengoperasikan fasilitas dan
mengembalikannya ke pemerintah setelah masa
konsesi/kontrak berakhir.
4. BOO (Build, Own, Operate), dimana swasta membangun,
swasta mengoperasikan dan sebagai pemilik fasilitas.
5. O & M (Operation and Maintenance), dimana untuk kasus
khusus, pemerintah membangun, swasta memelihara dan
mengoperasikan.

Asikin (2013:59-61) menambahkan beberapa bentuk


kerjasama dalam KPS yaitu:
1. Built, Operate, Transfer (BOT), setelah membangun
proyek tersebut pihak swasta kemudian berhak
mengelola proyek tersebut dalam waktu tertentu, dan
dengan pengoperasian tersebut pihak swasta
memperoleh keuntungan dan setelah jangka waktu yang
telah ditentukan kemudian proyek diserahkan kepada
pihak swasta tanpa memperoleh pembayaran dari
pemerintah.
2. Built, Transfer, Operate (BTO), perjanjian antara
pemerintah dan swasta dengan syarat sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki aset/tanah.
b. Pihak ketiga membangun di atas tanah pemerintah
daerah.
c. Setelah pembangunan pihak ketiga menyerahkan
pembangunan kepada pemerintah daerah.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 117

d. Pihak ketiga mengelola bangunan tersebut selama


kerjasama.
e. Pihak ketiga memberikan imbalan berupa uang atau
bangunan lain kepada pemerintah daerah sesuai
kesepakatan.
f. Risiko selama masa kerjasama ditanggung oleh
pihak ketiga.
g. Setelah berakhirnya kerjasama, tanah dan bangunan
tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah
daerah.
3. Rehabilitate, Operate, Transfer (ROT), kerjasama ini
memiliki syarat yang harus dipenuhi, sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki aset/tanah dan
bangunan.
b. Pihak ketiga memiliki modal untuk merehabilitasi
bangunan.
c. Pihak ketiga mengelola bangunan selama kerjasama.
d. Hasil pengelolaan seluruhnya menjadi hak bagi pihak
ketiga.
e. Pihak ketiga tidak boleh mengagunkan bangunan.
f. Jangka waktu kerjasama ditetapkan maksimal lima
tahun.
g. Setelah masa berakhirnya kerjasama, tanah dan
bangunan diserahkan kepada pemerintah daerah
dalam keadaan baik.
4. Built and Transfer (BT), adalah suatu perjanjian dimana
kedudukan kontraktor hanya membangun proyek
118 Ekonomi Publik

tersebut, setelah selesai dibangunnya proyek tersebut,


maka proyek yang bersangkutan diserahkan kembali
pada pihak bowler tanpa hak kontraktor untuk
mengelola/memungut hasil dari proyek tersebut.
5. Built, Operate, Leasehold, Transfer (BOLT) adalah
perjanjian antara pemerintah dengan pihak swasta
dengan syarat, sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki aset.
b. Pihak ketiga membangun diatas tanah milik
pemerintah daerah.
c. Pihak ketiga mengelola dan mengoperasikan dengan
menyewakan kepada pihak lain atau kepada
pemerintah daerah itu sendiri.
d. Pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa
kepada pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan
sesuai kesepakatan.
e. Jangka waktu kerjasama sesuai kesepakatan
bersama.
f. Setelah berakhirnya kerjasama pihak ketiga
menyerahkan seluruh bangunan kepada pemerintah
daerah.
6. Rehabilitate, Operate, Leasehold, Transfer (ROLT) adalah
kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak
ketiga, dengan syarat sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah memiliki aset/tanah dan
bangunan.
Kerjasama Pemerintah - Swasta 119

b. Pihak ketiga memiliki modal untuk merehabilitasi


bangunan.
c. Pihak ketiga mengelola dan mengoperasikan dengan
menyewa dari pemerintah daerah untuk disewakan
lagi pada pihak lain atau dipakai sendiri.
d. Pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa
kepada pemerintah daerah yang besarnya ditetapkan
sesuai kesepakatan.
e. Pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan
asuransi.
f. Risiko kerja sama sesuai kesepakatan.
7. Built, Transfer, Leasehold (BTL) adalah kerjasama antara
pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan
ketentuan:
a. Pemerintah daerah memiliki aset (tanah).
b. Pihak ketiga membangun atas tanah pemerintah.
c. Pihak ketiga menyerahkan pada pemerintah daerah
setelah selesai.
d. Pihak ketiga mengelola, mengoperasikan bangunan
dengan menyewakan pada orang lain.
e. Pihak ketiga memberikan kontribusi kepada
pemerintah daerah dari hasil sewa tersebut yang
besarnya sesuai kesepakatan.
f. Pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan.
g. Risiko selama masa kerja sama ditanggung pihak
ketiga.
Ekonomi Publik 120

BAB VIII
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

8.1 PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Pemerintah memakai anggaran sebagai alat dalam
penyampaian kebijakan dan komitmen pada masyarakat.
Melalui alat/instrumen inilah pemerintah membuat keputusan
publik tentang apa dan bagaimana caranya memperoleh
penerimaan negara serta program prioritas apa yang dijalankan
dengan dana yang diperoleh. Keputusan anggaran yang
diambil pemerintah tersebut kemudian berpengaruh terhadap
manajemen pemerintah dan kualitas pelayanan publik yang
diberikan kepada masyarakat.
Pengertian anggaran sesuai pendapat Mardiasmo
(2009) adalah prediksi/estimasi kinerja yang ingin dicapai
selama waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Sedangkan anggaran sektor publik adalah rencana aktivitas
yang bentuknya perolehan belanja dan pendapatan dalam
satuan moneter.
Sesuai dengan UU no. 17 tahun 2003 mengenai
keuangan negara menyebutkan bahwa anggaran merupakan
kebijakan ekonomi, alat akuntabilitas, dan manajemen.
Anggaran merupakan alat kebijakan ekonomi yang memiliki
fungsi mewujudkan stabilitas dan pertumbuhan perekonomian
negara serta pemerataan pendapatan guna mencapai tujuan
bernegara.
121 Anggaran Sektor Publik

Keberadaan anggaran ini dianggap penting karena


(Mardiasmo, 2009):
1. Anggaran sebagai alat bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
2. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan
keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus
berkembang sedangkan sumber daya yang ada terbatas.
3. Anggaran digunakan untuk mengetahui bahwa
pemerintah bertanggung jawab terhadap rakyat.

8.2 FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Fungsi utama anggaran (Mardiasmo, 2009) adalah
sebagai berikut:
1. Alat perencanaan (Planning tool)
Anggaran dibuat untuk mencapai tujuan organisasi.
Pemerintah menyusun anggaran untuk merencanakan
tindakan yang dilakukan, berapa biaya yang dibutuhkan
dan hasil apa yang hendak dicapai dari belanja pemerintah
tersebut. Sebagai alat perencanaan, anggaran disusun
agar kebijakan sesuai dengan visi dan misi pemerintah.
Kebijakan anggaran tersebut berupa program dan kegiatan
yang sesuai tujuan pemerintah dan dialokasikan
pendanaannya beserta indikator kinerja dan target
pencapaian strategis yang diharapkan.
Ekonomi Publik 122

2. Alat pengendali (Control tool)


Anggaran menginformasikan rencana detail tentang
pengeluaran dan pendapatan pemerintah sehingga
pembelanjaan yang dilaksanakan mampu dipertanggung
jawabkan kepada publik. Sebagai alat pengendali,
diharapkan meminimalisir kesalahan alokasi anggaran
seperti overspending atau underspending. Anggaran juga
alat untuk memonitor kondisi keuangan dan pelaksanaan
operasional program atau kegiatan pemerintah. Anggaran
sektor publik dapat dikendalikan dengan membandingkan
kinerja yang dianggarkan dengan kinerja aktual,
menemukan penyebab yang dapat dikendalikan atau yang
tidak dapat dikendalikan, menghitung selisih anggaran,
serta merevisi standar biaya atau target anggaran tahun
berikutnya.
3. Alat kebijakan fiskal (fiscal tool)
Anggaran dapat digunakan untuk menstabilkan,
mendorong, dan memfasilitasi kegiatan ekonomi
masyarakat sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
4. Alat penilaian kinerja (Performance measurement tool)
Anggaran adalah instrumen efektif untuk penilaian dan
pengendalian kinerja. Pengertian kinerja adalah prestasi
kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari
suatu program dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
123 Anggaran Sektor Publik

5. Alat politik (Political tool)


Anggaran sektor publik disusun atas kesepakatan legislatif
dan eksekutif. Untuk pencapaian persetujuan anggaran
publik dibutuhkan keahlian politik, koalisi, negosiasi, dan
pemahaman prosedur manajemen keuangan sektor publik.
Anggaran yang telah disahkan merupakan dokumen publik
yang harus dijalankan oleh eksekutif dengan sebaik-
baiknya. Apabila anggaran tidak dilaksanakan dengan baik
maka kredibilitas pemerintah dapat menurun dan instrumen
anggaran dapat menjadi alat menekan pemerintahan.
Minimal dapat menurunkan kepercayaan masyarakat
kepada pemerintah.
6. Alat koordinasi dan komunikasi (Coordination and
communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah secara berjenjang terlibat
dalam penyusunan anggaran. Oleh karena itu anggaran
perlu disusun dengan perencanaan dan koordinasi yang
baik dalam suatu sistem terpadu. Hal ini dilakukan agar
program dan rencana kerja anggaran dapat dipantau
kinerjanya dan terhindar dari duplikasi. Kemudian agar
program dan kegiatan yang disusun dalam anggaran dapat
dilaksanakan dengan baik maka perlu dikomunikasikan ke
seluruh unit dalam suatu organisasi.
7. Alat motivasi (Motivation tool)
Anggaran disusun dengan target yang terukur dan dapat
dilaksanakan. Dalam perencanaan terdapat target dan
tujuan yang ingin dicapai dan diharapkan dapat terlaksana
Ekonomi Publik 124

dengan baik. Oleh karena itu target yang hendak dicapai


hendaknya tidak terlalu tinggi (ambisius) namun juga tidak
terlalu mudah untuk dilaksanakan. Informasi (input) yang
diperoleh dari evaluasi kinerja anggaran juga dapat
menjadi dasar pemberian insentif (stick and carrot) bagi
pekerja.
8. Alat menciptakan ruang publik (Public Sphere)
Seluruh komponen masyarakat dapat terlibat dalam
penyusunan anggaran sektor publik. Masyarakat umum,
LSM, asosiasi dan akademisi dapat menyampaikan
aspirasinya. Hal ini penting karena dalam pelaksanaannya
anggaran berdampak langsung pada aktivitas sosial
ekonomi masyarakat. Tugas pemangku kepentingan dan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ini
dengan skala prioritas sesuai visi misi pemerintahan.
Dengan terpenuhinya aspirasi mereka maka kondisi
bernegara dapat lebih baik dan terhindar dari demo dan
kegaduhan politik yang menguras energi bangsa.

8.3 PENDEKATAN DALAM PENGANGGARAN SEKTOR


PUBLIK
Anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah
menjadi alat kebijakan multifungsi yang dipakai sebagai alat
pencapaian tujuan organisasi. Anggaran yang terencana dan
sistematis maka tujuan demi kemakmuran masyarakat atau
publik akan tercapai dengan baik. Perencanaan anggaran
berubah dan berkembang mengikuti dinamika perkembangan
manajemen sektor publik dan tuntutan yang berkembang di
125 Anggaran Sektor Publik

masyarakat. Dalam penyusunan dan perkembangan anggaran


sektor publik terdapat dua pendekatan, antara lain:
(a) Anggaran Tradisional atau anggaran konvensional
(b) Pendekatan New Public Management.

Anggaran Tradisional
1. Ciri - Ciri Anggaran Tradisional antara lain:
a) Cara penyusunan anggaran berdasarkan pada
pendekatan Incrementalism
b) Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.
c) Cenderung sentralistis
d) Bersifat spesifikasi
e) Tahunan, dan
f) Menggunakan prinsip anggaran bruto.

Berikut ini pembahasan dua ciri utama anggaran tradisional


yakni sebagai berikut:
a) Incrementalism
Tujuan utama dan penekanan pendekatan tradisional
ialah pada pertanggungjawaban dan pengawasan yang
terpusat. Arti dari incrementalism adalah mengurangi
atau menambah jumlah rupiah pada item-item anggaran
yang sebelumnya telah ada dengan memakai data
tahun sebelumnya sebagai dasar penyesuaian besarnya
pengurangan atau penambahan tanpa dilaksanakan
kajian yang mendalam. Permasalahan dalam anggaran
tradisional karena tidak adanya perhatian terhadap
konsep value for money, efisiensi dan efektivitas dalam
Ekonomi Publik 126

penyusunan anggaran tradisional tidak dijadikan


pertimbangan. Didalam anggaran tradisional cenderung
dipakai konsep historic cost of service, akibat dipakainya
konsep ini adalah suatu item. Kegiatan atau program
akan muncul lagi pada anggaran tahun berikutnya
walaupun item tersebut tidak diperlukan lagi. Perubahan
anggaran terjadi pada jumlah nominal rupiah sesuai
dengan jumlah penduduk, tingkat inflasi, dan
penyesuaian lainnya.
b) Line Item
Sifat ini didasarkan atas dasar sifat dari penerimaan dan
pengeluaran. Metode ini tidak memungkinkan untuk
menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran
yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun
sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan
lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Dalam
penyusunan anggaran menggunakan sistem ini
dilandasi atas alasan adanya orientasi sistem anggaran
yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran.
2. Kelemahan anggaran tradisional
Metode penganggaran tradisional jika dilihat dari berbagai
sudut pandang mempunyai beberapa kelemahan, antara
lain:
a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara
anggaran tahunan dengan rencana pembangunan
jangka panjang.
127 Anggaran Sektor Publik

b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah


besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara
menyeluruh efektifitasnya.
c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal ini
berakibat anggaran tradisional tidak dapat digunakan
sebagai instrumen pembuat kebijakan dan pilihan
sumberdaya atau memonitor kinerja. Evaluasi kinerja
bentuknya bukan apakah tujuan tercapai, namun
apakah dana telah habis dibelanjakan.
d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat
tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai.
e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran
modal/investasi dan pengeluaran rutin.
f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran
tahunan yang terlalu pendek, terutama bagi proyek
modal yang mendorong praktik korupsi dan kolusi yang
tidak diinginkan.
g. Informasi yang tidak memadai dan sentralisasi
penyiapan anggaran mengakibatkan lemahnya
perencanaan anggaran. Akibatnya adalah munculnya
budget pudding atau budgetary slack.
h. Karena persetujuan anggaran yang terlambat,
mengakibatkan gagal dalam pemberian mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti
seringnya dilakukan manipulasi anggaran dan revisi
anggaran.
Ekonomi Publik 128

i. System Information Financial atau aliran informasi


yang tidak memadai sebagai dasar mekanisme
pengendalian rutin, mengidentifikasi tindakan dan
masalah.

Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM


Era New Public Management
Adanya perubahan manajemen sektor publik yang
terjadi sejak pertengahan tahun 1980 yang cukup drastis dari
sistem manajemen tradisional yang hirarkis, birokratis, dan
kaku menjadi manajemen yang lebih mengakomodasi pasar
dan fleksibel. Perubahan itu bukanlah perubahan yang kecil
dan sederhana, namun telah mengubah peran pemerintah
dalam hal hubungannya dengan masyarakat. Munculnya
paradigma baru pada manajemen sektor publik adalah
pendekatan New Public Management. Model New Public
Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali popular
tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuk
inkarnasi. Fokus pada New Public Management adalah
manajemen sektor publik dengan orientasi pada kinerja,
bukanlah pada kebijakan. Implementasi model New Public
Management tersebut menyebabkan berbagai konsekuensi
bagi pemerintah antara lain pemangkasan biaya (cost cutting),
tuntutan untuk melakukan efisiensi, dan kompetisi tender.
Model pemerintah diera New Public Management
contohnya sesuai pendapat Osborne dan Gaebler (1992) yang
dikenal dengan konsep reinventing government. Perspektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut antara lain:
129 Anggaran Sektor Publik

1. Pemerintahan katalis: yang berfokus untuk memberi


pengarahan bukan pada produksi pelayanan publik.
Pemerintah harus menyelesaikan beragam pelayanan
publik, tetapi tidak harus terlibat langsung dengan proses
produksinya (producing). Pemerintah hendaknya fokus
untuk memberi pengarahan, untuk produksi pelayanan
publiknya diserahkan pada sektor ketiga atau pihak swasta.
2. Pemerintah milik masyarakat: memberdayakan masyarakat
daripada melayani.
Seharusnya pemerintah memberikan wewenang pada
masyarakat sehingga mampu menjadi masyarakat yang
dapat menolong dirinya sendiri (self-help community),
contohnya masalah keselamatan umum adalah menjadi
tanggungjawab masyarakat, tidak hanya bagi kepolisian.
3. Pemerintah yang kompetitif: memberikan semangat
kompetisi dalam pelayanan publik.
Kompetisi merupakan cara yang dapat menghemat biaya
dan juga meningkatkan kualitas pelayanan. Banyak
pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya
dengan adanya kompetisi ini, tanpa harus memperbesar
biaya. Contohnya pelayanan pos negara, pelayanan titipan
kilat yang relatif lebih cepat dibandingkan kualitasnya di
masa lalu.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: perubahan yang
terjadi pada organisasi yang semula digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
Ekonomi Publik 130

Apa yang tidak dapat maupun yang dapat dilakukan


pemerintah telah diatur dalam mandatnya. Tetapi tujuan
pemerintah adalah misinya, bukan mandatnya.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil: bukan membiaya
masukan, namun membiayai hasil.
Besarnya alokasi anggaran pada pemerintah tradisional
disuatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas masalah
yang dihadapi, pada akhirnya unit kerja tidak punya insentif
untuk memperbaiki kinerjanya. Upaya pemerintah
wirausaha dalam mengubah bentuk insentif dan
penghargaan dengan membiayai hasil dan bukan
masukan. Pemerintah daerah wirausaha akan
mengembangkan suatu standar kinerja dengan mengukur
seberapa baik suatu unit kerja dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Apabila kinerjanya semakin
baik, maka semakin banyak dana yang akan dialokasikan
untuk mengganti semua dana yang diperlukan oleh unit
kerja tersebut.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan: bukan birokrasi
tetapi pemenuhan kebutuhan pelanggan.
Seringkali pemerintah tradisional salah dalam
mengidentifikasikan pelanggannya, pemerintah memiliki
anggapan bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut
dalam pembahasan anggaran adalah pelanggannya.
Padahal pelanggan yang sebenarnya adalah masyarakat,
yang cenderung dilupakan. Pemerintah wirausaha tidak
akan seperti itu, ia akan mengidentifikasikan pelanggan
131 Anggaran Sektor Publik

yang sesungguhnya. Mereka menciptakan sistem


pertanggungjawaban ganda (dual accountability) pada
legislatif dan masyarakat. Dengan cara ini maka
pemerintah tidak akan arogan, tetapi secara terus menerus
akan berupaya lebih memuaskan masyarakat.
7. Pemerintahan Wirausaha: tidak sekedar membelanjakan,
tetapi mampu menciptakan pendapatan
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang
upaya untuk menghasilkan pendapatan dan aktivitasnya.
Padahal banyak yang bisa dilakukan untuk menghasilkan
pendapatan dari proses penyediaan pelayanan publik.
Pemerintah daerah wirausaha melakukan pengembangan
berbagai pusat pendapatan, contohnya: pemberian hak
guna usaha yang menarik para pengusaha dan
masyarakat, penyertaan modal Bappeda dan BPS, yang
menjual informasi mengenai daerahnya ke pusat-pusat
penelitian, BUMN/BUMD, dan lain sebagainya.
8. Pemerintah Antisipatif: berusaha untuk mencegah daripada
mengobati.
Pemerintah tradisional yang birokrastis memusatkan diri
pada produksi pelayanan publik guna memecahkan
masalah publik. Ada kecenderungan pada pemerintah
birokratis untuk bersifat reaktif, contoh pada satuan
pemadam kebakaran, jika tidak terjadi kebakaran maka
tidak akan ada upaya pemecahan. Pemerintah wirausaha
tidak reaktif namun proaktif, yaitu yang tidak hanya
mencoba untuk mencegah masalah, namun juga berupaya
Ekonomi Publik 132

keras untuk mengantisipasi masa depan dengan


menggunakan perencanaan strategis dalam menciptakan
visi.
9. Pemerintah Desentralisasi: dari hirarkhi menuju partisipatif
dan tim kerja.
Pemerintahan yang sentralistis dan hierarkhis sangat
diperlukan pada era lima puluh tahun yang lalu, dimana
pengambilan keputusan harus berasal dari pusat. Di waktu
itu, sistem tersebut cocok sebab teknologi informasi masih
sangat primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih
lamban, dan aparatur pemerintah masih relatif belum
terdidik (masih memerlukan petunjuk langsung atas apa-
apa yang harus dilakukan). Namun diera sekarang, dimana
keadaan telah berubah, perkembangan teknologi sudah
sangat maju, keinginan/kebutuhan masyarakat dan bisnis
menjadi sangat kompleks, dan staf pemerintah telah
banyak yang berpendidikan tinggi. Maka pengambilan
keputusan harus digeser ke tangan pelanggan,
masyarakat, asosiasi-asosiasi, dan lembaga swadaya
masyarakat.
10.Pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar: bukan
dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan
pemaksaan), tetapi pada mekanisme pasar (sistem
insentif).
Terdapat dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme
pasar dan mekanisme administratif. Terbukti dari keduanya
bahwa mekanisme pasar adalah yang terbaik dalam
133 Anggaran Sektor Publik

mengalokasi sumberdaya. Pasar tradisional memakai


mekanisme administratif, sedangkan pemerintah wirausaha
memakai mekanisme pasar. Pada mekanisme
administratif, pemerintah tradisional memakai pengendalian
dan perintah. Sedangkan pada mekanisme pasar,
pemerintah wirausaha tidak memerintahkan dan
mengawasi namun memakai dan mengembangkan sistem
insentif supaya orang tidak melakukan aktivitas/kegiatan
yang merugikan masyarakat. Timbulnya konsep New
Public Management berperngaruh langsung pada konsep
anggaran publik. Salah satu pengaruhnya yang terjadi
adalah perubahan sistem anggaran dari model anggaran
tradisional menjadi anggaran dengan orientasi pada
kinerja.

Perubahan Pendekatan Anggaran


Munculnya era New Public Management merupakan
reformasi sektor publik yang mendorong usaha untuk
mengembangkan pendekatan yang sistematis dalam
merencanakan anggaran sektor publik. Dengan adanya
perkembangan tersebut, timbulnya berbagai cara
penganggaran sektor publik, contohnya teknik anggaran kinerja
Zero Based Budgeting (ZBB), Performance Budgeting, dan
Planing Progamming and Budgeting System (PPBS).
Karakteristik umum pada pendekatan baru dalam sistem
anggaran publik tersebut antara lain:
1. Komprehensi/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
Ekonomi Publik 134

3. Proses pengambilan kepeutusan yang rasional


4. Berjangka Panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis benefit dan total cost (termasuk opportunity cost)
7. Orientasi pada outcome, input, dan output, bukan sekedar
input
8. Adanya pengawasan kerja

Anggaran Kinerja
Penyusunan pendekatan kinerja adalah untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan dalam anggaran tradisional
karena tidak adanya tolak ukur yang dapat dipakai untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian sasaran dan tujuan pada
pelayanan publik. Penilaian kinerja didasarkan pada
pelaksanaan value for money dan efiktivitas anggaran. Peranan
pemerintah sesuai pendekatan anggaran kinerja akan dapat
dikendalikan dan diawasi melalui audit keuangan, audit kinerja,
penerapan internal cost awareness, serta evaluasi kinerja
eksternal. Atas hal ini maka diperlukan adanya program dan
tolak ukur sebagai standar kinerja. Pada dasarnya sistem
anggaran kinerja adalah sistem yang meliputi aktivitas
penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai alat guna
mencapai sasaran dan tujuan program. Pada penyusunan
anggaran diterapkan sistem anggaran kinerja yang dimulai
dengan perumusan program dan penyusunan struktur
organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.
Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta
135 Anggaran Sektor Publik

penentuan indikator kinerja yang dipakai sebagai tolak ukur


dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.

Pendekatan Zero Based Budgeting (ZBB)


Konsep Zero Based Budgeting (ZBB) bertujuan untuk
mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggaran
tradisional yaitu penyusunan anggaran yang bersifat line-item
dan incremental. Pada ZBB tidak memakai patokan pada
anggaran tahun lalu dalam penyusunan anggaran tahun ini,
namun penentuan anggaran berdasarkan pada kebutuhan yang
terjadi pada saat ini.
1. Proses implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Identifikasi unit-unit keputusan
Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit
pembuat keputusan yang berfungsi salah satunya untuk
menyiapkan anggaran. Suatu unit keputusan terdiri atas
kumpulan dari unit-unit keputusan dengan level yang
lebih kecil.
b. Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan sebagai gambaran komprehensif
tentang bagian dari kegiatan organisasi atau fungsi yang
dapat dievaluasi secara individual. Manajer membuat
paket keputusan dengan menunjukkan detail estimasi
biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk
pencapaian tugas dan perolehan manfaat.
Ada dua jenis paket keputusan, yaitu:
• Paket keputusan mutually-exclusive
Ekonomi Publik 136

Adalah paket-paket keputusan yang memiliki


fungsi sama. Jika pemilihan salah satu paket
program atau kegiatan, maka konsekuensinya
adalah tidak menerima/menolak semua alternatif
yang lain.
• Paket keputusan incremental
Paket ini merefleksikan tingkat usaha yang
berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam
melakukan aktivitas tertentu. Terdapat base
package yang menunjukkan tingkat minimal suatu
kegiatan, dan paket lain yang tingkat aktivitasnya
lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap
kenaikan level aktivitas dan juga berpengaruh
terhadap biaya. Setiap paket mempunyai manfaat
dan biaya yang dengan jelas dapat ditabulasikan.
c. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Pada tahap meranking dan mengevaluasi paket
keputusan ini sebagai penghubung menuju proses
alokasi sumber daya diantara beberapa aktivitas baik
yang telah ada maupun yang baru sama sekali.

Keunggulan dari Zero Based Budgeting adalah:


a. Apabila ZBB dilakukan dengan baik akan dapat
mewujudkan alokasi sumber daya dengan lebih efisien.
b. ZBB berfokus pada value for money.
c. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi
dan ketidakefektifan biaya.
137 Anggaran Sektor Publik

d. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam


proses penyusunan anggaran.
e. Sebagai cara yang sistematik guna menggeser status quo
dan mendorong organisasi dalam pengujian alternatif
kegiatan dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran.

Kelemahan dari Zero Based Budgeting adalah:


a. Prosesnya memakan waktu lama (time customing), terlalu
teoretis dan tidak praktis, membutuhkan biaya yang besar,
serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan.
b. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek.
c. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju.
d. Masalah dalam proses merangking dan mereview paket
keputusan.
e. Untuk melakukan perangkingan paket keputusan
dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang mungkin tidak
dimiliki organisasi.
f. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa
semua paket keputusan harus masuk anggaran.
g. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan
dalam organisasi.

Pendekatan Planning, Programming and Budgeting System


(PPBS)
PPBS adalah cara anggaran dengan orientasi pada
tujuan dan output guna alokasi sumber daya sesuai dasar
analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS berdasarkan program
Ekonomi Publik 138

yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu,


dan tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisional
yang terdiri dari divisi-divisi. PPBS merupakan model
penganggaran dengan tujuan untuk membantu manajemen
pemerintah dalam pembuatan keputusan alokasi sumber daya
dengan cara yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber
daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara
tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya.

Proses Implementasi PPBS


Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi:
a. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit
organisasi dengan jelas.
b. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Mengadakan evaluasi pada beberapai alternatif program
dengan menghitung pada masing-masing program cost-
benefit nya.
d. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan
biaya yang kecil.
e. Pengalokasian sumber daya ke masing-masing program
yang telah disetujui.

PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka


panjang, dimana kuncinya pada penyusunan program-program
yang berhubungan dengan tujuan organisasi dan tersebar ke
seluruh bagian organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS
139 Anggaran Sektor Publik

harus dapat melaporkan manfaat/hasil program, dan bukan


hanya jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.

Karakteristik PPBS antara lain:


a. Fokus pada tujuan dan program/aktivitas guna pencapaian
tujuan.
b. Secara eksplisit menerangkan implikasi pada tahun
anggaran yang akan datang sebab orientasi PPBS adalah
pada masa datang.
c. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
d. Melakukan analisis secara sistematik pada beberapa
alternatif program, yang mencakup:
1. Identifikasi tujuan
2. Identifikasi dengan cara sistematik alternatif program
guna pencapaian tujuan
3. Estimasi biaya total dari masing-masing alternatif
program
4. Estimasi hasil/manfaat yang ingin dicapai dari
masing- masing alternatif program.

Kelebihan PPBS antara lain:


a. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari
manajemen puncak ke manajemen menengah.
b. Dalam jangka waktu panjang dapat mengurangi beban
kerja.
c. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar
biaya (cost-consciousness/cost awareness) dalam
perencanaan program.
Ekonomi Publik 140

d. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan


komunikasi, koordinasi, dan kerja sama antar departemen.
e. Menghilangkan program yang overlapping atau
bertentangan dengan pencapaian tujuan organisasi.
f. PPBS memakai teori marginal utility, yang dapat
mendorong alokasi sumber daya dengan optimal.

Kelemahan PPBS antara lain:


a. PPBS memerlukan sistem yang canggih, ketersediaan
data, adanya sistem pengukuran, dan staf yang
mempunyai kapabilitas tinggi.
b. Implementasi PPBS memerlukan biaya yang tidak sedikit
sebab PPBS memerlukan teknologi yang canggih.
c. PPBS secara teori adalah bagus, tetapi dalam
implementasinya sulit.
d. PPBS tidak memperhatikan realitas politik dan realitas
organisasi sebagai kumpulan manusia yang kompleks.
e. PPBS adalah cara anggaran berorientasi pada statistik
(statistically oriented). Pemakaian statistik terkadang
kurang tajam dalam pengukuran keseluruhan efektivitas
program.
f. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini
berkaitan dengan sifat program dalam alokasi biaya,
dimana sistem akuntansi yang dibuat sesuai departemen
dan bukannya program.
141 Anggaran Sektor Publik

Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS adalah:


a. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis
semua alternatif untuk melakukan aktivitas.
b. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif,
terutama untuk mengukur output.
c. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di
masa depan, perubahan politik, dan ekonomi.
d. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan
yang sangat berat.
e. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perangkingan
program terutama ketika terdapat pertentangan
kepentingan (conflict of interest).
f. Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan
perubahan program secara cepat dan tepat.
g. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang
besar untuk berubah (resistence to change).
h. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan
proses pengambilan keputusan politik. Politik berusaha
membuat pelaksanaan lebih technocratic yang hal tersebut
bisa mempengaruhi proses penganggaran.
i. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang
tidak rasional.

8.4 KOMPONEN-KOMPONEN ANGGARAN SEKTOR


PUBLIK
Anggaran yang harus disusun oleh suatu perusahaan
terdiri dari berbagai jenis anggaran, tetapi pada dasarnya
anggaran perusahaan dapat dikategorikan ke dalam beberapa
Ekonomi Publik 142

kelompok anggaran. Kelompok anggaran tersebut antara lain


adalah sebagai berikut:
1. Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan
yang mencakup semua kegiatan utama perusahaan dalam
memperoleh pendapatan di dalam suatu periode tertentu.
Anggaran operasional mencakup anggaran pendapatan,
anggaran biaya (anggaran biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, anggaran biaya overhead, biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum), dan anggaran
laba.
2. Anggaran keuangan adalah anggaran yang berkaitan
dengan rencana pendukung aktivitas operasi perusahaan.
Anggaran keuangan mencakup beberapa jenis anggaran,
yaitu anggaran investasi, anggaran kas, dan anggaran
neraca (Rudianto, 2009).

Sedangkan dalam buku karangan Gunawan Adisaputro


dan Yunita Anggraini (2011: 6-7), pandangan lain berpendapat
bahwa pengendalian terbagi menjadi tiga jenis pengendalian
sebagai berikut:
1. Pengendalian Awal
Pengendalian ini dipergunakan sebelum kegiatan atau
tindakan dilaksanakan untuk menjamin bahwa sumber
daya manusia dan bahan mentah telah disiapkan dan
perusahaan telah siap untuk melaksanakan kegiatan.
2. Pengendalian Berjalan
Pemantauan dengan menggunakan observasi personal
dan laporan-laporan terhadap aktivitas berjalan untuk
143 Anggaran Sektor Publik

menjamin bahwa tujuan dapat dicapai dan kebijakan


serta prosedur telah diterapkan dengan benar selama
operasi perusahaan.
3. Pengendalian Umpan Balik
Tindakan pasca operasi, yakni memfokuskan pada hasil
periode sebelumnya untuk mengendalikan aktivitas
dimasa akan datang.

Penerapan Anggaran di Berbagai Jenis Organisasi


Pada dasarnya perencanaan dan pengendalian laba
dapat diterapkan di semua organisasi (nirlaba atau berorientasi
laba), baik organisasi jasa maupun manufaktur pada berbagai
ukuran dan keadaan. Bila kegiatan operasional sangat luas,
biasanya diperlukan lebih dari satu atau dua manajer, sehingga
sangat mungkin muncul kebutuhan untuk menerapkan
perencanaan dan pengendalian laba. Namun di beberapa
perusahaan terutama perusahaan yang sangat kecil tentu
memiliki kebutuhan yang berbeda dengan perusahaan besar.
Sebagaimana yang terjadi di akuntansi, sistem
perencanaan dan pengendalian laba tunggal yang cocok untuk
semua organisasi tidak dapat atau sulit dirancang. Sistem
perencanaan dan pengendalian laba harus disesuaikan dengan
kebutuhan setiap perusahaan, dan sistem ini harus senantiasa
disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan
dan lingkungan (Anggarini, 2011).
Menurut (Baldric Siregar, dkk, 2016) dalam bukunya
juga menyebutkan jika perencanaan sangat penting dan mutlak
dilakukan oleh manajemen untuk mencapai keberhasilan
Ekonomi Publik 144

perusahaannya, baik perusahaan besar maupun kecil. Banyak


perusahaan yang mengalami kegagalan karena perencanaan
yang buruk.
Perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga kategori,
antara lain:
1. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis yaitu proses penentuan tujuan dan
strategi untuk mencapai tujuan, termasuk pengambilan
keputusan alokasi sumber daya perusahaan, sumber
daya manusia dan sumber daya fisik yang lain, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Asumsi yang
harus dibangun dalam perencanaan strategis adalah
perusahaan harus cepat merespons perubahan
lingkungan yang selalu berubah-ubah (dinamis) yang
mungkin akan memerlukan perubahan di masa
mendatang.
2. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan jangka panjang atau dikenal sebagai
anggaran jangka panjang adalah rencana yang
mempunyai cakupan waktu tiga sampai lima tahun
kedepan. Perencanaan jangka panjang dapat berupa
rencana kegiatan, misalnya rencana perluaan bangunan
dan fasilitas pabrik, dan dapat pula berupa pencapaian
hasil keuangan yang ditargetkan, misalnya laba per
lembar saham untuk lima tahun kedepan. Perencanaan
ini dilakukan untuk mendukung pencapaian tujuan yang
145 Anggaran Sektor Publik

telah ditetapkan dalam perencanaan strategis dan akan


menjadi acuan dalam perencanaan jangka pendek.
3. Perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek, atau dikenal dengan
perencanaan operasional, adalah perencanaan tentang
langkah-langkah yang akan dijalankan oleh perusahaan
dalam suatu periode (misalnya kuartal, semester, atau
tahun). Rencana ini disusun secara sistematis, lebih
bersifat kuantitatif, dinyatakan dalam satuan mata uang,
menitikberatkan pada keadaan intern perusahaan karena
kondisi ekstern diterima apa adanya dan biasanya
dinyatakan dalam bulan, kuartal, semester, atau tahun.
Ekonomi Publik 146

BAB IX
PENGELUARAN PEMERINTAH

9.1 PENGERTIAN PENGELUARAN PEMERINTAH


Terdapat beberapa jenis kebijakan anggaran dalam
kebijakan fiskal antara lain anggaran berimbang, anggaran
surplus dan anggaran defisit. Dalam pengertian umum,
anggaran berimbang yaitu suatu kondisi di mana penerimaan
sama dengan pengeluaran (G=T). Anggaran surplus yaitu
pengeluaran lebih kecil dari penerimaan (G<T). Sedangkan,
anggaran defisit yaitu anggaran pengeluaran lebih besar dari
penerimaan (G>T). Anggaran surplus digunakan jika
pemerintah ingin mengatasi masalah inflasi. Sedangkan
anggaran defisit digunakan jika pemerintah ingin mengatasi
masalah pengangguran dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Jika pemerintah merencanakan peningkatan
pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi angka pengangguran
maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya.
(Mangkoesoebroto, 1994)
Pengeluaran pemerintah terdiri dari:
1. Pengeluaran rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang dipakai guna
penyelenggaraan dan pemeliharaan pemerintah yang
mencakup belanja barang, belanja pegawai, pembayaran
bunga utang, subsidi dan pengeluaran rutin lainnya.
Melalui pengeluaran rutin, pemerintah dapat menjalankan
misinya dalam rangka menjaga kelancaran
147 Pengeluaran Pemerintah

penyelenggaraan pemerintah, kegiatan operasional dan


pemeliharaan aset negara, pemenuhan kewajiban
pemerintah kepada pihak ketiga, perlindungan kepada
masyarakat miskin dan kurang mampu serta menjaga
stabilitas perekonomian. (Mangkoesoebroto, 1994). Yang
berperan dalam menunjang kelancaran mekanisme
sistem pemerintahan serta meningkatkan efisiensi dan
produktivitas, sehingga menunjang tercapainya sasaran
dan tujuan setiap tahap pembangunan adalah anggaran
belanja rutin. Besarnya anggaran belanja tersebut
dipengaruhi oleh beberapa kebijakan pemerintah dalam
mengelola keuangan negara dan stabilitas perekonomian,
contohnya perbaikan pendapatan aparatur pemerintah,
penghematan pembayaran bunga utang, dan pengalihan
subsidi supaya tepat sasaran. Kenaikan pengeluaran
pemerintah biasanya dari pos belanja pegawai yang
dialokasikan untuk menaikan gaji pegawai dan
pensiunan. Selain itu, juga terjadi pada pos pembayaran
bunga utang luar negeri dan dalam negeri. Perbedaan
karakteristik yang paling mendasar antara pinjaman
dalam dan luar negeri yaitu pada saat implikasi di saat
pengembalian. Dalam kasus pinjaman dalam negeri,
pembayaran bunga utang oleh pemerintah akan kembali
dinikmati oleh masyarakat Indonesia karena terjadi
transfer pendapatan oleh kelompok masyarakat yang
membayar pajak kepada kelompok masyarakat yang
menjadi kreditur. Dampak dari aliran ini masih berputar di
Ekonomi Publik 148

dalam negeri karena masing-masing pihak adalah warga


negara Indonesia. Sedangkan dalam kasus pinjaman luar
negeri, terjadi aliran dampak ekonomi (multiplier effect)
yang berbeda. Pihak-pihak yang menerima pengembalian
pinjaman adalah pihak kreditur di luar negeri.
(Mangkroesoeboto, 1994). Jumlah utang luar negeri yang
semakin besar menyebabkan anggaran yang digunakan
untuk membayar bunga utang juga semakin meningkat.
Meningkatnya jumlah pembayaran bunga utang tersebut
selain disebabkan oleh membengkaknya jumlah utang
jatuh tempo juga dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing. Selain pengeluaran
untuk belanja pegawai dan pembayaran bunga utang, pos
lain yang menarik adalah pengeluaran pemerintah untuk
berbagai subsidi. Satu pos diantaranya yang berperan
cukup besar adalah subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Subsidi ini muncul pada pada tahun 1997/1998 sebagai
akibat dari melonjaknya harga minyak mentah di pasar
dunia menyebabkan meningkatnya biaya pengadaan
BBM sehingga melebihi hasil penjualan BBM itu sendiri.
Akibatnya pemerintah terpaksa memberikan subsidi
terutama terhadap minyak tanah dan solar. Efisiensi dan
penghematan pengeluaran rutin diperlukan guna
penambahan besarnya tabungan pemerintah yang
digunakan sebagai pembiayaan pembangunan nasional.
Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain
diupayakan melalui penajaman alokasi pengeluaran rutin,
149 Pengeluaran Pemerintah

pengendalian dan koordinasi pelaksanaan pembelian


barang dan jasa kebutuhan departemen atau lembaga
negara non departemen dan pengurangan berbagai
macam subsidi secara bertahap. (Dumairy, 1997)
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan yaitu pengeluaran yang
digunakan untuk membiayai pembangunan di bidang
ekonomi, sosial dan umum dan yang bersifat menambah
modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik
prasarana fisik maupun non fisik yang dilaksanakan
dalam periode tertentu. Anggaran pembangunan secara
fisik maupun nonfisik selalu disesuaikan dengan dana
yang dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada
berbagai bidang sesuai dengan prioritas yang telah
direncanakan. Peranan anggaran pembangunan lebih
ditekankan pada upaya penciptaan kondisi yang stabil
dan kondusif bagi berlangsungnya proses pemulihan
ekonomi dengan tetap memberikan stimulus bagi
pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam kaitan dengan
pengelolaan APBN secara keseluruhan dengan
keterbatasan sumber pembiayaan yang tersedia maka
pencapaian sasaran pembangunan harus dilakukan
seoptimal mungkin. (Nota Keuangan dan APBN, 2004).
Sehubungan dengan hal tersebut formulasi distribusi dan
alokasi dari penentuan besarnya pengeluaran memegang
peranan penting dalam pencapaian target kebijaksanaan
fiskal. Selain itu, pengelolaan anggaran pembangunan
Ekonomi Publik 150

harus merupakan bagian yang utuh dari upaya


menciptakan anggaran pendapatan dan belanja negara
yang sehat dengan pengurangan secara bertahap peran
pembiayaan yang bersumber dari luar negeri tanpa
mengurangi upaya menciptakan pertumbuhan yang
berkesinambungan. Pengeluaran pembangunan
dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai
dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Pembiayaan
pembangunan rupiah dibiayai dari sumber pembiayaan
dalam negeri dan luar negeri dalam bentuk pinjaman
program. Pengelolaan dana tersebut akan dialokasikan
kepada departemen dan dan lembaga pemerintah non
departemen di tingkat pusat termasuk departemen
Hankam dan pemerintah daerah yang diklasifikasikan ke
dalam dana pembangunan yang dikelola instansi pusat
dan dana pembangunan yang dikelola daerah. (Basri,
2002). Dalam rangka menutupi kesenjangan antara
kebutuhan pembangunan dengan kemampuan dana
dalam negeri maka pembiayaan proyek masih tetap
dibutuhkan. Pembiayaan proyek bersumber dari luar
negeri dalam bentuk pinjaman proyek dan dimanfaatkan
untuk pembangunan sumber daya manusia di bidang
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial dalam
rangka mendukung program jaringan pengaman sosial,
penyediaan sarana dan prasarana transportasi,
pembangunan di bidang pertanian, tenaga listrik dan
pengairan. Di samping itu juga dilakukan pengadaan
151 Pengeluaran Pemerintah

prasarana pendukung Hankam, Telekomunikasi dan


pembangunan prasarana perkotaan. (Basri, 2002).
Sebagaimana diamanatkan oleh UU No.17 Tahun 2003,
maka sistem penganggaran mengacu pada praktik-praktik
yang berlaku secara internasional. Berdasarkan GFS
Manual 2001 (Government Financial Statistics), secara
implisit sistem penganggaran belanja negara memakai
sistem unified budget, dimana tidak ada pemisahan
antara pembangunan dan pengeluaran rutin, sehingga
klasifikasi menurut ekonomi tidak sama dengan
sebelumnya. Penyatuan anggaran antara pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan serta
pengklasifikasian anggaran belanja pemerintah pusat
menurut jenis belanja, organisasi dan fungsi ditetapkan
sejak tahun 2005 (Nota Keuangan dan RAPBN, 2005).
Dengan berbagai perubahan dan penyesuaian format dan
struktur belanja negara yang baru, maka belanja negara
menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari:
(i) belanja pegawai,
(ii) belanja barang,
(iii) subsidi,
(iv) bantuan sosial,
(v) belanja modal,
(vi) hibah,
(vii) pembayaran bunga utang, dan
(viii) belanja lain-lain.
Sedangkan belanja untuk daerah, sebagaimana yang
Ekonomi Publik 152

berlaku selama ini terdiri dari:


(i) dana perimbangan, dan
(ii) dana otonomi khusus dan penyesuaian.
Karena terjadi perubahan struktur dan format belanja
negara menurut jenis belanja maka secara otomatis tidak
ada lagi pemisahan antara belanja pembangunan dan
belanja rutin (unified budget) (Suminto, 2004). Beberapa
pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting
dalam belanja tersebut antara lain: (Suminto, 2004)
1. Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran
negara yang digunakan untuk membayar gaji
pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang
menjadi haknya, dan membayar honorarium,
lembur, tunjangan khusus dan belanja pegawai,
serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan
(kontribusi sosial). Yang temasuk dalam klasifikasi
tersebut adalah belanja gaji/upah proyek yang
selama ini digolongkan sebagai pengeluaran
pembangunan. Pada format ini, akan tampak
adanya tumpang tindih antara belanja pegawai yang
diklasifikasikan sebagai rutin dan pembangunan,
sehingga nantinya efisiensi akan dapat diraih.
2. Demikian juga dengan belanja barang yang
seharusnya digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional pemerintahan untuk pengadaan barang
dan jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara.
Demikian juga sebaliknya sering diklasifikasikan
153 Pengeluaran Pemerintah

sebagai pengeluaran pembangunan.


3. Belanja modal menampung seluruh pengeluaran
negara yang dialokasikan untuk pembelian barang-
barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset
tetap dan aset lainnya). Pos belanja modal dirinci
atas:
(i) belanja modal asset tetap/fisik, dan
(ii) belanja modal aset lainnya/non-fisik.
Dalam praktiknya selama ini belanja lainnya nonfisik
secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga
dan perjalanan yang tidak terkait langsung dengan
investasi untuk pembangunan. Subsidi mampu
menampung seluruh pengeluaran negara yang
diproyeksikan untuk membayar beban subsidi atas
komoditas strategis dan vital yang menguasai hajat
hidup orang banyak, guna menjaga stabilitas harga
sehingga menjangkau sebagian besar golongan
masyarakat. Pengalokasian subsidi tersebut
dilakukan melalui perusahaan swasta dan
perusahaan negara.
4. Terdapat jenis subsidi yang pada praktiknya tidak
ada unsur subsidinya, maka belanja tersebut
digolongkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial
menerima seluruh pengeluaran negara yang
diproyeksikan sebagai transfer barang/uang yang
diberikan kepada penduduk, untuk melindungi dari
kemungkinan terjadinya risiko sosial, contohnya
Ekonomi Publik 154

transfer untuk pembayaran dana kompensasi sosial.


5. Belanja bagi daerah menampung seluruh
pengeluaran pemerintah pusat yang diproyeksikan
ke daerah, yang dimanfaatkan sepenuhnya oleh
daerah.

Teori Pengeluaran Pemerintah


Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan
pemerintah, jika pemerintah telah menentukan kebijakan untuk
membeli jasa dan barang, pengeluaran pemerintah
menggambarkan biaya yang harus dikeluarkan pemerintah
guna melakukan kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto, 1994).
Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah berasal dari
identitas keseimbangan pendapatan nasional, dimana
Y = C + I + G + (X-M), merupakan sumber legitimasi
pandangan kaum Keynesian mengenai hubungan campur
tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan
diatas dapat ditelaah bahwa kenaikan atau penurunan
pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan
pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang mendasari
pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur
pengeluarannya. Pemerintah bukan hanya memikirkan dalam
meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan pengeluaran,
namun perlu mempertimbangkan sasaran yang akan
menikmati kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pengeluaran
dengan tujuan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan
nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak
memadai. Melainkan harus diperhitungkan siapa yang akan
155 Pengeluaran Pemerintah

terpekerjakan atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun


perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam
perekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta.
(Dumairy, 1997)
Teori tentang pengeluaran pemerintah digolongkan
menjadi dua bagian yaitu teori makro dan teori mikro
(Mangkoesoebroto, 1994).

9.2 TEORI MAKRO


Dalam arti riil, pengeluaran pemerintah dapat digunakan
sebagai indikator besarnya aktivitas pemerintah yang dibiayai
oleh pengeluaran pemerintah, semakin besar dan banyak
aktivitas pemerintah, maka semakin besar pula pengeluaran
pemerintah yang bersangkutan (Suparmoko, 2003).
Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah
terdiri dari tiga pos utama yang dapat digolongkan sebagai
berikut (Boediono,1999):
a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
Perubahan gaji pegawai memiliki pengaruh pada proses
makro ekonomi, yaitu mempengaruhi tingkat permintaan
secara tidak langsung.
c. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment
Transfer payment adalah mencatat pembayaran atau
pemberian langsung pada warganya, bukanlah pembelian
jasa atau barang oleh pemerintah. Hal ini mencakup antara
lain: pembayaran pensiun, pembayaran subsidi atau
Ekonomi Publik 156

bantuan langsung pada beberapa golongan masyarakat,


pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah pada
masyarakat. Secara ekonomis transfer payment memiliki
status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai
walaupun secara administrasi keduanya berbeda
(Boediono, 1999).

Pada dasarnya pembangunan ekonomi ialah usaha


yang memperluas kebebasan dan kemampuan memilih.
Terciptanya pembangunan ekonomi sangat tergantung dari
peran pemerintah yang dimanifestasikan lewat pengeluaran
pemerintah. Pengeluaran pemerintah melambangkan kebijakan
pemerintah, jika pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan
dalam pembelian barang dan jasa, maka pengeluaran
pemerintah melambangkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Teori
tentang perkembangan pengeluaran pemerintah oleh para ahli
ekonomi pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi tiga
golongan (Mangkoesoebroto, 2008).

Model Pembangunan tentang Perkembangan


Pengeluaran Daerah

Rostow & Musgrave menghubungkan antara tahap-


tahap pembangunan ekonomi dengan perkembangan
pengeluaran pemerintah yaitu tahap awal, tahap menengah
dan tahap lanjut, terdiri dari:
• Tahap awal: perkembangan ekonomi, persentase investasi
pemerintah terhadap total investasi besar karena
157 Pengeluaran Pemerintah

pemerintah harus mengadakan prasarana contohnya


kesehatan, pendidikan, prasarana transportasi, dll.
• Tahap menengah: Investasi pemerintah tetap diperlukan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat
tinggal landas, namun peranan investasi swasta sudah
semakin besar. Meskipun demikian, peranan pemerintah
tetap besar pada tahap ini karena peranan swasta yang
semakin besar akan menimbulkan banyak kegagalan pasar
dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan
barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak
dan kualitas yang lebih baik. Selain itu pada tahap
menengah, perkembangan ekonomi menyebabkan
terjadinya hubungan antar sektor ekonomi yang makin
kompleks, sehingga pemerintah harus turun tangan untuk
melindungi penduduk dari eksternalitas negatif suatu sektor
dan melindungi buruh dalam meningkatkan
kesejahteraannya. Musgrave juga berpendapat bahwa
dalam suatu proses pembangunan, persentase investasi
swasta terhadap PDB akan semakin besar dan sebaliknya
persentase investasi pemerintah terhadap PDB akan
semakin kecil.
• Tahap lanjut: Pembangunan ekonomi dan aktivitas
pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke
pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti
program kesejahteraan hari tua dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

Musgrave dan Rostow mengemukakan teori


Ekonomi Publik 158

perkembangan peranan pemerintah adalah suatu pandangan


yang timbul karena pengamatan atas dasar pembangunan
ekonomi yang dialami oleh banyak negara, namun tidak
berdasarkan teori tertentu. Disamping itu, tidak jelas apakah
tahap pertumbuhan ekonomi terjadi beberapa tahap dapat
terjadi secara simultan, ataukah terjadi tahap demi tahap.

Hukum Wagner
Teori Wagner tentang perkembangan pengeluaran
pemerintah semakin meningkat dalam persentase terhadap
GNP berdasarkan pengamatan di negara-negara Eropa,
Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19. Pendapat
Wagner dalam bentuk suatu hukum, namun dalam
pandangannya tersebut diterangkan pengertian pertumbuhan
pengeluaran pemerintah dan GNP, dalam pengertian
pertumbuhan secara relatif atau secara absolut. Apabila yang
dimaksud Wagner adalah perkembangan pengeluaran
pemerintah secara relatif sesuai teori Musgrave, maka hukum
Wagner adalah sebagai berikut: Dalam suatu perekonomian,
jika pendapatan per kapita meningkat, maka secara relatif
pengeluaran pemerintah juga akan meningkat. Dasar
hukumnya adalah pengamatan empiris dari negara-negara
maju (Amerika Serikat, Jepang dan Jerman), namun hukum
tersebut memberi dasar timbulnya eksternalitas dan kegagalan
pasar. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, Wagner
menyadari hubungan antara industri dengan industri, hubungan
industri dengan masyarakat, dan lain-lain menjadi semakin
kompleks atau rumit. Tentang hal ini Wagner menjelaskan
159 Pengeluaran Pemerintah

peranan pemerintah yang menjadi semakin besar, terutama


karena pemerintah harus mengatur hubungan dalam
masyarakat, pendidikan, hukum, rekreasi, kebudayaan, dll.
Selanjutnya temuannya oleh Richard A. Musgrave
dinamakan Hukum Pengeluaran Pemerintah yang selalu
Meningkat (The Law of Growing Public Expenditure).
Sedangkan Wagner menamakannya sebagai Hukum Wagner
yaitu Hukum Aktivitas Pemerintah yang selalu Meningkat (The
Law of Ever Increasing State Activity) (Dumairy, 1997). Hukum
itu dapat dirumuskan dengan notasi:

dimana:
GpC : Pengeluaran pemerintah per kapita
YpC : Produk atau pendapatan nasional per kapita
t : Indeks waktu
Hukum tersebut memberi dasar akan timbulnya
eksternalitas dan kegagalan pasar. Wagner memahami bahwa
bertumbuhnya perekonomian mengakibatkan hubungan antara
industri dengan industri, dan hubungan industri dengan
masyarakat akan semakin kompleks dan rumit. Sehingga
potensi terjadinya kegagalan eksternalitas negatif semakin
besar. (Mangkoesoebroto, 1994)
Secara grafik rasio pengeluaran pemerintah terhadap
pendapatan nasional (GpC/YpC) atau (G/Y) ditunjukan oleh
sebuah kurva eksponensial berikut.
Ekonomi Publik 160

Gambar 9.1
Kurva Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan
Nasional berdasarkan Hukum Wagner

sumber: Dumairy, 1997


Persoalan yang belum terpecahkan ialah apakah dalam
jangka panjang kurva tersebut akan berpola Gompertsian
(berarti sampai dengan suatu titik tertentu rasio G/Y akan
kembali menurun) sesuai yang diperlihatkan oleh gambar kurva
Gompertsian di bawah ini. (Dumairy, 1997)

Gambar 9.2 Kurva Gompertsian

sumber: Dumairy, 1997


161 Pengeluaran Pemerintah

Kelemahan hukum Wagner yaitu tidak didasarkan pada


suatu teori pemilihan barang publik. Dasar teori Wagner yakni
disebut organic theory of state yaitu teori organis dimana
pemerintah sebagai individu yang bebas dalam bertindak
terlepas dengan masyarakat lain. Sesuai pada gambar dibawah
ini peranan pemerintah secara relatif semakin meningkat.
(Mangkoesoebroto, 1994).

Gambar 9.3
Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner

sumber: Mangkoesoebroto, 1994

Ada lima hal menurut Wagner yang mengakibatkan


pengeluaran pemerintah senantiasa meningkat yaitu urbanisasi
seiring dengan pertumbuhan ekonomi, tuntutan peningkatan
perlindungan pertahanan dan keamanan, kenaikan tingkat
pendapatan masyarakat, perkembangan demokrasi,
perkembangan ekonomi dan ketidakefisienan birokrasi yang
Ekonomi Publik 162

mengiringi perkembangan pemerintahan (Dumairy, 1997).

Teori Peacock dan Wiseman


Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang
mengemukakan teori tentang perkembangan pengeluaran
pemerintah yang terbaik. Peacock dan Wiseman memiliki
pendapat lain dalam menjelaskan perilaku perkembangan
pemerintah. Dasarnya pada suatu analisis penerimaan
pengeluaran pemerintah. Pemerintah selalu berusaha
meningkatkan pengeluarannya dengan cara memperbesar
penerimaan dari pajak, padahal masyarakat tidak menyukai
pembayaran pajak yang besar (Mangkoesoebroto, 1994).
Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada
suatu teori bahwa masyarakat memiliki suatu tingkat toleransi
pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami
besarnya pungutan pajak yang diperlukan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat
memahami bahwa pemerintah memerlukan dana untuk
membiayai kegiatan pemerintah sehingga mereka memiliki
tingkat kesediaan masyarakat dalam membayar pajak. Tingkat
toleransi ini menjadi kendala bagi pemerintah untuk menaikkan
pemungutan pajak dengan semena-mena. Peacock dan
Wiseman menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan pemungutan pajak meningkat meskipun tarif
pajak tidak berubah, dan bertambahnya penerimaan pajak
mengakibatkan pengeluaran pemerintah semakin meningkat
(Basri, 2002).
Sehingga dalam keadaan normal, kenaikan PDB
163 Pengeluaran Pemerintah

mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Jika


keadaan normal terganggu, misal karena perang atau
eksternalitas lain, maka pemerintah terpaksa harus
memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi gangguan
tersebut. Konsekuensinya timbul tuntutan untuk mendapat
penerimaan pajak lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar
mengakibatkan dana swasta untuk berinvestasi dan modal
kerja menjadi berkurang. Efek ini disebut efek penggantian
(displacement effect) yaitu adanya gangguan sosial
mengakibatkan kegiatan swasta dialihkan pada aktivitas
pemerintah (Basri, 2002).
Untuk mengatasi gangguan tidak cukup dibiayai hanya
dengan pajak, sehingga pemerintah harus meminjam dana dari
luar negeri. Setelah gangguan teratasi muncul kewajiban
melunasi utang dan membayar bunga. Pengeluaran pemerintah
yang semakin bertambah bukan hanya karena GNP bertambah
namun karena adanya kewajiban baru tersebut. Akibat lebih
lanjut adalah pajak tidak menurun kembali ke tingkat semula
meskipun gangguan telah berakhir. Selain itu, masih banyak
aktivitas pemerintah yang tampak setelah terjadinya perang
yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Terjadinya
gangguan sosial akan mengakibatkan adanya konsentrasi
kegiatan ke tangan pemerintah yang sebelumnya dilaksanakan
swasta, efek ini disebut efek konsentrasi (concentration effect)
(Mangkoesoebroto, 1994).
Dengan adanya ketiga efek tersebut menyebabkan
bertambahnya aktivitas pemerintah sehingga setelah perang
Ekonomi Publik 164

selesai tingkat pajak tidak menurun kembali pada tingkat


sebelum terjadi perang. Sehingga berbeda dengan pandangan
Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah menurut
Peacock dan Wiseman bentuknya seperti tangga, dan tidak
berbentuk suatu garis. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini (Mangkoesoebroto, 1994).

Gambar 9.4
Kurva teori Peacock dan Wiseman

sumber: Mangkoesoebroto, 1994

Dalam keadaan normal, t ke t+1, pengeluaran


pemerintah dalam persentase terhadap GNP meningkat sesuai
ditunjukan garis AG. Apabila pada tahun t terjadi perang maka
pengeluaran pemerintah meningkat sebesar AC dan kemudian
meningkat sesuai ditunjukan pada segmen CD. Setelah perang
selesai pada tahun t+1 pengeluaran pemerintah tidak menurun
165 Pengeluaran Pemerintah

ke G, hal ini karena pemerintah memerlukan tambahan dana


untuk mengembalikan pinjaman pemerintah yang dipakai dalam
pembiayaan pembangunan.
Kenaikan tarif pajak tersebut dimaklumi oleh masyarakat
sehingga tingkat toleransi pajak meningkat dan pemerintah
dapat memungut pajak yang lebih besar tanpa menimbulkan
gangguan dalam masyarakat. Secara grafik, perkembangan
pengeluaran pemerintah versi Peacock dan Wiseman bukanlah
berpola seperti kurva mulus berslope positif sebagaimana
tersirat dalam pendapat Rostow dan Musgrave. Melainkan
berslope positif dengan bentuk patah-patah seperti tangga yang
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 9.5
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan
Pendapat Rostow Mugrave dan Peacock Wiseman

sumber : Dumairy, 1997


Ekonomi Publik 166

Teori Peacock dan Wiseman dikritik oleh Bird bahwa


selama terjadinya gangguan sosial mengakibatkan pengalihan
aktivitas/kegiatan pemerintah dari pengeluaran sebelum
gangguan ke pengeluaran yang berkaitan dengan gangguan
tersebut. Hal ini akan diikuti oleh peningkatan persentase
pengeluaran pemerintah terhadap PDB. Namun setelah
terjadinya gangguan, persentase pengeluaran pemerintah
terhadap PDB akan menurun dengan perlahan hingga kembali
ke keadaan semula. Sehingga efek pengalihan merupakan
gejala dalam jangka pendek, namun tidak terjadi dalam jangka
panjang (Mangkoesoebroto, 1994).

9.3 TEORI MIKRO


Tujuan dari teori mikro tentang perkembangan
pengeluaran pemerintah adalah menganalisa komponen-
komponen yang menyebabkan permintaan akan barang publik,
dan komponen-komponen yang mempengaruhi tersedianya
barang publik. Hubungan antara penawaran dan permintaan
akan barang publik menentukan jumlah barang publik yang
diperlukan melalui anggaran belanja. Jumlah barang publik
yang akan disediakan tersebut, akan menimbulkan permintaan
akan barang lain. Sebagai contoh, pemerintah menetapkan
akan membuat sebuah pelabuhan udara baru. Pelaksanaan
pembuatan pelabuhan baru tersebut menimbulkan permintaan
akan barang lain yang dihasilkan oleh sektor swasta seperti
semen, baja, alat-alat pengangkutan dan sebagainya (Basri,
2002).
167 Pengeluaran Pemerintah

Teori mikro tentang pengeluaran pemerintah dapat


dirumuskan dibawah ini:

Penentuan Permintaan

Ui = f(G,X)
dimana:
G = Vektor dari barang publik
X = Vektor dari barang swasta
i = Individu
U = Fungsi utilitas

Seorang individu memiliki permintaan akan barang


publik dan swasta, namun permintaan efektif akan barang
tersebut (pemerintah dan swasta) tergantung pada kendala
anggaran (budget constraints). Misalkan seorang individu (i)
membutuhkan barang publik (K) sebanyak Gik. Untuk
menghasilkan barang K sebanyak Gk, pemerintah harus
mengatur sejumlah kegiatan. Misalnya pemerintah berusaha
untuk meningkatkan penjagaan keamanan. Dalam pelaksanaan
usaha meningkatkan keamanan tersebut tidak mungkin bagi
pemerintah untuk menghapuskan sama sekali angka kejahatan.
Karena itu, pemerintah dan masyarakat harus menetapkan
suatu tingkat keamanan yang dapat ditolerir oleh masyarakat.
Suatu tingkat keamanan tertentu dapat dicapai dengan
berbagai kombinasi aktivitas atau dengan menggunakan
berbagai fungsi produksi (Basri, 2002).
Perkembangan pengeluaran pemerintah dapat
dijelaskan dengan beberapa faktor dibawah ini yaitu:
Ekonomi Publik 168

(Mangkoesoebroto, 1994)
• Perubahan permintaan akan barang publik.
• Perubahan dari aktivitas pemerintah dalam
menghasilkan barang publik dan juga perubahan dari
kombinasi faktor produksi yang digunakan dalam
proses produksi.
• Perubahan kualitas barang publik.
• Perubahan harga faktor produksi.

Penentuan Tingkat Output


Barang dan jasa publik yang disediakan oleh
pemerintah ditentukan oleh politisi yang memilih jumlah barang
dan jasa yang dihasilkan. Di samping itu, para politisi juga
menentukan jumlah pajak yang akan dikenakan kepada
masyarakat untuk membiayai barang dan jasa publik tersebut
dalam menentukan jumlah barang dan jasa yang akan
disediakan. Para politisi memperhatikan selera atau keinginan
masyarakat, agar masyarakat merasa puas dan tetap memilih
mereka dalam sebagai wakil masyarakat. Fungsi utilitas para
politisi adalah sebagai berikut: (Basri, 2002)

Up = g (X,G,S)
dimana :
Up = Fungsi utilitas
S = Keuntungan yang diperoleh politisi dalam bentuk materi/
kedudukan
G = Vektor barang publik
X = Vektor barang swasta
Analisa Biaya Manfaat 169

BAB X
ANALISA BIAYA MANFAAT

10.1 FUTURE VALUE DAN PRESENT VALUE


Present Value (nilai yang ada sekarang) adalah
merupakan besarnya jumlah nilai uang, pada awal periode atas
dasar tingkat tertentu, dari sejumlah uang yang baru akan
diterima dalam beberapa periode yang akan datang.
Future Value (nilai yang akan datang) adalah metode
perhitungan pada sebuah nilai uang dimasa yang akan datang,
dari uang yang diterima atau dibayarkan pada masa sekarang,
dengan memperhitungkan tingkat bunga pada nilai uang
tersebut setiap periode selama jangka waktu tertentu.

Rumus & Contoh Soal Present Value


Fungsi Present Value: digunakan dalam menghitung nilai pada
saat ini.
A. Jika pembayaran per tahun

Syntax Present Value (rate; nper; pmt; fv; type)

dimana:
RATE = Jumlah periode.
NPER = Jumlah periode pinjaman
PMT = Jumlah pembayaran setiap periode
FV = Future value atau nilai yang akan datang
Type: nilai 0 atau 1 yang menentukan kapan pembayaran
jatuh tempo, 0 untuk jatuh tempo diakhir periode & 1 untuk
jatuh tempo di awal periode.
170 Ekonomi Publik

Contoh
Ketika Ratna pensiun dalam waktu 25 tahun lagi, sedangkan
Ratih ingin mempunyai uang sebanyak Rp.1.000.000.000
(1 Milyar). Berapakah jumlah nilai uang 1 milyar, pada saat ini
dengan asumsi pemerintah yang mampu mempertahankan
inflasi dengan angka 6% pertahun ?
Keterangan :
Rate adalah 6% (Per tahun)
Nper adalah 25 (tahun)
PMT adalah 0 (tidak ada pembayaran setiap bulannya)
FV adalah 1.000.000.000

Syntax = PV(C70;C71;C72;C73;0)

Maka Hasil dari uang Rp.1.000.000.000 pada 25 tahun lagi


akan setara dengan Rp.232.998.630.50 saat ini.

Berikut adalah Rumus & Contoh lain dari present value


A. PEMBAYARAN BUNGA PER TAHUN
Rumus Present Value Per Tahun:

Po = FV/(1+i)n

Contoh:
Santi menginginkan agar nilai uangnya menjadi Rp 5.555.444
pada 5 tahun yang akan datang nanti. Berapakah jumlah uang
yang harus ditabung Santi saat ini, seandainya diberikan bunga
sebesar 5% per tahun?
Keterangan
Analisa Biaya Manfaat 171

FV = Rp 5.555.444.
i = 5% = 0.05.
n = 5.
Jawaban :
Po = FV/(1+i)n.
Po = Rp. 5.555.444/(1+0.05)5.
Po = Rp.4.352.836.
Jadi jumlah uang yang harus ditabung oleh Santi adalah:
Rp 4.352.836.

B. Pembayaran Bunga dilakukan Per Hari, Triwulan, Kuartal, &


Semester

Rumus Present Value Per Hari,Triwulan, Kuartal, & Semester

Po = FV/(1+(i/m))m.n.

Contoh:
Rani membeli sebuah laptop bermerek hp secara kredit selama
144 bulan & bunga 4% per tahun. Rani membayar bunga per
triwulan. Bila Jumlah uang yang dibayarkan oleh Rani
Rp 4.555.444. Berapakah harga awal laptop yang dibeli Rani
tersebut?
Keterangan:
FV = 4.555.444.
i = 4% = 0.04.
n = 144/12 = 12.
m = 12/3 = 4.
Jawaban:
172 Ekonomi Publik

Po = FV/(1+(i/m))m.n.
Po = 4.555.444/(1+(0.04/4))4.12.
Po = 2.825.562.
Jadi harga awal laptop yang dibeli oleh Rani adalah
Rp 2.825.562.

Rumus Future Value & Contoh Soal


Fungsi Future Value: digunakan dalam menghitung nilai yang
akan datang.
A. Jika pembayaran per tahun
Syntax Future Value (rate;nper;pmt;fv;type).
RATE (Jumlah periode).
NPER (Jumlah periode pinjaman).
PMT (Jumlah pembayaran setiap periode).
FV (Future value atau nilai yang akan datang).
Type (nilai 0 atau 1 yang menentukan kapan pembayaran
jatuh tempo, 0 untuk jatuh tempo diakhir periode & 1 untuk
jatuh tempo di awal periode).

Contoh
Setiap bulannya Adi membeli sebuah Reksadana Saham
sebanyak Rp.3.000.000, Berapakah nilai dari reksadana saham
yang Adi beli dalam waktu 25 tahun lagi, dengan asumsi
reksadana saham tersebut mampu memberikan return investasi
12% pada setiap tahunnya?
Rate = 12% (Dibagi 12 untuk setiap bulannya).
Nper = 300 (25 tahun dikali 2).
Pmt = Rp.3.000.000 (Pembelian reksadana setiap
Analisa Biaya Manfaat 173

bulannya).
Pv = 0 (Adi tidak mempunyai reksadana saat ini).
Type = 1 (Pembelian reksadana di awal bulannya).

Syntax = FV(C89/12;C90;C91;C92;1)

Maka hasil nilai reksadana saham milik Adi dalam waktu 25


tahun yang akan datang adalah Rp.5.692.905.277,35.

Rumus & Contoh Kasus Future Value


Berikut adalah Rumus & Contoh lain dari Future Value
A. PEMBAYARAN BUNGA PER TAHUN
Rumus Future Value Per Tahun

FV = Po (1+i)n

Keterangan :
FV = Nilai pada masa yang akan datang
Po = Nilai pada saat ini
i = Tingkat suku bunga
n = Jangka waktu

Contoh :
Sebuah perusahaan memperoleh pinjaman modal dari suatu
Bank sebesar Rp 5.000.000 untuk membeli peralatan produksi
dengan jangka waktu 5 tahun bunga yang dikenakan sebesar
18% per tahun. Berapa jumlah yang harus dibayar oleh
perusahaan tersebut pada akhir tahun ke 5?
Keterangan:
174 Ekonomi Publik

Po = Rp 5.000.000
i = 18% = 0.18
n=5
Jawaban:
FV = Po (1+i)n
FV = Rp 5.000.000 (1+0.18)5
FV = Rp 11.438.789

Jadi jumlah uang yang harus dibayarkan pada perusahaan


tersebut kepada Bank, pada akhir tahun ke 5 sebesar
Rp 11.438.789.

B. PEMBAYARAN BUNGA PER HARI, TRIWULAN, KUARTAL,


& SEMESTER

Rumus Future Value Per Hari,Triwulan, Kuartal, & Semester

FV = Po (1+(i/m))m.n

Contoh:
Budi membeli sebuah kulkas dengan merek LG dengan kredit
selama waktu 45 bulan, seharga Rp 4.555.555 dan dikenakan
bunga sebesar 5% per tahun. Budi dalam melakukan
pembayaran bunga per kuartal. Berapakah jumlah yang harus
dibayarkan oleh Budi?
Keterangan:
Po = Rp 4.555.555
i = 5% = 0.05
n = 45/12 = 3.75 = 4
Analisa Biaya Manfaat 175

m = 12/4 = 3
Jawaban:
FV = Po (1+(i/m))m.n
FV = 4.555.555 (1+(0.05//3))3.4
FV = 5.555.003
Jadi jumlah harga yang harus dibayar Budi adalah
Rp 5.555.003.

10.2 METODE NET PRESENT BENEFIT


Net present value (NPV) adalah salah satu teknik
dalam capital budgeting untuk mengukur profitabilitas rencana
investasi proyek dengan menggunakan faktor nilai waktu uang.
NPV merupakan selisih antara present value yang didapat
dari investasi yang ditanamkan dengan nilai sekarang dari
penerimaan arus kas masuk dimasa yang akan datang.
Sehingga dapat dikatakan bahwa NPV merupakan arus
kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang
didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan
data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan
pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan.
Rumus Net present value (NPV) adalah:

dimana
176 Ekonomi Publik

Ct = net cash inflow selama periode ‘t’


Co = total initial investment costs
r = discount rate
t = jumlah periode waktu

Aturan investasi dengan menggunakan pendekatan NPV


adalah sebagai berikut

Tabel 10.1 Tabel NPV

Berikut contoh penggunaan rumus NVP dalam


menilai investasi.
Anda akan menginvestasikan uang anda sebesar $1.7 juta.
Perkiraan pendapatan yang akan didapatkan adalah sebagai
berikut:
Akhir Tahun 1 = $120,000.
Akhir Tahun 2 = $250,000.
Akhir Tahun 3 = $550,000.
Akhir Tahun 4 = $1.3 juta.
Tanpa menerapkan nilai depresiasi, dimana discount rate-nya
bernilai 0, maka NPV-nya adalah:
Analisa Biaya Manfaat 177

NPV = Pendapatan – Pengeluaran


NPV = $2.22juta – $1.7 juta
NPV = $520.000
Tanpa memperhatikan discount rate, maka investasi
anda akan menguntungkan, karena NPV > 0. Tetapi hal
tersebut tidak mungkin dilakukan, karena nilai uang kita akan
berkurang di kemudian hari. Misalnya dengan adanya inflasi.
Misalnya kita menentukan nilai sebesar 5% untuk
discount rate. Apakah investasi kita masih menguntungkan ?
Dengan menggunakan rumus yang ada, didapat:
Akhir Tahun 1 = $114,285.70
Akhir Tahun 2 = $226,757.37
Akhir Tahun 3 = $475,110.68
Akhir Tahun 4 = $1,069,513.22
NPV = $1,885,666.97
NPV = $1,885,666.97 – $1.700.000
NPV = $185,666.97
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai investasi kita
masih mempunyai nilai keekonomisan, karena NPV > 0.
Bagaimana jika discount rate dinaikkan menjadi 10%,
apakah nilai investasinya masih tetap menguntungkan ?
Akhir Tahun 1 = $109,090.91
Akhir Tahun 2 = $206,611.57
Akhir Tahun 3 = $413,223.14
Akhir Tahun 4 = $887,917.49
178 Ekonomi Publik

NPV = $1,616,843.11
NPV = $1,616,843.11 – $1.700.000
NPV = - $83,156.89
Mengingat nilai NPV < 0, maka sebaiknya anda tidak
berinvestasi dengan kondisi seperti itu, karena nilai uang anda
di tahun ke 4 berkurang dibandingkan nilai investasi anda.

10.3 METODE INTERNAL RATE RETURN


IRR adalah singkatan dari Internal Rate of Return yang
menjadi salah satu acuan penghitungan efisiensi dari sebuah
investasi. Secara sederhana, penghitungan IRR dapat menjadi
dasar apakah sebuah investasi layak dilakukan atau tidak.
Sebuah investasi yang dianggap layak jalan harus memenuhi
kriteria nilai IRR lebih tinggi ketimbang minimum acceptable
rate of return atau minimum attractive rate of return.
Internal Rate of Return (IRR) sebetulnya adalah metode
untuk menghitung tingkat bunga (discount rate) yang membuat
nilai saat ini dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama
dengan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas yang keluar
(Hazen, 2009). Prinsipnya, IRR adalah rangkaian penghitungan
yang membuat nilai NPV (Net Present Value) menjadi nol.
Dari angka yang didapat, IRR yang lebih besar dari cost
of capital maka menggambarkan bahwa investasi yang
dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang
dirancang sebelumnya. Artinya, perusahaan disarankan
menerima atau menjalankan proyek investasi tersebut.
Analisa Biaya Manfaat 179

Sebaliknya, IRR yang lebih kecil ketimbang cost of


capital memberi gambaran bahwa investasi yang dilakukan
akan menghasilkan return lebih kecil dari yang ditargetkan
sehingga perusahaan lebih baik menolak proyek tersebut.
Sedangkan untuk IRR yang nilainya sama dengan cost
of capital menjadi pertimbangan bahwa investasi yang
dilakukan diperkirakan menghasilkan return sebesar yang
ditargetkan (Peterson, 2002).
Berikut Rumus IRR:

dimana:
IRR = Internal Rate of Return
rk = tingkat bunga yang lebih kecil (rendah)
rb = tingkat bunga yang lebih besar (tinggi)
NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga kecik
TPV rk = Total Present Value pada tingkat bunga kecil
TPV rb = Total Present Value pada tingkat bunga yang besar

IRR adalah tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV


sama dengan nol. Kesimpulannya, bila penghitungan IRR lebih
besar ketimbang discount factor, maka dapat dibilang bahwa
investasi yang akan dilakukan dinilai layak.
Namun jika nilai IRR sama dengan discount factor,
maka investasi yang akan dilakukan dinilai balik modal.
180 Ekonomi Publik

Sementara bila IRR lebih kecil dari discount factor, maka


investasi yang ditanamkan dinilai tidak layak.

10.4 METODE RASIO BIAYA – MANFAAT


Secara teoritis, Benefit Cost Ratio merupakan sebuah
perbandingan antara semua nilai benefit terhadap semua nilai
pengorbanan atau biaya. Secara matematis, dapat dituliskan
melalui persamaan sebagai berikut:

BCR = (Present Value dari Manfaat / Present Value dari


Pengorbanan atau biaya)

Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai


uang saat ini untuk nilai tertentu di masa yang akan datang.
Sebagai gambaran adalah jika anda ingin memiliki uang
sebesar 100 juta tiga tahun mendatang dengan tingkat inflasi
7% per tahun, maka berapa uang yang harus anda persiapkan
dari sekarang?
Dengan menggunakan rumus present value, anda akan
dapat menentukan berapa uang yang harus anda tabung untuk
mendapatkan uang sebesar Rp.100 juta tiga tahun ke depan.
Nilai present value ini dapat kita hitung menggunakan
persamaan sebagai berikut :

PV = Fn/ ( 1 + r ) n

dimana :
Fn = Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
PV = Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
Analisa Biaya Manfaat 181

r = Suku bunga
n = Jumlah Waktu ( tahun )
Sedangkan pengambilan keputusan terhadap kelayakan
dapat dilihat dari nilai BCR yang ditentukan sebagai berikut :
• Jika BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari
proyek tersebut lebih besar daripada pengorbanan yang
dikeluarkan. Sehingga proyek tersebut dapat diterima
atau layak (feasible).
• Sebaliknya jika BCR <1 maka dikatakan bahwa benefit
dari proyek tersebut lebih kecil daripada
pengorbanannya atau proyek tersebut tidak layak (not
feasible).

Contoh Kasus:
Sebuah klinik sedang mempertimbangkan untuk membeli
beberapa peralatan medis baru dengan harga Rp.25.000.000.
Dengan adanya peralatan medis tersebut diperkirakan klinik
tersebut dapat melakukan penghematan sebesar Rp.500.000
per tahun dengan jangka waktu selama 5 tahun. Pada akhir
tahun ke 5 peralatan tersebut memiliki nilai jual sebesar
40.000.000. Dengan tingkat pengembalian investasi sebesar
9% per tahun apakah pembelian peralatan medis akan
menguntungkan bagi klinik tersebut ataukah tidak?

Perhitungan:
Melalui persamaan berikut maka akan dapat kita input nilai-
nilainya menjadi:
BCR = (Present Value dari Manfaat/Present Value dari
182 Ekonomi Publik

Pengorbanan atau biaya)


= (500.000 (P/A, 9%,5) + 40.000.000 (P/F,9%,5) / 25.000.000
=((500.000(3,88966) + 40.000.000(0,64993))/25.000.000
BCR =1,17

Karena nilai BCR yang dihasilkan nilainya lebih dari 1 maka


investasi pembelian peralatan medis baru tersebut dianggap
layak dan menguntungkan bagi klinik di masa yang akan
datang. Jika demikian, maka disimpulkan bahwa klinik dapat
membeli peralatan medis tersebut.

Contoh lainnya:
Sebuah perusahaan ingin merenovasi bangunan apartemen
yang mereka miliki dengan profit tahunan yang mereka
harapkan sebesar $100.000 selama tiga tahun ke depan. Saat
ini mereka mengeluarkan dana $50.000 untuk menyewa
peralatan. Jika tingkat inflasi adalah 2% maka apakah gedung
tersebut layak untuk direnovasi?

Penyelesaian:
Pertama kita perhitungkan dulu nilai Present Value sebagai
berikut :
= ($100,000 / (1 + 0.02)^1) + ($100,000 / (1 + 0.02)^2) +
($100,00 / (1 + 0.02)^3)
= $288,388
Sedangkan BCR = $288,388/$50,000
= 5,77
Analisa Biaya Manfaat 183

Karena nilai BCR memiliki angka 5,77 yang nilainya lebih besar
dari 1 maka kegiatan perusahaan untuk merenovasi apartemen
dianggap dapat memberikan keuntungan di masa yang akan
datang sehingga proyek ini layak untuk dijalankan.
Ekonomi Publik 184

BAB XI
PENERIMAAN PEMERINTAH

11.1 PENGERTIAN PENERIMAAN PEMERINTAH


Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai
penerimaan negara dalam arti yang seluas-luasnya yaitu
meliputi penerimaan pajak, penerimaan yang diperoleh dari
hasil penjualan barang dan jasa yang dimiliki dan dihasilkan
oleh pemerintah, pinjaman pemerintah, mencetak uang, dan
sebagainya.

11.2 SUMBER-SUMBER PENERIMAAN PEMERINTAH


Sumber-sumber penerimaan negara secara umum
dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan dalam negeri dan
penerimaan luar negeri.

Penerimaan Dalam Negeri


 Pajak
Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
(pusat/daerah) terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan
undang-undang (pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa
ada imbalan langsung bagi pembayarnya.
Jenis pajak di Indonesia:
1. Pajak Pusat:
 Pajak Penghasilan (PPh),
 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
(PPN),
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM),
185 Penerimaan Pemerintah

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dll.


2. Pajak Daerah:
 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
 Pajak Hotel dan Restoran (PHR),
 Pajak Reklame,
 Pajak Hiburan,
 Pajak Bahan Bakar.
 Retribusi
Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh daerah
berdasarkan peraturan daerah (pemungutannya dapat
dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan
langsung bagi pembayarnya. Contoh, pelayanan medis di
rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh
pemerintah, pembayaran uang sekolah, dll. Retribusi daerah
dapat dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan, yaitu
retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi
perizinan tertentu.
1. Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas
pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
2. Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan atas
pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
a. Pelayanan dengan menggunakan/
memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
Ekonomi Publik 186

dimanfaatkan secara optimal.


b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah
sepanjang belum dapat disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan atas
pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan
untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
 Keuntungan BUMN/BUMD
Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak
memperoleh bagian laba yang diperoleh BUMN. Demikian
pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik
BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD.
 Denda dan Sita
Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset
milik masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/
organisasi) diketahui telah melanggar peraturan pemerintah.
Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan
peraturan perpajakan, penyitaan barang-barang illegal,
penyitaan jaminan atas hutang yang tidak tertagih, dll.
 Pencetakan Uang
Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam
rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif
187 Penerimaan Pemerintah

lain yang dapat ditempuh pemerintah. Penentuan besarnya


jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan cermat,
agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi.
 Pinjaman
Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan
negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit anggaran.
Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban
pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar
kembali, berikut dengan bunganya. Pinjaman dapat
diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Sumber pinjaman
bisa berasal dari pemerintah, institusi perbankan, institusi
non bank, maupun individu.
 Sumbangan, Hadiah, dan Hibah
Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah
dari individu, institusi, atau pemerintah. Sumbangan, hadiah,
dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri.
Dan tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan
sumbangan, hadiah, atau hibah. Sumbangan, hadiah, dan
hibah bukan penerimaan pemerintah yang dapat dipastikan
perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang
memberi sumbangan, hadiah, atau hibah.
 Penyelenggaraan Undian Berhadiah
Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah
dengan menunjuk suatu institusi tertentu sebagai
penyelenggara. Jumlah yang diterima pemerintah adalah
selisih dari penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya
operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan. Banyak
Ekonomi Publik 188

negara menyelenggarakan undian berhadiah, seperti


Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman,
Indonesia (pernah).

Penerimaan Luar Negeri


a. Pinjaman Program, yang seluruhnya merupakan
pinjaman luar negeri yang segera dapat dicairkan
b. Pinjaman Proyek, yang sebagian besar berasal dari
reaksi komitmen pinjaman proyek tahun-tahun
sebelumnya.

Jenis-jenis Penerimaan Negara

Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan


negara dibedakan menjadi:
1. Penerimaan Pemerintah
a. Penerimaan Pembiayaan
• Pinjaman sektor Perbankan
• Pinjaman luar negeri
• Penjualan Obligasi Pemerintah
• Privatisasi BUMN
• Penjualan aset pemerintah
b. Penerimaan Negara dan Hibah
 Penerimaan Dalam Negeri
• Penerimaan perpajakan
• Penerimaan Negara bukan pajak (PNBP)
• Bagian laba BUMN
• Lain-lain penerimaan yang sah
189 Penerimaan Pemerintah

 Penerimaan Luar Negeri


• Pinjaman Program, yang seluruhnya
merupakan pinjaman luar negeri yang
segera dapat dicairkan.
• Pinjaman Proyek, yang sebagian besar
berasal dari reaksi komitmen pinjaman
proyek tahun-tahun sebelumnya.
2. Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari
pendapatan hibah, pendapatan dana darurat,
dan lain-lain pendapatan.
b. Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB (Bea
Perolehan Hak Atas Tanah & Bangunan)
• Bagian daeraih dari Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Perseorangan/Pribad
• Bagian daerah dari Sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
c. Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom
Ekonomi Publik 190

lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah
3. Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari
pendapatan hibah, pendapatan dana darurat,
dan lain-lain pendapatan.
b. Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
• Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib
Pajak Perseorangan/Pribadi
• Bagian daerah dari sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus
c. Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom
lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
191 Penerimaan Pemerintah

• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank


• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah

Distribusi Beban Pemerintah


Hal penting dari inventarisasi sumber-sumber keuangan
pemerintah di atas adalah pemecahan masalah mengenai
prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk mendistribusikan
beban pemerintah kepada anggota-anggota masyarakatnya.
Kita lihat sekarang mengenai sumber penerimaan pemerintah
yang berasal dari pajak karena pajak adalah sumber
penerimaan negara yang terbesar bagi negara-negara
dimanapun.
Pajak di samping sebagai sumber penerimaan negara
yang utama (fungsi budget) juga mempunyai fungsi lain yaitu
sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan
swasta dalam perekonomian (fungsi pengatur).
Sebagai alat anggaran (budgetary) pajak digunakan
sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai
kegiatan-kegiatan pemerintah, terutama kegiatan-kegiatan
rutin.
Pajak dalam fungsinya sebagai pengatur (regulatory),
dimaksudkan terutama untuk mengatur perekonomian guna
menuju pada pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat,
mengadakan redistribusi pendapatan serta stabilisasi ekonomi,
tetapi pengertian ini diperluas yaitu untuk mengatur kegiatan-
Ekonomi Publik 192

kegiatan baik kegiatan produsen maupun konsumen dalam


mencapai tujuannya masing-masing. Dengan melalui sistem
perpajakan pemerintah dapat menghalangi dihasilkannya
barang-barang tertentu yang tidak dikehendaki oleh pemerintah
dan dapat pula pemerintah mencegah konsumsi barang-barang
tertentu yang diperkirakan akan mengganggu kesehatan atau
dianggap kurang penting oleh pemerintah. Sebaliknya dengan
meringankan beban pajak atau menghapus pajak pemerintah
dapat memajukan suatu kegiatan ekonomi tertentu.

Smith’s Conons

Dalam mendistribusikan beban pemerintah atau dengan


kata lain karena kegiatan pemerintah sebagian besar dibiayai
oleh penerimaan dari pajak, maka berarti ada masalah
pengenaan pajak kepada wajib pajak.
Dalam pengenaan pajak itu, Adam Smith telah
mengajukan beberapa prinsip bagi pengenaan pajak yang
baik disebut dengan Smith’s Conons, yaitu:
1. Prinsip kesamaan/keadilan (equity)
Artinya ialah bahwa beban pajak harus sesuai dengan
kemampuan relatif dari setiap wajib pajak. Perbedaan
dalam tingkat penghasilan harus digunakan sebagian
besar di dalam distribusi beban pajak itu, sehingga bukan
beban pajak dalam arti uang yang penting, tetapi beban
riil dalam arti kepuasan yang hilang.
2. Prinsip kepastian (certainty)
Pajak hendaknya tegas, jelas dan pasti bagi setiap wajib
pajak, sehingga mudah dimengerti oleh mereka dan juga
193 Penerimaan Pemerintah

akan memudahkan administrasi pemerintah sendiri.


3. Prinsip kecocokan/kelayakan (convenience)
Pajak jangan sampai terlalu menekan seorang wajib
pajak, sehingga wajib pajak akan dengan suka dan
senang hati melakukan pembayaran pajak kepada
pemerintah.
4. Prinsip ekonomi (economy)
Pajak hendaknya menimbulkan kerugian yang minimal
dalam arti jangan sampai biaya pemungutannya lebih
besar daripada jumlah penerimaan pajaknya.

Smith’s Conons ini masih dilengkapi oleh sarjana lain


dengan satu prinsip lagi, yang disebut dengan prinsip ketepatan
(adequate). Pajak hendaknya dipungut tepat pada waktunya
dan jangan sampai mempersulit posisi anggaran belanja
pemerintah.

Benefit Approach dan Ability to Pay Approach


Di samping prinsip-prinsip di atas guna menuju sistem
perpajakan yang baik ada pendekatan lain yang disebut
dengan ability to pay approach dan benefit approach.
Tampaknya pendekatan ini lebih mudah dilaksanakan yaitu
pada pokoknya bahwa:
Benefit approach dengan kata lain adalah prinsip
pengenaan pajak berdasarkan atas manfaat yang diterima oleh
seorang wajib pajak dari pembayaran pajak itu kepada
pemerintah. Hal ini seolah-olah disamakan dengan pembelian
suatu barang atau jasa oleh seorang pembeli yaitu bahwa
Ekonomi Publik 194

harga yang harus dibayar sesuai dengan barang/jasa atau


manfaat yang dapat dinikmati oleh seorang pembeli
barang/jasa tersebut. Kalau memang manfaat yang diperoleh
dana dinikmati oleh seorang pembeli dalam hal ini adalah
seorang pembayar pajak dapat diukur dengan pasti, maka tidak
aka nada kesulitan untuk menggunakan pendekatan ini.
Sayang sekali kita atau pemerintah tidak dapat mengukur
secara obyektif mengenai manfaat barang-barang dan jasa-
jasa yang diterima dari pemerintah dengan adanya
pembayaran pajak itu karena kontra prestasinya tidak dapat
diterima secara langsung oleh seorang wajib pajak.
Ability to pay approach, sering pula disebut sebagai
prinsip kemampuan untuk membayar atau berdasarkan atas
daya pikul seorang wajib pajak. Jadi yang dimaksud ialah
bahwa seorang wajib pajak akan dikenai beban pajak sesuai
dengan kemampuannya untuk membayar pajak. Wajib pajak
yang memiliki kemampuan membayar yang sama dikenai pajak
yang sama bebannya (horizontal equity) dan wajib pajak yang
kemampuannya berbeda dikenai pajak yang berbeda pula
bebannya (vertical equity). Kemampuan untuk membayar pajak
ini dapat diketahui dengan melihat besarnya pendapatan baik
yang berasal dari tenaga kerja maupun yang berasal dari
kekayaan serta besarnya pengeluaran seorang wajib pajak
setelah pengeluaran konsumsi esensial. Sebenarnya untuk
mengukur kemampuan seseorang untuk membayar pajak juga
masih sukar, tetapi relatif lebih mudah daripada kita harus
mengukur manfaat yang diterima dari adanya pembayaran
195 Penerimaan Pemerintah

pajak. Segi positif dari pendekatan kemampuan untuk


membayar ini adalah bahwa pengorbanan atau beban riil yang
hilang dari wajib pajak karena pembayaran pajak dapat
diperkirakan dengan lebih tepat.
Kedua pendekatan di atas adalah berdasarkan atas
prinsip kesamaan (equity) dimana prinsip kemanfaatan (benefit
principle) berdasarkan atas kesamaan manfaat yang diterima
oleh wajib pajak sesuai dengan pajak yang dibayarnya,
sedangkian prinsip kemapuan membayar (ability to pay
principle) berdasarkan atas kesamaan pengorbanan yang
sesuai dengan kemampuan seorang wajib pajak untuk
membayar pajak.

Konsep Equal Sacrifice


Sehubungan dengan prinsip kemampuan untuk
membayar pajak berdasarkan atas kesamaan, maka apa yang
kita maksud dengan sama disini adalah pembayarannya dalam
arti beban riil (real burden) yang diderita seorang wajib pajak.
Beban riil ini kita ukur dengan besarnya kepuasan atau guna
(utility) yang hilang karena pembayaran pajak tersebut.
Berhubung untuk mengukur kemampuan membayar
pajak dapat dilihat dari tingkat pendapatan seorang wajib pajak,
maka kita akan menggunakan anggapan bahwa pengorbanan
yang diserahkan oleh wajib pajak sebagai individu dapat diukur
sebagai fungsi dari pendapatan yang diserahkannya kepada
pemerintah. Jadi jelasnya ialah bahwa kepuasaan/guna itu
merupakan fungsi dari besarnya pendapatan seseorang.
Prinsip atas dasar pengorbanan (sacrifice principle) ini
Ekonomi Publik 196

dapat kita golongkan menjadi 3 macam yaitu:


1. Kesamaan pengorbanan secara absolut (equal absolute
sacrifice).
2. Kesamaan pengorbanan secara proporsional (equal
proportional sacrifice)
3. Kesamaan pengorbanan secara marginal (equal marginal
sacrifice).

Dengan keadaan seperti ini marilah kita lihat bagaimana


sebenarnya yang dikehendaki oleh masing-masing prinsip
kesamaan dalam pengorbanan (equal sacrifice approach) itu.
1. Dengan kesamaan pengorbanan absolut (equal absolut
sacrifice).
2. Dengan kesamaan pengorbanan secara proporsional
(equal proportional-sacrifice).
3. Dengan kesamaan pengorbanan batas (equal marginal
sacrifice).

Sebagai suatu ikhtisar, yang dimaksud dengan:


kesamaan pengorbanan absolut (equal absolute sacrifice) ialah
bahwa pajak hendaknya dibebankan kepada wajib pajak
sedemikian rupa sehingga beban riil atau kepuasan/guna yang
hilang dari masing-masing pembayar pajak itu adalah sama
besarnya.
Untuk kesamaan pengorbanan yang proporsional (equal
proportional sacrifice) berarti pajak hendaknya didistribusikan
kepada wajib pajak sedemikian rupa sehingga jumlah
kepuasan/guna yang hilang yang diderita masing-masing wajib
197 Penerimaan Pemerintah

pajak itu sebanding dengan seluruh kepuasan/guna total yang


dimiliki oleh masing-masing wajib pajak tersebut dari jumlah
pajak yang dimilikinya.
Prinsip kesamaan pengorbanan batas (equal marginal
sacrifice) menghendaki agar pajak itu didistribusikan
sedemikian rupa diantara wajib pajak sehingga masing-masing
akan memiliki sejumlah pendapatan setelah dikenai pajak, yang
dapat memberikan guna batas (marginal utility) yang sama.
Atau dengan perkataan lain jumlah pengorbanan dalam arti
kepuasan yang hilang bagi seluruh wajib pajak dalam
perekonomian itu adalah yang paling minimum (minimum
aggregate sacrifice).
Ekonomi Publik 198

BAB XII
PERPAJAKAN

12.1 PENGERTIAN PAJAK


Pajak adalah sumber utama pendapatan pemerintah.
Perpajakan perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan
pendapatan tetapi di mana prinsip manfaat tidak dapat
langsung diterapkan, pajak memiliki efek yang berbeda dari
harga pasar yang membiayai barang sektor swasta dan
pelayanan. Pajak sebagai sumber penerimaan negara yang
sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan nasional. Undang-undang dasar
1945 telah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah
satu perwujudan kewajiban kenegaraan dan sebagai sarana
peran serta dalam pembiayaan negara dan pembangunan
nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Pasal
33 UUD 1945 menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

12.2 FUNGSI-FUNGSI PAJAK


Secara umum, pajak harus digunakan pemerintah untuk
jalannya negara dan tersedianya fasilitas publik. Lebih jauh lagi,
terdapat empat fungsi utama pajak:
• Fungsi Anggaran
Pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
nantinya diimbangi dengan pengeluaran negara.
199 Perpajakan

• Fungsi Regulasi
Pajak bisa menjadi alat untuk mengatur badan sosial dan
ekonomi. Contohnya untuk menghambat inflasi,
melindungi produk dalam negeri dengan adanya pajak
pertambahan nilai, memancing kegiatan ekspor, serta
menarik investasi.
• Fungsi Distribusi
Negara menggunakan pajak untuk pemerataan
kesejahteraan melalui jaminan kesehatan, bantuan, dan
pemberian fasilitas publik.
• Fungsi Stabilisasi
Negara dapat menggunakan pajak untuk mencapai
stabilisasi ekonomi. Contohnya dengan menerapkan
kenaikan pajak untuk meningkatkan pendapatan negara.

12.3 PRINSIP-PRINSIP PEMUNGUTAN PAJAK


Pajak adalah pungutan yang dibayar oleh Wajib Pajak
untuk negara dan akan digunakan untuk kepentingan
pemerintah, negara dan masyarakat umum. Agar perubahan
dan perbaikan berlangsung terus menerus maka dibutuhkan
upaya penerapan pelayanan terbaik yang mengadaptasi
prinsip-prinsip perpajakan. Dalam mendukung kelancaran
sistem pemungutan pajak agar berjalan efektif, terdapat 4
prinsip pajak yang harus dijalankan dalam pelaksanaan
pemungutan pajak. Berikut pembahasannya
1. Prinsip Keadilan (Equity)
Keadilan vertikal maupun keadilan horizontal dalam
pemungutan pajak harus dipenuhi. Prinsip keadilan
Ekonomi Publik 200

intinya memperhatikan pengenaan pajak secara umum


serta sesuai dengan kemampuan Wajib Pajak atau
sebanding dengan tingkat penghasilannya. Keadilan
horizontal yaitu pembayar pajak dengan kondisi sama
atau sejajar akan dikenai beban pajak yang sama.
Sementara keadilan horizontal yaitu ketika pembayar
pajak dengan jumlah penghasilan lebih besar akan
menanggung beban pajak lebih besar dibanding
pembayar pajak dengan penghasilan kecil.
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
Pemungutan pajak harus dilakukan dengan tegas, jelas,
dan terdapat kepastian dan jaminan hukum. Prinsip
kepastian memberikan kemudahan bagi Wajib
Pajak mengenai objek pengenaan pajak, besaran pajak
atau dasar pengenaan pajak, serta segala tata cara
dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal tersebut
dimaksudkan agar mudah dimengerti oleh Wajib Pajak
dan memudahkan administrasi.
3. Prinsip Kecocokan/Kelayakan (Convience)
Pajak yang dipungut hendaknya tidak memberatkan
Wajib Pajak serta hendaknya sejalan dengan sistem self
assessment. Artinya, pemerintah mengutamakan serta
memperhatikan layak atau tidaknya seseorang dikenakan
pajak, sehingga orang yang dikenai pajak akan senang
hati dan tulus memenuhi dan membayar kewajiban
pajaknya.
201 Perpajakan

4. Prinsip Ekonomi (Economy)


Pada saat menetapkan dan memungut pajak harus
mempertimbangkan biaya pemungutan pajak dan harus
proporsional. Pemerintah akan menerapkan sistem
perpajakan yang efektif dan efisien, seperti biaya
pemungutan pajak yang rendah. Jangan sampai biaya
pemungutan lebih tinggi dari beban pajak yang
dikenakan.

Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak


hendaknya memerhatikan berbagai faktor yang selanjutnya
dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah
ini disajikan berbagai asas pemungutan pajak menurut para ahli
ekonomi.

Adam Smith
1. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh
negara harus sesuai dengan kemampuan dan
penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak.
2. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus
berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan
dapat dikenai sanksi hukum.
3. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut
pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling
baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima
hadiah.
Ekonomi Publik 202

4. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan


sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya
pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan
pajak.

W.J. Langen
1. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut
harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib
pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi
pajak yang dibebankan.
2. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
untuk kepentingan umum.
3. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara
wajib pajak yang satu dengan yang lain harus
dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan
sama).
5. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan
pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-
rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak
sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

Adolf Wagner
1. Asas Politik Finansial, pajak yang dipungut negara
jumlahnya memadai sehingga dapat membiayai atau
mendorong semua kegiatan negara.
203 Perpajakan

2. Asas Ekonomi, penentuan obyek pajak harus tepat,


misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk barang-barang
mewah
3. Asas Keadilan, pungutan pajak berlaku secara umum
tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang sama
diperlakukan sama pula.
4. Asas Administrasi, menyangkut masalah kepastian
perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak),
keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya)
dan besarnya biaya pajak.
5. Asas Yuridis, segala pungutan pajak harus
berdasarkan undang-undang.

12.4 EFEK PAJAK


Pengaruh pajak terhadap produksi
Pengaruh pajak tehadap produksi dapat dibagi dalam
pengaruhnya terhadap produksi keseluruhan dan komposisi
produksi. Pengaruhnya terhadap produksi keseluruhan dapat
dilihat dari B,M,I (Bekerja, Menabung, Investasi). Pengaruh
pajak terhadap kemampuan dan kemauan bekerja, menabung,
dan investasi dapat dianalisis lebih jauh.
Kemampuan setiap orang untuk bekerja akan berkurang
apabila ia dikenai pajak yang dapat mengurangi efisiensi
kerjanya. Bagi mereka yang mempunyai tingkat penghasilan
yang rendah hanya akan menurunkan tingkat efisiensi baik
bagi golongan orang dewasa maupun golongan anak-anak
pada masa yang akan datang, yang dikenakan baik pada pajak
langsung/PPH maupun tdk langsung/PPN.
Ekonomi Publik 204

Kemampuan untuk mengadakan tabungan jelas akan


berkurang. Orang yang terkena pajak penghasilan/pendapatan
kemampuannya untuk menabung akan berkurang sebesar
rupiah yang kena pajak. Bagi orang-orang yang tergolong
mempunyai penghasilan yang rendah, pengenaan pajak tidak
akan mengurangi kemampuannya untuk menabung, karena
memang biasanya mereka sudah mempunyai tabungan
walaupun belum dikenakan pajak. Sementara orang-orang
yang berpenghasilan menengah ke atas, pajak tidak akan
mengurangi kemampuannya untuk menabung, tetapi akan
dikurangkan dari konsumsinya.
Kemampuan untuk mengadakan investasi tergantung
pada sumber-sumber dana yang akan digunakan untuk
mengadakan investasi tersebut. Kemampuan untuk
mengadakan investasi akan berkurang dengan adanya pajak
yang mengurangi kemampuannya untuk mengadakan
tabungan.
Pajak mempunyai pengaruh yang bersifat disinsentif,
artinya mengurangi keinginan untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi bagi wajib pajak. Tetapi masalah
pengaruh pajak terhadap kemauan untuk bekerja, menabung,
dan investasi tidaklah sesederhana itu. Hanya pajak yang
mempunyai sifat yang dikenakan secara terus menerus akan
berpengaruh terhadap keinginan untuk bekerja, menabung dan
investasi. Contohnya pajak penghasilan dan pajak bumi dan
bangunan.
Bagi sebagian orang pajak bukan menimbulkan suatu
205 Perpajakan

disinsentif untuk bekerja, melainkan justru sebaliknya ialah


menimbulkan suatu insentif untuk bekerja yaitu menyebabkan
mereka lebih giat bekerja dari pada kalau tidak ada atau
sebelum adanya pajak. Sedangkan pajak dapat menimbulkan
disinsentif baik untuk mengadakan tabungan maupun untuk
mengadakan investasi.
Untuk melihat pengaruh pajak terhadap kemauan orang
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi dapat
dibedakan dari sifat pajak, yaitu antara pajak progresif dan
pajak regresif. Pajak yang dikenakan terhadap penghasilan dan
tabungan akan sangat bersifat disinsentif dan bahkan lebih
disinsentif dari pada pajak yang dikenakan terhadap barang-
barang yang dikonsumsi oleh seseorang.
Jika semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang akan
dikenai pajak yang semakin tinggi persentasenya (progresif),
maka ini akan sangat bersifat disinsentif. Orang yang
bersangkutan akan kurang berkehendak untuk bekerja giat,
karena apabila penghasilannya bertambah sebagian besar
hanya akan dipungut oleh pemerintah dalam bentuk pajak.
Dengan kata lain, pajak yang sifatnya progresif akan lebih
bersifat disinsentif dari pada pajak yang sifatnya regresif.

Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi


Pajak dapat mengakibatkan adanya penyimpangan
dalam penggunaan faktor produksi, yaitu penggunaan yang
seharusnya dapat menghasilkan produksi yang maksimum
menuju ke arah penggunaan yang menghasilkan produksi yang
lebih sedikit. Oleh karenanya pajak yang dikenakan jangan
Ekonomi Publik 206

sampai mengakibatkan adanya penyimpangan penggunaan


faktor-faktor produksi.
Pajak yang dapat mengakibatkan adanya
penyimpangan dalam penggunaan faktor-faktor produksi
adalah pajak yang dikenakan terhadap keuntungan-keuntungan
yang tidak diharapkan, peningkatan nilai tanah dan lain-lain.
Contoh pajak barang mewah, diharapkan akan
menurunkan konsumsi barang-barang mewah tersebut,
sehingga terjadi pergeseran penggunaan faktor-faktor produksi
dari sektor produksi barang mewah atau sektor impor barang
mewah ke sektor produksi barang-barang esensial atau impor
barang-barang esensial.

Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan


Baik atau tidaknya suatu kebijakan haruslah
dipertimbangkan dari berbagai segi. Hendaknya kita ketahui
pula bahwa tujuan pembangunan suatu negara pada umumnya
adalah berupa peningkatan pendapatan nasional per kapita,
penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan yang lebih
merata dan keseimbangan dalam neraca pembayaran
internasional. Keempat tujuan umum pembangunan ini tidak
selalu sejalan dan selaras dalam pencapaiannya, melainkan
seringkali untuk mencapai tujuan yang satu terpaksa harus
mengurangi keberhasilan dari tujuan yang lain. Sebagai contoh
untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
seringkali terjadi adanya distribusi pendapatan yang
kurang/tidak merata.
Ekonomi Publik 207

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zainal, (2004), Kebijakan Publik, Yayasan Pancur


Siwah, Jakarta.
Adam Smith, Teori Pertumbuhan Ekonomi Perencanaan dan
Pembangunan, PT. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta.
Adisaputro, Gunawan, (2011), Manajemen Pemasaran (Analisis
Untuk Perancangan Strategi Pemasaran), Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Advendi Simangungsong, Elsi Kartika Sari, (2007), Hukum
Dalam Ekonomi, PT Grasindo, Jakarta.
Akadun, (2009), Administrasi Perusahaan Negara, Alfabeta,
Bandung.
Ambar, Teguh Sulistiyani, (2004), Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan, Gava Media, Yogyakarta.
Anderson, James e., (1984), Public Policy Making, Holt,
Reinhart and Winston, New York.
Andresksi, Stanislav., Max Weber, (1996), Kapitalisme,
Birokrasi dan Agama, PT Tiara Wacana Yogya,
Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin., (2010), Ekonomi Pembangunan, UPP STIE
YKPN, Yogyakarta.
Asikin, Mohammad dan Iwan Junaedi, (2013), Kemampuan
Komunikasi Matematika Siswa SMP dalam Setting
Pembelajaran RME (Realistic Mathematics Education),
Unnes Journal of Mathematics Education Research,
2(1): 203- 213.
Basri, Faisal, (2002), Perekonomian Indonesia: Tantangan dan
Harapan bagi Kebangkitan Indonesia, Erlangga,
Jakarta.
Boediono, (1999), Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE,
Yogyakarta.
Dumairy, (1997), Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Dunn, William N., (1999), Analisis Kebijakan Publik, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
Dunn, William N., (2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik,
Edisi Kedua, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
208 Ekonomi Publik

Dye, Thomas R., (1995), Understanding Public Policy, Prentice


Hall, New Jersey.
Engel, James, F, Roger D. Blackwell, dan Paul W. Miniard,
(1994), Perilaku Konsumen, Edisi Keenam, Jilid I,
Penerbit Binapura Aksara, Jakarta.
Fandy Tjiptono, (2007), Strategi Pemasaran, Edisi ke dua,
penerbit Andi, Yogyakarta.
Fritz Morstein Marx, The Administration State-An Introduction to
Beurreucracy, (London: The University of Chicago
Press, 1957), hal.20-28.
Gilarso, (2004), Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Kanisius,
Yogyakarta.
Gunadi, (2009), Akuntansi Pajak, Grasindo, Jakarta.
Heady, Ferrel., (1984), Public Administration: A Comparative
Perspective, Marcel Dekker, New York.
Ilyas, Marzuki., (1989), Ilmu Keuangan Negara, PPLPTK,
Jakarta.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, (2007), Manajemen
Pemasaran, Millenium Edition, Alih Bahasa : Benyamin
Molan Edisi 12, Prentice Hall, Inc. New Jersey. Alih
Bahasa : Benyamin Molan: PT.Indeks.
Lamarto, (2006), Prinsip Pemasaran, Edisi ke Tujuh, Alih
Bahasa Y.Lamarto, Erlangga, Jakarta.
Mardiasmo, (2009), Perpajakan, edisi revisi tahun 2009, Andi,
Yogyakarta.
Mangkoesoebroto, Guritno, (1994), Kebijakan Publik Indonesia
Substansi dan Urgensi, Gramedia Pustaka, Jakarta.
Mangkoesoebroto, Guritno, (2008), Ekonomi Publik, BPFE,
Yogyakarta.
Moekijat, (2003), Manajemen Kekaryawanan Dan Hubungan
Dalam Perusahaan, Edisi Ketiga, Alumni Bandung.
Monroe, K.B., (1990), Pricing, Making Profitable Decissions,
Second Edition, McGraw-Hill, New York.
Nugroho D, Riant., (2004), Kebijakan Publik, Formulasi,
Implementasi, dan Evaluasi, Gramedia, Jakarta.
Osborne, David, and Ted Gaebler, (1992), Reinventing
Government: How The Entrepreneur Spirit is
Transforming The Public Service, terjemahan:
Mewirausahakan Birokrasi Mentransformasikan
Semangat Wirausaha ke Dalam Sektor Publik, Alih
Ekonomi Publik 209

Bahasa Abdul Rosyid dan Ramelan, Pustaka Binaman


Pressindo, Jakarta.
Peter Al Blau & Charles H. Page, (1956), Bureucracy in Modern
Society, sebagaimana dikutip oleh Safri Nugraha, dkk,
(2005), Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, hlm. 202-204. Periksa
juga Bintoro Tjokroamidjojo, (1986), Pengantar
Administrasi Pembangunan, Jakarta, LP3ES, hlm. 71-
73.
Philip Kotler, (2002), Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium,
Jilid 2, PT Prenhallindo, Jakarta.
Roskin, Michael G. et al., (1994), Political Science: An
Introduction, Englewood Cliffs, Prentice Hall, Inc., New
Jersey.
Rudianto, (2009), Pengantar akuntansi, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Samuelson Paul A, dan William D. Nordhaus, (1993), Mikro
Ekonomi, Terjemahan Drs. Haris Munandar DKK, Edisi
ke-14, Erlangga, Jakarta.
Siregar, Baldric. Suripto, Bambang. Hapsoro, Dodi. Widodo Lo,
Eko. Herowati, Erlina. Kusumasari, Lita & Nurofik,
(2013), Akuntansi Biaya, Edisi 2, Salemba Empat,
Jakarta.
Siregar, Baldric. Suripto, Bambang. Widodo Lo, Eko. Hapsoro,
Dodi & Biyanto, Frasto, (2013), Akuntansi Manajemen,
Salemba Empat, Jakarta.
Siregar, D. D., (2004), Manajemen Aset, Strategi Penataan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional
dalam Konteks Kepala Daerah Sebagai CEO’s pada Era
Globalisasi dan Otonomi Daerah, PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Suminto, (2004), Pengelolaan APBN Dalam Sistem Manajemen
Keuangan Negara, Ditjen Anggaran, Depkeu, Jakarta.
Suparmoko dan Irawan, (2003), Ekonomika Pembangunan,
Edisi keenam, BPFE, UGM, Yogyakarta.
Wibisono, Yusuf, (2007), Membedah Konsep dan Aplikasi
CSR, Fascho Publishing, Gresik.
210 Ekonomi Publik

TENTANG PENULIS

Ifa Khoiria Ningrum, lahir pada


tanggal 09 September 1978 di Blitar,
Jawa Timur. Anak ketiga dari lima
bersaudara dari pasangan suami istri
H.M. Toha Yasin dan Hj. Sri Astuti.
Menikah dengan H. Saeful Hidayat,
S.Sos dan memiliki putra Ahmad
Muzaka Sifa, Jasmine Aulia Zahra,
Jabal Faizullah.
Menempuh pendidikan formal di SDN
Sumberdiren II Garum Blitar (1991), MTs NU Maarif Garum
Blitar (1994) dan MAN Kota Blitar (1997), Sarjana Ekonomi (S1)
di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Jurusan Manajemen
(2002), Magister Manajemen (2006) FEB Universitas Brawijaya
Malang dan pendidikan non formal di Pondok Pesantren
Attarbiyatul Falah Sukorejo Blitar. Melanjutkan studi Program
Doktor Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang (2015).
Bekerja sebagai dosen tetap di IKIP PGRI Bojonegoro
sejak Januari 2010 sampai sekarang, dosen LB di IAI Sunan
Giri Bojonegoro tahun 2013-sekarang. Anggota DPRD
kabupaten Blitar periode 2004- 2009, dan ketua PC Fatayat NU
Kabupaten Bojonegoro periode 2014- 2019.
Penelitian yang pernah dipublikasikan dan kegiatan
akademik:
1. Corporate Social Responsibility of Exxon Mobil Cepu
Limited in Understanding of Mojodelik and Braboan
Society, Bojonegoro- Indonesia (2015).
2. CSR Exxon Mobil Cepu Limited dalam Pemahaman
Masyarakat Sekitar Wilayah Eksplorasi di Kabupaten
Bojonegoro (2015), Penelitian Hibah Bersaing Doktor
(2015).
3. Arah dan Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro
dalam Penanganan CSR (2016).
4. Penelitian Mitra Universitas dengan STKIP Ponorogo.
Kemeristek Dikti (2016).
5. Reviewer Penelitian Eksternal Universitas Islam Nusantara
Bandung (2016).

Anda mungkin juga menyukai