Anda di halaman 1dari 124

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sri Wahyuni

NPM : 22.14201.2.031

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi dengan judul

“ Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan

MInum Obat Pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah

Sakit Sumbawa” adalah betul - betul karya saya sendiri. Hal - hal

yang bukan karya saya dalam skripsi ini ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Sumbawa, januari 2024

Yang membuat peryataan

( Sri Wahyuni )

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji dan Syukur yang


terdalam peneliti sampaikan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti bisa menyelesaikan pembuatan
Skripsi dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluaraga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien
Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSUD Sumbawa ” disusun
sebagai syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan program
studi S1 Ilmu Keperawatan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi
ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari
berbagai pihak, dari itu, dengan segala kerendahan hati peneliti
mennyampaikan rasa hormat dan terimahkasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar M.Pd selaku Rektor
Universitas Samawa.
2. Ibu Dr. Leke Wulan Ayu, STP., M. Si selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Samawa.
3. Ibu Nila Yuliana, S. Kep.,Ns., M.Kep selaku ketua Program
Studi Sarjana Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners
Fakultas Kesehatan Universitas Samawa
4. Ibu Seftiani Utami S. Kep.,Ns.,M. Kep selaku dosen
pembimbing kedua yang dengan penuh kesabaran telah
meluangkan banyak waktu, pemikiran, dan tenaga untuk
memberikan bimbingan dan dukungan moril kepada peneliti.

vi
5. Ibu Evie Sulahyuningsih S. Kep., Ns., M.K.M selaku
pembimbing satu yang telah memberikan masukan dan arahan
dalam proses ujian
6. Ibu Endang Setiawaty S. Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing
dua yang telah memberikan masukan dan arahan dalam proses
ujian
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah
membimbing peneliti selama proses perkuliahan.
8. Yang terutama dan terpenting adalah kedua orang tua saya yang
selalu memberikan do’a dan dukungan baik maril dan materil
sehingga skripsi ini dapat saya selsaikan
9. Keluaraga tercinta yang selalu memberikan do’a dan semangat
Semoga Allah SWT menerima dan membalas amal
kebaikan kalian semua. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Dengan demikian peneliti mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
menyempurnakan Skripsi ini.

Sumbawa, Januari 2024

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN ORIGINALITAS ................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
ABSTRAK ............................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9
E. Penelitian Terkait .................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................... 14
A. Landasan Teori .............................................................................. 14
1. Skizofrenia .................................................................................. 14
2. Keluarga ...................................................................................... 23
3. Pengetahuan ................................................................................ 34
4. Kepatuan ..................................................................................... 44
B. Kerangka Teori .............................................................................. 51
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 52
D. Hipotesis ........................................................................................ 53
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................ 54
A. Desain Penilitian ..................................................................... 54
B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 55
C. Lokasi dan Waktu penelitian .............................................. 56
D.Variabel penelitian ............................................................................... 56
E. Definisi Operasional ............................................................................... 57
F. Instrumen Penelitian................................................................................ 58
G. Teknik Sampling .................................................................................... 60
H. Cara Pengumpulan Data ........................................................................ 61

viii
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ................................................... 62
J. Etika Penelitian........................................................................................ 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 70
A. Hasil Penelitian... .................................................................................... 70
1. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................... 70
2. Hasil Analisa Data............................................................................... 71
B. Pembahasan ............................................................................................ 74
C. Keterbatasan Penelitian... ....................................................................... 87
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 89
A. Kesimpulan............................................................................................ 89
B. Saran... ................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Penelitian terkait 11
Tabel 3.1 Definisi operasional 57
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarakan
umur, pendidikan dan pekerjaan 72
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarakan
Tingakat pengetahuan dan kepatuhan minum obat 73
Tabel 4.3 Uji analisa Chi Square 74

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori 51
Gambar 2.2 Kerangka Konsep 52

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan menjadi responden


Lampiran 2 Surat persetujuan menjadi responden
Lampiran 3 Kuisioner penelitian
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Hasil olah data
Lampiran 6 Surat ijin penelitian

xii
ABSTRAK

Latar Belakang: Gangguan jiwa masih menjadi salah satu


masalah kesehatan di Indonesia dan salah satu bentuk gangguan
jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa berat
yaitu Skizofrenia. Dalam penatalaksaan skizofrenia, kontinuitas
pengobatan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan terapi
pengobatan. Saat seseorang mengalami gangguan jiwa terutama
skizofrenia, yang berperan penting dalam proses kesembuhannya
adalah lingkungan terdekatnya terutama keluarga sebagai caregiver
primer. Keluarga dalam menyikapi mengenai kesehatan jiwa dalam
keluarga, harus memperhatikan pengetahuan keluarga tentang
kesehatan jiwa. Pengetahuan mengenai kesehatan jiwa meliputi
pengertian, penyebab terjadinya masalah kesehatan jiwa, dan ciri-
ciri sehat jiwa.
Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di
poliklinik jiwa rumah sakit umum daera sumbawa
Metode: Jenis penelitian kuantitatif, dengan disain penelitian cross
sectional, mengunakan simple random sampling dengan jumlah
sampel ditentukan dengan mengunakan rumus slovin yaitu
sebanyak 61 orang keluarga pasien, dengan analisa data
menggunakan uji Chi Square
Hasil: Mayoritas tingkat pengetahuan keluarga baik yaitu
sebanyak (85,2%). Mayoritas kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia berada pada katagori rendah sebanayak (50,8%).
Hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada pasien skizofrenia di poliklinik jiwa rumah sakit umum
daera sumbawa nilai Probabilitas yaitu 0,015
Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di
poliklinik jiwa rumah sakit umum daera sumbawa

Kata Kunci: Pengetahuan, Kepatuhan, Obat, Skizofrenia

xiii
ABSTRAC

Background: Mental disorder still remains one of the health


problems of Indonesia, and one of the most mental disorder forms
which found around the world is a severe mental disorder of
schizophrenia. In the design of schizophrenia, the continuity of
treatment is one of the principal factors in the success of treatment
therapy. When a person is mentally ill especially schizophrenic,
which plays a key role in the recovery process, particularly the family
environment as a primary caregiver. The family in addressing mental
health in the family, should be mindful of the family's knowledge of
mental health. Knowledge concerning mental health includes
understanding, causes of mental health problems, and wholesome
characteristics of the psychiatric health.
Purpose: Knowing the degree of family knowledge relationship with
adherence to taking medicines on schizophrenic patients in
psychiatric polylinic of Sumbawa regional hospital.
Research method: Quantitative research, with its design in sectionals,
using simple random sampling by the number of samples determined
by the slovin formula of 61 people in the patient's family, by data
analysis using the chi square test
Results: The majority of good family knowledge levels (85.2%). The
majority of medicine compliance in schizophrenia patients are in low
categories as a vaccum (50.8%). Relationships with family
knowledge levels with medicine compliance for schizophrenic
patients in psychiatric polyclinic of Sumbawa regional hospital value
probability is 0.015
Conclusion: There is a relationship between the knowledge level of
families with medicine compliance for schizophrenic patients in
psychiatric polyclinic of Sumbawa Regional Hospital.

Keywords: Knowledge, Compliance, Medicine, Schizophrenia

1. Student S1 of Nursing Science, Samawa University


2. Lecturer of Nursing Study Program of Samawa University

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa masih menjadi salah satu masalah

kesehatan di Indonesia, gangguan jiwa sering kali sulit

didefinisikan, orang dianggap sehat jika mereka mampu

memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku mereka

pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika

gagal memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau

perilakunya tidak pantas. Kesehatan jiwa bukan masalah baru

karena hal tersebut merupakan kebutuhan dasar setiap

manusia. Pada saat ini ada kecenderungan penderita dengan

gangguan jiwa jumlahnya mengalami peningktan. Tingginya

masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan

jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lain yang

ada di masyarakat. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang

terdapat diseluruh Dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu

Skizofrenia (Yosep, 2009 dalam jurnal Ester Mariana

Situmorsng, 2021).

1
2

Skizofrenia merupakan ganguan neurologis yang

mempengaruhi persepsi, cara berpikir, bahasa, emosi, dan

perilaku sosial orang yang mengalaminya (yosep, 2014).

Penyakit ini dapat terjadi kepada siapa saja. Skizofrenia tidak

dapat dijelaskan sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi

sebagai suatu proses penyakit yang mencakup banyak jenis

dengan berbagai gejala seperti jenis kanker. Skizofrenia

seperti penyakit kejiwaan lainnya memerlukan waktu yang

lama untuk pulih (Damayantie and Elly, 2019). Banyak

pasien skizofrenia yang dirahasiakan keadaannya sehingga

tidak dibawa berobat ke dokter (psikiater), kalau pun akan

dibawa berobat, mereka tidak dibawa ke dokter akan tetapi

dibawa ke orang pintar (Latumenase, 2018).

Menurut WHO (2018) dari 7,6 miliar jiwa penduduk

dunia, 23 juta jiwa diantaranya menderita skizofrenia, angka

tersebut mengalami peningkatan dari data WHO 2017 yang

hanya 21 juta jiwa. Data American Psychiatric Association

menyebutkan 1% populasi penduduk dunia mengalami

skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat 1


3

sampai 1,5 persen dengan angka insiden 1 per 10.000 orang

per tahun. Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia

mengalami episode akut.

Di Indonesia berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan peningkatan beberapa

masalah kesehatan jiwa dibandingkan tahun 2013. Prevalensi

orang dengan Skizofrenia dari 1,7 % menjadi 1,8 %

Prevalensi rumah tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia

atau psikosis di Indoneisa adalah 6.7% atau sekitar 282 ribu

orang. Sedangkan di Provinsi NTB Prevalensi orang dengan

Skizofrenia dari 2,1 % menjadi 2,6 %. Data tersebut

menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa di Provinsi

NTB adalah masalah yang serius. Untuk prevalensi ganguan

mental emosi di Provinsi NTB menempai urutan 4 terbanyak

se-Indonesia, berada di posisi tertinggi dan ke 2 adalah

Provinsi Sulawesi Tengah (19,8%) dan Gorontalo (17,7%).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun

2019 jumlah sasaran orang dengan gangguan jiwa berat di

Kabupaten Sumbawa sebanyak 1.186 orang dan yang


4

mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 594 orang atau

hanya 50,08%.

Dalam penatalaksaan skizofrenia, kontinuitas

pengobatan merupakan salah satu faktor utama keberhasilan

terapi pengobatan. Obat antipsikotik merupakan

penatalaksanaan utama pada pasien skizofrenia.

Penatalaksanaan lain bisa berupa intervensi psikososial,

termasuk psikoterapi yang dapat mempercepat perbaikan

klinis dari skizofrenia. Penelitian yang dilakukan Pairan

Akhmad, dkk (2018), mengatakan obat antipsikotik mampu

mengurangi tingkat kekambuhan hingga setengahnya dan

mengurangi tingkat perawatan kembali dirumah sakit.

Penelitian yang dilakukan Oktarisa (2016)

mengatakan pencegahan kambuh pada pasien skizofrenia

dapat dilakukan dengan cara patuh minum obat. Kepatuhan

minum obat adalah perilaku penderita untuk menyelesaikan

menelan obat, sesuai dengan jadwal dan dosis obat yang

dianjurkan dengan kategori yang telah ditentukan, tuntas jika

pengobatan tepat waktu dan tidak tuntas jika tidak tepat


5

waktu. Data Riskesdas (2018) menunjukan 51,1 persen

penderita skizofrenia tidak rutin minum obat dan 15,1 persen

tidak berobat. Penelitian Simatupang (2016), menunjukan

bahwa yang paling banyak menyebabkan kekambuhan pada

pasien skizofrenia adalah karena faktor ketidakpatuhan

minum obat yang diperoleh 68 responden (73,9%).

Saat seseorang mengalami gangguan jiwa terutama

skizofrenia, yang berperan penting dalam proses

kesembuhannya adalah lingkungan terdekatnya terutama

keluarga sebagai caregiver primer. Keluarga merupakan

faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan pasien

skizofrenia. Keluarga yang bersikap teraupetik dan

mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat

dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga

kurang mendukung angka kekambuhan lebih cepat (Keliat,

2011 dalam jurnal Hamdani,R.dkk, 2017). Keluarga dalam

menyikapi mengenai kesehatan jiwa dalam keluarga, harus

memperhatikan pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa.

Pengetahuan mengenai kesehatan jiwa meliputi pengertian,


6

penyebab terjadinya masalah kesehatan jiwa, dan ciri-ciri

sehat jiwa. Pengetahuan melandasi seseorang dalam

pengambilan keputusan serta memilih perbuatan untuk

menyelesaikan permasalahan. Baik buruknya seseorang

bersikap tergantung dari pengetahuan yang dimilikinya

(Achmadi, 2013).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Poliklinik

RSUD sumbawa didapatkan data jumlah pasien yang

mengunjungi Poliklinik RSUD Sumbawa dalam 1 tahun

terakhir hingga desember 2022 yaitu sebanyak 2.661 orang

dengan 157 orang didiagnosa skizofernia. Berdasarkan hasil

wawancara kepada salah satu perawat poli mengatakan setiap

bulan pasti ada 2-3 orang yang dibawah berobat oleh

kelurganya karena tidak minum obat secara teratur dan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada 5

pasien dengan skizofrenia 2 orang mengatakan sering lupa

minum obat dan keluarga juga tidak mengawasi atau

mengingatkan pasien untuk minum obat secara teratur dan

keluarga seperti tidak percaya dengan keluhan pasien, 3


7

orang mengatakan keluaraga sangat peduli dengan kondisi

pasien dan selalu mengingatkan pasien untuk minum obat

secara teratur. Dan peneliti juga melakukan wawancara

dengan 5 keluarga pasien 2 mengatakan tidak tau kenapa

keluaga ada yang menderita gangguan jiwa dan merasa

terbebani dengan kondisi pasien baik dari segi psikologis,

ekonomi dan lama pengobatan 3 orang mengatakan masih

kurang mengerti dengan penyakit yang di derita keluarganya

namun sudah berusa iklhas menerima kondisi dari

keluarganya. Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat

Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit Umum Daerah

Sumbawa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Hubungan tingkat

pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada


8

pasien skizofrenia di poliklinik jiwa Rumah Sakit Umum

Daerah Sumbawa”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat pada

pasien skizofrenia di poliklinik jiwa Rumah Sakit Umum

Daerah Sumbawa.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden pasien

skizofrenia di poliklinik Jiwa Rumah Sakit Umum

Daerah Sumbawa.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetuan keluarga tentang

penyakit skizofrenia di poliklinik jiwa Rumah Sakit

Umum Daerah Sumbawa.

c. Mengidentifikasi kepatuhan pasien skizofrenia dalam

minum obat di poliklinik jiwa Rumah Sakit Umum

Daerah Sumbawa.
9

d. Menganalisis hubungan pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia di poliklinik jiwa Rumah Sakit Umum

Daerah Sumbawa.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi profresi keperawatan, Sebagai landasan

pengetahuan bagi perawat untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang

keperawatan psikiatrik terutama dalam dukungan sosial

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia.

2. Bagi Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah

Sumbawa, Untuk meningkatkan intensitas komunikasi

dengan keluarga pasien sehingga dapat meningkatkan

perhatian dan dukungan bagi pasien untuk mempercepat

proses penyembuhan pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan, Diharapkan penelitian ini dapat

menjadi bahan pertimbangan dan menambah wawasan

dalam proses pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya


10

materi pembelajaran tentang pentingnya dukungan sosial

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien

skizofrenia.

4. Bagi keluarga, Dapat memberikan pengetahuan bagi

keluarga, mengingat keluarga merupakan orang terdekat

dengan pasien yang mempunyai peranan penting dalam

kesembuhan pasien. Karena itu diperlukan dukungan

sosial keluarga untuk selalu membantu dan memonitor

pasien dalam memonitor pasien dalam minum obat

secara teratur dan rutin.

5. Bagi peneliti selanjutnya, Diharapkan peneliti lainnya

dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan

acuan dalam perbandingan dan pertimbangan saat

melakukan penelitian-penelitian yang serupa dengan

penelitian ini, serta sebagai informasi tambahan bagi

peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian

dengan variabel berbeda.


11

E. Penelitian Terkait
No Nama Metode Hasil Persamaan
Peneliti, dan
Tahun, Pebedaan
Judul
1 Randi Desain yang Hasil penelitian Persamaan
refnandes, digunakan didapatkan terdapat
tahun pada hampir pada
2019, penelitian ini setengah pariabel
Hubungan adalah desain responden terikat dan
Dukungan penelitian (47,0%) disain
Keluarga deskriptif memberikan penilitian
dengan analitik dukungan yang sama - sama
Kepatuhan dengan buruk sehingga mengunakan
Minum menggunaka sebagian besar deskriftif
Obat n Cross pasien (57,4%) analitik
Pasien Sectional kepatuhan dengan
Skizofrenia minum obatnya mengunakan
di rendah pendekatan
Poliklinik cross
Rumah sectional.
Sakit Jiwa Perbedaan
Prof. HB. pada
Saanin penelitian
Padang ini terdapat
pada
variabel
bebas,
tempat dan
tahun
penelitian
2 Eltidawati , Disain yang hasil penelitian Persamaan
tahun digunkan menunjukkan terdapat
2012, pada responden pada
hubungan penilitian ini berpengetahuan pariabel
pengetahua adalah rendah bebas dan
n keluarga deskriftif didapatkan disain
12

dalam analitik 72,5 % klien penilitian


merawat dengan mengalami sama - sama
klien mengunakan kekambuhan mengunakan
resiko pendekatan perilaku deskriftif
perilaku cross kekerasan dan analitik
kekerasan sectional 27,5 % dengan
dengan responden mengunakan
kekambuha bepengetahuan pendekatan
n di tinggi cross
Instalasi mengalami sectional.
Gawat kekambuhan Perbedaan
Darurat perilaku pada
(IGD) di kekerasan penelitian
RS Jiwa ini terdapat
Prof. DR. pada
HB. variabel
Sa’anin terikat,
Padang tempat dan
tahun
penelitian
3 Sri Penelitian Hubungan Persamaan
Wulansih, ini tingkat terdapat
Arif merupakan pengetahuan pada
Widodo penelitian dengan pariabel
(2008). deskriptif kekambuhan bebas dan
Hubungan dengan sebesar 0,256 disain
antara menggunaka dengan p>0,05. penilitian
tingkat n hubungan sama - sama
pengetahua desain antara sikap mengunakan
n dan sikap penelitian keluarga deskriftif
keluarga cross dengan analitik
dengan sectional. kekambuhan dengan
kekambuha pasien mengunakan
n pada skizofrenia pendekatan
pasien sebesar 0,041 cross
skizofrenia dengan p<0.05. sectional.
Di Perbedaan
RSJD terdapat
13

Surakarta. pada
variabel
terikat,
tempat dan
tahun
penelitian

\
BAB II
TINJAUA TEORI

A. Landasan Teori

1. Skizofrenia

a. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan neurologis

yang memengaruhi persepsi, cara berpikir, bahasa,

emosi dan perilaku sosial orang yang mengalaminya

(Yosep, 2014). Skizofrenia adalah suatu penyakit

yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosional gerakan,

perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck 2013).

Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis

atau psikotik yang ditandai dengan gangguan

penilain realitas, juga sering terlihat adanya perilaku

menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi

dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan

kognisi. Skizofrenia juga merupakan suatu gangguan

jiwa berat yang ditandai dengan penurunan atau

14
15

ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan

realitas (Halusinasi atau Waham), afek tidak

wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak

mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran

melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat, dkk. 2012).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa skizofrenia merupakan suatu penyakit otak

yang mengakibatkan perilaku seseorang terganggu

serta dapat menarik diri dari interaksi sosial dan

kesukaran dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Penyebab Skizofrenia

Yosep (2014) menyatakan hingga kini belum

ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa

seseorang menderita skizofrenia. Ada beberapa

penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan

faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut

penelitian Mutakhir antara lain : faktor genetik,

autoantibodi dan malnutrisi. Penelitian lain


16

menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan

otak janin juga mempunyai peran bagi tumbuhnya

skizofrenia di kemudian hari. Gangguan ini muncul

misalnya karena kekurangan gizi, infeksi, trauma,

toksin dan kelainan hormonal. Penelitian Mutakhir

menyebutkan bahwa perubahan-perubahan pada

neurotransmitter dan reseptor di sel-sel saraf otak

(neuron) dan interaksi zat neuro kimia dopamine dan

serotonin, ternyata mempengaruhi alam pikir,

perasaan, perilaku yang menjelma dalam bentuk

gejala-gejala positif dan negatif. Selain perubahan-

perubahan yang sifatnya neurokimiawi, dalam

penelitian yang menggunakan CT-Scan otak ternyata

ditemukan pula perubahan- perubahan pada anatomi

otak pasien, terutama pada penderita kronis.

Perubahan ada pada perubahan lateral ventrikel,

atrofi korteks dan atrofi otak kecil (cerebellum).

c. Tanda dan Gejala Skizofrenia

Yosep, dkk (2014), mengatakan bahwa terdapat 2


17

tanda dan gejala skizofrenia yaitu :

1 ) Gejala positif

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan

terlalu kuat dan otak tidak mampu

menginterpretasikan dan memproses pesan atau

rangsangan yang datang. Penyesatan pikiran atau

delusi adalah kepercayaan yang kuat dalam

menginterpretasikan sesuatu yang kadang

berlawanan dengan kenyataan. Misalnya, pada

penderita skizofrenia, lampu trafik di jalan raya

yang berwarna merah- kuning hijau dianggap

sebagai suatu syarat dari luar angkasa. Beberapa

penderita skizofrenia berubah menjadi seorang

paranoid. Selalu merasa kadang diamat-amati,

diintai atau hendak diserang. Kegagalan berpikir

mengarah kepada masalah dimana klien

skizofrenia tidak mampu memproses dan

mengatur pikirannya. Kebanyakan klien tidak

mampu memahami hubungan antara kenyataan dan


18

logika. Semua itu membuat orang dengan

skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya,

tidak berpakian dan tidak bisa mengerti apa itu

manusia.

2) Gejala Negatif

Gejala negatif menentukan jumlah

morbiditas, gejala negatif utama adalah afek datar,

alogia, avolition, anhedonia dan masalah

perhatian. Klien yang menunjukan afek datar

memiliki ekspresi wajah yang tampak tidak

bergerak, seperti topeng, tidak responsif dan klien

tersebut juga memiliki kontak mata yang buruk.

d. Penatalaksanaan Skizofrenia

Yosep (2014) menyatakan bahwa penatalaksanaan

pada klien dengan skizofrenia dapat berupa terapi

biologis dan terapi psikososial yaitu :


19

1) Terapi Biologis

Pada penatalaksanan terapi biologis

terdapat tiga bagian yaitu terapi dengan

menggunakan obat anti psikosis, terapi

elektrokonvulsif dan pembedahan otak. Terapi

dengan menggunakan obat anti psikosis dapat

meredakan gejala-gejala skizofrenia. Obat yang

digunakan adalah chloropromazine (thorazine)

dan fluphenazine decanoate (prolixin). Kedua

obat tersebut temasuk kelompok obat

phenothiazines, reserpine (serpasif) dan

haloperidol (haldol). Obat ini disebut obat

penenang utama. Obat tersebut dapat

menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi

tidak mengakibatkan tidur lelap, sekalipun dalam

dosis yang tinggi (orang tersebut dapat dengan

mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi

penderita skizofrenia yang tampaknya tidak dapat

menyaring stimulus yang tidak relevan. Terapi


20

elektrokonvulsi juga dikenal dengan terapi

lektroshock pada penatalaksanaan terapi biologis.

Pada akhir 1930an, elektrokonvulsive therapy

(ECT) diperkenalkan sebagai penanganan untuk

skizofrenia tetapi terapi ini telah menjadi pokok

perdebatan dan keprihatinan masyakat karena

berbagai alasan. ECT ini digunakan di berbagai

Rumah Sakit Jiwa pada berbagai gangguan jiwa,

termasuk skizofrenia.

Videbeck (2013) menyatakan antusiasme

awal terhadap ECT semakin memudar karena

metode ini kemudian diketahui tidak

menguntungkan lagi bagi sebagian besar

penderita skizofrenia meskipun terapi masih

dilakukan hingga saat ini. Sebelum proses ECT

yang lebih manusiawi dikembangkan, ECT

merupakan pengalaman yang sangat menakutkan

pasien. Pasien seringkali tidak bangun lagi setelah

listrik dialirkan kedalam tubuhnya dan


21

mengakibatkan ketidaksadaran sementara serta

seringkali menderita keracunan pikiran dan

hilangnya ingatan setelah itu. Adakalanya,

intensitas kekejangan otot yang menyertai

serangan otak mengakibatkan berbagai cacat fisik

(Stuart 2016).

2) Terapi Psikososial

Gejala-gejala skizofrenia yang kronik

mengakibatkan situasi pengobatan didalam

maupun diluar Rumah Sakit Jiwa menjadi

monoton dan menjemukan. Secara historis,

sejumlah penanganan psikososial telah diberikan

pada klien skizofrenia yang mencerminkan

adanya keyakinan bahwa gangguan ini

merupakan akibat masalah adaptasi terhadap

dunia karena berbagai pengalaman yang dialami

di usia dini. Pada terapi psikososial terdapat dua

bagian yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga

(Yosep 2014).
22

Terapi kelompok merupakan salah satu

jenis terapi humanistik. Pada terapi ini, beberapa

klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan

terapis berperan sebagai fasilitator dan sebagai

pemberi arah didalamnya. Para peserta terapi

saling memberikan feedback tentang pikiran dan

perasaan yang dialami. Peserta diposisikan pada

situasi sosial yang mendorong peserta untuk

berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya

pengalaman peserta dalam kemampuan

berkomunikasi.

Pada terapi keluarga merupakan suatu

bentuk khusus dari terapi kelompok. Terapi ini

digunakan untuk penderita yang keluar dari

Rumah Sakit Jiwa dan tinggal bersama

keluarganya. Keluarga berusaha untuk

menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang

biasa mengakibatkan penyakit klien kambuh

kembali. Dalam hal ini, keluarga diberi informasi


23

tentang cara- cara mengekspresikan perasaan-

perasaan, baik yang postif maupun negatif secara

konstruktif dan jelas untuk memecahkan setiap

persoalan secara bersama-sama. Keluarga diberi

pengetahuan tentang keadaan pasien dan cara-

cara untuk menghadapinya.

2. Keluarga

a. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih

individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko

2012).

Padila (2012) mendefinisikan keluarga sebagai

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan.


24

Dion dan Betan (2013) menyatakan bahwa

keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup

atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang

berlaian jenis yang hidup bersama atau seorang laki-

laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian

dengan atau tanpa anak.

b. Ciri-Ciri Keluarga

1) Dion dan Betan (2013) menyatakan bahwa ciri-

ciri keluarga sebagai berikut:

a) Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b) Keluarga membentuk suatu kelembagaan

yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau

dipelihara.

c) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama

(nomen clatur) termasuk perhitungan garis

keturunan.

d) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang

dibentuk oleh anggota-anggotanya berkaitan


25

dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama,

rumah atau rumah tangga.

2) Ciri-Ciri Keluarga Indonesia (Dion dan Betan

2013)

a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan

dilandasi semangat gotong-royong.

b) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.

c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun

proses pemutusan dilakukan secara

musyawarah.

c. Struktur Keluarga

Dion dan Betan (2013) menyatakan struktur keluarga

yang terdapat di Indonesia secara umum yaitu:

1) Berdasarkan Jalur Hubungan Darah

a) Patrineal
26

Yang dimaksudkan dengan struktur patrineal

adalah keluarga sedarah yang terdiri dari

sanak saudara dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun berdasarkan

garis keturunan ayah.

b) Matrilineal

Yang dimaksudkan dengan struktur

matrilineal adalah keluarga sedarah yang

terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui garis keturunan ibu

2) Berdasarkan Keberadaan Tempat Tinggal

a) Matrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang mana

setelah menikah dan tinggal bersama

keluarga sedarah istri.


27

b) Patrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang tinggal

bersama keluarga sedarah suami.

3) Berdasarkan Pribadi Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan peran yang harus

dilakukan oleh suami dan atau istri sebagai dasar

bagi pembina keluarga namun tidak selamanya

pengambilan keputusan dilaksanakan bersama-

sama. Berikut adalah pembagian struktur

berdasarkan siapa yang mengambil keputusan,

adalah sebagai berikut:

a) Patriakal: Dominasi pengambilan keputusan

ada pada pihak suami.

Pengambilan keputusan bagi keluarga yang

menganut struktur patriakal memang

didasarkan pada peran ayah yang mengetuk

namun dalam menentukan keputusan


28

tersebut seharusnya melibatkan ibu sebagai

orang yang mempertimbangkan.

b) Matriakal: Dominasi pengambilan keputusan

ada pada pihak istri.

Dalam struktur matriakal, peran istri adalah

sebagai pengambil keputusan namun

seharusnya lebih melibatkan suami dalam

mempertimbangkan keputusan tersebut.

d. Fungsi Keluarga

Padila (2012) menyatakan, keluarga memiliki lima

fungsi dasar yaitu:

1) Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan

kepribadian): untuk stabilitas pemeliharaan

kaum dewasa, memenuhi kebutuhan- kebutuhan

para anggota keluarga.

2) Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial: untuk

sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan

untuk membuat mereka menjadi anggota


29

masyarakat yang produktif dan juga sebagai

penganugerahan status anggota keluarga.

3) Fungsi reproduktif: untuk menjaga kelangsungan

generasi dan juga untuk keberlangsungan hidup

masyarakat.

4) Fungsi ekonomis: untuk mengadakan sumber-

sumber ekonomi yang memadai dan

pengalokasian sumber-sumber tersebut secara

afektif.

5) Fungsi-fungsi perawatan kesehatan: untuk

pengadaan kebutuhan-kebutuhan fisik, pangan,

sandang, papan dan perawatan kesehatan.

Dion dan Betan (2013) menyatakan bahwa terdapat

tiga fungsi pokok keluarga terhadap anggotanya,

adalah:

1) Asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian,

rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga

sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan


30

berkembang sesuai dengan usia dan

kebutuhannya.

2) Asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan

keperawatan anak agar kesehatannya selalu

terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan

mereka anak-anak baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

3) Asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan

anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa

yang mandiri dalam mempersiapkan masa

depannya.

e. Peranan Keluarga

Dion dan Betan (2013) menyatakan bahwa keluarga

mempunyai berbagai peran formal adalah:

1) Peranan ayah: sebagai suami dari istri dan ayah

dari anak-anak berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman.

Juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota


31

dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungan.

2) Peranan ibu: sebagai istri dari suami dan ibu dari

anak-anak berperan untuk mengurus rumah

tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi

anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota

kelompok sosial serta sebagai anggota

masyarakat dan lingkungan disamping dapat

berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga.

3) Peranan anak: melaksanakan peranan psikososial

sesuai dengan tingkat perkembangannya baik

fisik, mental, sosial dan spiritual.

f. Tugas Kesehatan Keluarga

Harmoko (2014) menuliskan 5 tugas kesehatan

keluarga yaitu sebagai berikut:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang

tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan


32

segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu

mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami oleh anggota

keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang

dialami anggota keluarga, secara tidak langsung

akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga

perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa

yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2) Membuat keputusan tindakan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga

untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai

dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan

siapa diantara anggota keluarga yang

mempunyai kemampuan memutuskan sebuah

tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan

oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi

atau teratasi. Jika keluarga mempunyai


33

keterbatasan dalam mengambil keputusan maka

keluarga dapat meminta bantuan kepada orang

lain dilingkungan tempat tinggalnya.

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Sering mengalami keterbatasan maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan

perlu memperoleh tindakan lanjutan atau

perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi

pelayanan kesehatan atau di rumah apabila

keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung

dan bersosialisasi bagi anggota keluarga,

sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu

lebih banyak berhubungan dengan lingkungan

tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah


34

harus dapat menjadikan lambang ketenangan,

keindahan dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi anggota keluarga.

5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di

masyarakat.

Apabila mengalami gangguan kesehatan atau

masalah yang berkaitan dengan kesehatan

keluarga atau aggota keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultsi atau

meminta bantuan tenaga keperawatan untuk

memecahkan masalah yang dialami anggota

keluarganya, sehingga dapat bebas dari segala

penyakit.

3. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan hal

ini terjadi setelah orang mengadaan penginderaan

terhadap objek melalui panca indera manusia yaitu


35

penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan

dkk 2010).

Pengetahuan adalah hasil dari rasa

keingintahuan yang terjadi melalui proses sensris,

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahun merupakan domain yang sangat penting

terbentuknya perilaku terbuka (open behavior) (Jenita

Doli. 2017).

Menurut Notoadmodjo dalam kutipan Kholid

(2015), pengetahuan adalah merupakan hasil dari

“tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek terentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari

mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari


36

pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media massa maupun

lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain penting bagi terbentuknya tindakan

seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan

perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan

seseorang.

b. Tingkat Pengetahuan

Wawan dkk, (2010) menyatakan bahwa didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk

kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah terima. Oleh sebab itu,


37

“Tahu” ini adalah tingkat pengetahuan paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi

dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahui dan dimana dapat

menginterpretasikan secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi terus

dapat menjelaskan, menyebutkan,

mencontohkan, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang telah

dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya).


38

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain (Notoadmodjo, 2010).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menyatakan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam

struktur orgnisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama yang lain (Notoadmodjo,

2010).

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi yang ada

(Notoadmodjo, 2010).
39

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang

ada (Notoadmodjo, 2010).

c. Cara Memperoleh Pengetahuan

Notoadmodjo (2010) menjelaskan cara memperoleh

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Cara Kuno (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum

kebudayaan, bahkan sebelum adanya peradaban.

Coba salah satu cara dilakuakan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan

masalah dan apa bila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba.


40

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa

pemimpin- pemimpin masyarakat baik formal

atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima,

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih

dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris mapun penalaran

sendiri (Notoadmodjo, 2010).

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan dengan upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang pernah

diperoleh dalam memecahkan permasalahan

yang dihadapi dimasa lalu (Notoatmodjo, 2010).


41

4) Cara modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau

lebih populer metodologi penelitian. Cara ini

mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon,

kemudian dikembangkan oleh Deobold Van

Deven. Akhirnya lahir suatu cara untuk

melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah (Notoadmodjo, 2010).

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Mubarak (2011) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan

maka akan semakin mudah mereka menerima

informasi dan pada akhirnya makin banyak pula


42

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika

tingkat pengetahuannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai

yang diperkenalkan.

2) Lingkungan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baik secara langsung maupun

secara tidak langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang maka

akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan

psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik

secara garis besar ada 4 kategori perubahan.

Pertama, perubahan ukuran, kedua, perubahan

proporsi, ketiga, hilangnya ciri-ciri lama,

keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi

akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek


43

psikologis atau mental taraf berpikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

4) Mental

Sebagai sesuatu kecendrungan atau keinginan

yang tinggi terhadap suatu minat dijadikan

seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal

dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah

dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman

yang kurang baik, seseorang akan berusaha

untuk melupakannya namun jika pengalaman

terhadap objek tersebut menyenangkan secara

psikologis akan timbul kesan yang mendalam

dan membekas dalam emosi kejiawaannya dan

akhirnya dapat pula membentuk sikap postif

dalam kehidupannya.
44

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

7) Informasi

Informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang

baru.

4. Kepatuhan

a. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang

berarti disiplin dan taat. Niven (2012)

mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang

diberikan oleh petugas kesehatan.

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti

taat, suka menuruti dan disiplin. Kepatuhan adalah

tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu


45

tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan

kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat (Kozier,

2010).

b. Faktor-Faktor yang Mendukung Kepatuhan

Pasien

Niven (2012) menyatakan ada beberapa faktor yang

dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya:

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha seseorang untuk

meningkatkan kepribadian dan proses

perubahan prilaku. Dengan pendidikan yang

tinggi diharapkan pasien mampu menerima

informasi- informasi yang diberikan oleh dokter

maupun petugas kesehatan.

2) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami

ciri kepribadian pasien yang dapat

mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang lebih


46

mandiri, harus dilibatkan secara aktif dalam

program pengobatan sementara pasien yang

tingkat ansietasnya tinggi harus diturunkan

terlebih dahulu. Apabila tingkat ansietas pasien

tinggi atau rendah ini akan mempengaruhi

tingkat kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi

obat.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Dalam meningkatkan kepatuhan pasien minum

obat sangat penting Membangun dukungan

Keluarga, masyarakat dan teman-teman karena

kelompok-kelompok pendukung dapat membantu

memahami kepatuhan terhadap program

pengobatan, seperti mematuhi mengkonsumsi

obat.

4) Perubahan Model Terapi

Perubahan model terapi dapat dilakukan untuk

mengurangi rasa bosan pada pasien dan dengan


47

perubahan model terapi diharapkan kepatuhan

pasien semakin meningkat.

5) Meningkatkan interaksi profesional kesehatan

dengan pasien Adalah suatu hal yang penting

untuk memberikan umpan balik pada pasien

setelah memperoleh informasi sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan pasien.

c. Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan

Niven (2012) menyatakan berbagai strategi telah

dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah:

1) Dukungan profesional kesehatan

Dukungan profesional kesehatan sangat

diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan.

Contoh yang paling sederhana dalam dukungan

tersebut adalah dengan adanya teknik

komunikasi. Komunikasi memegang peranan

penting karena komunikasi yang baik diberikan

oleh profesional kesehatan baik dokter atau


48

perawat dapat menanamkan ketaatan bagi

pasien.

2) Dukungan sosial

Dukungan sosial yang dimaksud adalah

keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat

meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang

peningkatan kesehatan pasien maka

ketidakpatuhan dapat dikurangi.

3) Perilaku sehat

Perilaku kesehatan adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau

objek yang diberkaitan dengan sakit dan

penyakit sistem pelayanan kesehatan, makanan

dan minuman. Perilaku pemeliharaan kesehatan

terdiri dari 3aspek yakni:

a) Perilaku pencegahan penyakit dan

penyembuhan Perilaku peningkatan

kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

sehat.
49

b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila

seseorang dalam keadaan sehat.

c) Perilaku gizi (makanan) dan minum,

makanan dan minuman dapat memelihara

dan meningkatkan kesehatan seseorang.

4) Pemberian informasi

Pemberian informasi yang jelas kepada klien dan

keluarga mengenai penyakit yang dideritanya

serta cara pengobatannya.

d. Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia

Kepatuhan berobat adalah tingkat perilaku

penderita dalam mengambil suatu tindakan

pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan

hidup dan ketepatan berobat. Dalam pengobatan

seseorang dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut

melalaikan kewajiban berobat sehingga dapat

menyebabkan terhalangnya kesembuhan (Niven,

2012).
50

Kepatuhan adalah sikap atau ketaatan.

Kepatuhan dimulai mula- mula individu mematuhi

anjuran petugas kesehatan tanpa relaan untuk

melakukan tindakan (Niven, 2012). Notoatmodjo

(2010) menyatakan bahwa kepatuhan adalah ketaatan

pasien dalam melaksanakan tindakan terapi.

Kepatuhan pasien berarti bahwa pasien dan keluarga

harus meluangkan waktu dalam menjalani pengobatan

yang dibutuhkan. Pasien yang patuh berobat adalah

pasien yang menyelesaikanpengobatan secara teratur

dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan

sampai dengan 9 bulan. Pasien lalai jika lebih dari

tiga hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan

dikatakan dropout jika lebih dari 2 bulan berturut-

turut tidak datang berobat.


51

B. Kerangka teori

Faktor Yang
Tugas kesehatan keluarga: Mempengaruhi
1. Mengenal masalah Pengetahuan :
2. Membuat keputusan 1. Pendidikan
3. Memberi perawatan 2. Informasi
4. Mempertahankan 3. Pengalaman
suasana rumah yang 4. Budaya
sehat 5. Sosial Ekonomi
5. Mengunakan fasilitas
kesehatan

Skizofrenia
Tingkat Pengetahuan :
1. Tahu
2. Paham
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis Penatalaksanaan skizofrenia :
1. Terapi psikososial
6. Evaluasi
2. Terapi biologis
- Obat anti psikotik
- Elektrokovulsif therapy
Faktor yang mendukung
(ECT)
kepatuhan : - Pembedahan otak
1. Pendidikan
2. Akomodasi
3. Modifikasi faktor
lingkungan dan sosial
4. Perubahan model Kepatuhan Minum
terapi Obat
5. Meningkatkan
interaksi personal
kesehatan dengan
pasien

Gamabar 2.1 Kerangka konsep pengetahuan keluarga dan


kepatuhan minum obat
Sumber : Wawan (2010), Niven (2012), Mubarak (2011),
Harmoko (2013), Yosep (2014)
52

C. Kerangka Konsep

Faktor Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan :
1. Pendidikan
2. Informasi
3. Pengalaman
Tingkat Pengetahuan :
4. Budaya
1. Tahu 5. Sosial Ekonomi
2. Paham
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis Skizofrenia Kepatuhan Minum
6. Evaluasi Obat

Faktor yang mendukung


kepatuhan :
1. Pendidikan
2. Akomodasi
3. Modifikasi faktor
lingkungan dan sosial
4. Perubahan model
terapi
5. Meningkatkan
interaksi personal
kesehatan dengan
pasien

: Diteliti : Tidak Diteliti

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep Penelitian


53

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan

(Sugiyono, 2014). Hipotesis penelitian ini adalah:

a. Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan berobat pada pasien skizofrenia di

poliklinik jiwa RSUD Sumbawa

b. Ho : Tidak Ada hubungan antara tingkat pengetahuan

keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien skizofrenia

di poliklinik jiwa RSUD Sumbawa


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu yang penting dalam

penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol

beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu

hasil. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dengan mengunakan deskriptif correlatian dengan disain

penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian yang

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko

dan efek dengan cara observasi data sekaligus yang

menggukan metode kuesioner. Artinya setiap subjek

penelitian hanya di observasi sekali saja (Notoadmodjo,

2018). Dalam Penelitian ini untuk mengetahui hubungan

tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia pada saat bersamaan.

54
55

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya

manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian

ini adalah anggota keluarga pasien yang mengalami

gangguan jiwa dengan diagnosa Skizofrenia di

Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kabupaten Sumbawa yang melakukan kunjungan

dalam 3 Bulan terakhir berjumlah 157 orang

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek

penelitian melalui sampling dengan menggunakan

rumus Slovin (Nursalam, 2017) :

N
n=
1 + N(e)²
Keterangan:

N : Besar populasi
56

n : Besar sampel
E : Nilai presisi 10% (0,10)

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi.

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 61 orang.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poliklinik Jiwa

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sumbawa

pada bulan Agustus - Oktober tahun 2023

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).

Variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Variabel Independen

Variabel bebas dalam penelitian ni adalah tingkat

pengetahuan keluarga.
57

b. Variabel Dependen

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan

minum obat pada pasien skizofrenia.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan

karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut. Karakteristik yang diamati (ukur) merupakan

kunci definisi operasional Karakteristik yang diamati (ukur)

merupakan kunci definisi operasional.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Definisi Cara Skala


Variabel Operasional Ukur Ukur Skor
o
Pengetahuan Dikatakan baikjika
keluarga dalam skornya ≥17 Dan
merawat anggota Kuesioner dikatakan kurang
1 Tingkat keluarganya (Ika Nominal baik jika skornya
Pengetah yangmengalami guswati,2019) <17
uan ganguan jiwa
skizofrenia.

Kepatu perilaku penderita Menggunaka 1. Kepatuhan renda


han dalam mengambil n kuesioner 0-<6
2 Minum suatu tindakan MMAS-8 Ordinal
2. Kepatuhan
Obat pengobatan, sedang 6-<8
3. Kepatuhan tinggi
8
58

F. Intrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

instrumen data berupa kuesioner dengan menggunakan

pertanyaan dan pernyataan terkait dengan penelitian,

kuesioner yang digunakan yaitu:

1. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner yang digunakan adalah skala gutman.

Skala ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan

keluarga dalam merawat anggota keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari

11 pertanyaan, terbagi atas 2 pilihan jawaban dengan

skor tertinggi yaitu 2 dan skor terendah yaitu 1.

Dikatakan 2 jika menjawab benar dan dikatakan 1 jika

menjawab tidak benar. Dibuktikan dengan rumus :

(Jumlah pertanyaan X Skor terendah) + (Jumlah pertanyaan


X Skor tertinggi)
2
(11x1) + (11x2) = 11+22 = 33 = 16,5 / 17

2 2 2
59

Sehingga dikatakan baik jika skor ≥ 17 dan dikatakan


kurang baik jika skor <17.

2. Kuesioner Kepatuhan

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat

untuk mengukur tingkat kepatuhan yaitu kuesioner

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8)

diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh

(Jamaluddin, 2019). Penilaian tingkat kepatuhan minum

OAT pada pasien TB paru diukur dengan kuesioner

MMAS-8, di mana untuk pertanyaan 1 sampai 7 jika

jawaban “ya” maka diberi skor 0 dan jika jawaban

“tidak” diberi skor 1 terkecuali untuk pertanyaan 5.

Pertanyaan 5 jika jawaban “ya” maka diberi skor 1 dan

jika jawaban “tidak” diberi skor 0. Pertanyaan 8

menggunakan skala likert terdiri dari 5 pernyataan

dengan skala ukur yaitu skor 1 tidak pernah, skor 0,75

pernah sekali, skor 0,50 kadang-kadang, skor 0,25

biasanya, dan skor 0 selalu. Kuesioner MMAS-8

diklasifikasikan menjadi 3 tingkat kepatuhan minum


60

obat yaitu skor 8 kepatuhan tinggi, skor 6-<8 kepatuhan

sedang, dan skor 0-<6 kepatuhan rendah

G. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu dengan teknik simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2018), simple random sampling

merupakan suatu teknik pengambilan sampel yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

terdapat dalam populasi tersebut. Sampel yang diambil

didasarkan pada kriteria dasar, yaitu:

Kriteria sampel inklusi adalah :

a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dengan diagnosa

Skizofrenia dan sedang berobat di poliklinik Jiwa

Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa

b. Anggota keluarga yang mampu membaca dan menulis.

c. Bersedia menjadi responden


61

Kriteria sample eksklusi adalah :

a. Keluarga yang tidak berada ditempat dan

berpergian saat dilakukanpenelitian.

b. Keluarga yang memiliki keterbatasan fisik dan

mental

c. Keluarga yang tidak kooperatif

H. Cara Pengumpulan Data

1. Tahap Persiapan

a. Mengurus Surat Studi Pendahuluan dari Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Samawa

b. Melakukan Studi Pendahuluan pada keluarga dan

pasien dengan diagnosa skizofreniadi Poliklinik

Jiwa RSUD Kabupaten Sumbawa.

c. Menyusun Proposal Penelitian

d. Bimbingan Proposal penelitian

e. Seminar Proposal penelitian

f. Revisi Proposal PenelitianTahap Pelaksanaan

g. Mengurus surat izin penelitian di kampus


62

h. Penelitian dilakukan di Poliklinik Jiwa RSUD

Kabupaten Sumbawa.

i. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner

j. Pengolahan data dilakukan oleh peneliti sendiri

k. Analisis data dilakukan oleh peneliti sendiri

2. Tahap akhir

a. Menyimpulkan hasil penelitian

b. Membuat laporan hasil penelitian

c. Konsultasi hasil penelitian pada pembimbing

d. Melaksanakan seminar hasil penelitian

e. Melakukan perbaikan atau revisi dari hasil yang

telah diseminarkan

I. Pengolahan Data dan Metode Analisa Data

1. Teknik pengolahan data

Menurut (Notoatmodjo, 2018), pengolahan data

merupakan satu langkah penting, karena data yang

diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum

memberikan informasi apa – apa, dan belum siap untuk


63

disajikan. Proses pengolahan data dapat dilakukan

melalui tahap – tahap sebagai berikut:

a) Editing (Penyuntingan data)

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian kusioner. Pada penelitian ini yang

dilakukan editing adalah:

1) Mengecek isian kuesioner apakah sudah

lengkap, dalam artian semua pernyataan sudah

terisi dengan lengkap.

2) Mengecek jawaban atau tulisan dari masing –

masing pernyataan apakah cukup jelas.

b) Tabulation

Tabulasi adalah meberikan skor pada setiap item dan

mengubah jenis data dengan memodifikasi sesuai

dengan teknik analisis yang digunakan.

c) Coding (Membuat lembaran kode)

Coding merupakan kegiatan mengubah data

berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau


64

bilangan. Coding dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara memberi kode jawaban untuk

mempermudah proses pemasukan data dan analisa

data.

d) Processing

Setelah semua lembar kuisioner terisi penuh dan

telah benar serta sudah melewati pengkodean,

langkah pengolahan selanjutnya adalah memproses

data agar yang sudah di-entry dapat dianalisis.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara entry data

dari lembar kuisioner ke program SPSS pada

komputer.

e) Cleaning (Pembersihan Data)

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yangs udah dientry apakah terdapat kesalahan

atau tidak, seperti adanya kesalahan – kesalahan

kode, ketidaklengkapan,dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.


65

2. Analisa Data

a) Analisa Univariat

Pada analisa ini digunakan tabel distribusi frekuensi

dari tiap variabel yang dianggap terikat dengan

tujuan penelitian. (Hastono, 2016). Bentuk analisa

univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data

numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median

dan standar deviasi. Pada umumnya dalam analisis

ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel

b) Analis`a Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada

dua variabel secara langsung yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Analisa bivariat

dilakukan dengan mengaitkan data variabel pertama

dengan variabel kedua (Hasnidar et al., 2020).


66

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen, yaitu hubungan pengetahuan dan sikap

terhadap kecemasan keluarga gangguan jiwa. Uji

hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan uji Chi Square. Uji ini dipilih karena

data yang didapatkan adalah jenis data ordinal,

sehingga dapat digunakan untuk menganalisis data

yang secara inhern adalah data dalam bentuk

rangking. Syarat uji ini antara lain jumlah sampel

harus cukup besar yakni ≥ 30, pengamatan harus

bersifat independen, dan hanya dapat digunakan

pada data diskrit atau data kontinu yang telah

dikelompokkan menjadi kategori. Rumus Chi Square

sebagai berikut:

Keterangan:

X 2 = Nilai chi-square
67

𝑓𝑓= Frekuensi yang diperoleh


(obtained frequency)

𝑓𝑓= Frekuensi yang diharapkan


(expected frequency)

Dalam penelitian ini dalam untuk memudahkan

menguji data peneliti menggunakan program SPSS

for windows. Dasar pengambilan keputusan

hipotesis berdasarkan perbandingan Chi Square

hitung dengan Chi Square tabel sebagai berikut:

1) Jika Chi Square Hitung < Chi Square Tabel

maka hipotesis penelitian (Ho) diterima.

2) Jika Chi Square Hitung > Chi Square Tabel

maka hipotesis penelitian(Ho) ditolak.

Sedangkan dasar pengambilan keputusan

hipotesis berdasarkan tingkat signifikansi (nilai α)

sebesar 95%:

1) Jika nilai probabilitas > α (0,05) maka hipotesis

penelitian (Ho)diterima.
68

2) Jika nilai probabilitas ≤ α (0,05) maka hipotesis

penelitian (Ho)ditolak (Hasnidar et al., 2020)

J. Etika Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2018), etika penelitian

mencakup perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap

subjek serta sesuatu yang dihasilkan peneliti bagi

masyarakat. Beberapa prinsip etika dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti meyakinkan responden bahwa penelitian ini

bebas dari bahaya, tidak bersifat memaksa melainkan

sukarela.

2. Responden berrhak untuk mendapatkan informasi

lengkap diantaranya mengenai tujuan, cara penelitian,

cara pelaksanaan, manfaat penelitian dan hal– hal lain

yang berkaitan dengan penelitian.

3. Informed consent atau lembar persetujuan yang

diberikan kepada responden. Responden harus

mengetahui kriteria yang harus ditentukan. Lembar

informed consent harus dilengkapi dengan judul


69

penelitian dan manfaat penelitian, bila responden

menolak maka peneliti tidak boleh memaksa dan

menghormati hak – haknya.

4. Tanpa nama, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pertanyaan untuk menjaga

kerahasian responden.

5. Confidentiality, kerahasian infromasi responden

dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran lokasi penelitian

RSUD Sumbawa adalah rumah sakit milik

Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Sejarah berdirinya

RSUD Sumbawa secara singkat dapat diuraikan, bahwa

RSUD Kabupaten Sumbawa berdiri sejak tahun 1950

yang berlokasi di Jalan Garuda Nomor 5 Sumbawa seluas

area 8.120 m2

RSUD Kabupaten Sumbawa memiliki Visi yaitu

“Terwujudnya masyarakat Sumbawa yang berdaya saing,

mandiri, dan berkepribadian berlandaskan semangat

gotong royong”, kemudian Misi RSUD Kabupaten

Sumbawa yaitu :

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia;

b. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sarana

prasarana Rumah Sakit;

70
71

c. Meningkatkan tata kelola keuangan melalui

pemantapan implementasi PPK- BLUD;

d. Menyelenggarakan layanan kesehatan yang

terjangkau;

2. Hasil Analisa Data

a. Distribusi data responden berdasarkan karakteristik

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan keluarga dengan

kepatuhan minum obat di poliklinik RSUD Sumbawa,

yang dilakukan pada bulan oktober sampai november

2023. Pada penelitian ini jumlah respondennya

sebanyak 61 orang. Data diperoleh dari responden

dengan mengisi kuesioner yang telah di sediakan.

Karakteristik umum responden terdiri dari jenis

kelamin, umur, dan tingkat pendidikan dapat dilihat

pada tabel berikut :


72

Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin


umur, dan tingkat pendidikan

NO VARIABEL FREKUENSI PERSENTASE


1 Jenis Kelamin :
- Laki - laki 29 47.5
- Perempuan 32 52.5
2 Umur
- 17 - 25 Tahun 14 23
- 26 - 35 Tahun 11 18
- 36 - 45 Tahun 17 27.9
- 46 - 55 Tahun 12 19.7
- 56 - 65 Tahun 7 11.5
- > 65 Tahun - -
3 Pendidikan
- SD 10 16.4
- SMP 13 21.3
- SMA 28 45.9
- Diploma 3 3 4.9
- Sarjana 7 11.5
Sumber : data primer diolah 2023
Dari tabel 4.1 menunjukkan responden berjumlah 61

orang, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan

(52.5%), dengan usia mayoritas responden 36 - 45

berjumlah (27.9%), dengan latar belakang pendidikan

mayoritas SMA berjumlah (45.9 %) dan moyoritas

pekerjaan adalah petani berjumlah (31.1 %).


73

Tabel 4.2 karakteristik responden berdasarkan tingkat


pengetahuan dan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia

NO VARIABEL FREKUENSI PRESENTASE


1 Tingkat Pengetahuan
Keluarga
- Baik 52 85.2
- Kurang Baik 9 14.8
2 Kepatuhan Minum
Obat
- Kepatuhan Tinggi 9 14.8
- Kepatuhan Sedang 21 34.4
- Kepatuhan Rendah 31 50.8

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan dari 61 reponden

yang di teliti menunjukan mayoritas pengetahuan baik

sebanyak (85.2 %) dan pengetahuan kurang baik sebesar

(14.8 %) sedangkan untuk kepatuhan minum obat

mayoritas kepatuhan rendah sebanyak (50.8 %)

b. Analisa hubungan tingkat pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan minum obat

Analisa hubungan antara tingkat pengetahuan

keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien

skizofrenia dengan mengunakan Chi Square data

sebagai berikut :
74

Tabel 4.3 tabel uji analisa Chi Square


Tingkat Kepatuhan Minum Obat P- Value
Pengetahuan
Keluarga Rendah Sedang Tinggi Total
F % F % F % F % 0.015
Kurang Baik 8 88.9 1 11.1 0 0.0 9 100.0
Baik 23 44.2 2 38.5 9 17.3 52 100.0
Total 31 50.8 21 34.4 9 14.8 61 100.0

Uji Chi Square di lakukan untuk menganalisa ada

tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia.

Berdasarkan hasil analisa Chi Square di dapatkan hasil p

value 0.015. dimana nilai p<0,05 berarti ada hubungan

yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di

Poliklinik Rumah Sakit Umum Sumbawa.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Gambaran umum penelitian yang dilakukan

adalah untuk mendapatkan data mengenai karakteristik

responden dengan tujuan untuk mengetahui apakah

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga


75

dengan kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di

Poliklinik Jiwa RSUD Kabupaten Sumbawa.

Pengumpulan data dalam penelitian ini berguna untuk

mengetahui karakteristik responden dengan cara

menyebarkan kuesioner yang akan diisi oleh keluarga

pasien yang di diagnosa skizofrenia yang melakukan

kunjungan ke poliklinik jiwa RSUD Sumbawa.

Karakteristik responden yang diteliti meliputi usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan pekerjaan keluarga pasien.

a. Usia

Mayoritas pada penelitian ini karakteristik

responden berada pada usia dewasa akhir 36 - 45

tahun. Menurut Mubarak (2011) dengan

bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis dan taraf

berpikir sesorang semakin matang dan dewasa.

Sehingga diharapkan responden dalam penelitian ini

mampu memiliki kedewasaan, kematangan jiwa,

berfikir rasional dalam melakukan perawatan pasien


76

dengan gangguan jiwa selama di rumah. Banyaknya

responden pada kelompok usia dewasa dalam

penelitian ini disebabkan responden adalah keluarga

dari pasien yang berada pada usia dewasa. Hal ini

sejalan dengan penelitian suwaryo (2017)

mengatakan bahwa Usia seseorang juga

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

baik.

Usia merupakan salah satu domain penting

yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

dalam hidupnya. Semakin tua seseorang maka akan

semakin banyak pengalaman yang dijalani orang

tersebut. Semakin cukup usia, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya


77

dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai dasar dari pengalaman dan kematangan jiwa

(Notoatmodjo, 2013)

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin

dalam penelitian ini ditemukan bahwa responden

terbanyak berada pada jenis kelamin perempuan.

Umumnya perempuan diangap lebih peduli terhadap

kesehatan dari pada yang berjenis kelamin laki - laki.

Permpuan cinderung lebih telaten dalam melakuka

suatu pekerjaan dalam mengawasi oangota keluarga

dalam melakuakan program pengobatan, perempuan

juga memiliki sifat sabar dan telaten dalam merawat

angota keluarga yang sakit dari pada laki - laki

( hayati & musa, 2016:magfirralh, 2017 ). meskipun

demikian, jenis kelamin seseorang belum tentu

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang ,

pengalaman dan peran keluarga lebih berpengaruh

terhadap pengetahuan yang diperole, tidak


78

tergantung pada apakah keluarga tersebut berjenis

kelamin laki - laki atau perempuan (yuyun 2012).

c. Pendidikan

Berdasarkan data yang didapatkan dalam

penelitian ini yaitu mayoritas responden memiliki

pendidikan terakhir yaitu pada tingkat Sekolah

Menengah Atas (SMA). Pendidikan merupakan hal

penting, dalam rangka memberikan bantuan terhadap

pengembangan individu seutuhnya, dalam arti

supaya dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya. Pendidikan yang tinggi diharapkan

pemahaman komunikasi, informasi, dan edukasi

akan lebih baik. Tingkat pendidikan seseorang yang

semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat

pengetahuan yang dimiliki karena semakin mudah

untuk menerima informasi yang dibutuhkan dan

melakukan pemanfaatan terhadap pelayanan

kesehatan yang ada untuk meningkatkan kualitas

hidupnya. Pendidikan adalah proses belajar yang


79

berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan

atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik

dan lebih matang pada diri individu, keluarga atau

masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian

suwaryo (2017) mengatakan bahwa Mereka yang

pernah menempuh jenjang pendidikan dengan level

lebih tinggi memiliki pengalaman dan wawasan lebih

luas, yang akan berdampak kepada kognitif

seseorang.

2. Tingkat pengetahuan keluarga

Pada penelitian ini didapatkan bahwa

pengetahuan keluarga pasien dengan skizofrenia rata-

rata berada pada kategori baik (85.2%). Berdasarkan

hasil tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan

keluarga sudah baik terkait gejala dan bagaimana

merawat keluarga yang menderita skizofrenia. Hal ini

disebabkan karena keluarga sering mengantar pasien

Skizofrenia ke rumah sakit, selain itu juga pengalaman

yang dialami oleh keluarga dalam merawat pasien


80

Skizofrenia dapat menyebabkan bertambahnya

pengetahuan keluarga, meskipun keluarga jarang

mendapatkan informasi tentang Skizofrenia dari petugas

kesehatan. Ini sesuai dengan hasil penelitian Yuniar

(2022), yang sama-sama menunjukkan hasil sebagian

besar responden memiliki pengetahuan baik tentang

ganguan jiwa. Menurut Lestari (2015), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,

informasi, pengalaman, budaya dan sosial ekonomi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan maka sikap keluarga tentang penderita

gangguan jiwa semakin positif.

Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui

berkaitan dengan proses pembelajaran, pada proses

belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

dari dalam seperti motivasi dan faktor dari luar berupa

sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial

budaya (Budiman, 2014). Cara memperoleh tahu salah

satunya yaitu dengan berdasarkan pengalaman pribadi,


81

pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu merupakan cara memperoleh

pengetahuan, pengalaman pribadi akan meninggalkan

kesan yang kuat, maka dari itu penghayatan akan

pengalaman yang lebih lama berbekas (Notoatmodjo,

2013).

Penelitian ini juga diperkuat oleh teori

Notoatmodjo (2013) yaitu pengetahuan adalah hasil

pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu

pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui oleh indra pendengaran

(telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan

seseorang tehadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan keluarga

mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha dalam


82

memberikan iklim yang kondusif bagi anggota

keluarganya. Keluarga selain dapat meningkatkan dan

mempertahankan kesehatan mental anggota keluarganya,

juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota

keluarga yang mengalami ketidakstabilan mental sebagai

akibat minimnya pengetahuan mengenai persoalan

kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2012).

3. Tingkat Kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas

kepatuhan minum obat pasien skizofrenia berada pada

kategori rendah sebanyak (50.8 %). Ketidakpatuhan minum

obat merupakan tantangan utama dalam pengobatan pasien

skizofresnia secara global karena perawatan pasien

skizofrenia memang membutuhkan waktu yang cukup lama

(Akter et al., 2019). hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Yilmas dan Okonli (2015 ) menunjukkan dari 63 pasien

skizofrenia terdapat 54% pasien skizofrenia memiliki

kepatuhan minum obat rendah. Kepatuhan berobat adalah

tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan


83

pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup

dan ketepatan berobat. Dalam pengobatan seseorang

dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan

kewajiban berobat sehingga dapat menyebabkan

terhalangnya kesembuhan (Niven, 2012).

Menurut Penelitian Jannah (2021) tentang

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia, penyebab

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia ada 2 faktor

yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah

faktor yang berasal dari dalam diri pasien skizofrenia,

sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari

luar seperti lingkungan keluarga, masyarakat, dan dari

rumah sakit. Faktor internal meliputi faktor karakteristik

umum pasien (usia, penghasilan, tingkat pendidikan),

faktor kondisi kesehatan pasien (fisik, psikologis, kepuasan

kesehatan, jumlah rawat inap), faktor persepsi pasien

terhadap tenaga kesehatan (peran dokter, apoteker,

pengobatan, wawasan penyakit, aliansi terapeutik, fungi

global, efek samping obat), sedangkan faktor eksternal


84

meliputi dukungan keluarga dan dukungan tenaga

kesehatan (tenaga kesehatan, sosial medis, akses pelayanan

rumah sakit, intervensi).

4. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

mengunakan uji analisa Chi Square di dapatkan hasil p

value 0.015 (p<0,05), yang berarti ada hubungan antara

tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum

obat pada pasien skizofrenia di poliklinik jiwa RSUD

Sumbawa. Hasil ini sesuai dengan penelitian fausia (2020)

yang meneliti tingakat pengetahuan keluarga dan

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia di

Poliklinik Jiwa RSUD Salewawangan Maros. diperoleh

hasil uji statistik dengan Chi-square diperoleh nilai ρ =

0,017. Karena nilai ρ > α = 0,05 maka hipotesis alternatif

diterima. Interpretasi bahwa ada hubungan tingkat

pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat

pasien skizofrenia di Poli Jiwa RSUD Salewangan Maros.


85

Kepatuhan berobat adalah tingkat perilaku

penderita dalam mengambil suatu tindakan pengobatan,

misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup dan

ketepatan berobat. Kepatuhan dimulai mula - mula

individu mematuhi anjuran petugas kesehatan tanpa relaan

untuk melakukan tindakan. Dalam pengobatan seseorang

dikatakan tidak patuh apabila orang tersebut melalaikan

kewajiban berobat sehingga dapat menyebabkan

terhalangnya kesembuhan, pasien yang patuh berobat

adalah pasien yang menyelesaikan pengobatan secara

teratur dan lengkap tanpa terputus (Niven, 2012).

Menurut Niven (2012) Dalam meningkatkan

kepatuhan pasien minum obat sangat penting Membangun

dukungan Keluarga, masyarakat dan teman-teman, karena

kelompok-kelompok pendukung dapat membantu

memahami kepatuhan terhadap program pengobatan. Hal

ini sejalan dengan penelitian Siagian (2022), dimana

responden yang memiliki dukungan keluarga yang tidak

baik (59%) kebanyakan tidak patuh minum obat,


86

sedangkan yang memiliki dukungan keluarga baik (41%)

memiliki kepatuhan minum obat yang baik. Keluarga

merupakan orang terdekat dengan pasien, mempunyai

peranan penting dalam kesembuhan pasien, sala satunya

mendukung informasi dimana jenis dukungan ini meliputi

jaringan komunikasi dan tangung jawab bersama yaitu

temasuk didalamnya meberikan solusi atas masalah,

memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik

tentang apa yang dilakukan seseorang, selain itu keluarga

sebagai penyedia informasi untuk melakukan konsultasi

yang teratur ke rumah sakit dan terapi yang baik bagi

dirinya serta tindakan spesifik bagi klien untuk melawan

stresor (fausia, 2020).

Notoadmodjo dalam kutipan Kholid (2015)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan

sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan

perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa

pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan


87

seseorang. Perilaku seseorang didasarkan atas pengetahuan

yang dimiliki, jika sesoarang memiliki pengetahuan yang

baik maka mempengaruhi mereka dalam beperilaku baik

dan menunjukkan perilaku positif, sedangkan orang yang

perpengetahuan kurang baik maka akan mempengaruhi

mereka untuk berperilaku cenderung pada perbuatan

negatif. Maka dari itu diperlukan pengetahuan dan

pemaham keluarga dan orang terdekat tentang penyakit

skizofrenia sepeti faktor penyebab, cara pemberian obat,

dosis obat, dan efek samping pengobatan, gejala

kekambuhan, serta sikap yang perlu ditunjukkan dan

dihindari selama merawat klien di rumah, sehinga pada

ahirnya pasien skizofrenia patuh dan teratur dalam

mengkonsumsi obatnya sendiri.

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan Penelitian Saat penelitian ini

dilaksanakan peneliti mengalami beberapa keterbatasan dan

hambatan yaitu : Pada saat penelitian ada keluarga pasien

yang tidak mau menjadi responden (tidak kooperatif)


88

sehingga tidak mengambilnya sebagai sampel dan mencari

responden yang ingin mengisi kuesioner.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik reponden dari hasil penelitian didapatkan

mayoritas responden berjenis kelamin perempuan

(52.5%), dengan usia mayoritas responden 36 - 45

berjumlah (27.9%), dengan latar belakang pendidikan

mayoritas SMA berjumlah (45.9 %) dan moyoritas

pekerjaan adalah petani berjumlah (31.1 %).

2. Mayoritas pengetahuan responden baik sebanyak (85.2 %)

dan pengetahuan kurang baik sebesar (14.8 %) dan

mayoritas Kepatuhan minum obat rendah sebanyak

(50.8 %)

3. Hasil analisa Chi Square di dapatkan hasil p value 0.015.

dimana nilai p<0,05 yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan

kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia.

89
90

B. Saran

1. Bagi keluraga

Keluarga yang masih satu rumah dengan pasien dengan

skizofrenia dapat meningkatkan lagi pengetahuan dan

dukungan maupun dorongan untuk pasien agar patuh

minum obat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Kiranya penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan

bagi ilmu pengetahuan, serta dapat dijadikan pembanding

jika ada penelitian sejenis yang dilakukan mahasiswa lain

di kemudian hari.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat dilakukan

penelitian lanjut dengan metode yang berbeda dan

dengan sampel yang lebih banyak dari peneliti lakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2013). Kesehatan masyarakat : Teori &


Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Damayantie, N. and Elly, A. (2019) “Hubungan


Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Kontrol Berobat Pasien Skizofrenia
Di Poli Jiwa Rsjd Provinsi Jambi Tahun 2018”,
3(1), pp. 1–5.

Dinas kesehatan provinsi NTB 2019 diakses tanggal 12


agustus
https://data.ntbprov.go.id/dataset/pelayanan-
kesehatan-orang-dengan-gangguan-jiwa-odgj-
berat-di-provinsi-ntb

Dion, Yohanes & Yasinta Betan. (2013). Asuhan


Keperawatan Keluarga: Konsep dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika

Eltidawati, (2012). “hubungan pengetahuan keluarga


dalam merawat klien resiko perilaku kekerasan
dengan kekambuhan di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) di RS Jiwa Prof. DR. HB.
Sa’anin Padang”

Erter mariana situmorang (2021)”hubungan dukungan


keluarga dengan tingkat kepatuhan minum obat
pada pasien
skizofrenia”http://poltekkes.aplikasi-
akademik.com/xmlui/handle/123456789/4651

Fausia N., Hasanuddin.,Darwis .(2020). Hubungan


Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Skizofrenia
di Poliklinik Jiwa RSUD Salewangan Maros.
Hamdani, R., Haryanto, T., Dewi, N. (2017). Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Provinsi NTB. Nursing News. 2(3).

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga.


Semarang: Pustaka Belajar

Hasnidar et al. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Medan:


Yayasan Kita Menulis. 2020.

Hastono, S. P. (2016). Analisis Data Pada Bidang


Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ira Oktavia Siagian (2022). “Hubungan Dukungan


Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Pasien Skizofrenia”
https://jurnalkesehatanstikesnw.ac.id/index.php/s
tikesnw/article/view/102/67

Kaplan, H, I., Sadock, B, J. (2010). Retradasi Mental


dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang: Binarupa
Aksara.

Keliat. (2011). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC:


Jakarta

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Diakses


pada tanggal 3/07/ 2023jam 18.00 WITA

Latifah Miftahul Jannah (2021). “Kepatuhan Minum Obat


pada Pasien Skizofrenia”
http://digilib.unisayogya.ac.id/5590/

Mubarak. W. I. (2011). Promosi Kesehatan. Jakata:


Salemba Medika
Niven. (2012). Psikologi Kesehatan. Jakarta :EGC

Notoatmojo, (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rinekacipta

Notoatmodjo, (2018). Metode Penelitian Kesehatan.


Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam (2017). Metodeologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nuris Futihatun Niamah (2022). “Hubungan Antara


Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum
Obat Pada Pasien Ganguan
Jiwa”http://repository.unissula.ac.id/26730/1/Ilmu
%20Keperawatan_30901800132_fullpdf.pdf

Oktarisa, A. (2016). Gambaran Faktor-Faktor Pencetus


Kekambuhan Pasien yang Datang Kembali ke
Ruang Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa. Jurnal
Keperawatan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Pairan & Akhmad. (2018). Metode Penyembuhan


Penderita Skizofrenia Oleh Mantri dalam
Perspektif Pekerjaan Sosial. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 7(1), 2301-6418.

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013. Diakses
pada tanggal 29/07/2023 jam 17.00 WITA

Riskesdas. (2018). Laporan Nasional 2018. Retrieved


from http://www.depkes.go.id

Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. (2015 Dasar Metodologi


Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media
Publishing.
Stuart, dkk.(2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan
Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier

Sugiyono, (2018). Metodologi Penelitian Pendidikan


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D ).
Bandung : ALFABETA

Videbeck, S. L. (2013). Psychiatric-Mental Health


Nursing. 4th Ed. China: Wolters Kluwer

Videbeck, S. L. (2018) Buku keperawatan jiwa

Wawan, A, dkk. (2010). Teori Pengukuran: Pengetahuan,


sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika

World Health Organization. (2018). The World Health


Report: 2018: mental health. Retrieved from
http://who.int/whr/2018/en/

Yosep Iyus & Titin Sutini. (2014). Buku Ajar


Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Adilama
LAMPIRAN
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth Ibu/ Bapak/ Saudara/ Saudari
Di_
Tempat

Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini mahasiswa Program


Studi Sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kesehatan
Universitas Samawa :

Nama : Sri Wahyuni


Nim : 22.14201.2.031

Bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Hubungan


Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik Jiwa RSUD Sumbawa”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat kerugian bagi


masyarakat sebagai reponden, kerahasiaan semua informasi yang
diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk ke[entingan
penelitian. Saya mohon kesedian Ibu/Bapak/Saudara/Saudari
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
Apabila Ibu/Bapak/Saudara/Saudari tidak menghendaki untuk
menjadi responden, Ibu/Bapak/Saudara/Saudari berhak menolak

Demikian permohonan saya, atas ketersediaan dan partisipasi


Ibu/Bapak/Saudara/Saudari, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya

(Sri wahyuni)
Lampiran 2
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan atas penelitian yang akan


dilakukan, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Dengan ini bersedia menjadi responden dalam penellitian dengan


judul “Hubungan Tingakat Pengetahuan Keluarga dengan
Keptuhan Minum Obat pada Pasien Skizofrenia di Poliklinik
Rumah Sakit Umum Sumbawa”.

Sumbawa, 2024
Reponden

( )
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN
I. Kuesioner Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa
Skizofrenia
Petunjuk pengisian :
 Beri tanda (√) pada jawaban yang saudara anggap
benar
 Jawablah pilihan tidak boleh lebih dari satu
No Pernyataan Benar Salah
Gangguan jiwa merupakan
gangguan pada fungsi jiwa yang
1 menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau
hambatan dalam melakukan peran
social
Kejadian yang menekan, stress dan
2 ketegangan hidup merupakan
penyebabseseorang mengalami
gangguan jiwa
Perubahan perilaku pada
3 seseorang
merupakan salah satu ciri dari
seseorang mengalami gangguan jiwa
4 Salah satu gejala dari gangguan
jiwa adalah ketika melihat,
mendengar atau merasakan sesuatu
yang sebenarnya tidak nyata
Muka merah dan tegang,
5 pandangantajam, bicara
kasar, bukan merupakan
tanda dan gejala gangguan jiwa
skizofrenia
Keluarga berperan penting sebagai
6 tempat individu memulai hubungan
interpersonal
dengan lingkungannya
Keluarga tidak peduli dan
7 mengucilkananggota keluarganya
yang mengalami
gangguan jiwa
Keluarga mendukung pengobatan dan
8 perawatan anggota keluargamya
yang mengalami
gangguan jiwa
Keluarga membantu anggota
9 keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa dalam
meminum obat secara rutin
Keluarga tidak memberikan
10 kebebasan
kepada anggota keluarganya ikut
sertadalam kegiatan social
Keluarga mengantar anggota
11
keluarganya
control sesuai yang dianjurkan dokter

Ika Guswati, 2019


II. Kuesioner Kepatuhan Minum Obat
Kuesioner MMAS-8
Petunjuk : tandai (centang) pada kolom yang sesuai dengan
jawaban
No Pernyataan Ya Tidak
Apakah pasien kadang - kadang/pernah lupa
1 minum obat ?

Kadang - kadang pasien lupa minum obat


karena alasan tertentu (selain lupa ), coba ingat
- ingat lag, apakah dalam 2 minggu terahir,
2 terdapat hari dimana pasien tidak minum obat
?
Jika pasien merasa keadaan pasien bertambah
buruk / tidak baik dengan minum obat,
3 apakah pasien berhenti minum obat tersebut ?

Ketika pasien berpergian /meningalkan


4 rumah, apakah kadang-kadang pasien lupa
membawa obat ?
Apakah kemarin pasien minum obat ?
5
Jika pasien merasa kondisi pasien lebih baik,
6 apakah pasien pernah menghentikan/tidak
mengunakan obatnya ?
Minum obat tiap hari kadang membuat pasien
7 tidak nyaman, apakah pasien pernah merasa
terganggu memiliki masalah dalam mematuhi
rencana pengobatannya ?
Seberapa sering pasien mengalami kesulitan
dalam mengingat pengunaan obatnya ?
a. Tidak pernah
8 b. Sesekali
c. Kadang-kadang
d. Biasanya
e. Selalu/sering
Lampiran 4
Dokumentasi
Lampiran 5
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Statistics

Jenis Pendidika Tingkat Kepatuhan


Usia Kelamin n Pengetahuan Minum Obat
N Valid 61 61 61 61 61

Missing 0 0 0 0 0
Mean 2.79 1.52 2.74 1.85 1.64
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 5 2 5 2 3

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17-25 Tahun 14 23.0 23.0 23.0
26-35 Tahun 11 18.0 18.0 41.0
36-45 Tahun 17 27.9 27.9 68.9
46-55 Tahun 12 19.7 19.7 88.5
56-65 Tahun 7 11.5 11.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki - Laki 29 47.5 47.5 47.5
Perempuan 32 52.5 52.5 100.0
Total 61 100.0 100.0
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 10 16.4 16.4 16.4
SMP 13 21.3 21.3 37.7
SMA 28 45.9 45.9 83.6
Diploma 3 4.9 4.9 88.5
Sarjana 7 11.5 11.5 100.0
Total 61 100.0 100.0

Tingkat Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang Baik 9 14.8 14.8 14.8
Baik 52 85.2 85.2 100.0
Total 61 100.0 100.0

Kepatuhan Minum Obat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kepatuhan Rendah 31 50.8 50.8 50.8
Kepatuhan Sedang 21 34.4 34.4 85.2
Kepatuhan Tinggi 9 14.8 14.8 100.0
Total 61 100.0 100.0
Crosstabs

Tingkat
Case Processing Pengetahuan * Kepatuhan Minum Obat Crosstabulation
Summary
Cases Minum Obat
Kepatuhan
Valid Missing Total
Kepatuhan Kepatuhan Kepatuhan
N Percent N Percent N Percent
Rendah Sedang Tinggi Total
Tingkat Pengetahuan *
61 100.0% 0 0.0% 61 100.0%
Kepatuhan
Tingkat Minum Obat Count
Kurang 8 1 0 9
Pengetahua Baik % within Tingkat
n 88.9% 11.1% 0.0% 100.0%
Pengetahuan

% within
Kepatuhan 25.8% 4.8% 0.0% 14.8%
Minum Obat
% of Total 13.1% 1.6% 0.0% 14.8%

Baik Count 23 20 9 52

% within Tingkat
44.2% 38.5% 17.3% 100.0%
Pengetahuan

% within
Kepatuhan 74.2% 95.2% 100.0% 85.2%
Minum Obat
% of Total 37.7% 32.8% 14.8% 85.2%
Total Count 31 21 9 61

% within Tingkat
50.8% 34.4% 14.8% 100.0%
Pengetahuan
% within
Kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
Minum Obat
% of Total 50.8% 34.4% 14.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.236a 2 .015
Likelihood Ratio 7.603 2 .022
Linear-by-Linear
5.512 1 .019
Association
N of Valid Cases 61
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.33.
Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian

Anda mungkin juga menyukai