Anda di halaman 1dari 8

TM 6054

METODE PEROLEHAN LANJUT


Example Problem 2.9 and Redo 6.4
TUGAS #4

Oleh

Pradito Bimantoro
22222004
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


MARET 2023
Example 6.4
It is desired to estimate the MMP for a specified crude oil. Two different displacing
fluids are to be considered. The first is 100% CO2, and the second is a mixture of 92.5 mol%
CO2 and 7.5 mol% C1. The MMP values are to be estimated with the correlations of Holm and
Josendal (1974), Yellig and Metcalfe (1980), Alston et al. (1985), and Sebastian et al. (1985).
The reservoir temperature is 130°F, the C5+ molecular weight for oil components is 185.8, the
volatiles make up 5.0 mol% of the oil and the intermediates 7.5 mol%, and the ratio of mole
fractions of volatiles to intermediates in the oil is 0.667.

JAWABAN
Estimasi nilai Minimum Misicble Pressure (MMP).
Fluida injeksi pertama = 100% CO2
Fluida injeksi kedua = 92.5 mol% CO2 dan 7.5 mol% C1.

Tabel I-1
Crude Oil Data
Parameter Nilai Satuan
Volatile 5 Mol%
Intermediates 7.5 Mol%
Ratio volatile to intermediate 0.667
C5+ molecular weight 185.8
0
Reservoir Temperature 130 F

Estimasi MMP menggunakan korelasi Holm and Josendal (1974), Yellig and Metcalfe (1980),
Alston et al, dan Sebastian et al (1985).
1. Untuk fluida injeksi = 100% CO2, korelasi yang digunakan adalah Holm and Josendal
(1974), Yellig and Metcalfe (1980) dan Alston et al (1985). Korelasi Sebastian et al
tidak dapat digunakan pada pure CO2 seperti pada kasus ini. Metode Holm and Josendal
(1974) mengkorelasikan MMP sebagai fungsi temperature dan densitas minyak.
Densitas minyak pada metode ini sendiri berfokus kepada kandungan kompenen C5+
pada minyak. Dengan menggunakan data temperature dan molecular weight komponen
C5+, didapatkan MMP sebesar 1880 psia seperti ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 1. Plot MMP Holm and Josendal (1974)

Metode Yellig and Metcalfe (1980) mengkorelasikan MMP sebagai fungsi hanya dari
temperature. Namun, jika Pb < MMP yang dikorelasikan, maka Pb merupakan MMP.
Dengan Pb < MMP, maka didapatkan nilai MMP =1630 psia.

Gambar 2. Plot MMP Yellig and Metcalfe (1980)


Metode Alston et al (1985) mengkorelasikan MMP sebagai fungsi temperature,
molecular weight komponen C5+, dan rasio komponen volatile terhadap intermediate.
Untuk fluida injeksi pure CO2, didapat MMP = 1581 psia
1.06
PCO2 =8.78 x 10-4 x (130oF ) x (185.8)1.78 x (0.667)0.136

P𝐶𝑂2 =8.78 x 10-4 x 174.1 x 10930 x 0.946=1581 psia.

Dari pengujian slimtube , didapatkan nilai MMP = 1500 psia. Apabila dibandingkan
dengan korelasi lain yang digunakan, nilai error untuk
• Holm and Josendal (1974) = 25%,
• Yellig and Metcalfe (1980) = 8.7%,
• Alston et al (1985) = 5.4%
Korelasi Alston et al (1985) menunjukkan estimasi yang paling mendekati nilai MMP
test . Hal tersebut dpat disebabkan parameter pada korelasi yang digunakan lebih
banyak dibandingkan dengan korelasi lain.

2. Untuk fluida injeksi 92.5 mol% CO2 dan 7.5 mol% C1, korelasi yang digunakan adalah
Alston et al (1985) dan Sebastian et al (1985). Korelasi Holm and Josendal (1974) dan
Yellig and Metcalfe (1980) digunakan untuk fluida injeksi pure CO2.

Metode Alston et al (1985) mengkorelasikan MMP sebagai fungsi dari temperature,


molecular weight komponen C5+, dan rasio komponen volatile terhadap intermediate.
Untuk fluida injeksi CO2 dengan impurities, hal pertama yang dilakukan adalah
menentukan weight percent dari CO2 dan C1.

0.925 x 44
CO2 = ( ) =97.1 wt%
0.925 x 44+0.075 x 16

C1 =100%-97.1%=2.9 wt%

Pseudocritical temperatures:

Correction Factor:

Nilai MMP = 1818 psia.


Metode Sebastian et al (1985) mengkorelasikan MMP impurities terhadap MMP pure
dan pseudocritical temperature untuk drive gas. Metode ini menggunakan nilai MMP
pure dari metode Yellig and Metcalfe (1980) yang kemudian dikoreksi oleh
pseudocritical temperature. Untuk kasus ini dilakukan perhitungan sebagai berikut.

Tcp=0.925 x 304.2+0.075 x 190.6=295.7 K.

Pco2-imp
=1-2.13x10-2 (295.7-304.2)+2.51x10-4 x(295.7-304.2)2 -2.35x10-7 (295.7-304.2)3 =1.199
Pco2

Dengan nilai MMP Yellig and Metcalfe (1980) = 1630 psia dan nilai koreksi = 1.199,
maka didapatkan nilai MMP = 1954 psia.

MMP=Pco2-imp=1630 x 1.199=1954 psia.

Dari kedua korelasi, nilai MMP terbesar dihasilkan korelasi Sebastian et al. Diketahui
penambahan C1 pada fluida injeksi CO2 dapat meningkatkan nilai MMP. Hal tersebut
berbanding terbalik dengan penambahan intermediate hydrocarbons (C2, C3, etc.) dan
H2S yang dapat menurunkan nilai MMP.
Problem 2.9

Fig. 2.39 shows the phase behavior of mixtures of Chemicals A, B, and C. The diagram is on
a pound-mass basis and is for a fixed T and p. Mixtures of Components A, B, and C are
contained in three vessels as shown in Fig. 2.40. The contents of the three vessels are mixed
together in a fourth vessel, which is held at the p and T corresponding to the ternary diagram.
1. Describe the resulting mixture as follows: (a) Show the overall composition on the diagram;
(b) indicate whether the mixture is one phase or two phases at the specified p and T; and (c) if
the mixture is two phase, specify the composition and amount of each phase. 2. Assume that a
long porous-media bed is originally saturated with a liquid mixture which is 70% A, 25% B,
and 5% C. This mixture is displaced by pure C, which is a vapor. When the injected vapor first
breaks through at the end of the bed, what will be the composition of this effluent vapor phase?
Use the ternary diagram to show the basis for your answer.

Tabel 1 menunjukkan komposisi dari campuran bahan kimia A, B dan C yang memiliki phase
behaviour seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Ketiga campuran bahan kimia tersebut akan
dicampurkan pada suatu wadah.

Tabel II-1
Komposisi Campuran Bahan Kimia
Komponen A (lbm) B (lbm) C (lbm)
1 0.85 0.05 0.1
2 0.6 0.3 0.1
3 0 0 2
Total 1.45 0.35 2.2

Gambar 3. Ternary Diagram


JAWABAN
1.
a. Tunjukkan komposisi campuran pada diagram!
Komposisi campuran
1.45
%A= x 100%=36%
4
0.35
%B= x 100%=9%
4
2.2
%C= x 100%=55%
4
Kemudian nilai tersebut diplot pada ternary diagram dan didapatkan titik A

V
A

Gambar 2. Plot Campuran Pada Ternary Diagram

b. Apakah campuran yang terbentuk satu /dua fasa pada tekanan dan temperatur tersebut?
Campuran yang dihasilkan merupakan campuran dua fasa dikarenakan titik A berada pada
zona dua fasa ternary diagram.

c. Jika campuran dua fasa, tentukan komposisi dan jumlah dari setiap fasa!
Jumlah fasa fluida ditentukan dari perbandingan jarak titik A ke titik L (liquid) dan V
(vapor) sebagai berikut.
AV 2,1
%Liquid= = x 100%=42%
LV 5

AL 2.9
%Vapor= = x 100%=58%
LV 5
Komposisi kimia dari masing-masing fasa ditunjukkan melalui komposisi pada titik L
(liquid) dan titik V (vapor).

Tabel II-2
Komposisi Liquid dan Vapor

Komposisi/Fasa A(%) B(%) C(%)


Liquid 75 12 13
Vapor 5 10 85

2. Asumsikan long porous media bed disaturasikan dengan campuran 70% A, 25% B dan
5% C yang kemudian disapuh oleh pure C vapor. Ketika injeksi vapor breaks through
pada ujung bed, Tentukan komposisi fasa vapor tersebut dengan menggunakan ternary
diagram.

V
B

L A

Gambar 3. Plot Campuran Pada Ternary Diagram

Berdasarkan komposisi fluida saturasi yang diplot pada ternary diagram, didapatkan titik
A pada seperti pada gambar diatas. Garis C-A kemudian dipertemukan dengan garis L
(liquid)-V (vapor) yang didapatkan pada bagian sebelumnya sehingga menghasilkan titik
B. Karena titik B berada pada zona dua fasa, maka terdapat liquid dan vapor yang
terbentuk. Persentase vapor ditunjukkan sebagai berikut.

𝐵𝐴 3,2
%𝑉𝑎𝑝𝑜𝑟 = = 𝑥 100% = 64%
𝐶𝐴 5

Komposisi dari vapor phase ditunjukkan oleh titik potong garis CA pada garis batas dua
fasa zona vapor. Titik tersebut menunjukkan komposisi 6% A, 2% B, dan 92% C.

Anda mungkin juga menyukai