Anda di halaman 1dari 7

TM 6054

METODE PEROLEHAN LANJUT


PAPER REVIEW
TUGAS #2

Oleh

Pradito Bimantoro
22222004
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


JANUARI 2023
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

Title of Review Dynamic and Static Forces Required To Remove a Discontinuous Oil
Paper 1: Phase from Porous Media Containing Both Oil and Water
Author: J. J. Taber
Date/Published by: Desember 19th, 1968 / American Institute of Mining, Metallurgical, and
Petroleum Engineers, Inc
Reviewer Pradito Bimantoro
Background/Problem:
Pada serangkaian uji laboratorium yang dilakukan untuk displacement yang terjadi pada di
dalam batuan, ditemukan bahwa penyapuan minyak merupakan fungsi dari perbandingan ΔP/Lσ,
dimana ΔP merupakan pressure drop sepanjang L, dan σ merupakan tegangan antar muka antara
minyak dan air. Minyak yang tersisa di reservoir tidak akan mengalir melalui media berpori sebelum
nilai ΔP/Lσ mencapai titik kritis. Nilai ΔP/Lσ mencapai titik kritis ketika adanya penambahan
tekanan atau dengan menurunkan tegangan antar muka dari minyak dan air.
Pada studi yang dilakukan sebelum paper ini, para peneliti mencoba untuk memodifikasi
tegangan antar muka dari minyak-air dengan menggunakan surface-active material (surfactant flood).
Flood rate atau gradien tekanan menjadi faktor paling penting yang mempengaruhi oil recovery
menggunakan surface-active material. Hasil yang konsisten menunjukkan bahwa wettability, jenis
minyak, jenis batuan, jenis surfaktan, atau konsentrasi surfaktan menjadi relatif tidak penting
dibandingkan dengan besarnya gradien tekanan di sampel inti.
Tujuan dari paper ini adalah untuk memaparkan hasil dari serangkaian percobaan yang
dikhususkan pada masalah residual oil displacement dengan berbagai kombinasi surface-active
material dan gradien tekanan pengujian yang diterapkan. Diharapkan bahwa hasil yang diperoleh
akan berguna dan memberikan beberapa batasan realistis dengan aplikasi dari surface-active material
untuk secondary dan tertiary oil recovery.

Method:

Uji laboratorium dilakukan dengan displacement test. Peralatan yang digunakan bertujuan
untuk mengukur laju alir dan pressure gradient yang melewati sampel core secara akurat.
Peningkatan laju alir dan tekanan diberikan secara perlahan bertujuan untuk mengamati perubahan
yang terjadi pada sampel core secara teliti. Pada awalnya core secara berurutan disaturasikan dengan
air kemudian minyak, kemudian dilakukan pendesekan oleh air (waterflood) di bawah critical value.
Uji selanjutnya dengan menggunakan surfactant bertujuan untuk melihat perbedaan antara
pendesakan oleh air dan oleh surfactant yang telah mengubah tegangan antar muka.

Result/Implementation Technique:

Untuk variasi tekanan uji, didapatkan hasil bahwa semakin besar pressure pada core maka
semakin besar recovery efficiency yang didapatkan dari penyapuan. Parameter yang mempengaruhi
hasil yang didapatkan disebabkan oleh variasi pore size pada tiap-tiap sampel core. Selain itu,
hubungan antara pressure dan rate pengujian menunjukkan perbandingan yang searah, dimana
semakin tinggi rate aliran dalam core, maka semakin besar tekanan yang dihasilkan. Namun, efek ini
tidak berlangsung lama dikarenakan ketika fluida wetting phase mulai menyapu minyak di dalam core,
permeabilitas efektif air yang juga meningkat dan mengakibatkan tekanan mulai menurun pada rate
yang constant.
Untuk pengaruh dari variasi panjang core, secara eksplisit tidak dijelaskan berapa ukuran
panjang dari masing-masing core. Namun, panjang core dapat dilihat dari parameter psi/ft, dimana
semakin pendek ukuran core maka semakin besar recovery efficiency yang didapatkan pada tekanan
uji yang sama. Hal tersebut menggambarkan bahwa panjang core yang diuji memiliki pengaruh yang
cukup signifikan pada hasil akhir recovery efficiency

Pradito Bimantoro/22222004 1
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

Hasil uji selanjutnya didapatkan dengan melibatkan penggunaan surface-active material untuk
variasi tekanan antar muka terhadap recovery efficiency yang diperoleh. Dari hasil yang diperoleh,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan surface-active material yang berfungsi menurunkan tegangan
antar muka fluida memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap recovery efficiency. Dengan
menurunnya nilai tegangan antar muka, maka menyebabkan fluida yang berada di dalam pori batuan
dapat tersapu dengan baik.
Tabel I-1
Hasil Uji Pada Sampel Core

Tabel I-2
Hasil Uji Pada Sampel Core Menggunakan Surface-Active Material

Conclusion
• Displacement oleh air dari fasa nonwetting (minyak sisa) dari media berpori adalah fungsi
dari rasio ΔP/Lσ, di mana ΔP adalah pressure drop yang melintasi jarak L, dan σ adalah
tegangan antar muka antara fasa wetting dan nonwetting (air dan minyak).
• Pada keadaan diatas critical value, peningkatan nilai ΔP/Lσ memperoleh lebih banyak
minyak sisa.
• Recovery yang baik dari sisa minyak dalam reservoir dengan surface-active material akan
memperoleh hasil yang lebih tinggi jika rasio ΔP/Lσ dapat melebihi nilai kritis sebesar 5
sampai 10 kali.
• Penggunaan surface-active material bertujuan untuk menurunkan nilai tegangan antar muka
air-minyak dan untuk meningkatkan rasio ΔP/Lσ.

Recommendation:
Hasil yang diperoleh dari uji yang dilakukan masih dalam sebatas skala laboratorium. Untuk
studi selanjutnya diharapkan dapat dilakukan uji pada skala lapangan sehingga dapat diketahui
perolehan recovery efficiency aktual di lapangan dengan jenis batuan yang sama.

Pradito Bimantoro/22222004 2
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

Title of Review The Influence of Fluid Viscosity, Interfacial Tension, and Flow
Paper 2: Velocity on Residual Oil Saturation Left by Waterflood
Author: A.Abrams
Date/Published by: July 19th, 1974 / Society of Petroleum Engineers
Reviewer Pradito Bimantoro
Background/Problem:
Dalam penentuan recovery minyak yang terangkat ke permukaan, terdapat banyak faktor.
Faktor tersebut antara lain sifat fisik batuan dan fluida reservoir. Sifat fisik batuan dan fluida reservoir
mempengaruhi berapa minyak yang dapat terproduksi dari reservoir dengan air sebagai fasa yang
menggantikan minyak di dalam pori batuan. Salah satu sifat fisik batuan yang berpengaruh pada
recovery minyak yang didapatkan adalah tekanan kapiler yang disebabkan oleh adanya tegangan
antar muka antara fasa minyak-air di dalam pori batuan.
Studi ini menyajikan hasil percobaan aliran pada short water-wet core dan menunjukkan
pengaruh dari viskositas fluida, tegangan antar muka, dan kecepatan aliran pada saturasi minyak sisa
yang ditinggalkan oleh waterflood. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan pada persamaan berikut.
vμw μw
F=
σo-w μo
Normal Waterflood (σw-o > 25 dyne/cm, μw < 0,01 cp) biasanya meninggalkan sepertiga
hingga setengah dari initial oil di reservoir sebagai immobile globule yang terdistribusi melalui pori-
pori batuan. Variabel yang disebutkan di atas dapat disesuaikan dengan enhanced water (σw-o < 25
dyne/cm, μw > 0,01 cp) yang menghasilkan pengurangan efektivitas gaya perangkap kapiler di
daerah flood front. Hal ini meningkatkan efektivitas penyapuan saturasi minyak sisa. Perpindahan
minyak oleh air pada sistem berpori diatur oleh viscous forces and capillary force, bahwa selama
waterflood pada batuan yang water-wet, kecenderungan batuan untuk "menjebak minyak” di pori-
pori batuan yang lebih besar menjadi berkurang dengan meningkatnya rasio gaya viskositas
dibanding gaya kapiler. Faktor yang mempengaruhi penjebakan minyak pada saat waterflood sedang
berlangsung antara lain sebagai berikut :
1. μw/μo , minyak yang terperangkap pada batuan akan semakin kecil ketika nilai perbandingan
μw/μo semakin besar.
2. Struktur Pori, dapat mempengaruhi beberapa faktor seperti permeabilitas, sementasi, dan
bentuk kurva tekanan kapiler saat waterflood berlangsung.
3. Perubahan So saat waterflood berlangsung.

Method:
Metode yang dilakukan adalah short-core waterflood, dimana pada metode ini sampel core
yang diuji dilakukan flood dengan fluida berupa air. Pengujian menggunakan short-core waterflood
membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk satu sampel core dibandingkan dengan long-core
waterflood. Pengujian ini dirancang untuk mendapatkan nilai ideal oil recovery efficiency yang dapat
diperoleh menggunakan enhanced flood pada serangkaian variabel tertentu (μw, μo, σw-o dan
kecepatan aliran). Flooding dimulai dengan kondisi minyak pada saturasi tinggi dengan
interconnected condition dan fasa minyak-air pada komposisi yang sama yang akan digunakan dalam
proses displacement minyak berikutnya menggunakan enhanced water.
Prosedur uji yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mengalirkan 5-10 PV fasa air melewati core
2. Mengukur krw.
3. Melakukan flooding pada core (langkah 1) hingga Swr menggunakan 0,3 cp minyak dan
mengukur volume air yang displaced.
4. Mengalirkan 5-10 PV fasa air melewati core (langkah 3) untuk menggantikan minyak di
dalam pori batuan dengan air
5. Mengukur Kro pada Swr

Pradito Bimantoro/22222004 3
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

6. Melakukan flooding dengan air pada core (langkah 4) hingga mencapai Sor dan mengukur
volume minyak yang tergantikan oleh air.
Ideal recovery efficiency dihitung dari saturasi awal yang diketahui pada akhir Langkah 3 dan
volume minyak yang dipindahkan selama flooding.

Result/Implementation Technique:
Hasil dari pengujian short-core waterflood pada berbagai sampel core dapat dilihat pada grafik
di bawah berikut

Gambar 2.1. Efek Dari Viskositas Fluida, Tegangan Antarmuka, dan Kecepatan Aliran Pada
Berbagai Sampel Core

Pada nilai F lebih rendah dari 10-5 hingga 10-4, Sor relatif tidak sensitif terhadap perubahan
nilai F. Pada rentang F tersebut, gaya imbibisi lebih mendominasi dan air melewati pori yang lebih
halus dari setiap doublet terlebih dahulu. Untuk F di atas 10-4, Sor mengalami secara signifikan saat
nilai F mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang tersebut, gaya kapiler
tidak lagi sepenuhnya menentukan cara distribusi fluida pada displacement front, sehingga jumlah
minyak yang tergantikan oleh enhanced water dari pori-pori doublet yang lebih besar mengalami
peningkatan dikarenakan pengaruh yang lebih besar dari gaya viskositas relatif terhadap gaya kapiler.

Conclusion
• Pengurangan yang signifikan dalam saturasi minyak sisa setelah waterflood dapat dicapai
melalui penggunaan enhanced waterflood, yaitu, air yang mengandung bahan kimia yang
meningkatkan viskositas air atau menurunkan tegangan antar muka air-minyak dalam
kondisi jenuh.
• Saturasi minyak sisa mengalami penurunan apabila nilai F semakin meningkat yang
disebabkan oleh perubahan tegangan antarmuka atau viskositas air.
• Dalam skala lapangan, tekanan injeksi sebagai fungsi dari laju alir injeksi untuk normal
waterflood maupun enhanced normal waterflood tidak dapat melebihi tekanan rekah formasi.

Recommendation:
Pada studi ini, pengaruh dari distribusi ukuran pori dan pore-throat pada sampel core tidak
menjadi perhatian khusus dalam proses displacement minyak di dalam batuan oleh normal
waterflood maupun enhance waterflood. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat
memperhitungkan parameter distribusi ukuran pori dan pore-throat pada sampel core sehingga
didapatkan hasil uji yang lebih komprehensif.

Pradito Bimantoro/22222004 4
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

Title of Review Effect of the Visco-elasticity of Displacing Fluids on the Relationship


Paper 3: of Capillary Number and Displacement Efficiency in Weak Oil-Wet
Cores
Author: Wu Wenxiang, Wang Demin, Jiang Haifeng
Date/Published by: October 30th, 2007 / SPE Journal
Reviewer Pradito Bimantoro
Background/Problem:
Elasticity dari displacing fluid sebelumnya tidak dipertimbangkan untuk studi pengaruh
capillary number pada displacement efficiency. Namun seiring berjalannya waktu, teori mengenai
visco-elasticity flooding fluid dapat meningkatkan microscopic oil displacement efficiency telah
dapat diterima secara bertahap, tetapi tingkat penelitian saat ini tidak dapat menggambarkan secara
kuantitatif pengaruh visco-elasticity. Studi yang dilakukan pada paper ini bertujuan untuk memahami
pengaruh capillary number pada displacement efficiency di setiap nilai visco-elastic yang berbeda-
beda.

Method:

Uji yang dilakukan dengan menggunakan beberapa peralatan seperi interfacial tensionmeter
untuk mengukur tegangan antar muka dari suatu fluida, rheometer untuk menentukan sifat-sfat
rheologi suatu fluida, dan flooding equipment untuk menentukan nilai recovery efficiency dan
residual oil saturation.

Result/Implementation Technique:

Gambar 3.1. Grafik Capillary Number vs Residual Oil Saturation/Recovery

Gambar 3.1. merupakan kurva hubungan antara capillary number dan recovery efficiency
serta saturasi minyak sisa dari larutan polimer dengan sifat elastis yang berbeda Gambar 3.1.
menunjukkan bahwa ketika capillary number kecil, recovery efficiency meningkat secara perlahan dan
saturasi minyak residu menurun secara perlahan diikuti peningkatan capillary number. Namun, ketika
mencapai kisaran 10-2, recovery efficiency mulai meningkat secara nyata dan saturasi minyak sisa
menurun secara nyata. Pada kondisi nilai capillary number yang sama, semakin tinggi elastisitasnya,
semakin tinggi displacement efficiencynya dan semakin rendah saturasi minyak sisa.
Pada setiap kurva, terdapat inflection point yang berbeda. Berdasarkan Gambar 3.1.
semakin tinggi viscoelastivity, semakin kecil inflection point berdasarkan capillary number, atau
dalam kondisi viscoelasticity tinggi, semakin displacing fluid dapat memasuki wilayah fast increase
of displacing efficiency lebih awal dan pada tegangan antar muka yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa ketika viscoelasticity dari displacing system pada nilai yang tinggi, efisiensi recovery
efficiency masih mendapatkan nilai yang tinggi walaupun dengan tegangan antar muka yang tinggi.

Pradito Bimantoro/22222004 5
TM-6054 Metode Perolehan Lanjut

Conclusion
• Pada nilai capillary number yang sama, semakin tinggi viskoelastisitas larutan polimer,
semakin tinggi recovery efficiency dan semakin rendah saturasi minyak residu, penurunan
saturasi minyak residu relatif dan absolut meningkat.
• Pada elastisitas yang sama dari larutan polimer, semakin tinggi capillary number, maka
semakin tinggi recovery efficiency dan semakin rendah saturasi minyak sisa.
• Untuk setiap kurva antara capillary number dan recovery/saturasi minyak sisa, terdapat
turning point ketika capillary number bernilai 1×10-3 dan 1×10-2. Ketika capillary number
lebih tinggi dari turning point, slope setiap kurva mengalami meningkat.
• Untuk mencapai flooding efficiency yang tinggi, diperlukan peningkatan nilai capillary
number dan viscoelasticity.
Recommendation:
Pada studi yang dilakukan di dalam paper ini, mekanisme mikroskopik dari modifikasi
tegangan antar muka yang menjadi faktor penting dari penentuan nilai capillary number. Studi yang
dilakukan hanya menganalisa perilaku fluida setelah dilakukan flooding menggunakan surfactant
maupun polimer. Untuk studi selanjutnya, diharapkan mekanisme dari bagaimana surfactant
memodifikasi tegangan antar muka di dalam pori batuan dapat diikutsertakan dalam pembahasan dan
diskusi hasil yang didapatkan, sehingga penelitian mendapatkan hasil yang komprehensif secara
menyeluruh.

Pradito Bimantoro/22222004 6

Anda mungkin juga menyukai