Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN ORGANISASI NON PEMERINTAH/ORGANISASI MASYARAKAT


SEBAGAI LEMBAGA PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

ARTIKEL

Dibuat sebagai Ujian Akhir Semester mata kuliah Hukum Lingkungan Reguler A

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 REGULER

Muhammad Andika Yudha Perkasa (1906384264)

Rahadyan Nitibasmalah (1906385014)

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM SARJANA

JAKARTA

2021
PERAN ORGANISASI NON PEMERINTAH/ORGANISASI MASYARAKAT
SEBAGAI LEMBAGA PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Muhammad Andika Yudha Perkasa*, Rahadyan Nitibasmalah*


*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Abstrak

Penulisan artikel ini dilatarbelakangi oleh adanya gerakan yang ditunjukan oleh
Organisasi Non Pemerintah yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup, dimana
untuk Indonesia mempunyai jumlah sebaran yang tidak bisa dibilang sedikit. Organisasi
Non Pemerintah bidang lingkungan hidup yang ada di Indonesia bergerak dalam
berbagai jaringan, mulai dari tingkat lokal, nasional sampai internasional. Dalam
penulisan artikel ini akan menjelaskan mengenai peran dan kontribusi Organisasi Non
Pemerintah atau Organisasi Masyarakat yang bergerak dalam pengelolaan lingkungan
hidup di Indonesia serta problematika yang dihadapi.

Kata kunci: Organisasi Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat, Lingkungan

Abstract

The background for writing this article is the existence of a movement shown by a non-
governmental organization engaged in the environmental sector, which for Indonesia
has a relatively small number of distributions. Non-Governmental Organizations in the
field of environment in Indonesia operate in various networks, starting from the local,
national to international levels. In writing this article, we will explain the role and
contribution of Non-Governmental Organizations or Community Organizations
engaged in environmental management in Indonesia and the problems they face.

Keywords: Non-Governmental Organizations, Community Organizations,


Environment
I. PENDAHULUAN
Di dalam era globalisasi seperti saat ini, permasalahan mengenai
lingkungan hidup telah menjadi problematika yang mengancam kehidupan umat
manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya seperti flora dan fauna yang ada di
planet bumi ini. Permasalahan lingkungan hidup menjadi tantangan dan
kewajiban yang asasi bagi manusia untuk menghadapi juga menyelesaikan
persoalannya, sehingga membuat setiap manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung bertanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, permasalahan lingkungan
hidup dan pengelolaannya menjadi tugas pemerintah serta masyarakat yang
merupakan bagian dari suatu bangsa dan negara. Di negara Indonesia yang
merupakan negara hukum, lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan
hak asasi bagi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 28H Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1
Untuk menjalankan apa yang telah diamanatkan dalam konstitusi tersebut, maka
pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah beberapa
kali menghasilkan produk hukum berupa peraturan perundang-undangan
mengenai pengelolaan lingkungan hidup, seperti UU Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan, UU Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan, dan UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berbagai persoalan mendasar terhadap pembentukan peraturan


perundang-undangan yang bersangkutan diantaranya adalah untuk
menyelenggarakan pembangunan ekonomi nasional berdasarkan prinsip
pembangunan berkelanjutan yang memiliki wawasan lingkungan. Pemanasan
global yang semakin meningkat seiring berjalannya waktu menyebabkan
perubahan iklim sehingga berakibat terhadap penurunan kualitas lingkungan
hidup. Oleh karena itu, perlunya dilakukan usaha perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk menjamin dan memberikan perlindungan terhadap hak
setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat juga
kehidupan yang layak. Dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
1
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ps. 28H
hidup bukan hanya pemerintah saja yang berperan, namun Organisasi Non
Pemerintah juga dapat turut serta untuk ikut dan mendukung program
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang selanjutnya akan dibahas
pada bagian berikutnya.

II. PEMBAHASAN
A. KONTRIBUSI ORGANISASI NON PEMERINTAH ATAU
ORGANISASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) dan Organisasi Masyarakat


(ORMAS merupakan salah elemen-elemen dalam gerakan sosial. 2 ORNOP
adalah sebuah organisasi yang pergerakannya ada di dalam sosial profesional,
bersifat privat, dan organisasi nirlaba dengan berlandaskan hukum yang
berfokus terhadap kesejahteraan masyarakat secara luas. ORNOP dibedakan
menjadi 2 (dua) gerakan yaitu ORNOP gerakan sosial profesional dan ORNOP
gerakan sosial partisipatif. ORNOP memiliki ciri unsur profesionalisme, sistem
manajemen, serta struktur organisasi berbentuk formal yang terdapat berbagai
kemampuan-kemampuan teknis berguna untuk kepentingan gerakan-
gerakannya.
Ketentuan dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 telah dicantumkan bahwa, ”Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Atas dasar
pengaturan tersebut, maka warga negara untuk lingkungan yang baik dan sehat
merupakan salah satu bentuk hak sosial dalam fundamental right merupakan
bentuk perwujudan dijamin hak atas lingkungan yang baik dan benar dalam UU
No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang disebut dengan UU PPLH.
Pemerintah melaksanakan kontribusi lembaga swadaya masyarakat atau
ormas untuk melindungi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat melalui
berbagai instrumen eko-ekonomi, yang merupakan instrumen hukum lingkungan

2
M.Fakih. 1996. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi di Dunia
ORNOP Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.34.
yang berfungsi sebagai sarana untuk mencegah pencemaran dari pertambangan,
antara lain:
1. Baku Mutu Lingkungan (BML),
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
3. Izin Lingkungan, dan
4. Instrumen Ekonomi dan Inspeksi Lingkungan.
Dalam praktiknya, instrumen langsung yang ada tidak dapat
mengendalikan polusi secara efektif. Keberadaan instrumen ekonomi
melengkapi instrumen pengaturan langsung yang belum dimanfaatkan untuk
memperkuat perlindungan lingkungan.
Salah satu instrumen yang tepat adalah undang-undang dengan bentuk
perundang-undangan yang berbeda. Dalam hal ini, instrumen hukum yang dicari
adalah hukum yang responsif secara sosial, sensitif secara politik, dikerahkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat, fleksibel untuk menghadapi segala
upaya penyalahgunaan kekuasaan yang biasa dilakukan oleh mesin birokrasi,
dan siap melindungi berbagai hak-hak yang terdapat di Indonesia.3
Transparansi pemerintah terkait adalah transparansi dalam prosedur,
yang mencakup 3 (tiga) aspek penting:
a. Pemerintah memiliki kewajiban dalam memberi informasi;
b. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan dan
c. Pengumuman keputusan pemerintah.
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan komprehensif
untuk berpartisipasi aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan.
Masyarakat juga berhak mengajukan class action untuk kepentingannya sendiri
dan/atau kepentingan Masyarakat apabila menderita kerugian akibat pencemaran
dan/atau perusakan berdasarkan Pasal 91 UU PPLH.
Mengenai kontribusi masyarakat, Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 8
Tahun 1990 tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat Lembaga
swadaya masyarakat adalah organisasi atau lembaga yang didirikan secara
sukarela oleh masyarakat. Lembaga swadaya masyarakat merujuk pada
3
Gani. Aboel. 1990. Politik Dan Hukum, Sebuah Catatan. Sebagaimana disebut dalam Padmo
Wahjono. Hukum Tata Negara. Jakarta; Ghalia Indonesia. Hal.87.
organisasi atau lembaga yang didirikan oleh masyarakat atau Warga negara
Indonesia secara sukarela mendirikan lembaga swadaya masyarakat atas
kemauan sendiri dengan memiliki keinginan dan berminat serta aktif dalam
bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi atau lembaga sebagai
bentuk partisipasi atau keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat yang berorientasi dengan cara swadaya.
Seperti di negara berkembang lainnya, masalah pencemaran lingkungan
sebagai gangguan terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia terutama
disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, eksploitasi sumber daya
alam yang berlebihan dan penggunaan teknologi yang tidak sesuai. Kondisi alam
yang ada dan pola perilaku manusia terhadap alam, dalam konteks ini peran
masyarakat dan pemerintah sangat penting untuk menyeimbangkan pemanfaatan
alam dan perbaikan alam. Masalah yang lebih memiliki pengaruh adalah
perilaku manusia yang tidak lagi menghargai alam, padahal manusia merupakan
bagian dari alam dan kondisi nyata di masyarakat dicontohkan dengan
pembuatan tempat pembuangan limbah industri dan pembuangan limbah
domestik secara bebas tanpa mengkhawatirkan akibat dari tindakan tersebut.
Melakukan pencarian terhadap siapa yang harus disalahkan dan siapa yang harus
bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan bukanlah cara yang cerdas dan
bijak.
Lingkungan hidup merupakan isu kolektif yang sangat membutuhkan
partisipasi seluruh komponen bangsa, seperti pemerintah, tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), seluruh warga negara dan komponen
bangsa lainnya yang perlu memiliki “kemauan politik” ketika bekerja sama
menjaga lingkungan dari tangan-tangan preman dan penjahat lingkungan yang
tidak bertanggung jawab.4
Karena berbagai faktor tersebut di atas, maka harus juga dibarengi
dengan tindakan hukum yang tegas terhadap para pelaku kejahatan lingkungan
yang terbukti merugikan banyak orang. Setiap orang adalah bagian dari
masyarakat dan masyarakat mempunyai hak, tugas dan peran yang sama dalam
melakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup, tidak terkecuali

4
Rohmijati, 2010. Kearifan Lingkungan Hidup Sehat, Waspada, Yogyakarta. Hlm.35.
masyarakat desa, terpencil dan perkotaan, karena perluasan lingkungan hidup
tidak hanya terbatas pada tempat tertentu tetapi juga pada seluruh wilayah
negara Republik Indonesia. Keberadaan berbagai organisasi masyarakat dapat
dikatakan efektif apabila berperan dalam pengelolaan kebijakan perlindungan
lingkungan yang sudah dibuat oleh pemerintah. Adapun Hak-hak dalam
masyarakat diantaranya:
a. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
b. Setiap orang berhak atas pendidikan lingkungan, akses informasi,
partisipasi, dan perlindungan hukum untuk memenuhi haknya atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat;
c. Setiap orang berhak mengajukan saran dan/atau keberatan terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup;
d. Setiap orang berhak untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum
dalam melakukan perlindungan terhadap lingkungan hidup; dan
e. Setiap orang berhak mengadukan dugaan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup.
Kontribusi masyarakat terhadap proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan lingkungan, menurut sifatnya terbagi menjadi 2 (dua) sifat,
yaitu konsultatif dan kemitraan. Pemerintah biasanya menggunakan model
partisipasi konsultatif ini sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan publik
(Public Support).
Meskipun warga negara yang berkepentingan memiliki hak untuk
didengar dan diberitahukan dalam pendekatan konsultatif ini, keputusan akhir
tetap berada di tangan kelompok pembuat keputusan. Dalam sifat konsultatif,
Opini publik bukanlah faktor penentu dalam pengambilan keputusan di sini,
kecuali sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan dan legitimasi publik. 5
Pada saat yang sama, pendekatan inklusif, yaitu kemitraan, lebih menghargai
masyarakat lokal dengan memberikan status atau posisi yang sama dengan
kelompok pengambil keputusan. Dengan demikian, keputusan tidak lagi
5
Samsul. Wahidin.2008. Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.Hlm.8.
menjadi monopoli pemerintah dan pengusaha, akan tetapi menjadi milik
masyarakat bersama. Kontribusi masyarakat terhadap perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Sifat sejati dari hak partisipasi terletak pada proses pengambilan
keputusan untuk izin lingkungan.
Mengenai kontribusi masyarakat dalam keterlibatan di sektor lingkungan
Hidup, Koesnadi Hardjasoemantri menjelaskan:
“Keterlibatan masyarakat dalam menangani masalah lingkungan
memiliki dimensi yang luas. Partisipasi tersebut tidak hanya mencakup
keterlibatan individu dalam berbagai tata cara atau keputusan administratif,
tetapi juga mencakup keterlibatan kelompok dan organisasi dalam masyarakat.
Partisipasi yang efektif mungkin berada di luar kemampuan individu, baik
dalam hal keuangan maupun pengetahuan, sehingga keterlibatan kelompok dan
organisasi sangat diperlukan, terutama yang bekerja dengan lingkungan. dalam
industri.”
Ketika Kontribusi masyarakat dianggap penting dalam prosedur
administrasi pengelolaan lingkungan Hidup, seperti perizinan, analisis dampak
lingkungan, dan berbagai pengelolaan lainnya. Namun, masih ada kekhawatiran
tentang prinsip keterbukaan dan partisipasi masyarakat dalam menangani
masalah Lingkungan Hidup.
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan lingkungan hidup, Pasal 70 ayat (1) mengatakan: “Masyarakat
mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan
aktif dalam perlindungan dan perlindungan lingkungan hidup”. Menurut Pasal
70 ayat (2), kontribusi Masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dapat berupa:

1. Pengawasan sosial;
2. Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan;
3. Penyampaian informasi dan/atau laporan. Sedangkan pasal 70 ayat (3)
disebutkan bahwa peran masyarakat dilakukan untuk:
4. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
5. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
6. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
7. Menumbuhkembangkan ketanggapan masyarakat dalam melakukan
pengawasan sosial;
8. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal untuk
pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Tentang kontribusi masyarakat terhadap perlindungan dan


pemeliharaan lingkungan Menurut UU No. 32 Tahun 2009 terdapat contoh
perilaku bijak di hutan diantaranya:6

1. Jangan melakukan tindakan mencoret-coret batang kayu dan bebatuan di


hutan. Selain merusak keindahan hutan, tulisan di pohon dan batu bisa
merusak pepohonan. Hal tersebut terjadi karena tindakan ini dapat
melibatkan stomata atau keluar masuknya udara yaitu CO2 dan O2 yang
secara tidak langsung mengganggu pertukaran udara sel tumbuhan ke
lingkungan dan sebaliknya. Hutan berperan penting dalam mengurangi
polusi udara;
2. Jangan melakukan penangkapan, pembunuhan, dan mengganggu terhadap
Hewan yang hidup di hutan. meskipun satwa tersebut tidak termasuk
satwa langka dan dilindungi, karena hal tersebut dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem di alam liar;
3. Gunakan ruang yang tersedia saat berkemah di hutan. Atau jika tidak
memiliki tempat perkemahan, gunakan bagian hutan yang cukup luas dan
datar tanpa harus menebang pohon, meskipun hanya semak, perdu atau
pohon kecil;
4. Jangan tinggalkan puntung rokok yang belum mati total. Meski hanya bara
api kecil, puntung rokok bisa menjadi salah satu penyebab kebakaran
hutan, terutama di musim kemarau;
5. Jangan tinggalkan sampah, terutama sampah anorganik seperti plastik dan
kaleng;

6
Rohmijati. 2010. Kearifan Lingkungan Menuju Hidup Sehat. Waspada. Yogyakarta.Hlm.54.
6. Menyimpan sampah yang dihasilkan dalam wadah khusus dan kemudian
membuangnya ke tempat sampah yang sesuai atau membuangnya ke luar
hutan atau menghancurkannya. Namun lebih baik lagi jika sampah yang
ditemukan di hutan juga dibawa pergi;
7. Gunakan dahan atau daun yang patah atau tumbang saat membuat api.
Karena tindakan penebangan pohon untuk menyalakan api dapat merusak
hutan;
8. Padamkan api unggun hingga benar-benar padam ketika sudah selesai
digunakan, termasuk sisa bara api; dan
9. Dilarang membawa pulang tumbuhan atau hewan dari hutan. Abadikan
kenangan manis Anda di hutan sebagai kenang-kenangan dengan kamera
foto atau video.

Sikap dan perilaku bijak di hutan ini tampaknya sederhana dan kecil,
namun hal tersebut membawa manfaat besar bagi alam dan perlindungan hutan.
Dengan melakukan perilaku bijak seperti itu, kita bisa menikmati Lingkungan
Hidup dengan nyaman dan aman.

B. Kendala organisasi non pemerintah atau organisasi masyarakat dalam


pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia

Selama berkiprah dalam mengelola lingkungan hidup di Indonesia,


tentunya tidak lepas dari masalah atau problematika yang dihadapi oleh
Organisasi Non Pemerintah (ORNOP). Salah satu diantara problematika yang
dihadapi antara lain dengan adanya kriminalisasi dan kekerasan terhadap aktivis
atau anggota dari ORNOP yang dilakukan oleh pihak pemerintah yang merasa
terusik.
Padahal berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup pada Pasal 66 yang berbunyi
‘setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan baik dan sehat tak
dapat dituntut pidana maupun digugat perdata’, telah menjadi payung hukum
bagi setiap orang dalam hal ini ORNOP untuk berperan untuk melindungi
lingkungan hidup.7 Namun, kenyataannya pasal yang memberikan penegasan

7
Indonesia, Undang-Undang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, UU No. 32
Tahun 2009, TLN 5059, Ps. 66
dan dapat menjadi tameng ini nyatanya dinilai tidak dapat menjamin
perlindungan bagi aktivis atau anggota ORNOP terhadap kriminalisasi dan
kekerasan dari penguasa yakni pemerintah.
Sebagai contoh kasus, pada 29 Januari 2013 aparat kepolisian
menangkap seorang aktivis yang merupakan Direktur Eksekutif dari organisasi
non pemerintah WALHI bernama Anwar Sadat ketika sedang melakukan aksi
unjuk rasa di Palembang. Bersama dengan 25 orang aktivis dan beberapa petani
dari Kabupaten Ogan Ilir ia ditangkap oleh aparat kepolisian daerah setempat
ketika terjadi kericuhan pada aksi unjuk rasa tersebut. Tujuan mereka melakukan
aksi unjuk rasa ialah untuk memperjuangkan hak-hak petani Ogan Ilir agar
kembali mendapatkan lahan pertanian yang telah digunakan oleh PT Perkebunan
Nusantara (PTPN) VII. Berdasarkan keterangan Hadi Jatmiko selaku rekan dari
Anwar Sadat, menjelaskan bahwa kondisi Direktur Eksekutif WALHI Sumatera
Selatan itu yang masih ditahan Mapolda Sumatera Selatan mengalami luka pada
bagian kepala, diduga karena terkena pukulan.8
Kemudian, pada 6 Oktober 2019 malapetaka kembali menimpa aktivis
bernama Golfrid Siregar, yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas dan diduga
sebelum kematiannya ia mengalami penganiayaan.9
Selang setahun kemudian, dengan disahkan dan diundangkannya
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UUCK) menjadi
ancaman baru bagi upaya perlindungan lingkungan hidup. Pasal-pasal dalam
Undang-Undang tersebut dinilai kontroversial dan lebih memihak pada
pengusaha atau investor asing dalam hal penyederhanaan izin untuk berusaha
atau membuka lahan dan mengesampingkan AMDAL. Tidak hanya dapat
mengancam lingkungan, ternyata Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK) juga
berpotensi mengancam para aktivis lingkungan baik dengan membungkam suara
dan membahayakan keselamatan nyawa mereka.
Setelah disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK),
perlindungan terhadap aktivis lingkungan semakin melemah, dikarenakan oleh
8
A. Syalaby Ichsan, “Direktur Walhi Ditangkap Polisi, Ada
Apa?”https://nasional.republika.co.id/berita/mhee6w/direktur-walhi-ditangkap-polisi-ada-apa , diakses 22
Desember 2022
9
Adam Maulana Sarja “Walhi: Usut Tuntas Kematian Aktivis, Golfrid Siregar”
https://nasional.republika.co.id/berita/pz81cj335/walhi-usut-tuntas-kematian-aktivis-golfrid-siregar,
diakses 22 Desember 2022
beberapa hal. Pertama, menguatnya impunitas pelaku usaha atau perusahaan.
Dengan dirancang dan disahkannya Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK) maka
pelaku usaha atau perusahaan akan mendapatkan impunitas, artinya perusahaan
atau badan hukum yang terlibat dalam pencemaran lingkungan akan sulit untuk
dituntut pertanggungjawabannya di hadapan hukum. Kedua, hilangnya peran
dan partisipasi publik. Pada Undang-Undang Cipta Kerja (UUCK), metode
AMDAL sudah tidak lagi menjadi dasar perizinan lingkungan melainkan hanya
sekedar dokumen administratif. Kemudian, peran kalangan masyarakat
setempat, organisasi lingkungan, dan akademisi juga tidak dilibatkan menjadi
penguji kelayakan dalam Komisi Penilai AMDAL. Dengan hilangnya peran dan
partisipasi publik maka akan menimbulkan konflik baru yang akan berpotensi
meningkatnya risiko kriminalisasi, intimidasi, bahkan kekerasan bagi pihak
masyarakat yang menjadi korban. Ketiga, terbatasnya lembaga perlindungan
bagi aktivis. Lembaga seperti LPSK dan Komnas HAM akan menjalankan
fungsinya sebagai pengawas kekuasaan secara terbatas, disebabkan karena tidak
leluasanya kedua lembaga tersebut dalam menggunakan wewenang hukum dan
terbatasnya pendanaan bagi kedua lembaga tersebut untuk dapat menjalankan
fungsinya dengan maksimal.10

10
Herlambang P. Wiratman “3 Ancaman UU Ciptaker bagi para Pembela Lingkungan dan
HAM” https://theconversation.com/3-ancaman-uu-ciptaker-bagi-para-pembela-lingkungan-dan-ham-
148988, diakses 22 Desember 2022
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa masalah lingkungan
hidup merupakan kewajiban manusia untuk mengatasinya dengan baik sesuai
dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga setiap manusia secara
langsung maupun tidak langsung bertanggung jawab atas kelangsungan
lingkungan hidup. Oleh karena itu, keikutsertaan Organisasi Non Pemerintah
(ORNOP) dan lembaga swadaya masyarakat LSM) atau organisasi masyarakat
dalam pembentukan lingkungan juga terkait erat dengan kewajiban menjaga
lingkungan itu sendiri.
Dalam hal ini, berbagai kontribusi LSM atau organisasi kemasyarakatan
menjadi sangat diperlukan dalam rangka menciptakan lingkungan hidup yang
sehat. Secara umum, semua orang adalah bagian dari masyarakat yang memiliki
hak, tugas dan peran yang sama dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena
lingkungan hidup tidak hanya terbatas pada tempat tertentu, tetapi juga di
seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Kehadiran masyarakat sangat
efektif ketika pengendalian pengelolaan lingkungan yang ada dapat
dilaksanakan. Namun, untuk melindungi dan mengelola lingkungan, LSM
masih menghadapi masalah seperti kriminalisasi dan kekerasan oleh otoritas
dan lembaga terhadap aktivis dan anggota LSM. Tanggung jawab pemerintah
untuk mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi terhadap lembaga
yang mengkriminalisasi aktivis lingkungan dan anggota LSM.

B. SARAN

Mengenai permasalahan kriminalisasi dan pembungkaman terhadap


Organiasi non Pemerintah atau Organisasi Masyarakat yang memiliki perhatian
lebih terhadap Lingkungan Hidup, kami berpendapat bahwa sangat diperlukan
reformasi terhadap instansi yang melakukan kriminaslisasi dan pembungkaman
terhadap Organiasi non Pemerintah atau Organisasi Masyarakat. Hal tersebut
bertujuan untuk terjalinnya kolaborasi antara pemerintah dengan Organiasi non
Pemerintah atau Organisasi Masyarakat dalam memelihara Lingkungan Hidup
yang bersih dan sehat untuk seluruh Warga Negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Ps. 28H
BUKU
M.Fakih. 1996. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi di
Dunia ORNOP Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gani, Aboel. 1990. Politik Dan Hukum, Sebuah Catatan. Sebagaimana disebut dalam
Padmo Wahjono. Hukum Tata Negara. Jakarta; Ghalia Indonesia.
Rohmijati. 2010. Kearifan Lingkungan Menuju Hidup Sehat. Waspada. Yogyakarta
Samsul. Wahidin.2008. Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, UU No.
32 Tahun 2009, TLN 5059

INTERNET
A. Syalaby Ichsan, “Direktur Walhi Ditangkap Polisi, Ada
Apa?”https://nasional.republika.co.id/berita/mhee6w/direktur-walhi-ditangkap-
polisi-ada-apa. Diakses 22 Desember 2022
Adam Maulana Sarja https://nasional.republika.co.id/berita/pz81cj335/walhi-usut-
tuntas-kematian-aktivis-golfrid-siregar. Diakses 22 Desember 2022

Anda mungkin juga menyukai