sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta tersebut boleh benar dan boleh juga tidak. Jika
data yang disampaikan salah, penalaran yang dihasilkan tentu saja salah dan jika data yang disampaikan
benar, tetapi cara penyimpulannya (penalarannya) tidak benar, akan dihasilkan simpulan yang tidak sah.
Jadi, simpulan yang dihasilkan lewat penalaran itu haruslah benar dan sah.
Jenis-jenis Penalaran
Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang dilakukan berdasarkan premis-premis berupa kebenaran
umum, yang kemudian ditarik kesimpulan sebagai kebenaran baru.
Proposisi yang menjadi dasar adalah proposisi umum, sedangkan proposisi baru yang disimpulkan
adalah proposisi khusus. Cara berpikir ini dibedakan atas silogisme dan entimen. Silogisme adalah
penalaran deduktif yang lengkap proposisinya, sedangkan entimen adalah pernalaran deduktif yang
dihilangkan salah satu premisnya.
2. Penalaran induktif adalah pernalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan
menghasilkan simpulan-simpulan umum.
Generalisasi mengandalkan beberapa pernyataan tertentu untuk mendapatkan simpulan yang umum,
seperti besi dipanaskan memuai, tembaga dipanaskan memuai sehingga disimpulkan logam dipanaskan
akan memuai.
Analogi adalah cara penarikan simpulan dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama. Misalnya: Yanto adalah lulusan SMA 1, dia pintar. Amir adalah lulusan SMA 1. Dengan demikian,
Amir pintar.
Hubungan kausal (sebab-akibat), yaitu menyimpulkan dengan menghubungkan gejala-gejala yang saling
berhubungan melalui hubungan sebab akibat.
Kesalahan penalaran yang sering terjadi, antara lain, akibat dari faktor-faktor berikut ini:
(a) Kesalahan dalam Menarik Kesimpulan Deduktif
Simpulan deduktif adalah simpulan yang ditarik dari sebuah pernyataan umum, yang lazim disebut
Premis Mayor (PM), dan sebuah pernyataan khusus, yang lazim, disebut premis minor (pm).