gedung:
Meteran adalah alat ukur yang paling umum digunakan untuk mengukur panjang
benda. Meteran biasanya terbuat dari pita logam yang dapat dilipat dan memiliki
panjang 5 meter atau 10 meter.
Meteran
Mistar atau penggaris adalah alat ukur yang lebih pendek dari meteran dan biasanya
terbuat dari kayu atau plastik. Mistar digunakan untuk mengukur benda yang lebih kecil,
seperti papan atau balok.
Mistar
Jangka sorong adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter dan
ketebalan benda. Jangka sorong memiliki skala vernier yang memungkinkan
pembacaan yang sangat akurat.
Jangka sorong
Waterpas adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
permukaan rata atau tidak. Waterpas memiliki gelembung udara yang akan berada di
tengah ketika permukaan rata.
Waterpas
Teodolit adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal.
Teodolit digunakan untuk pekerjaan yang lebih presisi, seperti survei dan konstruksi
pondasi.
Teodolit
Meteran laser adalah alat ukur yang menggunakan teknologi laser untuk mengukur
jarak. Meteran laser lebih praktis dan fleksibel dibandingkan dengan meteran biasa, dan
dapat digunakan untuk mengukur jarak yang lebih jauh.
Meteran laser
Total station adalah alat ukur yang menggabungkan fungsi teodolit dan meteran laser.
Total station digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan presisi tinggi, seperti
pemetaan dan pematokan.
Total station
Dol adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan kemiringan suatu permukaan.
Dol biasanya digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan dengan atap dan drainase.
Dol
Hygrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kelembaban udara.
Hygrometer digunakan untuk memastikan bahwa kelembaban udara di dalam ruangan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Hygrometer
Termometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu. Termometer
digunakan untuk memastikan bahwa suhu di dalam ruangan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
Termometer
Selain alat-alat ukur di atas, masih banyak lagi alat ukur lain yang digunakan dalam
konstruksi bangunan gedung. Jenis alat ukur yang digunakan tergantung pada jenis
pekerjaan yang dilakukan dan tingkat presisi yang dibutuhkan.
tuneshare
more_vert
add_photo_alternate
Berikut adalah beberapa alat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang umum
digunakan dalam konstruksi:
Helm keselamatan digunakan untuk melindungi kepala dari benturan benda keras dan
benda jatuh.
Helm keselamatan
Kacamata keselamatan digunakan untuk melindungi mata dari debu, percikan api, dan
benda terbang.
Kacamata keselamatan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam, panas, dan bahan
kimia.
Sarung tangan
Sepatu bot keselamatan digunakan untuk melindungi kaki dari benda jatuh, benda
tajam, dan bahan kimia.
Masker digunakan untuk melindungi pernapasan dari debu, asap, dan gas berbahaya.
Masker
Sabuk pengaman digunakan untuk melindungi pekerja dari jatuh dari ketinggian.
Sabuk pengaman
Alat Keselamatan Lainnya
Ramburambu keselamatan
Pencegah jatuh
Kotak P3K digunakan untuk memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
Kotak P3K
Penting untuk memilih APD yang tepat untuk pekerjaan yang dilakukan dan
memastikan bahwa APD tersebut dalam kondisi baik. Penting juga untuk mengikuti
semua prosedur keselamatan yang ada di tempat kerja.
Berikut adalah beberapa tips untuk mengikuti prosedur keselamatan di tempat kerja:
Dengan menggunakan APD yang tepat dan mengikuti prosedur keselamatan, pekerja
dapat melindungi diri mereka dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
tuneshare
more_vert
add_photo_alternate
mic
send_spark
Bard mungkin menampilkan info yang tidak akurat, termasuk tentang orang-orang, jadi
periksa kembali responsnya.
Warna helm keselamatan memang memiliki fungsi dan peran tersendiri, selain tentunya
untuk melindungi kepala dari bahaya di area kerja. Berikut beberapa warna helm yang
umum ditemui beserta fungsinya:
1. Kuning:
Warna kuning yang cerah membuat pemakainya mudah terlihat, terutama di area kerja
yang sibuk atau memiliki pencahayaan kurang.
Umumnya digunakan oleh pekerja konstruksi umum, pengawas, dan mandor.
Warna putih seringkali digunakan untuk kepala proyek atau pengawas senior.
Dalam beberapa kasus, helm putih juga bisa jadi penanda pekerja magang atau orang
yang sedang berkunjung ke lokasi proyek.
3. Biru:
Warna biru umumnya dipakai oleh petugas pemadam kebakaran atau tim tanggap
darurat lainnya.
Beberapa proyek konstruksi besar juga menggunakan warna biru untuk petugas
keamanan atau tim kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
4. Merah:
Warna merah biasanya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran atau tim tanggap
darurat lainnya.
Bisa juga dikenakan oleh petugas K3 atau petugas medis di area proyek.
5. Oranye:
Warna oranye umumnya dipakai oleh tamu atau pekerja kontrak yang sedang
berkunjung ke lokasi proyek.
Ini menandakan mereka bukan pekerja tetap di proyek tersebut, sehingga memudahkan
pengawasan dan kewaspadaan.
6. Hijau:
Warna hijau bisa memiliki arti berbeda tergantung pada peraturan atau kesepakatan di
masing-masing proyek.
Umumnya digunakan oleh pekerja listrik atau teknisi listrik.
Terbuka di jendela baru www.tokopedia.com
7. Coklat:
Warna coklat jarang digunakan, namun jika ditemui biasanya dikenakan oleh pekerja
las atau pekerja yang berisiko terkena percikan api.
8. Abu-abu:
Warna abu-abu juga jarang ditemui, dan bisa memiliki arti berbeda tergantung proyek.
Pernah digunakan sebagai penanda konsultan atau perencana proyek.
Terbuka di jendela baru
www.tokosafetymurah.com
Arti dan fungsi warna helm bisa berbeda-beda tergantung pada peraturan atau
kesepakatan di masing-masing proyek.
Sebaiknya tanyakan langsung kepada pengawas atau petugas K3 di lokasi proyek
untuk memastikan arti warna helm yang digunakan.
Yang terpenting, selalu gunakan helm keselamatan yang sesuai standar dan dalam
kondisi baik saat berada di area kerja konstruksi.
1. Persiapan
Tentukan tujuan pemetaan. Apa yang ingin Anda capai dengan peta situasi tanah?
Kumpulkan informasi yang ada. Ini dapat mencakup peta lama, foto udara, dan laporan
tanah.
Pilih metode pemetaan yang sesuai. Ada beberapa metode pemetaan yang dapat
digunakan, tergantung pada skala dan kompleksitas proyek.
2. Pengukuran lapangan
Buat kerangka kontrol. Ini adalah jaringan titik yang digunakan untuk mengontrol
akurasi peta.
Ukur fitur fisik tanah. Ini dapat mencakup batas tanah, topografi, vegetasi, dan fitur
buatan manusia.
Catat data lapangan. Data ini dapat dicatat dalam buku catatan atau di perangkat
elektronik.
3. Pengolahan data
Proses data lapangan. Ini dapat termasuk menghitung koordinat, menggambar garis
kontur, dan membuat simbol peta.
Buat peta situasi tanah. Peta ini harus menunjukkan semua fitur fisik tanah yang diukur.
Analisis peta situasi tanah. Apa yang ditunjukkan peta tentang kondisi dan fitur tanah?
Interpretasikan hasil pemetaan. Bagaimana informasi ini dapat digunakan untuk
mencapai tujuan Anda?
Metode tradisional: Metode ini menggunakan alat ukur seperti theodolite, level, dan
meteran untuk mengukur fitur fisik tanah.
Metode fotogrammetri: Metode ini menggunakan foto udara untuk membuat peta situasi
tanah.
Metode remote sensing: Metode ini menggunakan citra satelit atau sensor lain untuk
membuat peta situasi tanah.
Berikut adalah beberapa tips untuk pemetaan situasi tanah yang sukses:
Gunakan peralatan yang tepat. Pastikan Anda memiliki semua peralatan yang Anda
perlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan akurat dan efisien.
Teliti dan akurat. Pastikan semua pengukuran dan data Anda akurat.
Gunakan metode pemetaan yang sesuai. Pilih metode yang paling sesuai dengan skala
dan kompleksitas proyek Anda.
Berkomunikasi dengan jelas. Pastikan semua orang yang terlibat dalam proyek
memahami tujuan dan metode pemetaan.
Pemetaan situasi tanah adalah proses yang kompleks dan membutuhkan keterampilan
dan pengetahuan khusus. Jika Anda tidak memiliki pengalaman dalam pemetaan,
sebaiknya Anda menyewa seorang profesional untuk melakukan pekerjaan ini.