Anda di halaman 1dari 10

DOKUMEN TANGGAP DARURAT

OPERASIONAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA

Dibuat Oleh :
Febri Bima Saputra
HALAMAN PERSETUJUAN

Palangka Raya, 15 September 2023

Mengetahui,
Peserta,
Pimpinan

Management Representative Febri Bima Saputra

i
DAFTAR PERUBAHAN

No. Nomor Lembar Tanggal Terbit Halaman Isi Perubahan


Perubahan
1

ii
Lembar Distribusi

DAFTAR DISTRIBUSI DOKUMEN


Direktur (DIR)

Management Representative (MR)

Logistic (LOG)

Admnistrasi (ADM)

Keuangan (KEU)

Iii
BAB I

PROSEDUR KERJA
A. Prosedur kerja yang berkaitan dengan Sistem Manajemen K3
Prosedur K3 merupakan sekumpulan sistem dalam manajemen perusahaan, perkantoran
atau industri yang terintegrasi satu dengan lainnya untuk meminimalisir resiko atas bahaya
dan potensi bahaya yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan kerja.

Gambar 1. Prosedur K3
Dengan penetapan prosedur K3 berbagai potensi bahaya di lingkungan kerja yang dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja setiap orang di lingkungan kerja dapat
diminimalisir berikut prosedur K3 beserta contohnya di lingkungan kerja
a. Prosedur K3 Perkantoran
Prosedur K3 perkantoran merupakan suatu sistem manajemen K3 yang diselenggarakan
di lingkungan kerja perkantoran. Aturan – aturan tersebut menyangkut pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja demi terciptanya lingkungan kerja yang efisien, aman
dan produktif. Dalam penyelenggaraan K3 perkantoran, contoh prosedur yang sebagian besar
ditetapkan dalam K3 perkantoran sebagai berikut :
 Pembuatan rencana K3
 Pelaksanaan atas rencana yang telah ditetapkan
 Pemantauan kegiatan
 Peninjauan dan peningkatan kerja
 Pembinaan dan pengawasan kerja
 Evaluasi pelaksanaan K3
Semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedur K3 dilakukan sebagai suatu
keharusan oleh pengelola, karyawan, pengunjung, masyarakat dan pemilik perusahaan
dengan memenuhi segala standar aturan K3 yang telah ditetapkan dalam perencanaan. K3
yang telah ditetapkan di suatu perusahaan sesuai dengan peraturan Undang – Undang nomor
1 tahun 1970 memiliki beberapa tujuan utama, diantaranya :
 Memberikan perlindungan dan jaminan atas keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain yang berada di lingkungan tempat kerja
 Mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja di lingkungan kantor atau perusahaan
tempat bekerja
 Menciptakan tempat kerja yang aman dan kondusif
 Memberikan jaminan atas sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien
 Meningkatkan kesejahteraan kerja bagi pekerja di lingkungan perusahaan dan demi
mewujudkan produktivitas nasional
Dengan diberlakukannya prosedur K3 di lingkungan kantor, pekerjaan yang dilakukan
sepanjang waktu kerja akan lebih terarah. Dengan demikian segala sesuatunya dapat berjalan
kondusif dan sebagaimana mestinya.
b. Prosedur K3 yang Berlaku di Industri
Prosedur K3 yang berlaku di industri merupakan suatu bagian dari sistem manajemen
industri yang berguna untuk menangani berbagai macam resiko yang berkaitan dengan
aktivitas kerja guna menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, efektif dan kondusif.
Industri merupakan suatu tempat yang sangat rentan dengan segala hal yang berkaitan
dengan kecelakaan kerja. Karena itu sistem K3 yang ditetapkan di lingkungan industri harus
mengcover segala macam kemungkinan kecelakaan kerja dan resiko kecelakaan kerja. Bagi
setiap orang yang bekerja di lingkungan industri, SOP kerja yang diberlakukan untuk mereka
adalah penggunaan APD yang sesuai.

c. Porsedur APD Untuk Pekerja Industri


Adapun peraturan APD yang sesuai untuk pekerja industri diantaranya :
 Helm safety : merupakan alat pelindung diri yang berfungsi sebagai pelindung kepala
dari berbagai benda yang berpotensi mengenai kepala secara langsung. Helm safety juga
penting untuk mencegah kepala terbentur dari berbagai benda yang bersifat keras.
 Safety belt : alat pengaman yang diperlukan ketika menggunakan alat transportasi atau
instrumen lain yang sejenis seperti alat berat, truk, mobil, bego, pesawat, dan sebagainya.
 Sepatu karet atau sepatu boot : alat pelindung diri ini juga penting dalam SOP dan
prosedur K3 sebagai pelindung kaki ketika bekerja di tempat yang becek dan berlumpur.
Sepatu jenis ini juga dapat melindungi kaki dari terkena benda tajam, panas dan cairan
kimia.
 Safety shoes : sepatu pelindung terbuat dari bahan kulit berlapis metal dengan sol terbuat
dari bahan karet tebal dan kuat. Fungsinya adalah untuk mengelakkan kecelakaan fatal
yang berpotensi menimpa kaki karena tertimpa benda berat dan tajam, benda panas, serta
cairan kimia.
 Sarung tangan : alat pelindung tangan yang satu ini berfungsi ketika bekerja di suatu
tempat yang mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan perlu
disesuaikan dengan kegunaan masing –masing bidang kerja.
 Ear muff atau ear plug : penutup telinga merupakan pelindung organ telinga yang
berfungsi ketika bekerja di tempat atau lingkungan yang bising.
 Kaca mata pengaman : kaca mata pengaman merupakan pelindung mata yang berfungsi
untuk melindungi mata. Biasanya diperlukan ketika mengelas.
 Masker : penyaring udara ketika bekerja di tempat yang memiliki mutu udara buruk.
 Pelindung wajah (face shield) : face shield penting untuk melindungi wajah dari percikan
benda asing ketika sedang bekerja.
 Jas hujan : memproteksi diri dari percikan air ketika sedang bekerja

B. Contoh Prosedur K3 Di Tempat Kerja


Adapun contoh Prosedur K3 yang perlu diketahui :
 Patuhi Prosedur Keselamatan Kerja (K3).
 Melakukan Perawatan dan Pemeliharaan tools kerja dengan rutin.
 Menggunakan APD lengkap.
 Mengikuti pelatihan dan sertifikasi.
 Rambu Rambu Kerja di Lingkungan Industri
Selain itu, keberadaan rambu – rambu kerja juga sangat penting. Rambu – rambu kerja di
lingkungan industri yang perlu ada meliputi :
 Larangan
Rambu – rambu kerja yang berisi tentang larangan merupakan rambu yang berisi gambar
lingkaran dengan diagonal berwarna merah di atas putih. Rambu yang berisi larangan
merupakan peringatan yang membuat pembacanya ‘tidak melakukan sesuatu seperti apa
yang telah dilarang’.
 Perintah
Perintah merupakan rambu yang berisi aturan dan informasi tentang alat pelindung diri
ketika bekerja dan cara penggunaan alat – alat penting yang dipakai sewaktu
bekerja.Peraturan penggunaan APD yang seperti apa yang telah kami sebutkan
sebelumnya juga menjadi bagian dari perintah yang diperlukan berkaitan dengan rambu –
rambu kerja di lingkungan kerja.
 Peringatan
Rambu – rambu yang berisi tentang peringatan memiliki bentuk segitiga dengan warna
hitam di atas putih. Rambu peringatan merupakan jenis rambu yang berfungsi untuk
memberikan informasi bahaya yang perlu diwaspadai.
 Pemberitahuan
 Pemberitahuan merupakan suatu tanda atau petunjuk berbentuk segi empat dengan
gambar sebuah palang tengah berwarna putih di atas hijau. Peringatan ini berarti tempat
untuk memberikan sebuah pertolongan pada waktu terjadinya kecelakaan.
BAB II

PROSES OPERASIONAL K3

A. Prosedur Peringatan Dini &Prosedur Keadaan Darurat


Apabila anda melihat keadaan tanda bahaya anda harus tetap tenang, bunyikan alat tanda
bahaya/bel/alarm, hubungi nomor telpon keadaan darurat.
a. Peringatan Dini Dan Evakuasi Darurat Terhadap Kebakaran
 Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada Petugas Tanggap Darurat
Gedung dan Petugas Tanggap Darurat Listrik.
 Petugas Tanggap Darurat Lantai memadamkan sumber api dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR).
 Petugas Tanggap Darurat Gedung melaporkan adanya kebakaran kepada:
- Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam Kota Semarang
- Petugas Pelayanan Kesehatan
 Petugas Tanggap Darurat Lantai memberitahukan kepada seluruh penghuni ruangan
untuk evakuasi melalui tangga darurat lantai.
 Petugas Tanggap Darurat Lantai melaksanakan absensi untuk mengetahui orang-orang
yang turun bersamanya.
 Koordinator Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni gedung tentang
situasi keamanan gedung.
b. Apabila anda mengalami keadaan darurat, maka :
 Segera : Hentikan pekerjaan dan tinggalkan gedung ketika diketahui/didengar terdapat
tanda bahaya atau ketika anda diminta untuk melakukannya;
 Hindari : Kepanikan;
 Ikuti : Instruksi dan bekerjasamalah dengan mereka yang bertanggungjawab atas keadaan
darurat;
 Matikan : Semua peralatan kerja terutama listrik dan tutup laci meja;
 Jangan : Menunda untuk segera meninggalkan gedung dengan mencari barang-barang
pribadi dan/atau orang lain;
 Pergi : Ke daerah terbuka yang cukup jauh dari gedung dan jangan menghalangi petugas
dan peralatan mereka;
 Jangan : Masuk kembali ke dalam gedung sampai ada instruksi dari atasan, petugas atau
pihak yang berwenang akan hal tersebut.

Kita tidak pernah menginginkan musibah terjadi, namun paling tidak jika kita memahami
prosedur peringatan dini dan keadaan darurat maka kita bisa mengambil langkah-langkah dan
keputusan yang tepat sesuai prosedur jika suatu saat terjadi keadaan darurat seperti kebakaran
dan gempa bumi.
B. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
Organisasi harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur:
 untuk mengidentifikasi potensi keadaan darurat;
 untuk menanggapi keadaan darurat.
Organisasi harus menanggapi keaadaan darurat aktual dan mencegah atau mengurangi akibat-
akibat penyimpangan terkait dengan dampak-dampak K3.Dalam perencanaan tanggap darurat
organisasi harus mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan pihak-pihak terkait yang relevan,
misal jasa keadaan darurat dan masyarakat sekitar.Organisasi harus pula secara berkala menguji
prosedur untuk menanggapi keadaan darurat, jika dapat dilakukan, melibatkan pihak pihak terkait
yang relevan sesuai keperluan. Organisasi harus meninjau secara periodik dan, bila diperlukan,
merubah prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat, secara khusus, setelah pengujian periodik
dan setelah terjadinya keadaan darurat
a. Tidak Terjadi Kondisi Darurat
 Pelatihan-uji coba tanggap darurat dilaksanakan sesuai dengan yang tertulis pada Formulir
Jadwal Pelatihan-Uji Coba Tanggap Darurat.
 Pelatihan-uji coba tanggap darurat dapat dilakukan maksimal 2 (dua) tahun sekali secara
bersamaan ataupun terpisah oleh Tim Tanggap Darurat minimal 1 (satu) tahun sekali.
 Pelatihan-uji coba tanggap darurat meliputi pelatihan pemadaman kebakaran, P3K dan
lain-lain, dan simulasi kondisi keadaan darurat sesuai prosedur akan dicoba dilakukan jika
dapat diterapkan di lapangan.
 Hasil dari pelatihan-uji coba tanggap darurat akan direkam, dievaluasi dan dibuatkan
laporannya, apabila terdapat perubahan maka akan direvisi sesuai kebutuhan mengacu
pada Prosedur Tindakan Perbaikan dan Pencegahan apabila tidak terdapat perubahan maka
mengacu pada Prosedur Komunikasi dan Konsultasi.
 Apabila dari hasil pelatihan-uji coba tanggap darurat dirasakan perlu adanya peningkatan
pengetahuan maupun keterampilan dari Tim Tanggap Darurat maka dapat dilakukan
pelatihan ulang ataupun tambahan.
b. Terjadi Kondisi Darurat
 Apabila terjadi keadaan darurat, setiap personil yang melihat atau menemukan adanya
keadaan darurat harus berusaha untuk menangani keadaan darurat tersebut semampu
mungkin.
 Apabila mampu dan dapat segera diatasi, harus segera melaporkan kepada Koordinator
Keamanan-Komandan Regu Keamanan yang bertugas-Manager terkait.
 Koordinator Keamanan-Komandan Regu Keamanan yang bertugas-Manager terkait
melakukan pengecekan lapangan dan memastikan bahwa laporan tersebut benar dan
segera ditindaklanjuti dengan membuat laporan keadaan darurat tersebut ke dalam
Formulir Laporan Keadaan Darurat.
 Apabila tidak mampu dan tidak dapat segera diatasi, harus segera melaporkan kepada
Petugas Keamanan dan meneruskan informasi tersebut kepada Petugas terkait
 Petugas terkait harus memastikan terlebih dulu kondisi di lapangan dan segera melaporkan
kepada Penanggung Jawab (Supervisor) yang sedang bertugas saat itu.
 Penanggung Jawab (Supervisor) yang sedang bertugas saat itu segera menginstruksikan
penanganan keadaan darurat tersebut sesuai dengan Tim Tanggap Darurat terkait.
 Apabila keadaan darurat tersebut adalah kebakaran-ledakan dan tidak mampu diatasi oleh
Tim Tanggap Darurat internal, maka diijinkan untuk meminta bantuan kepada pihak
eksternal yaitu Polres-pihak terkait yang terdekat dan tersiap untuk memberikan bantuan.
 Apabila keadaan darurat tersebut mampu diatasi oleh Tim Tanggap Darurat internal, maka
pemulihan keadaan harus dilakukan dan segera melaporkan kepada Penanggung Jawab
(Supervisor),yang sedang bertugas saat itu.
 Penanggung Jawab (Supervisor) yang sedang bertugas saat itu melaporkan kejadian
kepada Koordinator Tim Tanggap Darurat untuk kemudian dibuatkan laporannya dalam
Formulir Laporan Keadaan Darurat setelah diadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai
penyebab keadaan darurat yang terjadi.
 Laporan Keadaan Darurat yang disetujui oleh Kepala Unit kemudian dikirimkan ke pihak-
pihak yang berwenang.
 Apabila dari hasil penyelidikan perlu adanya perbaikan maka mengacu pada Prosedur
Tindakan Perbaikan dan Pencegahan dan penyebarluasan informasi mengacu pada
Prosedur Komunikasi dan Konsultasi.
 Prosedur ini akan ditinjau ulang apabila telah terjadi suatu kondisi darurat.

Anda mungkin juga menyukai