Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Peternakan Indonesia, Desember 2023.. Vol. ... (...

)
ISSN 1907-1760

Efek Pemberian Fermentasi Brangkasan Jagung Terhadap Pertambahan Berat Badan


Harian Sapi Ongole

The Effect of Fermented Corn Crops on Daily Weight Gain of Ongole Cattle

Mokhamad Falachuddin
Universitas Muhammadiyah Malang 1
email: falachuddin129@gmail.com.com
(Diterima: 30 November 2023; Disetujui: 02 Desember 2023)

ABSTRAK

12pt ********* ********** ********** ************ ******* **********


************* ******** tidak lebih dari 200 kata dalam satu paragraf. ********** ********
******** ********** **************** **************** **********
************** ********* ************* ************ ************ *******
*********** **************** ************* ************ *************
************** ******* ************* *********** ********** *********
********* . Memuat latar belakang, metode, hasil dan kesimpulan. ******** ***********
************ ************.
Kata kunci: mengandung, maksimal, lima, kata, italic

ABSTRACT

12pt italic ********** ******** ******** ********** ****************


**************** ********** ************** ********* *************
************ ************ ******* *********** **************** *************
************ ************* ************** ******* ************* ***********
********** ********* ********************* ******* ***********
**************** ************* ***************** ******* *************
*********** ********** ********* ********************* ******* ***********
**************** ************* ************ ********* *************
************** ******* ************* *********** ********** *********
*********
Keywords: Latin name, example, five, words, italic

PENDAHULUAN tanaman. Defisit air atau cekaman kekeringan


merupakan salah satu faktor penghambat
Produktivitas ternak terutama rumi- produktifitas tanaman (Liu et al., 2011).
nansia sangat tergantung pada ketersediaan Brangkasan jagung merupakan limbah
hijauan pakan sebagai pakan utama bagi tanaman jagung berupa bonggol, daun, kulit
ternak tersebut. Ketersediaan hijauan sangat batang, dan tongkol yang masih mengandung
dipengaruhi oleh musim terutama musim banyak nutrisi yang bermanfaat. Brangkasan
kemarau karena pada saat itu hijauan menjadi jagung dapat dimanfaatkan sebagai pakan
berkurang dan sulit didapatkan. Hal ini dapat ternak melalui proses pengolahan terlebih
terjadi karena pada saat kemarau kondisi air seperti fermentasi karena mengandung
tanah menjadi defisit sehingga dapat selulosa yang tinggi.
menghambat pertumbuhan dan perkembangan

1 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxxx et al.)


Vol. xx (1)

Brangkasan jagung mengandung protein Pelaksanaan Penelitian


kasar (12,06%), serat kasar (25,02%) dan Pelaksanaan penelitian ini dimulai deng-
energi bersih 2350 Kkal/kg. Selain itu juga an mempersiapkan media tanam menggunakan
mengandung 91,94% bahan kering (BK), tanah ultisol dan pupuk kandang dengan
43,23% bahan organik (BO), lignin 94%, perbandingan 9: 1, tanah sebanyak 4,5 kg dan
4,95% silika, 68,78% serat detergen netral pupuk kandang 0,5 kg. Bibit tanaman legum
(NDF), dan 42,36% serat detergen asam pakan yang telah disiapkan disemai terlebih
(ADF). Daya cerna BK dan BO brangkasan dahulu, ditumbuhkan sampai berumur 1 bulan.
jagung berkisar dari 59,48% hingga 88,71%. Selanjutnya tanaman legum pakan dipindah-
kandungan serat kasar pada brangkasan kan ke dalam pot kapasitas 5 kg media tanam.
jagung yang sangat tinggi sehingga sulit Khusus untuk perlakuan dengan mikoriza,
dicerna oleh ternak. Oleh karena itu, teknologi pada media tanam ditambahkan Mycofer
pengolahan bahan pakan perlu diterapkan sebanyak 20 gram (±1 sendok makan) pada
untuk meningkatkan kualitas dan nilai nutrisi lubang tanam kemudian baru tanaman
brangkasan jagung. Salah satu teknologi dipindahkan. Setiap lubang tanam ditanami
sederhana yang dapat digunakan adalah dengan 2 individu tanaman legum pakan.
fermentasi menggunakan mikroba fungsional. Tanaman dipelihara selama ± 1 bulan.
Prinsip kerja fermentasi adalah memanfaatkan Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram
mikroba untuk melakukan perombakan tanaman dua hari sekali, membersihkan gulma
senyawa kompleks menjadi bentuk yang lebih yang tumbuh secara manual, dan pemupukan
sederhana dan mudah diserap nutrisinya. dengan NPK dilakukan pada 14 hari setelah
Melalui fermentasi, diharapkan brangkasan tanaman dipindahkan ke dalam pot. Setelah
jagung dapat menjadi pakan alternatif sumber tanaman tumbuh dengan baik selanjutnya
energi dan nutrisi yang berkualitas tinggi guna dilakukan pemangkasan awal (trimming)
mendukung produktivitas ternak secara untuk menyeragamkan tinggi tanaman. Satu
optimal. minggu kemudian perlakuan cekaman keke-
Berdasarkan permasalahan di atas, ringan dimulai yaitu dengan tidak melakukan
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk me- penyiraman sampai tanaman mati (untuk
ngetahui efektivitas dari pemberian fermentasi perlakuan cekaman kekeringan = D), sedang-
brangkasan jagung bagi pertambahan berat kan untuk perlakuan disiram (W) dilakukan
badan harian (PBBH) pada sapi ongole penyiraman 1 kali sehari yaitu pada pagi hari.
METODE Sebelum perlakuan cekaman kekeringan
dimulai, semua media tumbuh dalam pot
Tempat Penelitian disiram terlebih dahulu sampai tercipta
Penelitian ini dilaksanakan di Kandang kondisi jenuh. Kemudian pot diberi plastik
Edupark Universitas Muhammadiyah Malang mulsa yang dibentuk bulat dengan diameter
Kampus 3. ±35 cm untuk menutupi permukaan pot agar
tidak terjadi evaporasi, dan dilubangi di
Materi Penelitian
tengahnya sebagai ruang untuk tanaman.
Tanaman pakan yang digunakan dalam
Plastik mulsa diselotip di sekeliling pot pada
penelitian adalah 2 jenis tanaman leguminosa
perlakuan cekaman kekeringan (D), dan pada
pohon yang umum digunakan sebagai pakan
perlakuan disiram (W) diberi sedikit celah
ternak di Indonesia, yaitu: Leucaena
yang tidak diselotip untuk memudahkan
leucocephala dan Desmodium sp. Mengguna-
penyiraman. Perlakuan dimulai pada keesokan
kan tanah ultisol, Mycofer (mikoriza
harinya dan dihitung sebagai hari ke-0.
komersial yang mengandung G. margarita
Pengambilan sampel kadar air tanah,
dan G. manihotis) dari Laboratorium biotek-
kadar air relatif daun, dan potensial air daun
nologi kehutanan, PAU IPB, serta bahan-
dilakukan per 4 hari dimulai sejak hari ke-0.
bahan untuk analisa kadar air tanah, kadar air
Penyiraman pot untuk perlakuan W dilakukan
relatif daun, dan lain-lain.
setiap pagi hari, sedangkan untuk perlakuan D

2 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.)


Vol. xx (1)

tidak dilakukan penyiraman sampai tanaman didapatkan berat segar (BS), kemudian
mencapai lethal point dan ini berarti perlakuan dimasukkan ke dalam cup. Cup berisi sampel
dihentikan. Selanjutnya tanaman dipotong daun segar diberi aquadest sehingga seluruh
(dipanen), dan dapat dilakukan pengambilan permukaan daun terendam, ditutup dengan
sampel tanaman untuk peubah bobot segar kertas saring, dan disimpan dalam suhu ruang
dan bobot kering tanaman. selama 18-24 jam. Air yang masih tersisa
dibuang dan sampel ditiriskan dengan tisu,
Peubah yang Diamati
ditimbang sehingga didapatkan berat turgid
Kadar air tanah / KAT (%)
(BT). Kemudian sampel dioven pada suhu 60 0
Kadar air tanah diuji secara manual,
C selama 2x24 jam, ditimbang dan didapatkan
yaitu dengan cara mengambil 5 gram sampel
berat kering (BK).
tanah segar (BS) yang diambil dari tanah pada
Nilai kadar air relatif daun (KARD)
kedalaman 20 cm, kemudian dioven 1050C
didapatkan dengan menggunakan perhitungan:
selama 24 jam. Kemudian timbang berat
KARD = (BS-BK)/(BT-BK) x 100%
setelah dioven (BO).
Kadar air tanah = (BS-BO)/BO x 100% Rancangan Percobaan
Percobaan ini menggunakan Rancangan
Bobot kering akar, batang dan daun (g/pot)
Acak Lengkap pola faktorial dengan tiga
Setelah pemanenan, bagian tanaman
ulangan. Faktor I adalah fungi mikoriza
seperti akar, batang dan daun segar dikering-
arbuskular (FMA): tanpa FMA (-AM) dan
kan pada suhu 700C selama 48 jam, kemudian
diinokulasi FMA (+AM), dan faktor II adalah
ditimbang sebagai bobot kering akar, batang
kekeringan: disiram (W) dan cekaman keke-
dan daun.
ringan (D). Model matematis yang digunakan
Potensial air daun (MPa)
adalah menurut Steel dan Torrie (1995). Data
Sampel yang digunakan untuk pengu-
yang diperoleh dianalisa dengan ANOVA,
kuran potensial air daun adalah daun segar
jika terdapat pengaruh terhadap peubah yang
tanaman legum pakan. Sampel diambil sekitar
diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji
pukul 4 WIB dini hari dan langsung dimasuk-
DMRT.
kan ke dalam cup WP4, ditutup dan dimasuk-
kan ke dalam coolbox.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensial air daun pada kondisi tanpa
cekaman dan cekaman kekeringan diuji Kadar Air Tanah (KAT)
menggunakan WP4 Dewpoint Potentio Meter, Kadar air tanah (KAT) yang tersedia
dengan cara: sampel daun segar dipotong mempengaruhi pertumbuhan dan perkem-
menjadi beberapa bagian kemudian dimasuk- bangan tanaman. Apabila jumlah air yang ter-
kan ke dalam cup WP4. Cup+sampel tanpa sedia di tanah tidak mencukupi bagi kebu-
tutup dimasukkan ke dalam alat potensiometer tuhan tanaman maka tanaman akan mengalami
dan tunggu sampai di layar menunjukkan nilai gangguan morfologi dan fisiologis sehingga
seperti ini: “Ts-Tb = -0,58”, kemudian tombol pertumbuhan dan produktifitasnya akan ter-
diputar ke posisi “read”, tunggu hingga hambat, hal ini menyebabkan tanaman meng-
terdengar bunyi bip beberapa kali dan lampu alami cekaman kekeringan. Tabel 1 menun-
keseimbangan menyala. Setelah angka menun- jukkan pengaruh faktor penyiraman dan
jukkan posisi konstan, hasil yang tertera di inokulasi mikoriza terhadap nilai kadar air
layar WP4 dicatat sebagai nilai potensial air tanah yang diuji.
daun (ICT International, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kadar air relatif daun (%) perlakuan cekaman kekeringan menurunkan
Nilai kadar air relatif daun diukur kadar air tanah berkisar antara 11 - 39%
menggunakan metode Slatyer dan Barrs dibandingkan dengan kondisi tanpa cekaman.
(1965) yang dimodifikasi, dengan cara: Hasil serupa juga diperoleh pada 4 jenis
sampel daun segar ditimbang sehingga Turfgrasses (Midlawn bermudagrass, Prairie
buffalograss, Meyer zoysiagrass dan Mustang

Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.) 3


Vol. xx (1)

tallfescue) yang mendapatkan bahwa kandu- penyerapan air tanah oleh akar sehingga
ngan air tanah pada hari ke-25 cekaman ke- tanaman tidak perlu menurunkan potensial air
keringan mengalami penurunan sebanyak 78% daun menjadi semakin negatif. Hasil serupa
(kandungan air tanah menjadi 8%) pada juga didapatkan oleh Sanchez Blanco et al.
Mustang tallfescue (Qian dan Fry, 1997). (2004) yaitu cekaman kekeringan pada tana-
Penurunan kandungan air tanah yang man Rosmarinus officinalis menurunkan
diuji akibat cekaman kekeringan diduga dise- potensial air daun pada tanaman yang
babkan pengambilan air tanah oleh akar kare- diinokulasi dengan mikoriza dan juga tanaman
na permintaan tanaman, sementara keterse- tanpa mikoriza, tetapi penurunan ini lebih
diaan air tanah tidak bertambah. Tanaman rendah pada tanaman tanpa mikoriza.
yang mengalami defisit air akan melakukan Faktor penyiraman berpengaruh nyata
penyesuaian osmotik, diantaranya melalui terhadap potensial air daun pada ke-2 jenis
peningkatan senyawa terlarut sehingga terjadi tanaman legum pohon. Nilai potensial air daun
penurunan potensial osmotik sel dan me- pada legum pohon yang diteliti mengalami
mungkinkan air tanah dapat masuk ke dalam penurunan seiring dengan semakin lamanya
sel tanaman (Yoshiba et al., 1997; Taiz dan cekaman kekeringan. Hal ini ditunjukkan
Zeiger, 2002). dengan nilai potensial air daun pada hari ke-8,
dan ke-16 pengamatan berturut-turut dengan
Potensial air daun (PAD) kisaran -1,1 MPa sampai -1,6 MPa dan -1,5
Aliran air terjadi dari potensial air yang MPa sampai -9,7 MPa (Tabel 2). Pada hari
tinggi ke potensial air yang rendah, saat po- terakhir pengamatan cekaman kekeringan
tensial air tanah rendah akibat cekaman keke- terjadi penurunan potensial air daun sebesar
ringan maka tanaman akan merespon dengan 3-4x lipat dibandingkan dengan kondisi
lebih menurunkan potensial airnya sehingga normal tanpa cekaman.
air dari tanah dapat diserap oleh tanaman Beberapa penelitian juga mendapatkan
(Kramer dan Boyer, 1995). Rataan potensial nilai potensial air semakin negatif seiring
air daun pada tanaman legum pohon fase dengan semakin lamanya durasi cekaman
pertumbuhan awal ditunjukkan pada Tabel 2. kekeringan seperti Ludlow (1989) yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa secara memperoleh nilai potensial air daun lethal -12
umum perlakuan cekaman kekeringan menu- MPa pada beberapa rumput C4. Fageria et al.
runkan potensial air daun pada ke-2 jenis (2010) menyatakan bahwa beberapa tanaman
legum pohon fase pertumbuhan awal. Berbeda legum tropis dapat mentolerir penurunan
dengan pengaruh cekaman kekeringan, pem- potensial air daun sampai dengan -20 MPa
berian mikoriza dapat meningkatkan atau pada saat mengalami cekaman kekeringan.
bahkan menurunkan potensial air daun yang Penurunan potensial air daun seiring penu-
diuji. Faktor mikoriza berpengaruh nyata pa- runan kadar air tanah juga terlihat pada 4
da L. leucocephala (pengamatan hari terakhir). species annual clover (T. alexandrinum L, T.
Pada L. leucocephala, nilai potensial air daun incarnatum L, T. resupinatum L, dan T.
tanaman yang diinokulasi dengan mikoriza squarrosum L) (Lannuci et al., 2002), dan
lebih tinggi 29% dibandingkan dengan tana- kedelai (Zhou et al., 2011) yang mengalami
man tanpa mikoriza. Hal ini diduga karena cekaman kekeringan.
mikoriza cukup efektif dalam membantu

Tabel 1. Rataan kadar air tanah (%) pada tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal yang
diinokulasi dan tanpa inokulasi mikoriza pada dua perlakuan penyiraman
Kadar air tanah (%)
Jenis Tanaman
L. leucocephala Desmodium sp
Hari pengamatan 8 16 Akhir(28) 8 16 Akhir(16)
Mikoriza:

4 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.)


Vol. xx (1)

-M 33,6 31,3 31,7 33,1 30,0 30,0


+M 34,4 30,7 33,5 30,3 27,4 27,4
Penyiraman:
W 36,1 37,7a 40,6a 37,8a 34,8a 34,8a
D 31,9 24,3b 24,6b 25,6b 22,6b 22,6b
Keterangan: a, b pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
-M = tanpa mikoriza, +M = diinokulasi FMA, W = disiram, D = tidak disiram.

Tabel 2. Rataan potensial air daun (MPa) pada tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal
yang diinokulasi dan tanpa inokulasi mikoriza pada dua perlakuan penyiraman
Potensial air daun (Mpa)
Jenis Tanaman
L. leucocephala Desmodium sp
Hari pengamatan 8 16 Akhir (28)
8 16 Akhir(20)
Mikoriza:
-M -1,3 -2,8 -4,8b -2,1 -5,3 -4,7
+M -1,4 -2,9 -3,4a -0,8 -5,9 -4,8
Penyiraman:
W -1,1a -1,7a -1,9a -1,3 -1,5a -1,3a
D -1,6b -4,0b -6,3b -1,6 -9,7b -8,2b
Keterangan: a, b pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
-M = tanpa mikoriza, +M = diinokulasi FMA, W = disiram, D = tidak disiram

Saat cekaman kekeringan, kondisi air kekeringan, sehingga tanaman ini tidak perlu
tanah yang defisit menyebabkan potensial air menurunkan potensial air daunnya menjadi
tanah mengalami penurunan dan hal ini harus semakin negatif. Mikoriza mempunyai hyfa
diikuti oleh penurunan potensial air daun yang dapat mengakses ruang pori tanah yang
menjadi lebih negatif agar tercipta perbedaan kecil yang tidak bisa dilakukan oleh akar
gradient sehingga air masih dapat bergerak maupun rambut akar tanaman induk sehingga
dari tanah yang kekeringan menuju daun dapat menyerap air tanah lebih banyak untuk
(Blum, 2005). Pengaruh nyata interaksi faktor mempertahankan aktifitas fisiologis selama
mikoriza dan penyiraman terhadap potensial ceKaman kekeringan (Christopher et al.,
air daun terjadi pada hari terakhir pengamatan 2008). Kandungan air relatif daun pada tana-
cekaman kekeringan pada L. leucocephala man yang diinokulasi dengan mikoriza lebih
(Gambar 1). Tanaman L. leucocephala yang rendah dibandingkan dengan tanaman tanpa
tidak mengalami cekaman kekeringan, tidak mikoriza dan mekanisme terkait hal tersebut
mengalami penurunan potensial air daun baik belum diketahui.
pada tanaman yang diinokulasi dengan Berbeda dengan pengaruh faktor miko-
mikoriza maupun tanaman tanpa mikoriza. riza, faktor penyiraman berpengaruh nyata
Saat tanaman ini mengalami cekaman ke- pada setiap waktu pengamatan dari ke-2 jenis
keringan, terjadi penurunan potensial air daun tanaman legum pohon, kecuali saat penga-
yang cukup signifikan, tetapi penurunan matan hari ke-8 pada L. leucocephala. Hasil
potensial air daun ini lebih besar pada penelitian menunjukkan bahwa cekaman ke-
tanaman tanpa mikoriza dibandingkan dengan keringan menurunkan kadar air relatif daun
tanaman yang diinokulasi dengan mikoriza dengan kisaran antara 52-76% dibandingkan
(Gambar 1). dengan tanaman yang tidak dicekam. Pada
Hasil ini membuktikan bahwa pada L. hari terakhir perlakuan cekaman kekeringan,
leucocephala mikoriza cukup efektif dalam penurunan kadar air relatif daun yang paling
membantu penyerapan air saat cekaman banyak (76%) terjadi pada Desmodium sp.

Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.) 5


Vol. xx (1)

Penurunan kadar air relatif daun akibat ceka- untuk mengontrol kehilangan air melalui
man kekeringan juga didapatkan oleh Da stomata (Bayoumi et al., 2008). Pada Desmo-
Costa dan Huang (2006), pada cekaman ke- dium sp cekaman kekeringan hari ke-8, terjadi
keringan hari ke-15 terjadi penurunan kadar penurunan KAR daun yang cukup signifikan,
air relatif daun sebesar 68% pada Creeping penurunan kadar air relatif daun 35,32% pada
bentgrass dan 75% pada Velvet bentgrass tanaman yang diinokulasi dengan mikoriza,
dibandingkan dengan kondisi air optimal. dan 14,77% pada tanaman tanpa mikoriza
Kadar air relatif berhubungan dengan dibandingkan dengan kondisi air optimal
kemampuan untuk penyerapan air lebih (Tabel 3).
banyak dari tanah dan kemampuan tanaman
potensial air daun (MPa)

-1.94a -1.79a
Potensial air daun (MPa)

-1.64a
-2.01a

-4.95b -5.98b

-7.57c
-9.91c
L. leucocephala I. zollingeriana

Gambar 1. Interaksi faktor penyiraman dan mikoriza terhadap potensial air daun (MPa) pada hari
akhir pengamatan tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal. –M= tanpa mikoriza,
+M= mikoriza, □ = disiram tiap hari (watering), ■ = cekaman kekeringan (drought).

Tabel 3. Rataan kadar air relatif (KAR) daun pada tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal
(%) yang diinokulasi dan tanpa inokulasi mikoriza pada dua perlakuan penyiraman
Kadar air relatif daun (%)
Jenis Tanaman
L. leucocephala Desmodium sp
Hari pengamatan 8 16 Akhir (28)
8 16 Akhir(20)
Mikoriza:
-M 87,4 61,1 54,3 77,5a 44,6 39,7
+M 87,0 61,7 52,8 67,9b 43,4 36,9
Penyiraman:
W 87,4 76,5a 72,3a 83,1a 66,7a 61,9a
D 86,9 46,3b 34,8b 62,3b 21,3b 14,7b
Keterangan: a, b pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
-M = tanpa mikoriza, +M = diinokulasi FMA, W = disiram, D = tidak disiram

6 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.)


Vol. xx (1)

83.7a 82.5a
89.6a 88.6ab
85.2b 85.3b

kadar air relatif daun (%)


71.3b

kadar air relatif daun (%)


53.4c

L. leucocephala Desmodium sp

Gambar 2. Interaksi faktor penyiraman dan mikoriza terhadap kadar air relatif (KAR) daun
tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal pada hari ke-8.
–M = tanpa mikoriza, +M= mikoriza, □ = disiram tiap hari (watering), ■ = cekaman
kekeringan (drought).

Tabel 4. Rataan bobot kering total (g/pot) pada tanaman legum pohon fase pertumbuhan awal
yang diinokulasi dan tanpa inokulasi mikoriza pada dua perlakuan penyiraman
BK total (g/pot)
Jenis Tanaman
L.leucocephala Desmodium sp
Mikoriza:
-M 14,85 13,99b
+M 14,31 24,45a
Penyiraman:
W 20,63a 27,59a
D 8,54b 10,85b
Keterangan: a, b pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05)
-M = tanpa mikoriza, +M = diinokulasi FMA, W = disiram, D = tidak disiram

Saat cekaman kekeringan kadar air Bobot kering tanaman (BK)


relatif daun perlakuan mikoriza lebih rendah Kondisi air yang defisit dapat meng-
25% dibandingkan dengan tanaman tanpa ganggu pertumbuhan dan perkembangan dari
mikoriza (Gambar 2). Hasil tersebut tidak tanaman, sehingga berakibat pada penurunan
menunjukkan mekanisme yang seharusnya bobot kering tanaman. Faktor mikoriza hanya
dari mikoriza dalam membantu penyerapan air berpengaruh terhadap bobot kering total pada
lebih efisien (KAR daun yang tinggi) saat Desmodium sp (Tabel 4). Pemberian mikoriza
tanaman mengalami cekaman kekeringan, dan meningkatkan bobot kering total Desmodium
mekanisme terkait hal tersebut belum sp sebesar 74,8% dibandingkan dengan tana-
diketahui. man tanpa mikoriza (Tabel 4).
L. leucocephala pada kondisi cekaman Hasil tersebut menunjukkan bahwa mi-
kekeringan, pemberian mikoriza justru me- koriza cukup efektif dalam membantu per-
ningkatkan kadar air relatif daun dibandingkan tumbuhan tanaman sehingga menghasilkan
dengan tanaman tanpa mikoriza. Hasil ini bobot kering total lebih tinggi dibandingkan
mengindikasikan bahwa mikoriza cukup dengan tanaman tanpa mikoriza, dengan
efektif dalam membantu penyerapan air ka- asumsi bahwa adanya hyfa mikoriza dapat
rena adanya hyfa yang dapat menyebar luas di membantu penyerapan air lebih efisien
dalam tanah sehingga tanaman dapat mengam- sehingga proses fotosintesis tidak begitu
bil air dari tanah relatif lebih banyak. terganggu sehingga hasil fotosintesis dapat

Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.) 7


Vol. xx (1)

dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan per- Christopher, R.B., J. V. Tony, C. R. Boomsma


kembangan tanaman dan dapat meningkatkan and T. J. Vyn. 2008. Maize drought
bobot kering total tanaman.Faktor penyiraman tolerance: Potential improvements
berpengaruh nyata terhadap bobot kering (BK) through arbuscular mycorrhizal
total pada ke-2 jenis tanaman legum pohon symbiosis?. Field Crops Research 108:
fase pertumbuhan awal. Perlakuan cekaman 14–31.
kekeringan menurunkan BK total dengan Da Costa, M. and B. Huang. 2006. Osmotic
kisaran 26-61% dibandingkan dengan BK adjustment associated with variation in
total dalam kondisi normal tanpa cekaman Bentgrass tolerance to drought stress. J.
(Tabel 4). Penurunan bobot kering total juga Amer. Soc. Hort. Sci. 131(3): 338-344.
terjadi pada gandum (Jun Feng et al., 2010),
kedelai (Hamim et al., 1996), Phaseolus Djebali, N., S. Turki, M. Zid and M. R.
vulgaris L. (Salwa dan Heba, 2011), dan Hajlouni. 2010. Growth and develop-
Lepidium sativum L. (Khalil dan El Noemani, ment responses of some legume species
2012) yang mengalami cekaman kekeringan. inoculated with a mycorrhiza-based
biofertilizer. Agriculture on Biology
KESIMPULAN Journal of North America. 1(5): 748-
754.
Respon tanaman terhadap cekaman El Tayeb, M. A and N. L. Ahmed. 2010.
kekeringan ditunjukkan dengan turunnya Response of wheat cultivars to drought
kadar air tanah, potensial air daun, kadar air and salicylic acis. American-Eurasian
relatif daun dan bobot kering total pada ta- Journal of Agronomy 3(1): 01-07.
naman legum pohon. Inokulasi dengan FMA
dapat membantu meningkatkan ketahanan Fagbola, O., O. Osonubi, K. Mulongoy and S.
kekeringan Desmodium sp pada fase pertum- Odanfa. 2001. Effect of drought stress
buhan awal. and arbuscular mycorrhiza on growth of
Gliricidia sepium (Jacq). Walp, and
DAFTAR PUSTAKA Leucaena leucochepala (Lam.) de Wit
in simulated eroded soil condition.
Augé, R. M. 2001. Water relations, drought Mycorrhiza 11(5):215-223.
and vesicular-arbuscular mycorrhizal Fageria, N. K., V. C. Baligar and C. A. Jones.
symbiosis. Mycorrhiza 11: 3-42. 2010. Growth and Mineral Nutrition of
Bayoumi, T. Y., M. H. Eid, and E. M. Field Crops. Ch. 18. Forage. Third Ed.
Metwali. 2008. Application of CRC Press.
hysiological and biochemical indices Hamim, D. Sopandie dan M. Jusuf. 1996.
as a screening technique for drought Beberapa karakteristik morfologi dan
tolerance in wheat genotypes. Afr. J. fisiologi kedelai toleran dan peka
Biotech. 7 (14):2341-2352. terhadap cekaman kekeringan. Hayati
Blum, A. 2005. Drought resistance, water 1:30-34.
use efficiency and yield potential- are ICT International. 2010. WP4 dewpoint
they compatible dissonant or mutually potential meter.
exclusive?. Australian Journal of http://www.ictinternational.com.au/broc
Agricultural Research 56: 1159-1168. hures/WP4man22.pdf [20-04-2010].
Jun-Feng, S., M. X. Guo, J. R. Lian, P.
Xiaobin, W. Y. Guo and C. X. Ping.
2010. Gene expression profiles of
response to water stress at the jointing

8 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.)


Vol. xx (1)

stage in wheat. Agricultural Sciences in Turfgrasses. J. Amer. Soc. Hort. Sci.


China 9(3): 323-330. 122(1):129-133.
Karti, P. D. M. H. 2004. Pengaruh pemberian Salwa, M. A and I. M. Heba. 2011. Alle-
cendawan Mikoriza Arbuskular viation of adverse effects of
terhadap pertumbuhan dan produksi droughtstress on common bean
rumput Setaria splendida Stapf yang (Phaseolus vulgaris L) by exogenous
mengalami cekaman kekeringan. Med. application of hydrogen peroxide.
Pet. 27: 63-68. Bangladesh J. Bot. 41(1): 75-83.
Khalil, S. E., and A. A. El-Noemani. 2012. Sanchez, B. M. J., T. Fernandes, M. A.
Effect of irrigation interval and Morales, A. Morte and J. J. Alarcon.
exogenous proline application in 2004. Variation in water status, gas
improving tolerance of garden cress exchange and growth in Rosmarinus
plant (Lepidium sativum L.) to water officinalis plants infected with Glomus
stress. J. App. Sci. Res. 8(1):157-167. deserticola under drought conditions.
J. Plant Physiol. 161: 675-682.
Kramer, P. J and J. S. Boyer. 1995. Water
Relations of Plants and Soils. Academic Slatyer, R. O. and H. D. Barrs. 1965.
Press Inc. US. Modification to the relative turgidity
technique with notes on significance as
Kumar, R. R., K. Karajol and G. R. Naik.
an index of the internal water status of
2011. Effect of polyethylene glycol
leaves. Arid Zone Res. 25:331-342.
induced water stress on physiological
and biochemical responses in Pigeon Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip
pea (Cajanus cajan L. Mill sp.). Recent dan Prosedur Statistika: Suatu
Research in Science and Technology 3: Pendekatan Biometrik. Penerjemah
148-152. Sumatri B. Jakarta: Gramedia.
Terjemahan dari: Principles and
Lannuci, A., M. Russo, L. Arena, N. D.
Procedures of Statistics.
Fonzo and P. Martiniello. 2002. Water
deficit effect on osmotic adjustment and Taiz, L. and E. Zeiger. 2002. Plant
solute accumulation in leaves of annual Physiology. 3rd Ed.Sinauer
clovers. European J. Agronomy 16: 111- Associates, Inc.
112. Uzilday, B., I. Turkan, A. H. Sekmen, R.
Liu, H., X. Wang, D. Wang, Z. Zou and Z. Ozgur and H. C. Karakaya. 2012.
Liang. 2011. Effect of drought stress on Comparison of ROS formation and
growth and accumulation of active antioxidant enzymes in Cleome
constituents in Salvia miltorrhiza gynandra (C4) and C. spinosa (C3)
Bunge. Industrial Crops and Products under driught stress. Plant Science
33:84-88 182: 59-70.
Ludlow, M. M. 1989. Strategies in Response Yoshiba, Y., T. Kiyosue, K. Nakashima, K.
to Water Stress. In. Kreeb HK, Rchter Yamaguchi-Shinozaki, and K.
H, Hinckley TM. Ed. Structural and Shinozaki. 1997. Regulation of levels
Functional Responses to of proline as an osmolyte in plants
Environmental Stresses: Water under water stress. Plant Cell Physiol.
Shortage. The Hague, Netherlands. 38(10): 1095-1102
SPB Academic Press. Zhou, X. B., L. Qi, G. M. Yang and Y. H.
Qian, Y. and J. D. Fry. 1997. Water relation Chen. 2011. Row spacing effect on soil
and drought tolerance of four and leaf water status of summer

Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.) 9


Vol. xx (1)

soybean. The Journal of Animal Plant Science 21(4) : 680-685.

10 Adaptasi Legum Pohon Fase Pertumbuhan Awal (xxxxxx et al.)

Anda mungkin juga menyukai