Anda di halaman 1dari 5

Nama: 1. Atta Cindy I.

N (05)
2. Cindy Avisha M. (07)
Kelas: XI MIPA 7

Bacalah berita yang mempunyai kesamaan isi dari beberapa media yang berbeda. Dari
berita tersebut susunlah menjadi isu yang memerlukan argumentasi dan saran yang bisa
diberikan kepada pihak yang dituju. Tuangkan hasil kerja kalian dalam LKPD berikut!
Isi berita: 1. JawaPos.com: Ditarik BPOM, Alasan Ranitidin Jadi Obat Favorit
Para Dokter, 9 Oktober 2019
2. dinkes.palangkaraya: Fakta Penarikan Obat Ranitidin, 22
Oktober 2019
3. cnnindonesia.com: Ranitidin, Obat Asam Lambung yang Diduga
Picu Kanker, 8 Oktober 2019

Rancangan Teks Editorial


No Struktur Uraian
1 Isu Penarikan obat ranitidin yang sudah beredar karena
terdapat senyawa NDMA yang dapat memicu kanker.
2 Argumentasi Selama ini pasien dengan keluhan tukak lambung atau
asam lambung saat pergi ke dokter umumnya diberikan
resep obat Ranitidin jenis tablet. Ranitidin
direkomendasikan kepada pasien untuk diminum sebelum
makan. Banyak dokter selama ini memberikan resep
Ranitidin untuk pasien sampai akhirnya Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menariknya dari
pasaran.
Argumentasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Internist &
Vaccinologis dari In Harmony Clinic, dr. Kristoforus HD,
SpPD menjelaskan Ranitidin adalah obat lambung
golongan H2 (Histamine 2) blocker. Obat ini diresepkan
dokter untuk menurunkan produksi asam lambung,
mencegah nyeri dada akibat asam lambung yang terlalu
tinggi atau mengonsumsi makanan yang mengandung
asam, bahkan tukak lambung, dan GERD (refluks Asam
lambung ke kerongkongan).
Argumentasi “Walaupun sekarang sudah banyak obat-obat penurun
asam lambung yang lebih efektif dibandingkan Ranitidin,
namun karena (Ranitidin) ketersediaannya yang luas dan

1
biayanya yang sangat terjangkau, Ranitidin masih banyak
digunakan di mana-mana,” ujarnya. Hal senada
diungkapkan Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia Mahdi Jufri. Ranitidin adalah suatu obat
golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan
produksi asam lambung. Harganya memang terjangkau.
Pantauan JawaPos.com, dari berbagai aplikasi online,
harga Ranitidin per butir selama ini memang terjangkau.
Rata-rata hanya di kisaran harga Rp 500-Rp 700 per tablet.
Argumentasi Pada tanggal 17 September 2019, Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) memberikan instruksi kepada
seluruh industri farmasi dan apotek yang memegang izin
edar produk tersebut untuk menghentikan produksi,
distribusi, serta menarik kembali seluruh produk obat
ranitidin yang sudah beredar.
Argumentasi Hal ini merupakan tindak lanjut dari peringatan yang
dikeluarkan oleh U.S. Food and Drug Administration
(FDA) dan European Medicine Agency (EMA) yang
menemukan adanya kandungan berbahaya dalam ranitidin,
yaitu senyawa N–nitrosodimethylamine (NDMA).
Argumentasi Sebenarnya, senyawa NDMA tidak berbahaya selama
berada dalam batas aman, yaitu di bawah 96 nanogram per
hari. Namun, hasil uji sebagian sampel merk obat ranitidin
menunjukkan adanya jumlah NDMA yang melebihi batas
tersebut. Apabila NDMA yang melebihi batas aman
dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu
lama, maka risiko terbentuknya sel kanker akan semakin
tinggi.
3 Saran Sebaiknya BPOM melakukan penelitian lebih lanjut
sebelum memperbolehkan obat ranitidin beredar di
masyarakat.
# Pihak yang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) karena
dituju
telah abai dengan kandungan obat ranitidin dan
memperbolehkan beredar di masyarakat.

2
# Keberpihakan Berpihak kepada masyarakat karena telah dirugikan oleh
obat ranitidin yang dapat memicu kanker.

Pengembangan Teks Editorial


Judul

Selama ini pasien dengan keluhan tukak lambung atau asam lambung saat pergi ke
dokter umumnya diberikan resep obat Ranitidin jenis tablet. Ranitidin
direkomendasikan kepada pasien untuk diminum sebelum makan. Banyak dokter
selama ini memberikan resep Ranitidin untuk pasien sampai akhirnya Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menariknya dari pasaran.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Internist & Vaccinologis dari In Harmony


Clinic, dr. Kristoforus HD, SpPD menjelaskan Ranitidin adalah obat lambung
golongan H2 (Histamine 2) blocker. Obat ini diresepkan dokter untuk menurunkan
produksi asam lambung, mencegah nyeri dada akibat asam lambung yang terlalu
tinggi atau mengonsumsi makanan yang mengandung asam, bahkan tukak lambung,
dan GERD (refluks Asam lambung ke kerongkongan).

“Walaupun sekarang sudah banyak obat-obat penurun asam lambung yang lebih
efektif dibandingkan Ranitidin, namun karena (Ranitidin) ketersediaannya yang luas
dan biayanya yang sangat terjangkau, Ranitidin masih banyak digunakan di mana-
mana,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia Mahdi Jufri. Ranitidin adalah suatu obat golongan antagonis H2, adalah
obat yang menurunkan produksi asam lambung. Harganya memang terjangkau.
Pantauan JawaPos.com, dari berbagai aplikasi online, harga Ranitidin per butir
selama ini memang terjangkau. Rata-rata hanya di kisaran harga Rp 500-Rp 700 per
tablet.

Pada tanggal 17 September 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

3
memberikan instruksi kepada seluruh industri farmasi dan apotek yang memegang
izin edar produk tersebut untuk menghentikan produksi, distribusi, serta menarik
kembali seluruh produk obat ranitidin yang sudah beredar.

Hal ini merupakan tindak lanjut dari peringatan yang dikeluarkan oleh U.S. Food and
Drug Administration (FDA) dan European Medicine Agency (EMA) yang
menemukan adanya kandungan berbahaya dalam ranitidin, yaitu senyawa N–
nitrosodimethylamine (NDMA).

Sebenarnya, senyawa NDMA tidak berbahaya selama berada dalam batas aman, yaitu
di bawah 96 nanogram per hari. Namun, hasil uji sebagian sampel merk obat ranitidin
menunjukkan adanya jumlah NDMA yang melebihi batas tersebut. Apabila NDMA
yang melebihi batas aman dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu
lama, maka risiko terbentuknya sel kanker akan semakin tinggi.

Sertakan Foto Kalian di sini


Lengkapi dengan nama, Kelas, Nomor Absen, serta cita-cita
Misal:

Ananda, XII MIPA 8/ 12


Calon Administrator Negara

4
5

Anda mungkin juga menyukai