Anda di halaman 1dari 4

“Om Svastyastu,

Om Avighnam Astu Namo Siddham”


Yang saya hormati bapak/ibu dewan juri dan para peserta seleksi utsawa dharma gita tingkat
Kecamatan Ketapang yang berbahagia.

Sebelumnya, marilah kita bersama-sama menghaturkan sembah sujud bhakti kita


kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa), karena atas Asung Krta
Wara Nugraha Beliaulah kita semua dapat berkumpul bersama-sama dalam keadaan baik.

Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pesan-pesan dharma yang berjudul
“Melaksanakan Tirta Yatra sebagai Salah Satu Cara Mencapai Kesucian”. Alasan saya
mengangkat tema tentang tirta yatra, karena mengingat bahwa kita sebagai umat Hindu dalam
menjalankan kehidupan di dunia ini tidak hanya memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga
kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani dapat dipenuhi dengan melakukan kegiatan keagamaan.
Hal itu sangat perlu dilakukan dalam rangka menjaga kesucian diri, sehingga kita dapat
mengendalikan gerak indria agar selalu berada pada jalan dharma. Salah satu usaha dalam
mencapai kesucian diri tersebut adalah dengan melakukan tirta yatra. Seperti halnya seekor
sapi, pada seluruh tubuhnya terdapat susu. Namun untuk memperoleh susu tersebut tidak bisa
didapatkan di seluruh tubuhnya, baik di kepalanya, di kakinya, di tanduknya, maupun di
ekornya, tetapi hanya bisa didapatkan melalui puting-putingnya. Begitu pula untuk
memperoleh Tuhan sebagai yang maha suci. Tuhan berada dimana-mana di seluruh alam
semesta ini, namun untuk dapat memperolehnya juga hanya melalui puting-puting alam
semesta. Kita tidak dapat memperolehnya di sembarang tempat seperti mall, diskotik,
restaurant, lapangan, sekolah, dll. Kita hanya bisa mendapatkannya di tempat-tempat yang
suci seperti pura sebagai putingnya alam semesta melalui tirta yatra.

Umat sedharma yang berbahagia,..

Pada hakekatnya atma adalah suci, karena Sang Hyang Widhi bersemayam dalam
badan manusia. Menyadari hal tersebut, sudah sepatutnya manusia menjaga kesucian jiwa
dengan melakukan tirtha yatra. Sehingga tirtha yatra merupakan tugas dan kewajiban
manusia sebagai ciptaan Sang Hyang Tunggal. Keteguhan hati atau keyakinan untuk
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta jangan sampai mengendorkan semangat kita sebagai
bhakta untuk dapat mencapai tujuan. Walaupun rintangan perjalanan yang dihadapi seperti:
jarak yang jauh, sulitnya medan perjalanan, suhu cuaca panas ataupun dingin, hujan,
menahan haus dan lapar, dan lain-lain. Para bhakta senatiasa bersemangat dan senang hati
berjalan menuju tempat yang dituju untuk mendapatkan air suci atau tirtha utama dalam
rangka penyuciana jiwa. Dalam hal ini para bhakta atau umat yang melakukan titrha yatra
secara tidak langsung telah menjalani proses pengekangan dan pengendalian diri atau tapa.
Kata tirta yatra itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu tirta dan yatra. Tirta
artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau air suci, sungai yang suci. Secara
kenyataan pengertian tirta mengarah ke wujud air. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci.
Jadi tirta yatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Tirta
yatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan tangkil atau mengunjungi tempat-
tempat suci untuk melakukan persembahyangan.
Perjalanan suci atau tirta yatra bukanlah perjalanan biasa untuk bersembahyang,
namun didalamnya termuat pengendalian diri dan pengekangan diri. Dalam kegiatan tirta
yatra terjadi suatu interaksi yang positif diantara para pelaku tirtayatra. Tirta yatra akan
mendekatkan antara umat satu dengan umat lainnya karena dalam perjalanan akan terjadi
suatu komunikasi sosial, suka duka, canda ria dan interaksi lainnya. Tirta yatra juga
mendekatkan antara umat dengan tempat suci atau pura dalam pengertian si pelaku tirta yatra
akan mengetahui lebih dekat dan lebih dalam mengenai situasi, lokasi, sejarah serta nilai
kesucian dan kebenaran yang terkandung pada tempat suci yang dikunjungi. Tirta yatra juga
mendekatkan antara manusia dengan Sang Pencipta melalui pemujaan yang dilakukan di
tempat suci yang dikunjungi. Dengan adanya kedekatan-kedekatan tersebut akan semakin
menambah kekaguman akan kemahakuasaan Tuhan dan meningkatkan rasa bahkti
kehadapan-Nya.
Tirta yatra dijelaskan dalam kitab Sarasamuscaya 279
Sada daridrairapi hi
sakyam praptum naradhipa
Tirthabhigamanam punyam
yajnerapi wisisyate

Artinya : keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya,
tirtayatra dapat dilakukan oleh orang miskin.

Berdasarkan sloka tersebut, maka dapat dipahami bahwa penyucian diri lahir bhatin
dipandang sebagai tujuan dari tirta yatra melalui pelaksanaan bhakti yang tulus iklas, tekun,
sungguh-sungguh, dan dengan kesucian. Tidak memandang orang dalam status atau siapa
yang melakukannya sebagai penyerahan diri kehadapan Hyang Maha Kuasa. Sloka tersebut
juga sangat jelas tersirat makna bahwa Tuhan tidak membeda-bedakan umatNya, bahkan
setiap orang diberikan kesempatan untuk mewujudkan rasa bhaktinya. Melakukan tirta yatra
tidak harus pergi ketempat yang jauh ataupun tempat yang bagus. Karena tirta yatra
hendaknya harus dilandaskan rasa bhakti yang tulus ikhlas, maka hendaknya dilakukan sesuai
dengan kemampuan dan jangan dipaksakan. Oleh karena itu, melalui tirta yatra setiap orang
dapat melakukan pensucian diri, baik dari kalangan orang kaya ataupun orang miskin, anak
muda maupun orang tua, dan tidak ada batasan apapun untuk melakukannya. Bahkan nilai
kesucian atau kualitas kesucian tirta yatra lebih utama daripada membuat upacara yadnya,
walaupun upacara itu tingkatannya utama. Hal ini juga di tegaskan dalam kitab Bhagawad
Gita IX. 30
Api cet su-duracaro
Bhajate mam ananya-bhak
Sadhur eva sa mantavyah
Samyag vyavasito hi sah

Artinya: bahkan seandainya seorang yang terjahat sekalipun yang memuja Aku dengan
pengabdian yang terpusat, ia harus dipandang ada di jalan yang benar sebab ia
telah bertindak menuju yang benar.

Disini ditunjukkan kepada kita bahwa bagaimana kekuatan bhakti yang terpusat dapat
mengubah jiwa manusia dan sekaligus mengangkat jiwanya pada keadaan yang lebih mulia di
hadapan Hyang Widhi Wasa.

Umat sedharma yang berbahagia,..

Selain memperoleh kesucian lahir dan batin, dengan melakukan tirta yatra kita juga
dapat memperoleh manfaat lainnya, yaitu:

1. Dengan Tirtha yatra kita meningkatkan Sraddha, keyakinan atau keimanan. Kita datang
menuju tempat suci melakukukan Bhakti, sembahyang, japa, meditasi dan pembacaan
kitab suci dan menyanyikan dharmagita.
2. Dengan Tirtha yatra terjadilah proses penyegaran kembali terhadap mental dan fisik kita,
yang sebelumnya mungkin jenuh akibat rutinitas, melakukan pekerjaan sehari-hari.
3. Dengan Tirtha yatra memperluas cakrawala, kita mengagumi betapa besar maha agung
Sang Hyang Widhi sebagai maha pencipta. Hal ini dirasakan bila kita melakukan Tirtha
yatra pada pura atau tempat suci.

Bapak/ibu umat sedharma, oleh karena itu marilah kita luangkan waktu kita dari
kepentingan duniawi untuk merawat rohani, melaksanakan kewajiban kita untuk menjaga
kesucian diri melalui tirta yatra dengan penuh rasa bhakti dan ketulus ikhlasan. Karena kita di
dunia ini tidak hanya tentang bagaimana bertahan hidup, tetapi yang lebih penting adalah
tentang bagaimana mencapai tujuan hidup. Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan
tertinggi dalam kehidupan kita adalah mencapai Tuhan, oleh sebab itu hendaknya kita
melaksanakan kewajiban-kewajiban kita sebagai umat Hindu.

Umat sedharma yang saya banggakan,

Dari apa yang sudah saya sampaikan tadi hendaknya kita sadar dan paham apa itu tirta
yatra, apa tujuan dan manfaatnya, serta mengapa kita harus melaksanakannya. Demikian
pesan-pesan dharma yang dapat saya sampaikan, semoga bermamfaat bagi kita semua
sehingga hari esok, kita akan menjadi insan yang lebih baik dari hari ini. Apabila ada kata-
kata yang kurang berkenan dihati umat sedharma saya minta maaf dan kepada Brahman saya
mohon ampun.

“Om Santih, Santih, Santih Om”

Anda mungkin juga menyukai