Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN

Tirtha-yatra berasal dari kata tirtha dan yatra. Tirtha berarti air suci, air kehidupan,
atau nectar, tempat-tempat suci yang ada air sucinya. Tirtha juga berarti orang-orang
suci, sebab orang-orang suci umumnya berada di tempat-tempat suci yang ada air
sucinya. Atau, orang-orang suci juga disebut sebagai tirtha karena orang-orang suci
mempunyai kekuatan suci untuk menyucikan orang, seperti halnya kekuatan yang
dimiliki oleh tempat-tempat suci atau tirtha.
Di Bali tirta berarti air suci yang sudah dimohonkan kepada Tuhan yang mana sudah
menjadi wangsuh pada dari Tuhan dan sudah mendapat berkat dari Tuhan. Air itu ( tirta )
walaupun dibuat dari air aqua atau air pancuran, tetapi tidak lagi menjadi air biasa karena
sudah melalui suatu proses upacara keagamaan atau spiritual tertentu sehingga ia telah
menjadi tirta. Tirta bisa juga berarti tempat suci. Di India ada tempat suci yang
kesuciannya melebihi tempat suci yang lain. Tempat suci itu disebut chardame. Char
atinya empat dan dame artinya tempat yang sangat suci. Keempat tempat suci itu yaitu :

1. Bradrinat yang ada di Himalaya tempat Rsi Wiyasa bertapa. Goa tempat
bertapa sampai sekarang masih ada.
2. Edarnat tempat pemujaan kepada Dewa Siwa.
3. Jamuna Sri tempat munculnya Sungai Jamuna
4. Gangga Sri tempat munculnya Sungai Gangga.

Siapun yang berhasil mengunjungi keempat tempat suci ini kemoksaan atau
pembebasan duniawai terjamin. Oleh karena itu sangat jarang ada orang berhasil ke sana.
Walaupun tempat ini melebihi tempat lain kesuciannya, namun pergi ke sana tidak
disebut Darmayatra tapi tetap disebut Tirtayatra. Yatra berarti perjalanan.

Jadi, Tirthayatra berarti perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan


suci untuk menyucikan diri, perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci,
perjalanan suci untuk penyucian diri dari dosa-dosa.
Kata tirtha secara tata bahasa Sanskerta disebutkan berasal dari akar kata “tr” yang
berarti “tiryate anena” (dengan mana diseberangkan), dengan mana orang diseberangkan
dari lautan dosa. Istilah lain yang mempunyai arti yang sama dengan Tirthayatra adalah
“tirthatana”, “tirthabhigamana”. Orang-orang yang melakukan tirtayatra disebut
Tirtayatri yang di India disebut yatri saja. Disamping Tirtayatra ada istilah lain yang
mirip dengan Tirtayatra adalah Dharmayatra. Dharmayatra biasanya lebih tepat untuk
menyebutkan orang-orang yang melakukan perjalanan suci untuk menyebarkan dharma.
Sebagai contoh perjalanan yang dilakukan Rsi Agastya yang datang ke Indonesia untuk
menyebarkan ajaran dharma.

Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia, oleh karena itu ia
merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang. Tirtayatra tidaklah harus
diartikan melakukan persembahyangan ke beberapa tempat suci. Bagi yang kurang
mampu (daridra) tetap bisa melakukan tirta yatra ke dalam diri karena di dalam diri juga
ada tirta. Jadi tirta yatra ke dalam diri ini berarti membersihkan diri ke dalam. Tirta yatra
merupakan yadnya agung yang sangat mulia. Tirta yatra berarti suatu perjalanan suci
mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan suci untuk menyucikan diri, perjalanan suci
untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci untuk penyucian diri dari dosa-
dosa. Dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta
suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang
kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan
mengekang hawa nafsu.

Meningkatkan kesucian pribadi serta memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang
Widi, menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi, dan mengimbangi
dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma merupakan tujuan dari pelaksanaan tirta yatra.

Dalam tirta yatra yang telah dilaksanakan, kami telah dapat mengetahui sejarah
pura-pura yang kami kunjungi melalui pembuatan laporan ini, diantaranya adalah Pura
besakih, Pura Ulun Danu Batur, dan Pura Tirta Empul. Kami berharap dengan
melaksanakan tirta yatra ini, kami dapat memperkuat keimanan terhadap Sang Hyang
Widhi dan dapat meningkatkan kesucian pribadi masing – masing.
2.1 MAKNA

Makna tirta yatra dari aspek spiritual adalah sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan keyakinan umat Hindu terhadap agamanya. Sedangkan jika ditinjau dari
aspek sosial, makna tirta yatra adalah menumbuhkan kesadaran keumatan diantara umat
Hindu.

Bagi kami tirta yatra memiliki makna sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Ida Sang Hyang Widhi, meningkatkan keimanan, dan kesucian rohani serta
dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran yang jernih serta suci.
Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra memiliki pikiran yang
kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar mengendalikan diri dan
mengekang hawa nafsu.

3.1 TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan tirtayatra terdapat dalam beberapa sloka, seperti sloka di
bawah ini :

1. Reg Weda I.23.22


Bunyinya :
IDAM APAH PRA VAHATA YAT KIM CA DURITAM MAYI, YAD VAHAM
ABHIDUDROHA YAD VA SEPA UTANRTAM
Artinya :
Ya Tuhan Yang Maha Esa penguasa air lenyapkan dan sucikan segala kesalahan atau
dosa-dosa kami meskipun kami telah mengetahui bahwa perbuatan itu mesti tidak kami
lakukan atau tidak benar.

2. Reg Weda I.23.23


Bunyinya :
APO ADYANV ACARISAM RASENA SAM AGASMAHI, PAYASVAN AGNA A
GAHI SAM PRAYAYA SAM AYUSA
Artinya :
Sekarang kami menerjunkan diri kedalam air, kami menyatu dengan kekuatan yang
menjadikan air ini, semoga kesucian yang tersembunyi dalam air ini menyucikan dan
memberikan kekuatan suci kepada kami.

3. Reg Weda X.17.10


Bunyinya :
APO ASMAN MATARAH SUNDHAYANTU GHRTENA NO GHRTAPVAH
PUNANTU VISVAM HI RIPRAM PRAVAHANTI DEVIR UD ID ABHYAH SUCIR
A PUTA EMI
Artinya :
Semoga air suci ini menyucikan kami, bercahaya gemerlapan; semogalah pembersih ini
membersihkan kami dengan air suci; semoga air suci ini mengusir segala kecemaran;
sungguh kami bangkit memperoleh kesucian dari padanya.

4. Sarasamuscaya 277
Bunyinya :
AKRODHANASCA RAJENDRA SATYA, SILO DRDHAWRATAH,
ATMOPAMASCA BHUTESU SA, TIRTHAPHALAMASNUTE
Artinya :
Orang yang berprilaku tidak marah, teguh pada brata, kasih sayang terhadap sesama
mahluk, akan mendapat pahala dari perjalanannya mendapatkan tirta suci.

5. Sarasamuscaya 279
Bunyinya :
SADA DARIDRAIRAPI HI SAKYAM PRAPTUM NARADHIPA
TIRTHABHIGAMANAM PUNYAM YAJNERAPI WISISYATE
Artinya :
Keutamaan tirthayatra itu amat suci, lebih utama daripada pensucian dengan yadnya
yang lain dan dapat dilakukan oleh yang tidak punya harta.
Berdasarkan sloka-sloka dari kitab suci yang telah disebutkan di atas, tujuan tirta yatra
adalah :
1. Meningkatkan kesucian pribadi dan memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang
Widi dengan memperluas cakrawala memandang keagungan-Nya sehingga manusia
makin teguh mengamalkan ajaran Dharma.
2. Menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi.
3. Mengimbangi dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma. Istilah mengimbangi dosa
digunakan karena menurut kepercayaan Hindu, dosa seseorang akan melekat pada atman
sebagai karmawasana sesuai dengan ketentuan hukum karma phala.

4.1 MANFAAT TIRTA YATRA


Adapun manfaat dari Tirtayatra antara lain :
1. Dengan Tirthayatra kita meningkatkan Sraddha, keyakinan atau keimanan. Kita datang
menuju tempat suci yang jauh melakukukan Bhakti, sembahyang, Japa, Meditasi dan
pembacaan kitab suci dan menyanyikan Dharmagita.

2. Dengan Tirthayatra terjadilah proses penyegaran kembali terhadap mental dan fisik
kita, yang sebelumnya mungkin jenuh akibat rutinitas, melakukan aktivitas sehari-hari.
BAB II
TEMPAT SUCI YANG DIKUNJUNGI

Dalam pelaksanaan Tirta yatra kami mengunjungi beberapa tempat suci, diantaranya :

1.2 BATU BANAMA

Wisata BATU BANAMA adalah salah satu objek wisata di Kalimantan Tengah
yang terletak di kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Sebagai salah satu buktI dari
3 bukit yang ada di desa Tangkiling kecamatan Bukit Batu tersebut. Alam dengan
kesegarannya dimana banyak Batu – Batu besar yang ditutupi oleh rimbunya hutan serta
pohon – pohon yang rindang serta air yang mengalir dari perbukitan semakin menambah
sejuk dan damai serta nyaman sebagai tempat bersantai bersama keluarga atau kerabat
dari segala kesibukan-kesibukan. Selain itu, disitu juga terdapat Pura kecil sebagai sarana
ibadah umat hindu, yang lagi-lagi semakin menambah eksotik dengan patung-patung
khas yang mengelilingi pura tersebut.

Bukit Tangkiling memiliki ketinggian kurang lebih 500 m. Bukit Tangkiling


dipercaya menyimpan berjuta legenda dan kekuatan magis, berdiri kokoh, menjulang
langit di perbatasan Kelurahan Banturung-Tangkiling Kecamatan Bukit Batu,
Palangkaraya.

Bukit Tangkiling merupakan bukit batu. Banyak batu berukuran besar (boulder)
yang terdapat di bukit ini. Salah satunya adalah Batu Banama yang berbentuk seperti
perahu besar. Ada legenda yang dikaitkan dengan Batu Banama ini. Dalam kisah legenda
tersebut, dahulu batu itu memang merupakan sebuah perahu, yang karena melakukan
pelanggaran maka dikutuk menjadi batu.

Adapun lokasi Bukit Tangkiling berada di Jl. Tjilik Riwut Km 32 arah luar kota,
Palangka Raya. Bukit Tangkiling terletak tidak jauh dari jalan raya yang
menghubungkan Kota Palangka Raya dengan Kasongan (ibukota Kabupaten Katingan),
Kalimantan Tengah.

Sedangkan jarak dari pusat Kota Palangka Raya kurang lebih 34 Km, atau dapat
ditempuh kurang dari 30 menit. Untuk memasuki areal kaki Bukit Tangkiling, dari
Kelurahan Banturung harus menempuh jarak 1600 m lagi.
Bisa dikatakan untu menuju ke sana, tidak lagi menemui kesulitan medan yang harus
dilintasi menuju kaki bukit. Hal tersebut karena medan menuju ke kaki bukit, bukan lagi
jalan setapak, tapi jalan beraspal yang sesekali tergenang air bila hujan turun lebat.

1.2.1 Mitologi

Pada jaman dulu, di satu kampung hiduplah seseorang ibu yang tinggal berbarengan
anak lelakinya. Disuatu hari, sesudah sepanjang hari bermain anaknya terasa lapar serta
ia juga pulang ke tempat tinggal untuk makan.

Waktu itu ibunya tengah memasak. Lantaran tak sabar, anaknya selalu merengek
minta makan. Mendengar rengekan anaknya yang makin menjadi-jadi, pada akhirnya
habislah kesabaran ibunya, serta tanpa ada sadar karena sangat jengkelnya ibunya
memukul kepala anaknya memakai ” suduk ” (semacam sendok untuk menggoreng)
sampai kepalanya berdarah. Memperoleh perlakuan ” kejam “, sang anak juga menangis
sedih serta lari keluar tempat tinggal, dia terasa ibunya telah tak menyayanginya lagi.

Ibunya juga menyesal serta berupaya menguber anaknya, namun anaknya tetaplah
lari sampai ke satu dermaga. Di dermaga itu ada satu kapal dari negeri Cina yang tengah
berkunjung untuk jual keramik di kampung itu. Anak itu juga lantas lari masuk kapal
serta bersembunyi dibawah geladak kapal itu. Sedang ibunya selalu mencari anaknya
sampai ke penjuru kampung, namun masih tetap tak menemukannya.

Sesaat diatas kapal, sesudah bongkar muat di dermaga usai, jadi kapal juga
menambah sauh serta kembali berlayar ke negeri Cina. Di dalam perjalanan, si anak tadi
diketemukan oleh kapten kapal yang juga saudagar kaya, lalu di tanyai kenapa dapat ada
di situ. Dengan polosnya si anak menceritakan kalau ibunya memukul kepalanya serta
berasumsi telah tak sayang lagi pada dianya. Lantaran mareasa iba, saudagar itu
mengajaknya naik ke atas lantas menjaga lukanya sampai pulih. Lantaran saudagar tadi
tak mempunyai keturunan, jadi anak itu juga diangkat jadi anaknya serta dinamakan ”
Tan Kin Lin “.

Mulai sejak kepergian anaknya, sang ibu yang telah tak bertemumi ini kembali
masuk ” Kuwu ” atau ” Bakuwu ” (melakukan sistem pingitan). Oleh karena itu jadi
dalam beragam versus legenda Bukit Tangkiling kadang-kadang menyebutkan si ibu tadi
dengan sebutan Bawi Kuwu (Wanita Pingitan).

Tidak merasa th. untuk th. sudah berlalu, anak kecil dari pedalaman suku Dayak
Ngaju yang memperoleh marga Tan dari bapak angkatnya seseorang saudagar Cina, pada
akhirnya tumbuh jadi seseorang pemuda yang gagah serta tampan. Demikian lama
bekerja di negeri Cina serta ia jadi keyakinan sang saudagar, Tan Kin Lin juga ajukan
diri untuk berlayar serta berdagang dari pulau ke pulau mengarungi lautan serta samudra,
sampai satu saat tanpa ada diakui Tan Kin Lin juga berkunjung di kampung tempatnya
berasal.

Waktu mereka berkunjung ke kampung itu, datanglah seseorang wanita cantik yang
oleh beberapa orang kampung di panggil dengan sebutan Bawi Kuwu, membawa
beberapa barang untuk dibarter dengan beberapa barang dagangan Tan Kin Lin dari
negeri Cina. Tan Kin Lin kagum lihat kecantikan wanita tadi, ia juga segera jatuh cinta
pada wanita itu serta dengan selekasnya ia juga melamarnya, wanita itu juga terima
lamarannya tetapi ia mengaku kalau ia bukanlah gadis serta ia pernah menikah terlebih
dulu. Untuk Tan Kin Lin hal semacam ini tidaklah permasalahan jadi ia tetaplah pada
keputusannya untuk menikah dengan wanita yang bergelar Bawi Kuwu itu.

Singkat narasi, setelah menyelenggarakan pesta pernikahan besar-besaran, Tan Kin


Lin tak selekasnya pergi berlayar tetapi mengambil keputusan untuk berbulan madu dulu
diatas banamanya yang berlabuh di pelabuhan kampung. Waktu tengah bermesraan
diatas banama, Tan Kin Lin yang memiliki rambut panjang memohon isterinya mencari
kutu di kepalanya. Waktu rambut Tan Kin Lin terurai terungkaplah sisa luka di
kepalanya, Bawi Kuwu juga terperanjat lihat sisa luka itu lantas bertanya asal-usul sisa
luka itu.

Tan Kin Lin juga bercerita bagaimana ia menadapat sisa luka itu serta cerita
perjalanan hidupnya sampai jadi anak angkat saudagar Cina. Jadi terkejutlah Bawi
Kuwu, lantas pingsan sesudah berkata kalau Tan Kin Lin yaitu anak kandungnya.
Sesudah momen itu, Tan Kin Lin lari masuk rimba, sesaat Bawi Kuwu yang nyatanya
ibu kandungnya sendiri tak berani turun dari banama lantaran malu pada warga
kampung.
Untuk menebus dengan cara kebiasaan pelanggaran pali (tabu) yang sudah
dikerjakan, Tan Kin Lin masuk ke rimba untuk berburu babi rimba serta kijang yang
bakal jadikan hewan kurban untuk penebusan kekeliruannya. Sesudah sukses membawa
pulang buruan, Tan Kin Lin menyatukan semua warga kampung menghadiri pesta
penebusan dosa tabunya.

Mendadak, di waktu pesta tengah berjalan Raja Pali (Dewa Kilat) atas perintah Raja
Tuntung Matanandau (Dewa paling tinggi) kirim kilat/petir untuk menghukum Tan Kin
Lin atas pelanggaran pali. Tan Kin Lin berbarengan ke enam pengawalnya basaluh
(beralih) jadi batu. Demikian halnya banama yang berlabuh di pelabuhan kampung
beralih jadi batu sesaat Bawi Kuwu terkurung hidup-hidup didalam batu yang lalu di
kenal dengan nama Batu Banama. Oleh orang-orang sekitaran bukit tempat di mana Batu
Banama itu ada dimaksud Bukit Tangkiling (dampak dialek orang-orang setempat dalam
membunyikan kata tan kin lin beralih jadi tangkiling)

Cerita BawiKuwu Nyatanya legenda Bawi Kuwu yang cantik jelita terkurung dalam
Batu Banama belum selesai. Konon diceritakan mulai sejak dulu Bawi Kuwu miliki
ketrampilan menjahit baju. Untuk beberapa orang yang yakin hal gaib bakal
memasukkan kain dalam satu diantara celah di segi samping Batu Banama, lalu dengan
cara ajaib baju yang telah terjahit bakal keluar dari celah itu.

Tetapi satu saat, ada orang Bakumpai (suku Dayak Bakumpai) yang penasaran
menginginkan lihat Bawi Kuwu yang beritanya cantik serta pandai menjahit itu.
Dipancingnya Bawi Kuwu dengan sepotong kain untuk keluarkan tangannya dari celah
itu. Demikian tangan Bawi Kuwu terjulur dari celah, disambarnya tangan wanita itu.

Tetapi Bawi Kuwu tetaplah juga tidak bisa diseret ke luar. Karena sangat
jengkelnya, orang Bakumpai tadi menghunus parangnya, serta memancung tangan Bawi
Kuwu. Mulai sejak waktu itu, celah itu tertutup, serta Bawi Kuwu yang telah buntung
tangannya itu tidak lagi ingin melayani jahitan baju seperti awal mulanya.

2.2.2 Pembangunan pura

Selain itu, di punggung bukit ini juga telah dibangun sebuah pura yang dinamakan
Pura Sali Paseban, dibangun pada tahun 2007 lalu.
.
BAB III
PENUTUP

1.3 KESIMPULAN

Tirta yatra merupakan yadnya agung yang sangat mulia. Tirta yatra berarti suatu
perjalanan suci mengunjungi tempat-tempat suci, perjalanan suci untuk menyucikan diri,
perjalanan suci untuk bertemu dengan orang-orang suci, perjalanan suci untuk penyucian
diri dari dosa-dosa. Dalam melaksanakan tirta yatra patutlah didasari dengan pikiran
yang jernih serta suci. Tidaklah patut bagi seseorang yang melaksanakan tirta yatra
memiliki pikiran yang kotor. Untuk menghindari hal tersebut kita diwajibkan agar
mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsu.

Meningkatkan kesucian pribadi serta memperkuat keimanan kepada Ida Sang Hyang
Widi, menghayati nilai-nilai sejarah dari objek suci yang dikunjungi, dan mengimbangi
dosa dengan perbuatan-perbuatan dharma merupakan tujuan dari pelaksanaan tirta yatra.

Dalam tirta yatra yang telah dilaksanakan, kami telah dapat mengetahui sejarah
pura-pura yang kami kunjungi melalui pembuatan laporan ini, diantaranya adalah Pura
besakih, Pura Ulun Danu Batur, dan Pura Tirta Empul. Kami berharap dengan
melaksanakan tirta yatra ini, kami dapat memperkuat keimanan terhadap Sang Hyang
Widhi dan dapat meningkatkan kesucian pribadi masing – masing.

2.3 SARAN

Saran dari kelompok kami dalam melaksanakan tirta yatra adalah sebagai berikut :
1. Jagalah kebersihan pura yang kita kunjungi.2.
2. Dalam melaksanakan tirta yatra hendaknya kita mentaati peraturan atau tata
krama yang berlaku di pura tersebut.
3. Kendalikanlah diri dan kekanglah hawa nafsu yang ada dalam diri kita.
4. Dalam melaksanakan persembahyangan hendaknya kita tertib dan khusuk.
5. Maknailah perjalanan tirta yatra yang kita laksanakan.

3.3 KESAN DAN PESAN

Kami sangat terkesan dengan perjalanan tirta yatra yang dilaksanakan pada tanggal
28 April 2019 dengan tujuan Batu Banama Tempat-tempat yang kami kunjungi memiliki
keunikan dan nilai historisnya masing – masing. Salah satunya kebersihan pura,
tempatnya yang indah, dan penataannya yang rapi.

Pesan kami adalah jagalah kebersihan pura yang kita kunjungi serta tetaplah jaga
prilaku kita sesuai dengan tata krama yang berlaku. Janganlah memaknai perjalanan tirta
yatra sebagai suatu perjalanan yang biasa, tetapi maknailah sebagai perjalanan untuk
meningkatkan keimanan, srada bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi, dan sebagai jalan
pengendalian diri kita.
DAFTAR PUSTAKA

Reg Weda I.23.22/ I.23.23/ X.17.10


Sarasamuscaya 277/279
https://seruni.id/bukit-tangkiling-kalimantan-tengah-wisata-alam-dengan-berjuta-legenda/#
(05.11.2019 10:25)

http://bnetpwj.blogspot.com/20/16/04/makalah-tirta-yatra-laporan-kti.html (05.11.2019
10:30)

https://www.wattpad.com/294288506-asik-baca-dongeng-legenda-batu-banama-di-bukit
(05.11.2019 11:12)

Anda mungkin juga menyukai