Anda di halaman 1dari 20

PENETAPAN PENGUKURAN

ANGKA INFEKSI

i
PROFIL INDIKATOR
A. Angka Kejadian Phlebitis
Judul Angka Kejadian Phlebitis
indikator
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan 1. Mengukur angka kejadian infeksi phlebitis

2. Menilai trend kejadian infeksi dan melakukan strategi


perbaikan untuk menurunkan risiko
Definisi Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun
Operasional mekanik, dengan tanda-tanda merah, nyeri dan pembengkakan
di daerah penusukan atau sepanjang vena.
Klasifikasi Grade Tidak ada nyeri, tampak sedikit kemerahan < 2,5
Phlebitis 1a cm,tidak ada bengkak,tidak ada pengerasan
Grade Nyeri,tampak sedikit kemerahan < 2,5 cm, tidak ada
1b bengkak, tidak ada pengerasan
Grade 2 Nyeri,kemerahan,bengkak,tidak ada pengerasan 2,5 –
4cm
Grade 3 Nyeri, kemerahan,bengkak,pengerasan 4 – 7,5 cm
Grade 4 Nyeri, kemerahan, bengkak, pengerasan >7cm, keluar
cairan purulen
Alasan Untuk memonitoring angka kejadian phlebitis
pemilihan
indikator
Frekuensi Harian Mingguan Bulanan Lainnya, ............
pengumpulan data
Metodologi Sensus Harian Retrospective
pengumpulan data
Periode analisa - Analisa bulanan oleh IPCLN rawat inap dan rawat khusus,
serta IPCN
Periode - IPCN melakukan rekapitulasi data dan analisis capaian
pelaporan indikator setiap bulan, di print dan di tanda tangani oleh
Kepala PPI. Kemudian dilaporkan ke Komite PMKP.
- Komite PMKP melakukan rekapitulasi untuk dilaporkan ke
Direksi pada periode 3 bulanan.

1
Penjelasan - Pengumpulan data menggunakan file sharing
pengumpulan data - Hasil capaian data dianalisa dengan membandingkannya
dan analisa dengan standar.
Numerator Jumlah kejadian phlebitis pada pasien yang dilakukan
pemasangan
infus dalam kurun waktu 1 bulan
Denominator Jumlah total hari pemasangan infus dalam 1 bulan
Formula Jumlah kejadian phlebitis dalam 1 bulan
pengukuran x 1000
Jumlah total hari pemasangan infus dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis, surveilans infeksi RS
Target sampel dan Semua pasien yang dilakukan pemasangan infus (IVL) 100 %
target sampel
Ukuran sampel
Area Monitoring Unit rawat inap dan rawat khusus
Diseminasi data Rapat, Papan Indikator Mutu
PJ pengumpul data IPCLN rawat inap dan rawat khusus
Standar 1‰

B. Angka kejadian ISK (Infeksi Saluran Kemih)/CAUTI (Catheter Associated


Urinary Tract Infection )
Judul Angka Kejadian ISK/CAUTI
indikator
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan 1. Mengukur angka kejadian ISK

2. Menilai trend kejadian infeksi dan melakukan strategi


perbaikan untuk menurunkan risiko.
Definisi Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi pada
Operasional pasien yang dilakukan pemasangan kateter urine menetap > 48
jam. ISK terjadi ketika mikroorganisme pathogen naik dari
uretra menuju ke kandung kemih dan berkembang biak hingga
menyebabkan infeksi pada uretra dan ginjal.

2
Klasifikasi SUTI Simptomatis Urinary Tract Infection atau infeksi saluran
ISK/CAUTI kemih akibat kateterisasi urine menetap > 2 hari dan
dapat didiagnosa melalui tanda/gejala yang muncul
pada pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit
diantaranya adalah demam > 380 C, nyeri suprapubik,
rasa tidak nyaman dan nyeri castovertebral, dysuria,
frekuensi urine, dan anyang-anyangan.

Kriteria SUTI ada 3,yaitu:


1. SUTI 1A CAUTI dengan kriteria:
a. Pasien terpasang kateter
b. Ada tanda klinis
c. Kultur urine tidak lebih dari 2 spesies kuman >
105
2. SUTI 1B Non CAUTI dengan kriteria :
a. Pasien tidak terpasang kateter tetapi ada
riwayat pasang kateter urine lebih dari 2
hari saat ditemukan tanda.
b. Ada tanda klinis
c. Kultur urine tidak lebih dari 2 spesies kuman >
105
3. SUTI 2 CAUTI-Non CAUTI, dengan kriteria :
a. Pasien usia < 1 tahun
b. Ada tanda klinis
c. Kultur urine tidak lebih dari 2 spesies kuman >
105

3
ABUTI Asimptomatic Bacteremic Urinary Tract Infection
(ABUTI) adalah infeksi saluran kemih pada pasien yang
menjalani perawatan dirumah sakit akibat kateterisasi
urine tapi tidak menunjukkan tanda-tanda gejala
infeksi,jika dikultur urine 2 kali berturut-turut
didapatkan hasil kultur urine yang mengandung
specimen mikroorganisme.

ABUTI CAUTI/Non CAUTI, dengan kriteria :

a. Tidak ada tanda klinis


b. Kultur urine tidak lebih dari 2 spesies kuman > 105
c. Kultur darah sama dengan kultur urine
USI Urinary System Infection adalah infeksi saluran kemih
pada system ekskresi yang meliputi ginjal, ureter,
uretra,kandung kemih pada pasien yang diidentifikasi
positif melalui kultur urine dan menunjukkan adanya
gejala infeksi saluran kemih.
Alasan Mandapatkan data tentang kejadian ISK
pemilihan
indikator
Frekuensi Harian Mingguan Bulanan Lainnya, ............
Pengumpulan
data
Metodologi Sensus Harian Retrospective
pengumpulan
data
Periode analisa - Analisa bulanan oleh IPCLN rawat inap dan rawat khusus, serta
IPCN
Periode - IPCN melakukan rekapitulasi data dan analisis capaian
pelaporan indikator setiap bulan, di print dan di tanda tangani oleh
Kepala PPI. Kemudian dilaporkan ke Komite PMKP.
- Komite PMKP melakukan rekapitulasi untuk dilaporkan ke
Direksi pada periode 3 bulanan.
Penjelasan - Pengumpulan data menggunakan file sharing
pengumpulan - Hasil capaian data dianalisa dengan membandingkannya
data dan dengan standar.
analisa

4
Numerator Jumlah kejadian ISK pada pasien yang dilakukan pemasangan
kateter
urine dalam kurun waktu dalam 1 bulan
Denominator Jumlah hari pemasangan kateter dalam kurun waktu 1 bulan
Formula Jumlah kejadian ISK dalam 1 bulan
pengukuran x 1000
Jumlah hari pemasangan kateter dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis, surveilans infeksi RS

Target sampel dan Semua pasien yang dilakukan pemassangan kateter


Ukuran sampel urine. 100% target sampel
Area Unit rawat inap dan rawat khusus
Monitoring
Diseminasi data Rapat, Papan Indikator Mutu

PJ pengumpul data IPCLN rawat inap dan rawat khusus

Standar <4,7 ‰

C. Angka Kejadian IDO (Infeksi Daerah Operasi)

Judul Angka kejadian IDO


indikator
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Mengetahui kejadian infeksi daerah operasi
Definisi Kejadian infeksi daerah operasi (IDO) yang terjadi setelah
Operasional dilakukan pembedahan dalam interval waktu observasi selama
30 hari atau 90 hari untuk diagnosa operasi tertentu sesuai
ketetapan dari NHSN(2014) yang ditandai dengan jahitan
(heacting) yang terbuka,pus purulent, demam,kemerahan
disekitar insisi, dan juga didukung oleh hasil kultur pus yang
positif.

5
Klasifikasi IDO Supervisial Infeksi yang terjadi dalam rentang waktu 30 hari
setelah pembedahan yang mengenai pada kulit
sampai subcutaneous dengan kriteria infeksi diatas
Deep Infeksi yang terjadi dalamm rentang waktu 30 – 90
hari setelah pembedahan mengenai facial sampai
muscle layer dengan kriteria infeksi diatas.
Organ Infeksi yang terjadi dalam rentang waktu 30 -90 hari
setelah pembedahan mengenai pada organ atau
bagian tubuh dengan kriteria infeksi di atas.
Alasan pemilihan Mendapatkan data kejadian dan menurunkan angka kejadian IDO
indikator
Frekuensi Harian Mingguan Bulanan Lainnya, ............
pengumpulan data
Metodologi Sensus Harian Retrospective
Pengumpulan data
Periode analisa - Analisa bulanan oleh IPCLN rawat inap, rawat khusus dan
rawat
jalan, serta IPCN
Periode - IPCN melakukan rekapitulasi data dan analisis capaian
pelaporan indikator setiap bulan, di print dan di tanda tangani oleh
Kepala PPI. Kemudian dilaporkan ke Komite PMKP.
- Komite PMKP melakukan rekapitulasi untuk dilaporkan ke
Direksi pada periode 3 bulanan.
Penjelasan - Pengumpulan data menggunakan file sharing
pengumpulan - Hasil capaian data dianalisa dengan membandingkannya
data dan analisa dengan standar.
Numerator Jumlah kejadian IDO pada pasien yang dilakukan pembedahan
(tindakan operasi) dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien operasi dalam 1 bulan
Formula Jumlah kejadian IDO dalam 1 bulan
pengukuran x 100%
Jumlah pasien operasi dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medis, surveilans infeksi RS

Target sampel Semua pasien yang dilakukan tindakan operasi


dan Ukuran (pembedahan) 100% sasaran sampel
sampel

6
Area Unit rawat inap, rawat khusus, rawat jalan
Monitoring
Diseminasi data Rapat, Papan Indikator Mutu

PJ pengumpul data IPCLN rawat inap, rawat khusus, dan rawat jalan

Standar
2%

D. Angka kejadian Dekubitus

Judul Angka Kejadian Dekubitus


indikator
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan 3. Mengukur angka kejadian dekubitus

4. Menilai trend kejadian infeksi dan melakukan strategi


perbaikan untuk menurunkan risiko
Definisi Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah
Operasional serius yang sering tejadi pada pasien yang mengalami gangguan
mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau
penyakit degenerative
Daerah daerah yang paling sering terjadi luka tekan tergantung
kepada area yang sering mengalami tekanan, yaitu :
1. Pada posisi terlentang yaitu daerah belakang kepala,
sacrum dan tumit
2. Pada posisi duduk yaitu daerah ischium, atau koksik.
3. Posisi lateral yaitu pada daerah trochanter
Klasifikasi Area Luka Tekan Sacrum Occipitalis
Dekubitus Heel Dextra Telinga Dextra
Heel Sinistra Telinga Sinistra
Trochanter Mayor Maleolus Dextra
Dextra
Trochanter Mayor Maleolus Sinistra
Sinistra
Trochanter Minor
Dextra
Trochanter Minor
Sinistra

7
Stadium Luka 1. Stadium I
Tekan 2. Stadium II
3. Stadium III
4. Stadium IV
5. unstageble
Factor pemicu Persepsi Sensori Mobilitas
Kelembaban Nutrisi
Aktivitas Gesekan
Tindakan yang 1. Penggunaan penunjang
sudah dilakukan 2. Peralihan posisi
Tindakan lain 1. Memberikan dokter yang merawat
2. Menghubungi perawat luka
3. Pengkajian oleh perawat luka
Hasil 1. Albumin
pemeriksaan 2. Hb
3. Suhu
4. Tekanan Darah
5. Lain-lain
Alasan Untuk memonitoring angka kejadian Dekubitus
pemilihan
indikator
Frekuensi Harian Mingguan Bulanan Lainnya, ............
pengumpulan data
Metodologi Sensus Harian Retrospective
pengumpulan data
Periode analisa - Analisa bulanan oleh IPCLN rawat inap dan rawat khusus,
serta IPCN
Periode - IPCN melakukan rekapitulasi data dan analisis capaian
pelaporan indikator setiap bulan, di print dan di tanda tangani oleh
Kepala PPI. Kemudian dilaporkan ke Komite PMKP.
- Komite PMKP melakukan rekapitulasi untuk dilaporkan ke
Direksi pada periode 3 bulanan.
Penjelasan - Pengumpulan data menggunakan file sharing
pengumpulan data - Hasil capaian data dianalisa dengan membandingkannya
dan analisa dengan standar.
Numerator Jumlah kejadian baru Dekubitus selama dalam perawatan
(insiden)

8
Denominator Jumlah lama tirah baring, yaitu jumlah total lama hari tirah
baring
Formula Jumlah kejadian Dekubitus dalam 1 bulan
pengukuran x 1000
Jumlah total hari tirah baring
Sumber data Rekam medis, surveilans infeksi RS
Target sampel dan Semua pasien yang tirah baring
Ukuran sampel
Area Monitoring Unit rawat inap dan rawat khusus
Diseminasi data Rapat, Papan Indikator Mutu
PJ pengumpul data IPCLN rawat inap dan rawat khusus
Standar 1‰

1.1 SISTEM PELAPORAN


Setiap perawat yang di pimpin oleh kepala ruangan mempunyai peranan untuk
mengidentifiasi infeksi dengan cara :
1) Perawat surveillance (IPCLN) menyiapkan form data surveilance dan
pemakaian alat harian yang menyebutkan nama pasien dan pemasangan
alat.
a. Surveilan dilakukan pada setiap perawat yang bertanggung
jawab yang ditimbang terimakan setiap pergantian tiap sift
jaga pagi, sore, maupun malam. Dan pada saat melakukan
tindakan keperawatan.
b. Timbang terima dilanjutkan dengan mengamati atau
mengobservasi setiap kejadian infeksi seperti yang tersebut
dalam Kriteria infeksi.
c. Bila mencurigai infeksi perawat mencatat dalam lembar observasi
(formulir Bundle) dan melaporkan pada IPCLN.
d. IPCLN/Karu melaporkan kecurigaan kejadian infeksi pada IPCN/IPCD
e. IPCN bersama IPCD menginvetigasi dan mengkonfirmasi pada
dokter yang merawat tentang kejadian hais
f. IPCN menindaklanjuti kejadian infeksi dengan merekomendasikan
perawatan infeksi dan konsultasikan dengan IPCD tentang penyebab
infeksi dan cara mengatasinya.
g. IPCN bersama IPCLN mencatat kejadian infeksi dan melakukan tabulasi
h. Data infeksi di laporkan pada ketua komite PPI untuk di tindaklanjuti
bersama komite mutu.
Alur pelaporan HAIs:

9
10
1
1
2
3
4

Anda mungkin juga menyukai