Anda di halaman 1dari 13

INDIKATOR KINERJA PPI

UPTD PUSKESMAS WAPLAU


TAHUN 2023

1. KEPATUHAN CUCI TANGAN


Judul Indikator KEPATUHAN CUCI TANGAN
Dasar Pemikiran Standar Nasional Akreditasi Puskesmas
Dimensi Mutu Kenyamanan, Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kepatuhan tenaga kesehatan dalam
pelaksanaan hand higiene
Defenisi Kepatuhan cuci tangan adalah ketaatan petugas
Operasional dalam melakukan prosedur cuci tangan dengan
menggunakan metode 6 langkah dan 5 momen.
Lima momen yang dimaksud adalah :
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3.Setelah kontak dengan pasien
4.Setelah kontak dengan cairan tubuh
5.Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Jenis indikator Presentase
Numerator Momen cuci tangan yang dilakukan
(pembilang)
Denumenat or Jumlah Opportonity (D)
(penyebut)
Target Pencapaian ≥ 85 %
Kriteria: Inklusif : Semua Nakes yang melakukan pelayanan
klinik kepada pasien
Ekslusif : Nakes yang melakukan tindakan di luar 5
momen
Formula Momen cuci tangan yang dilakukan X 100
Σ Opportonity
Desain Obserasi
Pengumpulan
Data
Wilayah Semua Instansi
Pengamatan
Sumber Data Lembar register kepatuhan hand hygiene PPI

Besar Sampel Semua Nakes yang melakukan pelayanan


Frekuensi Hanya bisa observasi lansung dengan purfosive
Pengumpulan sampling ketika ada kegiatan yang seharusnya
Data dilakukan kebersihan tangan dengan metode lima
momen.
Periode Pelaporan 1 bulan
Data
Periode Analisis Setelah data dikumpulkan selama 6 bulan, akan
Data dilakukan analisa data terhadap kepatuhan petugas
kesehatan dalam melakukan hand hygiene terhadap
kecenderungan kenaikan atau penurunan angka
capaian
Penyajian Data Tabel
Penanggung Ketua TIM PPI / Koordinator PPI
Jawab

2. INFEKSISALURANKEMIH(ISK)
Judul Indikator INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Dasar Pemikiran 1. National healthcare safety network melaporkan
angka kejadian CAUTI sekitar 3,1 – 7,5 infeksi
per 10000 kateter- hari, untuk Indonesia angka
kejadian CAUTI secara pasti belum jelas.
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien.
3. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
4. Peraturan Daerah atau peraturan lain yang
relevan.
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Untuk mengukur adanya kejadian ISK di
Puskesmas.
2. Menjamin keselamatan pasien
yang terpasang alat kesehatan untuk
mengurangi risiko infeksi.
Definisi 1. Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi yang
Operasional terjadi akibat penggunaan urine kateter
menetap (Indwellingcatheter) >2 hari kalender.
2. Ditemukan setidaknya satu dari tanda atau
gejala klinis sebagai berikut:
 Demam (>38,0°C)
 Nyeri tekan suprapubik
 Nyeri atau nyeri pada sudut kosto-vertebralis
 Urgensi kemih
 Frekuensi kencing
 Disuria
3. Terdapat hasil test diagnostik
 Test carik celup (dipstick) positif untuk
lekosit esterase dan atau nitrit
 Piuria (terdapat lebih dari 10 lekosit perml
atau terdapat 3 lekosit per lapangan
pandangan besar (mikroskop kekutan
tinggi/1000 kali dari urine tanpa dilakukan
sentrifugasi
 Ditemukan kuman dengan pewarnaan gram
dari urine
yang tidak disentrifugasi.
 Paling sedikit 2 kultur urine ulangan
didapatkan uropatogen yang sama <10.5
koloni/ml kuman patogentunggal.
 Dokter mendiagnosis sebagai ISK dan
memberikan terapi yang sesuai untuk ISK.
Jenis Indikator Output
Satuan Permill (%)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK)
(pembilang)
Denumenat or Jumlah lama hari pemakaian kateter urine
(penyebut) menetap
Target Pencapaian <7,5permil

Kriteria: Kriteria Inklusi:


 Semua pasien yang dipasang kateter di FKTP
terkait lebih dari 2 hari kaleder.

Kriteria Eksklusi:
 Pasien yang dipasang kateter urine di FKTP lain
 Pasien yang dipasang kateter urine menetap di
FKTP terkait kurang dari 2 hari kalender.
Formula Jumlah Pasien ISK
X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter urine
menetap
Desain ProspectifdanRetrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data primer dan sekunder

Instrument Observasi langsung atau data bersumber dari


pengambilan data rekam medis.
Besar Sampel Semua pasien yang terpasang kateter urine
menetap selama 2
hari kalender.
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan,Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel

Penanggung Ketua TIM PPI / Koordinator PPI


Jawab

3. PLEBITIS

JudulIndikator PLEBITIS
Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan
Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Peraturan Daerah atau aturan lain yang relevan.
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif, efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian Plebitis akibat penggunaan kateter
periferline (infus) di Puskesmas.
2. Menjamin keselamatan pasien yang
terpasang alat infus untuk mengurangi
risiko infeksi.
Definisi Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan
Operasional adanya infeksi pada daerah lokal tusukan infus
ditemukan tanda tanda merah seperti terbakar,
bengkak, sakit bila ditekan, ulkus sampai eksudat
purulen atau mengeluarkan cairan disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering
disebabkan oleh
komplikasi terapi intravena.
Jenis Indikator Output
Satuan Permill (‰)
Pengukuran
Numerato Jumlah kasus pasien plebitis
r
(pembilan
g)
Denume Jumlah hari terpasang kateter intravena perifer
nat or menetap
(penyebut)
Target <5 permill
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang terpasang
intravena perifer menetap
Kriteria Eksklusi:
 Tidakada
Formula Jumlah kasus pasien Plebitis X 1000
Jumlah hari terpasang kateter intravena
perifer menetap
Desain Prospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data Primer
Instrument Lembar Observasi
pengambilan
data
Besar Sampel Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena
perifer menetap.
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data □Tabel
Penanggung Ketua TIM PPI / Koordinator PPI
Jawab

3. INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)

Judul Indikator Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Peraturan Daerah atau aturan lain yang relevan.
DimensiMutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Untuk melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) superficial-
Superficial incision di Puskesmas.
2. Untuk Menjamin keselamatan pasien yang
terpasang alat kesehatan untuk mengurangi
risiko IDO
Definisi Infeksi Daerah Operasi (IDO) / Surgical Site
Operasional Infection (SSI) adalah infeksi yang terjadi pasca
operasi dalam kurun waktu 30 hari dan infeksi
tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan
subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya
ditemukan salah satu tanda sebagai berikut:
 Gejala Infeksi: kemerahan, panas, bengkak,
nyeri, fungsi
laesa terganggu.
 Cairan purulen.
 Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari
jaringan superfisial.
Jenis Indikator Output
Satuan Persen(%)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus IDO
(pembilang)
Denumenat or Jumlah pasien yang dilakukan operasi Superficial
(penyebut) Incision
Target Pencapaian <2persen
Kriteria: Kriteria Inklusi:
 Semua pasien yang dilakukan operasi Superficial
Incision
 Pasien teridentifikasi IDO pasca operasi
Superficial Incision di FKTP terkait Kriteria
Eksklusi:
 Pasien dilakukan tindakan operasi superficial
incisional di
fasilitas kesehatan lain.

Jumlah kasus IDO


Formula
X 100
Jumlah pasien dilakukan operasi Superficial
incisional
Desain Prospectif dan Retrospectif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data primer dan sekunder
Instrument Lembar observasi
pengambilan
data
Besar Sampel Total populasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data □Tabel
PenanggungJawab Ketua TIM PPI / Koordinator PPI

5. KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI

Judul Indikator Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi


Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien
2. Peraturan Menteri Kesehatan tentang
pencegahan dan pengendalian Infeksi
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka
kejadian infeksi pasca tindakan pelayanan
imunisasi di Puskesmas.
2. Menjamin keselamatan pasien untuk
mengurangi risiko terjadinya KIPI.
Definisi Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi
Operasional yang diberikan secara penyuntikan, dimana
ditemukan tanda tanda infeksi antara lain:
Gejala KIPI Ringan
 Nyeri
 Kemerahan dan bengkak didaerah
tubuh yang mengalami
injeksi pasca imunisasi.
 Gatal
 Demam
 Sakit kepala
 Lemas
Gejala KIPI Berat
 Alergi berat
 Jumlah trombosit menurun
 Kejang
 Hipotonia atau sindrom bayi lemas.
Bayi yang mengalami akan terlihat
lemas dan tak berdaya.
Jenis Indikator Output
Satuan Persen (%)
Pengukuran
Numerator Jumlah kasus KIPI
(pembilang)
Denumenator Jumlah pasien dilakukan tindakan imunisasi
(penyebut)
Target Pencapaian <2persen

Kriteria: Kriteria Inklusi:


 Semua pasien teridentifikasi KIPI yang telah
mendapat imunisasi di FKTP tersebut
Kriteria Eksklusi:
 Pasien yang diberikan imunisasi di FKTP lain
Jumlah kasus KIPI
Formula X 100
Jumlah pasien yang dilakukan tindakan
imunisasi
Desain Retrospectif
Pengumpulan Data
Sumber Data Data sekunder
Instrument Formulir Pelaporan KIPI
pengambilan data
Besar Sampel Semua pasien yang dilakukan imunisasi
Frekuensi Bulanan, Triwulanan
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
Penanggung Jawab Ketua TIM PPI / Koordinator PPI
6. KEPATUHAN APD

Judul Indikator Kepatuhan APD


Dasar Pemikiran Standar Nasional Akreditasi Puskesmas
Dimensi Mutu Manfaat untuk terhindar dari resiko
penularan penyakit
Tujuan Untuk melindungi tubuh tenaga kesehatan,
pasien atau pengunjung dari penularan
penyakit di puskesmas
Definisi Kepatuhan petugas dalam menggunakan APD
operasional yang sesuai dengan indikasi
APD adalah alat terstandar yang berguna untuk
melindungi tubuh tenaga kesehatan, pasien atau
pengunjung dari penularan penyakit di puskesmas
seperti masker, sarung tangan karet, penutup
kepala,sepatu boots, kacamata (google) dan gaun
(apron)
Jenis Indikator Persentase
Satuan Persen%
Pengukuran
Numerator Kriteria yang dilaksanakan oleh petugas
Denomerator Jumlah seluruh kriteria/poin yang dinilai
Kriteria Inkulsif : Semua Nakes yang kontak dengan
pasien
Ekslusif : -
Formula Kriteria yang dilaksanakan oleh petugas
X
100%
Jumlah seluruh kriteria poin yang dinilai
Target 85%
Sumber data Survey IPCN
Wilayah Semua unit pelayanan
pengamatan
Metode Retrospektif
pengumpulan
data
Penanggung Ketua Tim PPI/ koordinator PPI
Jawab

7. DEKONTAMINASI ALAT KESEHATAN

Judul Indikator DEKONTAMINASI ALAT KESEHATAN


Ruang Lingkup Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Dimensi Mutu Mutu pelayanan, keamanan pasien, petugas dan
pengunjung
Tujuan - Sebagai pemutus mata rantai infeksi
- Meminimalkan dan mengisolasi potensi
kontaminasi
- Merupakan langkah awal (first step) universal
precaution yang perlu dilaksanakan
Defenisi Proses untuk menghilangkan kotoran, komponen
Operasional organik dan mikroorganisme patogen dan alat
kesehatan/ instrumen sehingga aman untuk
pengelolaan selanjutnya.
Proses dekontaminasi meliputi perendaman,
pembersihan, pencucian, disinfeksi, dan sterilisasi.
Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan
data
Periode Analisis Tiap 3 bulan
Numerator Jumlah set alat yang tidak di lakukan
dekontaminasi dalam satu bulan.
Denominator Jumlah set alat yang tersedia di unit pelayanan
Sumber data Survey, Laporan alat yang tidak didekontaminasi
Standar ≤2%
Penanggung PJ Ruang UGD, PJ Ruang Bersalin, PJ Ruang Poli
jawab Gigi, Tim Mutu/ Tim PPI
pengumpulan
data

8. ABSES GIGI

Judul Indikator Abses gigi


Dasar Pemikiran 1. Hasil Riskesdas menyatakan proporsi terbesar
masalah gigi adalah gigi rusak / berlubang / sakit
(45,3%), masalah kesehatan mulut yang mayoritas
dialami penduduk Indonesia adalah gusi bengkak
(abses) (14%).
2. KMK 62 tahun 2015
3. Permenkes 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien
4. Peraturan Daerah atau aturan lain yang relevan.
Dimensi Mutu Keselamatan, efektif dan efisien
Tujuan 1. Melakukan surveilans HAIs pada angka kejadian
infeksi pasca tindakan pelayanan gigi yang terjadi
abses di Puskesmas.
2. Menjamin keselamatan pasien yang dilakukan
pelayanan gigi.
Definisi Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah
Operasional pada gigi, disebabkan oleh infeksi bakteri. Kondisi ini
bisa muncul disekitar akar gigi maupun di gusi
ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit
saat mengunyah dan mengigit, sakit gigi menyebar
ke telinga, rahang, dan leher, bau
mulut, kemerahan dan pembengkakan
pada wajah. Abses gigi menjadi
indikator surveilans pada kasus sesuai
kriteria HAIs (tindakan pelayanan gigi sebelumnya
tidak ditemukan tanda tanda abses).
Jenis Indikator Output
Satuan %
Pengukuran
Numerato Jumlah kasus abses gigi
r
(pembilan
g)
Denumena Jumlah pasien dilakukan tindakan Superficial
tor incisional padaarea gigi dan jaringan periodontal,
(penyebut)
Target Pencapaian <2persen
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien yang dilakukan tindakan pada
area gigi dan jaringan periodontal akibat
tindakan Superficial incisional Semua pasien
yang teridentifikasi abses gigi
KriteriaEksklusi:
Pasien sudah terjadi abes gigi sebelum tindakan
gigi dilakukan
Pasien yang dilakukan tindakan pada area gigi
dan jaringan periodontal di FKTP lain.

KEPALA PUSKESMAS WAPLAU

LA HAMID DONGKASIO, S.Kep


Nip:19831117 201001 1 018

Anda mungkin juga menyukai