"Bantuan CSR Rp2 miliar itu untuk wilayah Jawa Timur saja. Di antaranya untuk pembanguan
sarana umum, pendidikan, dan sanitasi," ujar Direktur Teknik dan Teknologi Informasi PT Pelindo III
Husein Latief kepada wartawan usai upacara peringatan Ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia di
Surabaya, Jumat.
Di sela upacara yang berlangsung di area konservasi mangrove Terminal Teluk Lamong Surabaya
itu, bantuan PKBL diserahkan secara simbolis kepada perwakilan warga dari tiga kelurahan wilayah
setempat.
"Kalau CSR yang sebesar Rp2 miliar untuk seluruh wilayah Jawa Timur itu sendiri sudah kami
salurkan semuanya kemarin," katanya.
Di luar wilayah Jawa Timur, Husein menandaskan, PT Pelindo III juga memberikan bantuan kepada
korban gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, senilai Rp600 juta.
"Saat kejadian gempa bumi di Lombok sudah kami salurkan dan saat ini Direktur Utama kami
sedang berada di sana," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Husein juga menunjukkan bahwa Terminal Teluk Lamong Surabaya, yang
merupakan salah satu anak perusahaan PT Pelindo III, adalah satu-satunya kawasan pelabuhan
yang ada konservasi mangrove-nya.
"Kalau sore burung-burung sering terbang dan cari makan di sini. Insyaallah habitat mereka tidak
terganggu. Saya kira tidak ada pelabuhan lain yang ada mangrovenya seperti ini," katanya.
Selain itu, dia menandaskan, Terminal Teluk Lamong adalah terminal petikemas pertama di Asia
Tenggara dengan sistem otomatisasi.
"Terminal Teluk Lamong ini menjadi referensi kepelabuhanan di Asia Tenggara. Ke depan akan
terus kami kembangkan. PT Pelindo III terus mengejar supaya Indonesia lebih maju dengan fasilitas
infrastruktur kepelabuhanannya supaya 'logistic cost' semakin membaik," ucapnya.
Lebih lanjut I Wayan Eka Saputra menjelaskan bahwa rencana Pelindo III
untuk mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai gerbang laut masuknya
turis mancanegara ke Bali, tidak bisa dilepaskan dari pelestarian
lingkungan sekitar pelabuhan. “Karena dalam industri pelayaran
pariwisata kapal pesiar, tentunya selain faktor keamanan yang harus
kondusif, faktor kelestarian lingkungan sekitar pelabuhan juga menjadi
perhatian. Karena sangat mempengaruhi kualitas kesehatan dan
keindahan pelabuhan itu sendiri. Karena itu Pelabuhan Benoa terus
dikembangkan dengan konsep pelabuhan ramah lingkungan (green port),
agar bisa berkelanjutkan dalam memberikan manfaat ekonomi ke
masyarakat dan pariwisata Bali,” ungkapnya.
Human Capital and General Affair Director Pelindo III Toto Heli Yanto
menyebut bahwa program pembentukan kampung binaan merupakan
amanat undang-undang sehingga BUMN tanpa terkecuali wajib turut serta
dalam upaya pembangunan ekonomi rakyat dan pemberdayaan
masyarakat di lingkungan sekitar.
“Pelindo III sebagai BUMN telah sukses mengembangkan Kampung
Maspati menjadi Kampung Wisata yang cukup dikenal di Surabaya
tentunya kami tidak berhenti disitu, kami akan bantu kampung-kampung
lain seperti Kampung Simo Kalangan yang saat ini dikembangkan agar
mengikuti rekam jejak kampung pendahulunya,” imbuhnya.
“Saat ini potensi yang dihasilkan dari hidroponik cukup besar, banyak
rumah makan yang memesan selada hidroponik namun karena
keterbatasan media tanamnya kami belum bisa memenuhi permintaan
karena lahan tanam yang tersedia hanya seukuran 5 meter. Harapan kami
dengan pengembangan dari Pelindo III lahan tanam nantinya bisa
terwujud hingga 40 meter sehingga warga Simo Kalangan dapat
meningkatkan ekonomi dari tanam hidroponik melalui kelompok tani
beranggotakan warga. Selada banyak di manfaatkan untuk makanan
gado-gado, tahu campur, steak belum lagi selada masih bisa
intensifikasikan menjadi produk lain seperti keripik selada dan es cream,”
tuturnya.
Sebelumnya puncak arus mudik terjadi pada tanggal 11 Juni atau H-4
dengan total arus penumpang yang mencapai 30.291 orang. Sementara
itu, puncak arus mudik secara total di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya
sebagai pelabuhan terbesar di wilayah Pelindo III terjadi pada H-2 atau
tanggal 13 Juni dengan penumpang yang turun (embarkasi) mencapai
14.507 orang dan penumpang yang naik (debarkasi) sebanyak 687 orang.