Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR

MAHASISWA MAGANG MBKM

NAMA : NUR FATHIYA RIZQI


NIM : 120200505
PRODI. : MANAJEMEN
TEMPAT MAGANG : MI HUDAL ISLAM 1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE) GANESHA
JAKARTA
2024

LEMBAR PERSETUJUAN
Judul PKL/Magang : Peran Guru Agama Dalam Membentuk Karakter Keagamaan

Siswa Madrasah Ibtidaiyah

Mahasiswa : Nur Fathiya Rizqi

NIM : 120200505

Prodi. : Manajemen/Akuntansi*

Telah disetujui untuk mengikuti seminar hasil PKL/Magang

Jakarta, ……………… 20….

Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Magang Ketua Program
Studi

Nama Nama
NIDN NIDN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


(STIE) GANESHA
JAKARTA
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul PKL/Magang : Peran Guru Agama Dalam Membentuk Karakter Keagamaan

Siswa Madrasah Ibtidaiyah Nama

Mahasiswa : Nur Fathiya Rizqi

NIM : 120200505

Prodi. : Manajemen/Akuntansi*

Telah mengikuti ujian/seminar hasil PKL/Magang pada tanggal …………………

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

Nama Nama
NIDN NIDN

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Nama
NIDN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
(STIE) GANESHA
JAKARTA
2024
FORMAT PENYUSUNAN LAPORAN MAGANG MBKM

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi latar belakang dan urgensi pemilihan bidang kompetensi dari
pelaksanaan kegiatan magang berbasis MBKM. Selain itu pendahuluan juga memuat
tujuan dan manfaat dari kegiatan magang tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Literatur yang relevan dengan bidang kompetensi kegiatan magang berbasis MBKM
yang dipilih. Literatur harus memiliki kebaruan publikasi, maksimal 10 tahun
terakhir.
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum perusahaan berisikan penjelasan mengenai bagaimana bentuk
perusahan/tempat magang, visi misi perusahaan, struktur organisasi dan pembagian
tugas dan kewenangan, terutama terkait posisi dimana mahasiswa magang berada.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil adalah deskripsi dari hasil dan tahapan kegiatan magang yang telah dilakukan
oleh mahasiswa selama mengikuti program magang berbasis MBKM. Pembahasan
merupakan deskripsi dari hasil kegiatan magang yang dikaji dengan literatur yang
relevan dengan bidang kompetensi kegiatan magang berbasis MBKM.
BAB V KESIMPULAN
Bagian ini menyajikan kesimpulan kegiatan magang berbasis MBKM yang telah
dilakukan mahasiswa, dan rekomendasi serta implikasi dari temuan selama mengikuti
program magang ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran berisi seluruh portofolio dari karya dan tugas yang telah dilakukan
mahasiswa peserta magang berbasis MBKM serta dokumentasi

LEMBAR PENILAIAN MAGANG


(UNTUK DOSEN)

Nama Mahasiswa : Nur Fathiya Rizqi


NIM : 120200505
Program Studi : Manajemen
Nama Perusahaan : Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1
Waktu Magang : 11 september 2023 -
Nama Dosen Penilai : ……………………………………………………………..

Nilai
No. Komponen Penilaian
Skala 0 - 100
1. Teknik Penulisan Laporan
2. Originalitas dan Kreativitas
3. Kelengkapan Sistematika Laporan Magang
4. Dokumentasi Kegiatan Magang
5. Analisis Hasil Penugasan
6. Presentasi/Responsi
Nilai Rata-Rata

Catatan Dosen Penilai atas Presentasi Kerja Mahasiswa :


............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

Jakarta, ………………………20…..
Dosen Pembimbing Magang

…………………………
LEMBAR PENILAIAN MAGANG
(UNTUK PENILAI DARI PERUSAHAAN)

Nama Mahasiswa : Nur Fathiya Rizqi


NIM : 120200505
Program Studi : Manajemen
Nama Perusahaan : Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1
Waktu Magang : ……………………………………………………………..
Jabatan Penilai : Kepala Sekolah
Nilai
No. Komponen Penilaian
Skala 10 - 100
1. Kejujuran
2. Etika dan Kepribadian
3. Kedisiplinan Kerja
4. Penguasaan Materi Pekerjaan
5. Kerjasama Tim
6. Tanggung Jawab
7. Kreativitas
8. Inisiatif Kerja
9. Kemampuan Penggunaan Teknologi
10. Pencapaian Target Kerja
Nilai Rata-Rata

Catatan dan masukan tentang kegiatan magang Mahasiswa:


............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

............................................................................................................................................

…… , ……………………. 20….
Pejabat Pembimbing Magang

………………………………….
LOGBOOK KEGIATAN MAGANG
PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama : Nur Fathiya Rizqi


NIM : 120200505
Nama Perusahaan : Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1

Kendala & Inisiatif


No. Hari/Tanggal Deskripsi Kegiatan Output Pekerjaan
Solusi

Jakarta, ……………………… 20…..


Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Magang Pembimbing Lapangan
……………….. ………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Madrasah Ibtidaiyah (MI) memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi


muda dengan nilai-nilai agama Islam yang kuat sekaligus pengetahuan umum yang
mendukung perkembangan mereka di masa depan. Dalam konteks pendidikan di MI,
penting untuk terus melakukan inovasi dan penyesuaian agar proses pembelajaran dapat
menjadi lebih efektif dan relevan dengan tuntutan zaman.

Pada era yang terus berkembang ini, kebutuhan akan keterampilan praktis yang sesuai
dengan dunia kerja juga semakin mendesak. Seiring dengan itu, pendekatan Mata
Kuliah Berbasis Kampus (MBKM) telah menjadi sorotan dalam upaya menyelaraskan
pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja. MBKM memungkinkan integrasi antara teori
yang dipelajari di kelas dengan pengalaman praktis di dunia nyata, memberikan
mahasiswa kesempatan untuk mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan
permintaan industri.

Dalam konteks MI, penerapan konsep MBKM menjadi relevan untuk memastikan
bahwa proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek teoritis, tetapi juga
memberikan pengalaman praktis yang bermanfaat bagi siswa. Melalui kegiatan magang
berbasis MBKM, siswa dapat memperluas pemahaman mereka tentang bagaimana
prinsip-prinsip agama Islam diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta memperoleh
keterampilan praktis yang mendukung pengembangan diri mereka.

Dengan latar belakang ini, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pelaksanaan
kegiatan magang berbasis MBKM di MI HUDAL ISLAM 1. Diharapkan penelitian ini
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat dan tantangan dari
pendekatan MBKM dalam konteks pendidikan Islam di MI HUDAL ISLAM 1, serta
memberikan masukan yang berharga bagi pengembangan program pendidikan yang
lebih efektif dan relevan.

1.2 Urgensi Pemilihan Bidang Kompetensi


Urgensi Pemilihan Bidang Kompetensi dari pelaksanaan kegiatan magang berbasis
Mata Kuliah Berbasis Kampus (MBKM) di Madrasah Ibtidaiyah sangatlah penting
mengingat beberapa alasan berikut:

1. Relevansi dengan Kurikulum Pendidikan: Pemilihan bidang kompetensi yang sesuai


dengan kurikulum pendidikan MI memastikan bahwa kegiatan magang memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan agama dan umum.
Hal ini memastikan bahwa siswa mendapatkan pengalaman yang mendukung
perkembangan akademik dan keagamaan mereka.

2. Keterlibatan Siswa yang Lebih Aktif: Pemilihan bidang kompetensi yang menarik
dan relevan dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan magang. Siswa
cenderung lebih bersemangat untuk belajar dan mengembangkan diri mereka ketika
mereka terlibat dalam bidang yang mereka minati dan melihat relevansinya dengan
masa depan mereka.

3. Persiapan untuk Dunia Kerja: Melalui pemilihan bidang kompetensi yang sesuai,
kegiatan magang dapat menjadi peluang bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman
praktis yang relevan dengan dunia kerja di masa depan. Hal ini memungkinkan mereka
untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan
kerja yang sesungguhnya.

4. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Dengan memilih bidang kompetensi yang sesuai,


kegiatan magang dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas pendidikan di MI
HUDAL ISLAM 1. Siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang holistik dan
mendalam, yang dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran serta
keterampilan praktis yang relevan.

5. Mengakomodasi Kebutuhan Lokal: Pemilihan bidang kompetensi dapat disesuaikan


dengan kebutuhan dan potensi lokal di lingkungan MI HUDAL ISLAM 1. Hal ini
memungkinkan kegiatan magang untuk memberikan dampak yang lebih nyata dalam
pengembangan masyarakat lokal serta mempromosikan kearifan lokal dan nilai-nilai
keagamaan.

Dengan memperhatikan urgensi pemilihan bidang kompetensi tersebut, kegiatan


magang berbasis MBKM di Madrasah Ibtidaiyah dapat menjadi lebih efektif dalam
memberikan manfaat yang nyata bagi siswa dan lingkungan pendidikan secara
keseluruhan.tentang kebutuhan dan harapan mahasiswa, serta kesesuaian dengan tren
dan perkembangan industri saat ini.
Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki latar belakang dan urgensi
pemilihan bidang kompetensi dari pelaksanaan kegiatan magang berbasis MBKM.
Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bidang kompetensi,
diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan program
MBKM yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa dan industri.

Pendahuluan tersebut memberikan konteks tentang pentingnya pemilihan bidang


kompetensi dalam kegiatan magang berbasis MBKM, serta menegaskan urgensi
penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
tersebut.

1.3 Tujuan Magang


penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi latar belakang dan urgensi pemilihan
bidang kompetensi dari pelaksanaan kegiatan magang berbasis MBKM di Madrasah
Ibtidaiyah. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan bidang
kompetensi, diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan
program MBKM yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa serta
kebutuhan pasar kerja di masa depan.
1.4 Manfaat Magang
1. Untuk peneliti
mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja, seperti
keterampilan komunikasi, manajemen waktu, pemecahan masalah, dan kerja tim. Serta
meningkatkan pemahaman peneliti tentang prinsip-prinsip pendidikan Islam, metode
pengajaran, dan nilai-nilai yang diterapkan dalam lingkungan Madrasah Ibtidaiyah.
2. untuk Perusahaan
Magang memberikan kesempatan bagi guru untuk berkolaborasi dengan mahasiswa
dalam mengembangkan dan melaksanakan program magang. Hal ini dapat
meningkatkan keterampilan pengajaran dan manajemen kelas mereka, serta memperluas
wawasan mereka tentang praktik pendidikan yang efektif. Serta menjadi tambahan yang
berharga dalam kurikulum sekolah dengan memperkenalkan pengalaman praktis
langsung di lingkungan pendidikan Islam. Hal ini dapat memperkaya pengalaman
belajar siswa dan memberikan perspektif baru terhadap pembelajaran.

3. Untuk kampus Stie Ganesha


untuk menjalin kemitraan dengan institusi pendidikan lain, organisasi non-profit, dan
industri terkait. Hal ini dapat membuka peluang untuk kolaborasi dalam proyek-proyek
penelitian, pengembangan kurikulum, dan program-program pengembangan
profesional. Dan menjadi sumber pengetahuan dan sumber daya bagi Madrasah
Ibtidaiyah dalam hal pengembangan kurikulum, penyediaan pelatihan untuk guru, dan
bimbingan dalam pengembangan program-program pendidikan Islam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Guru Pendidikan Agama Islam


2.1.1 Pengertian guru
Guru adalah seorang pendidik atau pengajar yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman dalam suatu bidang atau disiplin ilmu tertentu, dan bertanggung jawab
untuk membimbing dan mengajar siswa atau muridnya. Selain itu, seorang guru juga
memiliki peran penting dalam membantu perkembangan pribadi, sosial, dan akademis
siswa, serta membantu mereka mencapai potensi maksimal mereka. Guru dapat bekerja
di berbagai tingkat pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi, serta di
berbagai jenis lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, dan pusat
pendidikan informal. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

Pentingnya guru tidak bisa diremehkan karena mereka memiliki dampak yang sangat
besar dalam berbagai aspek kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa. Guru
bertanggung jawab dalam mendidik generasi mendatang. Mereka memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa, yang membentuk dasar bagi
perkembangan mereka sebagai individu yang berpengetahuan dan terampil. Mereka
menjadi teladan yang memotivasi siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka, serta
membimbing mereka dalam mengatasi tantangan belajar dan kehidupan.
Pada kerangka yurisprudensi pendidikan nasional kenegaraan
indonesia dikatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbing dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
mengabdi kepada masyrakat , terutama bagi pendidik perguruan tinggi.

2.1.2 Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Tobroni (2015:156) Guru dalam Pendidikan Islam


memiliki beberapa istilah yang memiliki arti yang sama “Ustadz”,
“muallim”,”muaddib”, dan murabbi’’. Dalam Istilah muallim lebih
menekankan guru sebagai pengajar, penyampai pengetahuan (knowledge)
dan ilmu (science). istilah mu'addib lebih menekankan guru sebagai
pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan, dan istilah
murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek
jasmaniah maupun ruhaniah dengan kasih sayang istilah tersebut yang
umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah
Ustadz yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan “guru”. Bagian tugas
terpenting dari guru yaitu mengajar, sekaligus mendidik peserta didiknya.
walaupun antara guru dan Ustadz pengertiannya sama, namun dalam
praktek khususnya dilingkungan sekolah islam, sedangkan istilah Ustadz
dipakai untuk sebutan guru khusus yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman agama yang “mendalam”.

Menurut Umar (2010:83) Guru dalam pendidikan Islam adalah


orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif (rasa), kognitif (cipta), psikomotorik (karsa) dengan sesuai ajaran
agama islam. Guru yakni orang dewasa yang bertanggung jawab dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, 11
mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk social
dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

Guru Pendidikan Agama Islam merupakan tokoh yang berwenang


secara penuh untuk meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang
agama Islam. Oleh karena itu, Guru pendidikan agama islam diposisikan
sebagai orang-orang penting dan mempunyai pengaruh besar dan Guru
pendidikan agama islam yang memegang kunci keselamatan rohani dalam
masyarakat. Guru pendidikan agama Islam sebagai figur yang
mengantarkan peserta didik untuk tidak hanya menguasai nilai-nilai agama
tapi peserta didik mampu mewujudkannya dalam tingkah laku sehari-sehari
sehingga terciptalah generasi yang berpribadi muslim

2.1.3 Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Munardji (2004:67) terdapat 3 komponen utama dalam


kompetensi guru pendidikan agama Islam yaitu :
1. Kompetensi personal-religius
Kompetensi Guru PAI adalah berkaitan kepribadian agamis, artinya
pada dirinya melekat nilai-nilai lebih kepada peserta didiknya. Seperti
kejujuran, amanah, keadilan tanggung jawab, musyawarah dan sebagainya.
Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi pemindahan
penghayatan nilai-nilai antara pendidik dan peserta didik, baik langsung
maupun tidak langsung. Personal-religius bisa diartikan suatu kompetensi
dari segi kepribadian keagamaan yang harus ada pada seorang guru untuk
dijadikan sebagai teladan oleh peserta siswa. Imam Ghozali dalam 12
Muhaimin mengklasifikasikan kompetensi personal-religius melalui lima
cakupan.
1) Kasih sayang terhadap peserta didik dan memperlakukan dengan baik.
2) Peneladanan pribadi Rasulullah.
3) Sikap obyektif.
4) Bersikap luwes dan bijaksana dalam menghadapi peserta didik.
5) Bersedia mengamalkan ilmunya.
2. Kompetensi sosial-religius
Kompetensi sosial-religius berkaitan kepedulian guru terhadap
masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Sikap gotong_
royong, tolong-menolong, egalitarian (persamaan derajat antar manusia),
sikap toleransi, dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh Guru PAI dalam
sosial dan antara guru dan peserta siswa. Praktek pelaksanaannya guru harus
mampu menjalin dan menjaga hubungan dengan siswa, sesama guru, kepala
sekolah, wali murid serta ,masyarakat. Yang merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan tujuan pendidikan di sekolah.
3. Kompetensi profesional-religius
Kompetensi profesional-religius menyangkut kemampuan guru
untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional, dalam arti
mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahlianya
dalam perspektif Islam.

2.2 Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata


“`didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari
bahasa Yunani “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian ditejemahkan dalam bahasa Inggris “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.
Menurut Gunawan (2013:198) )Istilah pendidikan dalam islam sering
diungkapkan dalam bentuk al-tarbiyah, al-ta’lim, al-ta’dlib dan alriyadlah. setiap
term tersebut memiliki makna yang berbeda. yakni:
1. Al-Tarbiyah
Arti al-tarbiyah merupakan sebuah proses transformasi ilmu pengetahuan
mulai dari tingkat dasar sampai menuju tingkat selanjutnya yang lebih
tinggi. bermula dari proses pengenalan, hafalan dan ingatan yang belum
menjangkau proses selanjutnya yakni pemahaman dan penalaran dalam
buku Priansa (Muhaimin dan Mujib, 1993:130).
2. Al-Ta’lim

Sedangkan kata al-talim merupakan bentuk atau bagian kecil dari al_
tarbiyah al-aqliyah, yang bertujuan memperoleh ilmu pengetahuan dan
keahlian berpikir, yang sifatnya mengacu pada domanin kognitif. Dalam
buku Priansa (Rasyid Ridlo 1973) yang mendefinisikan al-ta'lim dengan
proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa ada batasan dan
ketentuan tertentu, Pengertian ta’lim dengan prosespemberian pengetahuan,
pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan amanah.14

3. Al-Ta’dlib

Menurut Naquib al-Attas bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik,
dan baik yang dimaksud di sini adalah addab dalam artinya menyeluruh,
yang meliputi kehidupan spiritual dan material seseorang yang berusaha
menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. addab merupakan norma
atau aturan yang mengenai sopan santun dalam akhlak beragama.

4. Al-riyadlah

Artinya pelatihan terhadap individu pada fase anak-anak. Menurutnya, Al_


Ghazali dalam mendidik anak-anak lebih menekankan pada domain afektif
dan psikomotoriknya, ketimbang domain kognitifnya (pembiasaan sejak
dini).
Tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 tahun
2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan pada pasal 1 ayat 1, yakni:
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui
mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Dijelaskan
juga didalam pasa 5 ayat 3, yang berbunyi: Pendidikan agama mendorong peserta
didik untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam kehidupan pribadi,
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dilanjutkan pada pasal 5
ayat 5, berbunyi: “Pendidikan agama membangun sikap mental peserta didik untuk
bersikap dan berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya
diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab”.
Pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di
sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam
Gunawan (2013:21) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran pendidikan agama islam, yaitu berikut ini:
1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
2. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada
yang dibimbing, diajari dan dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran Islam.
3. Pendidikan atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan
kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau pelatihan secara sadar terhadap
peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam
4. Kegiatan (pembelajaran) Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk
kesalehan pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial
Menurut Umar dkk (2016:86) pendidikan agama islam disekolah meliputi
A-Qur’an dan Hadist, keimanan, akhlak, ibadah/muamalah, dan tarikh sejarah
islam. dalam sekolah atau madrasah aspek-aspek tersebut dijadikan sub mata
pelajaran pendidikan agama islam meliputi Al-Qur’an Hadist, fiqih, aqidah akhlak
dan sejarah kebudayaan islam. terdapat kedudukan dan hubungan yang erat antara
mata pelajaran tersebut.

2.3 Strategi Guru PAI

Majid (2013:3) Istilah Strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan
“kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda,strategos merupakan
gabungan dari kata militer (Stratos) dengan memimpin (ago) Sebagai kata kerja,
stratego berarti merencanakan (to Plan actions). Mintzberg dan Waters,
mengemukakan bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan
(strategies are realized as patterns in stream of decisions or actions). Hardy,
Langlay, dan Rose dalam Sudjana, mengemukakan strategy is perceived as plan or
a set of explicit intention preceeding and controlling actions (strategi dipahami
sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan)”.
Majid (2013:6) Strategi merupakan cara-cara yang direncanakan dan
ditetapkan untuk melakukan tindakan dengan memperoleh keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat, isi, proses,
dan sarana penunjang kegiatan pola yang direncanakan dan ditetapkan secara
sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Bagi seorang guru Strategi yang
diterapkan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran.
Strategi Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan
kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Bagi guru strategi adalah
pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam berbagai bidang materi dan
digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan pembelajaran.
Majid (2013:3) Strategi guru dalam pembelajaran adalah usaha yang
direncanakan dan ditetapkan secara sengaja oleh guru untuk membantu mencapai
tujuan pembelajaran. Meliputi rencana, metode, danperangkat yang direncanakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan pendidikan agama Islam
merupakan usaha sadar yang dilakukan Guru dalam rangka mempersiapkan peserta
Activate didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam. Dapat
di simpulkan bahwa strategi dalam Pendidikan Agama Islam adalah merupakan
usaha-usaha yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja oleh guru dalam
rangka mempersiapkan peserta siswa untuk mempelajari, memahami, meyakini,dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran yang sesuai
ajaran syariat Islam Sehingga dapat terbentuk suatu ketercapaian sesuai tujuan.

2.4 Hasil Belajar

Belajar adalah proses interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan
secara sadar, terencana baik didalam maupun diluar ruangan untuk meningkatkan
kemampuan siswa. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada disekitar individu, belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut
Sudjana (dalam Rusman, 2016:1)
Menurut Priansa (2017:79) Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada
individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga
pembentukan kecakapan, sikap, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu
yang belajar. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku
pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Setiap orang yang melakukan
aktivitas maupun dalam proses pembelajaran menghasilkan nilai yang baik, jadi
hasil belajar merupakan hal-hal yang dicapai seseorang setelah melalui proses
pembelajaran.
Menurut jenkins dan uwin (dalam Priansa 2010:81) Hasil belajar atau
learning outcome adalah pernyataan yang menujukkan hal-hal yang mungkin
dikerjakan peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya. jadi hasil belajar
merupakan suatu yang dicapai dan diperoleh seseorang yang belajar dengan adanya
usaha dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dari pembelajaran
yang terwujud adanya perubahan tingkah laku dari seseorang yang melakukan
pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) Pengertian hasil belajar dapat
dilihat dari dua sisi yaitu: Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak
proses belajar. Dengan berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa
memperoleh hasil belajar. Hasil belajar merupakan dampak dari pengajaran yang
dapat bermanfaat bagi guru dan siswa. Manfaat hasil belajar bagi guru adalah
sebagai evaluasi tindakan mengajar agar guru dapat menyampaikan pembelajaran
dengan lebih baik sedangkan bagi siswa hasil belajar adalah puncak proses belajar,
untuk menilai hasil pembelajaran dan usaha dalam belajar yang selama ini telah
mereka lakukan. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang
disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses
belajar-mengajar antara guru dan siswa.

2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut priansa (2017:83) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri


atas faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor internal, berkaitan dengan kondisi internal yang muncul dari dalam diri
peserta didik.
a. Jasmaiah faktor kesehatan atau kelaian fungsi pada tubuh jasmaniah
peserta didik akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang
dialamiya
b. Psikologis.perhatian, minat bakat, motif, kematangan dan kesiapan
akan mempengaruhi kegiatan belajar yang dialami siswa.
c. kelelahan jasmani ataupun rohani akan berpengaruh buruk terhadap
proses pembelajaran yang dialami siswa
2. Faktor eksternal, yaitu unsur lingkungan luar dari peserta didik. kondisi
keluarga dirumah, keadaan sekolah, kondisi sosial yang akan berpengaruh
terhadap konsentrasi dan kesiapan dalam kegiatan proses kegiatan
pembelajaran.

2.5 2. Tinjauan Karakter Siswa


a. Pengertian Karakter
Secara etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Yunani yaitu
kharakter yang berakar dari diksi “kharassein” yang memiliki arti
memahat atau mengukir (to inscribe/to engrave). Sedangkan dalam
bahasa Latin karakter dapat diartikan sebagai sifat
kejiwaan/tabiat/watak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menyatakan bahwa karakter memiliki arti tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain
(Narwanti, 2011: 1).
Karakter memiliki arti kualitas mental atau moral, kekuatan
norma, nama atau reputasi. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
(KLBI), karakter ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dari yang lain yaitu tabiat dan watak.
Berkarakter juga bisa disebut memiliki watak, memiliki kepribadian
(Munir, 2010: 81).
Karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga
dapat diartikan tabiat atau watak. Sehingga dapat dikatakan bahwa
orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai watak atau tabiat
yang membedakan seseorang dengan yang lain (Izzaty & dkk, 2008:
623).
Sofan Amri mengungkapkan bahwa karakter ialah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap orang untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara (Sudarwan, 2011: 166).
Suyanto mengungkapkan bahwa karakter adalah cara berpikir
dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari
keputusan yang ia buat (Barnawi dan Arifin, 2012: 20).
Dali Gulo menyatakan bahwa karakter adalah kepribadian yang
ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang
yang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
(Barnawi dan Arifin, 2012: 20).
American Herritage Dictionary menjelaskan bahwa karakter
merupakan kualitas sifat, ciri, atribut, serta kemampuan khas yang
dimiliki individu yang membedakannya dari pribadi yang lain
(Narwanti, 2011: 1).
Gordon W. Allport mengatakan bahwa karakter merupakan
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi
psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Karakter bukan sekedar
kepribadian karena karakter sesungguhnya adalah kepribadian yang
ternilai (Narwanti, 2011: 2).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa karakter adalah suatu kegiatan yang direncanakan
dengan maksud untuk mencapai tujuan.
c. Pilar-Pilar Karakter
Indonesia Heritage Foundation menetapkan 9 pilar karakter
utama yaitu (1) cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya (2)
tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian (3) kejujuran (4) hormat
dan santun (5) kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama (6) percaya diri,
kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah (7) keadilan dan
kepemimpinan (8) baik dan rendah hati (9) toleransi, cinta damai, dan
permusuhan (Narwanti, 2011: 25).
Sedangkan dalam sumber lain menyatakan bahwa terdapat enam
pilar karakter pada diri manusia yang dapat digunakan untuk mengukur
dan menilai watak dan perilaku. Keenam pilar karakter terebuat ialah (1)
penghormatan (2) tanggung jawab (3) kesadaran berwarga negara (4)
keadilan dan kejujuran (5) kepedulian dan kemauan berbagi dan (6)
kepercayaan (Barnawi dan Arifin, 2012: 27).
d. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Seorang pencetus pendidikan dan pedagogik dari Jerman,
Foerster mengatakan terdapat empat ciri dasar pendidikan karakter,
(Gunawan, 2012: 37) diantaranya yaitu:
1) Keteraturan interior, yang dimaksud dengan keteraturan interior
disini adalah dimana setiap perbuatan diukur berdasarkan
tingkatan nilai. Nilai menjadi pedoman yang berlaku untuk
setiap perbuatan.
2) Koherensi, yaitu membuat seseorang menjadi berani, teguh pada
prinsip, tidak mudah diombang-ambing pada hal yang baru atau
takut pada resiko. Koherensi merupakan pondasi yang dapat
membangun rasa percaya diri satu sama lain. Adanya koherensi
pada diri seseorang dapat meningkatkan kredibilitas diri
3) Otonomi, dimana seseorang menghayati nilai-nilai bagi pribadi.
Hal ini dapat dilihat ketika sesorang dapat memutuskan suatu hal
tanpa adanya pengaruh dari orang lain.
4) Keteguhan dan kesetiaan, keteguhan yang dimaksud ialah
seseorang dapat menahan keinginan dari apa yang ia pandang
baik, sedangkan yang dimaksud dengan kesetiaan ialah
menghormati dan berkomitmen dengan apa yang dipilih.
e. Nilai-Nilai Pembentuk Karakter
Terdapat beberapa nilai pembentuk (integritas) karakter
yang utuh yaitu menghargai, berkreasi, memiliki keimanan,
memiliki dasar keilmuan, melakukan sintesa dan melakukan sesuai
etika (Narwanti, 2011: 27).
f. Desain Induk Pendidikan Karakter
Terdapat tiga nilai operatif dalam desain induk pendidikan
karakter yang mana ketiga nilai ini satu sama lain saling berkaitan
(Samani dan Hariyanto, 2012: 49), yaitu:
1) Pengetahuan tentang moral (aspek kognitif)
2) Perasaan berlandaskan moral (aspek afektif)
3) Perilaku berlandaskan moral (aspek psikomotorik)
g. Faktor-Faktor Pembentuk Karakter
Terdapat dua faktor yang memiliki pengaruh dalam
pembentukan karakter, yaitu faktor internal (dari dalam) dan
eksternal (dari luar) (Gunawan, 2012: 19).
1) Faktor Internal
Adapun dalam faktor internal ini juga dipengaruhi oleh
lima hal, diantaranya yaitu: naluri, kebiasaan, keinginan, nurani,
dan keturunan.
a) Naluri
Naluri ialah”sifat yang dapat menumbuhkan
perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berfikir
lebih dahulu kearah tujuan itu dan tidak didahului latihan
perbuatan itu. Setiap perbuatan manusia dari lahir dari suatu
kehendak yang digerakkan oleh naluri”(Amin, 1995: 7).
b) Kebiasaan
“Salah satu faktor penting dalam tingkah laku
manusia adalah kebiasaan, karena sikap dan perilaku
yang menjadi akhlak (karakter) sangat erat sekali dengan
kebiasaan, yang dimaksud dengan kebiasaan adalah
perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga mudah
untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang
peranan yang sangat penting dalam membentuk dan
membina akhlak”(karakter) (Gunawan, 2012: 20).
c) Keinginan
Keinginan ialah”kemauan untuk melangsungkan
segala ide dan segala yang dimaksud walau disertai
dengan berbagai rintangan dan kesukaran, namun sekali
kali tidak mau tunduk pada rintangan-rintangan tersebut.
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku
adalah kehendak atau kemauan keras. Itulah yang
menggerakkan dan merupakan kekuatan yang
mendorong manusia dengan sungguh-sungguh untuk
berperilaku baik”(berakhlak), sebab dari kehendak itulah
menjelma suatu niat yang baik dan buruk dan tanpa
kemauan pula semua ide, keyakinan, kepercayaan
pengetahuan menjadi pasif tak akan ada artinya bagi
kehidupan (Gunawan, 2012: 20).
d) Nurani
Freud mengatakan bahwasanya”nurani bukanlah
sesuatu yang asing atau datang dari luar diri seorang
anak. Nurani bukan pula merupakan salah satu unsur
akal sebagaimana yang dikatakan oleh kelompok
rasionalis. Namun nurani ialah suatu benih yang telah
diciptakan oleh Allah dalam jiwa manusia. Nurani dapat
tumbuh berkembang serta berbunga karena pengaruh
pendidikan dia akan statis bila tidak ditumbuh
kembangkan”(Santhut, 1998: 93). e) Keturunan
Keturunan”merupakan sifat atau ciri yang
diperoleh oleh seorang anak atas dasar keturunan atau
pewarisan dari generasi ke generasi melalui sebuah
benih. Sedangkan dalam Islam, sifat atau ciri-ciri bawaan
biasa disebut dengan fitrah. Fitrah adalah potensi atau
kekuatan yang terpendam dalam diri manusia, yang ada
dan tercipta bersama dengan proses penciptaan manusia.
Potensi tersebut baru akan aktual dan tumbuh serta
berkembang setelah mendapatkan rangsangan”dan
pengaruh dari luar atau sebab faktor ekstern (Tadjab,
1994: 27).
2) Faktor Eksternal
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
yaitu pendidikan dan lingkungan.
a) Pendidikan
Perkembangan karakter tidak dapat terpisahkan
dari proses pendidikan secara utuh. Herbert Spencer
mengungkapkan bahwa pendidikan ialah menyiapkan
manusia agar hidup dengan kehidupan sempurna.
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan karakter seseorang, sehingga baik
buruknya akhlak seseorang sangat tergantung pada
pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari
pendidikan itu sendiri, salah satunya ialah menjadikan
manusia sebagai insan kamil.
b) Lingkungan
Heri Gunawan mendefinisikan lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita, baik berupa
tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan manusia
dengan alam sekitar. Lingkungan terbagi menjadi dua
(Gunawan, 2012: 22), yaitu:
1) Lingkungan yang bersifat kebendaan
“Alam yang ada disekitar manusia
merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam
ini dapat mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang. Itu
semua tergantung seseorang dalam menyikapinya.”
2) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian
Seseorang”yang hidup dalam lingkungan
yang baik secara langsung atau tidak
dapat”membentuk kepribadian manusia menjadi
baik, begitu pula sebaliknya jika seseorang yang
hidup dalam lingkungan yang tidak mendukung
dalam proses pembentukan karakter maka setidaknya
dia akan terbawa atau terpengaruh oleh lingkungan
tersebut
3. Strategi Pendidikan Karakter
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan semata. Seseorang
yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak
sesuai dengan pengetahuannya, apalagi tidak menjadikan melakukan
kebaikan menjadi kebiasaan. Kemendiknas mengungkapkan bahwa
strategi pendidikan karakter dikembangkan melalui beberapa tahapan,
yaitu pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan (Gunawan, 2012: 93).
Terdapat tiga tahapan strategi yang harus dilakukan, sebagai
pijakan awal terbentuknya karakter yang baik dalam diri siswa serta agar
siswa mampu memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan
nilai-nilai moral, tiga tahapan tersebut yaitu (Majid dan Andayanti,
2011: 112).
a. Moral Knowing
“Belajar untuk mengetahui merupakan langkah awal dalam
pendidikan karakter. Pada tahapan ini tujuan diorientasikan pada
penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa diharapkan
mampu untuk berbuat jujur dalam perkataan maupun perbuatan.”
b. Moral Loving
“Pada tahapan ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan
menguatkan sikap jujur. Pada tahapan ini juga, guru menyasar ke
dimensi emosional siswa. Untuk sampai pada tahapan ini, guru dapat
menggunakan kisah-kisah yang menyentuh hati, keteladanan atau
muhasabah. Pada tahap ini, diharapkan siswa mampu menilai
dirinya sendiri, serta membiasakan bersikap baik, dan bersikap
empati kepada siapapun.”
c. Moral Doing
“Pada tahapan ini, moral doing merupakan hasil dari dua
tahapan sebelumnya yaitu moral knowing dan moral loving.
Terdapat tiga aspek yang dapat dijadikan indikator seseorang
mampu memahami apa yang mendorongnya untuk berbuat baik
yaitu; kompetensi, keinginan, serta kebiasaan.”
“Pada tahapan ini pula, titik tertinggi keberhasilan
pendidikan karakter pada siswa dapat dilihat, dimana siswa mampu
mengamalkan nilai-nilai kejujuran dalam kesehariannya. Siswa
dapat berbuat ramah, sopan dalam berbicara, menghormati orang tua
dan guru, penyayang, jujur dalam perkataan dan perbuatan, disiplin,
rajin belajar, adil, murah hati, dan lain sebagainya. Maka dalam hal
ini diperlukan keteladanan yang baik dari seorang guru dan
lingkungan sekolah.”
Berdasarkan ketiga tahapan yang dipaparkan diatas, sangat
penting sebuah keseimbangan antara satu komponen dengan
komponen lainnya. Hal ini diperlukan agar siswa mampu
memahami, merasakan, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan
(Muslich, 2014: 133)
4. Jujur
a. Pengertian Jujur
Secara etimologi, jujur atau benar dalam Bahasa Arab
disebut sidiq (ash-shidqu), lawan kata dari kizib (al-kizbu) yang
memiliki arti bohong atau dusta. Jujur termasuk salah satu dari
akhlak terpuji. Jujur atau benar berarti kesesuaian sesuatu dengan
realita sesungguhnya, dalam hal ini kesesuaian dalam perkataan
maupun perbuatan (Tatapangarsa, 1980: 149).
“Kejujuran ialah kemampuan untuk menyampaikan
kebenaran, mengakui kesalahan, dapat dipercaya, dan bertindak
secara hormat”(Zubaedi, 2011: 19).
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, perbuatan, dan pekerjaan (Syarbini, 2016: 159).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka bisa
disimpulkan bahwasanya jujur adalah berkata dan berbuat
kebenaran sesuai dengan realita yang terjadi.
b. Ciri-Ciri Kejujuran
Terdapat tiga ciri-ciri kejujuran yang dikemukakan oleh
(Kusuma, Triarna dan Permana, 2012: 17), yakni:
1) Jika bertekad (inisiasi keputusan) untuk melakukan sesuatu,
tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan.
2) Jika berkata tidak berbohong (benar apa adanya).
3) Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa
yang dilakukannya.
c. Tingkat Kejujuran
Imam Al-Ghazali membagi jujur dalam enam tingkatan
(Mahmud, 2001: 9).
1) Tingkat pertama
Tingkat yang pertama adalah kejujuran lisan. Berikut ini
adalah bentuk-bentuk kejujuran lisan yaitu, benar dalam
mengabarkan sebuah berita, menunaikan janji, dan menjaga
dalam setiap perkataan yang diucapkan.
2) Tingkat kedua
Tingkat yang kedua ialah jujur dalam niat yang mana
bisa disebut dengan ikhlas. Bahwa dalam berbuat sesuatu hanya
ditujukan untuk Allah dan tidak ada tujuan selain itu.
3) Tingkat ketiga
Tingkat yang ketiga ialah jujur dalam tekad yang kuat.
Tekad yang kuat harus dibarengi dengan niat yang ikhlas.
4) Tingkat keempat
Jika ditingkat yang ketiga tadi jujur dalam tekad yang
kuat, maka di tingkat yang keempat ini jujur dalam
melaksanakan tekad yang kuat.
5) Tingkat kelima
Tingkat yang kelima yaitu jujur dalam amal. Hal ini
ditandai dengan sikap bersungguh-sungguh dalam beramal.
6) Tingkat keenam
Pada tingkat yang keenam ini merupakan tingkatan yang
paling tinggi, yaitu jujur dalam menegakkan agama Islam.
Berikut ini bentuk-bentuk dari kejujuran dalam menegakkan
agama Islam, takut akan siksa Allah, ikhlas, tawakal, dan
mencintai agama Islam.
Kong Fu Tse membagi kejujuran menjadi tiga tingkat
(Mustari, 2014: 13), yaitu:
1) Tingkat pertama yaitu Li, dalam tingkatan ini orang berkata
jujur hanya untuk kepentingan pribadi.
2) Tingkat kedua yaitu Yi, orang berkata jujur karena memiliki
asumsi bahwa akan diperlakukan sama.
3) Tingkat ketiga yaitu Ren, tingkatan ini merupakan tingkatan
yang paling mulia dari tingkatan yang lain, dimana orang
berkata jujur tanpa membedakan umur, jenis kelamin maupun
ras tertentu.
d. Bentuk-Bentuk Kejujuran
Yunahar Ilyas mengelompokkan bentuk-bentuk kejujuran
dalam empat golongan (Mukodi dan Burhanuddin, 2014: 81), yakni:
1) Jujur dalam perkataan30
Siswa dalam keadaan apapun dan bagaimana pun harus
berkata yang benar, baik dalam menyampaikan informasi,
menjawab pertanyaan, melarang dan memerintah. Orang yang
selalu berkata benar akan dipercaya oleh masyarakat, sebaliknya
orang yang berdusta terlebih hobi berdusta, masyarakat tidak
akan mempercayainya.
2) Jujur dalam pergaulan
Orang yang selalu bersikap jujur dalam pergaulan maka
dia akan menjadi kepercayaan masyarakat. Siapapun ingin
bergaul dengannya, akan tetapi sebaliknya, siapa yang suka
berdusta dan berpenampilan palsu, maka masyarakat tidak akan
mempercayainya, bahkan menjauhinya.
3) Jujur dalam kemauan
Sebelum memutuskan sesuatu, siswa harus
mempertimbangkan dan menilai terlebih dahulu apakah yang
dilakukan itu benar dan bermanfaat. Apabila yakin benar dan
bermanfaat, dia akan melakukannya tanpa ada keraguan, tidak
terpengaruh oleh komentar manapun. Jika menghiraukan semua
komentar orang, tentu tidak jadi melakukan, namun bukan
berarti mengabaikan kritik, asalkan kritik tersebut bersifat
membangun dan memiliki dasar argumen yang kuat.
4) Jujur dalam berjanji31
Pepatah mengatakan, janji adalah hutang. Maka seorang
siswa yang telah berjanji, maka dia harus menepati janji
tersebut. Jika dia sering tidak menepati janji, maka dia menjadi
orang yang tidak dipercaya oleh orang lain.
e. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter Jujur
Terdapat sejumlah indikator keberhasilan pendidikan
karakter menurut berbagai sumber, diantaranya: Agus Wibowo
menyatakan beberapa indikator keberhasilan pendidikan karakter
jujur (Wibowo, 2012: 100) yaitu:
1) Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
2) Transparasi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara
berkala.
3) Menyediakan kantin kejujuran.
4) Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
5) Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau
ujian.
Sedangkan menurut Said Hamid Hasan menyebutkan
indikator keberhasilan pendidikan karakter jujur (Hasan dan dkk,
2010: 38) yaitu:
1) Tidak menyontek dalam mengerjakan tugas.
2) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok
diskusi.32
3) Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap
pelajaran.
4) Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas.
5) Membayar barang yang dibeli di toko sekolah dengan jujur.
6) Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat
umum.
Adapun Agus Zaenul Fitri mengemukakan hal lain dari
indikator keberhasilan dari nilai kejujuran (Fitri, 2012: 40) yaitu:
1) Membuat dan mengerjakan tugas secara benar.
2) Tidak mencontek atau memberikan contekan.
3) Membangun koperasi atau kantin kejujuran.
4) Melaporkan kegiatan sekolah secara transparan.
5) Melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan jujur.
6) Melakukan sistem nilai yang akuntabel dan tidak melakukan manipulasi
BAB III

GAMBARAN PERUSAHAAN

3.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Profil Sekolah/Madrasah

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1 Kota Bekasi merupakan bagian


yang tidak terpisahkan dari program pendidikan 6 tahun Madrasah Ibtidaiyah Hudal
Islam 1 Kota Bekasi yang telah dirintis sejak tahun 1960 dan diselenggarakan oleh
Yayasan Hudal Islam Arsyadiyah.

Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1 mengikuti kurikulum nasional yang disesuaikan dengan
nilai-nilai islam. Selain mata Pelajaran umum seperti matematika ,ipa, Bahasa inggris,
Dimana sekarang mapel umum itu di rangkum menjadi satu buku yang di sebut Tematik ,
dan kami juga memberikan penekanan pada Pendidikan agama islam dengan mata
Pelajaran agama seperti fiqih , alqur’an hadist , bahasa arab , Aqidah akhlak ,
Sejarah ,kebudayaan islam Btq, yang komprehensif

Saat ini, Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islam 1 Kota Bekasi yang bernaung di bawah
Yayasan Hudal Islam Arsyadiyah, denganmemiliki fasilitas penunjang pendidikan,
diantaranya 6 lokal kelas,1 lokal laboratorium (Komputer), 1 Lokal Kantor, 1
lapangan serba guna, 1 buah Aula(kapasitas 150 jama’ah), 2 buah kamar
mandi/WC siswa, dan 2 buah kamar mandi/WC guru.

Madrasah ibtidaiyah hudal islam 1 berada di naungan Yayasan Arsyadiah , didirkan oleh
alm Kh.Arsyad dan istri beliau Bernama alm ustadzah Hj. Hamidah. Sudah berdiri kurang
lebih 64 tahun hingga saat ini Madrasah ibtidaiyah beralamat di jl. Masjid Hudal Islam 1
rt1/7 kel. Jatimakmur, kec. Pondok gede , Kota Bekasi provinsi Jawa Barat

3.2 VISI DAN MISI

VISI

Menjadikan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang mampu menghasilkan lulusan


berkualitas dan menyiapkan generasi yang beriman, berilmu, pengetahuan agama yang
tinggi, berakhlak mulia serta bertaqwa (Imtaq).
MISI

a. Melaksanakan KBM yang efektif


b. Mendorong siwa rajin Belajar
c. Melengkapi alat dan sumber serta media belajar
d. Membimbing siswa agar mampu dan lancar membaca kitab
e. Mampu berbahasa asing di lingkungan sekolah dan keluarga

3.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN


A. KEPALA SEKOLAH : MASRIPAH S.Pd.I
B. BENDAHARA SEKOLAH : ATIH NAWATI S.Pd.I
C. KOMITE : DESI
D. OPERATOR SEKOLAH : SABENIH S.Pd.I
E. PEMBANTU KEPALA SEKOLAH :
 BIDANG KURIKULUM : ATIM S.Pd
 BIDANG KESISWAAN : AHMAD FARID S.Pd.I
 BIDANG SARPAS : MURSALIH S.Pd.I
 BIDANG PERPUSTAKAAN : NUR FATHIYA RIZQI
 BIDANG UKS : LINDA MARDIYAH
 BIDANG PTK : SABENI S.Pd.I

F. GURU KELAS
 GURU KELAS 1 : ATIH NAWATI S.Pd.I
 GURU KELAS 2 : ATIM S.Pd
 GURU KELAS 3 : LINDA MSRDIYAH S.Pd.I
 GURU KELAS 4 : MURSALIH S/Pd.I
 GURU KELAS 5 : NUR SHOLIKAH S.Ag
 GURU KELAS 6 : JAYA SUTISNA S.Pd

G. KEBERSIHAN : SURYATI

3.4 PEMBAGIAN TUGAS

A. KEPALA SEKOLAH
 Memberikan visi dan arahan strategis untuk sekolah.
 Merencanakan dan mengawasi pelaksanaan kurikulum.
 Berkomunikasi secara efektif dengan orang tua, komunitas, dan pihak
berkepentingan lainnya.
 Memberikan dukungan dan pelatihan kepada guru dan staf.
 Menangani konflik di antara siswa, staf, atau orang tua dengan cara yang adil
dan efektif.
 Memastikan keamanan siswa, staf, dan fasilitas sekolah.

B. BENDAHARA SEKOLAH

 Menyusun anggaran tahunan sekolah bersama dengan kepala sekolah dan


komite sekolah.
 Menyimpan bukti transaksi keuangan seperti faktur, kwitansi, dan dokumen
terkait lainnya.
 Memantau penggunaan anggaran sekolah untuk memastikan bahwa semua
pengeluaran sesuai dengan rencana dan peruntukannya.
 Mengelola pembayaran gaji staf dan guru.

C. KOMITE
 Memberikan masukan dan membuat keputusan tentang kebijakan sekolah.
 Memberikan saran dan dukungan dalam pengelolaan keuangan sekolah.
 Merencanakan dan melaksanakan kegiatan penggalangan dana untuk
mendukung program sekolah.
 Berkontribusi pada upaya peningkatan kualitas pendidikan yang disediakan
sekolah.

D. OPERATOR SEKOLAH

 Mengelola proses pendaftaran siswa baru.


 Menyusun dan mengelola dokumen-dokumen sekolah seperti rapor siswa, surat
izin, dan dokumen administratif lainnya.
 Menangani permasalahan teknis dan perawatan perangkat keras dan perangkat
lunak.
 Merekam dan melaporkan data absensi siswa dan staf.

E. PEMBANTU KEPALA SEKOLAH

a) BIDANG KURIKULUM
 Menyusun dan mengembangkan kurikulum sekolah yang sesuai
dengan standar pendidikan nasional dan kebutuhan khusus siswa.
 Memastikan implementasi kurikulum dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
 Mengembangkan sistem evaluasi dan penilaian untuk mengukur
efektivitas kurikulum dan proses belajar mengajar.
 Menyelenggarakan pelatihan dan workshop untuk pengembangan
profesional guru, khususnya yang berkaitan dengan implementasi
kurikulum dan strategi pengajaran.

b) BIDANG KESISWAAN
 Merancang dan melaksanakan program-program yang
mendukung pengembangan karakter siswa, seperti kejujuran,
tanggung jawab, empati, dan kerjasama.
 Menangani kasus pelanggaran disiplin dan memberikan sanksi
atau bimbingan yang sesuai.
 Mengidentifikasi dan mendukung pengembangan bakat dan
prestasi siswa di berbagai bidang, seperti akademik, olahraga,
seni, dan lain-lain.
 Menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa untuk
mendukung pengembangan siswa secara keseluruhan.
 Mengumpulkan feedback dari siswa, guru, dan orang tua terkait
dengan kegiatan kesiswaan.

c) BIDANG SARPAS
 Menyusun perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
berdasarkan analisis kebutuhan pendidikan dan proyeksi masa
depan.
 Menyusun jadwal pemeliharaan dan perawatan rutin untuk semua
fasilitas sekolah, termasuk gedung, ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan fasilitas olahraga.
 Mengelola keamanan fisik sekolah, termasuk pengawasan
keamanan gedung dan fasilitas lainnya.

d) BIDANG PERPUSTAKAAN
 Mengakuisisi buku, jurnal, majalah, dan sumber daya digital yang
relevan dengan kurikulum sekolah dan minat baca siswa.
 Menyediakan sistem peminjaman yang efisien untuk
memudahkan siswa dan guru dalam mengakses bahan bacaan.
 Mengembangkan dan melaksanakan program literasi informasi
untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru dalam mencari,
mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.

e) BIDANG UKS
 Menyelenggarakan program-program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran siswa dan staf tentang pentingnya gaya
hidup sehat.
 Menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan kesehatan berkala
untuk siswa dan staf.
 Berkoordinasi dengan puskesmas, rumah sakit, atau pihak
kesehatan setempat untuk mendukung program kesehatan
sekolah.

f) BIDANG PTK
 Merencanakan dan melaksanakan program pengembangan
profesional untuk guru dan staf, seperti pelatihan, workshop, dan
studi lanjutan, guna meningkatkan kompetensi mereka.
 Melakukan evaluasi kinerja guru dan staf secara berkala untuk
memastikan standar pengajaran dan pelayanan terpenuhi.
 Menjadi jembatan komunikasi antara manajemen sekolah dengan
guru dan staf terkait kebijakan, perubahan, dan informasi penting
lainnya.

g) GURU KELAS
 Merencanakan dan menyusun rencana pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum dan kebutuhan siswa.
 Menerapkan metode pengajaran yang bervariasi untuk memenuhi
gaya belajar siswa.
 Membuat dan menjalankan aturan kelas untuk menciptakan
lingkungan belajar yang positif.
 Berkomunikasi secara rutin dengan orang tua siswa untuk
memberikan informasi mengenai kemajuan dan perkembangan
anak.
 Melaksanakan tugas administratif seperti membuat daftar absensi,
melaporkan kemajuan siswa, dan mengelola catatan kelas.

F. KEBERSIHAN
 Menjaga kebersihan dan kerapihan di ruang kelas setiap hari.
 Menjaga kebersihan di toilet dan kamar mandi sekolah.
 Menyediakan fasilitas pembersih seperti sapu, pel, dan lap bagi guru dan
siswa.
 Menyediakan tempat sampah yang mencukupi di seluruh area sekolah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL KEGIATAN


Adapun hasil kegiatan magang MBKM yang saya dapat di Madrasah Ibtidaiyah
Hudal islam 1 yaitu :
1. Penting nya peran guru agama dalam membentuk karakter keagamaan siswa
Madrasah Ibtidaiyah.
2. Anak -anak kelas 1-2 Madrasah ibtidaiyah Hudal Islam 1 memahami tentang
karakter serta akhlak terpuji .
3. Mengetahui dasar agama tentang rukun islam dan rukun iman
4. Membandingkan karakter keagamaan siswa yang diajar oleh guru agama dengan
siswa yang tidak mendapatkan pengajaran agama secara langsung.
5. Mengumpulkan pandangan dari siswa, guru, dan orang tua tentang peran guru
agama dalam membentuk karakter keagamaan siswa Madrasah Ibtidaiyah.
6. Untuk kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Hudal Islan 1 memahami dan bisa
mempraktikan tata cara wudhu yang baik dan benar .
7. Menganalisis metode pengajaran yang digunakan oleh guru agama dan
dampaknya terhadap pembentukan karakter keagamaan siswa.

4.2 PEMBAHASAN

1. Membahas pentingnya peran guru agama dalam membentuk karakter keagamaan


siswa, baik dari segi pengajaran maupun contoh nyata yang diberikan.
2. Menganalisis keefektifan metode pengajaran yang digunakan oleh guru agama
dalam mencapai tujuan pembentukan karakter keagamaan.
3. Membandingkan hasil karakter keagamaan antara siswa yang mendapatkan
pengajaran agama dengan yang tidak, untuk melihat perbedaan yang signifikan.
4. Mendiskusikan dampak lingkungan sekolah dan keluarga terhadap pembentukan
karakter keagamaan siswa, termasuk interaksi antara kedua lingkungan tersebut.
5. Membahas pandangan dan persepsi dari berbagai stakeholder, seperti siswa,
guru, dan orang tua, terhadap peran guru agama dalam membentuk karakter
keagamaan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Madrasah ibtidaiyah merupakan sebuah sarana Pendidikan islam untuk Tingkat


dasar yang setara denga sekolah dasar . madrasah ini memberikan Pendidikan
agama islam serta mata Pelajaran umum seperti yang di ajarkan di sekolah dasar
pada umum nya . berikut beberapa yang dapat simpulkan :
1. Pentingnya peran guru agama dalam membentuk karakter keagamaan siswa
Madrasah Ibtidaiyah.
2. Menekankan pengaruh metode pengajaran guru agama terhadap pembentukan
karakter keagamaan siswa, dengan mengidentifikasi metode yang lebih efektif.
3. Pembentukan karakter keagamaan tidak hanya bergantung pada guru agama,
tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah dan keluarga.
4. meningkatkan peran guru agama, seperti pelatihan tambahan atau
pengembangan kurikulum yang lebih efektif.
5. Menyajikan dampak positif dari pembentukan karakter keagamaan terhadap
perkembangan siswa, baik dalam konteks pendidikan maupun kehidupan
sehari-hari.
6. Mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh guru agama dalam membentuk
karakter keagamaan serta peluang untuk perbaikan.

5.2 SARAN

1. Memberikan pelatihan reguler kepada guru agama untuk meningkatkan


keterampilan mereka dalam membentuk karakter keagamaan siswa, termasuk
penggunaan metode pengajaran yang efektif dan memahami kebutuhan
individual siswa.
2. Mengintegrasikan pembelajaran karakter keagamaan ke dalam kurikulum
secara menyeluruh, sehingga tidak hanya menjadi fokus di kelas agama, tetapi
juga disosialisasikan di berbagai mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler.
3. Mendorong kerjasama antara sekolah dan orang tua dalam mendukung
pembentukan karakter keagamaan siswa, termasuk melalui penyelenggaraan
seminar atau lokakarya bagi orang tua tentang pentingnya pendidikan agama di
rumah.
4. 4. Memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai, seperti buku-buku
agama, materi pembelajaran yang relevan, dan fasilitas yang mendukung, untuk
mendukung proses pembentukan karakter keagamaan siswa.
5. Melakukan pengawasan dan evaluasi secara teratur terhadap pelaksanaan
program pembentukan karakter keagamaan, baik oleh pihak sekolah maupun
lembaga terkait, untuk memastikan keberhasilan dan terus meningkatkan
kualitasnya.
6. Mengembangkan program-program atau kegiatan yang melibatkan siswa secara
aktif dalam pembentukan karakter keagamaan, seperti kelompok diskusi,
proyek sosial, atau kegiatan keagamaan di luar sekolah.

Anda mungkin juga menyukai