Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan perkenanNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyempurnaan Naskah Akademik Pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.
Naskah Akademik ini disusun sebagai bahan pertimbangan usulan revisi aturan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat dan dalam rangka penyusunan rancangan peraturan menteri jabatan fungsional
dimaksud.
Direktorat Sarana Transportasi Darat menjalankan tugas dan fungsi melaksanakan tugas
dan fungsi melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang kelaikan kendaraan bermotor, dengan dua sub bidang
yang dibawahinya yaitu uji tipe dan uji berkala.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada seluruh anggota tim yang telah bekerja
optimal dalam penyusunan Naskah Akademik Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan
Bermotor, serta Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan
Kepegawaian Negara, yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan
naskah akademik ini.
Kami berharap pembentukan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor ini dapat
menjadi pilihan karir bagi Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kepada masyarakat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Demikian Naskah Akademik ini disusun agar bermanfaat dan menjadi acuan dalam
penyusunan rancangan Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang
Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.
Jakarta,
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik tentang Pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor 3
D. Metode Penyusunan Naskah Akademik 3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS 6
A. Kajian Teoritis 6
1. Pengertian Istilah Penguji 6
2. Teori Transportasi 6
3. Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) 10
B. Kajian Empiris 11
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 14
A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sebagaimana Telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja. 14
B. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah 15
C. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan sebagaimana
telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan 19
D. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 23 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor 22
E. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 19 Tahun 2021
Tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor 24
F. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor 24
G. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 22 Tahun 2022
Tentang Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor 26
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS 29
A. Landasan Filosofis 29
B. Landasan Sosiologis 30
C. Landasan Yuridis 32
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA 37
A. Dasar Hukum 37
B. Instansi Pembina 38
C. Pengertian / Definisi 40
D. Klasifikasi Jabatan 44
E. Kedudukan Jabatan Fungsional Dalam Organisasi/Instansi Pemerintah 45
F. Jenjang Jabatan 45
G. Tugas Jabatan 47
H. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja (Output) Kegiatan 47
I. Standar Kompetensi 48
J. Pengangkatan Dalam Jabatan 49
K. Pelatihan 55
L. Uji Kompetensi 56
M. Formasi Jabatan Fungsional 57
BAB VI PENUTUP 58
A. Kesimpulan 58
B. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN I URAIAN TUGAS JABATAN DAN HASIL KERJA JABATAN FUNGSIONAL
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR 62
LAMPIRAN II STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN
BERMOTOR 81
Standar Kompetensi 1 - Penyelia 81
Standar Kompetensi 2 – Mahir 87
Standar Kompetensi 3 – Terampil 92
Standar Kompetensi 4 – Pemula 98
Daftar Gambar
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat..............................11
Gambar 2 Struktur Organisasi Direktorat Sarana Transportasi Jalan..................................11
Gambar 3 Struktur OrganisasI Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan
Bermotor................................................................................................................................13
Daftar Tabel
Tabel 1 Tugas Pokok dan Fungsi Subdirektorat....................................................................12
Tabel 2 tugas dan Fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat..............................32
Tabel 3 Fungsi Bidang Sarana Transportasi Jalan................................................................35
Tabel 4 Jenjang dan Pangkat Jabatan...................................................................................45
Tabel 5 Angka Kredit Jabatan Fungsional.............................................................................52
Tabel 6 Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan........................52
Tabel 7 Angka Kredit Penyetaraan Jabatan..........................................................................53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan Fungsional
mengamanahkan untuk merevisi semua Jabatan Fungsional termasuk Jabatan
Fungsional di Bidang Transportasi Darat.
Selain itu Peraturan Badan Kepegawain Negara (BKN) Nomor 3 Tahun 2023
tentang Angka Kredit, Kenaikan Pangkat dan Jenjang Jabatan Fungsional turut
memberikan dampak perubahan besar dalam hal perolehan angka kredit, dimana
perolehan angka kredit bukan dari akumulasi kegiatan, melainkan berdasarkan konversi
Predikat Kinerja yang dihasilkan selama melaksanakan tugas Jabatan Fungsional.
Hasil penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung sebagai Pejabat Penilai
Kinerja, dimana Pejabat Penilai Kinerja menilai kinerja yang terdiri dari sasaran kinerja
pegawai dan perilaku kerja pejabat fungsional melalui evaluasi periodik dan tahunan
sehingga mendapatkan predikat kinerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian, baik
untuk daerah pedesaan, semi urban atau urban, khususnya di Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang. Transportasi menyediakan akses bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi. Akses terhadap informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta
peluang-peluang baru yang seluruhnya merupakan kebutuhan yang penting dalam
proses pembangunan. Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada kawasan
yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Kegiatan
ekonomi masyarakat ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana dan sarana
transportasi yang baik untuk aksesibilitas. Aksesibilitas ini dapat memacu proses interaksi
antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan
pembangunan. Media transportasi atau angkutan digunakan untuk memindahkan orang
atau barang dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang
lebih meningkat.
Sebagai salah satu upaya di dalam memastikan kendaraan yang berkeselamatan
maka Pemerintah harus dapat memastikan sarana angkutan yang beroperasi laik jalan.
Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) 2011-2035
Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan dimana Kementerian Perhubungan selaku
1
penanggungjawab memiliki tugas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
kendaraan yang digunakan di jalan telah mempunyai standar keselamatan yang tinggi,
sehingga mampu meminimalisir kejadian kecelakaan yang diakibatkan oleh sistem
kendaraan yang tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, kendaraan juga harus
mampu melindungi pengguna dan orang yang terlibat kecelakaan untuk tidak bertambah
parah, jika menjadi korban kecelakaan.
Kementerian Perhubungan berkontribusi dalam Pilar-3 (Kendaraan yang
berkeselamatan) untuk melakukan penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji berkala
dan uji tipe, mengembangkan sistem pengujian techno based, mengevaluasi sistem
pengujian berkala dan pengujian tipe (sumber daya manusia, penyelenggaraan,
infrastruktur, pendataan sistem informasi, penerapan sistem akreditasi).
Pengujian kendaraan bermotor sendiri memiliki tujuan untuk memberikan jaminan
keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan,
mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan; dan memberikan pelayanan
umum kepada masyarakat.
Uji tipe merupakan kegiatan pengujian yang wajib dilakukan bagi setiap kendaraan
bermotor kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor dibuat dan atau dirakit di
dalam negeri serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan tipe
dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Uji tipe dilakukan terhadap
fisik landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap
serta penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang dilakukan
terhadap rumah – rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan dan
kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya.
Sedangkan Uji Berkala merupakan pengujian yang wajib dilakukan terhadap semua
mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta
tempelan yang dioperasikan di jalan dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan. Hasil dari pengujian berkala berupa bukti lulus uji berkala dimana bukti lulus uji
berkala disahkan oleh penguji kendaraan bermotor yang diberikan wewenang
Uji tipe dilaksanakan oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan
Bermotor (BPLJSKB) sedangkan Uji berkala dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Uji
Berkala Kendaraan Bermotor (UPUBKB) milik Kabupaten / Kota dan Provinsi DKI
Jakarta. Dimana pelaksanaan pengujian dilaksanakan oleh petugas yang memiliki
kompetensi dan diberikan wewenang dalam memeriksa dan mengesahkan kendaraan
bermotor tersebut.
Perkembangan teknologi kendaraan yang semakin pesat membuat terbitnya
regulasi - regulasi baik nasional maupun internasional dengan tujuan meningkatnya
2
keselamatan dari aspek kendaraan. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor baik
pengujian tipe maupun pengujian berkala juga terus mengikuti perkembangan teknologi
yang ada. Untuk menjawab perkembangan teknologi kendaraan dan cara pengujiannya
maka diperlukan penyesuaian terhadap peraturan mengenai jabatan fungsional penguji
kendaraan bermotor dimana butir kegiatan yang ada harus disesuaikan dengan kondisi
teknis di lapangan terkait teknologi yang ada dan cara pengujiannya.
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
menjelaskan bahwa Jenis Angkutan di perairan terdiri dari angkutan laut, angkutan
sungai dan danau, dan angkutan penyeberangan.
Menurut Pasal 18 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan
secara terpadu dengan memperhatikan intra dan antarmoda yang merupakan satu
kesatuan sistem transportasi nasional. Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat
dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan
tidak teratur. Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali
mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.
3
B. Identifikasi Masalah
Meningkatnya kecelakaan LLAJ terjadi di Indonesia. Korlantas Polri mencatat
terjadi 94.617 kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada Januari-September 2022,
naik 34,6 persen dari 2021.
ODOL sulit ditertibkan. Sebanyak 17% kecelakaan lalu lintas disebabkan
permasalahan ODOL angkutan barang. Selain itu negara mengalami kerugian
sebesar Rp 1 triliun per tahun karena harus memperbaiki permukaan jalan akibat
ODOL.
Ketidakseragaman tata kelola pelayanan uji berkala Kab/Kota dalam menangani
kendaraan ODOL.
Penggunaan alat uji non statis belum bisa dioperasikan, dikarenakan belum
tersedianya SDM penguji di BPTD dan/atau di daerah.
Tingkat kecelakaan angkutan penyeberangan masih cukup tinggi. Sebagai contoh
adalah kecelakaan yang terjadi di Waduk Kedungombo, Jawa Tengah pada tahun
2021, ditemukan bahwa faktor kelaikan kapal dan faktor manusia menjadi dua
faktor yang perlu diperhatikan. Padahal pengoperasian kapal menjadi bagian dari
kegiatan masyarakat yang digunakan untuk kepentingan wisata dan bisnis. Contoh
lain adalah kecelakaan transportasi sungai di Papua sering terjadi karena pelaku
jasa pelayaran tradisional belum menyiapkan standar pelayanan yang aman bagi
penumpang. Selain itu, pelayanan publik transportasi laut ataupun sungai di daerah
terpencil Papua masih minim.
Adanya urgensi pembuatan regulasi yang mengatur orang-orang yang kompeten
karena menyangkut dengan keselamatan pelayaran danau dan penyeberangan.
Sejumlah penumpang angkutan sungai membludak di beberapa tempat di
Indonesia. Ketidaksesuaian peruntukan kapasitas penumpang kapal dengan jumlah
penumpang yang diangkut berpotensi menyebabkan kecelakaan.
4
Kegunaan penyusunan Naskah Akademik, yaitu:
1. Sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan
Fungsional Asisten Inspektur Transportasi Darat.
2. Menjadi dasar ketentuan dalam melaksanakan kegiatan pada Jabatan Fungsional
Asisten Inspektur Transportasi Darat.
3. Memberikan kejelasan pola karier dari pengangkatan pertama sampai dengan
pension pada jabatan fungsional Asisten Inspektur Transportasi Darat.
4. Membantu penyiapan jabatan fungsional yang tanggap dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang telah teridentifikasi.
D. Metode Penyusunan
1. Metode Penelitian
Metode penyusunan Naskah Akademik dilakukan melalui pendekatan yuridis
normatif maupun yuridis empiris dengan menggunakan data sekunder maupun data
primer.
a. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka dengan menampilkan
data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan atau Peraturan
Menteri mengenai bidang manajemen kepegawaian dan teknis Lalu Lintas Jalan.
b. Metode yuridis empiris dilakukan dengan menelaah data primer yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung dari pihak terkait. Data primer ini diperoleh dari hasil
diskusi-diskusi dalam beberapa rapat antara Bagian SDM dan Organisasi, Pusat
Pembinaan Jabatan Fungsional Transportasi dan semua unit kerja teknis di
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Selain menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach), Penelitian
dalam Naskah Akademik ini juga menggunakan pendekatan konseptual (conceptual
approach) dan pendekatan komparatif (comparative approach). Pendekatan
perundang-undangan dilakukan dengan cara menelaah peraturan perundang-
undangan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, pendekatan konseptual dilakukan dengan cara memberikan
sudut pandang analisa penyelesaian permasalahan dilihat dari aspek konsep-konsep
hukum yang melatarbelakanginya, atau menjadi dasar pembentukan jabatan
fungsional asisten inspektur transportasi, sedangkan pendekatan komparatif
dilakukan dengan membandingkan secara substantif pengaturan dan pelaksanaan
tugas asisten inspektur transportasi dan jabatan fungsional lain sebagai pembanding.
5
2. Jenis Data dan Cara Perolehannya
1) Penelitian Kepustakaan
Pengumpulan data dalam penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan melalui
penelitian kepustakaan menggunakan studi dokumen, yang sumber datanya
diperoleh dari:
● Bahan hukum primer merujuk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
● Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang seperti kamus hukum dan
bahan lain di luar bidang hukum yang digunakan untuk melengkapi data
penelitian.
2) Penelitian Lapangan
Untuk menunjang data sekunder yang diperoleh maka dilakukan penelitian
empiris guna memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya. Informasi
diperoleh melalui wawancara secara terstruktur dengan narasumber yang
kompeten dan representatif.
3) Analisa Data
Pengolahan data dalam naskah ini dilakukan secara kualitatif. Bahan-bahan
hukum tertulis yang telah terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan
yang telah diidentifikasi, kemudian dilakukan content analysis secara sistematis
terhadap dokumen bahan hukum dan dikomparasikan dengan informasi
narasumber, sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan.
6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Istilah Penguji
Dalam KBBI, penguji adalah orang yang menguji. Jabatan Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang
uji tipe dan uji berkala kendaraan bermotor.
Mengacu pada kamus Jabatan Fungsional umum, jabatan penguji memiliki
fungsi mengumpulkan bahan mengkompilasi data, mengumpulkan peraturan,
melakukan pengujian, memelihara data hasil pengujian, melayani pengguna dan
membuat laporan hasil pengujian sesuai ketentuan yang berlaku. Dapat disimpulkan,
Penguji kendaraan bermotor memiliki tugas inspeksi, pengamatan (surveillance),
survei dan pengujian (test) serta pelaporan di bidang Kelaikan Kendaraan Bermotor,
yang terdiri dari kelaikan tipe, kelaikan berkala, rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, serta fasilitas pengujian.
Adapun uraian tugas penguji, yang kemudian diadopsi menjadi uraian tugas
jabatan fungsional Penguji kendaraan bermotor secara umum, adalah sebagai
berikut:
1) Mengumpulkan bahan-bahan yang akan diuji sesuai permintaan dengan
berpedoman pada prosedur yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
2) Mengkompilasi/ menyortir data sesuai dengan kebutuhan agar memudahkan
dalam penggunaannya;
3) Mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pengolahan untuk digunakan sebagai standar pengujian;
4) Melakukan pengujian berdasarkan standar prosedur yang berlaku untuk
mengetahui mutu yang diuji;
5) Memproses data hasil pengujian untuk disampaikan kepada yang
berkepentingan sesuai permintaan agar memperoleh data yang akurat;
6) Melayani pengguna hasil pengujian sesuai ketentuan yang berlaku;
7) Melaporkan hasil pengujian sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas; dan
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik secara
tulis maupun lisan.
7
2. Teori Transportasi
a. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan
yang digerakkan oleh manusia, hewan, maupun mesin. Definisi transportasi
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.
2) Menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau
penumpang dari suatu tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke
tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu
kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/atau barang) dari suatu tempat
ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana.
3) Menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau
barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-
tempat yang terpisah secara geografis.
Secara garis besar, transportasi dibedakan menjadi 3 yaitu: transportasi darat,
air, dan udara. Pemilihan penggunaan moda transportasi tergantung dan
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Segi Pelayanan;
2) Keandalan dalam bergerak;
3) Keselamatan dalam perjalanan;
4) Biaya;
5) Jarak Tempuh;
6) Kecepatan Gerak;
7) Keandalan;
8) Keperluan;
9) Fleksibilitas;
10) Tingkat Populasi;
11) Penggunaan Bahan Bakar dan Lainnya.
Masing-masing moda transportasi menurut Djoko Setijowarno dan Frazila (2001),
memiliki ciri-ciri yang berlainan, yakni dalam hal:
1) Kecepatan, menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak
antara dua lokasi.
2) Tersedianya pelayanan (availability of service), menyangkut kemampuan untuk
menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.
8
3) Pengoperasiaan yang diandalkan (dependability of operation), menunjukan
perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan jadwal yang
ditentukan.
4) Kemampuan (capability), merupakan kemampuan untuk dapat menangani
segala bentuk dan keperluan akan pengangkutan.
5) Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan.
9
kerusakan atau kecelakaan sehingga gerakan transportasi dapat berjalan dengan
lancar.
Nasution (2008) mengatakan, salah satu faktor pendorong dan pendukung
dengan standar atau kemampuan jalan dalam menahan angkutan yang melintasnya.
Berdasarkan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, kelas jalan dibedakan atas:
a) Jalan kelas I, jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) millimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat 10
(sepuluh) ton;
b) Jalan kelas II, jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima
ratus) millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu)
millimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
c) Jalan kelas III, jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) millimeter, ukuran
paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
d) Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) millimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10
(sepuluh) ton.
2) Sarana Transportasi
Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Menurut Miro 2008 secara umum, ada dua
kelompok besar moda transportasi yaitu:
a) Kendaraan Pribadi (Private Transportation), yaitu: Moda transportasi yang
dikhususkan buat pribadi seseorang dan seseorang itu bebas memakainya ke
mana saja, di mana saja dan kapan saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak
memakainya sama sekali (mobilnya disimpan di garasi)
b) Kendaraan Umum (Public Transportation), yaitu: Moda transportasi yang
diperuntukkan buat bersama (orang banyak), kepentingan bersama, menerima
pelayanan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat
10
dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah
ditetapkan dan para pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan
ketentuan-ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih.
c) Manajemen Angkutan/Lalu Lintas (Traffic Management), traffic dapat
didefinisikan pengangkutan penumpang dan muatan dengan alat angkutan dari
suatu tempat ke tempat lain. Angkutan penumpang (passenger traffic) angkutan
penumpang dapat dilihat dari aspek-aspek 1) pengangkutan penumpang antar
kota dengan kendaraan, 2) alat pengangkutan yang digunakan adalah bus,
mobil, sedan, angkutan kereta api, angkutan menggunakan kapal laut dan
pengangkutan dengan pesawat udara, dan 3) pengangkutan penumpang
penyebaran secara geografis yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri dan
luar negeri ke daerah daerah.
11
4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Transportasi mempunyai peran sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan sehingga paramater keberhasilan pembangunan
sangat dipengaruhi oleh peran transportasi ini. Peran dan fungsi transportasi sangat
strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi ekonomi nasional, artinya jika
penyelenggaraan transportasi nasional dapat dicapai secara efisien dan efektif maka
ekonomi nasional akan tumbuh dengan efisien dengan distribusi ekonomi secara
merata.
Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP) mempunyai peran yang sangat
besar dalam menghubungkan daerah-daerah terpencil di Indonesia. Karena
perkembangan keadaan, peran angkutan sungai, danau dan penyeberangan menjadi
penyambung moda (multimoda). Peranan layanan angkutan SDP sangat penting,
terkait dengan karakteristik geografi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sebagai
negara kepulauan, tentu saja membuat penduduknya, sumber daya alam dan
kekuatan ekonomi tersebar di sejumlah wilayah (pulau-pulau), sehingga
membutuhkan sarana penghubung, dan salah satunya berupa angkutan sungai
danau dan penyeberangan.
12
Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dalam Pasal 124
ayat (1) disebutkan bahwa setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal
termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus
memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Dalam ayat (2) menyebutkan bahwa
persyaratan keselamatan kapal meliputi material, konstruksi, bangunan, permesinan
dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan
alat penolong dan radio, dan elektronika kapal.
Angkutan perairan merupakan angkutan yang tumbuh dan berkembang secara alami
di Indonesia akibat kondisi geografis alam yang memiliki banyak sungai. Jalan bagi
transportasi air ini selain bersifat alami (laut, sungai, danau), ada pula yang bersifat
buatan manusia (kanal, anjir, danau buatan)
tetap dan teratur yang dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak
teratur.
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 21
menjelaskan angkutan penyeberangan sebagai berikut:
13
● Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai
dan teratur.
B. Kajian Empiris
1. Struktur Organisasi Direktorat
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, struktur organisasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat sesuai dengan Gambar berikut:
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
14
Direktorat Sarana Transportasi Jalan memiliki 4 (empat) subdirektorat yaitu
Subdirektorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan
Bermotor, Subdirektorat Manajemen Keselamatan, dan Subdirektorat Promosi dan
Kemitraan Keselamatan. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing subdirektorat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
15
Tabel 1 Tugas Pokok dan Fungsi Subdirektorat
16
3. Struktur Organisasi dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Balai Pengujian Laik
Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB)
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor adalah unit
pelaksana teknis di bidang pengujian tipe kendaraan bermotor di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Darat. BPLJSKB mempunyai tugas melaksanakan
pengujian dan penyiapan bahan sertifikasi laik jalan terhadap tipe kendaraan
bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, karoseri, dan kendaraan khusus.
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor dipimpin oleh
seorang Kepala.
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor terdiri dari:
1) Subbagian Tata Usaha;
2) Seksi Pengujian;
3) Seksi Sertifikasi;
4) Seksi Sarana;
5) Seksi Teknologi Pengujian;
6) Kelornpok Jabatan Fungsional.
Gambar 3 Struktur OrganisasI Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor
17
teknis dan laik jalan kendaraan bermotor umum (ramp check/inspeksi),
Penguatan/penertiban uji tipe dan akreditasi uji berkala (termasuk Pengembangan
Fasilitas Pengujian Proving Ground BPLJSKB), dan Penerapan Rencana Umum
Nasional Keselamatan (RUNK).
Selain itu, dalam rangka reformasi birokrasi Pemerintah serta untuk
mewujudkan pemerintahan yang dinamis, lincah, dan profesional serta percepatan
transformasi manajemen ASN diperlukan penyesuaian tata kelola jabatan. Oleh
karenanya dilakukan penyetaraan dan penyederhanaan jabatan pelaksana di
lingkungan instansi pemerintah. Hal tersebut berdampak terhadap perubahan
fungsi penguji pada jabatan pelaksana. Selain itu tuntutan profesionalisme di dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi yang memerlukan kompetensi teknis tertentu
menjadi salah satu alasan perlunya pembentukan jabatan penguji kendaraan
bermotor.
18
BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
19
BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN
● Jaringan
Angkutan Transportasi,
● standar pelayanan
Sungai, Danau, dan
● Tarif
Penyeberangan
● kriteria keperintisan,
● pelayanan subsidi keperintisan,
● persetujuan operasi,
● pengelolaan data dan informasi,
● pengelolaan sistem
● informasi manajemen jaringan,
● kompetensi sumber daya manusia bidang jaringan dan
kompetensi teknis petugas
● pemeriksa standar pelayanan minimal angkutan sungai,danau,
dan penyeberangan
● kesyahbandaran,
Pengawasan Sungai,
● manajemen keselamatan kapal,
Danau, dan
● patroli dan pengamanan,
Penyeberangan
● penanggulangan musibah,
● pengawasan tertib berlayar,
● penegakan hukum,
● pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan,
● bantuan teknis perlengkapan keselamatan sungai, danau, dan
penyeberangan,
● kompetensi inspektur sungai dan danau
20
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
21
Undang ini juga menegaskan bahwa Pelayaran dikuasai oleh negara dan
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Pembinaan pelayaran tersebut meliputi:
a. Pengaturan yang meliputi penetapan kebijakan umum dan teknis, yang paling
sedikit meliputi: Norma, standar, pedoman, kriteria, perencanaan, prosedur,
persyaratan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dan Perizinan Berusaha.
b. Pengendalian yang meliputi pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, perizinan
berusaha, sertifikasi, serta bantuan teknis di bidang pembangunan dan
pengoperasian.
c. Pengawasan yang meliputi kegiatan pengawasan pembangunan dan
pengoperasian agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk
melakukan audit, inspeksi, pengamatan (suru eillance), pemantauan (monitoringl,
dan uji petik (ramp cleck), serta penegakan hukum.
22
pelabuhan, dan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran yang memadai dalam rangka
menunjang angkutan di perairan;
g. mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan
mampu mengikuti perkembangan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran; dan
h. memenuhi perlindungan lingkungan maritim dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran yang bersumber dari kegiatan angkutan di perairan,
kepelabuhanan, serta keselamatan dan keamanan.
23
Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b diwajibkan
untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan
kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan. Adapun Pengujian berkala meliputi
kegiatan:
a) pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
b) pengesahan hasil uji.
Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud huruf a dilaksanakan oleh:
a) unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota;
b) unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin dari
Pemerintah; atau
c) unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari Pemerintah.
Oleh karenanya diperlukan tenaga Penguji Kendaraan Bermotor yang
mempunyai kompetensi dan nomenklatur jabatan tertentu yang bertugas untuk
memonitor, mengevaluasi dan menilai pelaksanaan kegiatan pemenuhan persyaratan
teknis dan laik jalan kendaraan bermotor tersebut.
24
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota
25
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota
26
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota
27
tingkatan pemerintahan tersebut mutlak diperlukan, termasuk dalam hal kualifikasi
jabatan yang harus dipenuhi oleh sumber daya manusia terkait pengujian tipe
maupun pengujian berkala.
a. Keselamatan kapal
b. Pengawakan kapal
c. Manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan lingkungan dari
kapal
d. Pemuatan
e. Status hukum kapal
Fungsi kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan lingkungan perairan dari kapal, pengawakan, garis
muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum
kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan lingkungan dari kapal, dan
manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu, dengan dibuktikan
sertifikat / surat-surat / dokumen kapal.
28
danau dan penyeberangan yang tertib, lancer, aman, nyaman dan efisien dengan
memperhatikan kondisi geografis perairan serta kelestarian lingkungan.
29
(3) Uji tipe Kendaraan Bermotor yang dapat dikerjasamakan dengan badan
usaha milik negara,badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa, dan
swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kegiatan:
a. pembangunan, pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan fasilitas
pengujian tipe Kendaraan Bermotor; dan/atau
b. pengadaan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan, penggantian, dan
kalibrasi peralatan uji tipe Kendaraan Bermotor.
3) Pasal 23
(1) Unit pelaksana uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
dibentuk oleh Menteri.
(2) Unit pelaksana uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyediakan fasilitas dan peralatan pengujian serta tenaga penguji yang
memiliki kompetensi.
(3) Untuk penyediaan fasilitas, peralatan pengujian, dan/atau tenaga penguji
yang memiliki kompetensi, unit pelaksana uji tipe dapat bekerjasama dengan
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
desa, dan swasta.
(4) Fasilitas dan peralatan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dirawat dan/atau diperbaiki apabila rusak, serta dikalibrasi secara berkala.
(5) Perawatan dan/atau perbaikan serta kalibrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat dikerjasamakan dengan badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha milik desa, dan swasta.
4) Pasal 24
(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) huruf b
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan wajib bagi
mobil Penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan
kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan.
(2) Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:
a. pendaftaran Kendaraan Bermotor wajib uji berkala;
b. uji berkala pertama; dan
c. uji berkala perpanjangan masa berlaku.
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a. unit pelaksana pengujian Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Menteri;
b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat
Perizinan Berusaha dari Menteri; atau
30
c. unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan Perizinan
Berusaha dari Menteri.
(4) Uji berkala pertama dan uji berkala perpanjangan masa berlaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c meliputi:
a. pemeriksaan persyaratan teknis;
b. pengujian persyaratan laik Jalan; dan
c. pemberian bukti lulus uji.
(5) Unit pelaksana agen tunggal pemegang merek dan unit pelaksana pengujian
swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c hanya
melaksanakan uji berkala perpanjangan masa berlaku.
(6) Unit pelaksana uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:
a. melaksanakan pengujian sesuai dengan akreditasi unit pelaksana
pengujian dan sertifikasi tenaga penguji;
b. mempertahankan mutu pengujian yang diselenggarakan;
c. membuat rencana dan pelaporan secara berkala setiap penyelenggara
pengujian kepada Menteri;
d. menggunakan peralatan pengujian; dan
e. mengikuti tata cara pengujian.
(7) Dalam hal unit pelaksana pengujian Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a, pelaksanaan uji berkala dilakukan oleh unit pelaksana
pengujian yang ditetapkan oleh Menteri.
5) Pasal 25
(1) Unit pelaksana pengujian berkala Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dapat menyelenggarakan pengujian
berkala Kendaraan Bermotor setelah mendapat akreditasi dari Menteri.
(2) Untuk memperoleh akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), unit
pelaksana uji berkala Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan:
a. lokasi;
b. kompetensi tenaga penguji Kendaraan Bermotor;
c. standar fasilitas prasarana dan peralatan pengujian berkala Kendaraan
Bermotor;
d. standar peralatan pengujian Kendaran Bermotor;
e. keakurasian peralatan pengujian Kendaran Bermotor;
f. sistem dan tata cara pengujian Kendaraan Bermotor; dan
g. sistem informasi uji berkala Kendaraan Bermotor.
31
Sebagai leading sector dalam hal kendaraan yang berkeselamatan pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perhubungan wajib memberikan jaminan keselamatan
secara teknis terhadap penggunaan Kendaraan Bermotor di jalan. Dalam
menjalankan tugasnya, Penguji Kendaraan Bermotor dianggap perlu untuk memiliki
kemampuan menjelaskan tentang Peraturan Perundang-undangan mengenai
Kebijakan, mampu menjelaskan Pedoman Pelaksanaan Kebijakan Uji Tipe dan Uji
Berkala Kendaraan Bermotor, dan mampu melaksanakan pengujian tipe dan
pengujian berkala kendaraan bermotor yang berkesesuaian dengan peraturan yang
berlaku.
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengujian tipe Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Unit Pelaksana Uji Tipe Kendaraan Bermotor wajib dilengkapi dengan fasilitas
dan peralatan pengujian;
b. pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah, dan teknologi fasilitas serta peralatan
pengujian harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan regulasi
Kendaraan Bermotor;
32
c. pengujian dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kompetensi di bidang
pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
d. pengujian harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara serta lokasi
yang telah ditetapkan dengan menggunakan peralatan pengujian yang tersedia;
e. hasil Uji Tipe Kendaraan Bermotor harus akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan;
f. fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara/ dirawat dengan baik secara
periodik, sehingga semua fasilitas dan peralatan pengujian selalu dalam kondisi
layak pakai dan siap dioperasikan;
g. peralatan pengujian harus dilakukan kalibrasi secara periodik;
h. kapasitas fasilitas dan peralatan pengujian harus diupayakan sesuai dengan
jumlah tipe Kendaraan Bermotor yang diuji; dan
i. kemudahan dan kejelasan informasi bagi pemohon pengujian tipe.
Dengan intensitas dan kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap uji tipe
kendaraan bermotor, Direktorat Jendral Perhubungan Darat membutuhkan tenaga
profesional di bidang inspeksi kelaikan kendaraan bermotor, baik untuk level keahlian
maupun keterampilan. Atas dasar tersebut, menjadi penting mengusulkan jabatan
fungsional Penguji Kendaraan Bermotor untuk membantu Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala
terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang
33
dioperasikan di jalan. Uji berkala kendaraan bermotor dilaksanakan dengan tujuan
untuk:
a. memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan
Kendaraan Bermotor wajib Uji Berkala di jalan;
b. mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran
yang diakibatkan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor wajib Uji Berkala di
jalan;
c. memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Uji Berkala dilakukan terhadap : Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil
Barang, Kereta Gandengan; dan Kereta Tempelan yang terdiri dari:
a. pendaftaran kendaraan wajib uji berkala;
b. uji berkala pertama; dan
c. uji berkala perpanjangan masa berlaku.
Waktu pelaksanaan uji berkala perdana dilakukan paling lama satu tahun,
setelah terbit surat tanda nomor kendaraan (STNK) yang pertama kali. Kemudian
perpanjangan uji berkala selanjutnya dilakukan 6 bulan setelah uji berkala pertama,
dan dilakukan terus menerus setiap enam bulan sekali.
Dengan intensitas dan kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap uji berkala
kendaraan bermotor, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat membutuhkan tenaga
profesional di bidang pengujian kendaraan bermotor, baik untuk level keahlian
ataupun keterampilan. Atas dasar tersebut, menjadi penting mengusulkan jabatan
fungsional Penguji Kendaraan Bermotor untuk membantu Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat dan pemerintah daerah memberikan pelayanan yang optimal
kepada masyarakat sesuai dengan kewenangannya.
34
Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri ini dijelaskan bahwa Uji berkala kendaraan
bermotor harus dilakukan oleh penguji yang memiliki kompetensi di bidang pengujian
kendaraan bermotor secara berjenjang. Penguji dapat berstatus sebagai Pegawai
ASN dan non ASN (pegawai swasta). Adapun pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).
Penguji yang telah memiliki kompetensi dan berstatus sebagai PNS dapat
diangkat menjadi pejabat fungsional tertentu sebagai penguji kendaraan bermotor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Uji berkala kendaraan
bermotor harus dilakukan oleh penguji yang memiliki kompetensi di bidang pengujian
kendaraan bermotor secara berjenjang.
Penguji Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berada
pada:
a. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta;
c. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik agen pemegang merek
(APM) kendaraan bermotor; dan/atau
d. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik swasta.
35
b. uji kompetensi;
c. penilaian uji kompetensi; dan/atau
d. penetapan hasil uji kompetensi;
e. peningkatan jenjang kompetensi.
36
f. unjuk kerja peralatan penunjang/bantu Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
g. persyaratan administrasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
h. rekayasa dan rancang bangun Kendaraan Bermotor;
i. teknik pengoperasian Kendaraan Bermotor;
j. perawatan sarana dan alat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
k. pemeriksaan persyaratan teknis Kendaraan Bermotor;
l. kalibrasi/verifikasi alat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
m. analisis hasil pengujian;
n. analisis hasil kaji ulang dokumen sistem mutu dan instruksi kerja/format/blangko;
o. penjaminan mutu laboratorium/fasilitas pengujian;
p. analisis data hasil pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
q. evaluasi komprehensif terhadap hasil pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
r. konsep prosedur kerja laboratorium;
s. penelitian, pengkajian, dan/atau survei di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor atau teknologi otomotif; dan
t. validasi untuk pengesahan gambar teknik tentang rancang bangun dan rekayasa
Kendaraan Bermotor.
Penguasaan terhadap kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berjenjang yaitu
a. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat I;
b. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat II;
c. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat III; dan
d. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat IV.
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 diberikan dengan tahapan:
a. pendidikan dan pelatihan;
b. uji Kompetensi;
c. penilaian uji Kompetensi; dan
d. penetapan hasil uji Kompetensi.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi dan Tanda Kualifikasi wajib
menyesuaikan persyaratan dan kualifikasi berdasakan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan melalui prosedur
sebagai berikut:
37
a. jika telah memiliki jabatan fungsional penguji Kendaraan Bermotor dapat
disesuaikan sebagai berikut:
a) penguji Kendaraan Bermotor pemula dan penguji Kendaraan Bermotor
pelaksana diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor tingkat I; dan
b) penguji Kendaraan Bermotor pelaksana lanjutan dan penguji Kendaraan
Bermotor penyelia diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor tingkat II.
b. jika telah memiliki pendidikan dan pengalaman di bidang pengujian tipe
Kendaraan Bermotor dapat disesuaikan sebagai berikut:
a) latar belakang pendidikan paling tinggi diploma tiga (D3) atau setara,
dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan Bermotor lebih dari
3 (tiga) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat I;
b) latar belakang pendidikan paling tinggi diploma tiga (D3) atau setara,
dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan Bermotor lebih dari
15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe
Kendaraan Bermotor tingkat II;
c) latar belakang pendidikan paling rendah diploma empat (D4) atau sarjana
strata satu (S1) dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor lebih dari 3 (tiga) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun
diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat III;
dan
d) latar belakang pendidikan paling rendah diploma empat (D4) atau sarjana
strata satu (S1) dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor lebih dari 15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat Kompetensi
Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat IV.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan melalui uji
Kompetensi. Dari Peraturan Menteri ini dapat diketahui bahwa Penguji Tipe
Kendaraan Bermotor memerlukan kompetensi khusus, sehingga diperlukan suatu
jabatan fungsional khusus keahlian penguji kendaraan yang dapat melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan tersebut.
38
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pada prinsipnya memuat pemikiran-pemikiran mendasar
tentang kewajiban negara, hak-hak dasar warga negara, pandangan hidup, kesadaran,
cita-cita hukum dan moral sebagaimana yang diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Suatu peraturan harus memuat norma-norma
hukum yang diidealkan oleh masyarakat dan dapat menggambarkan sebagai panduan
dan cermin dari harapan dan keinginan bersama suatu masyarakat tentang nilai-nilai
luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pelaksanaan peraturan dalam kenyataan.
Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan
mencapai 2,9 – 3,1 % dari total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut,
keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi prioritas nasional yang mendesak untuk
segera diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan tidak hanya dihadapi dalam skala
nasional saja, tetapi juga menjadi masalah global. Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta
jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih dari 3.000 jiwa per harinya. Ada
banyak faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan diantaranya masalah pengguna
jalan (67%), Kendaraan (4%), Jalan dan Lingkungan (5%) serta kombinasi ketiga faktor
diatas (24%). Jika tidak ada langkah-langkah penanganan yang segera dan efektif,
diperkirakan korban kecelakaan akan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.
World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan pada tahun 2018
diperkirakan 1,35 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Tanpa
inisiatif baru yang berkelanjutan diperkirakan lebih dari 75 kematian dan 750 juta cedera
39
serius dalam 50 tahun pertama abad-21, dan diperkirakan pada tahun 2030, kecelakaan
lalu lintas di jalan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian nomor 5 (lima) di dunia
setelah penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan.
Menindaklanjuti hal tersebut, pada Maret tahun 2010 Majelis Umum PBB
mendeklarasikan Decade of Action (DoA) for Road Safety 2011 – 2020 yang bertujuan
untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas
jalan secara global dengan meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala
nasional, regional dan global.
Indonesia berbeda dengan negara maju, paparan risiko terjadinya kecelakaan &
faktor risiko penyebab kecelakaan di Indonesia masih tinggi. Penanganan keselamatan
LLAJ masih memerlukan pendekatan tradisional (pencegahan kecelakaan) yang
diintegrasikan dengan safe system approach (penurunan fatalitas korban) Apabila
keselamatan aktif (active safety) untuk mencegah terjadinya kecelakaan belum dapat
diwujudkan, maka paling tidak program-program keselamatan transportasi jalan harus
dapat menciptakan keselamatan yang bersifat pasif (passive safety) untuk mereduksi
dampak kecelakaan yang terjadi.
Sejalan dengan semangat pendeklarasian Decade of Action for Road Safety 2011-
2020 ini sejalan dengan amanat Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya pada Pasal 203 untuk menyusun Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK). Dalam rangka memanfaatkan momentum ini,
Pemerintah Indonesia menyusun RUNK Jalan yang bersifat jangka panjang (25 tahun)
dan mendeklarasikan DoA yang akan menjadi bagian dari materi RUNK Jalan, telah
ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang program
dekade aksi keselamatan jalan dengan target mewujudkan 5 (Lima) Pilar Aksi
Keselamatan Jalan diantaranya:
1. Pilar I Manajemen Keselamatan Jalan (safer Management)
2. Pilar II Jalan yang berkeselamatan (safer road)
3. Pilar III Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle)
4. Pilar IV Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan (safer people)
5. Pilar V Perawatan paska kecelakaan (Post Crash)
Dalam lima pilar tersebut jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan Bermotor
terlibat dalam mewujudkan suksesnya Pilar III untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle). Penurunan fatalitas akibat kecelakaan dapat dilakukan
dengan tindakan langsung secara sinergi melalui pemenuhan persyaratan fungsi laik
jalan; pemenuhan persyaratan keselamatan kendaraan bermotor; pemenuhan
persyaratan penyelenggaraan kompetensi pengemudi kendaraan bermotor; penegakan
hukum ketentuan keselamatan berlalu lintas; dan penanganan korban kecelakaan.
40
Berdasarkan hal tersebut, maka pertimbangan filosofis yang terkandung dalam
usulan peraturan menteri untuk penetapan jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor adalah sebagai kewajiban moral, kesadaran dan cita-cita hukum.
B. Landasan Sosiologis
Setiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia terus meningkat secara
signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru terkait perkembangan
jumlah kendaraan bermotor sampai 2018. Jumlah semua jenis kendaraan bermotor di
Indonesia mencapai 146.858.759 unit. Sebanyak 120.101.047 unit adalah sepeda
motor, jumlah bus mencapai 2.538.182 unit, mobil barang sebanyak 7.778.544 unit,
sedangkan mobil penumpang sebanyak 16.440.987 unit. Data tersebut mencatat ada
kenaikan jumlah mobil penumpang setidaknya sebanyak 1 juta unit per tahun.
Tahun 2019, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo), 1.043.017 unit mobil baru telah mengaspal di Indonesia. Angka itu adalah
penjualan retail (dari dealer ke konsumen), termasuk penjualan kendaraan komersial
seperti truk dan bus. Sementara distribusi dari pabrik ke dealer pada 2019 tercatat
sebanyak 1.030.126 unit.
Sebagai salah satu upaya di dalam memastikan kendaraan yang berkeselamatan
maka Pemerintah harus dapat memastikan sarana angkutan yang beroperasi laik jalan.
Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) 2011-
2035 yaitu:
1. Road safety management (manajemen keselamatan berlalu lintas)
2. Safer road (jalan yang berkeselamatan)
3. Safer vehicle (kendaraan yang berkeselamatan)
4. Safer people (pengguna jalan yang berkeselamatan)
5. Post Crash (pasca laka lantas)
berdasarkan RUNK tersebut maka peran dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat di dalam
mewujudkan “safer vehicle” yang diterjemahkan ke dalam:
1. Penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji berkala dan uji tipe
2. Pembatasan kecepatan kendaraan
3. Penanganan overloading
4. Penghapusan kendaraan
5. Standar Keselamatan Kendaraan Angkutan Umum
6. Penyempurnaan prosedur uji tipe bagi kendaraan bermotor yang diimpor dalam
keadaan bukan baru dan dimodifikasi
41
Pengawasan di bidang pengujian kendaraan bermotor di terjemahkan ke dalam
sertifikat uji tipe (SUT) atau sertifikasi registrasi uji tipe kendaraan bermotor (SRUT). Hal
ini dilakukan untuk memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap
penggunaan kendaraan bermotor di jalan, mendukung terwujudnya kelestarian
lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan
kendaraan bermotor di jalan; dan memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Uji tipe merupakan kegiatan pengujian yang wajib dilakukan bagi setiap kendaraan
bermotor kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor dibuat dan atau dirakit
di dalam negeri serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan
tipe dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Uji tipe dilakukan
terhadap fisik landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan
lengkap serta penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang
dilakukan terhadap rumah – rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan
dan kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya.
Sedangkan Uji Berkala merupakan pengujian yang wajib dilakukan terhadap
semua mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta
tempelan yang dioperasikan di jalan dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan. Hasil dari pengujian berkala berupa kartu uji, tanda uji dan pengetokan nomor
uji.
Uji tipe dan uji berkala ini dilakukan oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi
Kendaraan Bermotor (BPLJSKB). Saat ini yang melakukan fungsi pengujian adalah
para penguji yang berstatus PNS ataupun PPNPN. Padahal ditinjau dari fungsi jabatan,
kebutuhan di masyarakat, ataupun kebutuhan instansi, para penguji ini merupakan
ujung tombak dalam melakukan pelayanan masyarakat yang bertujuan memastikan
keamanan kualitas kendaraan bermotor dan kelestarian lingkungan. Untuk membangun
kualitas penguji yang sesuai dengan tujuan dan harapannya tersebut, salah satu
caranya adalah melalui strategi pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu untuk
bidang pengujian kendaraan bermotor.
Selain hal hal yang sudah diuraikan di atas, Ditjen Perhubdat dalam menentukan
jenis dan level jabatan fungsional yang tepat sasar terhadap kebutuhan instansi. Untuk
menjamin semua proses pengujian terlaksana dengan baik dari awal sampai akhir,
dibutuhkan penguji di tingkat keahlian serta keterampilan. Fungsi jabatan keduanya
dirancang untuk saling melengkapi. Maka dari itu, secara diusulkan Penguji Kendaraan
Bermotor.
42
C. Landasan Yuridis
Di dalam Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022
Tentang Kementerian Perhubungan ditegaskan bahwa Kementerian Perhubungan
merupakan instansi pemerintah yang mengemban tugas pokok di bidang
penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang transportasi untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara sehingga mempunyai peran
sangat strategis dalam turut mewujudkan Indonesia yang maju sejahtera, dan
berkeadilan. Oleh karena itu Kementerian Perhubungan senantiasa dituntut untuk dapat
meningkatkan kualitas output dan outcome pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan
hal tersebut Kementerian Perhubungan perlu didukung dengan aparatur sumber daya
manusia yang memiliki profesionalisme dan kompetensi yang tinggi, berdaya guna, dan
berhasil guna.
Upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan adalah merekrut
pegawai melalui sistem seleksi yang objektif dan ketat, serta menyelenggarakan
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dalam rangka upaya
pembinaan karier dan peningkatan mutu profesionalisme seluruh pegawai Kementerian
Perhubungan, perlu diwujudkan komposisi jabatan-jabatan karier, khususnya Jabatan
Fungsional, secara rasional dan komprehensif berdasarkan kebutuhan organisasi. Saat
ini jabatan karier di Kementerian Perhubungan cenderung didominasi jabatan struktural
yang jumlah formasinya relatif terbatas dan statis. Adapun Jabatan Fungsional, yang
notabene merupakan jabatan untuk mewadahi pengembangan profesionalisme pegawai
negeri sipil, cakupan tugas pokok dan jumlahnya relatif masih terbatas. Konsekuensinya
sebagian besar pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan profesionalisme, serta
dihadapkan pada jalur karier yang tidak memadai. Kondisi ini berpotensi memicu
demotivasi pegawai dan menjadi kendala bagi terwujudnya organisasi Kementerian
Perhubungan yang profesional dan berkinerja tinggi.
Di dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, pengangkatan pegawai negeri
sipil (yang sekarang dikenal dengan sebutan Aparatur Sipil Negara/ASN) dalam suatu
jabatan dilaksanakan dengan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,
prestasi kerja, jenjang pangkat, dan syarat objektif lainnya yaitu disiplin kerja, kesetiaan,
pengabdian, pengalaman, kerjasama, dan dapat dipercaya. Jabatan dalam lingkungan
birokrasi pemerintah disebut sebagai jabatan karier, yang hanya dapat diduduki oleh
pegawai negeri sipil atau pegawai negeri yang setelah beralih status sebagai ASN.
Adapun yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam satuan
organisasi. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional di lingkungan
43
organisasi birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh pegawai negeri sipil
yang telah beralih status sebagai ASN. Dari definisi tersebut terdapat 2 macam Jabatan
karir ASN yaitu :
a) Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang ASN dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara. Kedudukan tersebut bertingkat-tingkat mulai dari tingkat
terendah eselon IV/b sampai dengan tingkat tertinggi eselon I/a.
b) Jabatan fungsional Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas
disebutkan dalam struktur organisasi, Jabatan Fungsional adalah sekelompok
Jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil. menjadi dasar hukum utama dalam pengelolaan pegawai negeri sipil untuk
menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Lebih lanjut di dalam Pasal 67 Peraturan Pemerintah tersebut ditegaskan bahwa
pejabat fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung
kepada pejabat pimpinan tinggi pertama, pejabat administrator, atau pejabat pengawas
yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional, sementara
itu dalam Pasal 70 Jabatan Fungsional ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas instansi
pemerintah;
2) Mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan
sertifikasi dan/atau penilaian tertentu;
3) Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat kesulitan dan
kompetensi;
4) Pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam menjalankan tugas profesinya;
dan
5) Kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan dalam bentuk angka kredit.
Termasuk juga setiap pejabat fungsional, sebagaimana diatur dalam Pasal 70,
harus menjamin akuntabilitas jabatan yang meliputi terlaksananya pelayanan fungsional
berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki dalam rangka peningkatan kinerja organisasi
secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional keahlian, dan pelayanan fungsional
44
berdasarkan keterampilan tertentu yang dimiliki dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional keterampilan.
Untuk menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional sebagai upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi untuk mendukung kinerja pelayanan pemerintah
kepada publik, perlu dilakukan penyederhanaan birokrasi melalui penyetaraan jabatan
administrasi ke dalam jabatan fungsional. Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) sebagai instansi yang diberikan kewenangan
untuk pelaksanaan penyederhanaan birokrasi telah menerbitkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi Ke Dalam Jabatan
Fungsional. Regulasi tersebut menjadi dasar langkah strategis pemerintah untuk
menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional sebagai upaya akselerasi
layanan publik. Diperkuatnya penyederhanaan birokrasi dengan peraturan, adalah
jawaban atas kondisi birokrasi hierarkis saat ini yang kurang efisien dan fleksibel. Hal ini
disebabkan oleh komunikasi berjenjang ke setiap tingkatan sehingga kinerja birokrasi
semakin rigid. Dengan adanya penyederhanaan birokrasi, maka disposisi/komunikasi
lebih fleksibel dan langsung ke fungsional.
Regulasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) tersebut memperkuat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
116 Tahun 2017 tentang tata cara pengangkatan kedalam jabatan fungsional bidang
perhubungan melalui Penyesuaian/ Inpassing, Peraturan Menteri ini merupakan
pedoman bagi PPK dan Pejabat yang Berwenang di Kementerian Perhubungan,
Instansi Pusat selain Kementerian Perhubungan, dan atau Instansi Daerah Provinsi
atau Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan pengangkatan PNS ke dalam Jabatan
Fungsional bidang perhubungan melalui Penyesuaian/ Inpassing
Jabatan fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Dalam Naskah Akademik Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor ini,
pemetaan kriteria usulan jabatan fungsional dilakukan dengan melihat bidang-bidang
yang terkait dengan tugas dan fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Pemetaan ini dilakukan dengan mengacu mulai dari peraturan tertinggi UU 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan kemudian peraturan turunan atau di
45
bawahnya yaitu mengenai SDM di Bidang Transportasi dan Rencana Induk SKKNI
Sektor Transportasi seperti dapat di lihat pada tabel berikut ini:
46
Tabel 2 tugas dan Fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi
Bidang Jalan inventarisasi tingkat pelayanan SDM di bidang lalu lintas Manajemen dan rekayasa
Jalan dan permasalahannya Lalu lintas dan jalan; lalu lintas (114 UK)
angkutan Jalan
penyusunan rencana dan program angkutan Menyelenggarakan
pelaksanaannya serta penetapan umum; Manajemen Keselamatan
tingkat pelayanan Jalan yang (81 UK)
kendaraan;
diinginkan;
Angkutan (47 UK)
prasarana
perencanaan, pembangunan, dan
lalu lintas Lalu Lintas ASDP (68 UK)
optimalisasi pemanfaatan ruas
jalan; dan
Jalan Mengemudi Mobil Angkutan
keselamata Penumpang (147 UK)
perbaikan geometrik ruas Jalan
n lalu lintas
dan/atau persimpangan Jalan; Mengelola Angkutan ASDP
jalan.
(27 UK)
penetapan kelas Jalan pada setiap
ruas Jalan; Mengelola Prasarana LLAJ
(132 UK)
uji kelaikan fungsi Jalan sesuai
dengan standar keamanan dan Mengelola Prasana LLASDP
keselamatan berlalu lintas; dan (24 UK)
pengembangan sistem informasi Mengelola
dan komunikasi di bidang prasarana Sarana/Kendaraan (109 UK)
Jalan.
Mengelola Sarana ASDP (11
UK)
47
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi
48
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi
Bidang Registrasi pengujian dan penerbitan Surat Izin SDM di bidang bidang lalu lintas Mengurus pengangkatan
dan Indentifikasi Mengemudi Kendaraan Bermotor; multimoda dan angkutan jalan (15UK)
Kendaraan trasportasi dan bidang
pelaksanaan registrasi dan
49
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi
Secara lebih detail penjabaran fungsi atau kegiatan dari masing-masing bidang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Fungsi Bidang Sarana Transportasi Jalan
50
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN
Uji Tipe Kendaraan • pengujian, sertifikasi dan registrasi, Sertifikasi Tipe • pengujian, penentuan ambang batas laik
Bermotor pengesahan varian, Kendaraan jalan pengujian,
Bermotor
• rancang bangun dan rekayasa, • pengesahan varian, sertifikasi, registrasi,
ambang batas laik jalan serta
• pengujian, • kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji
tipe kendaraan bermotor.
• kompetensi dan sertifikasi tenaga
penguji tipe kendaraan bermotor, Rancang Bangun • pengesahan rancang bangun dan
Kendaraan rekayasa kendaraan bermotor,
• rancang bangun dan rekayasa, serta
Bermotor
• pengesahan rancang bangun dan
• akreditasi bengkel karoseri;
rekayasa tipe kendaraan bermotor, serta
• akreditasi bengkel karoseri.
Uji Berkala Kendaraan • fasilitas pengujian berkala, Fasilitas Pengujian • fasilitas pengujian berkala, standar teknis,
Bermotor pelayanan, penetapan dan akreditasi unit
• kalibrasi peralatan uji berkala,
pelaksana pengujian berkala kendaraan
• penentuan ambang batas laik jalan
• bermotor,
pengujian berkala,
• kalibrasi peralatan uji berkala kendaraan
• spesifikasi teknis bukti lulus uji
bermotor,
berkala, serta standar teknis,
pelayanan, penetapan dan akreditasi • pengelolaan data dan informasi, serta
unit pelaksana pengujian berkala
• bantuan teknis bidang uji berkala
kendaraan bermotor,
kendaraan bermotor.
• pengelolaan data dan informasi,
Sertifikasi Penguji • kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji
• kompetensi dan sertifikasi tenaga berkala dan tenaga kalibrasi peralatan uji
penguji berkala dan tenaga kalibrasi berkala,
peralatan uji berkala kendaraan
• penentuan ambang batas laik jalan
51
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN
Manajemen • rencana dan program pengembangan Monitoring dan • rencana umum keselamatan lalu lintas dan
Keselamatan keselamatan lalu lintas dan angkutan Evaluasi angkutan jalan,
jalan,
• manajemen kecepatan, serta
• sistem manajemen keselamatan
• penetapan kualifikasi asesor sistem
angkutan umum,
manajemen keselamatan lalu lintas dan
• kualifikasi asesor sistem manajemen angkutan jalan.
keselamatan,
Pengembangan • program pengembangan keselamatan lalu
• manajemen kecepatan, serta Keselamatan lintas dan angkutan jalan,
• pengelolaan data dan informasi • sistem manajemen keselamatan angkutan
keselamatan lalu lintas dan angkutan umum, serta
jalan;
• pengelolaan data dan informasi
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.
Promosi dan Kemitraan • promosi, kemitraan keselamatan antar Promosi • promosi, sosialisasi, publikasi, penyuluhan,
Keselamatan lembaga dan masyarakat, serta manajemen kampanye keselamatan
• sosialisasi, publikasi, penyuluhan, lalu lintas dan angkutan jalan.
• pengelolaan data dan informasi, dan Kemitraan • kemitraan keselamatan antar lembaga dan
manajemen masyarakat,
• kampanye keselamatan lalu lintas dan • pengelolaan data dan informasi
52
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN
53
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA
A. Dasar Hukum
Peraturan-peraturan yang mendasari dan mengamanatkan usulan pembentukan
Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor adalah:
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sebagaimana Telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 647);
8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
37
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
240);
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 126);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
13 Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 834);
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
60 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 1249);
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2021 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018
tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
B. Instansi Pembina
Instansi Pembina jabatan fungsional Penguji Kendaraan Bermotor adalah instansi
yang menggunakan jabatan fungsional yang mempunyai bidang kegiatan sesuai
dengan tugas pokok instansi tersebut atau instansi yang apabila dikaitkan dengan
bidang tugasnya dianggap mampu untuk ditetapkan sebagai Pembina jabatan
fungsional.
Instansi Pembina Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor adalah unit kerja teknis di
Kementerian Perhubungan yang melaksanakan kebijakan di bidang uji tipe kendaraan
bermotor, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Sesuai tugas pokok dan fungsi di bidang sarana transportasi jalan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat melaksanakan tugas dalam perumusan dan pelaksanaan
38
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang uji tipe dan uji berkala
kendaraan bermotor. Tugas Pokok Instansi Pembina:
1. Menyusun pedoman Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
2. Menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
3. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Jabatan Fungsional Analis
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
4. Menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman penilaian kualitas hasil kerja;
5. Menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah yang bersifat inovatif di
bidang tugas;
6. Menyusun kurikulum pelatihan jabatan fungsional;
7. Menyelenggarakan pelatihan jabatan fungsional;
8. Membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada lembaga pelatihan;
9. Menyelenggarakan uji kompetensi jabatan fungsional;
10. Menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di bidang tugas jabatan fungsional;
11. Melakukan sosialisasi jabatan fungsional;
12. Mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional;
13. Memfasilitasi pelaksanaan tugas jabatan fungsional;
14. Memfasilitasi pembentukan organisasi profesi jabatan fungsional;
15. Memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik profesi dan kode perilaku
jabatan fungsional;
16. Melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan mengacu pada ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi Nasional;
17. Melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan jabatan fungsional;
18. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dalam rangka pembinaan karier.
19. Menyusun informasi faktor jabatan untuk evaluasi jabatan
20. Penyusunan naskah usulan tunjangan jabatan
Dalam rangka pembinaan, Instansi Pembina mempunyai kewenangan penilaian
kinerja terhadap Pejabat Fungsional. Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional
ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar
pertimbangan Tim Penilai. Tim Penilai dibentuk oleh pimpinan instansi pembina jabatan
fungsional jabatan fungsional atau pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat
dan/atau memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
39
Tim penilai terdiri dari pejabat yang berasal dari unsur teknis yang membidangi
jabatan fungsional dan unsur pejabat fungsional dengan jenjang paling kurang sama
dengan jenjang Pejabat Fungsional yang dinilai. Tim penilai memberikan pertimbangan
kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan kenaikan pangkat
pejabat fungsional yang bersangkutan.
Angka kredit yang dipakai sebagai penilaian prestasi kerja merupakan salah satu
unsur dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) / Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil, oleh karenanya maka unsur-unsur lain yang dipersyaratkan
dalam DP3 / Prestasi Kerja DP3 bagi kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan perlu
dipenuhi oleh setiap pejabat fungsional.
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar jabatan fungsional atau antar jabatan
fungsional dengan jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan tersebut.
Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi disamping
diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan harus pula memenuhi syarat-
syarat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Tim
Penilai memiliki tugas:
1. Mengevaluasi keselarasan hasil penilaian yang dilakukan oleh pejabat penilai;
2. Memberikan penilaian angka kredit berdasarkan nilai capaian tugas jabatan;
3. Memberikan rekomendasi kenaikan pangkat dan/atau jenjang jabatan;
4. Memberikan rekomendasi mengikuti uji kompetensi;
5. Melakukan pemantauan terhadap hasil hasil penilaian capaian tugas jabatan;
6. Memberikan pertimbangan penilaian Sasaran Kinerja Pegawai;
7. Memberikan bahan pertimbangan kepada Pejabat yang Berwenang dalam
pengembangan PNS, pengangkatan dalam jabatan, pemberian tunjangan dan
sanksi, mutasi, serta keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan.
C. Pengertian / Definisi
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
2. Pegawai ASN yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau
40
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi, tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang Pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.
5. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT adalah sekelompok
Jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
6. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki JPT.
7. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA adalah sekelompok Jabatan
yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
8. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki JA pada instansi
pemerintah.
9. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah sekelompok Jabatan
yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
10. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki JF pada instansi
pemerintah.
11. Perpindahan Horizontal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan lain yang setara, baik di dalam satu kelompok maupun antar kelompok JA,
JF, atau JPT.
12. Perpindahan Vertikal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan yang lain yang lebih tinggi, di dalam satu kelompok JF.
13. Perpindahan Diagonal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan lain yang lebih tinggi antar kelompok JA, JF, atau JPT.
14. Pembinaan JF adalah upaya peningkatan dan pengendalian standar profesi JF
yang meliputi kewenangan pengelolaan, prosedur dan metodologi pelaksanaan
tugas Pejabat Fungsional.
15. Ekspektasi Kinerja yang selanjutnya disebut Ekspektasi adalah harapan atas hasil
kerja dan perilaku kerja Pegawai ASN.
16. Evaluasi Kinerja Periodik Pejabat Fungsional adalah proses dimana pejabat penilai
kinerja mereviu keseluruhan hasil kerja dan perilaku kerja Pejabat Fungsional
selama bulanan atau triwulanan dan menetapkan predikat kinerja periodik Pejabat
Fungsional berdasarkan kuadran kinerja Pejabat Fungsional.
41
17. Evaluasi Kinerja Tahunan Pejabat Fungsional adalah proses dimana pejabat penilai
kinerja mereviu keseluruhan hasil kerja dan perilaku kerja Pejabat Fungsional
selama satu tahun kinerja dan menetapkan predikat kinerja tahunan Pejabat
Fungsional berdasarkan kuadran kinerja Pejabat Fungsional.
18. Predikat Kinerja adalah predikat yang ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja atas
hasil evaluasi kinerja Pegawai ASN baik secara periodik maupun tahunan.
19. Pejabat Penilai Kinerja adalah atasan langsung Pejabat Fungsional dengan
ketentuan paling rendah pejabat pengawas atau pejabat lain yang diberi
pendelegasian kewenangan.
20. Pimpinan adalah Pejabat Penilai Kinerja, pejabat lain dalam satu unit organisasi,
lintas unit organisasi, lintas instansi pemerintah pemilik kinerja (outcome/outcome
antara/output/layanan), dan/atau pejabat lain di luar instansi pemerintah dimana
pegawai mendapat penugasan khusus.
21. Angka Kredit adalah nilai kuantitatif dari hasil kerja Pejabat Fungsional.
22. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit yang harus dicapai oleh
Pejabat Fungsional sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatan.
23. Tim Penilai Kinerja PNS adalah tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang
untuk memberikan pertimbangan kepada pejabat pembina kepegawaian atas
usulan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam Jabatan,
pengembangan kompetensi, serta pemberian penghargaan bagi PNS.
24. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap kompetensi
teknis, manajerial, dan sosio kultural dari Pegawai ASN.
25. Pejabat yang Berwenang yang selanjutnya disingkat PyB adalah pejabat yang
mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
26. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
27. Unit Organisasi adalah bagian dari struktur organisasi yang dapat dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama, pejabat
administrator, pejabat pengawas, atau Pejabat Fungsional yang diangkat untuk
memimpin suatu unit kerja mandiri berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
28. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.
42
29. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural.
30. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan
rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
31. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
32. Instansi Pembina adalah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga non struktural yang
memiliki dan melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan sesuai bidang tugas
jabatan fungsional;
33. Uji tipe kendaraan bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap fisik
kendaraan bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum kendaraan
bermotor dibuat dan / atau dirakit dan / atau diimpor secara massal serta
kendaraan bermotor yang dimodifikasi;
34. Uji berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan secara berkala
terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan,
yang dioperasikan di jalan;
35. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor;
36. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel;
37. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga
manusia dan/atau hewan;
38. Mobil Penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang
beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
39. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk
lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih
dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
40. Mobil Barang adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang sebagian atau
seluruhnya untuk mengangkut barang;
41. Kereta Gandengan adalah sarana untuk mengangkut barang yang seluruh
bebannya ditumpu oleh sarana itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh
Kendaraan Bermotor;
43
42. Kereta Tempelan adalah sarana untuk mengangkut barang yang dirancang untuk
ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh Kendaraan Bermotor penariknya;
43. Jumlah Berat Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBI adalah berat maksimum
Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan
yang dilalui;
44. Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor adalah jenjang keterampilan
dan/atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan penguji
kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan
yang ditunjuk oleh Menteri, dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan tanda
kualifikasi teknis penguji kendaraan bermotor;
45. Tanda Kualifikasi Kompetensi Penguji Berkala adalah tanda kualifikasi yang
menunjukkan klasifikasi kompetensi penguji berkala kendaraan bermotor, yang
diberikan kepada setiap penguji berkala kendaraan bermotor yang telah dinyatakan
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam sertifikat kompetensi
penguji berkala kendaraan bermotor, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
46. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan / atau
memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan
kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik
jalan;
47. Sertifikat kompetensi adalah legitimasi kompetensi dalam bidang penguji tipe
kendaraan bermotor yang diberikan kepada penguji yang telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan keahlian, wewenang dan tanggung jawab penguji
secara berjenjang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
D. Klasifikasi Jabatan
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara, antara lain disebutkan bahwa penentuan
jenis rumpun jabatan fungsional menggunakan perpaduan pendekatan antara Jabatan
dan Bidang Ilmu Pengetahuan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas. Dari
dua pendekatan tersebut maka untuk Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor masuk
dalam Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan. Rumpun pengawas kualitas dan
keamanan adalah rumpun jabatan fungsional PNS yang tugasnya berkaitan dengan
penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional
serta memeriksa pengimplementasian peraturan perundang undangan yang
berhubungan dengan pencegahan kebakaran dan bahaya lain, keselamatan kerja,
44
perlindungan kesehatan dan lingkungan, keselamatan proses produksi, barang dan
jasa yang dihasilkan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan standar kualitas dan
spesifikasi pabrik
F. Jenjang Jabatan
Jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan Bermotor termasuk dalam kategori
jabatan keterampilan terdiri dari 4 (empat) jenjang jabatan:
1. Penguji Kendaraan Bermotor Pemula;
2. Penguji Kendaraan Bermotor Terampil;
3. Penguji Kendaraan Bermotor Mahir;
4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia.
Gambaran jenjang dan pangkat jabatan:
Tabel 4 Jenjang dan Pangkat Jabatan
JENJANG
NO PANGKAT GOL./RUANG
JABATAN
45
Pengkategorian jenjang jabatan diatas merujuk pada pada PERKA BKN No.21
Tahun 2011 tentang pendoman pelaksanaan evaluasi jabatan dengan
memperhitungkan 9 faktor, yaitu:
Faktor 1 - Pengetahuan yang Dibutuhkan Jabatan.
Faktor 2 - Pengawasan Penyelia
Faktor 3 – Pedoman
Faktor 4 - Kompleksitas
Faktor 5 - Ruang Lingkup dan Dampak
Faktor 6 - Hubungan Personal
Faktor 7 - Tujuan Hubungan
Faktor 8 - Persyaratan Fisik
Faktor 9 - Lingkungan
46
3) Risiko terhadap masyarakat dan lingkungan kerja, terdiri dari; (ii) ketidaksesuaian
hasil kerja akibat tekanan lingkungan berisiko memunculkan konflik kepentingan,
penyalahgunaan wewenang, gratifikasi dan KKN.
Dari perhitungan untuk kompetensi, Penguji Kendaraan Bermotor memiliki jenjang
jabatan fungsional, sebagai berikut:
1. Penguji Kendaraan Bermotor Pemula dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi Level 1;
2. Penguji Kendaraan Bermotor Terampil dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi Level 2;
3. Penguji Kendaraan Bermotor Mahir dengan beban kerja yang memiliki kompetensi
Level 3.
4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi teknis Level 4, serta kompetensi manajerial dan perekat bangsa level 3.
G. Tugas Jabatan
Tugas jabatan Penguji Kendaraan Bermotor yaitu melaksanakan inspeksi,
pengamatan (surveillance), survei dan pengujian (test) serta pelaporan di bidang
Kelaikan Kendaraan Bermotor, yang terdiri dari uji tipe dan uji berkala.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012
Tentang Kendaraan, berikut adalah cakupan tugas di bidang uji tipe dan uji berkala
kendaraan bermotor:
1) Uji tipe kendaraan bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap (i) fisik
kendaraan bermotor, (ii) penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum kendaraan
bermotor dibuat dan / atau dirakit dan / atau diimpor secara massal serta
kendaraan bermotor yang dimodifikasi;
2) Uji berkala kendaraan bermotor adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang
dilakukan secara berkala terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta
Gandengan, dan Kereta Tempelan, yang dioperasikan di jalan. Uji berkala terdiri
dari (i) pendaftaran wajib uji berkala, (ii) uji berkala pertama, (iii) uji berkala
perpanjangan waktu.
47
pengujian tipe kendaraan bermotor, rancang bangun dan rekayasa kendaraan
bermotor, dan perawatan serta perbaikan peralatan pengujian kendaraan bermotor.
Merujuk pada PM 33 Tahun 2018 tentang pengujian tipe kendaraan bermotor,
pengujian tipe terdiri dari; (i) Pengujian fisik yaitu pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan terhadap landasan Kendaraan Bermotor, dan Kendaraan Bermotor dalam
Keadaan Lengkap, (ii) Penelitian Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor
terhadap desain a) Rumah-Rumah; b) bak muatan; c) Kereta Gandengan; d) Kereta
Tempelan; dan e) Kendaraan Bermotor dimodifikasi yang menyebabkan perubahan tipe
berupa dimensi, mesin, dan kemampuan daya angkut. Merujuk pada PM 133 Tahun
2015 Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor pengujian berkala kendaraan bermotor
meliputi kegiatan (i) pemeriksaan teknis kendaraan bermotor, (ii) pengujian laik jalan
kendaraan bermotor, (iii) pemberian tanda lulus uji kendaraan bermotor. Rincian Tugas
Penguji Kendaraan Bermotor.disampaikan lebih rinci pada lampiran I.
I. Standar Kompetensi
Standar kompetensi Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor sesuai ketentuan
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara.
Secara umum, bagi pejabat fungsional Penguji Kendaraan Bermotor Jalan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berijazah paling rendah:
a) SMK teknik mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan
bermotor, transportasi dan disiplin ilmu yang relevan, atau SMA jurusan IPA
(dengan syarat wajib memiliki ijazah/sertifikat kursus otomotif) untuk tingkat
Pemula;
b) Diploma 2 dan/atau 3 Pengujian Kendaraan Bermotor untuk tingkat terampil.
c) S1 teknik mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan bermotor,
transportasi dan disiplin ilmu yang relevan untuk tingkat mahir dan penyelia
2. Memiliki SIM A untuk tingkat pemula dan terampil, SIM Minimal golongan B-1 untuk
Mahir dan Penyelia.
3. Memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) Dasar untuk tingkat
pemula, STTPL Lanjutan Satu Penguji Kendaraan Bermotor untuk tingkat
Terampil, STTPL Lanjutan Dua Penguji Kendaraan Bermotor untuk Mahir dan
STTPL Lanjutan Tiga Penguji Kendaraan Bermotor untuk untuk Penyelia.
4. Pangkat paling rendah Pengatur Muda, golongan ruangan II/a;
5. Telah lulus Assessment.
48
Secara lebih rinci, terutama terkait persyaratan bidang pendidikan, pelatihan,
pengalaman kerja dan pangkat diuraikan pada Lampiran 2.
49
2. Perpindahan dari Jabatan Lain
Dilaksanakan untuk pengembangan karier dan kapasitas pejabat fungsional yang
disusun sesuai dengan kebutuhan Unit Organisasi. Merupakan Perpindahan
Horizontal ke dalam JF dilaksanakan melalui: (i) perpindahan antar kelompok JF;
dan (ii) perpindahan antar Jabatan.
Persyaratan Umum untuk Perpindahan dari Jabatan Lain adalah sebagai berikut:
A. Perpindahan dari Jabatan Lain harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah: (i) sarjana atau diploma empat sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk JF keahlian; atau (ii) sekolah
lanjutan tingkat atas atau sederajat sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan untuk JF keterampilan;
e. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan
diduduki paling singkat 2 (dua) tahun;
g. nilai Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
h. berusia paling tinggi:
● 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama dan JF ahli muda, dan
kategori keterampilan;
● 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya; dan
● 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi PNS yang telah
menduduki JPT; dan
i. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
B. Dalam hal kebutuhan Unit Organisasi, perpindahan JF ahli utama ke dalam JF
ahli utama lainnya paling tinggi berusia 63 (enam puluh tiga) tahun.
C. Dalam hal penataan birokrasi atau kebutuhan strategis organisasi, persyaratan
pengalaman dalam poin A dapat dipertimbangkan paling singkat 1 (satu) tahun
secara kumulatif.
D. Pengusulan untuk pengangkatan JF sebagaimana dimaksud pada poin A huruf
h angka 3 dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun sebelum batas persyaratan
usia sebagaimana pada poin A huruf h angka 3.
E. Pengangkatan JF sebagaimana dimaksud pada poin A harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan kebutuhan untuk JF yang akan
diduduki.
50
F. Pengangkatan dalam JF melalui perpindahan dari Jabatan lain dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil Evaluasi Kinerja Periodik pegawai minimal 6
(enam) bulan terakhir.
G. Dalam hal hasil Evaluasi Kinerja Periodik sebagaimana dimaksud pada poin F
memiliki Predikat Kinerja baik dan sangat baik, perpindahan dari Jabatan lain
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspirasi pejabat fungsional yang
bersangkutan.
H. Predikat Kinerja yang telah diperoleh pada jabatan sebelumnya ditetapkan
sebagai Predikat Kinerja pada JF yang akan diduduki.
I. Pangkat PNS yang akan diangkat dalam JF melalui perpindahan dari jabatan
lain ditetapkan sama dengan pangkat yang dimiliki.
51
E. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan Angka Kredit untuk
perpindahan ke dalam JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen ASN secara nasional.
3. Penyesuaian
Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian/inpassing dilaksanakan dalam:
a. penetapan JF baru;
b. perubahan ruang lingkup tugas JF; atau
c. kebutuhan mendesak sesuai prioritas strategis nasional.
Berikut adalah aturan terkait Penyesuaian:
A. Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian berlaku bagi PNS yang pada saat
JF ditetapkan telah memiliki pengalaman dan/atau masih melaksanakan tugas di
bidang JF yang akan diduduki berdasarkan keputusan Pejabat yang Berwenang.
B. Syarat pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan melalui penyesuaian sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah berijazah paling rendah: (i) sarjana/diploma empat untuk JF
keahlian; dan (ii) sekolah lanjutan tingkat atas atau setara untuk JF
keterampilan;
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan
diduduki paling singkat 2 (dua) tahun;
f. memiliki Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
g. syarat lain sesuai dengan kebutuhan JF yang ditetapkan oleh Menteri.
C. Pengangkatan dalam JF dilakukan dengan mempertimbangkan lowongan
kebutuhan jabatan untuk jenjang jabatan yang akan diduduki.
D. Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian diberikan Angka Kredit yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.Penyesuaian
tersebut adalah sebagai berikut:
● Angka Kredit Jabatan Fungsional
Tabel 5 Angka Kredit Jabatan Fungsional
52
● Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan
Tabel 6 Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan
E. Angka Kredit diberikan 1 (satu) kali selama masa penyesuaian. Dalam hal
diperlukan penataan birokrasi, penyesuaian Jabatan ke dalam JF dapat
dilakukan melalui penyetaraan Jabatan dengan persetujuan Menteri.
F. Penyetaraan Jabatan yaitu:
a. jabatan administrator ke JF ahli madya;
b. jabatan pengawas ke JF ahli muda; dan
c. jabatan pelaksana yang merupakan eselon V ke JF ahli pertama.
G. Penyesuaian melalui penyetaraan Jabatan harus memenuhi persyaratan:
a. PNS yang masih menduduki jabatan administrator, jabatan pengawas, dan
jabatan pelaksana yang merupakan eselon V berdasarkan keputusan PPK
atau pejabat lain yang diberikan kewenangan;
b. memiliki ijazah paling rendah: (i) sarjana atau diploma empat bagi yang
disetarakan ke dalam JF yang mensyaratkan jenjang pendidikan paling
53
rendah sarjana atau diploma empat; (ii) magister bagi JF yang mensyaratkan
jenjang pendidikan paling rendah magister; atau (iii) sesuai dengan kualifikasi
dan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan dalam pengangkatan JF yang
mensyaratkan kualifikasi pendidikan tertentu pada jenjang tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memiliki kesesuaian tugas, fungsi, pengalaman, atau pernah melaksanakan
tugas yang berkaitan dengan tugas JF.
H. Pengangkatan dalam JF melalui penyetaraan Jabatan diberikan Angka Kredit
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:
Tabel 7 Angka Kredit Penyetaraan Jabatan
1 II/a SLTA/SMK/ 15 1 5 8 11 14
Diploma I
(DI)
2 II/b SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)
3 II/c SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)
Diploma III 20 2 8 12 16 19
(DIII)
4 II/d SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)
Diploma III 20 2 8 12 16 19
(DIII)
5 III/a SLTA/SMK/ 50 3 18 28 38 48
Diploma
I/ Diploma II
(DII)
Diploma III 50 4 19 29 39 49
(DIII)
6 III/b SLTA/SMK/ 50 3 18 28 38 48
Diploma
54
I/ Diploma II
(DII)
Diploma III 50 4 19 29 39 49
(DIII)
I/ Diploma II
(DII)
I/ Diploma II
(DII)
K. Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen PNS juga mengatur kompetensi yang
harus dimiliki oleh Pejabat Administrasi. Kompetensi Jabatan administrator, Jabatan
pengawas, dan Jabatan Pelaksana tersebut meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosiokultural. Kompetensi tersebut diukur berdasarkan
berbagai indikator. Untuk Kompetensi Teknis diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis.
Kompetensi Manajerial diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan. Kompetensi Sosial Kultural diukur dari
pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Sedangkan bagi Pejabat Fungsional kedudukannya dibawah dan bertanggung
jawab secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat administrator,
atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional. Jabatan Fungsional memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Kriteria fungsi dan tugas jabatan
fungsional adalah sebagai berikut:
55
a) fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas Instansi
Pemerintah;
b) mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan
sertifikasi dan/atau penilaian tertentu;
c) dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat kesulitan dan
kompetensi;
d) pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam menjalankan tugas profesinya;
dan
e) kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan dalam bentuk angka kredit.
Akuntabilitas Jabatan Fungsional sendiri meliputi terlaksananya:
a) pelayanan fungsional berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional
keahlian; dan
b) pelayanan fungsional berdasarkan keterampilan tertentu yang dimiliki dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan
fungsional keterampilan.
Penguji Kendaraan Bermotor perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan kompetensi
yang dipersyaratkan sesuai dengan tingkat jabatanya. Penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan dilakukan oleh Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Darat. Berikut adalah
pola diklat yang dibutuhkan oleh Penguji Kendaraan Bermotor, untuk setiap jenjang
jabatannya:
1. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Pemula, meliputi: Pemahaman
Regulasi Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor, Pemahaman Regulasi Uji Berkala
Kendaraan Bermotor, Pendidikan dan Latihan (STTPL) Penguji Dasar;
2. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Terampil, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 1, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.
3. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Mahir, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 2, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.
4. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 3, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.
56
L. Uji Kompetensi
Uji Kompetensi jabatan fungsional Penguji Kendaraan Bermotor dilakukan melalui
Uji Kompetensi Teknis dengan cara:
a) Tes Tertulis;
b) Penilaian portofolio (riwayat pengalaman pekerjaan);
c) Wawancara. Pelaksanaan uji kompetensi dilaksanakan paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum masa Penyesuaian/Inpassing berakhir.
Uji Kompetensi dilakukan dalam hal:
a) Kenaikan jenjang;
b) Penyesuaian/Inpassing;
c) Perpindahan dalam jabatan; dan
d) Pengangkatan pertama.
57
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam mewujudkan suksesnya pilar III pada Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan (2011-2035) untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah
menjalankan amanat Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas
dan angkutan jalan sebagai ujung tombak dalam kegiatan kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor di seluruh Indonesia. Namun dengan adanya upaya pemerintah untuk
reformasi birokrasi dalam upaya meningkatkan profesionalisme aparatur negara,
direncanakan pengalihan pejabat struktural menjadi Pejabat Fungsional serta
upaya peningkatan profesionalisme kerja di laboratorium-laboratorium kelaikan tipe
kendaraan bermotor dirasa perlu untuk melakukan pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.
2. Pembentukan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor pada hakikatnya
bertujuan untuk;
a. Mendukung proses restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat untuk meningkatkan kinerja, terutama kemampuan pengawasan
terhadap pemenuhan standar keselamatan nasional dan internasional sebagai
refleksi UN Regulation yang akan diadopsi sesuai ketentuan ASEAN MRA
(Mutual Recognition Arrangement);
b. Sebagai upaya penyempurnaan regulasi untuk memenuhi tantangan operasi,
standar keselamatan, good governance, sumber daya manusia, dan kemajuan
teknologi;
c. Menambah jumlah Penguji Kendaraan Bermotor yang bertugas melakukan
perumusan regulasi, inspeksi, pengamatan (surveillance), survey dan
pengujian (test);
d. Memberikan dampak positif sebagai salah satu upaya konkrit dalam
pencapaian program kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) yang telah
dituangkan dalam pada pilar III Rencana Umum Nasional Keselamatan;
e. Mengakui kompetensi dan tingkat keahlian yang dimiliki Penguji Kendaraan
Bermotor seiring dengan adanya kesepakatan regional di bidang kelaikan tipe
kendaraan bermotor melalui ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement),
serta memberikan apresiasi yang cukup dan layak didalam kelas jabatan yang
58
ada di dalam sistem Jabatan Fungsional di Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
f. Mendorong Penguji Kendaraan Bermotor untuk tampil lebih profesional,
independen, dan berkinerja tinggi, hal ini disebabkan karena kejelasan tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan prospek pengembangan kariernya;
g. Menjamin pembinaan karir, kepangkatan, jabatan, dan peningkatan
profesionalisme, serta memacu para Penguji di Bidang Kelaikan Kendaraan
Bermotor agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan profesional
dan bertanggung jawab.
3. Terbentuknya Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor yang meliputi
klasifikasi, kedudukan, jenjang, tugas jabatan, uraian kegiatan dan hasil kerja
kegiatan, standar kompetensi, pengangkatan dalam jabatan, pelatihan, uji
kompetensi, formasi, kenaikan pangkat, serta pengangkatan dan pemberhentian.
B. Saran
Agar tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam bidang
kelaikan tipe kendaraan bermotor yang membidangi Uji Tipe dan Uji Berkala Kendaraan
Bermotor untuk mewujudkan kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) dapat berjalan
dengan optimal maka perlu segera ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor.
59
DAFTAR PUSTAKA
Perundang undangan
1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Manusia
Bidang Transportasi;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2017 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Berusaha;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor;
15. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Transportasi;
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor;
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 85 tahun 2018 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum;
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2021 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor;
60
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor;
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
21. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 22 Tahun 2022 tentang
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor.
Laporan
Laporan Data Kepegawaian Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2020.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1076/KP.108/DRJD/2005
61
LAMPIRAN I
URAIAN TUGAS JABATAN DAN HASIL KERJA JABATAN
FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR
1 2 3 4 5 6
62
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
63
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
64
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
65
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
66
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
67
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
68
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
69
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
Bangun dan
Rekayasa
Kendaraan
Bermotor
Melakukan verifikasi
persyaratan permohonan
70
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
pemeriksaan kesesuaian
fisik varian kendaraan
bermotor lengkap
71
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
72
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
73
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS
1 2 3 4 5 6
74
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
2. Membuat karya
tulis/karya ilmiah hasil
penelitian/pengkajian/
survei/evaluasi di bidang
tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
yang tidak
dipublikasikan:
3. Membuat karya
tulis/karya ilmiah berupa
tinjauan atau ulasan
ilmiah hasil gagasan
sendiri di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan
Bermotor yang
dipublikasikan:
4. Membuat karya
tulis/karya ilmiah berupa
tinjauan atau ulasan
ilmiah hasil gagasan
sendiri di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan
75
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
Penerjemahan/ 1.
Penyaduran Buku Menerjemahkan/menyad
dan Bahan- ur buku atau karya
Bahan ilmiah di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Lain di bidang
Penguji Kendaraan
tugas Jabatan
Bermotor yang
Fungsional
dipublikasikan:
Penguji
Kendaraan a. Dalam bentuk Buku Semua
Bermotor buku yang diterbitkan Jenjang
dan diedarkan secara
nasional
2.
Menerjemahkan/menyad
ur buku atau karya
ilmiah di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan
Bermotor yang tidak
dipublikasikan:
76
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
3. pelatihan
teknis/magang di
bidang tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
dan memperoleh
Sertifikat
77
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
laporan jenjang
4. Pelatihan
manajerial/sosial
kultural di bidang
tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
dan memperoleh
Sertifikat
Menjadi anggota
organisasi profesi
sebagai :
78
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
C. Perolehan 1. Memperoleh
Penghargaan penghargaan/tanda jasa
Satya Lancana
79
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
2. Penghargaan atas
prestasi kerjanya
80
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS
LAMPIRAN II
STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI
KENDARAAN BERMOTOR
I. IKHTISAR JABATAN
81
Membantu pelaksanaan pengujian (test) serta pelaporan di bidang
Ikhtisar jabatan
Pengujian Kendaraan Bermotor.
A. Manajerial
82
strategis untuk tinggi, menggalang hubungan
mencari solusi dalam skala strategis di tingkat
dengan tujuan nasional
meningkatkan
4.2. Menggunakan saluran
kinerja
komunikasi formal dan non
formal guna mencapai
kesepakatan dengan tujuan
meningkatkan kinerja di tingkat
instansi/nasional
4.3. Menggagas sistem komunikasi
dengan melibatkan pemangku
kepentingan sejak dini untuk
mencari solusi dengan tujuan
meningkatkan kinerja di tingkat
instansi/nasional
83
4.3. Menjamin terselenggaranya
pelayanan publik yang objektif,
netral, tidak memihak, tidak
diskriminatif, serta tidak
terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik.
84
mengatasi 4.2. Menghasilkan solusi strategis
permasalahan yang berdampak pada tataran
jangka instansi/nasional.
panjang/strategis,
4.3. Membuat keputusan atau
berdampak nasional
kebijakan yang berdampak
nasional dengan memitigasi
risiko yang mungkin timbul.
B. Sosiokultural
Teknis
85
bus secara visual perlengkapan kendaraan
dengan dan/atau
4.3. Mampu melakukan pengujian
tanpa
persyaratan teknis Rumah -
menggunakan alat
rumah kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis ukuran
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis rancangan
teknis sesuai peruntukannya
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
86
persyaratan laik jalan
kemampuan pancar dan arah
sinar lampu utama kendaraan
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki , dan rangkaian mobil
bus
4.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi
alat penunjuk kecepatan
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan
kedalaman alur ban kendaraan
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki, dan rangkaian mobil bus
4.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya
tembus cahaya pada kaca
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
87
Pentin
Mutlak Perlu
g
B. Pelatihan 1. Manajerial -
88
Standar Kompetensi 2 – Mahir
Nama Jabatan : Penguji Kendaraan Bermotor Mahir
Kelompok Jabatan : Jabatan Fungsional Keterampilan
Urusan Pemerintah : Urusan Perhubungan – Pengujian Kendaraan Bermotor
Kode Jabatan : -
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR MAHIR
V. STANDAR KOMPETENSI
A. Manajerial
89
3. Komunikasi 3 Mampu 3.1. Mengintegrasikan informasi-
mengemukakan informasi penting hasil diskusi
pemikiran dengan pihak lain untuk
multidimensi mendapatkan pemahaman yang
secara lisan dan sama; Berbagi informasi dengan
tertulis untuk pemangku kepentingan untuk
mendorong tujuan meningkatkan kinerja
kesepakatan secara keseluruhan;
dengan tujuan
3.2. Menuangkan pemikiran/konsep
meningkatkan
yang multidimensi dalam bentuk
kinerja secara
tulisan formal;
keseluruhan
3.3. Menyampaikan informasi secara
persuasif untuk mendorong
pemangku kepentingan sepakat
pada langkah-langkah bersama
dengan tujuan meningkatkan
kinerja secara keseluruhan.
90
5. Pelayanan 3 Mampu 3.1. Memahami dan memberi
Publik memonitor, perhatian kepada isu-isu jangka
mengevaluasi, panjang, kesempatan atau
memperhitungka kekuatan politik yang
n dan mempengaruhi organisasi dalam
mengantisipasi hubungannya dengan dunia luar,
dampak dari isu- memperhitungkan dan
isu jangka mengantisipasi dampak terhadap
panjang, pelaksanaan tugas-tugas
kesempatan, Pelayanan publik secara objektif,
atau kekuatan transparan, dan profesional dalam
politik dalam hal lingkup organisasi;
Pelayanan
3.2. Menjaga agar kebijakan
kebutuhan
Pelayanan publik yang
pemangku
diselenggarakan oleh instansinya
kepentingan
telah selaras dengan standar
yang transparan,
Pelayanan yang objektif, netral,
objektif, dan
tidak memihak, tidak diskriminatif,
profesional
serta tidak terpengaruh
kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik;
3.3. Menerapkan strategi jangka
panjang yang berfokus pada
pemenuhan kebutuhan pemangku
kepentingan dalam menyusun
kebijakan dengan mengikuti
standar objektif, netral, tidak
memihak, tidak diskriminatif,
transparan, tidak terpengaruh
kepentingan pribadi/kelompok
91
7. Mengelola 3 Memimpin 3.1. Mengarahkan unit kerja untuk
Perubahan lebih siap dalam menghadapi
perubahan pada
perubahan termasuk memitigasi
unit kerja
risiko yang mungkin terjadi;
3.2. Memastikan perubahan sudah
diterapkan secara aktif di lingkup
unit kerjanya secara berkala;
3.3. Memimpin dan memastikan
penerapan program- program
perubahan selaras antar unit kerja
B. Sosiokultural
C. Teknis
92
10. Pelaksanaan 4 Mampu 4.1. Mampu melakukan pengujian
Pengujian melaksanakan persyaratan teknis susunan
Persyaratan pengujian kendaraan rangkaian mobil barang
Teknis persyaratan selain tangki
kendaraan teknis kendaraan
4.2. Mampu melakukan pengujian
bermotor rangkaian mobil
persyaratan teknis perlengkapan
barang selain
kendaraan rangkaian mobil barang
tangki secara
selain tangki
visual dengan
dan/atau tanpa 4.3. Mampu melakukan pengujian
menggunakan persyaratan teknis Rumah - rumah
alat kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis ukuran
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis rancangan
teknis sesuai peruntukannya
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
93
utama kendaraan rangkaian mobil
barang selain tangki
4.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
rangkaian mobil barang selain
tangki
4.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan rangkaian
mobil barang selain tangki
4.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya tembus
cahaya pada kaca kendaraan
rangkaian mobil barang selain
tangki
94
B. Pelatihan 3. Manajerial -
I. IKHTISAR JABATAN
A. Manajerial
95
anggota yang 2.2. Mampu untuk memberi apresiasi
dipimpin dan teguran bagi anggota yang
bertindak sesuai dipimpin agar bertindak selaras
nilai, norma, dengan nilai, norma, dan etika
dan etika organisasi dalam segala situasi
organisasi, dan kondisi.
dalam lingkup
2.3. Melakukan monitoring dan
formal
evaluasi terhadap penerapan
sikap integritas di dalam unit kerja
yang dipimpin.
96
yang ditetapkan organisasi;
menantang bagi
2.2. Memberikan apresiasi dan teguran
unit kerja,
untuk mendorong pencapaian
memberi
hasil unit kerjanya;
apresiasi dan
teguran untuk 2.3. Mengembangkan metode kerja
mendorong yang lebih efektif dan efisien untuk
kinerja mencapai target kerja unitnya.
97
2.3. Mendorong kepercayaan diri
bawahan; memberikan
kepercayaan penuh pada
bawahan untuk mengerjakan
tugas dengan caranya sendiri;
memberi kesempatan dan
membantu bawahan menemukan
peluang untuk berkembang.
B. Sosiokultural
98
ada
2.3. Menjadi mediator untuk
menyelesaikan konflik atau
mengurangi dampak negatif dari
konflik atau potensi konflik
C. Teknis
99
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup roda
depan kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.6. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kemampuan
pancar dan arah sinar lampu
utama kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal
2.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya tembus
cahaya pada kaca kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal
100
Mobil Bus dan Mobil Bus Lantai Tunggal
Lantai Tunggal
2.3. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem utama
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup roda
depan kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.6. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kemampuan
pancar dan arah sinar lampu
utama kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal
2.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya
tembus cahaya pada kaca
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
PERSYARATAN JABATAN
Tingkat pentingnya
Jenis Persyaratan Uraian terhadap jabatan
101
A. Pendidikan 1. Jenjang Diploma Tiga
B. Pelatihan 1. Manajerial -
102
Pengujian Kendaraan Bermotor
Leve
Kompetensi Deskripsi Indikator Kompetensi
l
A. MANAJERIAL
103
lingkungan kerjanya.
104
diterapkan dalam pekerjaan rutin
berdasarkan kebijakan dan
prosedur yang telah ditentukan.
B. SOSIAL KULTURAL
C. Teknis
105
uji daya tembus cahaya pada
kaca
V. PERSYARATAN JABATAN
Tingkat pentingnya
Jenis Persyaratan Uraian terhadap jabatan
B. Pelatihan 4. Manajerial -
106