Anda di halaman 1dari 130

NASKAH AKADEMIK

USULAN PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI


PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL
ASISTEN INSPEKTUR TRANSPORTASI

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan perkenanNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyempurnaan Naskah Akademik Pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.

Naskah Akademik ini disusun sebagai bahan pertimbangan usulan revisi aturan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat dan dalam rangka penyusunan rancangan peraturan menteri jabatan fungsional
dimaksud.

Direktorat Sarana Transportasi Darat menjalankan tugas dan fungsi melaksanakan tugas
dan fungsi melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
evaluasi dan pelaporan di bidang kelaikan kendaraan bermotor, dengan dua sub bidang
yang dibawahinya yaitu uji tipe dan uji berkala.

Dalam menjalankan tugas fungsi dimaksud sebagaimana tercantum dalam Peraturan


Menteri Perhubungan Nomor PM 17 Tahun 2022 juga terdapat fungsi Penguji Kendaraan
Bermotor sebagai pelayanan kepada masyarakat terkait dengan aksesibilitas, moda
transportasi publik serta keamanan angkutan publik, dipandang perlu dilakukan penataan
organisasi dan penguatan tugas.

Naskah Akademik Pembentukan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor disusun


oleh Tim Pembentukan Jabatan Fungsional di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada seluruh anggota tim yang telah bekerja
optimal dalam penyusunan Naskah Akademik Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan
Bermotor, serta Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan
Kepegawaian Negara, yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan
naskah akademik ini.

Kami berharap pembentukan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor ini dapat
menjadi pilihan karir bagi Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kepada masyarakat di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Demikian Naskah Akademik ini disusun agar bermanfaat dan menjadi acuan dalam
penyusunan rancangan Peraturan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang
Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.

Jakarta,
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

Drs. Hendro Sugiatno


NIP. 19610904 198703 1 001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 3
C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik tentang Pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor 3
D. Metode Penyusunan Naskah Akademik 3
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS 6
A. Kajian Teoritis 6
1. Pengertian Istilah Penguji 6
2. Teori Transportasi 6
3. Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) 10
B. Kajian Empiris 11
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 14
A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sebagaimana Telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja. 14
B. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah 15
C. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan sebagaimana
telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan 19
D. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 23 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor 22
E. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 19 Tahun 2021
Tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor 24
F. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016 Tentang
Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor 24
G. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm 22 Tahun 2022
Tentang Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor 26
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS 29
A. Landasan Filosofis 29
B. Landasan Sosiologis 30
C. Landasan Yuridis 32
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA 37
A. Dasar Hukum 37
B. Instansi Pembina 38
C. Pengertian / Definisi 40
D. Klasifikasi Jabatan 44
E. Kedudukan Jabatan Fungsional Dalam Organisasi/Instansi Pemerintah 45
F. Jenjang Jabatan 45
G. Tugas Jabatan 47
H. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja (Output) Kegiatan 47
I. Standar Kompetensi 48
J. Pengangkatan Dalam Jabatan 49
K. Pelatihan 55
L. Uji Kompetensi 56
M. Formasi Jabatan Fungsional 57
BAB VI PENUTUP 58
A. Kesimpulan 58
B. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN I URAIAN TUGAS JABATAN DAN HASIL KERJA JABATAN FUNGSIONAL
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR 62
LAMPIRAN II STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN
BERMOTOR 81
Standar Kompetensi 1 - Penyelia 81
Standar Kompetensi 2 – Mahir 87
Standar Kompetensi 3 – Terampil 92
Standar Kompetensi 4 – Pemula 98

Daftar Gambar
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat..............................11
Gambar 2 Struktur Organisasi Direktorat Sarana Transportasi Jalan..................................11
Gambar 3 Struktur OrganisasI Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan
Bermotor................................................................................................................................13
Daftar Tabel
Tabel 1 Tugas Pokok dan Fungsi Subdirektorat....................................................................12
Tabel 2 tugas dan Fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat..............................32
Tabel 3 Fungsi Bidang Sarana Transportasi Jalan................................................................35
Tabel 4 Jenjang dan Pangkat Jabatan...................................................................................45
Tabel 5 Angka Kredit Jabatan Fungsional.............................................................................52
Tabel 6 Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan........................52
Tabel 7 Angka Kredit Penyetaraan Jabatan..........................................................................53
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Jabatan Fungsional
mengamanahkan untuk merevisi semua Jabatan Fungsional termasuk Jabatan
Fungsional di Bidang Transportasi Darat.
Selain itu Peraturan Badan Kepegawain Negara (BKN) Nomor 3 Tahun 2023
tentang Angka Kredit, Kenaikan Pangkat dan Jenjang Jabatan Fungsional turut
memberikan dampak perubahan besar dalam hal perolehan angka kredit, dimana
perolehan angka kredit bukan dari akumulasi kegiatan, melainkan berdasarkan konversi
Predikat Kinerja yang dihasilkan selama melaksanakan tugas Jabatan Fungsional.
Hasil penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung sebagai Pejabat Penilai
Kinerja, dimana Pejabat Penilai Kinerja menilai kinerja yang terdiri dari sasaran kinerja
pegawai dan perilaku kerja pejabat fungsional melalui evaluasi periodik dan tahunan
sehingga mendapatkan predikat kinerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian, baik
untuk daerah pedesaan, semi urban atau urban, khususnya di Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang. Transportasi menyediakan akses bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari, serta meningkatkan kehidupan sosial
ekonomi. Akses terhadap informasi, pasar, dan jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta
peluang-peluang baru yang seluruhnya merupakan kebutuhan yang penting dalam
proses pembangunan. Dengan dibangunnya sarana transportasi, kegiatan ekonomi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pembangunan pada kawasan
yang mempunyai potensi ekonomi tinggi akan lebih mudah dikembangkan. Kegiatan
ekonomi masyarakat ini akan berkembang apabila mempunyai prasarana dan sarana
transportasi yang baik untuk aksesibilitas. Aksesibilitas ini dapat memacu proses interaksi
antar wilayah sampai ke daerah yang paling terpencil sehingga tercipta pemerataan
pembangunan. Media transportasi atau angkutan digunakan untuk memindahkan orang
atau barang dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempunyai nilai ekonomi yang
lebih meningkat.
Sebagai salah satu upaya di dalam memastikan kendaraan yang berkeselamatan
maka Pemerintah harus dapat memastikan sarana angkutan yang beroperasi laik jalan.
Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) 2011-2035
Pilar-3: Kendaraan yang Berkeselamatan dimana Kementerian Perhubungan selaku

1
penanggungjawab memiliki tugas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap
kendaraan yang digunakan di jalan telah mempunyai standar keselamatan yang tinggi,
sehingga mampu meminimalisir kejadian kecelakaan yang diakibatkan oleh sistem
kendaraan yang tidak berjalan dengan semestinya. Selain itu, kendaraan juga harus
mampu melindungi pengguna dan orang yang terlibat kecelakaan untuk tidak bertambah
parah, jika menjadi korban kecelakaan.
Kementerian Perhubungan berkontribusi dalam Pilar-3 (Kendaraan yang
berkeselamatan) untuk melakukan penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji berkala
dan uji tipe, mengembangkan sistem pengujian techno based, mengevaluasi sistem
pengujian berkala dan pengujian tipe (sumber daya manusia, penyelenggaraan,
infrastruktur, pendataan sistem informasi, penerapan sistem akreditasi).
Pengujian kendaraan bermotor sendiri memiliki tujuan untuk memberikan jaminan
keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan,
mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang
diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan; dan memberikan pelayanan
umum kepada masyarakat.
Uji tipe merupakan kegiatan pengujian yang wajib dilakukan bagi setiap kendaraan
bermotor kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor dibuat dan atau dirakit di
dalam negeri serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan tipe
dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Uji tipe dilakukan terhadap
fisik landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap
serta penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang dilakukan
terhadap rumah – rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan dan
kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya.
Sedangkan Uji Berkala merupakan pengujian yang wajib dilakukan terhadap semua
mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta
tempelan yang dioperasikan di jalan dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan. Hasil dari pengujian berkala berupa bukti lulus uji berkala dimana bukti lulus uji
berkala disahkan oleh penguji kendaraan bermotor yang diberikan wewenang
Uji tipe dilaksanakan oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan
Bermotor (BPLJSKB) sedangkan Uji berkala dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Uji
Berkala Kendaraan Bermotor (UPUBKB) milik Kabupaten / Kota dan Provinsi DKI
Jakarta. Dimana pelaksanaan pengujian dilaksanakan oleh petugas yang memiliki
kompetensi dan diberikan wewenang dalam memeriksa dan mengesahkan kendaraan
bermotor tersebut.
Perkembangan teknologi kendaraan yang semakin pesat membuat terbitnya
regulasi - regulasi baik nasional maupun internasional dengan tujuan meningkatnya

2
keselamatan dari aspek kendaraan. Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor baik
pengujian tipe maupun pengujian berkala juga terus mengikuti perkembangan teknologi
yang ada. Untuk menjawab perkembangan teknologi kendaraan dan cara pengujiannya
maka diperlukan penyesuaian terhadap peraturan mengenai jabatan fungsional penguji
kendaraan bermotor dimana butir kegiatan yang ada harus disesuaikan dengan kondisi
teknis di lapangan terkait teknologi yang ada dan cara pengujiannya.
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
menjelaskan bahwa Jenis Angkutan di perairan terdiri dari angkutan laut, angkutan
sungai dan danau, dan angkutan penyeberangan.

Menurut Pasal 18 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan
secara terpadu dengan memperhatikan intra dan antarmoda yang merupakan satu
kesatuan sistem transportasi nasional. Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat
dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan
tidak teratur. Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali
mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.

Dalam pasal 21 Undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran,


Angkutan Penyeberangan merupakan:

1. Angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan


atau jaringan jalur keretaapi yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut
penumpang dan kendaraan beserta muatanya;
2. Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan usaha
dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal serta diwakili oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
3. Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan Negara
tetangga dilakukan berdesarkan perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia
dan pemerintah Negara yang bersangkutan.

Menurut Permenhub Nomor 104 Tahun 2017 Angkutan Penyeberangan adalah


angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau
jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang
dan kendaraan beserta muatannya.

3
B. Identifikasi Masalah
 Meningkatnya kecelakaan LLAJ terjadi di Indonesia. Korlantas Polri mencatat
terjadi 94.617 kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada Januari-September 2022,
naik 34,6 persen dari 2021.
 ODOL sulit ditertibkan. Sebanyak 17% kecelakaan lalu lintas disebabkan
permasalahan ODOL angkutan barang. Selain itu negara mengalami kerugian
sebesar Rp 1 triliun per tahun karena harus memperbaiki permukaan jalan akibat
ODOL.
 Ketidakseragaman tata kelola pelayanan uji berkala Kab/Kota dalam menangani
kendaraan ODOL.
 Penggunaan alat uji non statis belum bisa dioperasikan, dikarenakan belum
tersedianya SDM penguji di BPTD dan/atau di daerah.
 Tingkat kecelakaan angkutan penyeberangan masih cukup tinggi. Sebagai contoh
adalah kecelakaan yang terjadi di Waduk Kedungombo, Jawa Tengah pada tahun
2021, ditemukan bahwa faktor kelaikan kapal dan faktor manusia menjadi dua
faktor yang perlu diperhatikan. Padahal pengoperasian kapal menjadi bagian dari
kegiatan masyarakat yang digunakan untuk kepentingan wisata dan bisnis. Contoh
lain adalah kecelakaan transportasi sungai di Papua sering terjadi karena pelaku
jasa pelayaran tradisional belum menyiapkan standar pelayanan yang aman bagi
penumpang. Selain itu, pelayanan publik transportasi laut ataupun sungai di daerah
terpencil Papua masih minim.
 Adanya urgensi pembuatan regulasi yang mengatur orang-orang yang kompeten
karena menyangkut dengan keselamatan pelayaran danau dan penyeberangan.
 Sejumlah penumpang angkutan sungai membludak di beberapa tempat di
Indonesia. Ketidaksesuaian peruntukan kapasitas penumpang kapal dengan jumlah
penumpang yang diangkut berpotensi menyebabkan kecelakaan.

C. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan penyusunan Naskah Akademik ini adalah:
1. Merumuskan jabatan fungsional spesifik untuk mengemban pekerjaan yang dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi pada sektor
transportasi darat;
2. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan
dan arah pengaturan pembentukan Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Pembentukan Jabatan
Fungsional Asisten Inspektur Transportasi Darat.

4
Kegunaan penyusunan Naskah Akademik, yaitu:
1. Sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan
Fungsional Asisten Inspektur Transportasi Darat.
2. Menjadi dasar ketentuan dalam melaksanakan kegiatan pada Jabatan Fungsional
Asisten Inspektur Transportasi Darat.
3. Memberikan kejelasan pola karier dari pengangkatan pertama sampai dengan
pension pada jabatan fungsional Asisten Inspektur Transportasi Darat.
4. Membantu penyiapan jabatan fungsional yang tanggap dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang telah teridentifikasi.

D. Metode Penyusunan
1. Metode Penelitian
Metode penyusunan Naskah Akademik dilakukan melalui pendekatan yuridis
normatif maupun yuridis empiris dengan menggunakan data sekunder maupun data
primer.
a. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka dengan menampilkan
data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan atau Peraturan
Menteri mengenai bidang manajemen kepegawaian dan teknis Lalu Lintas Jalan.
b. Metode yuridis empiris dilakukan dengan menelaah data primer yang diperoleh
atau dikumpulkan langsung dari pihak terkait. Data primer ini diperoleh dari hasil
diskusi-diskusi dalam beberapa rapat antara Bagian SDM dan Organisasi, Pusat
Pembinaan Jabatan Fungsional Transportasi dan semua unit kerja teknis di
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Selain menggunakan pendekatan undang-undang (statute approach), Penelitian
dalam Naskah Akademik ini juga menggunakan pendekatan konseptual (conceptual
approach) dan pendekatan komparatif (comparative approach). Pendekatan
perundang-undangan dilakukan dengan cara menelaah peraturan perundang-
undangan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, pendekatan konseptual dilakukan dengan cara memberikan
sudut pandang analisa penyelesaian permasalahan dilihat dari aspek konsep-konsep
hukum yang melatarbelakanginya, atau menjadi dasar pembentukan jabatan
fungsional asisten inspektur transportasi, sedangkan pendekatan komparatif
dilakukan dengan membandingkan secara substantif pengaturan dan pelaksanaan
tugas asisten inspektur transportasi dan jabatan fungsional lain sebagai pembanding.

5
2. Jenis Data dan Cara Perolehannya
1) Penelitian Kepustakaan
Pengumpulan data dalam penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan melalui
penelitian kepustakaan menggunakan studi dokumen, yang sumber datanya
diperoleh dari:
● Bahan hukum primer merujuk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
● Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang seperti kamus hukum dan
bahan lain di luar bidang hukum yang digunakan untuk melengkapi data
penelitian.
2) Penelitian Lapangan
Untuk menunjang data sekunder yang diperoleh maka dilakukan penelitian
empiris guna memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya. Informasi
diperoleh melalui wawancara secara terstruktur dengan narasumber yang
kompeten dan representatif.
3) Analisa Data
Pengolahan data dalam naskah ini dilakukan secara kualitatif. Bahan-bahan
hukum tertulis yang telah terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan
yang telah diidentifikasi, kemudian dilakukan content analysis secara sistematis
terhadap dokumen bahan hukum dan dikomparasikan dengan informasi
narasumber, sehingga dapat menjawab permasalahan yang diajukan.

6
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Istilah Penguji
Dalam KBBI, penguji adalah orang yang menguji. Jabatan Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional di bidang
uji tipe dan uji berkala kendaraan bermotor.
Mengacu pada kamus Jabatan Fungsional umum, jabatan penguji memiliki
fungsi mengumpulkan bahan mengkompilasi data, mengumpulkan peraturan,
melakukan pengujian, memelihara data hasil pengujian, melayani pengguna dan
membuat laporan hasil pengujian sesuai ketentuan yang berlaku. Dapat disimpulkan,
Penguji kendaraan bermotor memiliki tugas inspeksi, pengamatan (surveillance),
survei dan pengujian (test) serta pelaporan di bidang Kelaikan Kendaraan Bermotor,
yang terdiri dari kelaikan tipe, kelaikan berkala, rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, serta fasilitas pengujian.
Adapun uraian tugas penguji, yang kemudian diadopsi menjadi uraian tugas
jabatan fungsional Penguji kendaraan bermotor secara umum, adalah sebagai
berikut:
1) Mengumpulkan bahan-bahan yang akan diuji sesuai permintaan dengan
berpedoman pada prosedur yang berlaku agar terhindar dari kesalahan;
2) Mengkompilasi/ menyortir data sesuai dengan kebutuhan agar memudahkan
dalam penggunaannya;
3) Mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
pengolahan untuk digunakan sebagai standar pengujian;
4) Melakukan pengujian berdasarkan standar prosedur yang berlaku untuk
mengetahui mutu yang diuji;
5) Memproses data hasil pengujian untuk disampaikan kepada yang
berkepentingan sesuai permintaan agar memperoleh data yang akurat;
6) Melayani pengguna hasil pengujian sesuai ketentuan yang berlaku;
7) Melaporkan hasil pengujian sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas; dan
8) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan pimpinan baik secara
tulis maupun lisan.

7
2. Teori Transportasi
a. Pengertian Transportasi
Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu tertentu dengan menggunakan sebuah kendaraan
yang digerakkan oleh manusia, hewan, maupun mesin. Definisi transportasi
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Morlok (1978), transportasi didefinisikan sebagai kegiatan
memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ketempat lain.
2) Menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan barang atau
penumpang dari suatu tempat ketempat lain, dimana produk dipindahkan ke
tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu
kegiatan memindahkan sesuatu (barang dan/atau barang) dari suatu tempat
ke tempat lain, baik dengan atau tanpa sarana.
3) Menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau
barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-
tempat yang terpisah secara geografis.
Secara garis besar, transportasi dibedakan menjadi 3 yaitu: transportasi darat,
air, dan udara. Pemilihan penggunaan moda transportasi tergantung dan
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Segi Pelayanan;
2) Keandalan dalam bergerak;
3) Keselamatan dalam perjalanan;
4) Biaya;
5) Jarak Tempuh;
6) Kecepatan Gerak;
7) Keandalan;
8) Keperluan;
9) Fleksibilitas;
10) Tingkat Populasi;
11) Penggunaan Bahan Bakar dan Lainnya.
Masing-masing moda transportasi menurut Djoko Setijowarno dan Frazila (2001),
memiliki ciri-ciri yang berlainan, yakni dalam hal:
1) Kecepatan, menunjukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bergerak
antara dua lokasi.
2) Tersedianya pelayanan (availability of service), menyangkut kemampuan untuk
menyelenggarakan hubungan antara dua lokasi.

8
3) Pengoperasiaan yang diandalkan (dependability of operation), menunjukan
perbedaan-perbedaan yang terjadi antara kenyataan dan jadwal yang
ditentukan.
4) Kemampuan (capability), merupakan kemampuan untuk dapat menangani
segala bentuk dan keperluan akan pengangkutan.
5) Frekuensi adalah banyaknya gerakan atau hubungan yang dijadwalkan.

b. Pembagian Fungsi Transportasi


1) Prasarana Transportasi
Prasarana adalah barang atau benda tidak bergerak yang dapat menunjang
atau mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Jalan dan jembatan
adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
Jalan merupakan prasarana yang sangat penting sebagai penunjang transportasi,
dimana jalan merupakan wahana tempat terjadinya gerakan transportasi sehingga
terjalin hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, hal ini dikatakan oleh
Morlok (1998) yang menyatakan bahwa pengertian jalan adalah salah satu ruang
dimana gerakan transportasi dapat terjadi.
Jalan merupakan suatu kebutuhan yang paling esensial dalam transportasi.
Tanpa adanya jalan tak mungkin disediakan jasa transportasi bagi pemakainya.
Jalan ditujukan dan disediakan sebagai basis bagi alat angkutan untuk bergerak dari
suatu tempat asal ke tempat tujuannya. Unsur jalan dapat berupa jalan raya, jalan
kereta api, jalan air, dan jalan udara. Menurut Kadir (2006) jalan dapat
diklasifikasikan menurut jalan alam (natural) dan jalan buatan (artificial). Jalan alam
merupakan pemberian alam dan karenanya tersedia bagi setiap orang tanpa (atau
hampir tidak) adanya suatu beban ongkos bagi pemakainya. Seperti jalan setapak,
sungai, danau, dan jalan udara. Sedangkan jalan buatan adalah jalan yang di
bangun melalui usaha manusia secara sadar dengan sejumlah dana investasi bagi
pembiayaan tertentu untuk membuat konstruksinya dan pemeliharaannya.
Ketentuan lebih jauh seperti diamanatkan oleh landasan hukum, seperti
tercantum pada Peraturan Pemerintah, No. 34 Tahun 2006, tentang jalan dimana
pasal 102 menyatakan bahwa jalan umum bisa dioperasikan manakala setelah
ditetapkan memenuhi persyaratan layak fungsi secara teknis dan administratif sesuai
dengan pedoman teknis yang ditetapkan oleh menteri terkait (Kusnandar, 2009).
Jalan memiliki faktor pendorong atau pendukung dengan standar atau kemampuan
jalan menahan angkutan, konstruksi dan jenis jalan sehingga dapat diketahui jenis
angkutan yang dapat dan tidak dapat melewati jalan tersebut agar tidak terjadi

9
kerusakan atau kecelakaan sehingga gerakan transportasi dapat berjalan dengan
lancar.
Nasution (2008) mengatakan, salah satu faktor pendorong dan pendukung
dengan standar atau kemampuan jalan dalam menahan angkutan yang melintasnya.
Berdasarkan Undang undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan, kelas jalan dibedakan atas:
a) Jalan kelas I, jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) millimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 18.000 (delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat 10
(sepuluh) ton;
b) Jalan kelas II, jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima
ratus) millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 (dua belas ribu)
millimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 (delapan) ton;
c) Jalan kelas III, jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
millimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 (sembilan ribu) millimeter, ukuran
paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
d) Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) millimeter, ukuran
panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) millimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) millimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10
(sepuluh) ton.
2) Sarana Transportasi
Sarana adalah barang atau benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja. Menurut Miro 2008 secara umum, ada dua
kelompok besar moda transportasi yaitu:
a) Kendaraan Pribadi (Private Transportation), yaitu: Moda transportasi yang
dikhususkan buat pribadi seseorang dan seseorang itu bebas memakainya ke
mana saja, di mana saja dan kapan saja dia mau, bahkan mungkin juga dia tidak
memakainya sama sekali (mobilnya disimpan di garasi)
b) Kendaraan Umum (Public Transportation), yaitu: Moda transportasi yang
diperuntukkan buat bersama (orang banyak), kepentingan bersama, menerima
pelayanan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama, serta terikat

10
dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan dan jadwal yang sudah
ditetapkan dan para pelaku perjalanan harus wajib menyesuaikan diri dengan
ketentuan-ketentuan tersebut apabila angkutan umum ini sudah mereka pilih.
c) Manajemen Angkutan/Lalu Lintas (Traffic Management), traffic dapat
didefinisikan pengangkutan penumpang dan muatan dengan alat angkutan dari
suatu tempat ke tempat lain. Angkutan penumpang (passenger traffic) angkutan
penumpang dapat dilihat dari aspek-aspek 1) pengangkutan penumpang antar
kota dengan kendaraan, 2) alat pengangkutan yang digunakan adalah bus,
mobil, sedan, angkutan kereta api, angkutan menggunakan kapal laut dan
pengangkutan dengan pesawat udara, dan 3) pengangkutan penumpang
penyebaran secara geografis yaitu transmigrasi, angkutan turis dalam negeri dan
luar negeri ke daerah daerah.

3. Sistem Manajemen Keselamatan (SMK)


Sektor Transportasi Darat memiliki peranan yang sangat penting dalam masyarakat
karena turut menggerakkan roda perekonomian dan mobilitas masyarakat. Melalui jasa
transportasi, diselenggarakan kegiatan angkutan barang, penumpang dan jasa lainnya
dari suatu daerah ke daerah lainnya.
Untuk itu, dikembangkan Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan umum
yang memberikan persyaratan untuk sistem manajemen keselamatan untuk membantu
perusahaan dalam mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja
Keselamatan sekaligus produktivitas perusahaan. Sistem Manajemen Keselamatan
Perusahaan Angkutan umum ini berlaku bagi perusahaan jasa angkutan orang maupun
barang untuk:
1) Membangun sistem Manajemen Keselamatan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas atau kejadian lainnya yang tidak diinginkan.
2) Menerapkan, memelihara dan meningkatkan sistem manajemen keselamatan secara
terus menerus.
3) Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan yang
ditentukan.

Sistem Manajemen Keselamatan Perusahaan Angkutan merupakan suatu cara untuk


mengelola keselamatan dengan baik dan komprehensif dalam tiap jasa transportasi yang
merupakan bagian integral dari manajemen transportasi. Bagi perusahaan angkutan
umum ditambahkannya, dengan implementasi SMK-PAU dapat meningkatkan standar
keselamatan angkutan umum serta menurunkan tingkat kecelakaan serta bahaya yang
ditimbulkan

11
4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan
Transportasi mempunyai peran sebagai urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan sehingga paramater keberhasilan pembangunan
sangat dipengaruhi oleh peran transportasi ini. Peran dan fungsi transportasi sangat
strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan efisiensi ekonomi nasional, artinya jika
penyelenggaraan transportasi nasional dapat dicapai secara efisien dan efektif maka
ekonomi nasional akan tumbuh dengan efisien dengan distribusi ekonomi secara
merata.

Oleh karena itu, pengembangan transportasi sangat penting artinya dalam


menunjang dan menggerakkan dinamika pembangunan, karena transportasi
berfungsi sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan wilayah. Transportasi juga memiliki fungsi strategis dalam merekat
integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pengembangan transportasi melalui koneksitas dengan moda transportasi darat, laut


dan udara merupakan keniscayaan dalam rangka membangun sebuah sistim
transportasi nasional atau yang disebut “sistranas”. Membangun keterpaduan antar
moda merupakan pekerjaan raksasa yang harus dilakukan secara terus-menerus.
Konsistensi terhadap arah pembangunan transportasi di Indonesia sampai saat ini
masih menjadi tantangan utama terutama menuju integrasi antar moda transportasi
yang efisien dan efektif.

Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (SDP) mempunyai peran yang sangat
besar dalam menghubungkan daerah-daerah terpencil di Indonesia. Karena
perkembangan keadaan, peran angkutan sungai, danau dan penyeberangan menjadi
penyambung moda (multimoda). Peranan layanan angkutan SDP sangat penting,
terkait dengan karakteristik geografi Indonesia sebagai negara kepulauan. Sebagai
negara kepulauan, tentu saja membuat penduduknya, sumber daya alam dan
kekuatan ekonomi tersebar di sejumlah wilayah (pulau-pulau), sehingga
membutuhkan sarana penghubung, dan salah satunya berupa angkutan sungai
danau dan penyeberangan.

12
Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dalam Pasal 124
ayat (1) disebutkan bahwa setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal
termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus
memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Dalam ayat (2) menyebutkan bahwa
persyaratan keselamatan kapal meliputi material, konstruksi, bangunan, permesinan
dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan
alat penolong dan radio, dan elektronika kapal.

Angkutan perairan merupakan angkutan yang tumbuh dan berkembang secara alami
di Indonesia akibat kondisi geografis alam yang memiliki banyak sungai. Jalan bagi
transportasi air ini selain bersifat alami (laut, sungai, danau), ada pula yang bersifat
buatan manusia (kanal, anjir, danau buatan)

Beberapa pengertian yang menyangkut Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan


menurut peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan


Pasal 1: Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan
menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, anjir, kanal
dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan, yang
diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau.
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 18
menjelaskan angkutan sungai dan danau sebagai berikut:

● Penyelenggaraan angkutan sungai dan danau disusun secara terpadu intra

dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan tatanan transportasi


nasional.

● Angkutan sungai dan danau diselenggarakan dengan menggunakan trayek

tetap dan teratur yang dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak
teratur.
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Pasal 21
menjelaskan angkutan penyeberangan sebagai berikut:

13
● Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai

jembatan yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta


api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya;

● Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap

dan teratur.

B. Kajian Empiris
1. Struktur Organisasi Direktorat
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2022 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, struktur organisasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat sesuai dengan Gambar berikut:
Gambar 1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

2. Direktorat Sarana Transportasi Jalan


Gambar 2 Struktur Organisasi Direktorat Sarana Transportasi Jalan

14
Direktorat Sarana Transportasi Jalan memiliki 4 (empat) subdirektorat yaitu
Subdirektorat Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Subdirektorat Uji Berkala Kendaraan
Bermotor, Subdirektorat Manajemen Keselamatan, dan Subdirektorat Promosi dan
Kemitraan Keselamatan. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing subdirektorat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

15
Tabel 1 Tugas Pokok dan Fungsi Subdirektorat

BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN

Uji Tipe • pengujian, sertifikasi dan registrasi, pengesahan varian,


Kendaraan
• rancang bangun dan rekayasa, ambang batas laik jalan
Bermotor
• pengujian,
• kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji tipe kendaraan
bermotor,
• rancang bangun dan rekayasa, serta
• akreditasi bengkel karoseri;

Uji Berkala • fasilitas pengujian berkala,


Kendaraan
• kalibrasi peralatan uji berkala,
Bermotor
• penentuan ambang batas laik jalan pengujian berkala,
• spesifikasi teknis bukti lulus uji berkala, serta standar teknis,
pelayanan, penetapan dan akreditasi unit pelaksana pengujian
berkala kendaraan bermotor,
• pengelolaan data dan informasi,
• kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji berkala dan tenaga
kalibrasi peralatan uji berkala kendaraan bermotor,
• penetapan perusahaan pencetak bukti lulus uji berkala
kendaraan bermotor, serta
• bantuan teknis bidang uji berkala kendaraan bermotor;

Manajemen • rencana dan program pengembangan keselamatan lalu lintas


Keselamatan dan angkutan jalan,
• sistem manajemen keselamatan angkutan umum,
• kualifikasi asesor sistem manajemen keselamatan,
• manajemen kecepatan, serta
• pengelolaan data dan informasi keselamatan lalu lintas dan
angkutan jalan;

Promosi dan • promosi, kemitraan keselamatan antar lembaga dan


Kemitraan masyarakat,
Keselamatan
• sosialisasi, publikasi, penyuluhan,
• pengelolaan data dan informasi, dan manajemen
• kampanye keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, serta
• pembinaan awak kendaraan angkutan umum;

16
3. Struktur Organisasi dan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Balai Pengujian Laik
Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB)
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor adalah unit
pelaksana teknis di bidang pengujian tipe kendaraan bermotor di lingkungan
Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Jenderal Perhubungan Darat. BPLJSKB mempunyai tugas melaksanakan
pengujian dan penyiapan bahan sertifikasi laik jalan terhadap tipe kendaraan
bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, karoseri, dan kendaraan khusus.
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor dipimpin oleh
seorang Kepala.
Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor terdiri dari:
1) Subbagian Tata Usaha;
2) Seksi Pengujian;
3) Seksi Sertifikasi;
4) Seksi Sarana;
5) Seksi Teknologi Pengujian;
6) Kelornpok Jabatan Fungsional.

Gambar 3 Struktur OrganisasI Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor

Sesuai dengan Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 2020-2024


di mana salah satu arah kebijakannya adalah optimalisasi penerapan kebijakan
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, saat Direktorat Sarana Sarana
Transportasi Jalan memiliki kegiatan prioritas, yaitu penerapan sistem manajemen
keselamatan perusahaan angkutan umum, pengawasan pemenuhan persyaratan

17
teknis dan laik jalan kendaraan bermotor umum (ramp check/inspeksi),
Penguatan/penertiban uji tipe dan akreditasi uji berkala (termasuk Pengembangan
Fasilitas Pengujian Proving Ground BPLJSKB), dan Penerapan Rencana Umum
Nasional Keselamatan (RUNK).
Selain itu, dalam rangka reformasi birokrasi Pemerintah serta untuk
mewujudkan pemerintahan yang dinamis, lincah, dan profesional serta percepatan
transformasi manajemen ASN diperlukan penyesuaian tata kelola jabatan. Oleh
karenanya dilakukan penyetaraan dan penyederhanaan jabatan pelaksana di
lingkungan instansi pemerintah. Hal tersebut berdampak terhadap perubahan
fungsi penguji pada jabatan pelaksana. Selain itu tuntutan profesionalisme di dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi yang memerlukan kompetensi teknis tertentu
menjadi salah satu alasan perlunya pembentukan jabatan penguji kendaraan
bermotor.

4. Struktur Organisasi Direktorat Transportasi, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Direktorat Transportasi, Sungai, Danau, dan Penyeberangan memiliki 5 (lima)


subdirektorat yaitu Subdirektorat Sarana Transportasi, Sungai, Danau, dan
Penyeberangan, Subdirektorat Prasarana Transportasi, Sungai, Danau, dan
Penyeberangan, Subdirektorat Lalu Lintas Transportasi, Sungai, Danau, dan
Penyeberangan, Subdirektorat Angkutan Transportasi, Sungai, Danau, dan
Penyeberangan, dan Subdirektorat Pengawasan Operasional Sungai, Danau, dan
Penyeberangan. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing subdirektorat dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. 1. Tugas Pokok dan Fungsi Subdirektorat bidang Transportasi


Sungai, Danau dan Penyeberangan

18
BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN

● rancang bangun sarana,


Sarana Transportasi,
● pengukuran kapal,
Sungai, Danau, dan
● status hukum kapal,
Penyeberangan
● pemeriksaan garis muat dan keselamatan sarana,
● perawatan sarana,
● penutuhan sarana,
● pencegahan pencemaran,
● bantuan teknis pembangunan dan pengadaan sarana,
● kompetensi dan sertifikasi kepelautan
● pengawakan sarana transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan
● pengembangan pelabuhan,
Prasarana Transportasi,
● rancang bangun fasilitas pelabuhan,
Sungai, Danau, dan
● pelayanan jasa dan usaha pelabuhan,
Penyeberangan
● tarif jasa pelabuhan,
● penyelenggaraan, pemeliharaan, perawatan dan perbaikan,
penetapan lokasi,
● sertifikasi,
● bantuan teknis pembangunan dan rehabilitasi,
● pencegahan pencemaran,
● pelaksanaan penanggulangan darurat akibat bencana,
● pengelolaan data,
● kompetensi sumber daya manusia bidang pelabuhan sungai,
danau, dan penyeberangan
● sarana bantu navigasi pelayaran sungai dan danau,
Lalu Lintas Transportasi,
● pembangunan halte sungai dan danau,
Sungai, Danau, dan
● pengerukan dan reklamasi di sungai dan danau,
Penyeberangan
● rencana pola lintas angkutan,
● penetapan klasifikasi alur,
● pengelolaan sistem informasi manajemen lalu lintas,
● pencegahan pencamaran alur
● kompetensi sumber daya manusia bidang lalu lintas sungai,
danau, dan penyeberangan

19
BIDANG TRANSPORTASI SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN

● Jaringan
Angkutan Transportasi,
● standar pelayanan
Sungai, Danau, dan
● Tarif
Penyeberangan
● kriteria keperintisan,
● pelayanan subsidi keperintisan,
● persetujuan operasi,
● pengelolaan data dan informasi,
● pengelolaan sistem
● informasi manajemen jaringan,
● kompetensi sumber daya manusia bidang jaringan dan
kompetensi teknis petugas
● pemeriksa standar pelayanan minimal angkutan sungai,danau,
dan penyeberangan
● kesyahbandaran,
Pengawasan Sungai,
● manajemen keselamatan kapal,
Danau, dan
● patroli dan pengamanan,
Penyeberangan
● penanggulangan musibah,
● pengawasan tertib berlayar,
● penegakan hukum,
● pembinaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan,
● bantuan teknis perlengkapan keselamatan sungai, danau, dan
penyeberangan,
● kompetensi inspektur sungai dan danau

20
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT

Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengetahui


kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
penyederhanaan birokrasi pada umumnya, dan pembentukan Jabatan Fungsional pada
Asisten Inspektur Transportasi khususnya. Dalam kajian ini akan diketahui posisi dari usulan
pembentukan Jabatan Fungsional Asisten Inspektur Transportasi terhadap Peraturan
Perundang-Undangan yang lain. Peraturan perundang-undangan yang menjadi
pertimbangan untuk Pembentukan Jabatan Fungsional Asisten Inspektur Transportasi
adalah sebagai berikut:

A. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sebagaimana


telah ubah sebagian dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ini diundangkan pada
tanggal 7 Mei 2008 dan pada Tanggal 30 Desember 2022 melalui Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022
Tentang Cipta Kerja, beberapa Pasal dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 ini
dirubah yaitu Pasal 5, 9, 13, 14, 27, 28, 31, 32, 33, 34, 51, 52, 59, 90, 91 ,96, 97, 98, 99,
104, 106, 111, 124, 125, 126, 127, 129, 130, 133, 154 (Penjelasan), 155, 157, 158,
159, 163, 168, 169, 170, 171, 197, 204, 213, 225, 243, 273, 288, 289, 290, 291, 292,
293, 294, 295, 296, 297, 298, 299, 307, 208, 310, 313, 314, 321, 322, 336, dan pasal
yang di hapus yaitu Pasal 30, 103, dan Pasal 107.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang ini dijelaskan bahwa Jenis angkutan di perairan


diantaranya adalah angkutan sungai dan danau dan angkutan penyeberangan. Undang-

21
Undang ini juga menegaskan bahwa Pelayaran dikuasai oleh negara dan
pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah. Pembinaan pelayaran tersebut meliputi:

a. Pengaturan yang meliputi penetapan kebijakan umum dan teknis, yang paling
sedikit meliputi: Norma, standar, pedoman, kriteria, perencanaan, prosedur,
persyaratan Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dan Perizinan Berusaha.
b. Pengendalian yang meliputi pemberian arahan, bimbingan, pelatihan, perizinan
berusaha, sertifikasi, serta bantuan teknis di bidang pembangunan dan
pengoperasian.
c. Pengawasan yang meliputi kegiatan pengawasan pembangunan dan
pengoperasian agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk
melakukan audit, inspeksi, pengamatan (suru eillance), pemantauan (monitoringl,
dan uji petik (ramp cleck), serta penegakan hukum.

Pembinaan pelayaran dilakukan dengan memperhatikan seluruh aspek


kehidupan masyarakat dan diarahkan diantaranya untuk :

a. memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang secara massal


melalui perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur,
nyaman, dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli
masyarakat;
b. meningkatkan penyelenggaraan kegiatan angkutan di perairan, kepelabuhanan,
keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim sebagai bagian
dari keseluruhan moda transportasi secara terpadu dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. mengembangkan kemampuan armada angkutan nasional yang tangguh di perairan
serta didukung industri perkapalan yang andal sehingga mampu memenuhi
kebutuhan angkutan, baik di dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri;
d. mengembangkan usaha jasa Angkutan di Perairan nasional yang andal dan
berdaya saing serta didukung kemudahan memperoleh pendanaan, keringanan
perpajakan, dan industri perkapalan yang Tangguh sehingga mampu mandiri dan
bersaing;
e. menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja pada jasa terkait dengan Angkutan
di Perairan dan jasa terkait dengan Kepelabuhanan dengan memberikan
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan terhadap usaha mikro, kecil, dan
menengah, dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kemajuan antar
daerah dalam kesatuan ekonomi;
f. meningkatkan kemampuan dan peranan kepelabuhanan serta keselamatan dan
keamanan pelayaran dengan menjamin tersedianya alur pelayaran, kolam

22
pelabuhan, dan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran yang memadai dalam rangka
menunjang angkutan di perairan;
g. mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan
mampu mengikuti perkembangan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran; dan
h. memenuhi perlindungan lingkungan maritim dengan upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran yang bersumber dari kegiatan angkutan di perairan,
kepelabuhanan, serta keselamatan dan keamanan.

Pembinaan pelayaran dilakukan oleh pemerintah melalui Menteri Perhubungan dan


Pemerintah daerah berdasarkan kewenangannya.

B. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan Sebagaimana Telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta
Kerja.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
ini diundangkan pada tanggal 22 Juni 2009 dan telah mengalami 2 (dua) kali
perubahan / penghapusan yaitu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 3/PUU-
XIII/2015 yang pada pokoknya memutuskan bahwa Penjelasan Pasal 47 ayat 2 huruf
e bagian c Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Selanjutnya pada Tanggal 30 Desember 2022 melalui Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta
Kerja, beberapa Pasal dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini dirubah
dan/atau di hapus, yaitu Pasal 19, 36, 38, 39, 40, 43, 50, 53, 60, 78. 99, 126, 162, 165,
170, 173, 179, 185, 199, 220, 222, 302 dan Pasal 305 dirubah, sementara Pasal 100,
101, 174, 175, 176, 177, 178, 180 dan Pasal 308 dihapus.
Pada pasal 49 disebutkan bahwa Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan
kereta tempelan yang diimpor, dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri yang akan
dioperasikan di Jalan wajib dilakukan pengujian. Pengujian sebagaimana dimaksud
meliputi pengujian tipe dan pengujian berkala. Uji tipe sebagaimana dimaksud meliputi
kegiatan pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang
dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam
keadaan lengkap; dan penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor
yang dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta
tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya. Uji tipe dilaksanakan
oleh unit pelaksana uji tipe Pemerintah.

23
Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2) huruf b diwajibkan
untuk mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, dan
kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan. Adapun Pengujian berkala meliputi
kegiatan:
a) pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
b) pengesahan hasil uji.
Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud huruf a dilaksanakan oleh:
a) unit pelaksana pengujian pemerintah kabupaten/kota;
b) unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin dari
Pemerintah; atau
c) unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan izin dari Pemerintah.
Oleh karenanya diperlukan tenaga Penguji Kendaraan Bermotor yang
mempunyai kompetensi dan nomenklatur jabatan tertentu yang bertugas untuk
memonitor, mengevaluasi dan menilai pelaksanaan kegiatan pemenuhan persyaratan
teknis dan laik jalan kendaraan bermotor tersebut.

C. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


menyebutkan bahwa sub urusan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) merupakan
urusan Pemerintahan wajib yang termasuk urusan pemerintahaan bidang
Perhubungan, dalam Pasal 15 Undang-undang ini, Pembagian urusan pemerintahan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota yang
dirinci dalam lampirannya ditegaskan bahwa pembagian urusan pemerintahan bidang
Perhubungan sub urusan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ dibagi sebagai
berikut:
Tabel Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota

1. Lalu Lintas a. Penetapan rencana a. Penetapan a. Penetapan


dan induk jaringan LLAJ rencana induk rencana induk
Angkutan Nasional jaringan LLAJ Jaringan LLAJ
Jalan Provinsi. Kabupaten/Kota
b. Penyediaan
(LLAJ) b.Penyediaan b. Penyediaan
perlengkapan jalan
di jalan nasional. perlengkapan perlengkapan

24
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota

c. Pengelolaan jalan di jalan jalan di jalan


terminal provinsi. Kabupaten/Kota
penumpang tipe A. c. Pengelolaan c. Pengelolaan
d. Penyelenggaraan terminal terminal
terminal barang penumpang tipe B penumpang tipe
untuk umum. d.Pelaksanaan C.
e. Persetujuan manajemen dan d. Penerbitan izin
rekayasa lalu penyelenggaraan
penyelenggaraan
lintas untuk dan
terminal barang
jaringan jalan pembangunan
untuk kepentingan
provinsi. fasilitas parkir.
sendiri.
e.Persetujuan hasil e. Pengujian
f. Pelaksanaan uji
analisis dampak berkala
tipe kendaraan
lalu lintas untuk kendaraan
bermotor.
jalan provinsi. bermotor
g. Penetapan lokasi f. Audit dan inspeksi f. Pelaksanaan
dan Pengoperasian keselamatan LLAJ manajemen dan
atau penutupan alat di jalan provinsi. rekayasa lalu
penimbangan g.Penyediaan lintas untuk
kendaraan bermotor angkutan umum jaringan jalan
h. Pelaksanaan untuk jasa kabupaten/kota.
akreditasi unit angkutan orang g. Persetujuan hasil
pengujian berkala dan/atau barang analisis dampak
kendaraan antar kota dalam 1 lalu lintas untuk
bermotor. (satu) Daerah jalan
i. Penyelenggaraan provinsi. kabupaten/kota.
Akreditasi Lembaga h.Penetapan h. Audit dan
Pendidikan Kawasan inspeksi
mengemudi perkotaan untuk keselamatan
j. Pelaksanaan pelayanan LLAJ di jalan
kalibrasi alat angkutan kabupaten/kota.
pengujian berkala perkotaan yang i. Penyediaan
kendaraan melampaui batas angkutan umum
bermotor. 1 (satu) Daerah untuk jasa
k. Pelaksanaan kabupaten/kota angkutan orang
manajemen dan dalam 1 (satu) dan/atau barang
rekayasa lalu lintas Daerah provinsi. dalam Daerah
untuk jaringan jalan i. Penetapan kabupaten/kota.
nasional. rencana umum j. Penetapan
l. Persetujuan hasil jaringan trayek Kawasan
antar kota Dalam perkotaan untuk
analisis dampak lalu
Daerah provinsi pelayanan
lintas untuk jalan
dan perkotaan angkutan
nasional.
yang melampaui perkotaan dalam
m. Audit dan inspeksi
batas 1 (satu) 1 (satu Daerah
keselamatan LLAJ

25
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota

di jalan nasional. Daerah kabupaten/kota


n. Penyediaan kabupaten/kota. k. Penetapan
angkutan umum j. Penetapan rencana umum
untuk jasa angkutan rencana umum jaringan trayek
orang dan/atau jaringan trayek perkotaan dalam
barang antar pedesaan yang 1 (satu) Daerah
Daerah melampaui 1 kabupaten/kota
kabupaten/kota (satu) Daerah l. Penetapan
antar Daerah kabupaten dalam rencana umum
provinsi serta lintas 1 (satu) Daerah jaringan trayek
batas negara provinsi Pedesaan yang
o. Penetapan k. Penetapan menghubungkan
Kawasan perkotaan wilayah operasi 1 (satu) Daerah
untuk pelayanan angkutan orang kabupaten
angkutan perkotaan dengan m. Penetapan
yang melampaui menggunakan wilayah operasi
batas 1 (satu) taksi dalam angkutan orang
Daerah provinsi dan kawasan dengan
lintas batas negara perkotaan yang menggunakan
p. Penetapan rencana wilayah taksi dalam
operasinya Kawasan
umum jaringan
melampaui 1 perkotaan yang
trayek antarkota
(satu) Daerah wilayah
antarprovinsi dan
kabupaten dalam operasinya
perkotaan yang
1 (satu) Daerah berada dalam
melampaui batas 1
provinsi Daerah
(satu) Daerah
l. Penerbitan izin kabupaten/kota
provinsi dan lintas
penyelenggaraan n. Peneribinan izin
batas negara
angkutan orang penyelenggaraan
q. Penetapan rencana
dalam trayek lintas angkutan orang
umum jaringan
Daerah dalam trayek
trayek perdesaan
kabupaten/kota perdesaan dan
yang melampaui
dalam 1 (satu) perkotaan dalam
batas 1 (satu)
Daerah provinsi. 1 (satu) Daerah
Daerah provinsi
m. Penerbitan izin kabupaten/kota.
r. Penetapan wilayah penyelenggaraan o. Penerbitan izin
operasi angkutan angkutan taksi penyelenggaraan
orang d engan yang wilayah Taksi dan
menggunakan taksi operasinya angkutan
dalam Kawasan melampaui 1 Kawasan tertentu
perkotaan yang (satu) Daerah yang wilayah
wilayah operasinya kabupaten dalam operasinya
melampaui Daerah 1 (satu) Daerah berada dalam
provinsi. provinsi Daerah
s. Penerbitan izin n. Penetapan tarif kabupaten/kota.

26
No. Sub Pemerintah Pusat Daerah Provinsi Daerah
Urusan Kabupaten/Kota

penyelenggaraan kelas ekonomi p. Penetapan tarif


angkutan orang untuk angkutan kelas ekonomi
dalam trayek lintas orang yang untuk angkutan
negara dan trayek melayani trayek orang yang
lintas Daerah antarkota dalam melayani trayek
provinsi. Daerah provinsi antarkota dalam
t. Penerbitan izin serta angkutan Daerah
penyelenggaraan perkotaan dan kabupaten serta
angkutan tidak erdesaan yang angkutan
dalamtrayek yang melampaui 1 perkotaan dan
melayani: (satu) Daerah perdesaan yang
1) angkutan taksi kabupaten dalam wilayah
yang wilayah 1 (satu) Daerah pelayanannya
operasinya provinsi dalam daerah
melampaui 1 kabupaten/kota
(satu) Daerah
provinsi;
2) angkutan
dengan tujuan
tertentu; dan
3) angkutan
pariwisata.
u. Penerbitan izin
penyelenggaraan
angkutan barang
khusus.
v. Penetapan tarif
kelas ekonomi
untuk angkutan
orang yang
melayani trayek
antar kota antar
Daerah provinsi,
angkutan perkotaan
dan angkutan
perdesaan yang
wilayah
pelayanannya
melampaui Daerah
provinsi.

Pembagian sub urusan pemerintahan tersebut secara teknis dilapangan


merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan, oleh karenanya sinergitas diantara

27
tingkatan pemerintahan tersebut mutlak diperlukan, termasuk dalam hal kualifikasi
jabatan yang harus dipenuhi oleh sumber daya manusia terkait pengujian tipe
maupun pengujian berkala.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan sebagaimana


telah dirubah Sebagian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021
Tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran
Dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa kapal wajib memenuhi
persyaratan kelaiklautan kapal yang meliputi

a. Keselamatan kapal
b. Pengawakan kapal
c. Manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan lingkungan dari
kapal
d. Pemuatan
e. Status hukum kapal
Fungsi kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan lingkungan perairan dari kapal, pengawakan, garis
muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum
kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan lingkungan dari kapal, dan
manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu, dengan dibuktikan
sertifikat / surat-surat / dokumen kapal.

Penyelenggaraan fungsi strategis tersebut, sebagai instansi pemerintah yang


melaksanakan fungsi kelaiklautan kapal pada transportasi, sungai, danau dan
penyeberangan, Sub Direktorat Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
melaksanakan fungsi penyiapan perumusan, penyusunan, evaluasi, pelaksanaan
norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang sarana transportasi SDP.

Untuk menyelenggarakan pelayaran dalam negeri atau pengangkutan antar pulau,


diutamakan penggunaan armada kapal-kapal nasional Indonesia. Hal ini dimaksudkan
dalam rangka memberikan perlindungan untuk pengembangan dan perkembangan
usaha pelayaran nasional.

Peranan perkapalan yang meliputi segala sesuatu berkenaan dengan kelaiklautan


kapal dalam menunjang transportasi SDP sebagai bagian dari system transportasi
nasional perlu dikembangkan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu menunjang pembangunan nasional melalui kegiatan transportasi sungai,

28
danau dan penyeberangan yang tertib, lancer, aman, nyaman dan efisien dengan
memperhatikan kondisi geografis perairan serta kelestarian lingkungan.

E. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan


sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan ini
diundangkan pada tanggal 15 Mei 2012 dan sebagian telah dirubah/dicabut melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu
Lintas Dan Angkutan Jalan, beberapa Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2012 ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku yaitu Pasal 122, Pasal 123,
Pasal 124, Pasal 125, Pasal 127, Pasal 129, Pasal 130, Pasal 131, Pasal 133, Pasal
134, Pasal 140, Pasal 143, Pasal 160, Pasal 161, Pasal 172, dan Pasal 174.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 terdapat penegasan
norma yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 yaitu
diantaranya:
1) Pasal 16
(1) Pengujian Kendaraan Bermotor hanya dapat dilakukan oleh unit pelaksana
pengujian Kendaraan Bermotor yang memiliki:
a. fasilitas dan peralatan pengujian yang akurat, sistem dan prosedur
pengujian, dan sistem informasi manajemen penyelenggaraan
pengujian; dan
b. tenaga penguji yang memiliki Sertifikat Kompetensi penguji Kendaraan
Bermotor.
(2) Peralatan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipelihara
dan dikalibrasi secara berkala.
2) Pasal 17
(1) Uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) huruf a Peraturan
Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat melalui unit pelaksana pengujian tipe Kendaraan Bermotor
dan dapat dikerjasamakan dengan badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, badan usaha milik desa, dan swasta.
(2) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. pengujian fisik terhadap pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian
laik Jalan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
Bermotor dalam keadaan lengkap; dan
b. penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor.

29
(3) Uji tipe Kendaraan Bermotor yang dapat dikerjasamakan dengan badan
usaha milik negara,badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa, dan
swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kegiatan:
a. pembangunan, pemeliharaan, perawatan, dan perbaikan fasilitas
pengujian tipe Kendaraan Bermotor; dan/atau
b. pengadaan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan, penggantian, dan
kalibrasi peralatan uji tipe Kendaraan Bermotor.
3) Pasal 23
(1) Unit pelaksana uji tipe sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
dibentuk oleh Menteri.
(2) Unit pelaksana uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyediakan fasilitas dan peralatan pengujian serta tenaga penguji yang
memiliki kompetensi.
(3) Untuk penyediaan fasilitas, peralatan pengujian, dan/atau tenaga penguji
yang memiliki kompetensi, unit pelaksana uji tipe dapat bekerjasama dengan
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
desa, dan swasta.
(4) Fasilitas dan peralatan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dirawat dan/atau diperbaiki apabila rusak, serta dikalibrasi secara berkala.
(5) Perawatan dan/atau perbaikan serta kalibrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dapat dikerjasamakan dengan badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha milik desa, dan swasta.
4) Pasal 24
(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3) huruf b
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan wajib bagi
mobil Penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan
kereta tempelan yang dioperasikan di Jalan.
(2) Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan:
a. pendaftaran Kendaraan Bermotor wajib uji berkala;
b. uji berkala pertama; dan
c. uji berkala perpanjangan masa berlaku.
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
a. unit pelaksana pengujian Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Menteri;
b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat
Perizinan Berusaha dari Menteri; atau

30
c. unit pelaksana pengujian swasta yang mendapatkan Perizinan
Berusaha dari Menteri.
(4) Uji berkala pertama dan uji berkala perpanjangan masa berlaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c meliputi:
a. pemeriksaan persyaratan teknis;
b. pengujian persyaratan laik Jalan; dan
c. pemberian bukti lulus uji.
(5) Unit pelaksana agen tunggal pemegang merek dan unit pelaksana pengujian
swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dan huruf c hanya
melaksanakan uji berkala perpanjangan masa berlaku.
(6) Unit pelaksana uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib:
a. melaksanakan pengujian sesuai dengan akreditasi unit pelaksana
pengujian dan sertifikasi tenaga penguji;
b. mempertahankan mutu pengujian yang diselenggarakan;
c. membuat rencana dan pelaporan secara berkala setiap penyelenggara
pengujian kepada Menteri;
d. menggunakan peralatan pengujian; dan
e. mengikuti tata cara pengujian.
(7) Dalam hal unit pelaksana pengujian Pemerintah Daerah kabupaten/kota tidak
memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a, pelaksanaan uji berkala dilakukan oleh unit pelaksana
pengujian yang ditetapkan oleh Menteri.
5) Pasal 25
(1) Unit pelaksana pengujian berkala Kendaraan Bermotor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) dapat menyelenggarakan pengujian
berkala Kendaraan Bermotor setelah mendapat akreditasi dari Menteri.
(2) Untuk memperoleh akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), unit
pelaksana uji berkala Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan:
a. lokasi;
b. kompetensi tenaga penguji Kendaraan Bermotor;
c. standar fasilitas prasarana dan peralatan pengujian berkala Kendaraan
Bermotor;
d. standar peralatan pengujian Kendaran Bermotor;
e. keakurasian peralatan pengujian Kendaran Bermotor;
f. sistem dan tata cara pengujian Kendaraan Bermotor; dan
g. sistem informasi uji berkala Kendaraan Bermotor.

31
Sebagai leading sector dalam hal kendaraan yang berkeselamatan pemerintah
dalam hal ini Kementerian Perhubungan wajib memberikan jaminan keselamatan
secara teknis terhadap penggunaan Kendaraan Bermotor di jalan. Dalam
menjalankan tugasnya, Penguji Kendaraan Bermotor dianggap perlu untuk memiliki
kemampuan menjelaskan tentang Peraturan Perundang-undangan mengenai
Kebijakan, mampu menjelaskan Pedoman Pelaksanaan Kebijakan Uji Tipe dan Uji
Berkala Kendaraan Bermotor, dan mampu melaksanakan pengujian tipe dan
pengujian berkala kendaraan bermotor yang berkesesuaian dengan peraturan yang
berlaku.

F. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian


Tipe Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor dan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 23 Tahun 2021 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang
Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor, pasal 2 yang berbunyi maksud dan tujuan uji
tipe kendaraan bermotor meliputi;
1. Memberikan kepastian hukum terhadap pemenuhan persyaratan teknis dan laik
jalan kendaraan bermotor;
2. Memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan
bermotor di jalan;
3. Mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran
yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan;
4. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengujian tipe Kendaraan Bermotor harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Unit Pelaksana Uji Tipe Kendaraan Bermotor wajib dilengkapi dengan fasilitas
dan peralatan pengujian;
b. pemilihan jenis, tipe, kapasitas, jumlah, dan teknologi fasilitas serta peralatan
pengujian harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan regulasi
Kendaraan Bermotor;

32
c. pengujian dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kompetensi di bidang
pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
d. pengujian harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan tata cara serta lokasi
yang telah ditetapkan dengan menggunakan peralatan pengujian yang tersedia;
e. hasil Uji Tipe Kendaraan Bermotor harus akurat dan dapat dipertanggung
jawabkan;
f. fasilitas dan peralatan pengujian harus dipelihara/ dirawat dengan baik secara
periodik, sehingga semua fasilitas dan peralatan pengujian selalu dalam kondisi
layak pakai dan siap dioperasikan;
g. peralatan pengujian harus dilakukan kalibrasi secara periodik;
h. kapasitas fasilitas dan peralatan pengujian harus diupayakan sesuai dengan
jumlah tipe Kendaraan Bermotor yang diuji; dan
i. kemudahan dan kejelasan informasi bagi pemohon pengujian tipe.

Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut, maka diperlukan jabatan fungsional


Penguji Kendaraan Bermotor yang mempunya tugas dan fungsi diantaranya meliputi:
1. Mengawasi atas pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan
Bermotor;
2. Mengawasi kegiatan pemeriksaan kesesuaian fisik Kendaraan Bermotor;
3. Menyusun kebijakan atas pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
4. Menyusun petunjuk teknis pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
5. Melaksanakan kegiatan uji sampel Kendaraan Bermotor;
6. Melakukan penerbitan Sertifikat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
7. Melakukan penerbitan atas Surat Keputusan Pengesahan Rancang Bangun
Kendaraan Bermotor;
8. Melakukan penerbitan Sertifikat Registrasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor.

Dengan intensitas dan kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap uji tipe
kendaraan bermotor, Direktorat Jendral Perhubungan Darat membutuhkan tenaga
profesional di bidang inspeksi kelaikan kendaraan bermotor, baik untuk level keahlian
maupun keterampilan. Atas dasar tersebut, menjadi penting mengusulkan jabatan
fungsional Penguji Kendaraan Bermotor untuk membantu Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

G. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 19 Tahun


2021 Tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor

Uji berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara berkala
terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang

33
dioperasikan di jalan. Uji berkala kendaraan bermotor dilaksanakan dengan tujuan
untuk:
a. memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan
Kendaraan Bermotor wajib Uji Berkala di jalan;
b. mendukung terwujudnya kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran
yang diakibatkan oleh penggunaan Kendaraan Bermotor wajib Uji Berkala di
jalan;
c. memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.

Uji Berkala dilakukan terhadap : Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil
Barang, Kereta Gandengan; dan Kereta Tempelan yang terdiri dari:
a. pendaftaran kendaraan wajib uji berkala;
b. uji berkala pertama; dan
c. uji berkala perpanjangan masa berlaku.

Waktu pelaksanaan uji berkala perdana dilakukan paling lama satu tahun,
setelah terbit surat tanda nomor kendaraan (STNK) yang pertama kali. Kemudian
perpanjangan uji berkala selanjutnya dilakukan 6 bulan setelah uji berkala pertama,
dan dilakukan terus menerus setiap enam bulan sekali.
Dengan intensitas dan kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap uji berkala
kendaraan bermotor, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat membutuhkan tenaga
profesional di bidang pengujian kendaraan bermotor, baik untuk level keahlian
ataupun keterampilan. Atas dasar tersebut, menjadi penting mengusulkan jabatan
fungsional Penguji Kendaraan Bermotor untuk membantu Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat dan pemerintah daerah memberikan pelayanan yang optimal
kepada masyarakat sesuai dengan kewenangannya.

H. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016


Tentang Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor
Dalam Peraturan Menteri ini dijelaskana bahwa Penguji Kendaraan Bermotor
adalah orang yang telah memiliki kompetensi diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
tugas pengujian kendaraan bermotor. adapun Pengujian Kendaraan Bermotor adalah
serangkaian kegiatan menguji dan/ atau memeriksa bagian atau komponen
kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan bermotor
khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
Sementara Uji Berkala adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan secara
berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan
yang dioperasikan di jalan.

34
Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri ini dijelaskan bahwa Uji berkala kendaraan
bermotor harus dilakukan oleh penguji yang memiliki kompetensi di bidang pengujian
kendaraan bermotor secara berjenjang. Penguji dapat berstatus sebagai Pegawai
ASN dan non ASN (pegawai swasta). Adapun pegawai ASN terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan
b. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK).
Penguji yang telah memiliki kompetensi dan berstatus sebagai PNS dapat
diangkat menjadi pejabat fungsional tertentu sebagai penguji kendaraan bermotor
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Uji berkala kendaraan
bermotor harus dilakukan oleh penguji yang memiliki kompetensi di bidang pengujian
kendaraan bermotor secara berjenjang.
Penguji Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berada
pada:
a. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik Pemerintah Kabupaten/Kota;
b. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta;
c. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik agen pemegang merek
(APM) kendaraan bermotor; dan/atau
d. unit pelaksana uji berkala kendaraan bermotor milik swasta.

Dalam Pasal 7 Peraturan Menteri ini ditegaskan bahwa Kompetensi penguji


berkala kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari 8
(delapan) tingkat jenjang dengan urutan dari tingkat paling rendah hingga tingkat
paling tinggi sebagai berikut:
a. Pembantu Penguji;
b. Penguji Pemula;
c. Penguji Tingkat Satu;
d. Penguji Tingkat Dua;
e. Penguji Tingkat Tiga;
f. Penguji Tingkat Empat;
g. Penguji Tingkat Lima; dan
h. Master Penguji.

Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor diberikan dan berlaku hanya


kepada penguji yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan di bidang pengujian
kendaraan bermotor serta lulus uji kompetensi. Kompetensi Penguji diberikan dengan
tahapan:
a. pendidikan dan pelatihan;

35
b. uji kompetensi;
c. penilaian uji kompetensi; dan/atau
d. penetapan hasil uji kompetensi;
e. peningkatan jenjang kompetensi.

Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016 menjadi


dasar untuk mengidentifikasi wewenang tugas, tanggung jawab, kompetensi dan
pelatihan bagi jabatan fungsional Penguji kendaraan bermotor, secara lebih spesifik
dalam melakukan uji berkala. Untuk implementasinya, dapat dilakukan penyesuaian
nomenklatur dimana pembantu penguji setara dengan Penguji kendaraan bermotor
level pemula, penguji pemula setara dengan Penguji kendaraan bermotor level
terampi, penguji tingkat I setara dengan Penguji kendaraan bermotor level mahir, dan
penguji tingkat II setara dengan Penguji kendaraan bermotor level penyelia.

I. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 22 Tahun


2022 Tentang Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor
Penguji Tipe Kendaraan Bermotor adalah orang yang telah memiliki kompetensi
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan tugas pengujian tipe Kendaraan Bermotor.
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor adalah jenjang keterampilan
dan/atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan Penguji Tipe
Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan dan
pelatihan, serta uji Kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat Kompetensi dan
tanda kualifikasi teknis Penguji Tipe Kendaraan Bermotor.
Dalam Pasal 2 Peraturan Menteri ini ditegaskan bahwa Uji Tipe Kendaraan
Bermotor harus dilakukan oleh Penguji Tipe Kendaraan Bermotor yang telah memiliki
Kompetensi. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor merupakan aparatur sipil negara pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Aparatur sipil negara sebagaimana dimaksud
yang telah memiliki Kompetensi dapat diangkat menjadi pejabat fungsional tertentu
sebagai penguji Kendaraan Bermotor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penguji Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus
memiliki kemampuan menguasai dan memahami:
a. peraturan perundang-undangan di bidang Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
b. metode pengujian laik jalan Kendaraan Bermotor;
c. teknik Kendaraan Bermotor;
d. perhitungan jumlah berat yang diizinkan;
e. sistem informasi pengujian;

36
f. unjuk kerja peralatan penunjang/bantu Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
g. persyaratan administrasi Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
h. rekayasa dan rancang bangun Kendaraan Bermotor;
i. teknik pengoperasian Kendaraan Bermotor;
j. perawatan sarana dan alat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
k. pemeriksaan persyaratan teknis Kendaraan Bermotor;
l. kalibrasi/verifikasi alat Uji Tipe Kendaraan Bermotor;
m. analisis hasil pengujian;
n. analisis hasil kaji ulang dokumen sistem mutu dan instruksi kerja/format/blangko;
o. penjaminan mutu laboratorium/fasilitas pengujian;
p. analisis data hasil pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
q. evaluasi komprehensif terhadap hasil pengujian tipe Kendaraan Bermotor;
r. konsep prosedur kerja laboratorium;
s. penelitian, pengkajian, dan/atau survei di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor atau teknologi otomotif; dan
t. validasi untuk pengesahan gambar teknik tentang rancang bangun dan rekayasa
Kendaraan Bermotor.
Penguasaan terhadap kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara berjenjang yaitu
a. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat I;
b. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat II;
c. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat III; dan
d. Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat IV.
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 diberikan dengan tahapan:
a. pendidikan dan pelatihan;
b. uji Kompetensi;
c. penilaian uji Kompetensi; dan
d. penetapan hasil uji Kompetensi.
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor yang belum memiliki Sertifikat Kompetensi dan Tanda Kualifikasi wajib
menyesuaikan persyaratan dan kualifikasi berdasakan ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan
Menteri ini diundangkan.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan melalui prosedur
sebagai berikut:

37
a. jika telah memiliki jabatan fungsional penguji Kendaraan Bermotor dapat
disesuaikan sebagai berikut:
a) penguji Kendaraan Bermotor pemula dan penguji Kendaraan Bermotor
pelaksana diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor tingkat I; dan
b) penguji Kendaraan Bermotor pelaksana lanjutan dan penguji Kendaraan
Bermotor penyelia diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor tingkat II.
b. jika telah memiliki pendidikan dan pengalaman di bidang pengujian tipe
Kendaraan Bermotor dapat disesuaikan sebagai berikut:
a) latar belakang pendidikan paling tinggi diploma tiga (D3) atau setara,
dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan Bermotor lebih dari
3 (tiga) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat I;
b) latar belakang pendidikan paling tinggi diploma tiga (D3) atau setara,
dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan Bermotor lebih dari
15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe
Kendaraan Bermotor tingkat II;
c) latar belakang pendidikan paling rendah diploma empat (D4) atau sarjana
strata satu (S1) dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor lebih dari 3 (tiga) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun
diberikan Sertifikat Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat III;
dan
d) latar belakang pendidikan paling rendah diploma empat (D4) atau sarjana
strata satu (S1) dengan masa kerja di bidang pengujian tipe Kendaraan
Bermotor lebih dari 15 (lima belas) tahun diberikan Sertifikat Kompetensi
Penguji Tipe Kendaraan Bermotor tingkat IV.
Penyesuaian sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan melalui uji
Kompetensi. Dari Peraturan Menteri ini dapat diketahui bahwa Penguji Tipe
Kendaraan Bermotor memerlukan kompetensi khusus, sehingga diperlukan suatu
jabatan fungsional khusus keahlian penguji kendaraan yang dapat melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan tersebut.

38
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis pada prinsipnya memuat pemikiran-pemikiran mendasar
tentang kewajiban negara, hak-hak dasar warga negara, pandangan hidup, kesadaran,
cita-cita hukum dan moral sebagaimana yang diamanatkan dalam Pancasila dan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Suatu peraturan harus memuat norma-norma
hukum yang diidealkan oleh masyarakat dan dapat menggambarkan sebagai panduan
dan cermin dari harapan dan keinginan bersama suatu masyarakat tentang nilai-nilai
luhur dan filosofis yang hendak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
pelaksanaan peraturan dalam kenyataan.
Secara nasional, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas jalan diperkirakan
mencapai 2,9 – 3,1 % dari total PDB Indonesia. Memperhatikan hal tersebut,
keselamatan jalan sudah sewajarnya menjadi prioritas nasional yang mendesak untuk
segera diperbaiki. Permasalahan keselamatan jalan tidak hanya dihadapi dalam skala
nasional saja, tetapi juga menjadi masalah global. Setiap tahun, terdapat sekitar 1,3 juta
jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, atau lebih dari 3.000 jiwa per harinya. Ada
banyak faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan diantaranya masalah pengguna
jalan (67%), Kendaraan (4%), Jalan dan Lingkungan (5%) serta kombinasi ketiga faktor
diatas (24%). Jika tidak ada langkah-langkah penanganan yang segera dan efektif,
diperkirakan korban kecelakaan akan meningkat dua kali lipat setiap tahunnya.
World Health Organization (WHO) telah mempublikasikan pada tahun 2018
diperkirakan 1,35 juta orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Tanpa
inisiatif baru yang berkelanjutan diperkirakan lebih dari 75 kematian dan 750 juta cedera

39
serius dalam 50 tahun pertama abad-21, dan diperkirakan pada tahun 2030, kecelakaan
lalu lintas di jalan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian nomor 5 (lima) di dunia
setelah penyakit jantung, stroke, paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan.
Menindaklanjuti hal tersebut, pada Maret tahun 2010 Majelis Umum PBB
mendeklarasikan Decade of Action (DoA) for Road Safety 2011 – 2020 yang bertujuan
untuk mengendalikan dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas
jalan secara global dengan meningkatkan kegiatan yang dijalankan pada skala
nasional, regional dan global.
Indonesia berbeda dengan negara maju, paparan risiko terjadinya kecelakaan &
faktor risiko penyebab kecelakaan di Indonesia masih tinggi. Penanganan keselamatan
LLAJ masih memerlukan pendekatan tradisional (pencegahan kecelakaan) yang
diintegrasikan dengan safe system approach (penurunan fatalitas korban) Apabila
keselamatan aktif (active safety) untuk mencegah terjadinya kecelakaan belum dapat
diwujudkan, maka paling tidak program-program keselamatan transportasi jalan harus
dapat menciptakan keselamatan yang bersifat pasif (passive safety) untuk mereduksi
dampak kecelakaan yang terjadi.
Sejalan dengan semangat pendeklarasian Decade of Action for Road Safety 2011-
2020 ini sejalan dengan amanat Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya pada Pasal 203 untuk menyusun Rencana
Umum Nasional Keselamatan (RUNK). Dalam rangka memanfaatkan momentum ini,
Pemerintah Indonesia menyusun RUNK Jalan yang bersifat jangka panjang (25 tahun)
dan mendeklarasikan DoA yang akan menjadi bagian dari materi RUNK Jalan, telah
ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 tentang program
dekade aksi keselamatan jalan dengan target mewujudkan 5 (Lima) Pilar Aksi
Keselamatan Jalan diantaranya:
1. Pilar I Manajemen Keselamatan Jalan (safer Management)
2. Pilar II Jalan yang berkeselamatan (safer road)
3. Pilar III Kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle)
4. Pilar IV Pengguna Jalan Yang Berkeselamatan (safer people)
5. Pilar V Perawatan paska kecelakaan (Post Crash)
Dalam lima pilar tersebut jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan Bermotor
terlibat dalam mewujudkan suksesnya Pilar III untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle). Penurunan fatalitas akibat kecelakaan dapat dilakukan
dengan tindakan langsung secara sinergi melalui pemenuhan persyaratan fungsi laik
jalan; pemenuhan persyaratan keselamatan kendaraan bermotor; pemenuhan
persyaratan penyelenggaraan kompetensi pengemudi kendaraan bermotor; penegakan
hukum ketentuan keselamatan berlalu lintas; dan penanganan korban kecelakaan.

40
Berdasarkan hal tersebut, maka pertimbangan filosofis yang terkandung dalam
usulan peraturan menteri untuk penetapan jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor adalah sebagai kewajiban moral, kesadaran dan cita-cita hukum.

B. Landasan Sosiologis
Setiap tahunnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia terus meningkat secara
signifikan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru terkait perkembangan
jumlah kendaraan bermotor sampai 2018. Jumlah semua jenis kendaraan bermotor di
Indonesia mencapai 146.858.759 unit. Sebanyak 120.101.047 unit adalah sepeda
motor, jumlah bus mencapai 2.538.182 unit, mobil barang sebanyak 7.778.544 unit,
sedangkan mobil penumpang sebanyak 16.440.987 unit. Data tersebut mencatat ada
kenaikan jumlah mobil penumpang setidaknya sebanyak 1 juta unit per tahun.
Tahun 2019, menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(Gaikindo), 1.043.017 unit mobil baru telah mengaspal di Indonesia. Angka itu adalah
penjualan retail (dari dealer ke konsumen), termasuk penjualan kendaraan komersial
seperti truk dan bus. Sementara distribusi dari pabrik ke dealer pada 2019 tercatat
sebanyak 1.030.126 unit.
Sebagai salah satu upaya di dalam memastikan kendaraan yang berkeselamatan
maka Pemerintah harus dapat memastikan sarana angkutan yang beroperasi laik jalan.
Hal ini sejalan dengan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) 2011-
2035 yaitu:
1. Road safety management (manajemen keselamatan berlalu lintas)
2. Safer road (jalan yang berkeselamatan)
3. Safer vehicle (kendaraan yang berkeselamatan)
4. Safer people (pengguna jalan yang berkeselamatan)
5. Post Crash (pasca laka lantas)
berdasarkan RUNK tersebut maka peran dan fungsi Ditjen Perhubungan Darat di dalam
mewujudkan “safer vehicle” yang diterjemahkan ke dalam:
1. Penyelenggaraan dan perbaikan prosedur uji berkala dan uji tipe
2. Pembatasan kecepatan kendaraan
3. Penanganan overloading
4. Penghapusan kendaraan
5. Standar Keselamatan Kendaraan Angkutan Umum
6. Penyempurnaan prosedur uji tipe bagi kendaraan bermotor yang diimpor dalam
keadaan bukan baru dan dimodifikasi

41
Pengawasan di bidang pengujian kendaraan bermotor di terjemahkan ke dalam
sertifikat uji tipe (SUT) atau sertifikasi registrasi uji tipe kendaraan bermotor (SRUT). Hal
ini dilakukan untuk memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap
penggunaan kendaraan bermotor di jalan, mendukung terwujudnya kelestarian
lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan
kendaraan bermotor di jalan; dan memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Uji tipe merupakan kegiatan pengujian yang wajib dilakukan bagi setiap kendaraan
bermotor kereta gandengan, dan kereta tempelan yang diimpor dibuat dan atau dirakit
di dalam negeri serta modifikasi kendaraan bermotor yang menyebabkan perubahan
tipe dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Uji tipe dilakukan
terhadap fisik landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan
lengkap serta penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang
dilakukan terhadap rumah – rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta tempelan
dan kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya.
Sedangkan Uji Berkala merupakan pengujian yang wajib dilakukan terhadap
semua mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan dan kereta
tempelan yang dioperasikan di jalan dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan. Hasil dari pengujian berkala berupa kartu uji, tanda uji dan pengetokan nomor
uji.
Uji tipe dan uji berkala ini dilakukan oleh Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi
Kendaraan Bermotor (BPLJSKB). Saat ini yang melakukan fungsi pengujian adalah
para penguji yang berstatus PNS ataupun PPNPN. Padahal ditinjau dari fungsi jabatan,
kebutuhan di masyarakat, ataupun kebutuhan instansi, para penguji ini merupakan
ujung tombak dalam melakukan pelayanan masyarakat yang bertujuan memastikan
keamanan kualitas kendaraan bermotor dan kelestarian lingkungan. Untuk membangun
kualitas penguji yang sesuai dengan tujuan dan harapannya tersebut, salah satu
caranya adalah melalui strategi pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu untuk
bidang pengujian kendaraan bermotor.
Selain hal hal yang sudah diuraikan di atas, Ditjen Perhubdat dalam menentukan
jenis dan level jabatan fungsional yang tepat sasar terhadap kebutuhan instansi. Untuk
menjamin semua proses pengujian terlaksana dengan baik dari awal sampai akhir,
dibutuhkan penguji di tingkat keahlian serta keterampilan. Fungsi jabatan keduanya
dirancang untuk saling melengkapi. Maka dari itu, secara diusulkan Penguji Kendaraan
Bermotor.

42
C. Landasan Yuridis
Di dalam Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2022
Tentang Kementerian Perhubungan ditegaskan bahwa Kementerian Perhubungan
merupakan instansi pemerintah yang mengemban tugas pokok di bidang
penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang transportasi untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara sehingga mempunyai peran
sangat strategis dalam turut mewujudkan Indonesia yang maju sejahtera, dan
berkeadilan. Oleh karena itu Kementerian Perhubungan senantiasa dituntut untuk dapat
meningkatkan kualitas output dan outcome pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan
hal tersebut Kementerian Perhubungan perlu didukung dengan aparatur sumber daya
manusia yang memiliki profesionalisme dan kompetensi yang tinggi, berdaya guna, dan
berhasil guna.
Upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Perhubungan adalah merekrut
pegawai melalui sistem seleksi yang objektif dan ketat, serta menyelenggarakan
berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selanjutnya dalam rangka upaya
pembinaan karier dan peningkatan mutu profesionalisme seluruh pegawai Kementerian
Perhubungan, perlu diwujudkan komposisi jabatan-jabatan karier, khususnya Jabatan
Fungsional, secara rasional dan komprehensif berdasarkan kebutuhan organisasi. Saat
ini jabatan karier di Kementerian Perhubungan cenderung didominasi jabatan struktural
yang jumlah formasinya relatif terbatas dan statis. Adapun Jabatan Fungsional, yang
notabene merupakan jabatan untuk mewadahi pengembangan profesionalisme pegawai
negeri sipil, cakupan tugas pokok dan jumlahnya relatif masih terbatas. Konsekuensinya
sebagian besar pegawai cenderung mengalami ketidakjelasan profesionalisme, serta
dihadapkan pada jalur karier yang tidak memadai. Kondisi ini berpotensi memicu
demotivasi pegawai dan menjadi kendala bagi terwujudnya organisasi Kementerian
Perhubungan yang profesional dan berkinerja tinggi.
Di dalam sistem kepegawaian Republik Indonesia, pengangkatan pegawai negeri
sipil (yang sekarang dikenal dengan sebutan Aparatur Sipil Negara/ASN) dalam suatu
jabatan dilaksanakan dengan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi,
prestasi kerja, jenjang pangkat, dan syarat objektif lainnya yaitu disiplin kerja, kesetiaan,
pengabdian, pengalaman, kerjasama, dan dapat dipercaya. Jabatan dalam lingkungan
birokrasi pemerintah disebut sebagai jabatan karier, yang hanya dapat diduduki oleh
pegawai negeri sipil atau pegawai negeri yang setelah beralih status sebagai ASN.
Adapun yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam satuan
organisasi. Jabatan karier adalah jabatan struktural dan fungsional di lingkungan

43
organisasi birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh pegawai negeri sipil
yang telah beralih status sebagai ASN. Dari definisi tersebut terdapat 2 macam Jabatan
karir ASN yaitu :
a) Jabatan struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak seorang ASN dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara. Kedudukan tersebut bertingkat-tingkat mulai dari tingkat
terendah eselon IV/b sampai dengan tingkat tertinggi eselon I/a.
b) Jabatan fungsional Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas
disebutkan dalam struktur organisasi, Jabatan Fungsional adalah sekelompok
Jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil jo. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil. menjadi dasar hukum utama dalam pengelolaan pegawai negeri sipil untuk
menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Lebih lanjut di dalam Pasal 67 Peraturan Pemerintah tersebut ditegaskan bahwa
pejabat fungsional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab secara langsung
kepada pejabat pimpinan tinggi pertama, pejabat administrator, atau pejabat pengawas
yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional, sementara
itu dalam Pasal 70 Jabatan Fungsional ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
1) Fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas instansi
pemerintah;
2) Mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan
sertifikasi dan/atau penilaian tertentu;
3) Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat kesulitan dan
kompetensi;
4) Pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam menjalankan tugas profesinya;
dan
5) Kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan dalam bentuk angka kredit.
Termasuk juga setiap pejabat fungsional, sebagaimana diatur dalam Pasal 70,
harus menjamin akuntabilitas jabatan yang meliputi terlaksananya pelayanan fungsional
berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki dalam rangka peningkatan kinerja organisasi
secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional keahlian, dan pelayanan fungsional

44
berdasarkan keterampilan tertentu yang dimiliki dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional keterampilan.
Untuk menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional sebagai upaya
peningkatan efektifitas dan efisiensi untuk mendukung kinerja pelayanan pemerintah
kepada publik, perlu dilakukan penyederhanaan birokrasi melalui penyetaraan jabatan
administrasi ke dalam jabatan fungsional. Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) sebagai instansi yang diberikan kewenangan
untuk pelaksanaan penyederhanaan birokrasi telah menerbitkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 13 Tahun 2019 tentang Pengusulan,
Penetapan dan Pembinaan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Penyetaraan Jabatan Administrasi Ke Dalam Jabatan
Fungsional. Regulasi tersebut menjadi dasar langkah strategis pemerintah untuk
menciptakan birokrasi yang lebih dinamis dan profesional sebagai upaya akselerasi
layanan publik. Diperkuatnya penyederhanaan birokrasi dengan peraturan, adalah
jawaban atas kondisi birokrasi hierarkis saat ini yang kurang efisien dan fleksibel. Hal ini
disebabkan oleh komunikasi berjenjang ke setiap tingkatan sehingga kinerja birokrasi
semakin rigid. Dengan adanya penyederhanaan birokrasi, maka disposisi/komunikasi
lebih fleksibel dan langsung ke fungsional.
Regulasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) tersebut memperkuat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
116 Tahun 2017 tentang tata cara pengangkatan kedalam jabatan fungsional bidang
perhubungan melalui Penyesuaian/ Inpassing, Peraturan Menteri ini merupakan
pedoman bagi PPK dan Pejabat yang Berwenang di Kementerian Perhubungan,
Instansi Pusat selain Kementerian Perhubungan, dan atau Instansi Daerah Provinsi
atau Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan pengangkatan PNS ke dalam Jabatan
Fungsional bidang perhubungan melalui Penyesuaian/ Inpassing
Jabatan fungsional di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat
Kementerian Perhubungan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu satuan organisasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Dalam Naskah Akademik Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor ini,
pemetaan kriteria usulan jabatan fungsional dilakukan dengan melihat bidang-bidang
yang terkait dengan tugas dan fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Pemetaan ini dilakukan dengan mengacu mulai dari peraturan tertinggi UU 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan kemudian peraturan turunan atau di

45
bawahnya yaitu mengenai SDM di Bidang Transportasi dan Rencana Induk SKKNI
Sektor Transportasi seperti dapat di lihat pada tabel berikut ini:

46
Tabel 2 tugas dan Fungsi pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi

Bidang Penyelenggaraan Bidang Sub Bidang Fungsi Kunci

Bidang Jalan inventarisasi tingkat pelayanan SDM di bidang lalu lintas Manajemen dan rekayasa
Jalan dan permasalahannya Lalu lintas dan jalan; lalu lintas (114 UK)
angkutan Jalan
penyusunan rencana dan program angkutan Menyelenggarakan
pelaksanaannya serta penetapan umum; Manajemen Keselamatan
tingkat pelayanan Jalan yang (81 UK)
kendaraan;
diinginkan;
Angkutan (47 UK)
prasarana
perencanaan, pembangunan, dan
lalu lintas Lalu Lintas ASDP (68 UK)
optimalisasi pemanfaatan ruas
jalan; dan
Jalan Mengemudi Mobil Angkutan
keselamata Penumpang (147 UK)
perbaikan geometrik ruas Jalan
n lalu lintas
dan/atau persimpangan Jalan; Mengelola Angkutan ASDP
jalan.
(27 UK)
penetapan kelas Jalan pada setiap
ruas Jalan; Mengelola Prasarana LLAJ
(132 UK)
uji kelaikan fungsi Jalan sesuai
dengan standar keamanan dan Mengelola Prasana LLASDP
keselamatan berlalu lintas; dan (24 UK)
pengembangan sistem informasi Mengelola
dan komunikasi di bidang prasarana Sarana/Kendaraan (109 UK)
Jalan.
Mengelola Sarana ASDP (11
UK)

47
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi

Bidang Sarana penetapan rencana umum Lalu SDM di bidang - -


Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; perkeretaapian
Lintas dan
Manajemen dan Rekayasa Lalu
Angkutan Jalan
Lintas;
persyaratan teknis dan laik jalan
Kendaraan Bermotor;
perizinan angkutan umum;
pengembangan sistem informasi
dan komunikasi di bidang sarana
dan Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
pembinaan sumber daya manusia
penyelenggara sarana dan
Prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
penyidikan terhadap pelanggaran
perizinan angkutan umum,
persyaratan teknis dan kelaikan
Jalan Kendaraan Bermotor yang
memerlukan keahlian dan/atau
peralatan khusus yang
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang

Bidang penyusunan rencana dan program SDM di biadng angkutan di


Pengembangan pelaksanaan pengembangan

48
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi

Industri Lalu industri Kendaraan Bermotor; Pelayaran perairan;


Lintas dan
pengembangan industri kepelabuhanan;
Angkutan Jalan
perlengkapan Kendaraan Bermotor
keselamatan dan
yang menjamin Keamanan dan
keamanan
Keselamatan Lalu Lintas dan
pelayaran; dan
Angkutan Jalan; dan
perlindungan
pengembangan industri
lingkungan maritim
perlengkapan Jalan yang menjamin
Keamanan dan Keselamatan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.

Bidang penyusunan rencana dan program SDM di bidang - -


Pengembangan pelaksanaan pengembangan penerbangan
Teknologi Lalu teknologi Kendaraan Bermotor;
Lintas dan
pengembangan teknologi
Angkutan Jalan
perlengkapan Kendaraan Bermotor
yang menjamin Keamanan dan
Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan; dan
pengembangan teknologi
perlengkapan Jalan yang menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan

Bidang Registrasi pengujian dan penerbitan Surat Izin SDM di bidang bidang lalu lintas Mengurus pengangkatan
dan Indentifikasi Mengemudi Kendaraan Bermotor; multimoda dan angkutan jalan (15UK)
Kendaraan trasportasi dan bidang
pelaksanaan registrasi dan

49
PM 7/2018 tentang
PP 51/2012 tentang Sumber Daya
UU 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan Rencana Induk SKKNI
Manusia di Bidang Transportasi
Sektor Transportasi

Bermotor dan identifikasi Kendaraan Bermotor; pelayaran Mengurus Kepabean (5 UK)


Pengemudi,
pengumpulan, pemantauan, Mengurus pergudangan (22
Penegakan
pengolahan, dan penyajian data UK)
Hukum,
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Operasional Menangani bongkar muat (8
Manajemen dan pengelolaan pusat pengendalian UK)
Rekayasa Lalu Sistem Informasi dan Komunikasi
Lintas Menangani kargo (23 UK)
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Mengurus asuransi (5 UK)
pengaturan, penjagaan,
pengawalan, dan patroli Lalu Lintas; Menangani konsolidasi (9
UK)
penegakan hukum yang meliputi
penindakan pelanggaran dan Menangani kargo berbahaya
penanganan Kecelakaan Lalu dan kargo khusus (6 UK)
Lintas;
pendidikan berlalu lintas;
pelaksanaan Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas; dan
pelaksanaan manajemen
operasional Lalu Lintas.

Secara lebih detail penjabaran fungsi atau kegiatan dari masing-masing bidang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Fungsi Bidang Sarana Transportasi Jalan

50
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN

Uji Tipe Kendaraan • pengujian, sertifikasi dan registrasi, Sertifikasi Tipe • pengujian, penentuan ambang batas laik
Bermotor pengesahan varian, Kendaraan jalan pengujian,
Bermotor
• rancang bangun dan rekayasa, • pengesahan varian, sertifikasi, registrasi,
ambang batas laik jalan serta
• pengujian, • kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji
tipe kendaraan bermotor.
• kompetensi dan sertifikasi tenaga
penguji tipe kendaraan bermotor, Rancang Bangun • pengesahan rancang bangun dan
Kendaraan rekayasa kendaraan bermotor,
• rancang bangun dan rekayasa, serta
Bermotor
• pengesahan rancang bangun dan
• akreditasi bengkel karoseri;
rekayasa tipe kendaraan bermotor, serta
• akreditasi bengkel karoseri.

Uji Berkala Kendaraan • fasilitas pengujian berkala, Fasilitas Pengujian • fasilitas pengujian berkala, standar teknis,
Bermotor pelayanan, penetapan dan akreditasi unit
• kalibrasi peralatan uji berkala,
pelaksana pengujian berkala kendaraan
• penentuan ambang batas laik jalan
• bermotor,
pengujian berkala,
• kalibrasi peralatan uji berkala kendaraan
• spesifikasi teknis bukti lulus uji
bermotor,
berkala, serta standar teknis,
pelayanan, penetapan dan akreditasi • pengelolaan data dan informasi, serta
unit pelaksana pengujian berkala
• bantuan teknis bidang uji berkala
kendaraan bermotor,
kendaraan bermotor.
• pengelolaan data dan informasi,
Sertifikasi Penguji • kompetensi dan sertifikasi tenaga penguji
• kompetensi dan sertifikasi tenaga berkala dan tenaga kalibrasi peralatan uji
penguji berkala dan tenaga kalibrasi berkala,
peralatan uji berkala kendaraan
• penentuan ambang batas laik jalan

51
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN

bermotor, pengujian berkala, spesifikasi teknis bukti


lulus uji berkala, serta
• penetapan perusahaan pencetak bukti
lulus uji berkala kendaraan bermotor, • penetapan perusahaan pencetak bukti
serta lulus uji berkala kendaraan bermotor.
• bantuan teknis bidang uji berkala
kendaraan bermotor;

Manajemen • rencana dan program pengembangan Monitoring dan • rencana umum keselamatan lalu lintas dan
Keselamatan keselamatan lalu lintas dan angkutan Evaluasi angkutan jalan,
jalan,
• manajemen kecepatan, serta
• sistem manajemen keselamatan
• penetapan kualifikasi asesor sistem
angkutan umum,
manajemen keselamatan lalu lintas dan
• kualifikasi asesor sistem manajemen angkutan jalan.
keselamatan,
Pengembangan • program pengembangan keselamatan lalu
• manajemen kecepatan, serta Keselamatan lintas dan angkutan jalan,
• pengelolaan data dan informasi • sistem manajemen keselamatan angkutan
keselamatan lalu lintas dan angkutan umum, serta
jalan;
• pengelolaan data dan informasi
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan.

Promosi dan Kemitraan • promosi, kemitraan keselamatan antar Promosi • promosi, sosialisasi, publikasi, penyuluhan,
Keselamatan lembaga dan masyarakat, serta manajemen kampanye keselamatan
• sosialisasi, publikasi, penyuluhan, lalu lintas dan angkutan jalan.
• pengelolaan data dan informasi, dan Kemitraan • kemitraan keselamatan antar lembaga dan
manajemen masyarakat,
• kampanye keselamatan lalu lintas dan • pengelolaan data dan informasi

52
BIDANG SARANA TRANSPORTASI JALAN

angkutan jalan, serta keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan,


serta
• pembinaan awak kendaraan angkutan
umum; • pembinaan awak kendaraan angkutan
umum.

53
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
APARATUR NEGARA

A. Dasar Hukum
Peraturan-peraturan yang mendasari dan mengamanatkan usulan pembentukan
Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor adalah:
1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Sebagaimana Telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5494);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 647);
8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

37
Peraturan Presiden Nomor 116 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
240);
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2021 Nomor 126);
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
13 Tahun 2019 tentang Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 834);
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
60 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 1249);
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2021 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor Sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 30 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 33 Tahun 2018 Tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018
tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor

B. Instansi Pembina
Instansi Pembina jabatan fungsional Penguji Kendaraan Bermotor adalah instansi
yang menggunakan jabatan fungsional yang mempunyai bidang kegiatan sesuai
dengan tugas pokok instansi tersebut atau instansi yang apabila dikaitkan dengan
bidang tugasnya dianggap mampu untuk ditetapkan sebagai Pembina jabatan
fungsional.
Instansi Pembina Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor adalah unit kerja teknis di
Kementerian Perhubungan yang melaksanakan kebijakan di bidang uji tipe kendaraan
bermotor, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Sesuai tugas pokok dan fungsi di bidang sarana transportasi jalan, Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat melaksanakan tugas dalam perumusan dan pelaksanaan

38
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang uji tipe dan uji berkala
kendaraan bermotor. Tugas Pokok Instansi Pembina:
1. Menyusun pedoman Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
2. Menyusun standar kompetensi Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
3. Menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis Jabatan Fungsional Analis
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
4. Menyusun standar kualitas hasil kerja dan pedoman penilaian kualitas hasil kerja;
5. Menyusun pedoman penulisan karya tulis/karya ilmiah yang bersifat inovatif di
bidang tugas;
6. Menyusun kurikulum pelatihan jabatan fungsional;
7. Menyelenggarakan pelatihan jabatan fungsional;
8. Membina penyelenggaraan pelatihan fungsional pada lembaga pelatihan;
9. Menyelenggarakan uji kompetensi jabatan fungsional;
10. Menganalisis kebutuhan pelatihan fungsional di bidang tugas jabatan fungsional;
11. Melakukan sosialisasi jabatan fungsional;
12. Mengembangkan sistem informasi jabatan fungsional;
13. Memfasilitasi pelaksanaan tugas jabatan fungsional;
14. Memfasilitasi pembentukan organisasi profesi jabatan fungsional;
15. Memfasilitasi penyusunan dan penetapan kode etik profesi dan kode perilaku
jabatan fungsional;
16. Melakukan akreditasi pelatihan fungsional dengan mengacu pada ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Lembaga Akreditasi Nasional;
17. Melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan jabatan fungsional;
18. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah dalam rangka pembinaan karier.
19. Menyusun informasi faktor jabatan untuk evaluasi jabatan
20. Penyusunan naskah usulan tunjangan jabatan
Dalam rangka pembinaan, Instansi Pembina mempunyai kewenangan penilaian
kinerja terhadap Pejabat Fungsional. Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional
ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar
pertimbangan Tim Penilai. Tim Penilai dibentuk oleh pimpinan instansi pembina jabatan
fungsional jabatan fungsional atau pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional.
Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan mengangkat
dan/atau memberhentikan Pegawai Negeri berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

39
Tim penilai terdiri dari pejabat yang berasal dari unsur teknis yang membidangi
jabatan fungsional dan unsur pejabat fungsional dengan jenjang paling kurang sama
dengan jenjang Pejabat Fungsional yang dinilai. Tim penilai memberikan pertimbangan
kepada pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit dan kenaikan pangkat
pejabat fungsional yang bersangkutan.
Angka kredit yang dipakai sebagai penilaian prestasi kerja merupakan salah satu
unsur dari Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) / Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil, oleh karenanya maka unsur-unsur lain yang dipersyaratkan
dalam DP3 / Prestasi Kerja DP3 bagi kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan perlu
dipenuhi oleh setiap pejabat fungsional.
Perpindahan Pegawai Negeri Sipil antar jabatan fungsional atau antar jabatan
fungsional dengan jabatan struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk masing-masing jabatan tersebut.
Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih tinggi disamping
diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah ditetapkan harus pula memenuhi syarat-
syarat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Tim
Penilai memiliki tugas:
1. Mengevaluasi keselarasan hasil penilaian yang dilakukan oleh pejabat penilai;
2. Memberikan penilaian angka kredit berdasarkan nilai capaian tugas jabatan;
3. Memberikan rekomendasi kenaikan pangkat dan/atau jenjang jabatan;
4. Memberikan rekomendasi mengikuti uji kompetensi;
5. Melakukan pemantauan terhadap hasil hasil penilaian capaian tugas jabatan;
6. Memberikan pertimbangan penilaian Sasaran Kinerja Pegawai;
7. Memberikan bahan pertimbangan kepada Pejabat yang Berwenang dalam
pengembangan PNS, pengangkatan dalam jabatan, pemberian tunjangan dan
sanksi, mutasi, serta keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan.

C. Pengertian / Definisi
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah.
2. Pegawai ASN yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat
pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau

40
diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
3. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara
tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
4. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan fungsi, tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang Pegawai ASN dalam suatu satuan organisasi.
5. Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT adalah sekelompok
Jabatan tinggi pada instansi pemerintah.
6. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah Pegawai ASN yang menduduki JPT.
7. Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA adalah sekelompok Jabatan
yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan.
8. Pejabat Administrasi adalah Pegawai ASN yang menduduki JA pada instansi
pemerintah.
9. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah sekelompok Jabatan
yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu.
10. Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang menduduki JF pada instansi
pemerintah.
11. Perpindahan Horizontal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan lain yang setara, baik di dalam satu kelompok maupun antar kelompok JA,
JF, atau JPT.
12. Perpindahan Vertikal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan yang lain yang lebih tinggi, di dalam satu kelompok JF.
13. Perpindahan Diagonal adalah perpindahan dari satu posisi Jabatan ke posisi
Jabatan lain yang lebih tinggi antar kelompok JA, JF, atau JPT.
14. Pembinaan JF adalah upaya peningkatan dan pengendalian standar profesi JF
yang meliputi kewenangan pengelolaan, prosedur dan metodologi pelaksanaan
tugas Pejabat Fungsional.
15. Ekspektasi Kinerja yang selanjutnya disebut Ekspektasi adalah harapan atas hasil
kerja dan perilaku kerja Pegawai ASN.
16. Evaluasi Kinerja Periodik Pejabat Fungsional adalah proses dimana pejabat penilai
kinerja mereviu keseluruhan hasil kerja dan perilaku kerja Pejabat Fungsional
selama bulanan atau triwulanan dan menetapkan predikat kinerja periodik Pejabat
Fungsional berdasarkan kuadran kinerja Pejabat Fungsional.

41
17. Evaluasi Kinerja Tahunan Pejabat Fungsional adalah proses dimana pejabat penilai
kinerja mereviu keseluruhan hasil kerja dan perilaku kerja Pejabat Fungsional
selama satu tahun kinerja dan menetapkan predikat kinerja tahunan Pejabat
Fungsional berdasarkan kuadran kinerja Pejabat Fungsional.
18. Predikat Kinerja adalah predikat yang ditetapkan oleh Pejabat Penilai Kinerja atas
hasil evaluasi kinerja Pegawai ASN baik secara periodik maupun tahunan.
19. Pejabat Penilai Kinerja adalah atasan langsung Pejabat Fungsional dengan
ketentuan paling rendah pejabat pengawas atau pejabat lain yang diberi
pendelegasian kewenangan.
20. Pimpinan adalah Pejabat Penilai Kinerja, pejabat lain dalam satu unit organisasi,
lintas unit organisasi, lintas instansi pemerintah pemilik kinerja (outcome/outcome
antara/output/layanan), dan/atau pejabat lain di luar instansi pemerintah dimana
pegawai mendapat penugasan khusus.
21. Angka Kredit adalah nilai kuantitatif dari hasil kerja Pejabat Fungsional.
22. Angka Kredit Kumulatif adalah akumulasi nilai Angka Kredit yang harus dicapai oleh
Pejabat Fungsional sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat dan jabatan.
23. Tim Penilai Kinerja PNS adalah tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang
untuk memberikan pertimbangan kepada pejabat pembina kepegawaian atas
usulan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam Jabatan,
pengembangan kompetensi, serta pemberian penghargaan bagi PNS.
24. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran dan penilaian terhadap kompetensi
teknis, manajerial, dan sosio kultural dari Pegawai ASN.
25. Pejabat yang Berwenang yang selanjutnya disingkat PyB adalah pejabat yang
mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
26. Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat
yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
27. Unit Organisasi adalah bagian dari struktur organisasi yang dapat dipimpin oleh
Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama, pejabat
administrator, pejabat pengawas, atau Pejabat Fungsional yang diangkat untuk
memimpin suatu unit kerja mandiri berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
28. Instansi Pemerintah adalah instansi pusat dan instansi daerah.

42
29. Instansi Pusat adalah kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga nonstruktural.
30. Instansi Daerah adalah perangkat daerah provinsi dan perangkat daerah
kabupaten/kota yang meliputi sekretariat daerah, sekretariat dewan perwakilan
rakyat daerah, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah.
31. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
aparatur negara.
32. Instansi Pembina adalah kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, dan kesekretariatan lembaga non struktural yang
memiliki dan melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan sesuai bidang tugas
jabatan fungsional;
33. Uji tipe kendaraan bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap fisik
kendaraan bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum kendaraan
bermotor dibuat dan / atau dirakit dan / atau diimpor secara massal serta
kendaraan bermotor yang dimodifikasi;
34. Uji berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan secara berkala
terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan,
yang dioperasikan di jalan;
35. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor;
36. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel;
37. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga
manusia dan/atau hewan;
38. Mobil Penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki
tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang
beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
39. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk
lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih
dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram;
40. Mobil Barang adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang sebagian atau
seluruhnya untuk mengangkut barang;
41. Kereta Gandengan adalah sarana untuk mengangkut barang yang seluruh
bebannya ditumpu oleh sarana itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh
Kendaraan Bermotor;

43
42. Kereta Tempelan adalah sarana untuk mengangkut barang yang dirancang untuk
ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh Kendaraan Bermotor penariknya;
43. Jumlah Berat Yang Diizinkan yang selanjutnya disebut JBI adalah berat maksimum
Kendaraan Bermotor berikut muatannya yang diizinkan berdasarkan kelas jalan
yang dilalui;
44. Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor adalah jenjang keterampilan
dan/atau keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan penguji
kendaraan bermotor yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dan pelatihan
yang ditunjuk oleh Menteri, dan dibuktikan dengan sertifikat kompetensi dan tanda
kualifikasi teknis penguji kendaraan bermotor;
45. Tanda Kualifikasi Kompetensi Penguji Berkala adalah tanda kualifikasi yang
menunjukkan klasifikasi kompetensi penguji berkala kendaraan bermotor, yang
diberikan kepada setiap penguji berkala kendaraan bermotor yang telah dinyatakan
memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum di dalam sertifikat kompetensi
penguji berkala kendaraan bermotor, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat;
46. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan / atau
memeriksa bagian atau komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan
kereta tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik
jalan;
47. Sertifikat kompetensi adalah legitimasi kompetensi dalam bidang penguji tipe
kendaraan bermotor yang diberikan kepada penguji yang telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan keahlian, wewenang dan tanggung jawab penguji
secara berjenjang yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat;

D. Klasifikasi Jabatan
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara, antara lain disebutkan bahwa penentuan
jenis rumpun jabatan fungsional menggunakan perpaduan pendekatan antara Jabatan
dan Bidang Ilmu Pengetahuan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas. Dari
dua pendekatan tersebut maka untuk Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor masuk
dalam Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan. Rumpun pengawas kualitas dan
keamanan adalah rumpun jabatan fungsional PNS yang tugasnya berkaitan dengan
penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional
serta memeriksa pengimplementasian peraturan perundang undangan yang
berhubungan dengan pencegahan kebakaran dan bahaya lain, keselamatan kerja,

44
perlindungan kesehatan dan lingkungan, keselamatan proses produksi, barang dan
jasa yang dihasilkan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan standar kualitas dan
spesifikasi pabrik

E. Kedudukan Jabatan Fungsional Dalam Organisasi/Instansi


Pemerintah
1. Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor berkedudukan pada lingkup
Instansi Pembina dan Unit-Unit Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai pejabat
fungsional di bidang Perhubungan Darat dan bersifat terbuka;
2. Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud di atas
merupakan jabatan karier Aparatur Sipil Negara pada tingkat jabatan keterampilan.

F. Jenjang Jabatan
Jabatan fungsional Penguji Tipe Kendaraan Bermotor termasuk dalam kategori
jabatan keterampilan terdiri dari 4 (empat) jenjang jabatan:
1. Penguji Kendaraan Bermotor Pemula;
2. Penguji Kendaraan Bermotor Terampil;
3. Penguji Kendaraan Bermotor Mahir;
4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia.
Gambaran jenjang dan pangkat jabatan:
Tabel 4 Jenjang dan Pangkat Jabatan

JENJANG
NO PANGKAT GOL./RUANG
JABATAN

1. PEMULA Pengatur Muda II/a

Pengatur Muda Tingkat I; II/b;


2. TERAMPIL Pengatur; II/c;
Pengatur Tingkat I II/d.

Pangkat Penata Muda;


3. MAHIR Pangkat Penata Muda Tingkat III/a - III/b
I.

Pangkat Penata; III/c;


4 PENYELIA
Pangkat Penata Tingkat I III/d

45
Pengkategorian jenjang jabatan diatas merujuk pada pada PERKA BKN No.21
Tahun 2011 tentang pendoman pelaksanaan evaluasi jabatan dengan
memperhitungkan 9 faktor, yaitu:
Faktor 1 - Pengetahuan yang Dibutuhkan Jabatan.
Faktor 2 - Pengawasan Penyelia
Faktor 3 – Pedoman
Faktor 4 - Kompleksitas
Faktor 5 - Ruang Lingkup dan Dampak
Faktor 6 - Hubungan Personal
Faktor 7 - Tujuan Hubungan
Faktor 8 - Persyaratan Fisik
Faktor 9 - Lingkungan

Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor akan menghadapi berbagai risiko dalam


mengemban tugas. Risiko tersebut dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Risiko kerja berkaitan dengan keselamatan kerja baik diri maupun orang lain, terdiri
dari; (i) terlalu lama berdiri dapat menderita gangguan kardiovaskular, nyeri kaki,
varises, kelelahan dan gangguan vena kronis. (ii) - Terlalu lama duduk dalam
menyelesaikan kegiatan dan posisi duduk yang tidak ergonomis dapat meningkatkan
risiko kaki menjadi kaku dan lemah, sakit punggung dan pinggul, bahu dan leher
menjadi kaku, saraf terjepit, obesitas, varises, penyakit jantung, diabetes, hingga
depresi, (iii) Terlalu lama dalam menyelesaikan kegiatan didepan komputer membuat
terpapar radiasi cahaya monitor/komputer dalam waktu yang lama dan dapat
menyebabkan efek negatif pada tubuh seperti pusing, mata lelah hingga rabun,
sindrom carpal tunnel, cedera, sakit punggung, gangguan tidur, dan stress hingga
depresi;
2) Risiko tanggung jawab atas tugas fungsi jabatan yang diampu, terdiri dari; (i)
ketidaksesuaian jumlah permohonan pemeriksaan fisik dan rancang bangun
kendaraan bermotor dan jumlah kendaraan uji dengan SDM penguji yang ada
sehingga menambah beban kerja penguji, (ii) kelalaian dalam pendokumentasian
kendaraan uji yang merugikan customer, (iv) kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap prosedur pemeriksaan rancang bangun menyebabkan
ketidaksesuaian/kekeliruan dalam pemenuhan persyaratan sehingga target waktu
pelayanan tidak tercapai, hal ini dapat berdampak pada kinerja dan citra petugas
pemeriksa/peneliti rancang bangun karena adanya anggapan bahwa proses lebih
lama, padahal kesalahan bukan pada petugas, (v) ketidaksesuaian kerja
mengakibatkan kerusakan pada kendaraan bermotor yang merugikan pemohon;

46
3) Risiko terhadap masyarakat dan lingkungan kerja, terdiri dari; (ii) ketidaksesuaian
hasil kerja akibat tekanan lingkungan berisiko memunculkan konflik kepentingan,
penyalahgunaan wewenang, gratifikasi dan KKN.
Dari perhitungan untuk kompetensi, Penguji Kendaraan Bermotor memiliki jenjang
jabatan fungsional, sebagai berikut:
1. Penguji Kendaraan Bermotor Pemula dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi Level 1;
2. Penguji Kendaraan Bermotor Terampil dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi Level 2;
3. Penguji Kendaraan Bermotor Mahir dengan beban kerja yang memiliki kompetensi
Level 3.
4. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia dengan beban kerja yang memiliki
kompetensi teknis Level 4, serta kompetensi manajerial dan perekat bangsa level 3.

G. Tugas Jabatan
Tugas jabatan Penguji Kendaraan Bermotor yaitu melaksanakan inspeksi,
pengamatan (surveillance), survei dan pengujian (test) serta pelaporan di bidang
Kelaikan Kendaraan Bermotor, yang terdiri dari uji tipe dan uji berkala.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012
Tentang Kendaraan, berikut adalah cakupan tugas di bidang uji tipe dan uji berkala
kendaraan bermotor:
1) Uji tipe kendaraan bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap (i) fisik
kendaraan bermotor, (ii) penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor, kereta gandengan atau kereta tempelan sebelum kendaraan
bermotor dibuat dan / atau dirakit dan / atau diimpor secara massal serta
kendaraan bermotor yang dimodifikasi;
2) Uji berkala kendaraan bermotor adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang
dilakukan secara berkala terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta
Gandengan, dan Kereta Tempelan, yang dioperasikan di jalan. Uji berkala terdiri
dari (i) pendaftaran wajib uji berkala, (ii) uji berkala pertama, (iii) uji berkala
perpanjangan waktu.

H. Uraian Kegiatan dan Hasil Kerja (Output) Kegiatan


Tugas pokok Penguji Kendaraan Bermotor, adalah melaksanakan pemastian
kelaikan jalan kendaraan yang meliputi pengujian berkala kendaraan bermotor,

47
pengujian tipe kendaraan bermotor, rancang bangun dan rekayasa kendaraan
bermotor, dan perawatan serta perbaikan peralatan pengujian kendaraan bermotor.
Merujuk pada PM 33 Tahun 2018 tentang pengujian tipe kendaraan bermotor,
pengujian tipe terdiri dari; (i) Pengujian fisik yaitu pemenuhan persyaratan teknis dan
laik jalan terhadap landasan Kendaraan Bermotor, dan Kendaraan Bermotor dalam
Keadaan Lengkap, (ii) Penelitian Rancang Bangun dan Rekayasa Kendaraan Bermotor
terhadap desain a) Rumah-Rumah; b) bak muatan; c) Kereta Gandengan; d) Kereta
Tempelan; dan e) Kendaraan Bermotor dimodifikasi yang menyebabkan perubahan tipe
berupa dimensi, mesin, dan kemampuan daya angkut. Merujuk pada PM 133 Tahun
2015 Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor pengujian berkala kendaraan bermotor
meliputi kegiatan (i) pemeriksaan teknis kendaraan bermotor, (ii) pengujian laik jalan
kendaraan bermotor, (iii) pemberian tanda lulus uji kendaraan bermotor. Rincian Tugas
Penguji Kendaraan Bermotor.disampaikan lebih rinci pada lampiran I.

I. Standar Kompetensi
Standar kompetensi Jabatan Penguji Kendaraan Bermotor sesuai ketentuan
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara.
Secara umum, bagi pejabat fungsional Penguji Kendaraan Bermotor Jalan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berijazah paling rendah:
a) SMK teknik mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan
bermotor, transportasi dan disiplin ilmu yang relevan, atau SMA jurusan IPA
(dengan syarat wajib memiliki ijazah/sertifikat kursus otomotif) untuk tingkat
Pemula;
b) Diploma 2 dan/atau 3 Pengujian Kendaraan Bermotor untuk tingkat terampil.
c) S1 teknik mesin, elektro, listrik, fisika, otomotif, pengujian kendaraan bermotor,
transportasi dan disiplin ilmu yang relevan untuk tingkat mahir dan penyelia
2. Memiliki SIM A untuk tingkat pemula dan terampil, SIM Minimal golongan B-1 untuk
Mahir dan Penyelia.
3. Memiliki Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL) Dasar untuk tingkat
pemula, STTPL Lanjutan Satu Penguji Kendaraan Bermotor untuk tingkat
Terampil, STTPL Lanjutan Dua Penguji Kendaraan Bermotor untuk Mahir dan
STTPL Lanjutan Tiga Penguji Kendaraan Bermotor untuk untuk Penyelia.
4. Pangkat paling rendah Pengatur Muda, golongan ruangan II/a;
5. Telah lulus Assessment.

48
Secara lebih rinci, terutama terkait persyaratan bidang pendidikan, pelatihan,
pengalaman kerja dan pangkat diuraikan pada Lampiran 2.

J. Pengangkatan Dalam Jabatan


Merujuk pada Permenpan Nomor 1 Tahun 2023, Pengangkatan PNS ke dalam Jabatan
Fungsional Analis Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan dapat dilakukan
melalui pengangkatan:
1. pertama;
2. perpindahan dari jabatan lain;
3. penyesuaian.

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut untuk ketiga proses tersebut:


1. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan Pertama merupakan pengangkatan untuk mengisi lowongan
kebutuhan JF dari calon PNS. Syarat pengangkatan pertama melalui formasi
CPNS dalam Jabatan Fungsional Analis Transportasi Sungai, Danau, dan
Penyeberangan melalui pengangkatan pertama sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah: (I) sarjana atau diploma empat sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk JF keahlian; dan (II) sekolah
lanjutan tingkat atas atau sederajat sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan untuk JF keterampilan;
e. nilai Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; dan
f. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
Pengangkatan pertama sebagaimana dimaksud di atas merupakan pengangkatan
untuk mengisi lowongan kebutuhan JF dari calon PNS, bagi:
1. JF ahli pertama;
2. JF ahli muda;
3. JF pemula; atau
4. JF terampil.
Pengangkatan pertama melalui pengisian kebutuhan JF dari calon PNS harus
mencantumkan nomenklatur JF dalam keputusan pengangkatan calon PNS dan
diberikan kelas jabatan sesuai kelas JF.

49
2. Perpindahan dari Jabatan Lain
Dilaksanakan untuk pengembangan karier dan kapasitas pejabat fungsional yang
disusun sesuai dengan kebutuhan Unit Organisasi. Merupakan Perpindahan
Horizontal ke dalam JF dilaksanakan melalui: (i) perpindahan antar kelompok JF;
dan (ii) perpindahan antar Jabatan.
Persyaratan Umum untuk Perpindahan dari Jabatan Lain adalah sebagai berikut:
A. Perpindahan dari Jabatan Lain harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah paling rendah: (i) sarjana atau diploma empat sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan untuk JF keahlian; atau (ii) sekolah
lanjutan tingkat atas atau sederajat sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang
dibutuhkan untuk JF keterampilan;
e. mengikuti dan lulus Uji Kompetensi sesuai standar kompetensi yang telah
disusun oleh instansi pembina;
f. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan
diduduki paling singkat 2 (dua) tahun;
g. nilai Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
h. berusia paling tinggi:
● 53 (lima puluh tiga) tahun untuk JF ahli pertama dan JF ahli muda, dan
kategori keterampilan;
● 55 (lima puluh lima) tahun untuk JF ahli madya; dan
● 60 (enam puluh) tahun untuk JF ahli utama bagi PNS yang telah
menduduki JPT; dan
i. syarat lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
B. Dalam hal kebutuhan Unit Organisasi, perpindahan JF ahli utama ke dalam JF
ahli utama lainnya paling tinggi berusia 63 (enam puluh tiga) tahun.
C. Dalam hal penataan birokrasi atau kebutuhan strategis organisasi, persyaratan
pengalaman dalam poin A dapat dipertimbangkan paling singkat 1 (satu) tahun
secara kumulatif.
D. Pengusulan untuk pengangkatan JF sebagaimana dimaksud pada poin A huruf
h angka 3 dilaksanakan paling lama 1 (satu) tahun sebelum batas persyaratan
usia sebagaimana pada poin A huruf h angka 3.
E. Pengangkatan JF sebagaimana dimaksud pada poin A harus
mempertimbangkan ketersediaan lowongan kebutuhan untuk JF yang akan
diduduki.

50
F. Pengangkatan dalam JF melalui perpindahan dari Jabatan lain dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan hasil Evaluasi Kinerja Periodik pegawai minimal 6
(enam) bulan terakhir.
G. Dalam hal hasil Evaluasi Kinerja Periodik sebagaimana dimaksud pada poin F
memiliki Predikat Kinerja baik dan sangat baik, perpindahan dari Jabatan lain
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspirasi pejabat fungsional yang
bersangkutan.
H. Predikat Kinerja yang telah diperoleh pada jabatan sebelumnya ditetapkan
sebagai Predikat Kinerja pada JF yang akan diduduki.
I. Pangkat PNS yang akan diangkat dalam JF melalui perpindahan dari jabatan
lain ditetapkan sama dengan pangkat yang dimiliki.

Ketentuan Perpindahan antar kelompok JF adalah sebagai berikut:


A. Perpindahan dilaksanakan sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan syarat
Jabatan;
B. Perpindahan dapat dilaksanakan dalam satu atau lintas rumpun/klasifikasi
Jabatan;
C. Angka Kredit yang dimiliki pada JF sebelumnya ditetapkan sebagai Angka Kredit
JF yang akan diduduki.

Ketentuan Perpindahan Antar Jabatan adalah sebagai berikut:


A. Perpindahan antar Jabatan dilaksanakan antar JF, JA, atau JPT, yaitu:
a. Pejabat Pimpinan Tinggi utama, Pejabat Pimpinan Tinggi madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi pratama ke dalam JF ahli utama;
b. pejabat administrator ke dalam JF ahli madya;
c. pejabat pengawas ke dalam JF ahli muda;
d. pejabat pelaksana ke dalam JF keterampilan dan JF ahli pertama;
e. Pejabat Fungsional ahli utama ke dalam JPT Pratama; atau
f. Pejabat Fungsional keterampilan, ahli pertama, ahli muda, dan ahli madya ke
dalam JA.
B. Perpindahan dapat dilaksanakan dalam satu atau lintas rumpun/klasifikasi
Jabatan.
C. Perpindahan JPT dan JA ke JF (Pejabat Pimpinan Tinggi utama, Pejabat
Pimpinan Tinggi madya, Pejabat Pimpinan Tinggi pratama ke dalam JF ahli
utama) diberikan Angka Kredit.
D. Perpindahan JF ke JPT dan JA yang dijelaskan di Poin A dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

51
E. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghitungan Angka Kredit untuk
perpindahan ke dalam JF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
peraturan lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen ASN secara nasional.

3. Penyesuaian
Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian/inpassing dilaksanakan dalam:
a. penetapan JF baru;
b. perubahan ruang lingkup tugas JF; atau
c. kebutuhan mendesak sesuai prioritas strategis nasional.
Berikut adalah aturan terkait Penyesuaian:
A. Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian berlaku bagi PNS yang pada saat
JF ditetapkan telah memiliki pengalaman dan/atau masih melaksanakan tugas di
bidang JF yang akan diduduki berdasarkan keputusan Pejabat yang Berwenang.
B. Syarat pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional Analis Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan melalui penyesuaian sebagai berikut:
a. berstatus PNS;
b. memiliki integritas dan moralitas yang baik;
c. sehat jasmani dan rohani;
d. berijazah berijazah paling rendah: (i) sarjana/diploma empat untuk JF
keahlian; dan (ii) sekolah lanjutan tingkat atas atau setara untuk JF
keterampilan;
e. memiliki pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang JF yang akan
diduduki paling singkat 2 (dua) tahun;
f. memiliki Predikat Kinerja paling rendah baik dalam 2 (dua) tahun terakhir;
g. syarat lain sesuai dengan kebutuhan JF yang ditetapkan oleh Menteri.
C. Pengangkatan dalam JF dilakukan dengan mempertimbangkan lowongan
kebutuhan jabatan untuk jenjang jabatan yang akan diduduki.
D. Pengangkatan dalam JF melalui penyesuaian diberikan Angka Kredit yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.Penyesuaian
tersebut adalah sebagai berikut:
● Angka Kredit Jabatan Fungsional
Tabel 5 Angka Kredit Jabatan Fungsional

52
● Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan
Tabel 6 Konversi Predikat Kinerja Tahunan Menjadi Angka Kredit Tahunan

E. Angka Kredit diberikan 1 (satu) kali selama masa penyesuaian. Dalam hal
diperlukan penataan birokrasi, penyesuaian Jabatan ke dalam JF dapat
dilakukan melalui penyetaraan Jabatan dengan persetujuan Menteri.
F. Penyetaraan Jabatan yaitu:
a. jabatan administrator ke JF ahli madya;
b. jabatan pengawas ke JF ahli muda; dan
c. jabatan pelaksana yang merupakan eselon V ke JF ahli pertama.
G. Penyesuaian melalui penyetaraan Jabatan harus memenuhi persyaratan:
a. PNS yang masih menduduki jabatan administrator, jabatan pengawas, dan
jabatan pelaksana yang merupakan eselon V berdasarkan keputusan PPK
atau pejabat lain yang diberikan kewenangan;
b. memiliki ijazah paling rendah: (i) sarjana atau diploma empat bagi yang
disetarakan ke dalam JF yang mensyaratkan jenjang pendidikan paling

53
rendah sarjana atau diploma empat; (ii) magister bagi JF yang mensyaratkan
jenjang pendidikan paling rendah magister; atau (iii) sesuai dengan kualifikasi
dan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan dalam pengangkatan JF yang
mensyaratkan kualifikasi pendidikan tertentu pada jenjang tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. memiliki kesesuaian tugas, fungsi, pengalaman, atau pernah melaksanakan
tugas yang berkaitan dengan tugas JF.
H. Pengangkatan dalam JF melalui penyetaraan Jabatan diberikan Angka Kredit
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:
Tabel 7 Angka Kredit Penyetaraan Jabatan

No GOLONGAN IJAZAH/ AKK Kenaikan ANGKA KREDIT DAN MASA KEPANGKATAN

RUANG STTB YANG Pangkat


<1 1 2 3 4
SETINGKAT Selanjutnya TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN

1 II/a SLTA/SMK/ 15 1 5 8 11 14
Diploma I
(DI)

2 II/b SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)

3 II/c SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)

Diploma III 20 2 8 12 16 19
(DIII)

4 II/d SLTA/SMK/ 20 1 7 11 15 18
Diploma 2
(DII)

Diploma III 20 2 8 12 16 19
(DIII)

5 III/a SLTA/SMK/ 50 3 18 28 38 48
Diploma

I/ Diploma II
(DII)

Diploma III 50 4 19 29 39 49
(DIII)

6 III/b SLTA/SMK/ 50 3 18 28 38 48
Diploma

54
I/ Diploma II
(DII)

Diploma III 50 4 19 29 39 49
(DIII)

7 III/c SLTA/SMK/ 100 5 35 55 75 95


Diploma

I/ Diploma II
(DII)

Diploma III 100 7 37 57 77 97


(DIII)

8 III/d SLTA/SMK/ ** 100 100 100 100 100


Diploma

I/ Diploma II
(DII)

**** dalam hal Penyelia merupakan jenjang tertinggi

I. Angka Kredit diberikan 1 (satu) kali selama masa penyetaraan Jabatan.


J. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian angka kredit penyesuaian diatur
dengan peraturan lembaga pemerintah nonkementerian yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan dan penyelenggaraan manajemen ASN secara nasional.

K. Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen PNS juga mengatur kompetensi yang
harus dimiliki oleh Pejabat Administrasi. Kompetensi Jabatan administrator, Jabatan
pengawas, dan Jabatan Pelaksana tersebut meliputi Kompetensi Teknis, Kompetensi
Manajerial, dan Kompetensi Sosiokultural. Kompetensi tersebut diukur berdasarkan
berbagai indikator. Untuk Kompetensi Teknis diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis.
Kompetensi Manajerial diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan. Kompetensi Sosial Kultural diukur dari
pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Sedangkan bagi Pejabat Fungsional kedudukannya dibawah dan bertanggung
jawab secara langsung kepada pejabat pimpinan tinggi pratama, pejabat administrator,
atau pejabat pengawas yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional. Jabatan Fungsional memiliki tugas memberikan pelayanan fungsional yang
berdasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu. Kriteria fungsi dan tugas jabatan
fungsional adalah sebagai berikut:

55
a) fungsi dan tugasnya berkaitan dengan pelaksanaan fungsi dan tugas Instansi
Pemerintah;
b) mensyaratkan keahlian atau keterampilan tertentu yang dibuktikan dengan
sertifikasi dan/atau penilaian tertentu;
c) dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan tingkat kesulitan dan
kompetensi;
d) pelaksanaan tugas yang bersifat mandiri dalam menjalankan tugas profesinya;
dan
e) kegiatannya dapat diukur dengan satuan nilai atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan dalam bentuk angka kredit.
Akuntabilitas Jabatan Fungsional sendiri meliputi terlaksananya:
a) pelayanan fungsional berdasarkan keahlian tertentu yang dimiliki dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan fungsional
keahlian; dan
b) pelayanan fungsional berdasarkan keterampilan tertentu yang dimiliki dalam
rangka peningkatan kinerja organisasi secara berkesinambungan bagi jabatan
fungsional keterampilan.
Penguji Kendaraan Bermotor perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan kompetensi
yang dipersyaratkan sesuai dengan tingkat jabatanya. Penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan dilakukan oleh Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Darat. Berikut adalah
pola diklat yang dibutuhkan oleh Penguji Kendaraan Bermotor, untuk setiap jenjang
jabatannya:
1. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Pemula, meliputi: Pemahaman
Regulasi Kelaikan Tipe Kendaraan Bermotor, Pemahaman Regulasi Uji Berkala
Kendaraan Bermotor, Pendidikan dan Latihan (STTPL) Penguji Dasar;
2. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Terampil, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 1, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.
3. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Mahir, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 2, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.
4. Pola Diklat untuk Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia, meliputi: Pendidikan dan
Pelatihan penguji lanjutan 3, Pendidikan dan Pelatihan Penguji Tipe Kendaraan
Bermotor.

56
L. Uji Kompetensi
Uji Kompetensi jabatan fungsional Penguji Kendaraan Bermotor dilakukan melalui
Uji Kompetensi Teknis dengan cara:
a) Tes Tertulis;
b) Penilaian portofolio (riwayat pengalaman pekerjaan);
c) Wawancara. Pelaksanaan uji kompetensi dilaksanakan paling lambat 6 (enam)
bulan sebelum masa Penyesuaian/Inpassing berakhir.
Uji Kompetensi dilakukan dalam hal:
a) Kenaikan jenjang;
b) Penyesuaian/Inpassing;
c) Perpindahan dalam jabatan; dan
d) Pengangkatan pertama.

M. Formasi Jabatan Fungsional


Pengangkatan PNS dalam jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor
dilaksanakan sesuai dengan formasi jabatan Penguji Kendaraan Bermotor yang
ditetapkan oleh Menteri PAN dan RB setelah mendapatkan pertimbangan dari Kepala
BKN.
Penetapan formasi jabatan fungsional Penguji Kendaraan Bermotor didasarkan
pada beberapa indikator dalam dua sub bidang yang dibawahinya yaitu uji tipe dan uji
berkala. Beberapa indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor;
2. Kemajuan teknologi di bidang otomotif;
3. Perkembangan teknologi di bidang pengujian tipe kendaraan bermotor (vehicle
type approval).

57
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam mewujudkan suksesnya pilar III pada Rencana Umum Nasional
Keselamatan Jalan (2011-2035) untuk menciptakan Kendaraan yang
berkeselamatan (safer vehicle) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat telah
menjalankan amanat Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas
dan angkutan jalan sebagai ujung tombak dalam kegiatan kelaikan Tipe Kendaraan
Bermotor di seluruh Indonesia. Namun dengan adanya upaya pemerintah untuk
reformasi birokrasi dalam upaya meningkatkan profesionalisme aparatur negara,
direncanakan pengalihan pejabat struktural menjadi Pejabat Fungsional serta
upaya peningkatan profesionalisme kerja di laboratorium-laboratorium kelaikan tipe
kendaraan bermotor dirasa perlu untuk melakukan pembentukan Jabatan
Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor.
2. Pembentukan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor pada hakikatnya
bertujuan untuk;
a. Mendukung proses restrukturisasi organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan
Darat untuk meningkatkan kinerja, terutama kemampuan pengawasan
terhadap pemenuhan standar keselamatan nasional dan internasional sebagai
refleksi UN Regulation yang akan diadopsi sesuai ketentuan ASEAN MRA
(Mutual Recognition Arrangement);
b. Sebagai upaya penyempurnaan regulasi untuk memenuhi tantangan operasi,
standar keselamatan, good governance, sumber daya manusia, dan kemajuan
teknologi;
c. Menambah jumlah Penguji Kendaraan Bermotor yang bertugas melakukan
perumusan regulasi, inspeksi, pengamatan (surveillance), survey dan
pengujian (test);
d. Memberikan dampak positif sebagai salah satu upaya konkrit dalam
pencapaian program kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) yang telah
dituangkan dalam pada pilar III Rencana Umum Nasional Keselamatan;
e. Mengakui kompetensi dan tingkat keahlian yang dimiliki Penguji Kendaraan
Bermotor seiring dengan adanya kesepakatan regional di bidang kelaikan tipe
kendaraan bermotor melalui ASEAN MRA (Mutual Recognition Arrangement),
serta memberikan apresiasi yang cukup dan layak didalam kelas jabatan yang

58
ada di dalam sistem Jabatan Fungsional di Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
f. Mendorong Penguji Kendaraan Bermotor untuk tampil lebih profesional,
independen, dan berkinerja tinggi, hal ini disebabkan karena kejelasan tugas,
wewenang, tanggung jawab, dan prospek pengembangan kariernya;
g. Menjamin pembinaan karir, kepangkatan, jabatan, dan peningkatan
profesionalisme, serta memacu para Penguji di Bidang Kelaikan Kendaraan
Bermotor agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan profesional
dan bertanggung jawab.
3. Terbentuknya Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor yang meliputi
klasifikasi, kedudukan, jenjang, tugas jabatan, uraian kegiatan dan hasil kerja
kegiatan, standar kompetensi, pengangkatan dalam jabatan, pelatihan, uji
kompetensi, formasi, kenaikan pangkat, serta pengangkatan dan pemberhentian.

B. Saran
Agar tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dalam bidang
kelaikan tipe kendaraan bermotor yang membidangi Uji Tipe dan Uji Berkala Kendaraan
Bermotor untuk mewujudkan kendaraan berkeselamatan (safer vehicle) dapat berjalan
dengan optimal maka perlu segera ditetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor.

59
DAFTAR PUSTAKA

Perundang undangan
1. Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan ;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Manusia
Bidang Transportasi;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2017 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Berusaha;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 156 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan Bermotor;
15. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 7 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor
Transportasi;
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor;
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 85 tahun 2018 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Perusahaan Angkutan Umum;
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 19 Tahun 2021 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor;

60
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 23 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 tentang Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor;
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
21. Peraturan Menteri Perhubungan Indonesia Nomor PM 22 Tahun 2022 tentang
Kompetensi Penguji Tipe Kendaraan Bermotor.

Laporan
Laporan Data Kepegawaian Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2020.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1076/KP.108/DRJD/2005

61
LAMPIRAN I
URAIAN TUGAS JABATAN DAN HASIL KERJA JABATAN
FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA


KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Perencanaan Pengujian Memeriksa kelengkapan Berkas Pemula


Berkala persyaratan administrasi
Kendaraan uji tipe kendaraan
Bermotor bermotor

Memeriksa identitas Berkas Pemula


kendaran

Melakukan Berkas Pemula


verifikasi/validasi
persyaratan administrasi
terhadap identitas
kendaraan

Mengumpulkan dan Berkas Pemula


memasukan data hasil
pengujian dan
pemeriksaan setiap
kendaraan
ke dalam system data
base

Menyiapkan alat uji Unit Mahir


kendaraan bermotor
dengan memeriksa,
menghidupkan dan
memastikan
unjuk kerja ABS system

Menyiapkan alat uji Unit


kendaraan bermotor
dengan memeriksa,
menghidupkan dan
memastikan
unjuk kerja alat uji
performansi kendaraan

Pengendalian Pengujian Memeriksa dimensi Berkas Terampil


Berkala panjang
Kendaraan kendaraan/overall length
Bermotor

Memeriksa dimensi lebar Berkas Terampil


kendaraan/overall width

Memeriksa dimensi tinggi Berkas Terampil


kendaraan/ overall height

62
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Memeriksa dimensi jarak Berkas Terampil


sumbu roda kendaraan
/wheel base

Memeriksa dimensi julur Berkas Terampil


belakang kendaraan/rear
over hang

Memeriksa dimensi julur Berkas Terampil


depan kendaraan/front
over hang

Menghitung JBI dan kelas Berkas Terampil


jalan

Menguji kekuatan pancar Data Mahir


lampu utama jauh dan
dekat

Menguji kepekatan asap Data Mahir, Penyelia


gas buang

Menguji emisi gas buang Data Mahir, Penyelia


(CO-HC)

Pengujian efisiensi rem Data Penyelia


utama

Pengujian rem parkir arah Data Penyelia


maju dan mundur

Menguji posisi roda depan Data Penyelia


(wheel alignment)

Menguji prestasi Data Penyelia


kendaraan bermotor
dengan menyesuaikan
beban inersia alat uji
dengan
kendaraan

Menguji prestasi Data Penyelia


kendaraan bermotor
dengan mengamati,
mencatat dan melakukan
penghitungan hasil

Menguji prestasi Data Penyelia


kendaraan bermotor
dengan membuat grafik
performansi kendaraan
berdasarkan data hasil uji

Menghitung power weight Data Penyelia


ratio

63
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Melakukan validasi untuk Dokumen Penyelia


pengesahan gambar
teknik tentang rancang
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor

Melakukan kalibrasi brake Data Penyelia


tester, headlight tester,
chassis dinamo meter,
dynamic wheel
alignment tester, flat track
tire, road wheel tester,
suspension tester, static
wheel alignment
tester

Validasi dan penetapan Berkas Mahir, Penyelia


hasil pemeriksaan fisik

Melakukan evaluasi Data Mahir, Penyelia


komprehensif terhadap
pemenuhan kelaikan
jalan.

Memeriksa dan mengkaji Data Mahir, Penyelia


spesifikasi gambar teknik
kendaraan bermotor
berdasarkan
perhitungan teknis
kesesuaian gambar teknik

Pengawasan Pengujian Melakukan kalibrasi Laporan Mahir


Berkala peralatan pengujian CO-
Kendaraan HC tester
Bermotor

Melakukan kalibrasi Laporan Mahir


peralatan pengujian Axle
Load Tester

Melakukan kalibrasi Laporan Mahir


peralatan pengujian
Speedometer Tester

Melakukan kalibrasi Laporan Mahir


peralatan pengujian Side
slip Tester

Melakukan kalibrasi Laporan Mahir


peralatan pengujian Noise
Tester

Membuat karya Naskah Pemula


tulis/ilmiah/hasil
penelitian, pengkaian,

64
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

survey, dan evaluasi


bidang
pengujian kendaraan
bermotor yang tidak
dipublikasikan, dalam
bentuk makalah

Melaksanakan tugas Berita Acara Semua jenjang


kedinasan lain yang
diperintahkan oleh
pimpinan

Perencanaan Uji Tipe Memeriksa berkas Berkas Terampil dan


Kendaraan pendaftaran uji tipe Mahir
Bermotor: kendaraan bermotor
Pengujian
Tipe Fisik
Kendaraan
Bermotor

Menganalisa kesesuaian Laporan Mahir dan


test report dengan item uji Penyelia
tipe kendaraan bermotor

Melakukan Kaji Ulang Laporan Mahir dan


Dokumen Pengujian Tipe Penyelia
Kendaraan Bermotor

Mengidentifikasi dan Foto Terampil dan


memeriksa kesesuaian Mahir
identitas kendaraan
bermotor yang akan diuji
tipe

Melakukan serah terima Berita Acara Terampil


kendaraan bermotor

Mendokumentasikan Foto Terampil


Kendaraan Bermotor

Menyusun Bahan Laporan Mahir


Ketidakpastian
Pengukuran

Menyiapkan Dokumen Dokumen Terampil dan


Sistem Manajemen Mutu Mahir
Laboratorium

Pengendalian Uji Tipe Melakukan Kaji Ulang Dokumen Penyelia


Kendaraan Dokumen Sistem
Bermotor: Manajemen Mutu
Pengujian Laboratorium
Tipe Fisik
Kendaraan
Bermotor

65
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Menilai kesiapan teknis Laporan Semua Jenjang


kendaraan bermotor

Mengendarai Kendaraan Laporan Semua Jenjang


Bermotor yang akan diuji

Memeriksa Visual Fisik Laporan Semua Jenjang


Kendaraan Bermotor
(pemeriksaan terhadap
persyaratan teknis)

Melakukan Pengujian Hasil Uji Semua Jenjang


Kendaraan Bermotor dan
mengoperasikan alat uji
(pengujian laik jalan)

Melakukan Kegiatan Laporan Semua Jenjang


Pemeriksaan Fisik Hasil
Karoseri Rancang Bangun
dan Desain Rekayasa
Kendaraan Bermotor

Memeriksa Rancang Laporan / Mahir dan


Bangun dan Desain Gambar Penyelia
Rekayasa Kendaraan
Bermotor

Melakukan Kegiatan Laporan / Semua Jenjang


Pemeriksaan Gambar Gambar
Teknis Sesuai dengan
Peruntukannya

Mengumpulkan berkas Laporan Terampil


hasil uji tipe kendaraan
bermotor

Melakukan Analisa Hasil Hasil Uji Mahir dan


Uji Tipe Kendaraan Penyelia
Bermotor

Melakukan ketertelusuran Laporan Mahir dan


data atau nilai sarana dan Penyelia
prasarana pengujian tipe
kendaraan bermotor

Melaksanakan instruksi Hasil Uji Semua Jenjang


kerja laboratorium

Melaksanakan Uji Laporan Semua Jenjang


Banding Laboratorium

Melakukan Supervisi Laporan Penyelia


Pelaksanaan Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor

Melakukan Inputing Hasil Resume / Terampil dan

66
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Uji Tipe Kendaraan Surat Mahir


Bermotor Keterangan

Pengawasan Uji Tipe Melakukan Pengiriman Resume / Terampil


Kendaraan Hasil Uji Tipe Kendaraan Surat
Bermotor: Bermotor Kepada Pihak Keterangan
Pengujian yang akan mengonsumsi
Tipe Fisik Hasil Uji
Kendaraan
Bermotor

Melakukan Perawatan Laporan Terampil dan


Harian / Mingguan Sarana Mahir
dan Prasarana Pengujian
Tipe Kendaraan Bermotor

Melakukan Perawatan Laporan Mahir dan


Bulanan / Semester Penyelia
Sarana dan Prasarana
Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor

Melakukan Perbaikan Laporan Terampil dan


Minor Sarana dan Mahir
Prasarana Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor

Melakukan Perbaikan Laporan Mahir dan


Mayor Sarana dan Penyelia
Prasarana Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor

Melakukan verifikasi atau Laporan Mahir dan


kalibrasi sarana dan Penyelia
prasarana pengujian tipe
kendaraan bermotor

Membuat Laporan Hasil Laporan Mahir dan


Uji Banding Laboratorium Penyelia

Perencanaan Uji Tipe Melakukan verifikasi dan Dokumen Terampil


Kendaraan validasi dokumen legalitas
Bermotor: perusahaan dalam proses
Pengujian registrasi perusahaan
Rancang karoseri
Bangun dan
Rekayasa
Kendaraan
Bermotor

Melakukan rekapitulasi Rekapitulasi Pemula


data/inventaris
perusahaan karoseri
terverifikasi

67
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Melakukan input database Dokumen Terampil


spesifikasi kendaraan
bermotor

Melakukan verifikasi dan Dokumen Terampil


validasi persyaratan
administrasi rancang
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor
meliputi dokumen
permohonan dan gambar
teknik

Memeriksa kesesuaian Dokumen Terampil,


isian detail permohonan Mahir, Penyelia
dan spesifikasi kendaraan
dengan dokumen
permohonan dan gambar
teknik

Pengendalian Uji Tipe Memeriksa dan mengkaji Dokumen Terampil,


Kendaraan spesifikasi gambar teknik Mahir, Penyelia
Bermotor: kendaraan bermotor
Pengujian berdasarkan perhitungan
Rancang teknis meliputi kesesuaian
Bangun dan gambar teknik
Rekayasa
Kendaraan
Bermotor

Memeriksa dan mengkaji Dokumen Terampil,


spesifikasi gambar teknik Mahir, Penyelia
kendaraan bermotor
berdasarkan perhitungan
teknis meliputi teknik
penyambungan
komponen kendaraan
bermotor

Memeriksa dan mengkaji Dokumen Terampil,


spesifikasi gambar teknik Mahir, Penyelia
kendaraan bermotor
berdasarkan perhitungan
teknis meliputi teknik daya
tahan dan daya dukung
bagian dan komponen

Memeriksa dan mengkaji Dokumen Terampil,


spesifikasi gambar teknik Mahir, Penyelia
kendaraan bermotor
berdasarkan perhitungan
teknis meliputi jumlah
berat yang diperbolehkan
(JBB) dan kelas jalan

68
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Memeriksa dan mengkaji Dokumen Terampil,


spesifikasi gambar teknik Mahir, Penyelia
kendaraan bermotor
berdasarkan perhitungan
teknis meliputi validasi
untuk pengesahan
gambar teknik tentang
rancang bangun dan
rekayasa kendaraan
bermotor

Menghitung dan Dokumen Terampil,


menetapkan jumlah berat Mahir, Penyelia
yang diizinkan (JBI)
dan/atau jumlah berat
kombinasi yang diizinkan
(JBKI)

Menentukan kelas jalan Dokumen Terampil,


Mahir, Penyelia

Menghitung power weight Dokumen Terampil,


ratio Mahir, Penyelia

Menyusun konsep Dokumen Terampil,


pengesahan rancang Mahir, Penyelia
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor

Menyusun konsep Dokumen Terampil,


spesifikasi teknis rancang Mahir, Penyelia
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor

Melakukan rekapitulasi Rekapitulasi Pemula


data pengesahan rancang
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor

Melakukan Dokumen Terampil,


perbaikan/revisi data Mahir, Penyelia
pengesahan rancang
bangun dan rekayasa
kendaraan bermotor

Validasi dan penetapan Dokumen Mahir, Penyelia


hasil pemeriksaan
kesesuaian fisik
kendaraan bermotor

Pengawasan Uji Tipe Melakukan rekapitulasi Rekapitulasi Pemula


Kendaraan data penerbitan Sertifikat
Bermotor: Registrasi Uji Tipe
Pengujian (SRUT) Rancang Bangun
Rancang

69
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Bangun dan
Rekayasa
Kendaraan
Bermotor

Melakukan Dokumen Terampil,


perbaikan/revisi data Mahir, Penyelia
Sertifikat Registrasi Uji
Tipe (SRUT) Rancang
Bangun

Memberikan Dokumen Terampil,


pemahaman/pengarahan/ Mahir, Penyelia
bimbingan terkait
prosedur penelitian
rancang bangun dan
rekayasa kendaraan
bermotor bagi perusahaan
karoseri baru

Memberikan layanan Dokumen Terampil,


tanya-jawab hal teknis Mahir, Penyelia
rancang bangun dan
rekayasa kendaraan
bermotor

Perencanaan Uji Tipe Melakukan verifikasi dan Dokumen Terampil


Kendaraan validasi dokumen legalitas
Bermotor: perusahaan dalam proses
Sertifikasi registrasi Agen
Tipe Pemegang Merek (APM)
Kendaraan atau Importir Umum (IU)
Bermotor

Melakukan rekapitulasi Rekapitulasi Pemula


data/inventarisasi Agen
Pemegang Merek (APM)
atau Importir Umum (IU)
terverifikasi

Melakukan verifikasi Dokumen Pemula


persyaratan permohonan
uji/inspeksi kelaikan tipe
kendaraan bermotor hasil
dari konversi

Melakukan Dokumen Pemula


inventarisasi/membuat
rekapitulasi bengkel
konversi yang telah
terdaftar

Melakukan verifikasi
persyaratan permohonan

70
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

pemeriksaan kesesuaian
fisik varian kendaraan
bermotor lengkap

Pengendalian Uji Tipe Menghitung dan Dokumen Terampil,


Kendaraan menetapkan jumlah berat Mahir, Penyelia
Bermotor: yang diizinkan (JBI)
Sertifikasi dan/atau jumlah berat
Tipe kombinasi yang diizinkan
Kendaraan (JBKI)
Bermotor

Menentukan kelas jalan Dokumen Terampil,


Mahir, Penyelia

Menghitung power weight Dokumen Terampil,


ratio Mahir, Penyelia

Melakukan Pemeriksaan Laporan Mahir, Penyelia


Peralatan khusus Instalasi
Konversi kendaraan
bermotor dengan
penggerak motor Listrik
(KBL)

Melakukan pemeriksaan Laporan Penyelia


SOP Instalasi konversi
kendaraan bermotor
dengan penggerak motor
Listrik (KBL)

Melakukan Pemeriksaan Laporan Penyelia


Ketersediaan Teknisi
Khusus Dengan
Kompetensi Instalasi
konversi kendaraan
bermotor dengan
penggerak motor Listrik
(KBL)

Memeriksa komponen Laporan Mahir, Penyelia


instalasi konversi
kendaraan bermotor
dengan penggerak motor
Listrik (KBL) dan
sertifikasinya

Memeriksa peralatan uji Laporan Mahir, Penyelia


perlindungan sentuh listrik
(insulation test)

Memeriksa peralatan uji Laporan Mahir, Penyelia


hambatan isolasi
(resistance test)

71
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Memeriksa mesin Laporan Mahir, Penyelia


fabrikasi komponen
pendukung instalasi
konversi kendaraan
bermotor dengan
penggerak motor Listrik
(KBL)

Memeriksa fasilitas Laporan Penyelia


keamanan dan
keselamatan kerja
instalasi konversi
kendaraan bermotor
dengan penggerak motor
Listrik (KBL)

Melakukan Pemeriksaan Laporan Penyelia


Peralatan khusus Instalasi
Konversi kendaraan
bermotor bahan bakar gas
(BBG)

Melakukan pemeriksaan Laporan Penyelia


SOP Instalasi konversi
kendaraan bermotor
bahan bakar gas (BBG)

Melakukan Pemeriksaan Laporan Penyelia


Ketersediaan Teknisi
Khusus Dengan
Kompetensi Instalasi
konversi kendaraan
bermotor bahan bakar gas
(BBG)

Memeriksa Peralatan Laporan Mahir, Penyelia


tangan dan peralatan
bertenaga yang
digunakan dalam Instalasi
konversi kendaraan
bermotor bahan bakar gas
(BBG)

Memeriksa komponen Laporan Mahir, Penyelia


Instalasi konversi
kendaraan bermotor
bahan bakar gas (BBG)

Memeriksa kondisi dan Laporan Mahir, Penyelia


fungsi Engine Analyser

Memeriksa kondisi dan Laporan Mahir, Penyelia


fungsi Exhaust Analyser

Memeriksa kondisi dan Laporan Mahir, Penyelia

72
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

fungsi gas leak detector

Memeriksa fasilitas Laporan Penyelia


keamanan dan
keselamatan kerja
Instalasi konversi
kendaraan bermotor
bahan bakar gas (BBG)

Menyiapkan konsep Dokumen Mahir, Penyelia


pengantar uji/inspeksi
kelaikan tipe kendaraan
bermotor hasil dari
konversi

Menganalisis data hasil Laporan Mahir, Penyelia


uji/inspeksi kelaikan tipe
kendaraan bermotor hasil
dari konversi

Memeriksa keberadaan, Laporan Mahir, Penyelia


kondisi, dan fungsi
peralatan dan
perlengkapan kendaraan
bermotor

Memeriksa Perbedaan Laporan Terampil. Mahir


fisik Varian kendaraan
bermotor

Pengawasan Uji Tipe Menyusun Berita Acara Dokumen Terampil,


Kendaraan pemeriksaan Bengkel Pemula
Bermotor: Instalasi konversi
Sertifikasi kendaraan bermotor
Tipe dengan penggerak motor
Kendaraan Listrik (KBL)
Bermotor

Menyusun Berita Acara Dokumen Terampil,


pemeriksaan Bengkel Pemula
Instalasi konversi
kendaraan bermotor
bahan bakar gas (BBG)

Menyusun Berita Acara Dokumen Terampil,


pemeriksaan Fisik Varian Pemula
kendaraan bermotor

Menyusun konsep Dokumen Terampil,


pengesahan hasil uji Mahir, Penyelia
tipe/sertifikat uji tipe (SUT)

Menyusun konsep Dokumen Terampil,


lampiran spesifikasi teknis Mahir, Penyelia

73
NO UNSUR SUB UNSUR URAIAN KEGIATAN HASIL PELAKSANA
KERJA TUGAS

1 2 3 4 5 6

Memeriksa kesesuaian Dokumen Terampil,


konsep lampiran Mahir, Penyelia
spesifikasi teknis dengan
data teknis yang
dilampirkan

Mencetak Sertifikat Uji Dokumen Pemula


Tipe

Melakukan rekapitulasi Rekapitulasi Pemula


data penerbitan Sertifikat
Uji Tipe (SUT)

Menyiapkan berita acara Dokumen Terampil


serah terima Sertifikat Uji
Tipe (SUT) dan
melakukan serah terima
Sertifikat Uji Tipe (SUT)

KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI DAN PENUNJANG JABATAN FUNGSIONAL


PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

1 Penge Perolehan Memperoleh ijazah Ijazah/ Semua


mbanga ijazah/gelar sesuai dengan bidang Gelar Jenjang
n pendidikan formal tugas Jabatan
Profesi sesuai dengan Fungsional Penguji
bidang tugas Kendaraan Bermotor
Jabatan
Fungsional
Penguji
Kendaraan
Bermotor

Pembuatan Karya 1. Membuat karya


Tulis Ilmiah/Karya tulis/karya ilmiah hasil
Ilmiah di bidang penelitian/pengkajian/sur
tugas vei/evaluasi di bidang
tugas Jabatan
Jabatan
Fungsional Penguji
Fungsional
Kendaraan Bermotor
Penguji
yang dipublikasikan:
Kendaraan
Bermotor a. dalam buku/majalah Jurnal/ Semua
ilmiah internasional yang Buku Jenjang
terindek

b. dalam buku/majalah Jurnal/ Semua

74
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

ilmiah nasional Buku Jenjang


terakreditasi

c. dalam buku/majalah Jurnal/ Semua


ilmiah yang diakui Buku Jenjang
organisasi profesi dan /Naskah
Instansi Pembina

2. Membuat karya
tulis/karya ilmiah hasil
penelitian/pengkajian/
survei/evaluasi di bidang
tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
yang tidak
dipublikasikan:

a. dalam bentuk buku Buku Semua


Jenjang

b. dalam bentuk majalah Naskah Semua


ilmiah Jenjang

3. Membuat karya
tulis/karya ilmiah berupa
tinjauan atau ulasan
ilmiah hasil gagasan
sendiri di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan
Bermotor yang
dipublikasikan:

a. dalam bentuk buku Buku Semua


yang diterbitkan dan Jenjang
diedarkan secara
nasional

b. dalam majalah ilmiah Naskah Semua


yang diakui organisasi Jenjang
profesi dan Instansi
Pembina

4. Membuat karya
tulis/karya ilmiah berupa
tinjauan atau ulasan
ilmiah hasil gagasan
sendiri di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan

75
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

Bermotor yang tidak


dipublikasikan:

a. dalam bentuk buku Buku Semua


Jenjang

b. dalam bentuk majalah Naskah Semua


ilmiah Jenjang

5. Menyampaikan Naskah Semua


prasaran berupa Jenjang
tinjauan, gagasan dan
atau ulasan ilmiah dalam
pertemuan ilmiah

6. Membuat artikel di Artikel Semua


bidang tugas Jabatan Jenjang
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
yang dipublikasikan

Penerjemahan/ 1.
Penyaduran Buku Menerjemahkan/menyad
dan Bahan- ur buku atau karya
Bahan ilmiah di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Lain di bidang
Penguji Kendaraan
tugas Jabatan
Bermotor yang
Fungsional
dipublikasikan:
Penguji
Kendaraan a. Dalam bentuk Buku Semua
Bermotor buku yang diterbitkan Jenjang
dan diedarkan secara
nasional

b. Dalam majalah Naskah Semua


ilmiah yang diakui Jenjang
organisasi profesi
dan Instansi Pembina

2.
Menerjemahkan/menyad
ur buku atau karya
ilmiah di bidang tugas
Jabatan Fungsional
Penguji Kendaraan
Bermotor yang tidak
dipublikasikan:

a. Dalam bentuk Buku Semua


buku Jenjang

76
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

b. Dalam bentuk Naskah Semua


makalah Jenjang

Penyusunan Membuat buku Buku Semua


Standar/Pedoma standar/pedoman/petunj Jenjang
n/Petunjuk uk pelaksanaan/petunjuk
teknis di bidang tugas
Pelaksanaan/
Jabatan Fungsional
Petunjuk Teknis
Penguji Kendaraan
di bidang tugas
Bermotor
Jabatan
Fungsional
Penguji
Kendaraan
Bermotor

Pengembangan Mengikuti kegiatan


Kompetensi di pengembangan
bidang tugas kompetensi:
Jabatan
1. pelatihan fungsional Sertifikat/ Semua
Fungsional laporan jenjang
Penguji
Kendaraan 2. seminar/lokakarya/ Sertifikat/ Semua
Bermotor konferensi/ laporan jenjang
simposium/studi
banding-lapangan

3. pelatihan
teknis/magang di
bidang tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
dan memperoleh
Sertifikat

a. lamanya lebih dari Sertifikat/ Semua


960 jam laporan jenjang

b. Lamanya 641-960 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

c. Lamanya 481-640 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

d. Lamanya 161-480 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

e. Lamanya 81-160 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

f. Lamanya 31-80 jam Sertifikat/ Semua

77
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

laporan jenjang

g. Lamanya kurang dari Sertifikat/ Semua


30 jam laporan jenjang

4. Pelatihan
manajerial/sosial
kultural di bidang
tugas Jabatan
Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor
dan memperoleh
Sertifikat

a. lamanya lebih dari Sertifikat/ Semua


960 jam laporan jenjang

b. Lamanya 641-960 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

c. Lamanya 481-640 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

d. Lamanya 161-480 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

e. Lamanya 81-160 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

f. Lamanya 31-80 jam Sertifikat/ Semua


laporan jenjang

g. Lamanya kurang dari Sertifikat/ Semua


30 jam laporan jenjang

5. maintain performance Sertifikat/ Semua


(pemeliharaan kinerja laporan jenjang
dan target kinerja)

6. Keanggotaan dalam Kartu Semua


Organisasi Profesi : Anggota jenjang

Menjadi anggota
organisasi profesi
sebagai :

a. Pengurus aktif Sertifikat/ Semua


Kartu jenjang
Anggota

b. Anggota aktif Sertifikat/ Semua


Kartu jenjang
Anggota

78
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

Pemberian Memberikan konsultasi


konsultasi di di bidang tugas Jabatan
bidang tugas Fungsional Penguji
Jabatan Kendaraan Bermotor :
Fungsional a. Institusi Berita Semua
Penguji Acara jenjang
Kendaraan Konsultasi
Bermotor
b. Perorangan Berita Semua
Acara jenjang
Konsultasi

2 Penunja A. Mengajar/melatih/ Sertifikat/ Semua


ng Pengajar/Pelatih/ membimbing yang laporan jenjang
Tugas Pembimbing di berkaitan dengan bidang
Penguji bidang tugas tugas Jabatan
Kendar Fungsional Penguji
Jabatan
aan Kendaraan Bermotor
Fungsional
Bermot
Penguji 1. Mengajar/melatih Surat MUDA;
or
Kendaraan diklat, per 2 jam Tugas MADYA;
Bermotor pelajaran UTAMA

2. Membimbing siswa Surat MUDA;


Tugas MADYA;
UTAMA

3. Menyusun Dokumen MUDA;


kurikulum/buku/diklat/ MADYA;
modul berkaitan UTAMA
dengan pelatihan
kegiatan Kelaikan
Kendaraan Bermotor

B. Keanggotaan Menjadi anggota Tim Laporan Semua


dalam Tim Penilai/ Tim Uji Jenjang
Penilai/Tim Uji Kompetensi
Kompetensi

C. Perolehan 1. Memperoleh
Penghargaan penghargaan/tanda jasa
Satya Lancana

a. 30 (tiga puluh) tahun Piagam Semua


lebih Jenjang

b. 20 (dua puluh) tahun Piagam Semua


Jenjang

79
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

c. 10 (sepuluh) tahun Piagam Semua


Jenjang

2. Penghargaan atas
prestasi kerjanya

a. Tingkat Internasional Sertifikat/ Semua


Piagam Jenjang

b. Tingkat Nasional Sertifikat/ Semua


Piagam Jenjang

c. Tingkat lokal Sertifikat/ Semua


Piagam Jenjang

D. Perolehan Memperoleh ijazah/gelar


ijazah/gelar yang tidak sesuai bidang
kesarjanaan tugasnya:
lainnya
a. Doktor Ijazah/ Semua
Gelar Jenjang

b. Magister Ijazah/ Semua


Gelar Jenjang

c. Sarjana/Diploma Ijazah/ Semua


Empat Gelar Jenjang

Pelaksanaan Melakukan kegiatan Laporan Semua


tugas lain yang yang mendukung Jenjang
mendukung pelaksanaan tugas
pelaksanaan Jabatan Fungsional
tugas Jabatan Penguji Kendaraan
Fungsional Analis Bermotor

80
NO UNSUR SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN HASIL PELAKSAN
KERJA A TUGAS

LAMPIRAN II
STANDAR KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI
KENDARAAN BERMOTOR

Standar Kompetensi 1 - Penyelia


Nama Jabatan : Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia
Kelompok Jabatan : Jabatan Fungsional Keterampilan
Urusan Pemerintah : Urusan Perhubungan – Pengujian Kendaraan Bermotor
Kode Jabatan
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR PENYELIA

I. IKHTISAR JABATAN

81
Membantu pelaksanaan pengujian (test) serta pelaporan di bidang
Ikhtisar jabatan
Pengujian Kendaraan Bermotor.

II. STANDAR KOMPETENSI

Kompetensi Level Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Manajerial

1. Integritas 4 Mampu menjadi role 4.1. Mempertahankan tingkat


model dalam standar keadilan dan etika yang
penerapan standar tinggi dalam perkataan dan
tindakan sehari-hari yang
keadilan dan etika di
dipatuhi oleh seluruh pemangku
tingkat nasional
kepentingan pada lingkup
instansi yang dipimpinnya.
4.2. Menjadi “role model”
/keteladanan dalam penerapan
standar keadilan dan etika yang
tinggi di tingkat nasional.
4.3. Membuat konsep kebijakan dan
strategi penerapan sikap
integritas dalam pelaksanaan
tugas dan norma-norma yang
sejalan dengan nilai strategis
organisasi.

2. Kerjasama 4 Menciptakan 4.1. Menciptakan hubungan kerja


yang konstruktif dengan
situasi kerja sama
menerapkan norma / etos / nilai-
secara konsisten, nilai kerja yang baik di dalam dan
di luar organisasi; meningkatkan
baik di dalam produktivitas dan menjadi
maupun di luar panutan dalam organisasi

instansi 4.2. Secara konsisten menjaga


sinergi agar pemangku
kepentingan dapat bekerja sama
dengan orang di dalam maupun
di luar organisasi.
4.3. Membangun konsensus untuk
menggabungkan sumberdaya
dari berbagai pemangku
kepentingan untuk tujuan bangsa
dan negara.

3. Komunikasi 4 Menggagas sistem 4.1. Menghilangkan hambatan


komunikasi, mampu
komunikasi yang
berkomunikasi dalam isu-isu
terbuka secara nasional yang memiliki resiko

82
strategis untuk tinggi, menggalang hubungan
mencari solusi dalam skala strategis di tingkat
dengan tujuan nasional
meningkatkan
4.2. Menggunakan saluran
kinerja
komunikasi formal dan non
formal guna mencapai
kesepakatan dengan tujuan
meningkatkan kinerja di tingkat
instansi/nasional
4.3. Menggagas sistem komunikasi
dengan melibatkan pemangku
kepentingan sejak dini untuk
mencari solusi dengan tujuan
meningkatkan kinerja di tingkat
instansi/nasional

4. Orientasi pada 4 Meningkatkan mutu 4.1. Memastikan kualitas sesuai


hasil pencapaian kerja standar dan keberlanjutan hasil
organisasi kerja organisasi yang memberi
kontribusi pada pencapaian
target prioritas nasional.
4.2. Memastikan tersedianya
sumber daya organisasi untuk
menjamin tercapainya target
prioritas instansi/nasional.
4.3. Membuat kebijakan untuk
menerapkan metode kerja yang
lebih efektif-efisien dalam
mencapai tujuan prioritas
nasional

5. Pelayanan 4 Mampu memastikan 4.1. Mampu menciptakan kebijakan


Publik kebijakan pelayanan publik yang
kebijakan kebijakan
menjamin terselenggaranya
pelayanan publik pelayanan publik yang objektif,
netral, tidak memihak, tidak
yang menjamin diskriminatif, serta tidak
terselenggaranya terpengaruh kepentingan
pelayanan public pribadi/kelompok/partai politik.
yang objektif, netral, 4.2. Menginternalisasikan nilai dan
tidak memihak, tidak semangat pelayanan publik yang
diskriminatif, serta mengikuti standar objektif, netral,
tidak terpengaruh tidak memihak, tidak
kepentingan diskriminatif, transparan, tidak
pribadi/kelompok/pa terpengaruh kepentingan
rtai politik. pribadi/kelompok kepada setiap
individu di lingkungan
instansi/nasional.

83
4.3. Menjamin terselenggaranya
pelayanan publik yang objektif,
netral, tidak memihak, tidak
diskriminatif, serta tidak
terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik.

6. Pengembanga 4 Menciptakan situasi 4.1. Menciptakan situasi yang


n diri dan yang mendorong mendorong individu, kelompok,
orang lain organisasi untuk unit kerja untuk
mengembangkan mengembangkan kemampuan
Kemampuan belajar belajar secara berkelanjutan di
secara tingkat instansi;
berkelanjutan dalam
4.2. Merekomendasikan/
rangka mendukung
memberikan penghargaan bagi
pencapaian hasil
upaya pengembangan yang
berhasil, memastikan dukungan
bagi orang lain dalam
mengembangkan kemampuan
dalam unit kerja di tingkat
instansi;
4.3. Memberikan inspirasi kepada
individu atau kelompok untuk
belajar secara berkelanjutan
dalam penerapan di tingkat
instansi.

7. Mengelola 4 Memimpin, 4.1. Membuat kebijakan-kebijakan


Perubahan menggalang dan yang mendorong perubahan
menggerakkan yang berdampak pada
dukungan pencapaian sasaran prioritas
pemangku nasional;
kepentingan untuk
4.2. Menggalang dan menggerakkan
menjalankan dukungan para pemangku
perubahan secara kepentingan untuk
berkelanjutan pada mengimplementasikan
tingkat perubahan yang telah
instansi/nasional ditetapkan
4.3. Secara berkelanjutan, mencari
caracara baru untuk memberi
nilai tambah bagi perubahan
yang tengah dijalankan agar
memberi manfaat yang lebih
besar bagi para pemangku
kepentingan.

8. Pengambilan 4 Menghasilkan solusi 4.1. Menghasilkan solusi yang


Keputusan dapat mengatasi
dan mengambil
permasalahan jangka panjang.
keputusan untuk

84
mengatasi 4.2. Menghasilkan solusi strategis
permasalahan yang berdampak pada tataran
jangka instansi/nasional.
panjang/strategis,
4.3. Membuat keputusan atau
berdampak nasional
kebijakan yang berdampak
nasional dengan memitigasi
risiko yang mungkin timbul.

B. Sosiokultural

9. Perekat 4 Wakil pemerintah 4.1. Menjadi wakil pemerintah


Bangsa untuk membangun yang mampu membangun
hubungan sosial hubungan sosial psikologis
psikologis dengan masyarakat sehingga
menciptakan kelekatan yang
kuat antara ASN dan para
pemangku kepentingan serta
diantara para pemangku
kepentingan itu sendiri.
4.2. Mampu mengkomunikasikan
dampak risiko yang
teridentifikasi dan
merekomendasikan tindakan
korektif berdasarkan
pertimbangan perbedaan latar
belakang,
agama/kepercayaan, suku,
jender, sosial ekonomi,
preferensi politik untuk
membangun hubungan jangka
Panjang
4.3. Mampu membuat kebijakan
yang mengakomodasi
perbedaan latar belakang,
agama/kepercayaan, suku,
jender, sosial ekonomi,
preferensi politik yang
berdampak positif secara
nasional

Teknis

10. Pelaksanaan 4 Mampu 4.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian melaksanakan persyaratan teknis susunan
Persyaratan pengujian kendaraan mobil tangki,
Teknis persyaratan teknis rangkaian mobil tangki , dan
kendaraan kendaraan mobil rangkaian mobil bus
bermotor tangki, rangkaian
4.2. Mampu melakukan pengujian
mobil tangki , dan
persyaratan teknis
rangkaian mobil

85
bus secara visual perlengkapan kendaraan
dengan dan/atau
4.3. Mampu melakukan pengujian
tanpa
persyaratan teknis Rumah -
menggunakan alat
rumah kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis ukuran
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis rancangan
teknis sesuai peruntukannya
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus

11. Pelaksanaan 4 Mampu 4.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian Laik melaksanakan persyaratan laik jalan emisi gas
Jalan pengujian buang kendaraan mobil tangki,
Kendaraan persyaratan laik rangkaian mobil tangki , dan
Bermotor jalan kendaraan rangkaian mobil bus
mobil tangki,
4.2. Mampu melakukan pengujian
rangkaian mobil
persyaratan laik jalan tingkat
tangki , dan
kebisingan suara klakson
rangkaian mobil
dan/atau knalpot kendaraan
bus
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki , dan rangkaian mobil
bus
4.3. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem
utama kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup
roda depan kendaraan mobil
tangki, rangkaian mobil tangki ,
dan rangkaian mobil bus
4.6. Mampu melakukan pengujian

86
persyaratan laik jalan
kemampuan pancar dan arah
sinar lampu utama kendaraan
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki , dan rangkaian mobil
bus
4.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi
alat penunjuk kecepatan
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
4.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan
kedalaman alur ban kendaraan
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki, dan rangkaian mobil bus
4.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya
tembus cahaya pada kaca
kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus

12. Penentuan 4 Mampu menghitung 4.1. Mampu Menghitung Daya


Daya Angkut, Daya Angkut, Angkut Kendaraan mobil
Jumlah Berat Jumlah Berat yang tangki, rangkaian mobil tangki
yang DIijinkan, Diijinkan, Muatan dan rangkaian mobil bus
Muatan Sumbu Terberat dan
4.2. Mampu Menghitung Jumlah
Sumbu Kelas Jalan
berat yang diijinkan dan jumlah
Terberat dan Kendaraan mobil
berat kombinasi yang diijinkan
Kelas Jalan tangki, rangkaian
Kendaraan mobil tangki,
Kendaraan mobil tangki , dan
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus
rangkaian mobil bus
4.3. Mampu Menghitung Muatan
Sumbu Terberat Kendaraan
mobil tangki, rangkaian mobil
tangki , dan rangkaian mobil
bus Mampu Menentukan Kelas
Jalan Kendaraan mobil tangki,
rangkaian mobil tangki , dan
rangkaian mobil bus

III. PERSYARATAN JABATAN

Jenis Persyaratan Uraian Tingkat pentingnya


terhadap jabatan

87
Pentin
Mutlak Perlu
g

A. Pendidika 1. Jenjang Sarjana/Doploma Empat


n

2. Bidang Ilmu Teknik Mesin, Elektro,


Listrik, Fisika, Otomotif,
Pengujian Kendaraan
Bermotor, Transportasi
Dan Disiplin Ilmu Yang
Relevan;

B. Pelatihan 1. Manajerial -

2. Teknis Diklat PKB Lanjutan 3

Diklat Penyegaran PKB

Diklat Audit dan Inspeksi


bidang Pengujian
Kendaraan Bermotor

3. Fungsional Pelatihan Jabatan


Fungsional Penguji
Kendaraan Bermotor

C. Pengalaman Kerja Pernah/sedang


menjalankan tugas di
bidang Pengujian
Kendaraan Bermotor

D. Pangkat Penata III/c – Penata Tk.1 III/d

E. Indikator Kinerja Jabatan 1. Teranalisis dan terevaluasinya dokumen rencana


kerja, koordinasi, dan laporan yang sistematis
2. Terpantaunya pelaksanaan kegiatan pelayanan
teknis berupa inspeksi Kelaikan Tipe dan berkala
kendaraan bermotor.
3. Terjaganya kinerja peralatan yang memenuhi
standar pengujian nasional dan internasional
4. Terlaksananya unjuk kinerja, perawatan dan
perbaikan peralatan.

88
Standar Kompetensi 2 – Mahir
Nama Jabatan : Penguji Kendaraan Bermotor Mahir
Kelompok Jabatan : Jabatan Fungsional Keterampilan
Urusan Pemerintah : Urusan Perhubungan – Pengujian Kendaraan Bermotor
Kode Jabatan : -
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR MAHIR

IV. IKHTISAR JABATAN

Melaksanakan pengujian (test) serta pelaporan di bidang Pengujian


Ikhtisar jabatan
Kendaraan Bermotor.

V. STANDAR KOMPETENSI

Kompetensi Level Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Manajerial

1. Integritas 3 Mampu 3.1. Menciptakan situasi kerja yang


mendorong seluruh pemangku
menciptakan
kepentingan mematuhi nilai,
situasi kerja yang
norma, dan etika organisasi dalam
mendorong
segala situasi dan kondisi.
kepatuhan pada
nilai, norma, dan 3.2. Mendukung dan menerapkan
etika organisasi prinsip moral dan standar etika
yang tinggi, serta berani
menanggung konsekuensinya.
3.3. Berani melakukan koreksi atau
mengambil tindakan atas
penyimpangan kode etik/nilai-nilai
yang dilakukan oleh orang lain,
pada tataran lingkup kerja
setingkat instansi meskipun ada
resiko.

2. Kerjasama 3 Membangun 3.1. Membangun sinergi antar unit


komitmen tim, kerja di lingkup instansi yang
sinergi dipimpin;
3.2. Memfasilitasi kepentingan yang
berbeda dari unit kerja lain
sehingga tercipta sinergi dalam
rangka pencapaian target kerja
organisasi;
3.3. Mengembangkan sistem yang
menghargai kerja sama antar unit,
memberikan dukungan / semangat
untuk memastikan tercapainya
sinergi dalam rangka pencapaian
target kerja organisasi.

89
3. Komunikasi 3 Mampu 3.1. Mengintegrasikan informasi-
mengemukakan informasi penting hasil diskusi
pemikiran dengan pihak lain untuk
multidimensi mendapatkan pemahaman yang
secara lisan dan sama; Berbagi informasi dengan
tertulis untuk pemangku kepentingan untuk
mendorong tujuan meningkatkan kinerja
kesepakatan secara keseluruhan;
dengan tujuan
3.2. Menuangkan pemikiran/konsep
meningkatkan
yang multidimensi dalam bentuk
kinerja secara
tulisan formal;
keseluruhan
3.3. Menyampaikan informasi secara
persuasif untuk mendorong
pemangku kepentingan sepakat
pada langkah-langkah bersama
dengan tujuan meningkatkan
kinerja secara keseluruhan.

4. Orientasi pada 3 Mendorong unit 3.1. Memahami dan memberi


hasil kerja mencapai perhatian kepada isu-isu jangka
target yang panjang, kesempatan atau
ditetapkan atau kekuatan politik yang
melebihi hasil mempengaruhi organisasi dalam
kerja hubungannya dengan dunia luar,
sebelumnya memperhitungkan dan
kesempatan, mengantisipasi dampak terhadap
atau pelaksanaan tugas-tugas
Pelayanan publik secara objektif,
kekuatan politik
transparan, dan profesional dalam
dalam hal
lingkup organisasi;
kebutuhan
pemangku 3.2. Menjaga agar kebijakan
kepentingan Pelayanan publik yang
yang transparan, diselenggarakan oleh instansinya
objektif, dan telah selaras dengan standar
profesional Pelayanan yang objektif, netral,
tidak memihak, tidak diskriminatif,
serta tidak terpengaruh
kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik;
3.3. Menerapkan strategi jangka
panjang yang berfokus pada
pemenuhan kebutuhan pemangku
kepentingan dalam menyusun
kebijakan dengan mengikuti
standar objektif, netral, tidak
memihak, tidak diskriminatif,
transparan, tidak terpengaruh
kepentingan pribadi/kelompok

90
5. Pelayanan 3 Mampu 3.1. Memahami dan memberi
Publik memonitor, perhatian kepada isu-isu jangka
mengevaluasi, panjang, kesempatan atau
memperhitungka kekuatan politik yang
n dan mempengaruhi organisasi dalam
mengantisipasi hubungannya dengan dunia luar,
dampak dari isu- memperhitungkan dan
isu jangka mengantisipasi dampak terhadap
panjang, pelaksanaan tugas-tugas
kesempatan, Pelayanan publik secara objektif,
atau kekuatan transparan, dan profesional dalam
politik dalam hal lingkup organisasi;
Pelayanan
3.2. Menjaga agar kebijakan
kebutuhan
Pelayanan publik yang
pemangku
diselenggarakan oleh instansinya
kepentingan
telah selaras dengan standar
yang transparan,
Pelayanan yang objektif, netral,
objektif, dan
tidak memihak, tidak diskriminatif,
profesional
serta tidak terpengaruh
kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik;
3.3. Menerapkan strategi jangka
panjang yang berfokus pada
pemenuhan kebutuhan pemangku
kepentingan dalam menyusun
kebijakan dengan mengikuti
standar objektif, netral, tidak
memihak, tidak diskriminatif,
transparan, tidak terpengaruh
kepentingan pribadi/kelompok

6. 3 Memberikan 3.1. Menyusun program


Pengembanga umpan balik, pengembangan jangka panjang
n diri dan membimbing bersama-sama dengan bawahan,
orang lain termasuk didalamnya penetapan
tujuan, bimbingan, penugasan dan
pengalaman lainnya, serta
mengalokasikan waktu untuk
mengikuti
pelatihan/pendidikan/pengembang
an kompetensi dan karir;
3.2. Melaksanakan manajemen
pembelajaran termasuk evaluasi
dan umpan balik pada tataran
organisasi;
3.3. Mengembangkan orang- orang
disekitarnya secara konsisten,
melakukan kaderisasi untuk posisi-
posisi di unit kerjanya

91
7. Mengelola 3 Memimpin 3.1. Mengarahkan unit kerja untuk
Perubahan lebih siap dalam menghadapi
perubahan pada
perubahan termasuk memitigasi
unit kerja
risiko yang mungkin terjadi;
3.2. Memastikan perubahan sudah
diterapkan secara aktif di lingkup
unit kerjanya secara berkala;
3.3. Memimpin dan memastikan
penerapan program- program
perubahan selaras antar unit kerja

8. Pengambilan 3 Menyelesaikan 3.1. Menyusun dan/atau memutuskan


Keputusan konsep penyelesaian masalah
masalah yang
yang melibatkan beberapa/seluruh
mengandung
fungsi dalam organisasi.
risiko tinggi,
mengantisipasi 3.2. Menghasilkan solusi dari berbagai
dampak masalah yang kompleks, terkait
keputusan, dengan bidang kerjanya yang
membuat berdampak pada pihak lain.
tindakan
3.3. Membuat keputusan dan
pengamanan;
mengantisipasi dampak
mitigasi risiko
keputusannya serta menyiapkan
tindakan penanganannya (mitigasi
risiko)

B. Sosiokultural

9. Perekat 3 Mendayagunakan 3.1. Menginisiasi dan


Bangsa perbedaan secara merepresentasikan pemerintah di
konstruktif dan lingkungan kerja dan masyarakat
kreatif untuk untuk senantiasa menjaga
meningkatkan persatuan dan kesatuan dalam
efektifitas keberagaman dan menerima
organisasi segala bentuk perbedaan dalam
kehidupan bermasyarakat;
3.2. Mampu mendayagunakan
perbedaan latar belakang,
agama/kepercayaan, suku, jender,
sosial ekonomi, preferensi politik
untuk mencapai kelancaran
pencapaian tujuan organisasi.
3.3. Mampu membuat program yang
mengakomodasi perbedaan latar
belakang, agama/kepercayaan,
suku, gender, sosial ekonomi,
preferensi politik

C. Teknis

92
10. Pelaksanaan 4 Mampu 4.1. Mampu melakukan pengujian
Pengujian melaksanakan persyaratan teknis susunan
Persyaratan pengujian kendaraan rangkaian mobil barang
Teknis persyaratan selain tangki
kendaraan teknis kendaraan
4.2. Mampu melakukan pengujian
bermotor rangkaian mobil
persyaratan teknis perlengkapan
barang selain
kendaraan rangkaian mobil barang
tangki secara
selain tangki
visual dengan
dan/atau tanpa 4.3. Mampu melakukan pengujian
menggunakan persyaratan teknis Rumah - rumah
alat kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis ukuran
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis rancangan
teknis sesuai peruntukannya
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki

11. Pelaksanaan 4 Mampu 4.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian Laik melaksanakan persyaratan laik jalan emisi gas
Jalan pengujian buang kendaraan rangkaian mobil
Kendaraan persyaratan laik barang selain tangki
Bermotor jalan kendaraan
4.2. Mampu melakukan pengujian
rangkaian mobil
persyaratan laik jalan tingkat
barang selain
kebisingan suara klakson dan/atau
tangki
knalpot kendaraan rangkaian
mobil barang selain tangki
4.3. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem utama
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan rangkaian mobil barang
selain tangki
4.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup roda
depan kendaraan rangkaian mobil
barang selain tangki
4.6. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kemampuan
pancar dan arah sinar lampu

93
utama kendaraan rangkaian mobil
barang selain tangki
4.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
rangkaian mobil barang selain
tangki
4.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan rangkaian
mobil barang selain tangki
4.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya tembus
cahaya pada kaca kendaraan
rangkaian mobil barang selain
tangki

12. Penentuan 4 Mampu 4.1. Mampu Menghitung Daya Angkut


Daya Angkut, menghitung Daya Kendaraan rangkaian mobil
Jumlah Berat Angkut, Jumlah barang selain tangki
yang DIijinkan, Berat yang
4.2. Mampu Menghitung Jumlah berat
Muatan Diijinkan, Muatan
yang diizinkan dan jumlah berat
Sumbu Sumbu Terberat
kombinasi yang diijinkan
Terberat dan dan Kelas Jalan
Kendaraan rangkaian mobil
Kelas Jalan Kendaraan
barang selain tangki
Kendaraan rangkaian mobil
barang selain 4.3. Mampu Menghitung Muatan
tangki Sumbu Terberat Kendaraan
rangkaian mobil barang selain
tangki
4.4. Mampu Menentukan Kelas Jalan
Kendaraan rangkaian mobil
barang selain tangki

VI. PERSYARATAN JABATAN

Tingkat pentingnya terhadap


Jenis Persyaratan Uraian jabatan

Mutlak Penting Perlu

A. Pendidika 1. Jenjang Diploma Tiga


n

2. Bidang Teknik Mesin, Elektro,


Ilmu Listrik, Fisika, Otomotif,
Pengujian Kendaraan
Bermotor, Transportasi
Dan Disiplin Ilmu Yang
Relevan;

94
B. Pelatihan 3. Manajerial -

4. Teknis Diklat PKB Lanjutan 2

Diklat Penyegaran PKB

5. Fungsional Diklat Audit dan


Inspeksi bidang
Pengujian Kendaraan
Bermotor

C. Pengalaman Kerja Pernah/sedang


menjalankan tugas di
bidang Pengujian
Kendaraan Bermotor

D. Pangkat Penata Muda III/a – Penata Muda Tk.1 III/b

E. Indikator Kinerja Jabatan 1. Teranalisis dan terevaluasinya dokumen rencana


kerja, koordinasi, dan laporan yang sistematis
2. Terlaksananya kegiatan pelayanan teknis berupa
inspeksi Kelaikan Tipe dan berkala kendaraan
bermotor.
3. Terjaganya kinerja peralatan yang memenuhi standar
pengujian nasional dan internasional

Standar Kompetensi 3 – Terampil


Nama Jabatan : Penguji Kendaraan Bermotor Terampil
Kelompok Jabatan : Jabatan Fungsional Keterampilan
Urusan Pemerintah : Urusan Perhubungan – Pengujian Kendaraan Bermotor
Kode Jabatan : -
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR TERAMPIL

I. IKHTISAR JABATAN

Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,


penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan
Ikhtisar jabatan
prosedur pengawasan, evaluasi, pengujian (test) serta pelaporan di
bidang Pengujian Kendaraan Bermotor

II. STANDAR KOMPETENSI

Kompetensi Level Deskripsi Indikator Kompetensi

A. Manajerial

1. Integritas 2 Mampu 2.1. Memastikan anggota yang


memastikan, dipimpin bertindak sesuai dengan
menanamkan nilai, norma, dan etika organisasi
keyakinan dalam segala situasi dan kondisi.
bersama agar

95
anggota yang 2.2. Mampu untuk memberi apresiasi
dipimpin dan teguran bagi anggota yang
bertindak sesuai dipimpin agar bertindak selaras
nilai, norma, dengan nilai, norma, dan etika
dan etika organisasi dalam segala situasi
organisasi, dan kondisi.
dalam lingkup
2.3. Melakukan monitoring dan
formal
evaluasi terhadap penerapan
sikap integritas di dalam unit kerja
yang dipimpin.

2. Kerjasama 2 Efektif 2.1. Melihat kekuatan/kelemahan


anggota tim, membentuk tim yang
membangun tim
tepat, mengantisipasi
kerja untuk
kemungkinan hambatan, dan
peningkatan
mencari solusi yang optimal;
kinerja
organisasi 2.2. Mengupayakan dan
mengutamakan pengambilan
keputusan berdasarkan usulan-
usulan anggota tim/kelompok,
bernegosiasi secara efektif untuk
upaya menyelesaikan pekerjaan
yang menjadi target kinerja
kelompok dan/atau unit kerja;
2.3. Membangun aliansi dengan para
pemangku kepentingan dalam
rangka mendukung penyelesaian
target kerja kelompok.

3. Komunikasi 2 Berkomunikasi 2.1. Menyampaikan suatu informasi


secara asertif, yang sensitif/rumit dengan cara
penyampaian dan kondisi yang
terampil
tepat, sehingga dapat dipahami
berkomunikasi
dan diterima oleh pihak lain;
lisan/ tertulis
untuk 2.2. Menyederhanakan topik yang
menyampaikan rumit dan sensitif sehingga lebih
informasi yang mudah dipahami dan diterima
sensitif/ rumit/ orang lain;
kompleks
2.3. Membuat laporan tahunan/
periodik/ naskah/ dokumen/
proposal yang kompleks;
Membuat surat resmi yang
sistematis dan tidak menimbulkan
pemahaman yang berbeda;
membuat proposal yang rinci dan
lengkap.

4. Orientasi pada 2 Menetapkan 2.1. Menetapkan target kinerja unit


hasil target kerja yang lebih tinggi dari target yang

96
yang ditetapkan organisasi;
menantang bagi
2.2. Memberikan apresiasi dan teguran
unit kerja,
untuk mendorong pencapaian
memberi
hasil unit kerjanya;
apresiasi dan
teguran untuk 2.3. Mengembangkan metode kerja
mendorong yang lebih efektif dan efisien untuk
kinerja mencapai target kerja unitnya.

5. Pelayanan 2 Mampu 2.1. Memahami, mendeskripsikan


Publik memanfaatkan pengaruh dan hubungan/kekuatan
kekuatan kelompok yang sedang berjalan di
kelompok serta organisasi (aliansi atau
memperbaiki persaingan), dan dampaknya
standar terhadap unit kerja untuk
Pelayanan menjalankan tugas pemerintahan
publik di lingkup secara profesional dan netral,
unit kerja tidak memihak;
2.2. Menggunakan keterampilan dan
pemahaman lintas organisasi
untuk secara efektif memfasilitasi
kebutuhan kelompok yang lebih
besar dengan cara-cara yang
mengikuti standar
objektif,transparan, profesional,
sehingga tidak merugikan para
pihak di lingkup Pelayanan publik
unit kerjanya;
2.3. Mengimplementasikan cara-cara
yang efektif untuk memantau dan
mengevaluasi masalah yang
dihadapi pemangku kepentingan/
masyarakat serta mengantisipasi
kebutuhan mereka saat
menjalankan tugas Pelayanan
publik di unit kerjanya.

6. Pengembangan 2 Memberikan 2.1. Memberikan tugas-tugas yang


diri dan orang umpan balik, menantang pada bawahan
lain membimbing sebagai media belajar untuk
mengembangkan kemampuannya;
2.2. Mengamati bawahan dalam
mengerjakan tugasnya dan
memberikan umpan balik yang
objektif dan jujur; melakukan
diskusi dengan bawahan untuk
memberikan bimbingan dan
umpan balik yang berguna bagi
bawahan;

97
2.3. Mendorong kepercayaan diri
bawahan; memberikan
kepercayaan penuh pada
bawahan untuk mengerjakan
tugas dengan caranya sendiri;
memberi kesempatan dan
membantu bawahan menemukan
peluang untuk berkembang.

7. Mengelola 2 Membantu 2.1. Membantu orang lain dalam


Perubahan orang lain melakukan perubahan;
mengikuti
2.2. Menyesuaikan prioritas kerja
perubahan,
secara berulang-ulang jika
mengantisipasi
diperlukan;
perubahan
secara tepat 2.3. Mengantisipasi perubahan yang
dibutuhkan oleh unit kerjanya
secara tepat. Memberikan solusi
efektif terhadap masalah yang
ditimbulkan oleh adanya
perubahan.

8. Pengambilan 2 Membandingka 2.1. Membandingkan berbagai


Keputusan n berbagai alternatif tindakan dan
alternatif, implikasinya,
menyeimbangka
2.2. Memilih alternatif solusi yang
n risiko
terbaik, membuat keputusan
keberhasilan
operasional mengacu pada
dalam
alternatif solusi terbaik yang
implementasi
didasarkan pada analisis data
yang sistematis, seksama,
mengikuti prinsip kehati- hatian.
2.3. Menyeimbangkan antara
kemungkinan risiko dan
keberhasilan dalam
implementasinya.

B. Sosiokultural

9. Perekat Bangsa 2 Mempromosika 2.1. Mempromosikan sikap


n menghargai perbedaan di antara
orang-orang yang mendorong
mengembangka
toleransi dan keterbukaan.
n sikap toleransi
dan persatuan 2.2. Melakukan pemetaan sosial di
masyarakat sehingga dapat
memberikan respon yang sesuai
dengan budaya yang berlaku.
Mengidentifikasi potensi
kesalahpahaman yang diakibatkan
adanya keragaman budaya yang

98
ada
2.3. Menjadi mediator untuk
menyelesaikan konflik atau
mengurangi dampak negatif dari
konflik atau potensi konflik

C. Teknis

10. Pelaksanaan 2 Mampu 2.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian melaksanakan persyaratan teknis susunan
Persyaratan pengujian kendaraan Mobil Penumpang
Teknis persyaratan Umum, Mobil Barang dan Mobil
kendaraan teknis Bus Lantai Tunggal
bermotor kendaraan
2.2. Mampu melakukan pengujian
Mobil
persyaratan teknis perlengkapan
Penumpang
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Barang dan
Bus Lantai Tunggal
Mobil Bus
Lantai Tunggal 2.3. Mampu melakukan pengujian
secara visual persyaratan teknis Rumah - rumah
dengan kendaraan Mobil Penumpang
dan/atau tanpa Umum, Mobil Barang dan Mobil
menggunakan Bus Lantai Tunggal
alat
2.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis ukuran
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan teknis rancangan
teknis sesuai peruntukannya
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal

11. Pelaksanaan 2 Mampu 2.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian Laik melaksanakan persyaratan laik jalan emisi gas
Jalan pengujian buang kendaraan Mobil
Kendaraan persyaratan Penumpang Umum, Mobil Barang
Bermotor laik jalan dan Mobil Bus Lantai Tunggal
kendaraan
2.2. Mampu melakukan pengujian
Mobil
persyaratan laik jalan tingkat
Penumpang
kebisingan suara klakson dan/atau
Umum, Mobil
knalpot kendaraan Mobil
Barang dan
Penumpang Umum, Mobil Barang
Mobil Bus
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
Lantai Tunggal
2.3. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem utama

99
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup roda
depan kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.6. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kemampuan
pancar dan arah sinar lampu
utama kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal
2.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya tembus
cahaya pada kaca kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal

12. Pelaksanaan 2 Mampu 2.1. Mampu melakukan pengujian


Pengujian Laik melaksanakan persyaratan laik jalan emisi gas
Jalan Kendaraan pengujian buang kendaraan Mobil
Bermotor persyaratan Penumpang Umum, Mobil Barang
laik jalan dan Mobil Bus Lantai Tunggal
kendaraan
2.2. Mampu melakukan pengujian
Mobil
persyaratan laik jalan tingkat
Penumpang
kebisingan suara klakson dan/atau
Umum, Mobil
knalpot kendaraan Mobil
Barang dan
Penumpang Umum, Mobil Barang

100
Mobil Bus dan Mobil Bus Lantai Tunggal
Lantai Tunggal
2.3. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem utama
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.4. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan rem parkir
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal
2.5. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kincup roda
depan kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.6. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kemampuan
pancar dan arah sinar lampu
utama kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.7. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan akurasi alat
penunjuk kecepatan kendaraan
Mobil Penumpang Umum, Mobil
Barang dan Mobil Bus Lantai
Tunggal
2.8. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan kedalaman
alur ban kendaraan Mobil
Penumpang Umum, Mobil Barang
dan Mobil Bus Lantai Tunggal
2.9. Mampu melakukan pengujian
persyaratan laik jalan daya
tembus cahaya pada kaca
kendaraan Mobil Penumpang
Umum, Mobil Barang dan Mobil
Bus Lantai Tunggal

PERSYARATAN JABATAN

Tingkat pentingnya
Jenis Persyaratan Uraian terhadap jabatan

Mutlak Penting Perlu

101
A. Pendidikan 1. Jenjang Diploma Tiga

2. Bidang Teknik Mesin, Elektro,


Ilmu Listrik, Fisika, Otomotif,
Pengujian Kendaraan
Bermotor, Transportasi
Dan Disiplin Ilmu Yang
Relevan;

B. Pelatihan 1. Manajerial -

2. Teknis Diklat PKB Lanjutan 1


dan 2

Diklat Penyegaran PKB

3. Fungsion Diklat Audit dan


al Inspeksi bidang
Pengujian Kendaraan
Bermotor

C. Pengalaman Kerja Pernah/sedang


menjalankan tugas di
bidang Pengujian
Kendaraan Bermotor

D. Pangkat Pengatur Muda Tk 1 II/b – Pengatur II/d

E. Indikator Kinerja Jabatan 1. Terinventarisirnya dokumen rencana kerja,


koordinasi, dan laporan yang sistematis
2. Mendukung terlaksananya kegiatan pelayanan teknis
berupa inspeksi Kelaikan Tipe dan berkala kendaraan
bermotor.
3. Mendukung terjaganya kinerja peralatan yang
memenuhi standar pengujian nasional dan
internasional

Standar Kompetensi 4 – Pemula


Nama Jabatan : Penguji Kendaraan Bermotor Pemula
Kelompok Jabatan : Jabatan Fungsional Keterampilan
Urusan Pemerintah : Urusan Perhubungan – Pengujian Kendaraan Bermotor
Kode Jabatan : -
PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR PEMULA

III. IKHTISAR JABATAN

Ikhtisar jabatan Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,


penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria, sistem dan prosedur
pengawasan, evaluasi, pengujian (test) serta pelaporan di bidang

102
Pengujian Kendaraan Bermotor

IV. STANDAR KOMPETENSI

Leve
Kompetensi Deskripsi Indikator Kompetensi
l

A. MANAJERIAL

1. Integritas 1 Mampu bertindak 1.1. Bertingkah laku sesuai dengan


sesuai nilai, norma, perkataan; berkata sesuai
etika organisasi dengan fakta;
dalam kapasitas 1.2. Melaksanakan peraturan, kode
pribadi etik organisasi dalam
lingkungan kerja seharihari,
pada tataran individu/pribadi;
1.3. Tidak menjanjikan/memberikan
sesuatu yang bertentangan
dengan aturan organisasi.

2. Kerjasama 1 Berpartisipasi dalam 1.1. Berpartisipasi sebagai anggota


kelompok kerja tim yang baik, melakukan
tugas/bagiannya, dan
mendukung keputusan tim;
1.2. Mendengarkan dan menghargai
masukan dari orang lain dan
memberikan usulan-usulan bagi
kepentingan tim;
1.3. Mampu menjalin interaksi sosial
untuk penyelesaian tugas

3. Komunikasi 1 Menyampaikan 1.1. Menyampaikan informasi (data),


informasi dengan pikiran atau pendapat dengan
jelas, lengkap, jelas, singkat dan tepat dengan
pemahaman yang menggunakan cara/media yang
sama sesuai dan mengikuti alur yang
logis;
1.2. Memastikan pemahaman yang
sama atas instruksi yang
diterima/diberikan
1.3. Mampu melaksanakan kegiatan
surat menyurat sesuai tata
naskah organisasi.

4. Orientasi pada 1 Betanggung jawab 1.1. Menyelesaikan tugas dengan


Hasil untuk memenuhi tuntas; dapat diandalkan;
standar kerja 1.2. Bekerja dengan teliti dan hati-hati
guna meminimalkan kesalahan
dengan mengacu pada standar
kualitas (SOP).
1.3. Bersedia menerima masukan,
mengikuti contoh cara bekerja
yang lebih efektif, efisien di

103
lingkungan kerjanya.

5. Pelayanan 1 Menjalankan tugas 1.1. Mampu mengerjakan tugas-


Publik mengikuti standar tugas dengan mengikuti standar
pelayanan. pelayanan yang objektif, netral,
tidak memihak, tidak
diskriminatif, transparan dan
tidak terpengaruh kepentingan
pribadi/kelompok/partai politik.
1.2. Melayani kebutuhan, permintaan
dan keluhan pemangku
kepentingan
1.3. Menyelesaikan masalah dengan
tepat tanpa bersikap membela
diri dalam kapasitas sebagai
pelaksana pelayanan publik.

6. Pengembang 1 Pengembangan diri 1.1. Mengidentifikasi kebutuhan


an Diri dan pengembangan diri dan
Orang Lain menyeleksi sumber serta
metodologi pembelajaran yang
diperlukan
1.2. Menunjukkan usaha mandiri
untuk mempelajari keterampilan
atau kemampuan baru dari
berbagai media pembelajaran
1.3. Berupaya meningkatkan diri
dengan belajar dari orang-orang
lain yang berwawasan luas di
dalam organisasi.

7. Mengelola 1 Mengikuti perubahan 1.1. Sadar mengenai perubahan yang


Perubahan dengan arahan terjadi di organisasi dan
berusaha menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut.
1.2. Mengikuti perubahan secara
terbuka sesuai
petunjuk/pedoman.
1.3. Menyesuaikan cara kerja lama
dengan menerapkan
metode/proses baru dengan
bimbingan orang lain.

8. Pengambilan 1 Mengumpulkan 1.1. Mengumpulkan dan


Keputusan informasi untuk mempertimbangkan informasi
bertindak sesuai yang dibutuhkan dalam mencari
kewenangan solusi.
1.2. Mengenali situasi/pilihan yang
tepat untuk bertindak sesuai
kewenangan.
1.3. Mempertimbangkan
kemungkinan solusi yang dapat

104
diterapkan dalam pekerjaan rutin
berdasarkan kebijakan dan
prosedur yang telah ditentukan.

B. SOSIAL KULTURAL

9. Perekat 1 Peka memahami dan 1.1. Mampu memahami, menerima,


Bangsa menerima peka terhadap perbedaan
kemajemukan individu/kelompok masyarakat;
1.2. Terbuka, ingin belajar tentang
perbedaan/ kemajemukan
masyarakat;
1.3. Mampu bekerja bersama dengan
individu yang berbeda latar
belakang dengan-nya.

C. Teknis

10. Pelaksanaan 2 Mampu Melakukan 2.1. Mampu melakukan perawatan


Perawatan perawatan dan dan menjaga kebersihan alat
dan menjaga kebersihan uji emisi gas buang
Kebersihan peralatan uji berkala
2.2. Mampu melakukan perawatan
Alat Pengujian kendaraan bermotor
dan menjaga kebersihan alat
Berkala
uji kebisingan suara klakson
Kendaraan
dan/atau knalpot
Bermotor
2.3. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji rem utama
2.4. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji Rem Parkir
2.5. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji Kincup Roda depan
2.6. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji kemampuan pancar dan
arah sinar lampu utama
2.7. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji akurasi alat penunjuk
kecepatan
2.8. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat
uji Kedalaman alur ban
2.9. Mampu melakukan perawatan
dan menjaga kebersihan alat

105
uji daya tembus cahaya pada
kaca

V. PERSYARATAN JABATAN

Tingkat pentingnya
Jenis Persyaratan Uraian terhadap jabatan

Mutlak Penting Perlu

A. Pendidika 1. Jenjang SMA/SMK


n

2. Bidang SMA jurusan IPA;


Ilmu
SMK jurusan teknik
mesin, elektro, listrik,
otomotif.

B. Pelatihan 4. Manajerial -

5. Teknis Diklat PKB Dasar

Diklat Penyegaran PKB

6. Fungsional Diklat Audit dan


Inspeksi bidang
Pengujian Kendaraan
Bermotor

C. Pengalaman Kerja Pernah/sedang


menjalankan tugas di
bidang Pengujian
Kendaraan Bermotor

D. Pangkat Pengatur Muda Tk 1 II/a – Pengatur II/b

E. Indikator Kinerja Jabatan 1. Tersusunnya dokumen rencana kerja, koordinasi,


dan laporan yang sistematis
2. Mendukung terlaksananya kegiatan pelayanan teknis
berupa inspeksi Kelaikan Tipe dan berkala
kendaraan bermotor.
3. Mendukung terjaganya kinerja peralatan yang
memenuhi standar pengujian nasional dan
internasional

106

Anda mungkin juga menyukai