Di Suatu Gemerlapnya Sore Kala Itu Lebak
Di Suatu Gemerlapnya Sore Kala Itu Lebak
Saaidjah : “Betapa suramnya, berdiri di atas kekayaan tanah air sendiri, tapi tak pernah bisa
menikmati kekayaanya sedikitpun”.
Adinda : “Saaidjah, tidakkah engkau menyadari? Telah datang arti kebahagiaan diantara kita, entah
arti persahabatan, entah arti kesetiaan, tentunya semua yang kita miliki tidak akan abadi. Biarlah
mereka menyiksa kita, biarlah mereka menindas kita, tapi mereka tidak akan pernah bisa merenggut
hati dan jiwa kita.”
Saaidjah : “Aku hanya ingin membuat Abah bangga, aku ingin bebas dan terlepas dari kejamnya para
penguasa, yang merebut semua yang kita punya”.
Mereka pun berlarian sampai ke tengah hutan. Mereka menikmati sore diikuti dengan harumnya
senja. Saat sedang menikmati indahnya cakrawala, suara gemuruh sekelompok orang terdengar,
Saaidjah dengan terburu-buru, menhgampiri sumber suara tersebut.
Demang : “HAHAHA Geus gede sia, WANI SIA JEUNG AING?” (terkecil)
“Sia mah moal bakal diterima di dieu, sia hirup pikeun talangsara salawasna, (terkecil) dimodaran sia
ku aing sia dimodaran sia HAH!!”
Saaidjah : “Sebagai orang yang terpandang, tak sepantasnya kau bicara seperti itu Demang, harusnya
kau bisa melindungi dan mengayomi masyarakat, bukan menindas”
Demang memukul Saaidjah tapi Saaidjah berhasil menangkisnya dan menghajar, membuat terkapar
semua bawahan demang, bahkan ia mengalahkan satu satunya jawara Lebak yang paling ditakuti.
Emak : “Terimakasih ya sudah menolong emak dan warga lain, Emak mau minta tolong sama kamu,
jaga kerbau ini yaa, Emak sudah tidak bisa merawatnya lagi.”
Saaidjah dan Adinda pun pulang dengan wajah sumringah sambil mengiring kerbau yang ia namakan
“Si Tampan”. Sesampainya Di sawah dekat pekarangan rumah, mereka bertemu Abah, Ayah dari
Saaidjah.
Saaidjah : “Ini kerbau milik saya Abah, tadi emak berikan karena sudah tidak sanggup untuk
mengurusnya”
Abah : “Yasudah, Tetap hati-hati yaa, kamu tau resikonya, takut nasibnya sama seperti “Si Pantang”
direnggut oleh mereka”
Saaidjah : “Siap bah, akan Saaidjah jaga dan rawat baik-baik, kerbau ini juga akan memudahkan kita
untuk membajak sawah, yasudah abah, Saaidjah dan Adinda pamit memandikan Kerbau di sungai”
Saaidjah dan Adinda pun pergi memandikan kerbau dan pulang dengan hati gembira. Setelah
gemerlap mulai menyelimuti desa, mereka pun pulang untuk beristirahat.
timeskip
Ketika fajar datang, Saaidjah menyambut dunia dengan penuh semangat, hari itu Saaidjah nampak
bahagia sekali, lalu ia bergegas memberi makan 'Si Tampan' Kerbau yang ia dapat kemarin.
Saaidjah membuka kandang, dan ternyata tak ada satupun mahluk di dalamnya.
Saaidjah tak menemui Abah dan Si Tampan, Saaidjah lalu berlarian mencari Abah ke sawah.
Demang : "Hey asal kamu tau ya, SEMUA HARTA LEBAK ITU PUNYA AING, SIA MOAL HAK KA HARTA
HARTA URANG"
Saaidjah : "Apa kau tidak puas dengan harta yang kemarin kau rampas?"
Demang : "Sia ulah kalobaan bacot ya, pokona aing bilang merekeun ya merekeun!"
"Sia nu kamari wani-wanina ngahajar aing, nempokeun weh, sekedap deui, sia bakal aya di penjara,
SALAWASNA AHAHAAH'
Max : "Mengapa kau menjual kerbau itu, Apakah Kerbau itu kurang layak untuk digunakan bekerja"
Saaidjah : “ABAH!!”
Max : “Tidak aduan ini terlalu besar, tidak mungkin bupati melakukan itu”
Selaras : “Saya tidak berbohong tuan, waktu suamiku meninggal, mulutnya mengeluarkan banyak
bisa, mereka meracun suamiku”
Max : “TIDAK, TIDAK MUNGKIN SELARAS, AKU TIDAK MENERIMA GUGATAN INI”
Sambil membawa bukti kepala kerbau ya g sudah mati saaidjah melaporkan bahwa kerbau nya
direnggut.
Saaidjah : “Ini tuan, mereka mengambil kerbau saya tanpa membayar sedikitpun”
Saaidjah : 'Kalau jum'atan sebenarnya mereka bisa melakukan apa saja Tuan”
Selaras : “Sudah kubilang, Pikir baik baik Tuan, Tuan harus cepat bertindak”
Keesokan harinya, Max menghampiri upacara penyambutan tersebut. Max bertatap mata dengan
bupati Lebak.
Max : “Kau merampas kerbau kerbau milik orang dan tidak membayarnya sedikitpun”
Bupati : (wajah terkejut) “Hah tidak mungkin tuan, kami sangat adil memberi mereka upah”
Max : “Tapi Pemuda itu, Saaidjah mengadukan bahwa kerbau miliknya dirampas”
Bupati : “Owhhh pemuda itu, beliau seperti itu untuk minta dikasihani dan diberikan uang lebih,
jangan tertipu olehnya, kau tahu waktu itu dia menyerang Demang”
Max : “UPAH PAJAK??, TIDAK ADA, APA YANG KAU FIKIR TUAN?”
Bupati : (tergeleng kesal) “Yasudah, Mari dimakan dan diminum dulu tuan” (sambil kesal)