LAPORAN HASIL
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan
kehendak- Nya, sehingga Laporan Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Kelurahan/Musyawarah Masyarakat Desa (MMK/MMK) UPTD
Puskesmas Pasir jati Tahun 2022 selesai disusun. Laporan hasil survei ini
bertujuan mengenali kesehatan masyarakat, mengenali masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat dan mengetahui potensi yang dimiliki masyarakat
untukmengatasi masalah kesehatan melalui identifikasi kebutuhdan dan harapan
masyarakat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung Tahun
2022.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan hasil survei ini masih banyak
kekurangan dalam penyajian data, kelengkapan data, akurasi data serta ketepatan
waktu penyajian. Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil dimasa datang
kritik dan saran pembaca kami harapkan.
Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profil ini kami
ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.
Hal
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang….................................................................................1
1.2 Landasan Dasar...................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4. Manfaat…............................................................................................4
BAB II KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEI MAWAS DIRI...........5
2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................5
2.2 Kebijakan Survei Mawas Diri.............................................................6
2.3 Rencana Pelaksanaan Survei Mawas Diri...........................................7
2.4 Penilaian Survei Mawas Diri…...........................................................8
2.5 Proses Perumusan Masalah.................................................................9
2.6 Umpan Balik Analisis Kebutuhan dan Harapan................................10
BAB III PROSEDUR TEKNIS DAN PELAKSANAAN SURVEI MAWAS
DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMK)
..................................................................................................................................
11
3.1 Prosedur…...........................................................................................11
3.2 Pelaksana Kegiatan..............................................................................13
3.3 Konsep.................................................................................................13
3.4 Teknik Pelaksanaan.............................................................................15
3.5 Teknik Analisis Data..........................................................................18
3.6 Teknik Pelaksanaan.............................................................................19
3.10 Tahapan Penilaian dan Pembahasan MMK.........................................20
BAB IV ANALISIS SURVEI MAWAS DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH
MASYARAKAT DESA (MMK) PUSKESMAS LURAH TAHUN 2020
..................................................................................................................................
21
4.1 Analisis Masalah.................................................................................21
4.2 Perumusan Masalah...........................................................................31
BAB V MASALAH KEBUTUHAN DAN HARAPAN HASIL SURVEI
MAWAS DIRI MELALUI MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA
..................................................................................................................................
40
5.1 Pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (MMK).........................40
5.2 Proses Pemecahan Masalah Survei Mawas Diri dalam Musyawarah
Masyarakat Desa
41
5.13 Strategi Potensi dan Tindak Lanjut......................................................50
BAB VI PENUTUP.................................................................................................52
6.1 Simpulan…..........................................................................................52
6.2 Implikasi…..........................................................................................53
6.2 Rekomendasi........................................................................................54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
Keuntungan masyarakat dalam mengakses puskesmas secara strategis
yaitu jarak yang lebih terjangkau, pembiayaan yang murah, dan
efektifdalam mengurangi kemungkinan risiko penyakit melalui
pemeliharaan kesehatan rutin secara preventif.
Pengembangan puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat
(health centre) seutuhnya diperlukan suatu upaya strategi kemandirian
Puskesmas dengan mengkolaborasikan kegotong-royongan masyarakat
secara terpadu dalam proses penegakan Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM). Masyarakat secara internal lebih memahami dan
mengenal kondisi kesehatan diri dan keluarganya serta kebutuhan yang
diharapkannya. Maka Puskesmas sebagai pemangku layanan kesehatan
harus merespon dan mengelola kesehatan masyarakat yang dibutuhkannya
untuk memperoleh tempat di mata masyarakat.
Kondisi kemitraan masyarakat dan puskesmas dalam aspek pelayanan
akan menumbuhkan pola-pola sistem dan nilai kepercayaan sebagai esensi
yang vital dalam mengembangkan fungsi Puskesmas secara berkelanjutan
ke depannya sesuai harapan masyarakat. Guna keberlangsungan
mewujudkan cita-cita kesehatan sesuai harapan masyarakat, maka
diperlukan upaya eksplorasi untuk mengenal realitas keadaan masalah yang
sesungguhnya. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan survey lapangan
dalam menggali potensi kesehatan yang ada di masyarakat, melalui Survey
Mawas Diri (SMD) yang hasilnya diintegrasikan dengan implementasi
penyelesaian masalah secara terpadu melaluyi Musyawarah Masyarakat
Desa (MMK)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas menjelaskan bahwa Survei Mawas
Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi
masyarakat, serta potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi
masalah tersebut. Potensi yang dimiliki antara lain ketersediaan
sumberdaya, serta peluang-peluang yang dapat dimobilisasi. Hal ini penting
untuk diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya masyarakat
dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya
perbaikannya, sesuai batas kewenangannya.
2
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka UPTD Puskesmas
Pasir jati turut beperan serta mengupayakan optimalisasi kesehatan
masyarakat secara manajemen melalui penyusunan Survei Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Kelurahan/Desa (MMK/MMK) Tahun
2022.
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini dalam rangka Survei Mawas Diri yang
dimaksudkan untuk :
1.3.1 Mengetahui keadaan tingkat kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung Tahun 2022.
1.3.2 Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di Wilayah
Kerja Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung
Tahun 2022.
1.3.3 Mengetahui potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan di Wilayah Kerja Wilayah Kerja UPTD
PuskesmasPasir jati Kota Bandung Tahun 2022
3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan nilai-nilai kesehatan secara teori berdasarkan
kebiasaan perilaku hidup sehat masyarakat dalam mendorong
pengembangan konsep strategi kesehatan yang efektif dan efisien.
4
BAB II
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEI MAWAS DIRI
5
dengan sendirinya. Dalam pencapaiannya diperlukan suatu gerakan
implementasi gagasan yang realistis dengan mempergunakan sistem atau
cara-cara yang sistematis, sehingga upaya yang dilakukan dapat diterima di
masyarakat sekaligus memperoleh kemanfaatan hasil sesuai tujuan
kesehatan. Dalam kerangka sistem tata kelola diperlukan suatu
kemandirian,mengingat karakteristik lahan maupun area masyarakat secara
etnis cenderung berbeda- beda. Hal inilah yang melandasi diperlukannya
suatu analisis identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap
kesehatan secara terpadu melalui upaya Survei Mawas Diri (SMD) dan
Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK) di UPTD Puskesmas Pasir jati
Tahun 2022
6
2.2.3 Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan yang mewajibkan
Penanggung jawab dan Pelaksana UKM Puskesmas untuk
memfasilitasi peran serta masyarakat dan sasaran dalam survei mawas
diri, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
UKM Puskesmas.
7
4. Kondisi rumah, ketersediaan air bersih layak konsumsi, cakupan
jamban sehat, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di rumah
tangga;
5. Surveilans;
6. Upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan balita (tumbuh kembang,
gizi seimbang, imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dll);
7. Kesehatan jiwa;
8. Peranan keluarga pada kegiatan UKBM;
9. Kritik dan saran yang dianggap perlu untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi masyarakat
8
2.5 Proses Perumusan Masalah
Perumusan masalah survei mawas diri berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas sebagai berikut :
2.5.1 Identifikasi Masalah
Dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah
yang ditemukan. Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H
(What, Who, When, Where, Why and How/Apa masalahnya, siapa
yang terkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah
itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).
2.5.2 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi
masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai
macam metode seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
dan sebagainya. Metode USG: Urgency, Seriousness, Growth (USG)
adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan,
dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 –
10.
2.5.3 Mencari Akar Penyebab Masalah
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya
dicari akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar
dikonfirmasi dengan data di Puskesmas.
9
2.5.4 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan tabel
cara pemecahan masalah.
10
BAB III
PROSEDUR TEKNIS DAN PELAKSANAAN SURVEI MAWAS DIRI
(SMD) DAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMK)
3.1 Prosedur
3.1.1 Metode dan Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Descriptive
Research yaitu metode dalam proses penelitian yang digunakan
berdasarkan masalah yang relevan untuk diteliti dalam menemukan
solusi atas fenomena yang terjadi dalam permasalahan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif secara behaviouristik untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian masyarakat secara holistic
terhadap upaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam survei mawas
diri.
Penerapan penelitian kualitatif dimaksudkan ingin
memusatkan penelitian pada prinsip-prinsip umum pelayanan
kesehatan yang mendasari wujud satuan gejala yang ada serta
bertujuan memahami situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan
kelompok. Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode
pengamatan terlibat dan wawancara sangatlah cocok karena dapat
mengasilkan data deskriptif tentang strategi manajemen kesehatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan
3.1.2 Prinsip-Prinsip Pendekatan
Prinsip-prinsip pendekatan kualitatif yang digunakan memiliki
keunggulan yaitu :
1. Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses,
bukan pada hasil atau produk
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, bagaimana orang
membuat hidup, pengalaman.dan struktur kehidupannya masuk
akal
11
3. Peneliti kualitatif merupakan instrument pokok untuk
pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen
manusia, bukan melalui inventaris, daftar pertanyaan atau alat
lain.
4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara
fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau
intuisi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar
alamiahnya
5. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik
proses makna dan pemahaman yang di dapat melalui kata atau
gambar
6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, penelitimembangun
abstrak. konsep, proposisi, dan teori.
3.1.3 Lokasi, Waktu dan Sumber Data
1. Lokasi
Kegiatan ini berlokasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pasir jati. Subjek penelitian ini bersifat kualitatif adalahbatasan
masalah yang ditetapkan yang menjadi pokok kajian penelitian
yang sifatnya sangat urgen, penting untuk dipecahkan yang
berada dalam situasi sosial yang meliputi tempat (place), pelaku
(actor), dan aktivitas (activity).
Adapun subjek penelitian ini meliputi situasi sosial yang
terdiri dari seluruh komponen individu masyarakat desa yang
ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati diantaranya
komponen individu keluarga, masyarakat desa, termasuk
aparatur pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, maupun
kader yang ada di kelurahan setempat.
2. Waktu
Waktu kegiatan survei mawas diri diakukan pada bulan
November 2022 dan dan musyawarah masyarakat desa pada
bulan Desember 2022 (terlampir).
12
3. Sumber Data
Sumber data pelaksanaan kegiatan ini diperoleh dari sumber
yang meliputi:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya
secara langsung diamati dan dicatat. Dalam penelitian ini
data primer yang diperoleh adalah dari hasil survei mawas
diri dalam pendataan individu keluarga maupun hasil
musyawarah masyarakat kelurahan.
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari data puskesmas
yang sudah ada sebelumnya dan diolah yang mempunyai
hubungan masalah yang diteliti secara tidak langsung.
3.3 Konsep
Konsep pengembangan survei mawas diri dan musyawarah
masyarakat kelurahan yang dilakukan pengembangannya dalam kajian ini
sebagai bahan analisis identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat
terhadap upaya kesehatan masyarakat secara terapdu digambarkan dengan
uraian
13
sebagai berikut :
Feed Back
Musyawarah Upaya Pembahasan (Umpan
Masyarakat dan Kajian Balik)
Kelurahan/Desa Dampak Masalah Perumusan
(MMK/MMK) Masalah)
14
3.4 Teknis Pelaksanaan
3.4.1 Pengumpulan Data
Teknik penelitian merupakan dasar dalam pengumpulan data
penelitian yang sangat penting sebagai bahan dalam
memperolehdata- data yang akurat terhadap sasaran objek yang
diteliti cara sistematik. Sesuai dengan pendekatan penelitian yang
digunakan secara kualitatif, maka tahapan teknik pengumpulan
data sebagai dasar pijakan keabsahan dalam penelitian yang
digunakan yaitu triangulasi sumber. Triangulasi sumber diperoleh
dari data langsung melalui observasi, wawancara dan
dokumenatsi maupun tidak langsung melalui analisis perilaku
(behaviouristik) indikator kesehatan
masyarakat. Dari hasil pengamatan tersebut dianalisis suatu refleksi
yang menghubungkan secara keseluruhan hasil survei yang sahih dan
absah. Adapun kisi-kisi instrumen survei maswas diri yang
digunakan
sebagai berikut :
15
persalinan dan Bayi Usia <6 bulan
data AKI/AKB Bayi usia 6-12
Data imunisasi bulan
Pemberian ASI
Eksklusif
3 Kondisi Pemberantasan Kebersihan rumah
Lingkungan Sarang Nyamuk dan pengendalian
Permukiman penyakit DBD
/rumah tempat
tinggal
16
Pengumpulan data observasi dilakukan melalui surveilans
petugas Puskesmas dengan cara home visit atau door to door dengan
melakukan pendataan individu masyarakat di wilayah kerja sesuai
indikator kebutuhan mempergunakan instrumen isian lembar check
list.
Pemecahan
No Masalah Penyebab Masalah
Masalah
1. Indikator Masalah Inventarisir hasil Upaya
Prioritas yang persepsi masyarakat dari hasil
dibahas dalam terhadap penyebab kesepakatan
MMK/MMK masalah upaya MMK/MMK
kesehatan yang
ditemukan
di lingkungannya
17
Pengumpulan data dokumentasi merupan notulensi dari hasil
setiap pertemuan dalam MMK sebagai bahan kajian dalam
menganalisis upaya penyelesaian masalah dan tindak lanjut strategi
kesehatan masyarakat secara terpadu melalui analisis kesehatan
komunitas (community health analysis) sebagai bahan penyusunan
rencana Puskesmas.
18
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum. memilih hal-hal yang
penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan data dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti
mengikuti ketiga alur tersebut, yaitu : melakukan reduksi data.
menampilkan penyajian data, lalu tindakan terakhir adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi.
19
2. Menentukan situasi sosial
3. Pengajuan Rencana Acuan Kegiatan
4. Merumuskan Standar Operasional Prosedur
5. Mengurus surat-surat dan perizinan
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian (Doing) SMD (November 2022)
3.6.3 Mengadakan proses survey dan pendataan
3.6.4 Melakukan interview kepada informan masyarakat
3.6.5 Mengumpulkan sernua data yang dianggap perlu
3.6.6 Mengolah dan menelaah hasil yang relevan
3.6.7 Menganalisis data
20
BAB IV
ANALISIS SURVEI MAWAS DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH
MASYARAKAT KELURAHAN/DESA (MMK/MMK)
UPTD PUSKESMAS PASIR JATI TAHUN 2022
47%
53%
21
4.1.2 Indikator Upaya
Kesehatan Masyarakat (PHBS)
a. Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
Persalinan
No Kelurahan Jumlah Cakupan (%)
Linakes
Ibu
Bersalin
1 Pasir Jati 261 261 100
2 Pasang 306 306 100
grahan
567 567 100
22
b. Pemberian ASI Eksklusif
Kelurahan
No Uraian Pasirjati Pasanggrahan Total
1 Jumlah bayi umur 0-6 bulan 73 87 160
2 Jumlah bayi umur 0- 6 bulan dengan ASI Esklusif 69 69 138
3 % Cakupan ASI Eksklusif 94,5% 79,3% 86,25%
23
c. Penimbangan Bayi dan Balita
Tabel 4.4 Cakupan Penimbangan Bayi dan Balita di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati
Tahun 2022
Kelurahan
No Uraian Pasirjati Pasanggrahan Total
1 Jumlah sasaran Balita yang ada 1136 1194 2330
2 Jumlah balita yang datang ditimbang 906 773 1679
3 % Cakupan Balita Ditimbang (D/S) 79,75% 64,74% 72,06%
24
d. Penggunaan Air Bersih
Tabel 4.5 Cakupan Penggunaan Air Bersih di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun
2022
Menggunakan Cakupan
No Kelurahan Jumlah
air bersih (%)
RT
1 Pasir Jati 853 10
0
2 Pasang 789 98,
grahan 75
1036 94
94
TOTAL 1036
1101
94
PASANGGRAHAN 580
614
94
PASIR JATI 456
487
Cakupan (%) Menggunakan air bersihJumlah RT
020040060080010001200
Mencuci tangan
Jumlah Cakupan
N Kelurahan dengan air
RT
o bersih (%)
dan sabun
1 Pasir Jati 429 88
2 Pasanggrahan 614 538 88
25
Hidup sehat merupakan aspek penting salah
satunyamencuci tangan dengan air bersih dan sabun di wilayah
kerjaUPTD Puskesmas Pasir jati dari hasil survey dengan
cakupan sebesar 12% belum mencapai standar.
700 614
600 538
487
500
400 429
300
200
100
0
88 88
JUMLAH RT
MENCUCI
CAKUPAN (%)
TANGAN DENGAN AIR BERSIH
Pasir JatiPasanggrahan
f. Jamban Sehat
26
Gambar 4.7 Cakupan Jamban Sehat di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
Memberantas
Cakupan
No Kelurahan Jumlah Sarang
(%)
RT Nyamuk
1 Pasir Jati 853 100
2 Pasanggraha 789 78.75
n
27
memenuhi standar.
700
614
600 545
487
500
417
400
300
200
70 91 86 85
100
0
Jumlah RTRumah Tangga Rumah TanggaCakupan (%)
SehatTidak Sehat
Makan buah
N
Jumlah dan Cakupan
o RT sayur tiap (%)
Kelurahan
hari
1 Pasir Jati 487 398 82
28
800 614
600 545
487 417
400
200
70 91 8685
0
Jumlah RT Rumah Tangga Rumah Tangga Cakupan (%)
Sehat Tidak Sehat
i. Aktivitas Fisik
Tabel 4.10 Cakupan Aktivitas Fisik Tiap hari di Wilayah
Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
Jumlah Melakukan Cakupan
N Kelurahan
RT aktifitas (%)
o fisik tiap hari
1 Pasir Jati 487 409 84
2 Pasanggrahan 614 544 89
Cakupan (%)86 85
Jumlah RT487614
0 20040060080010001200
29
j. Tidak Merokok di Dalam Rumah
85
Cakupan (%)
86
91
Rumah Tangga Tidak Sehat
70
Jumlah RT 614
487
0
200 400
600
800
30
k. Status Rumah Tangga PHBS
Tabel 4.12 Cakupan Status Rumah Tangga Ber-PHBS di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
614
700 545
600 487
500 417
400
300
200 91
85
100 70
86
0 Pasanggrahan
Pasir Jati
Jumlah RT
Rumah
Rumah
Tangga Sehat
Tangga Tidak Cakupan
Sehat
(%)
31
4.2 Perumusan Masalah
Dari hasil analisis data diperoleh bahwa status PHBS rumah tangga di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung dari 1652 rumah tangga
hanya 281 yang tidak menerapkan PHBS sebesar 17,65%, tergolong cukup baik,
akan tetapi harus tetap mengatasi masalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Selain itu terdapat umpan balik dari masyarakat dengan perumusan
dengan tahapan berikut ini.:
32
seiring kesadarannya yang
berdampak positif
mengurangi risiko penyakit
33
4.2.2 Identifikasi masalah, Analisa,Rencana Tindak Lanjut Kebutuhan Berdasarkan Umpan Balik SMD
UPTD Puskesmas Pasir jati Tahun 2022
No Program Kegiatan Sumber Analisis Rencana No Program Kegiatan Sumber Analisis Rencana
Kegiatan Tindak Kegiatan Tindak
Lanjut Lanjut
1 Program SMD 1. Masih ada Kesalahfahaman Pembinaan Seluruh PJ UKP Januari UPTD - Seluruh Staff
UKP petugas dan seluruh staff Staff UPTD 2023 Puskesmas Pasir jati
Puskesmas miskomunikasi Puskesmas Pasir jati memberikan
antara petugas Pasir jati pelayanan
Pasir jati yang
kesehatan paripurna
judes, kurang dengan pasien kepada
ramah terutama masyarakat
di pendaftaran
danobat
2. Pengobatan
untuk kader
diutamakan atau
obat gratis
3. Tenaga
Kesehatan selalu
memberikan
pelayanan yang
terbaik
walaupun untuk
pengguna BPJS
34
dan puskesmas
dapat
memberikan
informasi
kesehatan yang
akurat
2 Kesling 1.Pengecekan Kurangnya Kolaborasi Lintas PJ Kesling Februari Kelurahan - Kerja sama
berkala ke SDM puskesmas lintas Program 2023 dengan lintas
setiap yang dan Lintas sector
program dan
lingkungan menjadikan Sektor kelurahan
untuk lintas sector
kurangnya agar kegiatan
memastikan pemantauan ke pemantauan
lingkungan setiap ke
benar-benar lingkungan masyarakat
sehat terlaksana
35
4 UKM meningkatkan SDM puskesmas Kolaborasi UKM PJ UKM 2023 Puskesmas BOK mendapatkan
aksi ke yang lintas Pasir jati APBD kepuasan
masyarakat menjadikan program terhadap
kurangnya pelayanan
2. Terlalu pemantauan ke Kesehatan
banyak survei masyarakat yang
wawancara, dinginkan
survei ke masyarakat
lapangan kurang sesuai aturan
dan program
yang ada
Kolaborasi Posyandu
Kesling 1. Frekuensi Kurangnya dengan April 2023 Posbindu Masyarakat
5 fogging kurang pengetahuan Penyuluhan program PJ Kesling RW - mengetahui
masayarakat berkala promosi alur PSN
2. Jika ada tentang Kesehatan sesuai SOP
yang minta pemberantasn
bantuan suka sarang nyamuk
lempar sana (PSN)
sini, misalnya
mau fogging
3. Petugas
kesehatan sekali-
kali ikut
menggerakan
kebersihan
lingkungan,
cepat tanggap
jika ada wabah
penyakit dbd
36
Dinas -
Program 1. Untuk Kurangnya Kesehatan Dinas Adanya
Puskesmas Pasir SDM puskesmas Kepala Kesehatan APBD petugas
7 UKP Penambahan
jati agar lebih yang UPTD Labotarorium
ditingkatkan lagi menjadikan SDM Puskesmas sehingga
sarana kurangnya Pasir jatidan pelayanan
pemeriksaannya, pemantauan ke Kasub. labororium
dokternya dan masyarakat Kepegawaian terpenuhi
laboratorium sesuai standar
37
4.2.3 Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah dikembangkan dengan penilaian tim
Puskesmas Lurah terhadap urutan (rank) masalah indikator upaya kesehatan.
Kriteria pengukuran melalui Urgency, Seriousness, Growth (USG) dengan
penilaian jumlah skala likert (1-5) yang dirutkan dari angka nilai terbesar untuk
dijadikan prioritas sampai dengan nilai terkecil. Berikut ini disajikan urutan
prioritas masalahnya:
Tabel 4.14 Urutan Prioritas Masalah Upaya Kesehatan di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
No
Masalah U S G Total
Rank
1 Tidak merokok di dalam rumah 4 5 4 13
2 Jamban Sehat 5 4 3 12
3 ASI Eksklusif 3 4 4 11
4 Pemberantasan Sarang Nyamuk 3 4 3 10
5 Mencuci tangan dengan sabun 3 3 3 9
6 Linakes 3 3 2 8
7 Penimbangan bayi dan balita 2 3 2 7
8 Penggunaan air bersih 2 2 2 6
9 Makan Buah dan Sayur Tiap Hari 1 2 2 5
10 Aktivitas fisik 1 1 2 4
38
d. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), karena walaupun tidak
terdapat kasus, diperlukan optimalisasi pemberantasan dalam mencegah
risiko penyakit
e. Upaya cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun secara hihiensi
disebabkan awal masuknya penyakit lewat makanan yang mempergunakan
tangan, maka jika tangan yang digunakan kotor meningkatkan risiko kesakita
39
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH KEBUTUHAN DAN HARAPAN
HASIL SURVEI MAWAS DIRI MELALUI MUSYAWARAH
MASYARAKAT KELURAHAN/DESA (MMK/MMK)
Desember
2.Jamban
Nyamuk
2022
Tangan
5. Cuci
Sarang
klusif
Sehat
Minggu Ke
4.
1 Pasir Jati √ √ √ √ √ 3
2 Pasanggrahan √ √ √ √ √ 2
40
Sesuai matriks di atas dapat dijelaskan bahwa upaya minimal yang
dilakukan dalam pertemuan musyawarah masyarakat desa setidaknya
memenuhi kriteria prioritas yang akurat terhadap sasaran target daerah
bermasalah dengan proses sosialisasi sebaran kegiatan MMK, diantaranya
dengan target area :
a. Perilaku Tidak Merokok di dalam rumah tersosialisasikan pada masyarakat
secara menyeluruh di setiap kelurahan (100%)
b. Perilaku Penggunaan Jamban Sehat tersosialisasikan pada masyarakat secara
menyeluruh di setiap desa (100%)
c. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersosialisasikan terhadap keluargadan
masyarakat dengan target realisasi IMD
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk dalam mencegah penyakit DBD
tersosialisasikan pada beberapa area risiko kelurahan berisiko
e. Pola hidup sehat mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
menjadiperilaku kebiasaan masyarakat yang higienis tersosialisasikan pada
daerah tertentu
Masyarakat Kelurahan/Desa
41
Hasil wawancara dengan perangkat desa adanya anggapan
mengenai masalah merokok di dalam rumah yaitu warganya
hampir sebagian besar perokok terutama laki-laki. Merokok sudah
menjadi kebiasaan turun temurun yang aktivitasnya dapat
dilakukan di mana saja. Dalam kegiatan warga selalu ada aktivitas
merokok, kadang disediakan oleh pribumi dalam menghormati
tamu seperti dalam kegiatan ronda atau kerja bakti. Hampir setiap
rumah memiliki asbak terutama ada anggota keluarga perokok,
bahkan yang tidak ada perokok pun memilikinya untuk
menghormati tamu yang datang. Dalam kegiatan sosial acara
tahlilan kematian, hajat pernikahan dan lainnnya masih adanya
tradisi menyuguhkan rokok bagi tetangga dan tamu tamu
undangan. Perokok tidak hanya kalangan tua tetapi juga kaum
muda.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat
diperoleh anggapan bahwa masalah rokok dirasakan sulit
dihentikan, disebabkan tidak ada penggantiya. Merokok telah
terbiasa dalam masyarakat karena kenyamanan lewat rokok untuk
menghilangkan penat dan stress, sehingga menjadi kebiasaan
walaupun keadaannya berbeda. Perokok pasif dalam anggota
keluarga sering terpapar penyakit, sehingga saat diperiksa disangka
perokok oleh dokter. Tidak hanya perempuan yang terpapar asap
rokok demikian juga anak kecil menyebabkan seringkali sakit.
Tidak merokok di dalam rumah sebanarnya bukan jaminan aman
bagi orang lain yang tidak merokok, karena asapnya masuk dan
menempel pada benda-benda di dalam rumah, juga terpapar dari
asap yang menempel pada pakaian yang dikenakan.
b. Penyebab Masalah
Hasil diskusi melalui pertemuan dalam forum MMK yang
telah dilaksanakan sebagai dasar kesepakatan forum antara kader
42
masyarakat perangkat kelurahan dan petugas puskesmas, diperoleh
masalah utama yang menjadi penyebab rendahnya upaya tidak
merokok di dalam rumah, yaitu kurangnya kepedulain untuk tidak
merokok di dalam rumah, kecanduan, dan kekurangsadaran akan
risiko bahaya merokok.
Identifikasi Perokok
Anggota keluarga laki-laki
Segala kalangan Tua dan Muda
c. Pemecahan Masalah
Sebagai tindak lanjut pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah
pola kebiasan buruk merokok di masyarakat yaitu ditetapkan suatu upaya
dalam bentuk alternatif pilihan sebagai berikut::
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang bahaya merokok
2. Sosialisasi bahaya merokok di rumah bagi anak
3. Pengembagan kawasan zona bebas rokok di lingkungan komunitas,
pendidikan dan kesehatan anak
4. Konseling keluarga perokok yang memiliki bayi melalui home visit
43
bahaya rokok terhadap anak
2. Penggunaan Jamban Sehat
a. Masalah Jamban Warga
Jamban merupakan sarana penting kebutuhan hidup terhadap
upaya kebersihan diri dan lingkungannya. Dari hasil wawancara
dapat dianalisis beberapa permasalahan diantaranya hasil
wawancaradengan perangkat desa dalam MMK bahwa kesadaran
warga mulai membangun jamban baru dengan mempergunakan
septik tank sesuai syarat dan kelayakan jamban sehat. Namun
keadaan yang terjadi masih ada jamban lama warga yang belum
diperbaiki sesuai standar masih membuang limbahnya langsung ke
sungai. Upaya jamban sehat realisasinya perlu dukungan finansial
mengingat banyaknya jamban yang tidak sehat tanpa septik tank
pada warga dengan taraf ekonomi kurang mampu.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat
diperoleh anggapan masalah jamban sehat yaitu masih rendahnya
pemahaman mengenai teknik septik tank, karena dibangun oleh
tukang bangunan warga yang belum ahli. Kondisinya walaupun
dibuat septik tank masih ada kejadian mampet, bau tercemar, karena
kebocoran. Terutama pada jamban-jamban lama warga kurang
paham upaya penyedotan jamban yang telah penuh, walaupun ada
penyedotan tetapi kesalahan terjadi jamban tertutup tanpa adanya
saluran udara keluar untuk menyedotnya.
b. Penyebab Masalah Jamban Warga Kurang Sehat
Dari hasil MMK yang telah didiskusikan diperoleh akar
penyebab masalah jamban yang tidak sehat yaitu: karena keluarga
tidak mampu untuk membuat septiktank, dan tersedianya sungai
yang dianggap lebih praktis untuk jadi sarana pembuangan limbah.
44
c. Pemecahan Masalah
Jamban sehat merupakan kebutuhan vitas dalam mencegah paparan
penyakit yang diakibatkannya. Hasil pemecahan masalah yang telah
disepakati dalam MMK diupayakan alternatif pemecahan sebagai
berikut:
1. Usulan kepada pemerintah desa untuk disediakan dana khusus
jambanisasi
2. Upaya penyuluhan bahaya pembuangan kotoran ke sungai bagi
manusia.
3. Rehabilitasi Pekerjaan terhadap kepemilikan jamban sehat masyarakat
kurang mampu
4. Upaya pendidikan latihan tukang bangunan dalam mendesain
pekerjaan jamban sehat dan sosialisasi masa penggunaan septiktank
5. Perlunya upaya institusi pihak ketiga dalam menyiasati jamban lama
berseptiktank yang mampet melalui pengadaan alat-alat sedot sesuai
standar milik desa
6. Pengelolaan kotoran limbah septiktank sebagai bahan komposisi
pupuk masyarakat agraris
45
sehingga alternatif ditempuh dengan menambah atau menggantinya saat
sibuk dengan susu botol. Kegagalan pemberian Asi juga kerap terjadi
karena persepsi ibu dengan memberi tambahan air teh dan makanan
tambahan untuk mengganti saat ASI kosong karena khawatir gizi bayi
menurun.
Hasil wawancara dengan kader masyarakat diperoleh masalah
pemberian ASI eksklusif yaitu sebagian besar ibu telah mengetahui ASI
eksklusif, namun ynag menjadi masalah penerapannya sulit, terutama di
saat situasi bayi menangis namun ASI ibu kosong. Program ASI ekslusif
perlu peningkatan pemahaman tidak hanya bagi ibunya, tetapi juga
keluarga pengasuh bayi agar tidak memberi makanan/minuman selain
ASI. Rendahnya pemahaman ibu terhadap jadwal pemberian ASI sesuai
usianya, seringkali adanya perilaku coba- coba memberi
makanan/minuman saat bayi menangis terutama saat terlihat ASI bening,
dan saat dicoba makanan bayi menyukainya maka kebiasaan buruk
tersebut diteruskan hingga program ASI eksklusif tidak tercapai.
Hasil analisis dari wawancara dan temuan dari permasalahan
mengenai pemberian ASI eksklusif di masyarakat dapat digambarkanakar
masalahnya sebagai berikut :
Kendala
Kekurangtahuan primipara
Persepsi Masyarakat Pola kebiasaan PMT Tradisipemberian pengganti ASI/Air teh Penggunaan susu botol
Kesibukan wanita
karir
Kegagalan ASI Kurangpahamnya pengasuh bayi
Perilaku coba-coba
Eksklusif
Anggapan Ibu Desakan situasi Ibu dan Bayi Penyebab Budaya temurun Kurangnya peng
ASI kosong turun
Dampak Buruk
Makanan
Tambahan tidak
ASI tidak sesuai usia bayi
berasa/bening Risikotumbuh kembang
Bayi menangis lapar Rasa khawatir gizi bayi menurun yang
salah dan rasa
kasihan
46
.
47
anggapan bahwa pemberantasan sarang sarang nyamuk telah diupayakan
oleh perangkat desa bersama warga melalui kerja bakti membersihkan
tempat sekitar yang menjadi area penyebaran jentik nyamuk. Perangkat desa
sudah menghimbau warganya untuk memberantas sarang nyamuk di
rumahnya, bahkan hal tersebut telah diupayakan vogging pada area tertentu.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat duiperoleh
anggapan mengenai masalah sarang nyamuk yaitu menganggap bahwa
sarang nyamuk sulit dikenali, karena air bersih pun bisa jadi sarang.
.
Kurangnya upaya pemberantasan dikarenakan kesibukan aktivitas sehingga
seringkali lupa membersihkanya. Dalam mengantisipasi
48
kebiasan hidup sehat dalam pencegahan penyakit. Hasil wawancara
dengan perangkat desa setempat dalam forum MMK diperoleh
adanyaanggapan masyarakat yaitu perangkat desa telah bekerjasama
dengan sekolah dalam mensosialisasikan gerakan cuci tangan yang baik
pada anak. Kebiasaan cuci tangan tanpa sabun yang terjadi di masayarakat
biasanya pada daerah pelosok karena anggapan air yang digunakan masih
bersih.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengenai masalah cuci
tangan pakai sabun diperoleh anggapan masalahnya yaitu perlunya
pendidikan sekolah yang mengajarkan cuci tangan pada anak. Keadaan
cuci tangan tanpa sabun disebabkan kurang tersedianya sabun di fasilitas
air, selain itu kurangnya kebiasaan sehingga seringkali lupa pakai sabun,
dan penggunaan sabun hanya saat mandi dan setelah buang air untuk
menjaga kesehatannya.
Masalah
Kurang
Upaya Sosial Gerakan tersedianya sabun di
Kerjasama Cuci Tangan fasilitas air
dengan
sekolah
Pakai Kebiasaan cuci
Sabun tangan tanpa sabun
Anggapan air
masih bersih.
Penyebab
Dampak Tidak Cuci Merasa aman dengan
Tangan: iklim di daerah sekitar
Kebiasaan Positif Risiko makanan rumah
Perlunya tidak higienis Pengetahuan
terhadap pencernaan masyarakat
pengajaran cuci tangan akibat kontaminasi masih kurang terhadap
pada anak sedari dini bakteri melalui upaya cuci tangan
tangan dengan sabun.
49
air bersih dan sabun disebabkan masyarakat masih merasa aman dengan
iklim di daerah sekitar rumah dan pengetahuan masyarakat masih kurang
terhadap upaya cuci tangan dengan sabun.
c. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah hasil diskusi dalam forum MMK diperoleh
solusi dengan intervensi alternatif yaitu :
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang manfaat cuci
tangan pakai sabun
2. Kerjasama instritusi pendidikan dalam sosialisasi gerakan higienis
cuci tangan pakai sabun bagi anak sekolah
3. Surveilans penjaringan data penyakit anak sekolah yang diakibatkan
kekurang higienisan tangan, makanan/munuman jajanan sekolah
(seperti diare, muntah-muntah,demam) terhadap status gizi anak.
50
Berdasarkan analisis potensi tersebut maka rencana tindak lanjut
dengan prioritas dari upaya kesehatan atas indikator data yang telah
diperoleh secara esensi sebagai berikut :
1. Primer
a. Tercapainya program pemberian ASI Eksklusif secara menyeluruh,
dan secara khusus capaian ASI eksklusif.
b. Tercapainya program jamban sehat keluarga secara menyeluruh, yang
memiliki capaian jamban kurang sehat dapat teratasi
c. Tercapainya pemberian ASI eksklusif yang merata.
2. Sekunder
Mengembangkan indikator upaya kesehatan keluarga dengan prioritas
pencegahan dan pemeliharaan :
a. Optimalisasi pemberantasan sarang nyamuk dapat dipertahankan dan
terus diwaspadai sehingga kejadian DBD dapat dicegah
b. Optimalisasi pola hidup sehat cuci tangan dengan air bersih dan sabun
menjadi kebiasaan positif, sehingga menurunkan risiko penyakit.
51
BAB VI
PENUTU
P
6.1 Simpulan
52
3. Potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung meliputi :
a. Persalinan cukup optimal dilakukan tenaga kesehatan
b. Penimbangan bayi dan balita telah dilakukan secara rutin
c. Masyarakat secara merata telah menggunakan air bersih
d. Makan buah dan sayur setiap hari secara berimbang telah menjadi pola
kebiasaan masyarakat
e. Aktivitas fisik masyarakat telah menjadi kebiasaan bergerak aktif dalam
rutinitas bekerja maupun olahraga tertentu.
4. Adanya masukan atau umpan balik dari masyarakat untuk puskesmas yang
dapat disimpulkan agar pelayanan puskesmas lebih ditingkatkan lagi dan
penambahan sumber daya manusia, sarana dan prasarana puskesmas.
6.2 Implikasi
1. Banyaknya anggota keluarga perokok yang merokok di dalam rumah yang
disebabkan kurangnya kepedulian untuk tidak merokok di dalam rumah,
kecanduan, dan kekurangsadaran akan risiko bahaya merokok. Perlu upaya
penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang bahaya merokok
dalam mengembangkan kawasan Rumah Sehat Bebas Rokok
2. Masih banyaknya penggunaan jamban yang tidak sehat disebabkan
keluarga tidak mampu untuk membuat septiktank, dan tersedianya sungai
yang dianggap lebih praktis untuk jadi sarana pembuangan limbah. Maka
perlu upaya usulan kepada pemerintah desa untuk disediakan dana khusus
jambanisasi dan upaya penyuluhan bahaya pembuangan kotoran ke sungai
bagi manusia dalam program Jambanisasi dan Pengelolaan Tinja.
3. Adanya daerah dengan pemberian ASI eksklusif rendah dengan penyebab
budaya turun temurun bayi diberikan makanan tambahan sebelum umur 6
bulan, kurang pengetahuan akan bahaya bayi diberi makanan pada umur
sebelum 6 bulan, perasaan kasihan bayi menangis, mungkin lapar sehingga
diberi tambahan makanan/minuman selain ASI. Maka upaya melalui
53
penyuluhan baik perorangan atau kelompok dalam Program ASI Eksklusif
4. Pemberantasan sarang nyamuk kurang diwaspadai disebabkan masyarakat
masih merasa aman dengan iklim di daerah sekitar rumah, sedangkan
pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan jentik nyamuk masih
kurang. Upayanya melalui upaya penyuluhan baik perorangan atau
kelompok tentang manfaat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
5. Pola kebiasaan like higienis perlu dipelihara dengan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun disebabkan masih merasa aman dengan
iklim di daerah sekitar rumah dan pengetahuan masyarakat masih kurang
terhadap upaya cuci tangan dengan sabun. Upayanya melalui penyuluhan
baik perorangan atau kelompok tentang manfaat cuci tangan pakai sabun
dalam program Like Higienis.
6.3 Rekomendasi
1. Bagi Pemerintah/Dinas Kesehatan
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal ini Kementerian
melalui Dinas Kesehatan diharapkan dapat berupaya menyediakan
dukungan dalam memfasilitasi peran serta guna pengembangan
puskesmassecara terpadu, dalam hal secara teknis, maupun pembiayaan
terhadapupaya peningkatan kesehatan sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Seyogyanya Puskesmas lebih mengoptimalkan upaya kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam
memperomosikankesehatan di wilayah kerjanya, sehingga program-
program yang dikembangkan dapat terealisasi dan sampai pada penerima
manfaat secara langsung.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan lebih terpadu bersama komunitas lingkungannya
sebagai kader kesehatan bekerja sama dengan perangkat desa dalam
mewujudkan lingkungan masyarakat yang sehat sehingga dapat hidup
layak dan terbebas dari penyakit dalam meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal
54
LAMPIRAN
55
DOKUMENTASI SMD
TAHUN 2022