Anda di halaman 1dari 59

PELAKSANAAN SURVEI MAWAS DIRI (SMD)

DAN MUSYAWARAHMASYARAKAT KELURAHAN (MMK)


UPTD PUSKESMAS PASIR JATI
KOTA BANDUNG
TAHUN 2022

LAPORAN HASIL

Tinjauan Identifikasi Kebutuhan dan Harapan Masyarakat terhadap


Prioritas Upaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Berbasis Masyarakat secara Terpadu

PEMERINTAH KOTA BANDUNG


DINAS KESEHATAN KOTA
BANDUNG UPTD PUSKESMAS PASIR
JATI TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan
kehendak- Nya, sehingga Laporan Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Kelurahan/Musyawarah Masyarakat Desa (MMK/MMK) UPTD
Puskesmas Pasir jati Tahun 2022 selesai disusun. Laporan hasil survei ini
bertujuan mengenali kesehatan masyarakat, mengenali masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat dan mengetahui potensi yang dimiliki masyarakat
untukmengatasi masalah kesehatan melalui identifikasi kebutuhdan dan harapan
masyarakat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung Tahun
2022.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan hasil survei ini masih banyak
kekurangan dalam penyajian data, kelengkapan data, akurasi data serta ketepatan
waktu penyajian. Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil dimasa datang
kritik dan saran pembaca kami harapkan.
Demikian, atas bantuan berbagai pihak dalam penyusunan profil ini kami
ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.

Bandung, Desember 2022


Kepala UPTD Puskesmas Pasir jati

dr. Yessi Octaria, M.E.,MPP


NIP. 19791028 200604 2
009

Laporan SMD/MMK UPTD Puskesmas Pasir jati 2022 │ii


DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang….................................................................................1
1.2 Landasan Dasar...................................................................................3
1.3 Tujuan..................................................................................................3
1.4. Manfaat…............................................................................................4
BAB II KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEI MAWAS DIRI...........5
2.1 Kerangka Pemikiran............................................................................5
2.2 Kebijakan Survei Mawas Diri.............................................................6
2.3 Rencana Pelaksanaan Survei Mawas Diri...........................................7
2.4 Penilaian Survei Mawas Diri…...........................................................8
2.5 Proses Perumusan Masalah.................................................................9
2.6 Umpan Balik Analisis Kebutuhan dan Harapan................................10
BAB III PROSEDUR TEKNIS DAN PELAKSANAAN SURVEI MAWAS
DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMK)
..................................................................................................................................
11
3.1 Prosedur…...........................................................................................11
3.2 Pelaksana Kegiatan..............................................................................13
3.3 Konsep.................................................................................................13
3.4 Teknik Pelaksanaan.............................................................................15
3.5 Teknik Analisis Data..........................................................................18
3.6 Teknik Pelaksanaan.............................................................................19
3.10 Tahapan Penilaian dan Pembahasan MMK.........................................20
BAB IV ANALISIS SURVEI MAWAS DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH
MASYARAKAT DESA (MMK) PUSKESMAS LURAH TAHUN 2020
..................................................................................................................................
21
4.1 Analisis Masalah.................................................................................21
4.2 Perumusan Masalah...........................................................................31
BAB V MASALAH KEBUTUHAN DAN HARAPAN HASIL SURVEI
MAWAS DIRI MELALUI MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA
..................................................................................................................................
40
5.1 Pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (MMK).........................40
5.2 Proses Pemecahan Masalah Survei Mawas Diri dalam Musyawarah
Masyarakat Desa
41
5.13 Strategi Potensi dan Tindak Lanjut......................................................50
BAB VI PENUTUP.................................................................................................52
6.1 Simpulan…..........................................................................................52
6.2 Implikasi…..........................................................................................53
6.2 Rekomendasi........................................................................................54
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Laporan SMD/MMK UPTD Puskesmas Pasir jati 2022 │iii


BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Amandemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
telah mengatur beberapa hak asasi manusia di bidang kesehatan. Pada pasal
28H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Pasal 1 Angka 1 UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan). Aspek kesehatan merupakan dasar pengakuan derajat
kemanusiaan. Tanpa adanya kesehatan, maka individu masyarakat menjadi
tidak sederajat secara kondisional yang menghambat pemerolehan hak-hak
hidup lainnya.
Proses penerimaan hak-hak kesehatan atas individu masyarakat perlu
diakomodir secara mudah agar tersampaikan secara adil pada segala fasilitas
pelayanan kesehatan. Termasuk salah satunya pelayanan puskesmas sebagai
garda depan pelayanan masyarakat secara terpadu yang berkontribusi
langsung terhadap analisis situasi kesehatan di setiap daerah.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal 1 Angka 2
menjelaskan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Derajat kesehatan masyarakat merupakan poin utama upaya kesehatan
dalam menggerakan perilaku hidup sehat masyarakat dengan cara
memelihara kesehatannya melalui pemanfaatan puskesmas secara promotif.

1
Keuntungan masyarakat dalam mengakses puskesmas secara strategis
yaitu jarak yang lebih terjangkau, pembiayaan yang murah, dan
efektifdalam mengurangi kemungkinan risiko penyakit melalui
pemeliharaan kesehatan rutin secara preventif.
Pengembangan puskesmas sebagai pusat kesehatan masyarakat
(health centre) seutuhnya diperlukan suatu upaya strategi kemandirian
Puskesmas dengan mengkolaborasikan kegotong-royongan masyarakat
secara terpadu dalam proses penegakan Usaha Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM). Masyarakat secara internal lebih memahami dan
mengenal kondisi kesehatan diri dan keluarganya serta kebutuhan yang
diharapkannya. Maka Puskesmas sebagai pemangku layanan kesehatan
harus merespon dan mengelola kesehatan masyarakat yang dibutuhkannya
untuk memperoleh tempat di mata masyarakat.
Kondisi kemitraan masyarakat dan puskesmas dalam aspek pelayanan
akan menumbuhkan pola-pola sistem dan nilai kepercayaan sebagai esensi
yang vital dalam mengembangkan fungsi Puskesmas secara berkelanjutan
ke depannya sesuai harapan masyarakat. Guna keberlangsungan
mewujudkan cita-cita kesehatan sesuai harapan masyarakat, maka
diperlukan upaya eksplorasi untuk mengenal realitas keadaan masalah yang
sesungguhnya. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan survey lapangan
dalam menggali potensi kesehatan yang ada di masyarakat, melalui Survey
Mawas Diri (SMD) yang hasilnya diintegrasikan dengan implementasi
penyelesaian masalah secara terpadu melaluyi Musyawarah Masyarakat
Desa (MMK)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas menjelaskan bahwa Survei Mawas
Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan masalah yang dihadapi
masyarakat, serta potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi
masalah tersebut. Potensi yang dimiliki antara lain ketersediaan
sumberdaya, serta peluang-peluang yang dapat dimobilisasi. Hal ini penting
untuk diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya masyarakat
dapat digerakkan untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya
perbaikannya, sesuai batas kewenangannya.

2
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka UPTD Puskesmas
Pasir jati turut beperan serta mengupayakan optimalisasi kesehatan
masyarakat secara manajemen melalui penyusunan Survei Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Kelurahan/Desa (MMK/MMK) Tahun
2022.

1.2 Landasan Dasar


1.2.1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
1.2.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
1.2.3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
1.2.4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
1.2.5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini dalam rangka Survei Mawas Diri yang
dimaksudkan untuk :
1.3.1 Mengetahui keadaan tingkat kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung Tahun 2022.
1.3.2 Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di Wilayah
Kerja Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung
Tahun 2022.
1.3.3 Mengetahui potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan di Wilayah Kerja Wilayah Kerja UPTD
PuskesmasPasir jati Kota Bandung Tahun 2022

3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan nilai-nilai kesehatan secara teori berdasarkan
kebiasaan perilaku hidup sehat masyarakat dalam mendorong
pengembangan konsep strategi kesehatan yang efektif dan efisien.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Pemerintah/Dinas Kesehatan


Sebagai upaya menyediakan bahan informasi yang faktual
secara empirik guna memfasilitasi dukungan peran serta
dalam pengembangan puskesmas secara terpadu.
1.4.2.2 Bagi Puskesmas
Menilai kebutuhan kesehatan masyarakat dalam upaya
merencanakan strategi promosi kesehatan secara terpadu
dengan memperhatikan data surveilans yang kongkrit sesuai
kesehatan komunitas
1.4.2.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman dalam mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan masyarakat di lingkungan keluarga
sekaligus meningkatkan keterlibatannya terhadap upaya-
upaya penyelesaian masalah kesehatan secara mandiri dan
terpadu.

4
BAB II
KERANGKA ACUAN KEGIATAN SURVEI MAWAS DIRI

2.1 Kerangka Pemikiran


Kesehatan merupakan aspek penting dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan untuk menjamin hak-hak hidup atas kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan pioner yang
mencerminkan realitas kesejahteraan masyarakat yang perlu senantiasa
tumbuh dan berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat
terhadaphidup sehat.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek pelayanan public
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dalam implementasinya
pelayanan kesehatan perlu memenuhi asumsi kebutuhan masyarakat dalam
mengakomodir segala kebutuhan yang diperlukan guna mencapai upaya
kesehatan seutuhnya.
Kontribusi pemenuhan kebutuhan dan harapan masyarakat akan
menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap upaya pelayanan
kesehatan yang unggul. Kepercayaan akan terbentuk dari usaha-usaha yang
dilakukan dalam memecahkan dan menuntaskan masalah kesehatan di
masyarakat. Sehingga rendah tingginya tingkat usaha kesehatan yang
dilakukan sangat menentukan terhadap keberlangsungan fasilitas layanan ke
depannya terkait dengan kepercayaan dan kesadaran publik.
Untuk terselengaranya upaya kesehatan bermutu bagi masyarakat di
wilayah kerjanya, maka Tim Manajemen Puskesmas harus mampu bekerja
dengan baik dan profesional, dibawah koordinasi dan supervisi kepala
Puskesmas yang menjalankan fungsi kepemimpinannya yang baik dan tepat
sesuai situasi dan kondisi. Upaya kesehatan yang diberikan harus selalu
memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan harapan masyarakat sebagai
konsumen eksternal, kepentingan dan kepuasan dari seluruh staf Puskesmas
sebagai konsumen internal, serta pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai
pemilik/owner. Optimalisasi kesehatan masyarakat tidak akan tumbuh

5
dengan sendirinya. Dalam pencapaiannya diperlukan suatu gerakan
implementasi gagasan yang realistis dengan mempergunakan sistem atau
cara-cara yang sistematis, sehingga upaya yang dilakukan dapat diterima di
masyarakat sekaligus memperoleh kemanfaatan hasil sesuai tujuan
kesehatan. Dalam kerangka sistem tata kelola diperlukan suatu
kemandirian,mengingat karakteristik lahan maupun area masyarakat secara
etnis cenderung berbeda- beda. Hal inilah yang melandasi diperlukannya
suatu analisis identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap
kesehatan secara terpadu melalui upaya Survei Mawas Diri (SMD) dan
Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK) di UPTD Puskesmas Pasir jati
Tahun 2022

2.2 Kebijakan Survei Mawas Diri


Kebijakan Kepala Puskesmas terhadap Survei Mawas Diri UPTD
Puskesmas Pasir jati berlandaskan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi, dinyatakan bahwa :
2.2.1 Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan mulai dari pelaksanaan
survei mawas diri, keterlibatan dalam perencanaan kegiatan,
monitoring dan evaluasi. Penilaian kebutuhan masyarakat dilakukan
dengan melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
sektor terkait, dan kegiatan survei mawas diri, serta memperhatikan
data surveilans untuk kemudian dilakukan analisis kesehatan
komunitas (community health analysis) sebagai bahan penyusunan
rencana Puskesmas.
2.2.2 Pembahasan dengan masyarakat dapat dilakukan melalui Survei
Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Kelurahan/Desa
(MMK/MMK), maupun pertemuan-pertemuan konsultatif dengan
masyarakat.

6
2.2.3 Kepala Puskesmas menetapkan kebijakan yang mewajibkan
Penanggung jawab dan Pelaksana UKM Puskesmas untuk
memfasilitasi peran serta masyarakat dan sasaran dalam survei mawas
diri, perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
UKM Puskesmas.

2.3 Rencana Pelaksanaan Survei Mawas Diri


Pelaksanaan survei mawas diri berpedoman pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas sebagai berikut :
2.3.1 Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan dan
masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi yang dimiliki
masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi yang dimiliki
antara lain ketersediaan sumber daya, serta peluang-peluang yang
dapat dimobilisasi. Hal ini penting untuk diidentifikasi oleh
masyarakat sendiri, agar selanjutnya masyarakat dapat digerakkan
untuk berperan serta aktif memperkuat upaya-upaya perbaikannya,
sesuai batas kewenangannya.
2.3.2 Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data sekunder,
pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi yang ada dan
membangun kesepakatan bersama masyarakat dan kepala
desa/kelurahan, untuk bersama-sama mengatasi masalah kesehatan di
masyarakat.
2.3.3 Instrumen SMD/CSS disusun puskesmas sesuai masalah yang
dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi puskesmas. Instrumen
yang disusun mencakup format pendataan yang dilakukan wakil
masyarakat yang dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
masyarakat dan dapat memberi informasi tentang :
1. Akses pelayanan kesehatan
2. KIA/KB, status imunisasi dan status gizi balita;
3. Kondisi lingkungan permukiman/rumah tempat tinggal;

7
4. Kondisi rumah, ketersediaan air bersih layak konsumsi, cakupan
jamban sehat, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di rumah
tangga;
5. Surveilans;
6. Upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan balita (tumbuh kembang,
gizi seimbang, imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dll);
7. Kesehatan jiwa;
8. Peranan keluarga pada kegiatan UKBM;
9. Kritik dan saran yang dianggap perlu untuk mengetahui
permasalahan yang dihadapi masyarakat

2.4 Penilaian Survei Mawas Diri


Upaya penilaian hasil SMD sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas,
Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik
Mandiri Dokter Gigi, yaitu :
2.4.1 Penilaian kebutuhan masyarakat dilakukan dengan melakukan
pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat, sektor terkait, dan
kegiatan survei mawas diri, serta memperhatikan data surveilans untuk
kemudian dilakukan analisis kesehatan komunitas (community health
analysis) sebagai bahan penyusunan rencana Puskesmas.
2.4.2 Pembahasan dengan masyarakat dapat dilakukan melalui Survei
Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Kelurahan (MMK),
maupun pertemuan- pertemuan konsultatif dengan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan mulai daripelaksanaan
survei mawas diri, perencanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi
kegiatan Puskesmas

8
2.5 Proses Perumusan Masalah
Perumusan masalah survei mawas diri berpedoman pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas sebagai berikut :
2.5.1 Identifikasi Masalah
Dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah
yang ditemukan. Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H
(What, Who, When, Where, Why and How/Apa masalahnya, siapa
yang terkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah
itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).
2.5.2 Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan dalam mengatasi
masalah, ketidaktersediaan teknologi yang memadai atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu dipilih
masalah prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditempuh dengan menggunakan kriteria lain. Dalam
penetapan urutan prioritas masalah dapat mempergunakan berbagai
macam metode seperti metode USG (Urgency, Seriousness, Growth)
dan sebagainya. Metode USG: Urgency, Seriousness, Growth (USG)
adalah salah satu alat untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus
diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan,
dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 –
10.
2.5.3 Mencari Akar Penyebab Masalah
Setelah ditentukan masalah yang menjadi prioritas, selanjutnya
dicari akar penyebab dari masalah tersebut. Penyebab masalah agar
dikonfirmasi dengan data di Puskesmas.

9
2.5.4 Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan
kesepakatan di antara anggota tim dengan didahului brainstorming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan dapat digunakan tabel
cara pemecahan masalah.

2.6 Umpan Balik Analisis Kebutuhan dan Harapan


Umpan balik survei mawas diri berlandaskan pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 44 Tahun 2016 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas bahwa keluaran hasil analisis situasi dari hasil SMD
dan MMK/MMK ditindaklanjuti dengan usulan kebutuhan pelayanan
kesehatan masyarakat desa/kelurahan sesuai harapan rasional masyarakat
desa/kelurahan yang dilakukan melalui upaya Identifikasi Kebutuhan dan
Harapan masyarakat.

10
BAB III
PROSEDUR TEKNIS DAN PELAKSANAAN SURVEI MAWAS DIRI
(SMD) DAN MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMK)

3.1 Prosedur
3.1.1 Metode dan Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Descriptive
Research yaitu metode dalam proses penelitian yang digunakan
berdasarkan masalah yang relevan untuk diteliti dalam menemukan
solusi atas fenomena yang terjadi dalam permasalahan tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kualitatif secara behaviouristik untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian masyarakat secara holistic
terhadap upaya perilaku hidup bersih dan sehat dalam survei mawas
diri.
Penerapan penelitian kualitatif dimaksudkan ingin
memusatkan penelitian pada prinsip-prinsip umum pelayanan
kesehatan yang mendasari wujud satuan gejala yang ada serta
bertujuan memahami situasi sosial, peristiwa, peran, interaksi dan
kelompok. Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode
pengamatan terlibat dan wawancara sangatlah cocok karena dapat
mengasilkan data deskriptif tentang strategi manajemen kesehatan
dalam meningkatkan mutu pelayanan
3.1.2 Prinsip-Prinsip Pendekatan
Prinsip-prinsip pendekatan kualitatif yang digunakan memiliki
keunggulan yaitu :
1. Peneliti kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses,
bukan pada hasil atau produk
2. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, bagaimana orang
membuat hidup, pengalaman.dan struktur kehidupannya masuk
akal

11
3. Peneliti kualitatif merupakan instrument pokok untuk
pengumpulan dan analisis data. Data didekati melalui instrumen
manusia, bukan melalui inventaris, daftar pertanyaan atau alat
lain.
4. Peneliti kualitatif melibatkan kerja lapangan. Peneliti secara
fisik berhubungan dengan orang, latar belakang, lokasi atau
intuisi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar
alamiahnya
5. Peneliti kualitatif bersifat deskriptif dalam arti peneliti tertarik
proses makna dan pemahaman yang di dapat melalui kata atau
gambar
6. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif, penelitimembangun
abstrak. konsep, proposisi, dan teori.
3.1.3 Lokasi, Waktu dan Sumber Data
1. Lokasi
Kegiatan ini berlokasi di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pasir jati. Subjek penelitian ini bersifat kualitatif adalahbatasan
masalah yang ditetapkan yang menjadi pokok kajian penelitian
yang sifatnya sangat urgen, penting untuk dipecahkan yang
berada dalam situasi sosial yang meliputi tempat (place), pelaku
(actor), dan aktivitas (activity).
Adapun subjek penelitian ini meliputi situasi sosial yang
terdiri dari seluruh komponen individu masyarakat desa yang
ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati diantaranya
komponen individu keluarga, masyarakat desa, termasuk
aparatur pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, maupun
kader yang ada di kelurahan setempat.
2. Waktu
Waktu kegiatan survei mawas diri diakukan pada bulan
November 2022 dan dan musyawarah masyarakat desa pada
bulan Desember 2022 (terlampir).

12
3. Sumber Data
Sumber data pelaksanaan kegiatan ini diperoleh dari sumber
yang meliputi:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya
secara langsung diamati dan dicatat. Dalam penelitian ini
data primer yang diperoleh adalah dari hasil survei mawas
diri dalam pendataan individu keluarga maupun hasil
musyawarah masyarakat kelurahan.
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari data puskesmas
yang sudah ada sebelumnya dan diolah yang mempunyai
hubungan masalah yang diteliti secara tidak langsung.

3.2 Pelaksana Kegiatan


Pelaksana kegiatan ini dilakukan oleh Kepala Puskesmas Lurah
dibantu seluruh staf pelaksana unit terkait yang sesuai tanggung jawabnya
serta memiliki tugas dan fungsi dalam mengimplementasikan kegiatan
Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Kelurahan
(MMK).
Dalam upaya pencapaian pelaksanaan kegiatan yang optimal, hal ini
didukung pemberdayaan berbagai elemen/stakeholders yang terlibat secara
positif dalam kegiatan ini meliputi: Aparatur kelurahan, Kader- Kader
Kesehatan dan Sosial Kemasyarakatan, Tokoh-Tokoh Masyarakat, dan
Institusi Lembaga Kemasyarakatan.

3.3 Konsep
Konsep pengembangan survei mawas diri dan musyawarah
masyarakat kelurahan yang dilakukan pengembangannya dalam kajian ini
sebagai bahan analisis identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat
terhadap upaya kesehatan masyarakat secara terapdu digambarkan dengan
uraian

13
sebagai berikut :

Survei Indikator Upaya Proses


Mawas Diri Kesehatan (PHBS) Analisis
(SMD) Persalinan Linakes Hasil SMD
Puskesmas ASI eksklusif Analisis
Penimbangan Bayi Situasi
Air Bersih Prioritas
Cuci Tangan Masalah
Jamban Sehat Proyeksi
Sarang Nyamuk
Pola Makan (Buah
dan Sayur)
Aktivitas
Fisik/Olahraga
Tidak Merokok

Feed Back
Musyawarah Upaya Pembahasan (Umpan
Masyarakat dan Kajian Balik)
Kelurahan/Desa Dampak Masalah Perumusan
(MMK/MMK) Masalah)

Implikasi Hasil terhadap


Identifikasi Kebutuhan
dan Harapan Masyarakat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep SMD dan MMK/MMK


UPTD Puskesmas Pasir jati

14
3.4 Teknis Pelaksanaan
3.4.1 Pengumpulan Data
Teknik penelitian merupakan dasar dalam pengumpulan data
penelitian yang sangat penting sebagai bahan dalam
memperolehdata- data yang akurat terhadap sasaran objek yang
diteliti cara sistematik. Sesuai dengan pendekatan penelitian yang
digunakan secara kualitatif, maka tahapan teknik pengumpulan
data sebagai dasar pijakan keabsahan dalam penelitian yang
digunakan yaitu triangulasi sumber. Triangulasi sumber diperoleh
dari data langsung melalui observasi, wawancara dan
dokumenatsi maupun tidak langsung melalui analisis perilaku
(behaviouristik) indikator kesehatan
masyarakat. Dari hasil pengamatan tersebut dianalisis suatu refleksi
yang menghubungkan secara keseluruhan hasil survei yang sahih dan
absah. Adapun kisi-kisi instrumen survei maswas diri yang
digunakan
sebagai berikut :

Tabel 3.1 Instrumen Observasi Survei Mawas Diri


UPTD Puskesmas Pasir jati Tahun 2022

Indikator Indikator yang


No. Kategori
Instrumen Didata
1 Akses pelayanan  Data tempat  Penilaian oleh
kesehatan Berobat petugas
 Jarak rumah ke
faskes
 Sarana
Transportasi

2 KIA/KB, Status  Data ibu hamil,  Ibu Hamil


imunisasi dan kunjungan ANC  Ibu Bersalin
status gizi balita ibu bersalin,  Ibu Nifas
penolong

15
persalinan dan  Bayi Usia <6 bulan
data AKI/AKB  Bayi usia 6-12
 Data imunisasi bulan

 Pemberian ASI
Eksklusif
3 Kondisi  Pemberantasan  Kebersihan rumah
Lingkungan Sarang Nyamuk dan pengendalian
Permukiman penyakit DBD
/rumah tempat
tinggal

4 Kondisi rumah,  Penggunaan  Air minum


ketersediaan air Air Bersih  Kebiasaan cuci
bersih layak  Cuci Tangan tangan
konsumsi, dengan Air  Kepemilikan
cakupan bersih dan jamban bersepti
jamban sehat, Sabun tank
Sarana  Penggunaan
Pembuangan Jamban
Air Limbah Sehat
(SPAL) di
rumah tangga
5 Surveilans  Data Riwayat  Pendaataan
penyakit surveilans

6 Upaya  Makan Buah  Pola hidup sehat


pemenuhan dan Sayur konsumsi
kebutuhan Tiap hari makanan bergizi
kesehatan balita secara dan seimbang
seimbang
7 Kesehatan Jiwa  Data  Linakes
gangguan  Non
jiwa Nakes/Dukun
Bayi

8 Indikator Lain :  Tidak  Anggota


Merokok di keluarga
dalam Rumah perokok
 Aktivitas  Pola gerak tubuh
Fisik Tiap
hari

16
Pengumpulan data observasi dilakukan melalui surveilans
petugas Puskesmas dengan cara home visit atau door to door dengan
melakukan pendataan individu masyarakat di wilayah kerja sesuai
indikator kebutuhan mempergunakan instrumen isian lembar check
list.

Tabel 3.2 Instrumen Wawancara Survei Mawas Diri Dalam


Pemberdayaan Masyarakat di UPTD Puskesmas Pasir jati
Tahun 2020

No Aspek Data Yang Sumber Data


Dikumpulkan
1. Masalah prioritas Informasi dan 1. Aparatur
dari indikator yang temuan masyarakat Kelurahan
dibahas saat mengenai realitas 2. Kader
MMK/MMK sesuai masalah yang Kesehatan
hasil SMD menjadi topik Masyarakat
prioritas

Pengumpulan data wawancara sebagai dasar untuk


mengevaluasi peran pemberdayaan masyarakat dan keterlibatannya
dalam pelaksanaan survei mawas diri, dikembangkan
mempergunakan lembar isian yang disediakan untuk diisi oleh
peserta masyarakat yang hadir dalam Musyawarah Masyarakat
Desa;perangkat

Tabel 3.3 Survei Mawas Diri Dalam Musyawarah Masyarakat


Kelurahan/Desa di UPTD Puskesmas Pasir jati Tahun 2022

Pemecahan
No Masalah Penyebab Masalah
Masalah
1. Indikator Masalah Inventarisir hasil Upaya
Prioritas yang persepsi masyarakat dari hasil
dibahas dalam terhadap penyebab kesepakatan
MMK/MMK masalah upaya MMK/MMK
kesehatan yang
ditemukan
di lingkungannya

17
Pengumpulan data dokumentasi merupan notulensi dari hasil
setiap pertemuan dalam MMK sebagai bahan kajian dalam
menganalisis upaya penyelesaian masalah dan tindak lanjut strategi
kesehatan masyarakat secara terpadu melalui analisis kesehatan
komunitas (community health analysis) sebagai bahan penyusunan
rencana Puskesmas.

3.5 Teknik Analisis Data


Prosedur analisis data dalam penelitian kualitatif secara dekriptif,
dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti
sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila
jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan,maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Proses analisis data
penelitian ini sebagai berikut:
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis frekuensi dalam bentuk prosentase hasil yaitu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
f
P : x100%
N
Keterangan : P = Pencapaian persentase
F = Nilai frekeunsi
N = Jumlah total

3.5.2 Analisis Kualitastif


Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data. Melalui
tahapan berikut :

18
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum. memilih hal-hal yang
penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data,
maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan data dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti
mengikuti ketiga alur tersebut, yaitu : melakukan reduksi data.
menampilkan penyajian data, lalu tindakan terakhir adalah
menarik kesimpulan dan verifikasi.

3.6 Tahapan Pelaksanaan


Prosedur kegiatan dan waktu yang dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
3.6.1 Tahap Persiapan (Planning) (Oktober 2022) :
1. Menentukan tema indicator upaya pelayanan kesehatan

19
2. Menentukan situasi sosial
3. Pengajuan Rencana Acuan Kegiatan
4. Merumuskan Standar Operasional Prosedur
5. Mengurus surat-surat dan perizinan
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian (Doing) SMD (November 2022)
3.6.3 Mengadakan proses survey dan pendataan
3.6.4 Melakukan interview kepada informan masyarakat
3.6.5 Mengumpulkan sernua data yang dianggap perlu
3.6.6 Mengolah dan menelaah hasil yang relevan
3.6.7 Menganalisis data

3.7 Tahap Penilaian dan Pembahasan (Controlling) MMK/MMK


(Januari 2023)
3.7.1 Menyusun analisis situasi hasil temuan
3.7.2 Mengembangkan proyeksi hasil dan topik MMK/MMK
3.7.3 Merencanakan proses sosialisasi MMK/MMK
3.7.4 Melakukan penjadwalan kegiatan MMK/MMK
3.7.5 Tahap Penyelesaian (Acting) Laporan (Desember 2022) :
1. Mempresentasikan hasil SMD dalam MMK/MMK
2. Melakukan diskusi pembahasan upaya kesehatan
dalam MMK/MMK
3. Menganalisis hasil upaya soslusi masalah dan perbaikan
4. Menindak lanjuti hasil akhir ke arah analisis
identifikasi kebutuhan dan harapan
masyarakat melalui program-program.
5. Mengembangkan usulan-usulan program kegiatan
6. Menyusun rencana strategis 5 tahun (jadwal terlampir)

20
BAB IV
ANALISIS SURVEI MAWAS DIRI (SMD) DAN MUSYAWARAH
MASYARAKAT KELURAHAN/DESA (MMK/MMK)
UPTD PUSKESMAS PASIR JATI TAHUN 2022

4.1 Analisis Masalah


4.1.1 Data Kependudukan

Tabel 4.1 Statistik Data Kependudukan Wilayah Kerja


UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
No Kelurahan Jumlah Jumlah Jumlah
RT RW KK
1 Pasir Jati 68 14 7004
2 Pasanggrahan 69 15 4786
Jumla Total 137 29 11.790

hasil pendataan di wilayah kerja Kerja UPTD Puskesmas


tahun 2022 dengan cakupan meliputi 2 kelurahan,

yaitu Kelurahan Pasir Jati dan Kelurahan Pasanggrahan yang terdiri


dari 137 RT dan 29 RW dengan jumlah seluruhnya sebanyak 11.790
kepala keluarga.

47%
53%

Pasir Jati Pasanggrahan

Gambar 4.1 Persentase Penduduk per Kelurahan di Wilayah


Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

21
4.1.2 Indikator Upaya
Kesehatan Masyarakat (PHBS)
a. Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan

Tabel 4.2 Cakupan Persalinan oleh


Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

Persalinan
No Kelurahan Jumlah Cakupan (%)
Linakes
Ibu
Bersalin
1 Pasir Jati 261 261 100
2 Pasang 306 306 100
grahan
567 567 100

Dari tabel persalinan yang didata diperoleh sebanyak 567


persalinan, sedangkan jumlah persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan sebanyak 567 persalinan. Sehinga cakupan persalinan
yang ditolong tenaga kesehatan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pasir jati tahun 2022 sebesar 100 %. Hampir seluruh
kelurahan, persalinan telah ditolong oleh tenaga kesehatan.

Gambar 4.2 Cakupan Linakes Wilayah Kerja


UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

22
b. Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.3 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di


Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun
2022

Kelurahan
No Uraian Pasirjati Pasanggrahan Total
1 Jumlah bayi umur 0-6 bulan 73 87 160
2 Jumlah bayi umur 0- 6 bulan dengan ASI Esklusif 69 69 138
3 % Cakupan ASI Eksklusif 94,5% 79,3% 86,25%

Sesuai tabel pemberian ASI eksklusif diketahui bayi usia


<6 bulan diberi ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pasir jati tahun 2022 dengan nilai rata-rata sebesar 86,25 %,
terendah di Kelurahan Pasanggrahan masih belum optimal
(79,3%).

Gambar 4.3 Cakupan ASI Eksklusif Wilayah Kerja


UPTD Puskemas Pasir jati 2022

23
c. Penimbangan Bayi dan Balita
Tabel 4.4 Cakupan Penimbangan Bayi dan Balita di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati
Tahun 2022

Kelurahan
No Uraian Pasirjati Pasanggrahan Total
1 Jumlah sasaran Balita yang ada 1136 1194 2330
2 Jumlah balita yang datang ditimbang 906 773 1679
3 % Cakupan Balita Ditimbang (D/S) 79,75% 64,74% 72,06%

Hasil penimbangan bayi dan balita di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Pasir jati tahun 2022 diperoleh dari 2330 bayi dan balita, yang
ditimbang sebanyak 1679 dan mencapai 72, 06%. Keadaan penimbangan
bayi di wilayah kerja cukup merata sesuai standar termasuk kategori
optimal.

Gambar 4.4 Cakupan Penimbangan di Wilayah Kerja


UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

24
d. Penggunaan Air Bersih
Tabel 4.5 Cakupan Penggunaan Air Bersih di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun
2022

Menggunakan Cakupan
No Kelurahan Jumlah
air bersih (%)
RT
1 Pasir Jati 853 10
0
2 Pasang 789 98,
grahan 75
1036 94

Dari hasil penggunaan air bersih di wilayah kerja UPTD


Puskesmas Pasir jati tahun 2022 diperoleh dari 1101 rumah
tangga sebanyak 103 telah menggunakan air bersih dengan
pencapaian sebesar 94 % memenuhi standar.

94
TOTAL 1036
1101

94
PASANGGRAHAN 580
614
94
PASIR JATI 456
487
Cakupan (%) Menggunakan air bersihJumlah RT
020040060080010001200

Gambar 4.5 Cakupan Penggunaan Air Bersih di Wilayah


Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

e. Cuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun


Tabel 4.6 Cakupan Penggunaan Air Bersih di Wilayah
Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

Mencuci tangan
Jumlah Cakupan
N Kelurahan dengan air
RT
o bersih (%)
dan sabun
1 Pasir Jati 429 88
2 Pasanggrahan 614 538 88

25
Hidup sehat merupakan aspek penting salah
satunyamencuci tangan dengan air bersih dan sabun di wilayah
kerjaUPTD Puskesmas Pasir jati dari hasil survey dengan
cakupan sebesar 12% belum mencapai standar.

700 614
600 538
487
500
400 429
300
200
100
0
88 88

JUMLAH RT
MENCUCI
CAKUPAN (%)
TANGAN DENGAN AIR BERSIH

Pasir JatiPasanggrahan

Gambar 4.6 Cakupan Cuci Tangan Pakai Sabun di Wilayah


Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Tahun 2022

f. Jamban Sehat

Tabel 4.7 Cakupan Penggunaan Jamban Sehat di


Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

Jumlah Menggunakan Cakupan


N Kelurahan
jamban sehat (%)
o RT
1 Pasir Jati 3734 73,85
2 3410 89,37
Pasanggrahan
Jamban sehat dan penggunaannya termasuk dalam kategori
hidupsehat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati tahun
2022 cakupan masyarakat menggunakan jamban sehat sudah
mencapai 81,61% sudah memenuhi standar.

26
Gambar 4.7 Cakupan Jamban Sehat di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

g. Pemberantasan Sarang Nyamuk


Tabel 4.8 Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk di Wilayah
Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

Memberantas
Cakupan
No Kelurahan Jumlah Sarang
(%)
RT Nyamuk
1 Pasir Jati 853 100
2 Pasanggraha 789 78.75
n

Pencegahan penyakit salah satunya melaluipemberantasan


sarang nyamuk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
tahun 2022 dengan cakupan 83,5%

27
memenuhi standar.

700
614
600 545
487
500
417
400

300

200
70 91 86 85
100

0
Jumlah RTRumah Tangga Rumah TanggaCakupan (%)
SehatTidak Sehat

Pasir Jati Pasanggrahan

Gambar 4.8 Cakupan Pemberantasan Sarang Nyamuk di


Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

h. Makan Buah dan Sayur

Tabel 4.9 Cakupan Makan Buah dan Sayur Tiap Hari di


Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati
Tahun 2022

Makan buah
N
Jumlah dan Cakupan
o RT sayur tiap (%)
Kelurahan
hari
1 Pasir Jati 487 398 82

2 Pasanggrahan 614 509 83

Kebiasaan hidup sehat masyarakat salah satunya


mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari secara beimbang,
dari hasil cakupan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
tahun 2022 sebesar 82,5 % cukup optimal di wilayah kerja desa
yang ada telah terbiasa makan buah dan sayur setaip hari.

28
800 614
600 545
487 417
400
200
70 91 8685
0
Jumlah RT Rumah Tangga Rumah Tangga Cakupan (%)
Sehat Tidak Sehat

Pasir Jati Pasanggrahan

Gambar 4.9 Cakupan Makan Buah dan Sayur di Wilayah


Kerja UPTD Puskemas Pasir Jati Tahun 2022

i. Aktivitas Fisik
Tabel 4.10 Cakupan Aktivitas Fisik Tiap hari di Wilayah
Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022
Jumlah Melakukan Cakupan
N Kelurahan
RT aktifitas (%)
o fisik tiap hari
1 Pasir Jati 487 409 84
2 Pasanggrahan 614 544 89

Pencapaian aktivitas fisik setiap hari pada masyarakat di


wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati tahun 2022 dengan
cakupan sebesar 86,5% hampir merata di seluruh wilayahkerja.
Gambar 4.10 Cakupan Aktivitas Fisik di Wilayah Kerja

Cakupan (%)86 85

Rumah Tangga Tidak Sehat 70 91

Rumah Tangga Sehat417545

Jumlah RT487614

0 20040060080010001200

Pasir Jati Pasanggrahan

UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

29
j. Tidak Merokok di Dalam Rumah

Tabel 4.11 Cakupan Tidak Merokok di Dalam Rumah di


Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati
Tahun 2022

Jumlah Tdk merokok Cakupan


N Kelurahan
RT di (%)
o dalam rumah
1 Pasir Jati 487 417 86
2 Pasanggrahan 614 523 85

Merokok merupakan kebiasaan buruk terutama bila


dilakukan di dalam rumah dapat memaparkan penyakit bagi
anggota keluarga. Dari hasil suvei yang telah dilakukan
terhadap masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir
jati tahun 2022 diperoleh masyarakat yang tidakmerokok di
dalam rumah masih sudah cukup baik yaitu mencapai 85,5%
yang tidak merokok di dalam rumah.

85
Cakupan (%)
86

91
Rumah Tangga Tidak Sehat
70

Rumah Tangga Sehat 545


417

Jumlah RT 614
487

0
200 400
600
800

Pasanggrahan Pasir Jati

Gambar 4.11 Cakupan Tidak Merokok di Dalam


Rumah di Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati
Tahun 2022

30
k. Status Rumah Tangga PHBS
Tabel 4.12 Cakupan Status Rumah Tangga Ber-PHBS di
Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

Status Rumah Tangga


No Kelurahan Jumlah Ber PHBS Cakupan
RT Tidak Sehat (%)
Sehat
Sehat
1 Pasir Jati 853 698 154 81,83
2 Lingkar 799 662 127 82,885
Selatan

Hasil penilaian survei secara menyeluruh terhadap status


PHBS rumah tangga di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
tahun 2022 diperoleh cakupan sebesar 82,35% cukup baik, rata- rata
kepala keluarga di setiap kelurahan mampu menerapkan PHBS
hanya lebih lagi jika ditingkatkan cakupan PHBS Rumah Tangga
wilayah kerja di UPTD Puskesmas Pasir jati.

614
700 545
600 487
500 417
400
300
200 91
85
100 70
86
0 Pasanggrahan
Pasir Jati
Jumlah RT
Rumah
Rumah
Tangga Sehat
Tangga Tidak Cakupan
Sehat
(%)

Pasir Jati Pasanggrahan

Gambar 4.12 Pencapaian Rumah Tangga PHBS di Wilayah


Kerja UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

31
4.2 Perumusan Masalah

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa status PHBS rumah tangga di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung dari 1652 rumah tangga
hanya 281 yang tidak menerapkan PHBS sebesar 17,65%, tergolong cukup baik,
akan tetapi harus tetap mengatasi masalah kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Selain itu terdapat umpan balik dari masyarakat dengan perumusan
dengan tahapan berikut ini.:

4.2.1 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah survei mawas diri dalam upaya kesehatan masyarakat
terhadap indikator PHBS dpat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.13 Identifikasi Masalah PHBS Hasil Survei SMD di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

No Upaya Target Pencapaian Masalah (5W+1H)


1. Persalinan 100 % 100% Semua ibu yang melahirkan
Yang ditolong sudah difaskes semua
tenaga kesehatan
Pemberian 86, 25% Kurang meratanya program ASI
2. Asi eksklusif 6 100 % ekslusif di wilayah kerja UPTD
bulan dan Puskesmas Pasir jati
12 bulan

Penimbangan 100 % 72,06% Bayi dan balita di wilayah kerja


3. bayi dan UPTD Puskesmas Pasir jati
balita tahun 2022 mengikuti
penimbangan secara aktif di
posyandu sehingga
status gizinya terpantau
4. Penggunaan air 100% 94% Sebagian besar keluarga di wilayah
bersih kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
tahun 2022 menggunakan air bersih
yang melimpah, sehingga
mendukung terhadap upaya hidup
sehat
5. Mencuci tangan 100 % 88% Perilaku higienis anggota
dengan air keluarga dalam mencuci tangan
bersih dan dengan sabun di wilayah kerja
sabun Pasir jati tahun 2022 mulai
tumbuh

32
seiring kesadarannya yang
berdampak positif
mengurangi risiko penyakit

7. Jamban Sehat 100 % 81,61% Masih ada sebagian rumah di


wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pasir jati Tahun 2022
jamban sehat, karena kurang
mampu berdampak buruk paparan
penyakit terhadap lingkungan
sekitar

8. Pemberantasan 100 % 83,5% Upaya penduudk dalam


Sarang Nyamuk pemberantasan sarang nyamuk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pasir jati tahun 2022 belum
optimal, terkendala biaya
walaupun tidak ada kasus, namun
perlu dicegah karena dapat terjadi
kapanpun secara tidak terduga

9. Makan Buah 100 % 82,5% Keluarga di wilayah kerja UPTD


dan Sayur Puskesmas Pasir jati tahun 2022
Tiap Hari rata-rata terbiasa makan buah dan
sayuran, karena wilayah pertanian,
berdampak posistifterhadap
pencapaian gizi yang seimbang

9. Aktivitas fisik 100 % 86,5% Sebagian besar penduduk di


wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pasir jati tahun
2022 beraktivitas fisik tiap hari
sesuai kegiatannya, sekolah anak,
bekerja di ladang dan profesi
lainnya sehingga terbiasa
melakukan pergerekan
tubuh selain olahraga rutin

10. Tidak 100 % 82,84% Sebagian besar anggota keluarga


merokok di laki-laki di seluruh desa wilayah
dalam rumah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
masih merokok di dalam rumah
akibat kurangnya kesadaran
bahaya rokok dan kecanduan
menyebabkan kondisi
rumah tidak sehat berdampak
terpaparnya bayi dan balita

33
4.2.2 Identifikasi masalah, Analisa,Rencana Tindak Lanjut Kebutuhan Berdasarkan Umpan Balik SMD
UPTD Puskesmas Pasir jati Tahun 2022

No Program Kegiatan Sumber Analisis Rencana No Program Kegiatan Sumber Analisis Rencana
Kegiatan Tindak Kegiatan Tindak
Lanjut Lanjut
1 Program SMD 1. Masih ada Kesalahfahaman Pembinaan Seluruh PJ UKP Januari UPTD - Seluruh Staff
UKP petugas dan seluruh staff Staff UPTD 2023 Puskesmas Pasir jati
Puskesmas miskomunikasi Puskesmas Pasir jati memberikan
antara petugas Pasir jati pelayanan
Pasir jati yang
kesehatan paripurna
judes, kurang dengan pasien kepada
ramah terutama masyarakat
di pendaftaran
danobat

2. Pengobatan
untuk kader
diutamakan atau
obat gratis

3. Tenaga
Kesehatan selalu
memberikan
pelayanan yang
terbaik
walaupun untuk
pengguna BPJS

34
dan puskesmas
dapat
memberikan
informasi
kesehatan yang
akurat

2 Kesling 1.Pengecekan Kurangnya Kolaborasi Lintas PJ Kesling Februari Kelurahan - Kerja sama
berkala ke SDM puskesmas lintas Program 2023 dengan lintas
setiap yang dan Lintas sector
program dan
lingkungan menjadikan Sektor kelurahan
untuk lintas sector
kurangnya agar kegiatan
memastikan pemantauan ke pemantauan
lingkungan setiap ke
benar-benar lingkungan masyarakat
sehat terlaksana

Kurangnya Masyarakat Petugas Januari UPTD - Masyarakat


3 Program 1. Pertahankan Penyuluhan
pengetahuan atau pendaftaran 2023 Puskesmas dapat
UKP dan tingkatkan masayarakat tentang Pengunjung Pasir jati memahami
pelayanan tentang program puskesmas dan
kesehatannya pelayananan BPJS di mengetahui
dengan Kesehatan yang tingkat semua
memberikan dicover BPJS puskesmas informasi
akses kesehatan tentang
yang terjangkau pelayanan
dan dicover oleh BPJS di
BPJS yang lebih puskesmas
luas

Program Pelaksana UPTD


Kurangnya Program Januari Masyarakat
1. Lebih

35
4 UKM meningkatkan SDM puskesmas Kolaborasi UKM PJ UKM 2023 Puskesmas BOK mendapatkan
aksi ke yang lintas Pasir jati APBD kepuasan
masyarakat menjadikan program terhadap
kurangnya pelayanan
2. Terlalu pemantauan ke Kesehatan
banyak survei masyarakat yang
wawancara, dinginkan
survei ke masyarakat
lapangan kurang sesuai aturan
dan program
yang ada

Kolaborasi Posyandu
Kesling 1. Frekuensi Kurangnya dengan April 2023 Posbindu Masyarakat
5 fogging kurang pengetahuan Penyuluhan program PJ Kesling RW - mengetahui
masayarakat berkala promosi alur PSN
2. Jika ada tentang Kesehatan sesuai SOP
yang minta pemberantasn
bantuan suka sarang nyamuk
lempar sana (PSN)
sini, misalnya
mau fogging

3. Petugas
kesehatan sekali-
kali ikut
menggerakan
kebersihan
lingkungan,
cepat tanggap
jika ada wabah
penyakit dbd

36
Dinas -
Program 1. Untuk Kurangnya Kesehatan Dinas Adanya
Puskesmas Pasir SDM puskesmas Kepala Kesehatan APBD petugas
7 UKP Penambahan
jati agar lebih yang UPTD Labotarorium
ditingkatkan lagi menjadikan SDM Puskesmas sehingga
sarana kurangnya Pasir jatidan pelayanan
pemeriksaannya, pemantauan ke Kasub. labororium
dokternya dan masyarakat Kepegawaian terpenuhi
laboratorium sesuai standar

37
4.2.3 Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah dikembangkan dengan penilaian tim
Puskesmas Lurah terhadap urutan (rank) masalah indikator upaya kesehatan.
Kriteria pengukuran melalui Urgency, Seriousness, Growth (USG) dengan
penilaian jumlah skala likert (1-5) yang dirutkan dari angka nilai terbesar untuk
dijadikan prioritas sampai dengan nilai terkecil. Berikut ini disajikan urutan
prioritas masalahnya:
Tabel 4.14 Urutan Prioritas Masalah Upaya Kesehatan di Wilayah Kerja
UPTD Puskemas Pasir jati Tahun 2022

No
Masalah U S G Total
Rank
1 Tidak merokok di dalam rumah 4 5 4 13
2 Jamban Sehat 5 4 3 12
3 ASI Eksklusif 3 4 4 11
4 Pemberantasan Sarang Nyamuk 3 4 3 10
5 Mencuci tangan dengan sabun 3 3 3 9
6 Linakes 3 3 2 8
7 Penimbangan bayi dan balita 2 3 2 7
8 Penggunaan air bersih 2 2 2 6
9 Makan Buah dan Sayur Tiap Hari 1 2 2 5
10 Aktivitas fisik 1 1 2 4

Berdasarkan urutan masalah tersebut sesuai peringkatnya maka ditentukan


prioritas masalah yang akan dikembangkan dengan focus terhadap indicator upaya
kesehatan dengan pencapaian hasil yang kurang atau masih rendah untuk lebih
lanjut ditingkatkan lagi, yaitu meliputi:
a. Upaya tidak merokok di dalam rumah (rumah sehat), disebabkan masih
banyaknya anggota keluarga perokok yang merokok di dalam rumah
b. Upaya jamban sehat (jambaninsasi), disebabkan masih ada sebagian
penduduk mempergunakan jamban yang tidak sehat
c. Upaya sosialisasi program ASI eksklusif, disebabkan masih adanya daerah
dengan pemberian ASI eksklusif rendah

38
d. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), karena walaupun tidak
terdapat kasus, diperlukan optimalisasi pemberantasan dalam mencegah
risiko penyakit
e. Upaya cuci tangan menggunakan air bersih dan sabun secara hihiensi
disebabkan awal masuknya penyakit lewat makanan yang mempergunakan
tangan, maka jika tangan yang digunakan kotor meningkatkan risiko kesakita

39
BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH KEBUTUHAN DAN HARAPAN
HASIL SURVEI MAWAS DIRI MELALUI MUSYAWARAH
MASYARAKAT KELURAHAN/DESA (MMK/MMK)

5.1 Pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Kelurahan/Desa (MMK/MMK)

Pelaksanaan kegiatan MMK diselenggarakan oleh tim UPTD Puskesmas


Pasir jati dalam memecahkan masalah kebutuhan dan harapan terhadap prioritas
upaya kesehatan (PHBS) melalui kesepakatan dengan perngkat desasetempat dan
kader kesehatan masyarakat dalam MMK.
1. Lokasi, Waktu dan Pertemuan
Kegiatan MMK dilakukan secara berkala di setiap desa di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Pasir jati. Waktu pertemuan telah dilakukan pada periode bulan
Desember tahun 2022 secara terjadwal. Pertemuan MMK bertempat di kantor
kelurahan setempat. Jumlah pertemuan MMK secara keseluruhan 1 kali sesuai
banyaknya desa yang ada (terlampir).
2. Proyeksi Program
Sebagai dasar pembahasan survei mawas diri yang akan diselesaikan melalui
pelaksanaan Musyarawarah Masyarakat Desa digambarkan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Matriks Proyeksi Prioritas Materi Sosialisasi dalam


Musyawarah Masyarakat Desa di Wilayah Kerja UPTD Puskemas Pasir
jati
Tahun 2022

Prioritas dan Proyeksi


Upaya kesehatan Pertemuan
MMK
No Lokasi MMK
3. ASI Eks-
1.Merokok

Desember
2.Jamban

Nyamuk

2022
Tangan
5. Cuci
Sarang
klusif
Sehat

Minggu Ke
4.

1 Pasir Jati √ √ √ √ √ 3
2 Pasanggrahan √ √ √ √ √ 2

40
Sesuai matriks di atas dapat dijelaskan bahwa upaya minimal yang
dilakukan dalam pertemuan musyawarah masyarakat desa setidaknya
memenuhi kriteria prioritas yang akurat terhadap sasaran target daerah
bermasalah dengan proses sosialisasi sebaran kegiatan MMK, diantaranya
dengan target area :
a. Perilaku Tidak Merokok di dalam rumah tersosialisasikan pada masyarakat
secara menyeluruh di setiap kelurahan (100%)
b. Perilaku Penggunaan Jamban Sehat tersosialisasikan pada masyarakat secara
menyeluruh di setiap desa (100%)
c. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersosialisasikan terhadap keluargadan
masyarakat dengan target realisasi IMD
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk dalam mencegah penyakit DBD
tersosialisasikan pada beberapa area risiko kelurahan berisiko
e. Pola hidup sehat mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
menjadiperilaku kebiasaan masyarakat yang higienis tersosialisasikan pada
daerah tertentu

5.2 Proses Pemecahan Masalah Survei Mawas Diri dalam Musyawarah

Masyarakat Kelurahan/Desa

1. Perilaku Tidak Merokok di Rumah


a. Masalah Perokok
Kebiasaan merokok di dalam rumah merupakan kebiasaan
buruk, karena risiko memaparkan asap rokok yang mengandung
bahan kimia yang membahayakan organ yang menghisapnya. Hasil
analisis wawancara secara tidak langsung melalui lembar isian
terhadap perangkat kelurahan dan kader yang hadir saat kegiatan
MMK diperoleh akar permasalahan berikut ini.

41
Hasil wawancara dengan perangkat desa adanya anggapan
mengenai masalah merokok di dalam rumah yaitu warganya
hampir sebagian besar perokok terutama laki-laki. Merokok sudah
menjadi kebiasaan turun temurun yang aktivitasnya dapat
dilakukan di mana saja. Dalam kegiatan warga selalu ada aktivitas
merokok, kadang disediakan oleh pribumi dalam menghormati
tamu seperti dalam kegiatan ronda atau kerja bakti. Hampir setiap
rumah memiliki asbak terutama ada anggota keluarga perokok,
bahkan yang tidak ada perokok pun memilikinya untuk
menghormati tamu yang datang. Dalam kegiatan sosial acara
tahlilan kematian, hajat pernikahan dan lainnnya masih adanya
tradisi menyuguhkan rokok bagi tetangga dan tamu tamu
undangan. Perokok tidak hanya kalangan tua tetapi juga kaum
muda.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat
diperoleh anggapan bahwa masalah rokok dirasakan sulit
dihentikan, disebabkan tidak ada penggantiya. Merokok telah
terbiasa dalam masyarakat karena kenyamanan lewat rokok untuk
menghilangkan penat dan stress, sehingga menjadi kebiasaan
walaupun keadaannya berbeda. Perokok pasif dalam anggota
keluarga sering terpapar penyakit, sehingga saat diperiksa disangka
perokok oleh dokter. Tidak hanya perempuan yang terpapar asap
rokok demikian juga anak kecil menyebabkan seringkali sakit.
Tidak merokok di dalam rumah sebanarnya bukan jaminan aman
bagi orang lain yang tidak merokok, karena asapnya masuk dan
menempel pada benda-benda di dalam rumah, juga terpapar dari
asap yang menempel pada pakaian yang dikenakan.
b. Penyebab Masalah
Hasil diskusi melalui pertemuan dalam forum MMK yang
telah dilaksanakan sebagai dasar kesepakatan forum antara kader

42
masyarakat perangkat kelurahan dan petugas puskesmas, diperoleh
masalah utama yang menjadi penyebab rendahnya upaya tidak
merokok di dalam rumah, yaitu kurangnya kepedulain untuk tidak
merokok di dalam rumah, kecanduan, dan kekurangsadaran akan
risiko bahaya merokok.

Identifikasi Perokok
Anggota keluarga laki-laki
Segala kalangan Tua dan Muda

Aktivitas Masyarakat Penyebab Masalah


Hampir di segala Aktivitas Kurangny a kepedulia n
Acara /Kegiatan Sosial : Ronda,kerja bakti, Hajatan,dsb Kecanduan
Merokok di Dalam Rumah
Kurangnya

Pola Solidaritas pengganti Kondisi Rumah Risiko Penyakit


 sosial Tidak Sehat Paparan Asap (Kimia Berbahaya)
Udara kotor terpapar asap rokokDirinya (Aktif)
tamu Anggota Keluarga
 upah
menyuguhkan rokok  Asap menempelkimia pada Bayi dan Balita, Ibu Hamil dan
benda-
Menyediakan asbak di rumah

Gambar 5.1 Akar Masalah Merokok di Dalam Rumah

c. Pemecahan Masalah
Sebagai tindak lanjut pemecahan masalah dalam menyelesaikan masalah
pola kebiasan buruk merokok di masyarakat yaitu ditetapkan suatu upaya
dalam bentuk alternatif pilihan sebagai berikut::
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang bahaya merokok
2. Sosialisasi bahaya merokok di rumah bagi anak
3. Pengembagan kawasan zona bebas rokok di lingkungan komunitas,
pendidikan dan kesehatan anak
4. Konseling keluarga perokok yang memiliki bayi melalui home visit

43
bahaya rokok terhadap anak
2. Penggunaan Jamban Sehat
a. Masalah Jamban Warga
Jamban merupakan sarana penting kebutuhan hidup terhadap
upaya kebersihan diri dan lingkungannya. Dari hasil wawancara
dapat dianalisis beberapa permasalahan diantaranya hasil
wawancaradengan perangkat desa dalam MMK bahwa kesadaran
warga mulai membangun jamban baru dengan mempergunakan
septik tank sesuai syarat dan kelayakan jamban sehat. Namun
keadaan yang terjadi masih ada jamban lama warga yang belum
diperbaiki sesuai standar masih membuang limbahnya langsung ke
sungai. Upaya jamban sehat realisasinya perlu dukungan finansial
mengingat banyaknya jamban yang tidak sehat tanpa septik tank
pada warga dengan taraf ekonomi kurang mampu.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat
diperoleh anggapan masalah jamban sehat yaitu masih rendahnya
pemahaman mengenai teknik septik tank, karena dibangun oleh
tukang bangunan warga yang belum ahli. Kondisinya walaupun
dibuat septik tank masih ada kejadian mampet, bau tercemar, karena
kebocoran. Terutama pada jamban-jamban lama warga kurang
paham upaya penyedotan jamban yang telah penuh, walaupun ada
penyedotan tetapi kesalahan terjadi jamban tertutup tanpa adanya
saluran udara keluar untuk menyedotnya.
b. Penyebab Masalah Jamban Warga Kurang Sehat
Dari hasil MMK yang telah didiskusikan diperoleh akar
penyebab masalah jamban yang tidak sehat yaitu: karena keluarga
tidak mampu untuk membuat septiktank, dan tersedianya sungai
yang dianggap lebih praktis untuk jadi sarana pembuangan limbah.

44
c. Pemecahan Masalah
Jamban sehat merupakan kebutuhan vitas dalam mencegah paparan
penyakit yang diakibatkannya. Hasil pemecahan masalah yang telah
disepakati dalam MMK diupayakan alternatif pemecahan sebagai
berikut:
1. Usulan kepada pemerintah desa untuk disediakan dana khusus
jambanisasi
2. Upaya penyuluhan bahaya pembuangan kotoran ke sungai bagi
manusia.
3. Rehabilitasi Pekerjaan terhadap kepemilikan jamban sehat masyarakat
kurang mampu
4. Upaya pendidikan latihan tukang bangunan dalam mendesain
pekerjaan jamban sehat dan sosialisasi masa penggunaan septiktank
5. Perlunya upaya institusi pihak ketiga dalam menyiasati jamban lama
berseptiktank yang mampet melalui pengadaan alat-alat sedot sesuai
standar milik desa
6. Pengelolaan kotoran limbah septiktank sebagai bahan komposisi
pupuk masyarakat agraris

3. Pemberian ASI Eksklusif


a. Masalah ASI eksklusif
ASI eksklusif yaitu pembeian ASI saja pada bayi yang dilakukan
antara 0-6 bulan dan melanjutkanya sampai dengan 12 bulan.
Permasalahan pemberian ASI eksklusif dari ahsil wawancara dari
tanggapan perangkat desa menyatakan bahwa Program ASI eksklusif
selalu disosialisasikan oleh perangkat desa terhadap ibu menyusui dan
keluarganya. Namun kegagalan program ASI biasa terjadi di masyarakat
yaitu pada ibu yang baru pertama kali memiliki bayi karena kekurang
tahuan. Selain itu pada Ibu muda terutama yang berkarir karena
aktivitasnya menyebabkan terganggunya proses pemberian ASI bayi,

45
sehingga alternatif ditempuh dengan menambah atau menggantinya saat
sibuk dengan susu botol. Kegagalan pemberian Asi juga kerap terjadi
karena persepsi ibu dengan memberi tambahan air teh dan makanan
tambahan untuk mengganti saat ASI kosong karena khawatir gizi bayi
menurun.
Hasil wawancara dengan kader masyarakat diperoleh masalah
pemberian ASI eksklusif yaitu sebagian besar ibu telah mengetahui ASI
eksklusif, namun ynag menjadi masalah penerapannya sulit, terutama di
saat situasi bayi menangis namun ASI ibu kosong. Program ASI ekslusif
perlu peningkatan pemahaman tidak hanya bagi ibunya, tetapi juga
keluarga pengasuh bayi agar tidak memberi makanan/minuman selain
ASI. Rendahnya pemahaman ibu terhadap jadwal pemberian ASI sesuai
usianya, seringkali adanya perilaku coba- coba memberi
makanan/minuman saat bayi menangis terutama saat terlihat ASI bening,
dan saat dicoba makanan bayi menyukainya maka kebiasaan buruk
tersebut diteruskan hingga program ASI eksklusif tidak tercapai.
Hasil analisis dari wawancara dan temuan dari permasalahan
mengenai pemberian ASI eksklusif di masyarakat dapat digambarkanakar
masalahnya sebagai berikut :

Kendala
Kekurangtahuan primipara
Persepsi Masyarakat Pola kebiasaan PMT Tradisipemberian pengganti ASI/Air teh Penggunaan susu botol
Kesibukan wanita
karir
Kegagalan ASI Kurangpahamnya pengasuh bayi
Perilaku coba-coba
Eksklusif

Anggapan Ibu Desakan situasi Ibu dan Bayi Penyebab Budaya temurun Kurangnya peng
 ASI kosong  turun
Dampak Buruk
Makanan
 
Tambahan tidak
 ASI tidak sesuai usia bayi
berasa/bening Risikotumbuh kembang 
 Bayi menangis lapar Rasa khawatir gizi bayi menurun yang
 salah dan rasa
kasihan

46
.

Gambar 5.3 Akar Masalah Kagagalan ASI Eksklusif

b. Penyebab Masalah Gagalnya ASI Eksklusif


Hasil analisis melalui diskusi dalam forum MMK diperoleh
penyebab masalah kegagalan pemberian ASI eksklusif yaitu disebabkan
adaya budaya turun temurun bayi diberikan makanan tambahan sebelum
umur 6 bulan, kurang pengetahuan akan bahaya bayi diberi makanan
pada umur sebelum 6 bulan, perasaan kasihan bayi menangis, mungkin
lapar sehingga diberi tambahan makanan/minuman selain ASI
c. Pemecahan Masalah
Upaya intervensi pemecahan hasil forum MMK yaitu diperoleh alternatif
solusi melalui upaya berikut:
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang manfaat ASI
Eksklusif
2. Penyuluhan pemantapan asi eksklusif sedari dini sejak trimester III
3. Pemberian makanan tambahan gizi penunjang air susu ibu bayi usia 0-
12 bulan sebagai pendukung ASI eksklusif bagi masyarakat kurang
mampu
4. Peningkatan konseling masalah kesulitan menyusui melalui posyandu
maupun home visit care terhadap sasaran ibu bayi bermasalah maupun
sakit
5. Dukungan penuh secara gratis kelengkapan alat dan obat-obatan bagi
ibu menyusui untuk menghindari puting susu lecat, mastitis dan gejala
lainnya

4. Pemberantasan Sarang Nyamuk


a. Masalah Sarang Nyamuk
Sarang nyamuk merupakan masalah yang dapat menimbulkan
berkembangnya nyamuk yang menimbulkan penyakit seperti halnya
Demam Berdarah. Hasil wawancara denga perangkat desa mengenai
permasalahan sarang nyamuk dan upaya pemberantasan yaitu diperoleh

47
anggapan bahwa pemberantasan sarang sarang nyamuk telah diupayakan
oleh perangkat desa bersama warga melalui kerja bakti membersihkan
tempat sekitar yang menjadi area penyebaran jentik nyamuk. Perangkat desa
sudah menghimbau warganya untuk memberantas sarang nyamuk di
rumahnya, bahkan hal tersebut telah diupayakan vogging pada area tertentu.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan masyarakat duiperoleh
anggapan mengenai masalah sarang nyamuk yaitu menganggap bahwa
sarang nyamuk sulit dikenali, karena air bersih pun bisa jadi sarang.
.
Kurangnya upaya pemberantasan dikarenakan kesibukan aktivitas sehingga
seringkali lupa membersihkanya. Dalam mengantisipasi

nyamuk biasanya warga mengandalkan obat nyamuk.


b. Penyebab Masalah Kurangnya Pemberantasan Sarang Nyamuk
Yang menjadi penyebab masalah pada pemberantasan sarang nyamuk
hasil MMK diperoleh akar masalah adanya anggapan bahwa masyarakat
masih merasa aman dengan iklim di daerah sekitar rumah, sedangkan
pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan jentik nyamuk masih
kurang.
c. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah hasil diskusi dalam forum MMK diperoleh
solusi dengan intervensi alternatif upaya:
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang manfaat
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
2. Sosialisasi media pamflet dalam mengenali jentik nyamuk dan upaya
kewaspadaa mellaui deteksi terhadap tanda-tanda gejala terjangkitnya
penyakit secara mandiri
3. Pengadaan kelengkapan alat vogging sebagai alat emergency nyamuk di
setiap kelurahan bahkan di setiap lingkungan RT/RW/Blok

5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun


a. Masalah Cuci Tangan
Cuci tangan dengan air bersih menggunakan sabuan merupakan

48
kebiasan hidup sehat dalam pencegahan penyakit. Hasil wawancara
dengan perangkat desa setempat dalam forum MMK diperoleh
adanyaanggapan masyarakat yaitu perangkat desa telah bekerjasama
dengan sekolah dalam mensosialisasikan gerakan cuci tangan yang baik
pada anak. Kebiasaan cuci tangan tanpa sabun yang terjadi di masayarakat
biasanya pada daerah pelosok karena anggapan air yang digunakan masih
bersih.
Hasil wawancara dengan kader kesehatan mengenai masalah cuci
tangan pakai sabun diperoleh anggapan masalahnya yaitu perlunya
pendidikan sekolah yang mengajarkan cuci tangan pada anak. Keadaan
cuci tangan tanpa sabun disebabkan kurang tersedianya sabun di fasilitas
air, selain itu kurangnya kebiasaan sehingga seringkali lupa pakai sabun,
dan penggunaan sabun hanya saat mandi dan setelah buang air untuk
menjaga kesehatannya.

Masalah
 Kurang
Upaya Sosial Gerakan tersedianya sabun di
Kerjasama Cuci Tangan fasilitas air
dengan
sekolah
Pakai  Kebiasaan cuci
Sabun tangan tanpa sabun
 Anggapan air
masih bersih.

Penyebab
Dampak Tidak Cuci  Merasa aman dengan
Tangan: iklim di daerah sekitar
Kebiasaan Positif Risiko makanan rumah
Perlunya tidak higienis  Pengetahuan
terhadap pencernaan masyarakat
pengajaran cuci tangan akibat kontaminasi masih kurang terhadap
pada anak sedari dini bakteri melalui upaya cuci tangan
tangan dengan sabun.

Gambar 5.5 Akar Masalah Cuci Tangan Pakai Sabun

b. Penyebab Masalah Kurangnya Cuci Tangan


Penyebab masalah dari hasil diskusi melalui pertemuan dalam forum
MMK diperoleh penyebab rendahnya kebiasaan mencuci tangan dengan

49
air bersih dan sabun disebabkan masyarakat masih merasa aman dengan
iklim di daerah sekitar rumah dan pengetahuan masyarakat masih kurang
terhadap upaya cuci tangan dengan sabun.

c. Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah hasil diskusi dalam forum MMK diperoleh
solusi dengan intervensi alternatif yaitu :
1. Penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang manfaat cuci
tangan pakai sabun
2. Kerjasama instritusi pendidikan dalam sosialisasi gerakan higienis
cuci tangan pakai sabun bagi anak sekolah
3. Surveilans penjaringan data penyakit anak sekolah yang diakibatkan
kekurang higienisan tangan, makanan/munuman jajanan sekolah
(seperti diare, muntah-muntah,demam) terhadap status gizi anak.

5.3 Strategi Potensi dan Tindak Lanjut

Strategi dilakukan dari hasil pelaksanaan SMD/MMK dengan


melakukan pembahasan dan penyelesaian masalah terhadap identifikasi
kebutuhan dan harapan masyarakat dengan fokus arah ditemukannya potensi
daya dukung meliputi keunggulan atau pencapain hasil indikator upaya
kesehatan yang telah optimal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pasir jati
tahun 2022 diantaranya :
 Persalinan cukup optimal dilakukan tenaga kesehatan
 Penimbangan bayi dan balita telah dilakukan secara rutin
 Masyarakat secara merata telah menggunakan air bersih
 Makan buah dan sayur setiap hari secara berimbang telah
terbiasa dilakukan masyarakat
 Aktivitas fisik masyarakat sebagai suatu kebiasaan bergerak aktif dalam
rutinitas bekerja maupun berolahraga

50
Berdasarkan analisis potensi tersebut maka rencana tindak lanjut
dengan prioritas dari upaya kesehatan atas indikator data yang telah
diperoleh secara esensi sebagai berikut :
1. Primer
a. Tercapainya program pemberian ASI Eksklusif secara menyeluruh,
dan secara khusus capaian ASI eksklusif.
b. Tercapainya program jamban sehat keluarga secara menyeluruh, yang
memiliki capaian jamban kurang sehat dapat teratasi
c. Tercapainya pemberian ASI eksklusif yang merata.
2. Sekunder
Mengembangkan indikator upaya kesehatan keluarga dengan prioritas
pencegahan dan pemeliharaan :
a. Optimalisasi pemberantasan sarang nyamuk dapat dipertahankan dan
terus diwaspadai sehingga kejadian DBD dapat dicegah
b. Optimalisasi pola hidup sehat cuci tangan dengan air bersih dan sabun
menjadi kebiasaan positif, sehingga menurunkan risiko penyakit.

51
BAB VI
PENUTU
P

6.1 Simpulan

1. Keadaan tingkat kesehatan masyarakat di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Pasir jati Kota Bandung diperoleh gambaran indikator upaya kesehatan
masyarakat berbasis Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan cakupan
status PHBS Rumah Tangga masih belum mencapai target 100% (85,5%),
meliputi :
a. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan (100%)
b. Pemberian ASI eksklusif usia <6 bulan dan hingga usia 12
bulan (86,25%)
c. Penimbangan bayi dan balita (72,06%)
d. Penggunaan air bersih (99%)
e. Mencuci tangan dengan sabun (99%)
f. Penggunaan jamban sehat (89%)
g. Pemberantasan sarang nyamuk (99%)
h. Makan buah dan sayur (99%)
i. Aktivitas fisik (99,3%)
j. Tidak merokok di dalam rumah (82,34%)
2. Masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Pasir jati Kota Bandung meliputi masih rendahnya status PHBS
diantaranya dengan prioritas:
a. Banyaknya anggota keluarga perokok yang merokok di dalam rumah
b. Banyaknya penggunaan jamban yang tidak sehat
c. Adanya daerah dengan pemberian ASI eksklusif gagal
d. Pemberantasan Sarang nyamuk kurang diwaspadai
e. Pola kebiasaan like higienis perlu dipelihara dengan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun

52
3. Potensi yang dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pasir jati Kota Bandung meliputi :
a. Persalinan cukup optimal dilakukan tenaga kesehatan
b. Penimbangan bayi dan balita telah dilakukan secara rutin
c. Masyarakat secara merata telah menggunakan air bersih
d. Makan buah dan sayur setiap hari secara berimbang telah menjadi pola
kebiasaan masyarakat
e. Aktivitas fisik masyarakat telah menjadi kebiasaan bergerak aktif dalam
rutinitas bekerja maupun olahraga tertentu.
4. Adanya masukan atau umpan balik dari masyarakat untuk puskesmas yang
dapat disimpulkan agar pelayanan puskesmas lebih ditingkatkan lagi dan
penambahan sumber daya manusia, sarana dan prasarana puskesmas.

6.2 Implikasi
1. Banyaknya anggota keluarga perokok yang merokok di dalam rumah yang
disebabkan kurangnya kepedulian untuk tidak merokok di dalam rumah,
kecanduan, dan kekurangsadaran akan risiko bahaya merokok. Perlu upaya
penyuluhan baik perorangan atau kelompok tentang bahaya merokok
dalam mengembangkan kawasan Rumah Sehat Bebas Rokok
2. Masih banyaknya penggunaan jamban yang tidak sehat disebabkan
keluarga tidak mampu untuk membuat septiktank, dan tersedianya sungai
yang dianggap lebih praktis untuk jadi sarana pembuangan limbah. Maka
perlu upaya usulan kepada pemerintah desa untuk disediakan dana khusus
jambanisasi dan upaya penyuluhan bahaya pembuangan kotoran ke sungai
bagi manusia dalam program Jambanisasi dan Pengelolaan Tinja.
3. Adanya daerah dengan pemberian ASI eksklusif rendah dengan penyebab
budaya turun temurun bayi diberikan makanan tambahan sebelum umur 6
bulan, kurang pengetahuan akan bahaya bayi diberi makanan pada umur
sebelum 6 bulan, perasaan kasihan bayi menangis, mungkin lapar sehingga
diberi tambahan makanan/minuman selain ASI. Maka upaya melalui

53
penyuluhan baik perorangan atau kelompok dalam Program ASI Eksklusif
4. Pemberantasan sarang nyamuk kurang diwaspadai disebabkan masyarakat
masih merasa aman dengan iklim di daerah sekitar rumah, sedangkan
pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan jentik nyamuk masih
kurang. Upayanya melalui upaya penyuluhan baik perorangan atau
kelompok tentang manfaat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
5. Pola kebiasaan like higienis perlu dipelihara dengan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun disebabkan masih merasa aman dengan
iklim di daerah sekitar rumah dan pengetahuan masyarakat masih kurang
terhadap upaya cuci tangan dengan sabun. Upayanya melalui penyuluhan
baik perorangan atau kelompok tentang manfaat cuci tangan pakai sabun
dalam program Like Higienis.

6.3 Rekomendasi
1. Bagi Pemerintah/Dinas Kesehatan
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal ini Kementerian
melalui Dinas Kesehatan diharapkan dapat berupaya menyediakan
dukungan dalam memfasilitasi peran serta guna pengembangan
puskesmassecara terpadu, dalam hal secara teknis, maupun pembiayaan
terhadapupaya peningkatan kesehatan sesuai kebutuhan dan harapan
masyarakat.
2. Bagi Puskesmas
Seyogyanya Puskesmas lebih mengoptimalkan upaya kesehatan
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dalam
memperomosikankesehatan di wilayah kerjanya, sehingga program-
program yang dikembangkan dapat terealisasi dan sampai pada penerima
manfaat secara langsung.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan lebih terpadu bersama komunitas lingkungannya
sebagai kader kesehatan bekerja sama dengan perangkat desa dalam
mewujudkan lingkungan masyarakat yang sehat sehingga dapat hidup
layak dan terbebas dari penyakit dalam meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal

54
LAMPIRAN

55
DOKUMENTASI SMD

UPTD PUSKESMAS PASIR JATI

TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai