Makalah Sosiologi Kel 5
Makalah Sosiologi Kel 5
Disusun oleh:
Anisa
Bela
Fitri
Hasya
Jasmine
Prista
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of
the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the
contents of the document.]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yogyakarta adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Wilayah ini memiliki
sejarah yang kaya dan merupakan pusat kebudayaan Jawa. Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pelajar
karena memiliki banyak perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Selain itu, Yogyakarta juga memiliki
destinasi wisata populer seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Papua, di sisi lain, adalah provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, di Pulau Papua. Wilayah
ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk hutan hujan tropis, pegunungan, dan
keanekaragaman hayati yang tinggi. Papua juga memiliki budaya yang unik dengan suku-suku asli yang
masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat mereka.
Meskipun Yogyakarta dan Papua memiliki perbedaan dalam hal sejarah, geografi, dan budaya,
keduanya memiliki nilai penting dalam keberagaman Indonesia. Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan
Jawa yang kaya, sementara Papua sebagai provinsi yang kaya akan keindahan alam dan keanekaragaman
budaya.
Pada tahun 2016, terjadi kasus yang melibatkan mahasiswa Papua di Yogyakarta. Kasus ini mencuat
ke permukaan dan menarik perhatian publik karena melibatkan isu-isu sensitif seperti rasisme,
diskriminasi, dan perlakuan tidak adil terhadap mahasiswa Papua. Latar belakang kasus ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
• Konteks Sosial dan Politik: Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
sejarah dan konteks sosial-politik yang unik. Konflik dan ketegangan antara pemerintah Indonesia
dan kelompok separatis Papua telah berlangsung selama bertahun-tahun. Hal ini menciptakan
ketidakstabilan politik dan sosial di wilayah tersebut.
• Diskriminasi dan Rasisme: Mahasiswa Papua yang berkuliah di Yogyakarta sering menghadapi
diskriminasi dan rasisme. Mereka sering menjadi korban perlakuan tidak adil, stereotip negatif,
dan bahkan kekerasan fisik. Hal ini menciptakan ketidaknyamanan dan ketegangan di antara
mahasiswa Papua dan masyarakat setempat.
1
• Aksi Protes dan Demonstrasi: Sebagai respons terhadap perlakuan yang mereka anggap tidak
adil, mahasiswa Papua di Yogyakarta melakukan aksi protes dan demonstrasi. Mereka
mengorganisir unjuk rasa, pertemuan publik, dan kampanye untuk memperjuangkan hak-hak
mereka dan menarik perhatian publik serta pemerintah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya ketegangan antara mahasiswa Papua, kepolisian, dan organisasi
masyarakat di Yogyakarta?
3. Apakah ada diskriminasi dalam pemberitaan terhadap mahasiswa Papua dan dampaknya
terhadap hubungan antarwarga di Yogyakarta?
C. Tujuan Penulisan
D. Ruang Lingkup
2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1) Pengertian Konflik
Konflik adalah perjuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memperoleh hal-hal yang
langka seperti nilai, status, kekuasaan, otoritas, dan lain sebagainya, dimana tujuan dari mereka bertikai
itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya dengan
kekerasan atau ancaman.
Menurut Fisher, konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik adalah suatu kenyataan
hidup, tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik terjadi ketika tujuan masyarakat tidak
sejalan. Konflik timbul karena ketidakseimbangan antara hubungan-hubungan sosial, seperti kesenjangan
status sosial, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang yang kemudian
menimbulkan masalah-masalah diskriminasi.
Fuad dan Maskanah, konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang
disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, dimana masing-
masing pihak memiliki kepentingan terhadap sumberdaya alam.
2) Bentuk-bentuk Konflik
Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:
1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau lebih karena
perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan ras.
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi disebabkan adanya
perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau
tujuan politis seseorang atau kelompok.
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena perbedaan
kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara.
Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut :
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran.
Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang
berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau organisasi
internasional.
3
B. Hubungan Teori
Kasus mahasiswa Papua di Yogyakarta dapat terkait dengan konflik sosial karena mungkin
melibatkan ketidakpuasan, ketidaksetaraan, atau perasaan ketidakadilan yang dirasakan oleh kelompok
tertentu. Konflik sosial dapat muncul dari ketidaksetaraan sosial, ekonomi, atau politik yang dialami oleh
kelompok tertentu.
Beberapa bentuk konflik sosial yang mungkin terkait dengan kasus seperti ini melibatkan konflik
etnis, konflik hak asasi manusia, atau konflik antara kelompok mahasiswa dan pemerintah. Mahasiswa
seringkali menjadi agen perubahan dan penyalur aspirasi masyarakat, dan ketika mereka terlibat dalam
konflik, hal itu bisa mencerminkan ketidakpuasan atau tuntutan terhadap kebijakan pemerintah.
Konflik juga dapat muncul dari ketidaksepakatan antara kelompok etnis atau budaya tertentu dan
pemerintah atau kelompok mayoritas. Kasus mahasiswa Papua di Yogyakarta mungkin mencerminkan
konflik antara pemerintah dan masyarakat Papua, serta masalah-masalah yang berkaitan dengan hak-hak
asasi manusia.
Kasus ini termasuk kedalam bentuk konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat
perbedaan-perbedaan ras.