ABSTRACT
The student movement in the post-independence as well as the Old Order ups and
downs along with the socio-political atmosphere. During the revolutionary period students
involved in the struggle for independence. While at the time of Liberal Democracy, student
activism changed. At first they are more academic activism alone and free from political
interests outside the university. But in the elections of 1955 university and college students
have politicized, making it applicable conflict and discord. In the Guided Democracy period
(1959-1965)increasing student political activity. Occurs strong government intervention
against the university. In addition, the form is also the influence of leftist groups who cause
strife and conflicts between student organizations. University of previously fragmented
worse. These circumstances occur until 1965 when the Communist Party of Indonesia
destroyed.
* Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Sosial Politik, Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
50
ada. Salah satu episode sejarah yang dalam organisasi Tentara Pelajar (TP),
Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP),
menunjukan hubungan paling
Tentara Geni Pelajar (TGP). Sementara
dinamis antara gerakan mahasiswa
sebagian yang lain berjuang bersama
dan pemerintah adalah yang terjadi kelompok laskar-laskar perjuangan lain
pada era pasca kemerdekaan dan berdasarkan hubungan-hubungan
Orde Lama. Untuk itu, artikel di keagamaan ataupun golongan. Mereka
sampai sejauh itu, satu model organisasi Gerakan Mahasiswa Pada Masa
yang menghimpun semua kekuatan Demokrasi Liberal
mahasiswa secara nasional belum ada. Setelah Perang Kemerdekaan selesai
Barulah dalam Konperensi dan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
Mahasiswa Indonesia di Malang tanggal 8- pada bulan Desember 1949, dinamika
10 Maret 1947 tujuh buah organisasi gerakan mahasiswa memasuki era baru.
mahasiswa seperti: HMI, PMKI, PMKRI, Kehidupan berjalan semua secara normal,
PMKH, PMD, PMJ, MMM bersetuju untuk sementara para mahasiswa ataupun pelajar
mendirikan Perserikatan Perhimpunan kembali ke universitas maupun sekolah.
Mahasiswa Indonesia (PPMI) (Martha et al. Di bidang pendidikan, khususnya
1985: 199). Organisasi ini merupakan lembaga pendidikan tinggi, pemerintah
federasi organisasi ekstra universiter membuka kesempatan yang seluas-luasnya
mahasiswa Indonesia. PPMI kemudian kepada masyarakat untuk mengikuti
berkembang sebagai organisasi mahasiswa pendidikan tinggi dengan mendirikan
yang penting di dalam kancah politik beberapa universitas baru (Thomas 1973;96-
nasional (Anwar 1981:21-25). 122; Sanit 1989;20). Sepanjang awal tahun
Pada peringkat awal, PPMI memiliki 1950-an, kehidupan universitas berlangsung
hubungan rapat dengan Presiden Sukarno dalam suasana kegairahan yang tinggi dan
dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan kenangan romantik atas revolusi perjuangan
secara langsung dapat memberikan yang baru berlalu. Nuansa setelah merdeka
pandangan-pandangannya secara efektif memberikan harapan tinggi akan tumbuhnya
berkenaan dengan perkembangan politik suasana yang kondusif dalam
nasional dalam berbagai diskusi bersama. pengembangan aktifitas ilmiah. Kalangan
Bahkan pada masa awal tersebut, tokoh- universitas dapat berkarya secara bebas dan
tokoh PPMI berani memberikan pandangan memiliki otonomi yang kuat. Bahkan
kepada Presiden Sukarno berkaitan dengan sebagian mahasiswa terlibat dalam program-
pembentukan kabinet pemerintah (Martha et program pembangunan secara langsung
al. 1985: 200). PPMI bertahan cukup lama (Hardjasoemantri 1983).
dan menjadi bagian dari pasang surut Pada tahap ini, universitas telah
kehidupan politik pada masa Demokrasi tumbuh sebagai lembaga yang netral dan
Liberal dan Demokrasi Terpimpin. bertumpu pada tugas utamanya, yaitu
mengembangkan ilmu pengetahuan. Peluang
kerja dan karier lulusan mereka setelah
53
tamat sangat terbuka luas dalam jabatan- mahasiswa tersebut disokong oleh realitas,
jabatan pemerintah seiring dengan wujudnya baik subyektif maupun obyektif yang secara
perluasan birokrasi dalam satu negara baru. mendasar tidak cukup menjadi alasan untuk
Karena itu, tidaklah mengherankan jika menentang sistem yang ada. Generasi
generasi mahasiswa pada masa ini setelah mahasiswa pada masa ini, tidak berhadapan
tamat dari universitas dengan mudah dengan masalah yang sukar, sebagaimana
terserap ke dalam bidang pekerjaan resmi di generasi mahasiswa sesudahnya yang
lembaga-lembaga pemerintah (Fischer berhadapan dengan masalah kemelut politik,
1965:105). ekonomi maupun sosial sehingga
Dalam konteks ini, menjadi penting melahirkan tantangan tersendiri. Meskipun
kenapa pada saat itu tidak wujud suatu mulai muncul kekecewaan dari sebagian
gerakan mahasiswa yang bersifat keras yang kalangan masyarakat terhadap arah tujuan
berupaya menantang pemerintah yang baru negara baru tersebut, tetapi hampir
wujud. Hal ini berlaku karena struktur yang dipastikan tidak sebesar daripada harapan-
sedia ada masih cukup luas dan akomodatif harapan mereka. Selain itu, mereka sadar
untuk menampung tamatan institusi bahwa masa pembangunan negara masihpun
pendidikan tinggi yang masih sedikit bermula.
(Thomas 1973:92). Di samping itu, Sementara itu, di lingkungan
sebagian dari mahasiswa pada masa tersebut universitas, dinamika organisasi mahasiswa
adalah juga mantan para pejuang yang mengalami perkembangan baru, dalam
pernah terlibat dalam perang kemerdekaan, bentuk didirikannya organisasi-organisasi
yang notabene juga ikut menyumbangkan internal universitas (Martha 1985:270-271).
berdirinya tatanan yang ada. Mereka Meskipun di lembaga-lembaga pendidikan
memiliki hubungan-hubungan pribadi yang tinggi pada saat itu terdapat dua jenis
rapat dengan lapisan elite politik nasional organisasi mahasiswa yang berbeda, yakni,
yang memerintah yang juga berjuang pada intra dan ekstra universitas, namun keadaan
jaman penjajahan dahulu, maupun ketika masih tetap normal dan stabil. Aktifitas dan
Perang Kemerdekaan. Lebih dari itu, secara suasana akademik warga kampus masih
sadar para mahasiswa ini menganggap tetap terjaga dan berjalan dengan baik.
bahwa belajar juga merupakan kewajiban Berbagai aktifitas mahasiswa masihpun
mulia sebagai bagian mengisi kemerdekaan bersifat akademik semata dan terbebas dari
(Fischer 1965:104). kepentingan-kepentingan politik di luar
Pada dasarnya boleh dikatakan universitas. Namun secara perlahan seiring
bahwa, kurangnya partisipasi politik dengan berjalannya waktu, serta semakin
54
dekatnya waktu Pemilihan Umum 1955, Mahasiswa Indonesia) tahun 1956 setelah
maka kondisi tersebut berubah. Partai-partai pemilihan umum. CGMI merupakan
politik yang sejak awal menyadari potensi gabungan dari tiga organisasi mahasiswa
mahasiswa, di tengah langkanya tenaga- lokal, yang telah didirikan sebelumnya
tenaga terdidik berkualitas di masyarakat, tahun 1950, yaitu CMB (Consentrasi
dengan serta merta mulai melakukan Mahasiswa Bandung), CMY (Consentrasi
langkah-langkah mobilisasi politik dengan Mahasiswa Yogyakarta) dan GMIB
melibatkan partisipasi warga kampus. (Gerakan Mahasiswa Indonesia Bogor)
Wujudlah kemudian organisasi- ditambah dengan Mahasiswa Progresif dan
organisasi ekstra mahasiswa yang baru Persatuan Mahasiswa Demobilisan
yang menjadi cabang ataupun minimal (Hindley 1966:196-1999; McVey 1990:19-
memiliki hubungan emosional yang rapat 23).
dengan partai-partai politik. PNI (Parti Kewujudan organisasi-organisasi
Nasional Indonesia) mendirikan GMNI mahasiswa ekstra universitas yang baru ini,
(Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) secara otomatik menambah jumlah barisan
pada tahun 1954 (Rocamora 1975:265- organisasi yang sama yang telah disebut di
269), NU (Nahdlatul Ulama) mendirikan atas. Terlihat dengan jelas bahwa
IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), penyusunan kekuatan politik dari
yang kelak di kemudian hari secara khusus universitas ini, mengikuti garis atau
mendirikan PMII (Persatuan Mahasiswa kecenderungan ideologi politik, yang
Islam Indonesia) (Noer 1987: 93-94). PSI menjadi bagian daripada apa yang oleh
(Parti Sosialis Indonesia) mendirikan GPS Clifford Geertz disebut sebagai “politik
(Gerakan Pemuda Sosialis). Seksi aliran”, di mana kelompok mahasiswa
Mahasiswa GPS ini di kemudian hari secara mendalam diintegrasikan ke dalam
berdiri sendiri dengan nama Gemsos satu kekuatan politik berdasarkan arus
(Gerakan Mahasiswa Sosialis) (Meyrs kebudayaan utama yang berkembang di
1959:112). dalam masyarakat (Geertz 1976).
Sementara itu, PKI (Partai Komunis Kewujudan organisasi-organisasi
Indonesia) menggunakan strategi lain. mahasiswa tumbuh berdasarkan pemisahan
Partai ini tidak secara langsung mendirikan ideologi yang tajam yang menjadi dasar
organisasi mahasiswa, sebagaimana yang perjuangan partai-partai politik. Ben
ditempuh partai-partai politik lain. PKI Anderson (1990: 107) secara jitu
baru mendirikan organisasi mahasiswa, menggambarkan keadaan ini sebagai
yakni CGMI (Consentrasi Gerakan berikut:
55
Murba pada 21 September 1965-- yang mengalami politisasi yang tinggi, terseret
memungkinkan Nasakomisasi dapat terus dalam arus kepentingan partai-partai politik
berlangsung dan PKI memiliki posisi yang yang menerobos memasuki dunia
kuat, juga dilarang. Sepanjang masa universitas. Universitas kemudian menjadi
Demokrasi Terpimpin kelompok kiri telah salah satu tempat “pergulatan kekuasaan”
berkembang pesat dan untuk sebagian dan perebutan pengaruh kekuatan eksternal.
berhasil memberikan pengaruh penting atas Bahkan, pada masa Demokrasi
arena politik nasional. Keadaan tersebut Terpimpin (1959-1965) gerakan
berlangsung sampai dengan tercetusnya mahasiswa telahpun berkembang lebih
peristiwa 30 S PKI tahun 1965 di mana jauh sejajar dengan perkembangan politik
PKI dituduh sebagai pelaku percobaan nasional. Kehidupan universitas yang
kudeta yang gagal. Organisasi ini beserta sebelumnya telah terpecah-belah, semakin
seluruh insitusi-institusi massa di parah. Konflik di antara kelompok dan
dalamnya kemudian menjadi sasaran organisasi mahasiswa, khususnya dengan
kemarahan kelompok antikomunis, mahasiswa “kiri” meningkat. Pada tahap
termasuk mahasiswa. ini, kalangan kiri, dengan berbagai cara,
berusaha mendominasi kehidupan
Kesimpulan universitas dan mahasiswa. Akan tetapi,
Dari uraian di atas dapat keadaan tersebut berakhir dengan
dikemukakan kesimpulan bahwa gerakan antiklimaks ketika pada tahun 1965 pihak
mahasiswa pada masa pasca kemerdekaan Komunis dituduh terlibat dalam aksi
serta Orde Lama mengalami pasang surut kudeta yang gagal, sehingga seluruh sayap
seiring dengan suasana sosial politik yang organisasi kiri, termasuklah organisasi
ada. Gerakan mereka memasuki dimensi mahasiswanya dihancurkan.
baru ketika Indonesia memproklamasikan
kemerdekaan tahun 1945. Banyak di antara
mahasiswa yang bergabung pada sejumlah DAFTAR RUJUKAN
organisasi atau lasykar bersenjata dan
Amstutz, J.B. 1958. The Indonesian youth
dikenali sebagai “pelajar pejuang”.
movement 1908-1955. Tesis Ph.D.
Sementara pada masa Demokrasi Liberal, Fletcher School of Law and
Diplomacy, Tufts University,
corak aktifisme mahasiswa berubah. Seiring
Medford.
dengan dinamika politik kebangsaan yang
Anwar, R. 1981. Sebelum prahara:
meningkat pesat, khususnya menjelang
pergolakan politik Indonesia 1961-
Pemilihan Umum 1955, mahasiswa 1965. Jakarta: Sinar Harapan.
62
Dahm, B. 1988. Sejarah Indonesia abad Lev, D.S. 1966. The transition to guided
kedua puluh. Terj. Abd. Aziz democracy: Indonesian politics
Hitam & Wan Azaham Wan 1957-1959. Monograph series.
Mohamad. Kuala Lumpur: Ithaca, New York: Modern
Dewan Bahasa dan Pustaka. Indonesian Project, Southeast Asia
Program Department of Asian
Diah, B.M. 1981. Angkatan Baru ’45. Studies Cornell University.
Jakarta: Masa Merdeka.
Magenda, B.D. 1985. Gerakan mahasiswa
Feith, H. 1967. Dynamics of guided dan hubungannya dengan sistem
democracy. Dlm. McVey, Ruth T. politik. Dlm. Farchan Bulkin (pnyt.).
(pnyt.). Indonesia, hlm. 317-382. Analisa kekuatan politik Indonesia,
New Haven: Human Relations Area hlm. 129-148. Jakarta: LP3ES.
Files.
Martha, A.G., Wibisono, C. & Anwar, Y.
Feith, H. 1968. The decline of constitutional 1985. Pemuda Indonesia dalam
democracy in Indonesia. Ithaca, New dimensi sejarah perjuangan
York: Cornell University Press. bangsa. Jakarta: Kurnia Esa.
Fischer, J. 1965. Indonesia. Dlm. James S. Maxwell, J. 2001. Soe Hok Gie: pergulatan
Coleman (pnyt.). Education and intelektual muda melawan tirani.
political development, hlm. 92-122. Terj. Tri Wibowo Budi Santoso.
Princeton, New Jersey: Pinceton Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
University Press.
McVey, R.T. 1990. Teaching modernity: the
Geertz, C. 1976. The religion of Java. PKI as an educational institution.
Chicago: University of Chicago Indonesia 50(Oktober):5-28.
Press.
Moechtar, H. 1998. Mereka dari Bandung:
Hardjasoemantri, K. 1983. Peranan proyek pergerakan mahasiswa Bandung
PTM dalam pengembangan 1960-1967. Bandung: Alumni.
pendidikan. Jakarta: Balai Pustaka.
Myers, R.J. 1959. The development of the
Hindley, D. 1966. The communist party of Indonesian socialist party. Tesis
Indonesia 1951-1963. Berkeley: Ph.D. University of Chicago.
University of California Press.
63
Rocamora, J.E. 1975. Nationalism in search Thomas, R.M. 1969. Effects of Indonesian
of ideology: the Indonesian population growth on educational
nationalist party 1946-1965. Quezon development, 1940-1968. Asian
City: University of the Philippines. Survey. Vol. IX, No. 7(July): 498-
514.
Sanit, A. 1989. Mahasiswa, kekuasaan dan
bangsa: refleksi dan gagasan Thomas, R.M. 1973. A chronicle of
alternatif. Jakarta: Lingkaran Studi Indonesian higher education.
Indonesia dan Yayasan LBH Singapore: Chopmen Enterprises.
Indonesia.