Anda di halaman 1dari 22

60 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm.

60-81

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2

Kismiyati El Karimah1, Putri Intan Ewie Syafitri2, Uud Wahyudin3


1,2,3
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia

ABSTRAK

Product placement sudah tidak dapat dihindari dari perfilman Indonesia karena dibutuhkan untuk membantu
biaya produksi film. Namun, product placement terkadang terlalu berlebihan sehingga dapat mengganggu
cerita. Salah satu film Indonesia yang mengandung product placement yang cukup banyak serta memaksa,
yaitu Ayat-Ayat Cinta 2. Film ini menyisipkan berbagai iklan produk dan/atau merek dalam beberapa adegan
yang dapat mengaburkan makna produk dan film. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
praktik product placement yang terdapat dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 dilakukan. Metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika Roland
Barthes di mana pada tataran pertama dan kedua dibandingkan dengan peraturan dan etika product placement
dalam periklanan. Analisis ini dapat mengidentifikasi makna denotatif, makna konotatif, dan mitos pada
setiap adegan yang menampilkan product placement, maka dapat dilihat apakah praktik yang dilakukan
sesuai atau tidak dengan etika beriklan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna denotatif menjadi
pengabur ketika makna dan konteks tidak saling berkaitan. Sedangkan makna konotatif menjadi pengabur
ketika makna adegan yang disisipi iklan sponsor mengalami perubahan makna. Mitos menjadi pengabur
ketika positioning produk yang ditampilkan tidak sesuai dengan fakta produk yang sebenarnya.

Kata Kunci: product placement; etika; film; denotasi; konotasi; mitos

Ethics of product placement practice in Ayat-Ayat Cinta 2

ABSTRACT

Product placement is an usual thing in Indonesia film industry. Advertisement in film is neded to support
production. But, nowadays product placement is a bit overrated that can make a bias for some plots. There
is an Indonesia film that contains much product placements, that’s Ayat-Ayat Cinta 2. This film contains
some of product and /or brand advertisements in several scenes so that it can obscure the meaning of the
product and film.This research was an attempt to find out how the practice of product placement contained in
Ayat-Ayat Cinta 2. The research method used by researchers is a qualitative research method using Roland
Barthes’s semiotic analysis in which at the first and second levels compare with the regulations and ethics
of product placement in advertising. Roland Barthes’s semiotic analysis can help in reducing the distorted
meaning of the product placement activity to see which scenes are appropriate and not according to the
ethics of advertising. By looking at denotative meanings, connotative meanings, and myths in each scene
that displays product placement, it can be seen whether the practices carried out are appropriate or not
with the ethics of advertising. The result in this study shows that denotative meaning becomes blurred when
meaning and context are not interrelated, while connotative meaning becomes blurred when the meaning of
the scene inserted by the sponsor ad changes meaning. Mythical meaning becomes blurred when the product
positioning displayed is not in accordance with the actual product facts.

Keywords: product placement; ethics; film; denotation; connotation; myth

Korespondensi: Kismiyati El Karimah, M.Si. Universitas Padjadjaran. Jalan Raya Bandung-Sumedang Km


21 Jatinangor 45363 Jawa Barat. Email: kismiyati@unpad.ac.id
Submitted: September 2019, Accepted: October 2019, Published: October 2019
ISSN: 2548-3242 (printed), ISSN: 2549-0079 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 61

PENDAHULUAN
persaingan yang timbul karena fragmentasi
Iklan adalah salah satu jenis promosi media dan khalayak yang semakin tinggi.
yang paling sering dijumpai dan digunakan Distraksi ini semakin melebar karena
oleh perusahaan dalam memasarkan merek ketidakpastian dari pola konsumsi media yang
maupun produknya (Hidayat, 2015). Namun, semakin oportunis. Penonton dapat dengan
di tengah kemajuan teknologi dan informasi mudah mengganti channel ketika iklan sedang
pada saat ini memaksa perusahaan untuk lebih ditayangkan di televisi dan memilih untuk
cermat dalam memilih media beriklan. Salah menonton program atau acara televisi lain yang
satu media konvensional, seperti media cetak sedang tayang (Hidayat, 2015; Nuraryo, 2019).
semakin ditinggalkan oleh masyarakat sehingga Perubahan ini membuat perusahaan
perusahaan memilih untuk menggunakan mencari alternatif lain untuk mempromosikan
media elektronik maupun media online dalam merek dan/atau produknya kepada khalayak
melakukan iklan. dalam jumlah besar dan tepat sasaran. Caranya
Salah satu media elektronik yang dijadikan adalah dengan melakukan penempatan produk
tempat beriklan adalah televisi. Dalam hal atau product placement. Istilah ini juga bisa
ini, televisi memiliki suatu kelebihan jika disebut penyisipan produk. Penempatan atau
dibandingkan dengan media cetak karena penyisipan produknya pun bisa jadi berbeda-
memilki kemampuan audio-visual dan beda, tetapi tujuan utamanya tetap untuk meraih
menjangkau penonton dalam jumlah besar dan brand recall dan meningkatkan brand image
waktu yang bersamaan (Mirandha, 2017) . Iklan (Bressoud & Lehu, 2008)
pada televisi terletak di antara sela-sela tayangan Meskipun product placement di Indonesia
sebuah acara. Menurut data dari Lowe pada awalnya diterapkan dalam film, tetapi dalam
tahun 2005, perusahaan komunikasi Indonesia, perkembangannya, untuk mendapatkan ruang
53% pemirsa atau penonton mengganti saluran iklan kembali, praktik ini sudah dilakukan oleh
televisi saat iklan. Hal ini menunjukkan bahwa para perusahaan melalui televisi sejak sepuluh
lebih dari 50% penonton di Indonesia melakukan tahun terakhir. Produk biasanya disisipkan dalam
zapping dan zipping, yaitu suatu keadaan di sebuah acara variety show, seperti Indonesian
mana penonton melakukan penggantian saluran Idol, Mamma Mia, The Voice Indonesia, dan
televisi (Mellawatie, Maryani, & Aristi, 2017). lain sebagainya. Acara ini menyisipkan produk
Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya dan/atau merek sponsor pada saat tayangan

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
62 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

sedang berlangsung. Produk dan/atau merek Film ini menampilkan beberapa produk, seperti

itu ditampilkan dalam bentuk banner atau iklan Honda Stream, telepon genggam Samsung, dan

berjalan maupun menjadi properti dalam acara minuman Berry Juice (Marketing.co.id, 2012).

tersebut. Praktik ini pun terus berjalan hingga sekarang.

Bukan itu saja, dalam tiga tahun terakhir juga Adapun beberapa film Indonesia yang juga

ditemukan bahwa praktik ini telah memasuki melakukan penempatan produk, yaitu film

siaran sinetron di Indonesia. Penempatan Critical Eleven yang menempatkan jasa LINE-

produk ini sebagian besar menyisipkan iklan pay pada adegan membayar makan di sebuah

provider yang biasanya ditampilkan di papan restoran, kehadiran produk Gery Chocolatos,

billboard atau baligho yang muncul di tengah Wardah, dan e-TOL dengan time-frame yang

adegan dalam sinetron. Hal ini menunjukkan tidak sesuai pada film Habibie & Ainun, serta

bahwa praktik ini berhasil menjadi jalan Indomie pada film 5 CM.

keluar dari zipping dan zapping yang menjadi Penelitian sebelumnya yang juga

permasalahan promosi produk dan/atau merek membahas tentang product placement dalam

suatu perusahaan (Kumalawati, Leonid, & film, yaitu ”Representasi Product Placement

Rumambi, 2012). dalam Film Habibie dan Ainun” mengkritisi

Praktik product placement di Indonesia tentang visualisasi produk dalalam adegan

sudah mulai dilakukan pada dekade 80-an. film dan ketidaksesuain time-frame produk

Pada saat itu, praktik product placement di dapat memberikan pengaruh yang berbeda

Indonesia dilakukan dengan cara menyisipkan bagi posiioning produk (Primalia, 2006).

produk sponsor di dalam film. Film menjadi Analisisnya menunjukkan bahwa product

salah satu media utama product placement placement mengakibatkan adanya keterbatasan

karena memiliki sasaran audiens yang sudah produk dalam memberikan gambaran untuk

tersegmentasi (Kumalawati et al., 2012). Film merepresentasikan positioning produk. Selain

Indonesia pertama yang menerapkan product itu, product placement juga memengaruhi

placement adalah film CHIPS pada tahun 1982 penilaian penonton terhadap ’realita’

dan disusul dengan Catatan Si Boy pada tahun yang ditampilkan dan membuat penonton

1987. Seiring dengan bangkitnya kembali mempertanakan kredibilitas dari makna-makna

perfilman nasional di akhir dekade 90-an, yang direpresentasikan dalam film Habibie dan

praktik product placement kembali muncul Ainun.

dalam film Tusuk Jelangkung pada tahun 2002. Kehadiran produk atau merek dalam

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 63

sebuah film sebenarnya berfungsi sebagai berperilaku tidak umum atau melakukan sesuatu

penguat realisme dalam film. Produk yang yang tidak akan mereka lakukan jika tidak

dulunya tampil tanpa label merek sekarang telah ditunjukkan oleh iklan. Pada perilaku ekstrem,

digantikan dengan label yang otentik. Dengan hal ini menunjukkan bahwa iklan mampu

begitu, penonton akan merasa dekat dengan menggerakkan orang melawan keinginan bebas

film yang sedang ditonton karena produk yang mereka sendiri (Shimp, 2014).

dilihat dapat ditemukan dalam kehidupan Product placement merupakan suatu stealth

sehari-hari. Selain itu, bagi pembuatan film advertising karena secara esensial penonton

yang membutuhkan biaya produksi yang cukup tidak menyadari adanya unsur promosi dalam

besar, sokongan dana dari penempatan suatu film yang disaksikan, bahkan dianggap sebagai

produk dapat meringankan biaya produksi. bagian dari adegan film (Tandiono & Rumambi,

Namun, batasan antara hiburan dan promosi 2013). Dalam hal ini, produsen mengharapkan

menjadi kabur sejak praktik ini berkembang seolah secara tidak sengaja penonton dapat

dari metode yang awalnya hanya sekadar mengidentifikasi keberadaan produk dengan

“menunjukkan kaleng” menjadi bagian integral sendirinya melalui penggambarannya

dari cerita (Hackley & Nappolini, 2008). Hal dalam scene, positioning produk dapat

inilah yang mengawali perdebatan mengenai dikomunikasikan kepada penonton. Dalam

etis atau tidaknya praktik product placement. praktiknya, metode ini berusaha mencapai

Masalah yang muncul di sini adalah tujuannya tanpa membiarkan orang mengetahui

pengaruh adanya sisipan produk terhadap teks bahwa mereka sedang menjadi target. Ini yang

film serta kenyataan bahwa konsumen tidak menjadi permasalahan etis karena metode

sadar jika mereka telah dibombardir oleh ini didesain untuk ”menipu‟ orang agar

iklan ketika mereka sedang menonton film. memerhatikan iklan.

Oleh karena itu, kekuatan akan pengaruh film Dijelaskan bahwa penempatan produk

dan iklan menimbulkan suatu kritik bahwa merupakan salah satu yang dilakukan oleh

hal ini dapat menyebabkan orang-orang rumah produksi film untuk meringankan biaya

mengasosiasikan produk dan/atau merek produksi. Dengan memasukkan produk sponsor

dengan aktor film dan membeli produk atau jasa ke dalam film akan menjadi hal yang saling

yang tidak mereka butuhkan. Iklan juga dinilai menguntungkan bagi kedua belah pihak. Pihak

sebagai tindakan manipulatif yang mempunyai produksi film mendapat bantuan dana, sedangkan

kekuatan untuk memengaruhi orang untuk sponsor dapat menampilkan produknya kepada

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
64 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

sasaran yang tepat (Purnomo, 2015). Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila

Sponsor dapat disebut sebagai pengiklan. dikaitkan dengan perilaku etis dalam beriklan,

Sponsor atau pengiklan inilah yang bertindak berarti segala sesuatunya harus patuh dengan

sebagai pemodal (Sasono, 2011). Pemilik norma masyarakat. Hal ini bukan bertujuan

modal dalam ekonomi memiliki kuasa untuk untuk membuat batasan etis yang harus disetujui

mengatur. Sama halnya dengan kapitalisme, oleh setiap orang, tetapi untuk membuat

kekuatan hanya dimiliki oleh segelintir orang batasan yang sesuai dengan harapan sosial.

yang memiliki modal kuat. Dalam sistem Maka dari itu, jika dikaitkan dengan batas

ekonomi, kapitalisme menempatkan kebebasan etis beriklan, norma masyarakat juga harus

kepemilikan sebagai motor penggerak berkesinambungan dengan peraturan yang telah

perekonomiannya. ditetapkan secara hukum.

Uraian tersebut menunjukkan bahwa Untuk mengatur jalannya periklanan

perusahaan pengiklan dan rumah produksi di Indonesia, terdapat suatu peraturan yang

film secara diam-diam menetapkan paham atau terdapat dalam kitab Etika Pariwara Indonesia

ideologi kapitalisme untuk mencapai tujuannya. (Dewan Periklanan Indonesia, 2007, 2014).

Kedua pihak sama-sama mencari jalan keluar Dalam EPI Amandemen 2014 butir 39 tertulis

untuk mewujudkan kepentingannya meskipun bahwa penyisipan produk atau product

melanggar beberapa nilai dan etika dalam placement harus menyatu dengan cerita. Selain

beriklan. itu, pada butir 4.4.9 tertulis bahwa “iklan

Perilaku etis merupakan suatu tindakan tersisip oleh penaja harus disajikan sedemikian

yang sesuai dengan etika atau nilai-nilai yang rupa sehingga tidak mengganggu kenyamanan

disepakati secara umum. Sesuatu yang dianggap penonton.” Dengan demikian, tersirat bahwa

etis berarti suatu tindakan yang patuh terhadap dalam mengiklankan produk dalam film harus

etika. Etika sendiri merupakan sesuatu yang melihat dari segi kepantasannya. Hal tersebut

berkaitan dengan komponen kehidupan moral dapat dilihat dari keterkaitan produk dengan jalan

manusia. Etika dapat merefleksikan gagasan cerita, ketersediaan produk, serta fakta produk.

masyarakat mengenai suatu hal yang benar dan Meskipun telah diatur dalam EPI, pengiklan

salah, serta perbedaan antara baik dan buruk. dan rumah produksi film selalu mencari celah

Etika juga memasukkan evaluasi dan aplikasi di mana mereka dapat menjalankan praktik

nilai moral yang telah diterima oleh masyarakat product placement agar terlihat etis.

sebagai norma (Day, 2006). Pada akhir 2017 lalu, ada sebuah film

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 65

yang menarik perhatian publik. Film ini adalah penempatan produk dilakukan dalam film Ayat-

Ayat-Ayat Cinta 2. Ayat-Ayat Cinta bagian Ayat Cinta 2. Pendekatan yang akan digunakan

pertama tayang di bioskop pada tahun 2008 lalu adalah analisis semiotika Roland Barthes yang

sukses mencapai 3,5 juta penonton. Film ini dapat menganalisis makna dari tanda-tanda.

diadaptasi dari novel Habiburrahman El Shirazy Fokus perhatian Barthes, menurut Fiske lebih

dan diproduksi oleh MD Pictures. Karena tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua

kesuksesannya, Ayat-Ayat Cinta memiliki tahap (two order of signification) (Alex Sobur,

kisah lanjutan mengenai perjalanan Fahri dan 2006).

Aisyah. Mengikuti kesuksesan film pertama, Signifikasi tahap pertama merupakan

menurut filmindonesia.or.id, Ayat-Ayat Cinta hubungan penanda (signifier) dan petanda

2 yang mulai tayang pada 21 Desember 2017 (signified) di dalam sebuah tanda terhadap

menembus satu juta penonton dalam lima hari realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai

penayangan.3 Selain menyuguhkan drama denotasi, yaitu makna yang paling nyata

antara pemainnya, ternyata terdapat praktik dari tanda. Sedangkan untuk menunjukkan

product placement dalam film ini. Setidaknya signifikasi tahap kedua, Barthes menggunakan

ada delapan merek yang disisipkan di film ini, konotasi yang menggambarkan interaksi yang

antara lain Wardah, Toyota, Milky, Simpati, terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan

Singapore Airlines, Samsung, MOX, dan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari

Twinings. kebudayaannya. Sedangkan pada signifikasi

Sayangnya, penempatan produk pada tahap kedua yang berhubungan dengan isi,

film Ayat-Ayat Cinta 2 ini terkesan memaksa, tanda bekerja melalui mitos, yaitu bagaimana

tidak sesuai dengan logika setting film serta kebudayaan menjelaskan atau memahami

positioning produk. Contohnya, pengambilan beberapa aspek tentang realitas atau gejala

gambar secara full shot terhadap bedak Wardah, alam.

munculnya baligho provider Simpati di luar Oleh karena itu, pemeriksaan ini akan ditelaah

konteks film, serta adegan swafoto menggunakan dengan melakukan analisis komprehensif

Samsung smartphone secara tiba-tiba. Hal terhadap hal-hal yang berpengaruh terhadap

ini menunjukkan adanya suatu pemaksaan penafsiran teks untuk melihat makna denotatif,

dalam memasukkan suatu kepentingan dari makna konotatif, dan mitos dalam praktik

pihak tertentu. Melalui penelitian ini, peneliti penempatan produk dalam film Ayat-Ayat Cinta

akan mengidentifikasi bagaimana praktik 2 ini. Penelitian ini bukan untuk menjelaskan

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
66 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

ideologi yang ingin ditanamkan suatu Penelitian ini menganalisis media film

product placement melalui makna denotasi, sebagai teks. Dalam analisis media sebagai

konotasi, dan mitos. Dengan melihat makna teks, seorang peneliti memiliki kebebasan dan

denotasi, konotasi, dan mitos serta kaitannya otonomi penuh untuk menafsirkan atas sebuah

terhadap adegan tertentu, penelitian ini ingin teks. Yang jadi masalah bukan benar tidaknya

menunjukkan adanya suatu “pemaksaan‟ yang tafsiran yang diberikan, tetapi argumentasi

dilakukan oleh pengiklan dan rumah produksi yang dijadikan landasan dalam memberikan

film karena adanya beberapa kepentingan yang penafsiran serta kedekatanya dengan fenomena

harus mereka penuhi. Dengan begitu, kita dapat yang terjadi dan berkaitan dengan teks tersebut

melihat bagaimana penanda dan petanda dapat (Bungin, 2011).

mendistorsi makna suatu objek sehingga dapat Metode penelitian yang digunakan oleh

mengaburkan batas etis dalam iklan. peneliti adalah metode penelitian kualitatif

Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan pendekatan analisis semiotika Roland

memaparkan representasi product placement Barthes. Pendekatan ini berupaya mengupas

dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 sebagai bentuk dengan cara melihat reduksi dan distorsi makna

kaburnya batas etis dalam iklan, dengan tiga produk dalam praktik product placement

pertanyaan penelitian yang mencari tahu makna sehingga dapat memberikan gambaran

denotatif, makna konotatif, dan mitos pada mengenai etis atau tidaknya praktik ini dalam

praktik product placement dalam film Ayat-Ayat film Ayat-Ayat Cinta 2.

Cinta 2 dan kaitannya dengan etika beriklan. Dalam pemikiran Ferdinand Saussure,

yang paling penting dalam konteks semiotik


METODE PENELITIAN
adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure

Metode yang digunakan dalam penelitian membagi konteks komunikasi manusia antara

ini berupa metode kualitatif. Adapun yang signifier (penanda) dan signified (petanda).

dimaksud dengan metode penelitian kualitatif Signifier adalah bunyi yang bermakna atau

menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan coretan yang bermakna (aspek material), yaitu

“metodologi kualitatif” sebagai prosedur apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau

penelitian yang menghasilkan data deskriptif dibaca. Signified adalah gambaran mental, yaitu

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Alex Sobur, 2006b)

(Moleong, 2008). Roland Barthes membuat sebuah model

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 67

Sumber: Sobur, 2006

Gambar 1. Signifikasi Dua Tahap Barthes

sistematis dalam menganalisis makna dari sehingga kehadirannya tidak disadari. Pembaca

tanda-tanda yang merupakan kelanjutan dan mudah sekali membaca makna konotatif

perkembangan dari pemikiran Saussure. Fokus sebagai makna denotatif. Oleh karena itu,

perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan salah satu tujuan analisis semiotik adalah

tentang signifikasi dua tahap (two order of untuk menyediakan metode analisis dan

signification). kerangka berpikir untuk mengatasi salah baca

Dari gambar 1 menjelaskan: signifikasi (misreading).

tahap pertama merupakan hubungan antara Pada signifikasi tahap kedua yang

signifier dan signified di dalam sebuah tanda berhubungan dengan isi, tanda bekerja

terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana

sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari kebudayaan menjelaskan atau memahami

tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan beberapa aspek tentang realitas atau gejala

Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap alam. Mitos merupakan produk kelas sosial

kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang yang sudah mempunyai suatu dominasi.

terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan Mitos primitif, misalnya, mengenai hidup

atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya.

kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna Sedangkan mitos masa kini, misalnya mengenai

yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. femininitas, masklulinitas, ilmu pengetahuan,

Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif dan kesuksesan (Alex Sobur, 2006).
Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2
(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
68 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mengidentifikasi tentang

bagaimana tanda bekerja membentuk suatu

makna. Pertama, makna denotatif, yaitu makna

yang paling nyata dari tanda. Kedua, adalah

tanda konotatif yang menggambarkan interaksi

yang bertemu dengan emosi dari pembaca.


Sumber: Sobur, 2006 Ketiga adalah mitos, cara pemberian arti tentang

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes suatu realitas.

Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis


Dari peta tanda Barthes pada gambar 2
setiap tanda yang terdapat dalam adegan
terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
yang menyelipkan produk sponsor untuk
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada
mengetahui makna yang ingin disampaikan
saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah
melalui iklan tersebut. Peneliti mengidentifikasi
juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain,
penyisipan memberi makna literal atau bahkan
Cobley dan Jansz menyatakan hal tersebut
membelokkan atau mengubah makna terhadap
merupakan unsur material: hanya jika Anda
suatu objek atau konsep.
mengenal tanda “singa”, barulah konotasi
Dalam film Ayat-Ayat Cinta 2, setidaknya
seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian
terdapat 16 sponsor. Gambar 3 adalah gambar
menjadi mungkin (Alex Sobur, 2006). Jadi,
logo sponsor dalam film Ayat-Ayat Cinta yang
dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak
terdapat dalam credit pada bagian akhir film
sekadar memiliki makna tambahan, tetapi juga
tersebut.
mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
Dari 16 merek sponsor tersebut, terdapat
melandasi keberadaannya. Tujuan analaisis
enam merek yang tersisip dalam film dan dua
Barthes bukan hanya untuk membangun suatu
produk sisipan yang bukan merek atau produk
sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat
sponsor, melainkan sebagai penguat realisme
formal, tetapi lebih banyak untuk menunjukkan
dalam cerita. Gambar 4 adalah daftar merek
bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian
dan/atau produk yang tersisip maupun tidak
yang paling meyakinkan, atau teka-teki yang
tersisip di dalam film.
paling menarik, merupakan produk buatan, dan
Penelitian ini melihat etika dalam
bukan tiruan dari yang nyata (Lechte, 2001).

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 69

memaksa sehingga dapat mengganggu jalan

cerita dalam film. Selain itu, peneliti juga akan

membahas dari sisi hukum yang berlaku, yaitu

mengidentifikasi setiap produk yang disisipkan

mematuhi peraturan yang telah ditetapkan

dalam Etika Pariwara Indonesia (EPI) atau

ia mengaburkan batas etis pada praktik

penempatan produk dalam film.

Beberapa merek dan/atau produk yang

terdapat dalam film memang sebenarnya adalah

sebagai penguat realisme dalam cerita. Misal,

menggunakan mobil sebagai alat transportasi

pribadi aktor yang menunjukkan bahwa sang


Sumber: After credit Film Ayat-Ayat Cinta 2 aktor adalah orang dengan mobilisasi cukup
Gambar 3. Sponsor Film Ayat-Ayat Cinta 2 tinggi karena dia seorang pengusaha dan

dosen di salah satu universitas di Edinburgh.

Namun, ketika memunculkan logo, bahkan

tipe mobil dengan teknik pengambilan dan

proporsi gambar yang kurang seimbang dapat

mengalihkan perhatian penonton dari adegan

atau dialog yang sedang berjalan dengan lebih

terfokus membaca tipe jenis mobil yang berada

tepat di belakang aktor.

Khalayak juga perlu mengetahui mitos

apa saja yang terkandung dalam setiap


Sumber: After credit Film Ayat-Ayat Cinta 2
adegan agar dapat membedakan mana suatu
Gambar 4. Sponsor Film Ayat-Ayat Cinta 2
realitas atau kebohongan dalam melakukan

penempatan produk yang terkandung dalam penempatan produk. Mitos sangat penting

setiap adegan yang menampilkan penempatan karena mitos merupakan pesan atau tuturan

produk. Produk tersebut disisipkan secara yang tidak dapat dibuktikan, tetapi yang

halus atau retoris, ataukah secara eksplisit dan diyakini kebenarannya. Begitu pula tentang

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
70 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

etis atau tidaknya suatu penempatan produk film jika makna dan konteks di mana produk itu
dalam film ini. Misal, positioning produk dimunculkan tidak saling berkaitan Meskipun
tidak sesuai dengan realitanya, seperti bedak ia tidak melanggar ketetapan hukum secara
Wardah yang digunakan oleh Hulya, seorang langsung, tetapi ia melanggar tata cara dalam
warga negara Jerman yang menggunakan bedak melakukan persuasi kepada penonton. Hal
Wardah ketika ia berada di London. Tentu saja ini dikarenakan pemaknaan denotatif dapat
hal ini menimbulkan miskonsepsi mengenai dilakukan secara langsung dan penonton sadar
produk Wardah itu sendiri sehingga bisa saja bahwa dirinya adalah objek dari iklan yang
penonton mengidentifikasi produk Wardah sedang menerpanya lewat film. Beberapa
hanya sebatas ‟digunakan” oleh wanita muslim penempatan produk yang secara denotatif
yang muda dan cantik‟ dan ‟orang Jerman mengaburkan batas etis beriklan dapat dilihat
juga menggunaka produk Wardah” yang pada dari gambar 5.
kenyataannya Wardah hanya didistribusikan di Meskipun gambar 5 bertujuan untuk
Indonesia dan Malaysia. menampilkan kegiatan akses informasi melalui
Oleh karena itu, peneliti mengupas jejaring online, tetapi kita dapat melihat secara
pada adegan apa saja yang memiliki makna langsung merek yang terdapat pada media
terselubung dari penempatan produk dengan elektronik, yang dalam hal ini adalah sebuah
membedakannya menjadi tiga makna, yaitu tablet bermerek Samsung. Penonton dapat
denotatif, konotatif, dan mitos. Namun pada langsung mengidentifikasi produk tersebut
akhirnya, makna yang berubah dari hanya sebagai suatu otentik yang terdapat dalam iklan.
sebagai penguat realisme cerita dalam film Ketika penonton menyadari kehadiran produk,
menjadi wujud ngiklan akan dibahas pada pada saat itu juga terjadi pengalihan fokus dari
bagian makna mitos. Penulis akan membuktikan isi cerita kepada produk sisipan.
bagaimana mitos ini tersembunyi di balik

representasi dengan cara yang samar.

Makna Denotatif, dalam pemikiran

Barthes, merupakan makna yang paling

nyata dari sebuah tanda atau dapat dikatakan

sebagai hubungan antara tanda dan isi yang


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta
sederhana. Pemaknaan secara denotatif juga
Gambar 5. Placement Samsung Tab
dapat menyamarkan batas etis beriklan dalam

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 71

diidentifikasi sebagai salah satu cara promosi

produk tersebut karena kemunculan produk

yang tidak secara langsung berkaitan dengan

plot yang sedang berjalan.

Penempatan beberapa produk yang telah

dijelaskan oleh peneliti memiliki makna


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2
eksplisit, meskipun ia termasuk dalam jenis
Gambar 6. Placement Simpati dan MOX
iklan yang implisit. Makna eksplisit dan implisit
Walaupun sebagian besar penempatan
ini seolah berseberangan jika kita pahami secara
produk dalam film ini termasuk implicit product
harfiah.
placement, yaitu produk atau logo hanya
Namun, pada kenyataannya penempatan
ditampilkan tanpa pemunculan fungsi produk
implisit juga dapat menampilkan produk
dan masih pada dimensi visual, kemunculan
secara eksplisit jika produk atau merek
produk ini dapat dimaknai secara eksplisit dan
tersebut penempatannya terlalu ditonjolkan dan
mengaburkan batas etis dalam iklan. Contoh
mengalihkan fokus cerita. Kemunculan produk
penempatan produk yang secara denotatif yang
secara denotatif ternyata bukan hanya sekadar
juga dapat mengaburkan antara isi dan praktik
membuat penonton sadar akan kehadiran
iklan dapat dilihat dari cuplikan pada gambar 6.
produk, tetapi juga akan menimbulkan makna
Cuplikan adegan pada gambar 6 secara
yang berbeda. Makna yang terbentuk tergantung
gamblang menampilkan iklan Simpati dan
dari penerimaan penonton dengan nilai-nilai
MOX. Kita dapat secara objektif merasakan
serta latar belakang yang mendasari pemaknaan
dan menilai makna dari iklan yang ditampilkan
para penonton.
dalam film. Oleh karena itu, penyisipan Simpati
Penerimaan dan pemahaman dari
dan MOX langsung diidentifikasi sebagai iklan

dalam iklan, yaitu iklan yang mana dalam

konteks cerita digambarkan sebagai iklan luar

ruang menjadi sebuah sisipan dalam film.

Produk lainnya yang secara denotatif

dianggap sedikit mengganggu, yaitu produk

Wardah dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 (lihat Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2

gambar 7). Produk ini langsung dapat Gambar 7. Placement Wardah

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
72 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

penempatan suatu iklan dalam film tergantung ketentuan pada bagian-bagian isi, ragam,
dari penonton yang ditargetkan oleh produsen pemeran, dan wahana iklan, juga berlaku bagi
film. Tidak semua penempatan produk periklanan penempatan produk”. Hal ini berarti
dianggap buruk. Penempatan produk secara praktik ini juga harus mematuhi pedoman etika
denotatif dinilai baik, jika produsen film yang telah diatur oleh EPI. Pedoman etika (code
mempertimbangkan kemampuan penonton ethics) periklanan ini terdiri dari dua tatanan
dalam menerima tanda tanpa mengabaikan pokok, yaitu tata krama (code of conducts)
etika, estetika, dan logika penempatannya atau tatanan etika profesi dan tata cara (code of
dalam film. practices) atau tatanan etika usaha.
Suatu iklan yang baik adalah iklan yang Dalam praktiknya, etis atau tidaknya suatu
menampilkan dua faktor penting, yaitu etis penempatan produk bukan hanya berdasarkan
dan estetis. Suatu iklan dikatakan etis ketika hukum atau peraturan tertulis, tetapi berdasarkan
ia menampilkan kejujuran, kepantasan, dan nilai moral yang berkembang di masyarakat.
tidak bertentangan dengan norma-norma yang Etika dalam konteks ini adalah masalah benar
berlaku. Sedangkan iklan dapat dikatakan atau salah, atau tindakan moral yang berkenaan
mengandung nilai estetis ketika iklan memilki dengan setiap aspek komunikasi pemasaran.
nilai seni tinggi untuk mengundang daya tarik Etika dan moralitas akan digunakan secara
calon konsumen. bergantian dan dianggap sinonim dengan
Iklan tersisip atau penempatan produk yang perkataan, seperti kejujuran, kehormatan,
telah diuraikan oleh peneliti memperlihatkan kebaikan, dan integritas dalam komunikasi
bahwa ada beberapa yang kurang pantas. Pantas pemasaran (Shimp, 2000)
dalam hal ini diartikan sebagai ketidaksesuaian Peraturan penempatan produk juga terdapat
antara kenyataan dan apa yang digambarkan dalam ketentuan iklan tersisip pada butir 2.29.1
dalam film. Sebenarnya yang menjadi masalah menyebutkan bahwa, “Boleh dilakukan selama
dalam penempatan produk pada film ini terletak tidak disembunyikan atau disamarkan sehingga
pada ketidaksesuaian setting dan fakta produk. khalayak dimungkinkan untuk secara jelas
Berdasarkan Etika Pariwara Indonesia mengidentifikasinya sebagai iklan”. Butir ini
(Dewan Periklanan Indonesia, 2014) mengenai berkaitan dengan makna denotatif pada suatu
ketentuan penempatan produk butir 4.14 adegan dalam film. Namun, pernyataan ini
menyebutkan bahwa, “ Pemaduan produk memunculkan sebuah dilema ketika dikaitkan
(product placement/integration) segala dengan nilai estetika.

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 73

Selain etika, etis atau tidaknya penempatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh

produk juga dapat dilihat dari segi estetikanya. karena itu, setiap pemaknaan tanda bukan

Estetika mempersoalkan dan menyelidiki berasal dari tanda itu sendiri, melainkan

hakikat, dasar, dan ukuran pengalaman bagaimana emosi, budaya, dan nilai yang sudah

keindahan. Oleh karena itu, ketika memasukkan tumbuh bersama pembaca.

produk sisipan harus melihat dari segi Akar dari kritik tentang etis atau tidaknya

kepantasannya. Apakah penempatan produk sebuah penempatan produk adalah ketika

dalam film terlalu terlihat “ngiklan” atau terlihat iklan di dalamnya cenderung menggambarkan

menyatu dengan baik dengan jalan cerita. kelompok tertentu dengan cara yang sempit

Film merupakan suatu karya seni yang dan mudah ditebak. Untuk mengetahui sejauh

dituangkan dalam bentuk audio- visual yang mana suatu penempatan iklan dapat mereduksi

memiliki sebuah alur cerita sehingga dapat isi film, maka dapat dilakukan dengan cara

menarik perhatian penonton. Bukan hanya melihat iklan tersebut secara konotatif.

berdasarkan alur cerita sebuah film dapat Makna konotatif penempatan produk

dikatakan bagus, tetapi dibantu dengan aktor, dikatakan menjadi pengabur dalam film jika

lokasi, teknik pengambilan gambar, dan makna adegan yang disisipi produk sponsor

proses editing yang mumpuni. Jika di dalam mengalami perubahan atau pembelokan

sebuah film dimasukkan hal-hal yang tidak makna dari konteks cerita yang sesungguhnya.

berkaitan, apalagi cukup menonjol yang dapat Hal ni juga dapat terjadi ketika iklan salah

mengganggu penonton ketika sedang menikmati merepresentasian sebuah produk dan konsumen

jalan cerita, maka nilai estetis telah diabaikan atau penonton mempercayainya sebagai

dalam pembuatan film ini. representasi yang benar.

Makna Konotatif berkaitan langsung Sebenarnya praktik product placement

dengan kapan produk itu muncul, dalam adegan diperbolehkan, asalkan mengikuti aturan-aturan

seperti apa, dan bagaimana penempatannya. yang tercantum dalam Etika Pariwara Indonesia

Dengan demikian, kita nantinya akan (EPI), terutama pada butir 4.14 tentang

mengetahui alasan dan maksud tertentu penempatan produk yang berbunyi: “Pemaduan

mengapa produk tersebut dimasukkan ke dalam produk (product placement/integration) segala

suatu adegan tertentu. ketentuan pada bagian-bagian isi, ragam,

Konotasi, walaupun merupakan sifat asli pemeran, dan wahan iklan, juga berlaku bagi

tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar periklanan penempatan produk,” yang berarti

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
74 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

ketentuan untuk produk yang disisipkan juga

harus memerhatikan tata krama dan tata cara

beriklan.

Hal yang perlu digarisbawahi dalam

penelitian ini adalah adanya peran pembaca.

Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda,


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2
membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat
Gambar 9. Placement Samsung (1)
berfungsi. Oleh karena itu, setiap pemaknaan
produk Indonesia naik sebesar 60%. Makna
tanda bukan berasal dari tanda itu sendiri,
ini adalah cikal-bakal yang menggiring makna
melainkan bagaimana emosi, budaya, dan nilai
ke mitos karena mengenarilisasikan kuantitas
yang sudah tumbuh bersama pembaca.
menjadi tolak ukur sebuah kualitas. Makna
Penelitian ini bertujuan ingin melihat
ini disebut kuantifikasi kualitas, di mana
representasi penempatan produk sebagai bentuk
kualitas direduksi ke kuantitas, termasuk
kaburnya batas etis, berikut adalah beberapa
semua tingkah laku manusia, realitas sosial,
cuplikan yang secara konotatif memiliki
serta politik direduksi kepada penukaran nilai.
maksud tertentu.
Karena penjualan di minimart Fahri naik
Munculnya kardus Milky, produk asal
sebesar 60%, makna yang tersirat seolah-olah
Indonesia dalam salah satu adegan film Ayat-
produk Indonesia diterima dan digemari oleh
Ayat Cinta 2 pada gambar 8 dapat menjadi
masyarakat Edinburgh karena penjualan yang
salah satu tanda konotatif yang nantinya akan
sangat baik.
melahirkan sebuah mitos. Pada hasil penelitian,
Selain produk di atas, film Ayat-Ayat Cinta
dijelaskan bahwa penanda konotatif yang
2 cukup banyak menyisipkan produk Samsung,
terbentuk dari adegan ini adalah penjualan
baik itu jenis tablet ataupun ponsel pintar.

Dari beberapa adegan tersebut, scene ke-15

dalam film Ayat-Ayat Cinta 2 memiliki makna

konotatif bahwa ponsel pintar dapat digunakan

untuk berswafoto dan bertelepon.

Jika kita kaitkan dengan konteks

Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2 cerita, ponsel pintar ini seolah secara samar

Gambar 8. Placement Milky mengambil alih cerita tentang pertemuan Hulya

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 75

secara hukum. Namun, apabila iklan dikaitkan

dengan etika, maka iklan tersebut harus

bertanggung jawab dan tidak menyesatkan

dalam membentuk opini atau pemikiran dari

objek iklan itu sendiri.

Dalam product placement, mitos akan


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2
menjadi pengabur batas etis beriklan dalam film
Gambar 10. Placement Samsung (2)
ketika informasi dan positioning produk yang

dan Fahri menjadi iklan Samsung. Kehadiran ditampilkan dalam film tidak sesuai dengan

ponsel terlalu tiba-tiba dan intens untuk satu informasi dan fakta produk yang sebenarnya

adegan, yaitu berswafoto berulang kali dengan dan dipercaya sebagai sebuah realitas.

menampilkan merek Samsung dari bagian Mitos pada penempatan produk digunakan

belakang dan depan, hingga cara memegang untuk memperkuat atau membentuk citra

ponsel yang memperlihatkan merek Samsung produk yang hidup di tengah masyarakat

setelah Fahri menerima telepon. melalui adegan-adegan dalam film. Dengan

Penempatan produk pada gambar 9 dan demikian, akan muncul suatu kepercayaan para

10 tidak mengikuti tata krama dan tata cara penonton terhadap merek atau produk.

beriklan karena menampilkan produk Samsung Etika normatif merumuskan prinsip-prinsip

secara gamblang dan berulang. Hal ini tidak etis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan

sesuai dengan EPI pada butir 4.14 bahwa cara rasional dan dapat digunakan dalam praktik

penempatan produk tidak boleh membuat rancu (Bertens, 2011, 20). Dengan demikian, penulis

sebuah jalan cerita dalam film. mengaitkan perspektif ini dengan bagaimana

Mitos bukanlah suatu kebohongan, tetapi praktik penempatan produk dipandang sebagai

naturalisasi dan pendangkalan terhadap objek, suatu pelanggaran nilai etis dalam beriklan.

konsep, dan sejarah. Pikiran Barthes dalam Produk Wardah adalah kosmetik yang

masyarakat moderen, mitos adalah suatu identik dengan wanita muslim. Dan pada film

kebenaran yang dipercaya, tetapi kebenarannya ini digambarkan bahwa salah satu tokohnya,

belum tentu dapat dibuktikan kebenarannya. Hulya, seorang muslim juga menggunakan

Iklan merupakan suatu kebohongan yang produk ini. Namun, terdapat beberapa

dilegalkan. Ia dilegalkan karena diatur dalam minkonsepsi makna terkait fakta produk.

peraturan dan ketetapan yang sudah disahkan Pertama, terkait ketersediaan produk. Faktanya,

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
76 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2

Gambar 11. Placement Wardah


Gambar 12. Placement Simpati

produk pada gambar 11 hanya didistribusikan

di Indonesia dan Malaysia, sedangkan setting

film ini adalah Edinburgh, Skotlandia. Bukan

hanya itu, tokoh perempuan ini adalah seorang

warga negara Jerman, tetapi ia menggunakan

produk Indonesia. Selain itu, terdapat


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2
pendangkalan makna di mana produk yang
Gambar 13. Placement Samsung
dikenal sebagai kosmetik halal ini dimaknai
Berbicara tentang mitos yang ingin
hanya diperuntukkan kepada wanita muslim.
dibentuk oleh suatu produk, Samsung kembali
Mengingat uraian mengenai mitos produk
hadir dalam tataran mitos. Selain muncul
Wardah, peneliti kembali mereduksi makna
pada makna konotatif, Samsung secara tidak
yang terdapat dalam adegan yang menyisipkan
langsung ingin membuat penonton sadar akan
iklan Simpati dalam film Ayat-Ayat Cinta
positioning produknya. Jika dikaitkan dengan
2 dalam mitos. Pada tataran mitos, Simpati
tokoh dan isi cerita dalam film Ayat-Ayat Cinta
menggunakan film sebagai tempat membangun
2, maka Samsung memposisikan produknya
mitos tentang kualitas produknya.
sebagai produk yang digunakan oleh golongan
Sisipan produk pada gambar 12 bermaksud
menengah dan menengah ke atas (lihat gambar
untuk menanamkan mitos kepada penonton.
13).
Seperti tagline milik Simpati, “Your Everyday
Sama halnya dengan Samsung, Singapore
Discoveries” menunjukkan bahwa Simpati itu
Airlines sebagai sponsor film Ayat-Ayat Cinta
sebagai jalan keluar dari apa yang penonton cari
2 pada gambar 14 juga untuk membangun
atau inginkan, tentu saja terkait manfaat produk
mitos mereknya. Tagline Singapore Airlines,
dalam realita.

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 77

Etika Pariwara Indonesia (EPI) pada butir

4.4.8 menyebutkan bahwa, “Penayangan pesan

penaja secara tersisip dalam film utama hanya

dapat dilakukan jika informasi tentang adanya

penajaan itu sudah disampaikan sejak awal

penayangan film tersebut”. Butir ini jelas berisi


Sumber: Film Ayat-Ayat Cinta 2
tentang kewajiban praktisi perfilman untuk
Gambar 14. Placement Singapore Airlines
menginformasikan bahwa adanya iklan sisipan

“A Great Way To Fly” dan sebagai maskapai di dalam film agar penonton atau audiens sadar

dengan pelayanan terbaik di dunia pada April bahwa penempatan tersebut hanyalah sebuah

2018, serta korelasinya dengan keluarga Fahri iklan, bukan sesuatu yang dapat diasosiasikan

yang kaya raya, Singapore Airlines ingin dengan realita film.

menekankan bahwa ia adalah maskapai terbaik Relatif mudah untuk mendefinisikan etika,

pilihan orang-orang golongan menengah ke tetapi sulit untuk mengidentifikasi apa yang etis

atas. atau tidak etis dalam komunikasi pemasaran,

Berdasarkan produk dan/atau merek yang salah satunya dalah beriklan (Shimp, 2000:92-

telah diuraikan oleh penulis, yang ditakutkan 93). Dalam komunikasi pemasaran tentu

di sini adalah ketika mitos itu berkembang saja mengutamakan segmenting, targeting,

menjadi realitas yang diyakini oleh penonton. dan positioning. Salah satu unsur yang

Pada kenyataannya, tidak semu penonton, yang menjadi perdebatan adalah ketika maksud

dalam hal ini adalah konsumen, mempunyai dari penempatan produk dalam film semata-

standar kemampuan menyerap informasi mata hanya untuk memudahkan pengiklan

secara sama. Meskipun kenyataannya memang menargetkan audiens sesuai dengan pasarnya.

sulit untuk membuat suatu iklan yang dapat Praktisi pemasaran yang berpengalaman

dimengerti secara umum dan sama, apalagi iklan telah menerima adanya pembenaran strategis

di dalam flm, tetapi produsen film dan pengiklan mengenai target marketing. Namun, ada

harusnya menempatkan produk sesuai dengan kemungkinan bahwa beberapa kasus dari

fakta dan realitanya, bukan memaksakan suatu targetting yang dikhawatirkan tidak memenuhi

produk dan/atau merek masuk ke dalam adegan kebutuhan dan keinginan konsumen, melainkan

yang nantinya akan membuat persepsi baru hanya merupakan eksploitasi terhadap

terhadap produk dan/atau merek tersebut. kelemahan konsumen sehingga target marketer

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
78 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

dapat menang sedangkan masyarakat kalah. Di penyisipan produk, setidaknya ada tambahan

sinilah tersisa masalah etika yang tidak dapat unsur audio agar ada redundansi yang

dipecahkan hanya dengan sebuah klaim bahwa dirasakan. Selain itu, pemaknaan juga dapat

targetting adalah pemasaran yang sangat bagus. dilihat dari segmentasi pasar tersebut. Dengan

Berdasarkan penjelasan mengenai makna begitu, kita dapat mengetahui nilai apa saja

denotatif, konotatif, dan mitos beserta kaitannya yang sudah ada di dalam dirinya dan bagaimana

dengan etika dalam beriklan memperlihatkan ia akan mengidentifikasi serta mengasosiasikan

bahwa product placement adalah suatu hal yang kehadiran produk, film, dan dirinya.

wajar, bahkan dibutuhkan dalam membantu Iklan dianggap para praktisinya amat

produksi secara finansial dan penguat realisme bertanggung jawab terhadap segala kejadian,

dalam film. Tetapi, ketika penanda dan petanda baik di dalam hidup dan dikritik oleh lawan

menunjukkan tanda yang berbeda dengan mereka sebagai penyebab sebagian besar hal

konteks cerita, maka di sana terdapat pergeseran yang buruk. Berikut adalah alasan yang jelas

makna. Pergeseran makna inilah yang menjadi mengapa iklan begitu mendapat kritikan tajam:

pengabur etika iklan dalam film sehingga ia ”Sebagai suara teknologi, (periklanan)

bisa dikatakan sebagai praktik yang tidak etis. diasosiasikan dengan berbagai ketidakpuasan di

Dalam pemaknaan ini, bukan hanya penanda tingkat industri. Sebagai suara dari kebudayaan

dan petanda yang bekerja, tetapi pemikiran massal, ia mengundang kritikan para intelektual.

dari penontonlah yang menilai sejauh mana Dan sebagai penjelmaan yang paling terlihat

makna yang dipahaminya. Apakah pada tataran dari kapitalisme, ia telah menyediakan tidak

pertama saja, denotatif, batas etis itu sudah kurang dari sebuah kekuatan bagi kritik sosial.”

terasa dilanggar, atau bahkan ia harus masuk ke Praktik ini memang tidak jauh dari

tataran kedua, mitos, untuk menguak berbagai kapitalisme yang masih saja melandasi

maksud yang ingin disampaikan dalam praktik bagaimana industri perfilman dan periklanan

penempatan produk ini, seperti membangun berjalan. Demi keuntungan yang mereka

dan mengembangkan mitos produk yang sudah dapatkan, para praktisi ini berusaha untuk

tumbuh di benak masyarakat. melakukan praktik product placement dengan

Jika dilihat dari sejarah dan kebudayaan mencari berbagai celah agar terkesan tidak

masa lalu, budaya visual masyarakat Indonesia melanggar kode etik periklanan. Hal inilah yang

belum terlalu bagus karena tradisi lisan disayangkan dari praktik product placement.

di Indonesia masih kuat. Jadi, setiap ada Meskipun peneliti memaparkan beberapa

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 79

contoh product placement dan menjelaskan Kemunculan produk secara denotatif ternyata

mengapa mereka dikatakan tidak etis, tetapi bukan hanya sekadar membuat penonton

perlu diingat bahwa tidak semua praktik product sadar akan kehadiran produk, tetapi juga akan

placement sepenuhnya dapat dikatakan tidak menimbulkan makna yang berbeda. Makna

etis. Realisme yang dibangun dari produk yang yang terbentuk tergantung dari penerimaan

nyata mampu memperkuat narasi dari film dan penonton dengan nilai-nilai serta latar belakang

menjadi nilai tambah bagi adegan dalam film. yang mendasari pemaknaan para penonton.

Product placement dengan asosiasi yang tepat Ketika makna dan konteks tidak berkaitan,

terhadap konteks tertentu, periode waktu, atau maka hal tersebut berarti batas etis beriklan

setting wilayah juga akan menambah otentitas dalam film menjadi kabur.

dari film. Product placement dianggap tidak Sedangkan makna konotatif berkaitan

etis apabila ada penonjolan yang berlebihan, langsung dengan kapan produk itu muncul,

penempatan pada plot hingga produk memegang dalam adegan seperti apa, dan bagaimana

peran penting yang tidak sesuai, atau pemaksaan ia ditempatkan. Peran pembaca sangat

kemunculan produk yang mengalihkan cerita berpengaruh dalam membentuk makna

atau narasi film dan justru terlihat sebagai konotatif.. Konotasi, walaupun merupakan sifat

adegan tidak relevan yang mengganggu. asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca

agar dapat berfungsi. Oleh karena itu, setiap


SIMPULAN
pemaknaan tanda bukan berasal dari tanda itu

Dari hasil dan pembahasan dan penelitian sendiri, melainkan bagaimana emosi, budaya,

yang telah diuraikan oleh peneliti, ada beberapa dan nilai yang sudah tumbuh bersama pembaca.

hal yang dapat disimpulkan bahwa makna Praktik product placement dalam film

denotatif merupakan makna yang paling nyata Ayat-Ayat Cinta 2 akan membuat kabur batas

dalam tanda. Pada praktik product placement, etis beriklan dalam film ketika makna adegan

makna denotatif merupakan makna yang paling yang disisipi oleh produk sponsor mengalami

eksplisit sehingga penonton dapat menyadari perubahan atau pembelokan makna dari konteks

kehadiran sisipan produk secara sadar dan cerita yang sesungguhnya. Atau dapat dikatakan

objektif. Walaupun sebagian besar penempatan pemaknaan terhadap sebuah adegan tidak lagi

produk dalam film ini termasuk implicit product pada konteksnya, tapi pada praktik product

placement, di mana produk atau logo hanya placement- nya. Bukan hanya itu, pengaburan

ditampilkan tanpa pemunculan fungsi produk. makna juga dapat terjadi ketika iklan salah

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
80 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81

merepresentasikan sebuah produk dan penonton dalam film.

mempercayainya sebagai representasi yang Sebagai praktisi komunikasi, khususnya

benar. dalam perfilman Indonesia, pihak rumah

Mitos pada praktik product placement produksi sebaiknya memikirkan produk-

terbentuk ketika terjadi pemaknaan oleh produk yang sesuai dengan konteks cerita serta

penonton. Mitos terjadi ketika makna konotatif integrasi yang tepat antara produk dan cerita

dipercaya kebenarannya. Dalam penempatan sehingga tidak memunculkan pembelokan

produk, mitos digunakan untuk memperkuat makna terhadap isi film. Selain itu, apabila

atau membentuk citra produk yang hidup di terdapat produk sponsor dalam film, sebaiknya

tengah masyarakat melalui adegan-adegan ditampilkan dan diinformasikan terlebih dahulu

dalam film. Dengan demikian, akan muncul kepada penonton sebelum film dimulai. Hal

suatu kepercayaan para penonton terhadap ini terkait peraturan dalam Etika Pariwara

merek atau produk. Dalam product placement, Indonesia (EPI) tentang media bioskop pada

mitos akan menjadi pengabur batas etis butir 4.4.8 yang berbunyi “penayangan pesan

beriklan dalam film ketika informasi dan penaja secara tersisip dalam film utama hanya

positioning produk yang ditampilkan dalam film dapat dilakukan jika informasi tentang adanya

tidak sesuai dengan informasi dan fakta produk penajaan itu sudah disampaikan sejak awal

yang sebenarnya dan dipercaya sebagai sebuah penayangan tersebut.”

realitas. Oleh karena itu, ketika melakukan


DAFTAR PUSTAKA
penyisipan produk dalam film, sebaiknya

lakukan penyesuaian antara fakta produk dan Alex Sobur. (2006a). Analisis teks media.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
keterkaitannya dengan adegan film.
Alex Sobur. (2006b). Semiotika komunikasi.
Penerimaan dan pemahaman dari Bandung: Remaja Rosdakarya.
penempatan suatu iklan dalam film tergantung Bressoud, E., & Lehu, J. (2008). Product
placement in movies: questioning the
dari penonton yang ditargetkan oleh produsen
effectiveness according to the spectator’s
film. Tidak semua penempatan produk viewing conditions. in F. C. Pereira, J.
dianggap buruk. Penempatan produk secara Veríssimo, & P. Neijens (Eds.), New Trends
in Advertising Research. Lisboa: Lisabo.
denotatif dinilai baik, jika produsen film
Bungin, M. B. (2011). Penelitian kualitatif.
mempertimbangkan kemampuan penonton Jakarta: Kencana Prenada.
dalam menerima tanda tanpa mengabaikan Day, L. A. (2006). Ethics in media
communication: cases and controversies.
etika, estetika, dan logika penempatannya

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 4, No. 1, Oktober 2019, hlm. 60-81 81

California: Wardsworth. Mirandha, I. Y. (2017). Perbandingan persepsi


Dewan Periklanan Indonesia. (2007). Etika khalayak antara iklan yang mengandung
pariwara Indonesia: tata krama dan tata humor dan tidak mengandung humor.
cara periklanan Indonesia Cetakan ke-7. PRofesi Humas: Jurnal Ilmiah Ilmu
(September), 0–94. Hubungan Masyarakat, 1(2), 112–123.
Dewan Periklanan Indonesia. (2014). Etika Moleong, L. J. (2008). Metode penelitian
pariwara Indonesia amandemen 2014. kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Edisi ke-2. Retrieved from http://p3i-pusat. Nuraryo, I. (2019). Kultur pop dan diskursus
com/wp- content/uploads/2015/11/EPI- ideologi kecantikan pada iklan di
2014- Final-SK-Perubahan.pdf. televisi. ProTVF, 3(2), 171. https://doi.
Hackley, C., & Nappolini, M. (2008). org/10.24198/ptvf.v3i2.21488.
Moviegoers’response to product placement: Primalia, I. (2006). Representasi product
a mise-en-scene analysis. London: The placement dalam film “Habibie Dan
School of Management Royal Holloway Ainun” Abstrak Pendahuluan Metode
University of London. Penelitian. 1–11.
Hidayat, D. R. (2015). Dinamika iklan Purnomo, Z. V. (2015). Product placement: Film,
pengobatan alternatif di televisi. Jurnal program televisi, video games atau musik?
Kajian Komunikasi, 3(2), 112–119. https:// Jurnal Studi Manajemen, 9(1), 100–114.
doi.org/10.24198/jkk.vol3n2.2. Retrieved from http://journal.trunojoyo.
Kumalawati, J., Leonid, W., & Rumambi, J. ac.id/kompetensi/article/view/1417.
(2012). Analisa sikap audience terhadap Sasono, E. et al. (2011). Menjegal film Indonesia.
product / brand placement Apple pada film 1–370.
“ Mission Impossible 4 (Ghost Protocol)”. Shimp, T. A. (2000). Periklanan promosi dan
Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(1), 1–7. aspek tambahan komunikasi pemasaran
Lechte, J. (2001). 50 Filsuf kontemporer. terpadu, edisi ke-5 jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Penerbit Kanisius. Shimp, T. A. (2014). Komunikasi pemasaran
Marketing.co.id. (2012). Film Indonesia yang terpadu dalam periklanan dan promosi.
”Jualan”. Retrieved March 10, 2018, from Jakarta: Salemba Empat.
website: https://marketing.co.id/film- Tandiono, E., & Rumambi, J. (2013). Analisa
indonesia-yang-jualan. pengaruh product placement dan brand
Mellawatie, A., Maryani, E., & Aristi, N. (2017). recall volvo terhadap sikap konsumen
Representasi laki-laki metroseksual dalam dalam film “ twilight saga: breaking dawn
iklan vaseline men face moisturizer. Jurnal (part 2).” Jurnal Manajemen Pemasaran,
Manajemen Komunikasi, 2(1), 10–17. 1(1), 1–8.

Etika praktik product placement dalam film Ayat-Ayat Cinta 2


(Kismiyati El Karimah, Putri Intan Ewie Syafitri, Uud Wahyudin)

Anda mungkin juga menyukai