Anda di halaman 1dari 7

KHATH DAN IMLA’

(Khat/Kaligrafi Islam, Sejarah Kaligrafi Islam, Perkembangan Tanda Baca Teks ,


Dan Sekilas Sejarah Kemunculan Beberapa Jenis Kaligrafi )

Kata kaligrafi berasal dari bahasa latin yakni, calios berarti indah dan graph yang berarti
tulisan. Jadi kaligrafi adalah tulisan yang indah. Dalam bahsa Arab dikenal dengan khat.
Secara terminologi, ada beberapa pengertian dari para tokoh pakar kaligrafi dengan sudut
pandang masing-masing. Menurut Ya’qut al-Musta’shimi (kaligrafer turki usmani) kaligrafi
adalah seni arsitektur rohani yang lahir malalui perabot kebendaan. Menurut Ubaidilah Ibnu
Abbas, kaligrafi merupakan lidahnya tangan dan menurut Syekh Syamsudin al-Akfani adalah
ilmu yang mengenalkan bentuk huruf tunggal, letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi
tulisan yang tersusun. Mengubah ejaan yang perlu diubah dan menentukan bagaimana untuk
mengubahnya.

Jadi kaligrafi adalah tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika yang bersumber pada
pikiran/ide dan diwujudkan dengan alat tulis yang diikat dengan kaidah aturan tertentu.

Dasar filosofis kaligrafi islam adalah :

Firman Allah

)۱ : ‫ (القلم‬. ‫ َو اْلَقَلُم َو مَاَيْس ُطُرْو َن‬.‫ن‬

)۱ :‫َو َلْو َنَّز ْلنَا َع َلْيَك ِكتَابًا ِفى ِقْر طَاٍس (األنعام‬

Sabda Rosullullah SAW

)‫َع َلْيُك ْم ِبُحْس ِن اْلَخ ِّط َفِإَّنُه ِم ْن َم فَاِتِح الِّر ْز َق (الحديث‬

“hendaklah kalian mempercantik tulisan, karena dia adalah kunci-kunci rezeki”. Ucapan yang
terbukti dan kemudian dipetik hasilnya oleh para seniman dan pengusaha kaligrafi.

Mengenai awal kelahiran kaligrafi Arab,


para ahli menganggap tulisan Arab merupakan pecahan dari akar tulisan Suryani.
Sementara dari kalangan orientalis ada yang berpegang pada teori lidzbarsky, bahwa Alfabet
Arab sebelum masa islam tumbuh dari tulisan funisia.Von de Bronden telah menemukan hasil
penelitiannya dan menyimpulkan bahwa tulisan Arab dan Kan’an tumbuh bersama kepingan
jazirah Sinai pada tahun 1904-1905 berhasil dibongkar beberapa ukiran yang ditulis deangan
khat yang mendekati bentuk tulisan mesir Hioregliph. Alphabet Sinai pada hakikatnya
mengandung 28 huruf, tercakup didalamnya alphabet Arab.

Perkembangan khat adalah sebagi berikut :

1. khat mesir kuno adalah sumber kelahiran khat finiqi


2. khat finiqi terpecah menjadi Aramy dan Musnad
3. khat Aramy melahirkan khat nabthi, Satranjili dan Suryani
4. khat Musnad melahirkan khat Syafawi, lahyani, Tsamudi dan humery
5. khat Nabthi dipandang sebagai sumber model khat naskhi
6. khat Satranjili melahirkan khat koufi yang islam bernama Hieri dan serin disebut
dengan Jazm.

Khat turut berkembang hingga mencapai ratusan corak ragamnya pada zaman Dinasti
Abbasyiyah yang kemudian melalui seleksi alam disepakati ada enam tulisan besar yang
menjadi corak pokok dan dikenal sebagai Al-Aqlam al-Sittah oleh Ahwal al-Harir yaitu khat
tsulus, Naskhi, Muhaqqaq, Rayhani, Riqa dan Tawqi.

Ada beberapa gaya kaligrafi dan tokoh-tokoh yang diduga peletaknya diantaranya :

A. Naskhi, Hasil kodifikasi Ibnu Muqlah (w 328) di Irak


B. Tsulus, Hasil kodifikasi Ibnu Muqlah di Irak
C. Ijazah, Mir Ali Sultan di Turki 919 H
D. Riq’ah, Al-Mustasyar Mumtaz Bek di Turki 1280 H
E. Diwani, ibrahim Munif di turki
F. Ta’liq, Hasan Faris (w 372)
G. Tarasul, Hasan Faris di Persia
H. Koufi,
I. Tauqi’, Ciptaan yusuf Al-Syajari (w abad 3 H)
J. Rayhani, gaya-gaya kaidah yang disebut Al-tauhidi (w 400 H)

Pada abad 13 H ketika aliran-aliran dalam bentuk tulisan kembar yang bermiripan semakin
banyak maka Ibnu Muqlah menyaringnya mnejadi enam gaya saja yaitu : Tsulus, Naskhi,
Tawqi’, Rayhani, Muhaqqaq dan Riqa’.

Beberapa tokoh kaligrafer dan karya-karyanya :

1. Ibnu Muqlah, nama lengkap beliau adalah Abu Ali Shadr Muhammad bin Al-Hasan bin
Muqlah dan lahir pada tahun 272 H di Bagdad. Beliau mendapat dua gelar yakni Imamul Khatin
(panutan kaligrafer) dan Nabiyul Khat (nabinya kaligrafi), wafat pada tahun 940 H. belajar
kaligrafi dengan Ibrahim Alsajali. Adapun bentuk tulisan dianggap benar yang ditawarkan oleh
Ibnu Muqlah adalah : Tawfiyah (tepat), Itman (tuntas), Ikmal (sempurna), Isyba’ (padat), dan
Irsal (lancer). Dan husnul wad’inya adalah : Tarsif (rapat teratur), ta;lif (tersusun), tastir
(selaras, beres), Tansil (menyerupai pedang). Diciptakannya titik belah ketupat sebagai unit
ukuran.
2. Ibnu Al-Bawwab, bernama Abu Al Hasan Ali Alaudin bin Hilal yang sering pula dijuluki
Ibnu Abdul Aziz juga sering disebut dengan nama Ibnu Al-Bawwab. Berhasil mewarisi gaya
tulisan Ibnu Muqlah, beliau menulis 64 Mushaf al-Qur’an dengan cairan tinta emas yang amat
indah sehingga para ahli menyebutnya sebagai kalamullah fi ardhihi (pena Allah di Bumi).
Beliau wafat pada tahun 1022 M dan dimakamkan disamping Ibnu Hanbal di Bagdad.
3. Ya’qut Al-Musta’shimi, nama aslinya adalah Abu Dur Aminuddin Ya’qut Al-
Musta’shimi Ibnu Abdillah. Ya’qut adalah orang romawi asli dan orang-orang Turki Usmani
menjulukinya sebagai Qiblat al-Kutub (kiblat para penulis). Beliau merancang metode baru
pembuatan qolam bambu yang apik dengan potongan miring dan mengembangkan model baru
dari Tsulus.
4. Hafidz Usman, beliau adalah penghafal al-Quran maka oleh karena itu banyak orang
memanggilnya Hafidz Usman bi Ali yang lahir di Asitanah Turki, kemudian berhasil
memperolah gelar Khatat dari kaligrafer terkenal Agha qabuli (Ismail Affandi) pada umur 18
tahun. Beliau menulis 25 buku Mushaf Al-Qur’an dan sejumlah karya-karya indah yang pernah
dihimpun dalam sebuah “lukisan matahari”. Meski pada akhir hayatnya beliau menderita
penyakit lumpuh beliau tetap mengajar sampai wafatnya pada tahun 1698 M dan dimakamkan
di Rabath, setelah 40 tahun mengajar khat.
Perkembangan tanda baca teks Arab

dipelopori oleh abul Aswad Al-Du’aly (w 69 H/688 M), beliau adalah tokoh dan peletak
dasar-dasar ilmu nahwu disamping Ali ibnu Thalib. Abul Aswad mewariskan system
penempatan “titik-titik” tinta berwarna merah sebagai syakal yang menunjukan unsur-unsur
kata Arab yang tidak terwakili oleh huruf-huruf. Karena awalnya tulisan Arab tidak memakai
titik dan harokat, Penempatan titik-titik tersebut adalah :

- tanda fathah dengan satu titik diatas huruf

- tanda kasroh dengan satu titik dibawah huruf

- tanda dhomah dengan satu titik disebelah kiri huruf

- tanda tanwin dengan dua titik.

Usaha yang dirintis Abul aswad ini disempurnakan oleh kedua muridnya , Nasr bin
‘Ashim dan Yahya Ibnu Ya’mur. Mereka memberikan tanda pada huruf-huruf yang sama
bentuknya agar mudah dibedakan. Tandanya berupa garis sudut menyudut pendek dan
ditempatkan diatas atau dibawah tulisan. Bentuk syakal yang berupa garis diagonal sekarang
pada masa itu digunakan sebagai titik justru sekarang digunakan untuk membedakan bunyi-
bunyi pada tulisan yang sama, sebaliknya titik yang sekarang dipakai untuk membedakan
bunyi pada masa itu justru berfungsi sebagai syakal.

Namun Al-khalil menempatkan titik-titik pembeda ala abul Aswad untuk huruf-huruf
yang bersmaan bentuknya misalnya ba dengan satu titik dibawah, ta dengan dua titik
diatas, tsa dengan tiga titik diatas. Bukan lagi sebagai syakalseperti sediakala. Adapun untuk
menentukan huruf-huruf atau syakal Al Khalil memakai tanda yang terambil dari huruf yang
menjadi sumber bunyi tersebut. Kreasi Al-Kalil adalah “meringkas” huruf-huruf ‘illah yang
tiga.

Sekilas Sejarah Kemunculan Beberapa Jenis Kaligrafi Arab,

Para Sejarawan Arab berpedapat bahwa yang meletakkan dasar-dasar khath naskhi
adalah Ali ibn Muqlah (272-362 H) pada masa kekuasaan Abbasiyah.Statement ini tidak
menafikan pendapat lain khususnya pendapat Dr.Ibrahim Jama’ah yang sendiri menyatakan
bahwa khath naskhi telah dikenal sebelum Ibnu Muqlah bahkan jauh sebelum Islam.

Khath Tsulusi,para pakar kaligrafi berselisih pendapat mengenai asal nama Tsulutsi
dari tulisan ini.Ibn Muqlah sendiri menyebutkan untuk masa sebuah qolam/pena yang memang
berukuran tsulus (sepertiga) dari qolam khath Ghubar Hulbah yang merupakan asal pokok dari
pada tulisan ini.

Khath Diwani,Tulisan ini tumbuh dan berkembang pada masa kekuasaan Turki Usmani
di penghujung abad ke 15 M.Tulisan ini diciptakan pertama kali oleh kaligrafer bernama
Ibrahim Munif pada masa sultan Muhammad II.

Khath Parisi,Khath ini banyak digunakan oleh orang non Arab atau asing,khususnya di
kawasan Persia,juga banyak digunakan oleh penduduk Afghanistan dan Indo-
Pakistan.Penyebaran Islam ke kawasan Persia telah menjadi kecendrungan penduduknya
menggunakan khath tersebut,terlebih lagi untuk keperluan pengkajian Al-Quran.Dimana
sebelum Islam mereka banyak menggunakan huruf Bahlavi.

Khath Riq’iy,Di samping sebutan itu,khath ini juga disebut khath riq’ah.Riqa’ adalah
jama’ dari ruq’ah yang berarti lembaran daun kecil halus.Tulisan ini diduga keras berasal dari
perpaduan Naskhi dan Tsulutsi,namun bergaya Ghubar.

Khath Koufi,Pada awalpertumbuhan khath ini dinamakan Hieri atau Ambari.Pada


perkembangan selanjutnya dia disebut khat koufi walau banyak mirip dengan khath Nabthi.
Dan pendapat sebagian sejarawan bahwa khath koufi disebut juga khath jazm yang
terinspirasi dari potongan-potongan khath musnad.

Khath Rayhani,Namanya diambil dari kata-kata al-raihani yang berarti tumbuh-


tumbuhan wanita yang molek batangnya dan harum baunya,Tulisan ini diciptakan oleh Ibnu
al-bawwab sebagai pecahan yang dikembangkan dari asalnya; Naskhi,Tsulutsi,dan
Muhaqqaq,yang terakhir disebut ini adalah tulisan yang paling dianggap sebagai saudara
kandung khath Rayhani.

Khath Muhaqqaq,digolongkan dengan jenis tulisan yang berumur tua.Mulanya,hanya


merupakan suatu gaya yang sedikit berbeda dengan khath koufi,yakni huruf-hurufnya kurang
menyudut dari pada koufi,dengan ikatan-ikatan ruang yang indah.

(Hamzah, Alif Layyinat,Penambahan Huruf Pada Suatu Kata


,Pengurangan Huruf dari Suatu Kata,Dan Pemisahan Penggabungan antar kata/huruf)

Hamzah dapat disebut juga dengan alif yabisat yaitu huruf khusus yang dapat diberi
harokat.

Secara umum posisi hamzah ada tiga

a. Terletak diawal kata


Wujudnya tetap berbentuk alif, baik berupa hamzah qot’i (hamzah yang harus dilafalkan
tanpa terkecuali baik berada diawal maupun tergabung dan wujudnya berbentuk alif disertai
hamzah) ataupun hamzah washl (alif diawal kata yang tak berhamzah, apabila diawal kata ia
harus dilafalkan hamzah dan tidak dilafalkan jika digabungkan).

b. Terletak ditengah kata


Hamzah ini mempunyai lima bentuk, yaitu berbentuk alif yang terdapat ditiga tempat
(berharokat fathah setelah huruf yang berharokat fathah, berharokat sukun setelah huruf
yang berharokat fathah dan berharokat fathah setelah huruf shohih yang berharokat sukun
dan setelahnya alif mutsana dan alif pengganti tanwin).

Berbentuk waw terdapat dilima tempat (hamzah berharokat sukun setelah dhomah,
berharokat fathah setelah dhomah, berharokat dhomah setelah huruf bersukun, berharokat
dhomah setelah berharokat fathah, berharokat dhomah setelah huruf yang berharokat
dhomah pula).

Berbentuk ya’ terdapat dilima tempat (hamzah berharokat kasroh setelah huruf-huruf
yang berharokat, berharokat kasroh setelah huruf yang berharokat sukun, berharokat sukun
setelah huruf yang berharokat kasroh, berharokat dhomah setelah huruf yang berharokat
kasroh dan berharokat fathah setelah huruf yang berharokat kasroh).

Hamzah mandiri terdapat diempat tempat (hamzah berharokat fathah setelah huruf mad
sukun, berharokat fathah atau dhomah setelah waw sukun atau waw tasydid yang berharokat
dhomah, hamzah terletak sebelum huruf mad, berharokat fathah setelah huruf shohih yang
sukun dan sebelum alif tanwin atau alif tatsniyah).

Hamzah diatas nibroh yakni hamzah yang didahului oleh huruf ya’ sukun.
c. Terletak diakhir kata
Terdapat diempat tempat (ditulis dalam bentuk alif jika sebelumnya berharokat fathah,
ditulis bentuk ya’ jika sebelumnya huruf berharokat kasroh dan ditulis secara mandiri jika
sebelumnya berharokat sukun dan terdapat huruf waw tasydid yangberharokat dhomah).

Alif layyinah adalah huruf yang tidak dapat diberi harokat, ia terdapat didua tempat :

Alif layyinah tengah wujudnya mutlak berbentuk alif baik huruf asli maupun gubahan dan Alif
layyinah akhir wujudnya berbentuk ya’.

Penambahan huruf umumnya diberlakukan pada huruf Alif (penambahan alif ditengah
pada kata ‫ مائة‬tunggal dan gabungan, dan alif diujung setelah waw jama’ah pada fi’il madhi,
amar dan mudhori’ nasob dan jazm, akhir isim mufrod yang berharokat fathatain dan bait
syair sebagai qofiyah) dan Waw (penambahan waw ditengah terdapat pada kata ,‫ اول??و‬,‫اولى‬
‫ اوالت‬dan penambahan waw diujung pada kata benda dengan syarat ‘alam dan setelah mim
jamak).

Anda mungkin juga menyukai