Anda di halaman 1dari 3

Karya Abbas Mahmud al-Aqqad

The Genius of Umar


The Genius of Mohammed
Sarah

The genius of Christ


Falsafah al-Qur’an
Ibrahim Abu Al-Anbiya
'Amr ibn al-'As

Novel Sarah adalah karya yang unik dari seorang yang dijuluki dengan Imlaq al-’Arab (Penulis Besar Arab), Abbas
Mahmud al-’Aqqad. Novel ini dikatakan unik karena satusatunya karya yang ditulis dalam bentuk novel di tengah
karya-karyanya yang begitu banyak. Cukup mengagumkan kita bahwa al-’Aqqad telah menulis 83 buku dalam
berbagai bidang keilmuan dan 10 antologi puisi. Kemunculan novel ini cukup memancing beragam tanggapan dari
berbagai kalangan, baik dari para sastrawan, penulis, dan pembaca umumnya, baik tanggapan yang posistif maupun
negatif, khususnya ketika dikaitkan dengan sisi kehidupan pengarangnya dan kondisi masyarakat di saat ia hidup.
Atas karya-karyanya yang begitu banyak, ia dijuluki sebagai Imlaq al-‘Arab (Penulis Besar Arab)
(‘Abdullah, 1976: 1). Ia juga dijuluki sebagai al-Jami’ah al-Muntaqilah (Kampus Berjalan) (al-Syamari,
1400 H: 5) dan dianggap berkemampuan al-Saqafah al-Mausu’iyyah (KepandaianEnsiklopedis) (‘Umri,
t.t.: 89).

RESEPSI SASTRA
NOVEL SARAH KARYA ‘ABBAS MAHMUD AL-‘AQQAD
Oleh: Uki Sukiman
Abbas Mahmud al-Aqqad, pembaru puisi Arab abad ke-20
Di usia remajanya, Abbas al-Aqqad rela bekerja untuk membeli buku agar hobinya membaca
terpuaskan. Bahkan ia membaca lapan jam sehari. Akibatnya, ia telah piawai menulis di saat
usianya masih sangat muda.
Bayangkan, di usia 16 tahun ia telah menerbitkan majalah mingguan Raj’u Sada. Ia juga menjadi
penulis pada majalah al-Jaridah pimpinan Ahmad Lutfi al-Sayyid dan majalah al-Zahir
pimpinan Abu Syadi.
Ia juga pernah bergabung dalam penerbitan surat kabar al-Dustur. Di bidang jurnalistik ini, ia
dibimbing oleh ulama penulis terkenal; Muhammad Farid Wajdi. Kecerdasan dan ketajaman
tulisan al-Aqqad telah membuat terkesima guru-gurunya, seperti Muhammad Abduh, Sa’ad
Zaglul Pasha, Abdullah Nadim, dan Syekh Fakhrudin Muhammad.
Penggalan kesan Syekh Ahmad Thayyib, syekh al-Azhar, Mesir berikut ini bisa menggambarkan
kualitas al-Aqqad. ‘Saya adalah pencinta karya-karya al-Aqqad. Dia adala sosok manusia yang
mampu membentuk dirinya sendiri. Dia adalah pemilik nalar raksasa. Apapun yang ditulisnya,
tulisannya sangat mendalam.’
Sebagai sastrawan, Abbas al-Aqqad memiliki ciri yang brilian. Paduan antara perasaan yang
dalam dengan pemikirannya begitu serasi. Karya puisinya memaparkan pendapat-pendapat yang
cerdas.
Ia tidak lagi mempermasalahkan bentuk puisi, tapi lebih menekankan pada maknanya. Gaya ini
dalam sastra Arab dinamakan puisi bebas (syi’r mursal).  Ia mengkritik puisi dan prosa yang
penuh hiasan dan lebih mengarahkan kepada susunan kata yang penuh arti dan padat isi.
Puisi bertema kontemporer, meninggalkan puluhan karya
Bersama sejawatnya Abdurrahman Syukri (1889-1958) dan Ibrahim Abdul Qadir al-Mazini
(1890-1949), Abbas al-Aqqad menyambut ide pembaharuan sastra Arab dengan membentuk
aliran baru yang disebut Kelompok Diwan.
Intinya, kelompok ini sesungguhnya merupakan antitesis dari aliran Neo Klasik. Mereka
menolak kesatuan bait dan memberi penekanan pada kesatuan organis puisi, mempertahankan
kejelasan, kesederhanaan, dan keindahan bahasa puisi yang tenang.
Di samping itu, mereka mengambil segala macam sumber untuk memperluas dan memperdalam
persepsi dan sensitivitas rasa penyair. Karakteristik lainnya, tema-tema yang diangkat dalam
karya-karya kelompok ini berkaitan dengan persoalan-persoalan kontemporer seperti
humanisme, nasionalisme, dan Arabisme. Karya-karya yang dihasilkan juga banyak dipengaruhi
romantisme dan model kritik Inggris.
Abbas Al-Aqqad meninggal di Kairo, Mesir tanggal 13 Maret 1964. Ia memang tidak
meninggalkan anak dan istri karena hidup melajang. Namun, ia telah meninggalkan puluhan
karya, seperti 10 antologi puisi, di antaranya Abir Sabil, Hay al-Arbain, ‘Asafir al-Maghrib, dan
Hidayat al-Karwan.
Satu-satunya novel karya al-Aqqad berjudul Sarah banyak dikaji peneliti. Pemikiran orisinalnya
tentang obsesi kemajuan ummat Islam terkumpul dalam Mausu’ah Abbas Mahmud al-Aqqad
(1970). Di samping itu  terdapat 83 karya yang lain, baik kritik sastra maupun  tema lain.

Sumber:
https://today.salamweb.com/id/abbas-mahmud-al-aqqad-pembaru-puisi-arab-abad-ke-20/

Kutipan
Dia pernah ditanya: Mengapa Anda suka membaca? Dia jawab singkat: Karena hidup yang satu
itu tidaklah cukup. Maksudnya, dengan banyak membaca Anda bisa memperluas dunia Anda.
Kalaulah dunia ini terasa singkat, maka cara memperpanjangnya ialah dengan banyak menulis
dan banyak membaca.

Anda mungkin juga menyukai