Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KRITIK SASTRA

DI TIMUR TENGAH
PENDAHULUAN
 Dalam disiplin ilmu sastra, naqd atau kritik sastra
merupakan salah satu dari tiga bagian ilmu sastra
yang terduri dari teori sastra(nazariyyah al-adab),
sejarah sastra (tarikh al-adab) dan kritik sastra.
◦ Ketiga bagian ilmu sastra tersebut saling berkaitan dan
ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Kritik
sastra misalnya tidak akan mencapai sasaran apabila teori
sastra dan sejarah sastra tidak dijadikann landasan berpijak.
Demikian pula dengan teori sastra dan sejarah sastra, karena
sastra tidak akan pernah sempurna tanpa bantuan sejarah
dan kritik sastra sepanjang zaman. Hal yang sama terjadi
juga dalam sejarah sastra, karena sejarah sastra tidak dapat
dipaparkan apabila teori dan kritik sastra tidak jelas.
PEMBAHASAN
 KRITIK SASTRA MASA JAHILIYAH
Kritik sastra Arab telah muncul sejak masa Jahiliyah (pra
Islam) khususnya dalam moment pasar raya Ukazh yang tidak
saja berpungsi sebagai pasar material tetapi juga sastra dan
budaya yg melahirkan banyak karya sastra /puisi muallaqat.
Al-Nabighah al-Dzibyani misalnya pernah mengkritik Hassan
bin Tsabit ketika Hasan dalam sebuah syair menyebut kata
jafnaf (sarung-sarung pedang) asyaf (pedang-pedang) dan
membanggakan anak keturunan.
Menurut al-Nabighah, diksi yang digunakan kurang tepat,
karena kata jafnaf merupakan kata jamak yang kejamaan
(arti banyak) minimal, tidak maksimal. Demikian pula dengan
membanggakan anak. Menurut al-Nabighah kurang tepat
karena tradisi Arab Jahiliyah yang dominan, seharusnya Hasan
mengungkapkan kalimat membanggakan nenek moyang.
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA MASA AWAL ISLAM
Pada masa awal islam, Nabi sendiri bahkan pernah melakukan
kritik-kritik terhadap syair-syair haja’(ejekan) yang diungkapkan
Hasan bin Tsabit, Ka’ab bin Malik dan Abdullah bin Rawahah,
ketika mereka melawan syair haja kaum Quraisy, sabdanya syair
kedua penyair yang disebut terakhir cukup baik, dan baik adalah
syair Hassan, karena penguasaan ya terhadap peristiwa-peristiwa
sejarah Arab. Begitu juga Nabi pernah memuji puisi Umayah bin
Abi Shalti al-Tsaqafi, penyair zaman Jahiliyah terkenal dari Taif
yang tak suka minum khamar dan menyembah berhala. Puisi
Khansa seorang penyair wanita zaman Jahiliyah dan meminta
mereka untuk menambah puisinya.
Pada masa selajutnya, Umar misalnya pernah memuji Zuhair bin
Abi Sulma sebagai penyair terbaik karena syair-syairnya tidak ada
pengulangan kata, tidak menggunakan kata asing dan syair
pujiannya berdasarkan kenyataan orang yang dipuji.
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA ABAD II HIJRIYAH
Pada abad ke II H (sekitar abad VIII M), lahirlah para
kritikus seperti Abu Umar bin ‘Ala dan Usmu’i yang
mereview banyak syair Arab Jahiliyah dan melakukan
studi banding antara satu dengan lainnya. Periode
ini merupakan periode tadwin (kodifikasi) terhadap
syair-syair sebelumnya yang berserakan dalam
hafalan orang-orang Arab, buku kodifikasi syair al-
Usmu’i dinilai para ahli paling memiliki akurasi
sastra Arab Jahiliyah, karena ketelitiannya. Periode
ini agak berbeda dengan periode sebelumnya,
karena periode ini merupakan periode dimulainnya
tradisi tulis dalam kritik sastra Arab.
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA ABAD III HIJRIYAH
Pada Abad ini, kritik sastra mengalami
perkembangan ketika muncul kritikus seperti Ibn
Qutaibah yang menulis “ al Syi’r wa al-Syu’ara” dan
al-Jahiz yang menulis “al-Bayan wa Tabyin”. Kritik
sastra pada masa ini mengandalkan ukuran kritik
ketepatan kaidah, orisinalitas (plagiat atau bukan).
Gaya bahasa yang solid (baik), ukuran maknannya
dan menggunakan metode perbandingan. Bahkan,
kata Naqd atau kritik sendiri pertama kali
digunakan untuk sastra pada abad ini.
  
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA ABAD IV HIJRIYAH
Pada masa ini mengalami masa matang. Pada periode
ini, definisi dan unsur-unsur syair dan orasi menjadi
lebih jelas, munculnya kajian terhadap struktur puisi
dan estetika sastra, menguatnya ukuran orsinalitas
dalam kritik. Dan lahirnya metode badi’ bahkan metode
perbandingan yang muncul sejak abad II H menjadi
sangat detail seperti perbandingan anatara Abu
Tamam dan al-Bukhturi. Diantara kritikus pada masa
ini adalah Hassan bin Basyar al Amidi yang menulis
“al-Muwazanah baina Abi Tamam wa al-Buhturi” dan
Qudamah bi Ja’far yang menulis “Naqd al-Syuara”.
  
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA ABAD V HIJRIYAH
Pada periode ini adalah periode emas dimana
kritik sastra Arab banyak memusatkan
perhatian pada kemu’jizatan puitika al-Qur’an
dan aspek estetika bayan. Diantara kritikus
yang lahir pada masa ini adalah Ibn Rasyiq al-
Qarawani yang menulis “al-Umdah fi mahasin
al-Syi’ri wa adabihi wa Naqdihi” dan terutama
Abd Qahir al-Jurjani yang menguasai teori
sastra Plato dan Aristoteles dan menulis buku
“Dalail al-I’jaz dan Asrar al-Balaghah”.
  
LANJUTAN
 KRITIK SASTRA ABAD VI HINGGA MODERN Pada abad
ke enam (masa persentuhan dunia arab dengan
kolonialisme barat yang terjadi pada abad 13 H/19 M),
kritik sastra mengalami kemandekan, meskipun
demikian pada periode ini, kritik sastra arab mengenal
beberapa tokoh kritikus sastra yakni Al-Atsir sebagai
kritikus terpenting yang menulis buku “ al-Mitsl al-
Syair”(contoh yang berjalan) dan Ibn Sina al-Malik yang
menulis kaidah jenis sastra muwasyah (syair yang tidak
terikat oleh qafiyah) dalam bukunya “ Dar al-Tiraz”
 Periode modern (sejak abad 13-14 H/19-20 M),
sejarah kritik sastra Arab kemudian bangkit kembali
dan bermunculan kritikus-kritikus sastra dari berbagai
kecendrungan atau tren
LANJUTAN
 pertama Tren kritikus sastra klasik yang berpijak
tradisi kritik sastra arab murni yang dipengaruhi
Al-Qur’an dan Hadits tokohnya Mustofa Sodiq ar-
Rafi’i. kedua Tren aliran kritikus westernis yang
berpijak pada tradisi (prinsif dan ukuran) kritik
sastra Barat seperti aliran kritik realisme,
maarxisme dan strukturalisme. Ketiga tren aliran
moderat yang menggabungkan tradisi kritik sastra
Arab Islam dan Barat semisal al-Aqqad. Keempat
tren aliran kritikus Islamis (fundamentalisme Islam)
semisal Muhammad Qutb yang menolak tradisi
kritik sastra Barat, khususnya kritik sastra
marxisme dan realisme.

Anda mungkin juga menyukai