Anda di halaman 1dari 14

Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.

php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

JURNAL LITIGASI (e-Journal) Manuscript Template

Penafsiran dan Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Kasus Nenek Minah:
Suatu Analisis Mendalam

Arfa Shafiyatul Amalah(1)


Fakultas Hukum Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung, Jl. Lengkong Besar
No. 68 Bandung, Jawa Barat, Email: arfashofiyatulamalah@gmail.com

Geovani Brilliant(2)
Fakultas Hukum Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung, Jl. Lengkong Besar
No. 68 Bandung, Jawa Barat, Email: geovanievan7@gmail.com

Nabilla Shalsa Maulida(3)


Fakultas Hukum Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung, Jl. Lengkong Besar
No. 68 Bandung, Jawa Barat, Email: nabillasm05@gmail.com

Yulia Amini(4)
Fakultas Hukum Universitas Pasundan (UNPAS) Bandung, Jl. Lengkong Besar
No. 68 Bandung, Jawa Barat, Email: yuliaamini7@gmail.com

ABSTRACT
Artikel ini menganalisis secara mendalam peran hakim dalam menafsirkan dan
menemukan hukum dalam sebuah kasus hukum yang menjadi perhatian publik,
yaitu kasus Nenek Minah. Dalam penelitian ini, penulis menyelidiki dengan seksama
bagaimana hakim menggunakan teknik penafsiran dan penemuan hukum untuk
mencapai keadilan yang optimal dalam konteks hukum. Penulis menggunakan
metode penelitian hukum normatif dan empiris untuk menganalisis strategi hakim
dalam menjalankan tugasnya. Kasus Nenek Minah menjadi sorotan publik karena
kontroversi yang melingkupi keputusan hukum yang diambil dalam
penanganannya. Dalam konteks ini, peran hakim menjadi pusat perhatian karena

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

40
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

tanggung jawabnya dalam menafsirkan hukum yang berlaku dan mencari solusi
hukum yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan. Penulis menganalisis bagaimana
hakim menggunakan kerangka hukum yang ada untuk menafsirkan dan merinci
ketentuan-ketentuan hukum yang terkait dengan kasus tersebut. Hasil penelitian
menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh hakim dalam menyelesaikan
kasus tersebut, termasuk berbagai interpretasi hukum yang mungkin ada. Dalam
memahami strategi hakim, terungkap bahwa penggunaan teknik penafsiran seperti
metode sistemik untuk memahami hubungan antar undang-undang, dan
penafsiran teleologis untuk memahami tujuan hukum yang ingin dicapai, menjadi
sangat penting dalam proses pengambilan keputusan. Pemahaman yang
mendalam terhadap fakta-fakta kasus, potensi dampak putusan terhadap
masyarakat, dan kepekaan terhadap nilai-nilai keadilan menjadi pertimbangan
utama para hakim. Artikel ini berupaya memberikan kontribusi terhadap
pemahaman yang lebih luas mengenai peran hakim dalam menafsirkan dan
menemukan hukum dalam konteks kasus-kasus kontroversial. Temuan-temuan
dalam artikel ini dapat memberikan pandangan yang lebih mendalam bagi para
praktisi hukum, mahasiswa hukum, dan peneliti hukum yang tertarik untuk
memahami kompleksitas putusan hukum dalam konteks sosial yang terus berubah.
Keywords : Penafsiran Hukum, Penemuan Hukum, Kasus Nenek Minah, Hakim.
I. INTRODUCTION
Hukum dan masyarakat memiliki hubungan yang kompleks dan
dinamis. Hukum tidak hanya mencerminkan nilai-nilai sosial yang ada,
tetapi juga dapat mempengaruhi perubahan nilai-nilai tersebut.
Sebaliknya, masyarakat tidak hanya mematuhi hukum yang berlaku, tetapi juga
dapat menantang dan mengkritisi hukum tersebut. Salah satu kasus yang
menunjukkan hubungan ini adalah kasus Nenek Minah.
Nenek Minah adalah seorang petani miskin yang tinggal di Dusun Sidoarjo, Desa
Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah dia terdakwa
dalam putusan No. 247/PID.B/2009/PN.Pwt. Pada tahun 2009 silam, ia ditangkap
oleh polisi karena diduga mencuri tiga buah kakao milik PT Rumpun Sari Antan
(RSA), sebuah perusahaan perkebunan yang menguasai lahan di sekitar desanya.
Nenek Minah mengaku bahwa ia mengambil kakao tersebut tanpa izin, tetapi

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


41
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

hanya untuk dijadikan bibit di lahan garapannya. Ia juga mengembalikan kakao


tersebut dan meminta maaf kepada mandor perkebunan. Namun, PT RSA tetap
melaporkan Nenek Minah ke polisi dengan tuduhan pencurian. Alhasil, Majelis
Hakim PN Purwokerto saat itu memutuskan Nenek Minah dijatuhi hukuman 1 bulan
15 hari dengan masa percobaan 3 bulan.
Kasus ini menjadi sorotan publik karena dianggap tidak adil dan tidak manusiawi.
Banyak pihak yang membela Nenek Minah dan menuntut agar ia dibebaskan.
Mereka menganggap bahwa Nenek Minah adalah korban dari ketidakadilan sosial
dan ekonomi yang disebabkan oleh penguasaan lahan oleh perusahaan besar.
Mereka juga menganggap bahwa Nenek Minah tidak bermaksud mencuri, tetapi
hanya ingin bertahan hidup. Di sisi lain, ada juga pihak yang mendukung PT RSA
dan menuntut agar Nenek Minah dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.
Mereka menganggap bahwa Nenek Minah telah melanggar hak milik PT RSA dan
harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Mereka juga menganggap bahwa
Nenek Minah tidak bisa dibenarkan dengan alasan kemiskinan atau ketidaktahuan.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang bagaimana
hukum diterapkan dan ditafsirkan dalam konteks sosial yang kompleks. Hakim yang
menangani kasus ini dihadapkan pada dilema untuk menemukan solusi hukum
yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan. Hakim harus mempertimbangkan berbagai
aspek, seperti fakta-fakta kasus, undang-undang yang relevan, pandangan ahli
hukum, dan dampak sosial dari keputusan hukum.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran hakim dalam menafsirkan dan
menemukan hukum dalam kasus Nenek Minah. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengkaji dampak dari keputusan hakim terhadap keadilan hukum dan perubahan
sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan empiris.
Metode normatif digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kerangka
hukum yang digunakan oleh hakim untuk menafsirkan dan merinci ketentuan-
ketentuan hukum yang terkait dengan kasus tersebut. Metode empiris digunakan
untuk mengumpulkan dan menganalisis data terkait dengan dampak keputusan
hukum terhadap masyarakat secara lebih luas.
Penelitian ini menduga bahwa hakim berperan aktif dalam menafsirkan dan
menemukan hukum dalam kasus Nenek Minah. Hakim menggunakan berbagai

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

42
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

metode penafsiran, seperti penafsiran tekstual, sistemik, dan teleologis. Hakim juga
melakukan penemuan hukum dengan menggabungkan prinsip-prinsip hukum
yang ada dan menciptakan preseden baru yang sesuai dengan kebutuhan
keadilan. Penelitian ini juga menduga bahwa keputusan hakim memberikan
dampak positif terhadap keadilan hukum dan perubahan sosial. Keputusan hakim
dapat memberikan perlindungan bagi hak milik PT RSA, sekaligus memberikan
keringanan bagi Nenek Minah. Keputusan hakim juga dapat memberikan efek jera
bagi Nenek Minah agar tidak mengulangi perbuatannya, sekaligus memberikan
kesempatan bagi Nenek Minah untuk memperbaiki hidupnya.
II. RESEARCH METHODS
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
hukum, yaitu metode normatif. Metode normatif adalah metode penelitian
yang berdasarkan pada norma-norma hukum yang berlaku, baik yang tertulis
maupun yang tidak tertulis. Metode normatif bertujuan untuk mengkaji dan
mengkritisi peraturan perundang-undangan, doktrin, yurisprudensi, dan
prinsip-prinsip hukum yang terkait dengan masalah hukum yang diteliti.
Kelebihan dari metode normatif adalah dapat memberikan pemahaman yang
mendalam dan komprehensif tentang kerangka hukum yang berlaku dan
mengidentifikasi kelemahan atau kekurangan yang ada dalam hukum.
Kekurangan dari metode normatif adalah dapat bersifat subjektif dan tidak
memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang
berkaitan dengan hukum.
III. RESULT OF RESEARCH AND ANALYSIS
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis menemukan beberapa hal penting
terkait dengan penafsiran dan penemuan hukum oleh hakim dalam kasus
Nenek Minah. Berikut adalah beberapa poin utama yang penulis temukan:
• Hakim menggunakan penafsiran tekstual untuk menentukan makna
kata-kata dalam undang-undang yang relevan dengan kasus Nenek
Minah, yaitu Pasal 362 KUHP tentang pencurian. Hakim mengacu pada
definisi pencurian yang terdapat dalam KUHP, yaitu "barang sesuatu
yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, mengambilnya dengan jalan

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


43
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

mengambil kesempatan dalam keadaan". Hakim menilai bahwa Nenek


Minah telah memenuhi unsur pencurian karena ia mengambil 3 buah
kakao milik PT Rumpun Sari Antan (RSA) tanpa izin dan dengan maksud
untuk menjadikannya bibit di lahan garapannya. Hal ini sesuai dengan
hipotesis penulis bahwa hakim menggunakan penafsiran tekstual dalam
kasus Nenek Minah. Hal ini juga konsisten dengan penelitian Santoso,
yang menemukan bahwa penafsiran tekstual adalah metode penafsiran
yang paling sering digunakan oleh hakim dalam kasus-kasus pidana.
• Hakim menerapkan interpretasi secara historis terhadap kasus Nenek
Minah, hakim perlu memeriksa sejarah legislasi terkait pencurian dan hak
milik di Indonesia. Dalam kasus ini, hakim dapat merujuk pada sejarah
perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia
yang mengatur tindak pidana pencurian. Pada tahun 1995,
diberlakukan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pengesahan KUHP yang
baru, yang mencakup revisi pasal-pasal terkait pencurian. Perubahan
tersebut mencerminkan evolusi pandangan hukum terhadap tindak
pidana pencurian dan dapat memberikan petunjuk mengenai niat
legislator. Selain itu, hakim juga perlu menelusuri amendemen atau
perubahan pada undang-undang yang mengatur hak milik, khususnya
dalam konteks kasus ini, hak milik PT Rumpun Sari Antan (RSA). Informasi
mengenai amendemen atau perubahan dalam hukum kepemilikan
dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang hak dan kewajiban
perusahaan perkebunan, dan bagaimana hal tersebut dapat
memengaruhi penafsiran hukum terhadap tindakan Nenek Minah.
Selain fokus pada perubahan undang-undang secara spesifik, hakim
juga dapat menelusuri amendemen atau perubahan hukum yang
berkaitan dengan isu sosial, seperti kemiskinan atau hak asasi manusia.
Jika terdapat perubahan hukum yang menekankan perlindungan
terhadap individu dalam kondisi ekonomi rendah, hal ini juga dapat
memengaruhi pandangan hakim terhadap kasus Nenek Minah,
mengingat kondisi kemiskinan yang dihadapi oleh nenek tersebut. Hal
ini relevan dengan penelitian Khalid, yang menunjukkan bahwa dengan

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

44
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

memeriksa sejarah legislatif terkait pencurian, hak milik, dan isu sosial di
Indonesia akan membantu hakim dalam merumuskan keputusan yang
lebih tepat dan adil, mengingat berbagai pertimbangan hukum dan
sosial yang melibatkan kasus ini.
• Hakim juga menggunakan penafsiran sistemik untuk melihat hubungan
antara Pasal 362 KUHP dengan pasal-pasal lain dalam sistem hukum
yang berlaku. Hakim mempertimbangkan bahwa Pasal 362 KUHP
merupakan bagian dari Bab XX tentang Pencurian dalam Buku II KUHP
tentang Kejahatan. Hakim juga memperhatikan bahwa Pasal 362 KUHP
tidak memiliki ketentuan mengenai batas minimal nilai barang yang
dicuri sebagai syarat terjadinya tindak pidana pencurian. Hakim
berpendapat bahwa hal ini menunjukkan bahwa undang-undang tidak
membedakan pencurian berdasarkan nilai barang yang dicuri,
melainkan berdasarkan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal
tersebut¹². Hal ini sesuai dengan hipotesis penulis bahwa hakim
menggunakan penafsiran sistemik dalam kasus Nenek Minah. Hal ini
juga konsisten dengan penelitian Wahyudi, yang menemukan bahwa
penafsiran sistemik adalah metode penafsiran yang penting untuk
memahami hubungan antar undang-undang dalam sistem hukum.
• Hakim juga menggunakan penafsiran teleologis untuk mengetahui
tujuan dan maksud dari undang-undang yang diterapkan dalam kasus
Nenek Minah. Hakim mengacu pada asas legalitas yang menjadi dasar
dari sistem hukum pidana Indonesia, yaitu bahwa tidak ada tindak
pidana dan tidak ada hukuman tanpa adanya undang-undang yang
mengaturnya. Hakim menafsirkan bahwa tujuan dari Pasal 362 KUHP
adalah untuk melindungi hak milik orang lain dari tindakan pencurian
yang dapat merugikan pemiliknya. Hakim juga menilai bahwa maksud
dari undang-undang adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
masyarakat dan menegakkan supremasi hukum. Hal ini sesuai dengan
hipotesis penulis bahwa hakim menggunakan penafsiran teleologis
dalam kasus Nenek Minah. Hal ini juga konsisten dengan penelitian
Rahman, yang menemukan bahwa penafsiran teleologis adalah metode

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


45
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

penafsiran yang berguna untuk memahami tujuan dan maksud dari


undang-undang.
• Hakim menggunakan interpretasi secara authentik/resmi, dalam hal ini
seorang hakim memiliki tanggung jawab untuk merujuk pada
penjelasan resmi atau dokumen-dokumen pembuat undang-undang
yang menjelaskan makna kata-kata tertentu dalam Undang-undang
terkait pencurian. Pertama-tama, hakim dapat merujuk pada dokumen
Rancangan Undang-Undang (RUU) yang menjadi dasar pembentukan
suatu undang-undang. RUU ini seringkali dilengkapi dengan penjelasan
yang merinci tujuan, ruang lingkup, dan maksud dari setiap pasal yang
diusulkan. Melalui pembacaan RUU, hakim dapat memahami konteks
pembuatan undang-undang pencurian dan bagaimana pembuat
undang-undang mengartikan kata-kata kunci yang relevan. Selanjutnya,
dokumen Penjelasan Pasal yang menyertainya juga memberikan
pandangan resmi tentang makna kata-kata dalam suatu undang-
undang. Hakim dapat memeriksa apakah terdapat penjelasan resmi
terkait pasal-pasal yang terkait dengan tindakan pencurian dalam kasus
Nenek Minah. Dokumen ini menjadi sumber rujukan utama untuk
memahami niat pembuat undang-undang dan memberikan kerangka
interpretatif yang sesuai. Dokumen Pemberlakuan Undang-Undang
dapat memberikan gambaran tentang latar belakang dan alasan
pemberlakuan suatu undang-undang. Hakim dapat menelusuri
dokumen ini untuk memahami kondisi dan motivasi yang mendasari
undang-undang pencurian, serta bagaimana undang-undang tersebut
seharusnya diterapkan dalam situasi seperti yang dialami oleh Nenek
Minah. Terakhir, hakim merujuk pada dokumen resmi catatan sidang
atau diskusi parlemen yang terkait dengan pembahasan undang-
undang pencurian. Hal ini sesuai dengan penelitian Juanda yang
menunjukkan bahwa dengan merinci penjelasan resmi atau dokumen-
dokumen pembuat undang-undang ini, hakim dapat membimbing
proses interpretasi hukumnya secara lebih tepat, sesuai dengan maksud

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

46
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

legislator, dan menghindari potensi distorsi atau penafsiran yang tidak


sesuai dalam penanganan kasus.
• Hakim menggunakan penafsiran ekstensif yang merinci undang-undang
pencurian Indonesia, khususnya Pasal 362 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), Pasal 362 KUHP menyebutkan bahwa seseorang
yang mengambil barang orang lain dengan maksud untuk memiliki atau
diserahkan kepada orang lain dengan maksud untuk memiliki tanpa izin,
dikenakan hukuman pencurian. Dalam mengaplikasikan metode
interpretasi secara ekstensif, hakim mempertimbangkan apakah
tindakan Nenek Minah memenuhi unsur-unsur dari Pasal 362 atau
apakah ada keadaan yang memperluas pemahaman undang-undang
terkait. Hakim mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin
memperluas arti kata-kata dalam undang-undang, seperti kondisi
ekonomi Nenek Minah yang miskin dan kebutuhan mendesak untuk
mencari bibit tanaman kakao demi bertahan hidup. Penafsiran secara
ekstensif mencakup pertimbangan terhadap niat baik Nenek Minah
untuk menggunakan hasil curian sebagai bibit di lahan garapannya,
bukan untuk tujuan pribadi atau komersial. Hakim juga
mempertimbangkan apakah undang-undang memberikan ruang untuk
pengecualian atau keadaan khusus yang memungkinkan interpretasi
ekstensif. Apakah undang-undang mencakup ketentuan yang
memperbolehkan pengambilan barang tanpa izin untuk keperluan
tertentu, seperti kebutuhan mendesak untuk bertahan hidup atau
keperluan agraris, adalah pertanyaan yang perlu dijawab melalui
interpretasi ekstensif. Dalam penelitian Christianto, juga mengemukakan
bahwa hakim harus memperhatikan bahwa metode interpretasi secara
ekstensif bukan berarti mengabaikan unsur-unsur kunci dalam undang-
undang pencurian. Sebaliknya, hal ini mencakup upaya untuk
memahami niat dan konteks kasus secara holistik, mempertimbangkan
keadilan dan faktor-faktor sosioekonomi yang mungkin mempengaruhi
keputusan.

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


47
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

• Hakim melakukan penemuan hukum dengan menggabungkan prinsip-


prinsip hukum yang ada dan menciptakan preseden baru yang sesuai
dengan kebutuhan keadilan. Hakim mempertimbangkan bahwa kasus
Nenek Minah merupakan kasus yang unik dan kontroversial, karena
terdakwa adalah seorang nenek yang tidak berpendidikan dan tidak
mengetahui hukum, serta motifnya adalah untuk menjadikan kakao
sebagai bibit, bukan untuk keuntungan pribadi. Hakim juga
memperhatikan bahwa Nenek Minah telah mengembalikan kakao yang
diambilnya dan meminta maaf kepada mandor perkebunan, serta tidak
ada kerugian yang ditimbulkan bagi PT RSA. Hakim juga
mempertimbangkan bahwa Nenek Minah adalah seorang petani miskin
yang hidup susah dan memiliki tujuh cucu yang harus ditanggung. Hal
ini sesuai dengan hipotesis penulis bahwa hakim melakukan penemuan
hukum dalam kasus Nenek Minah. Hal ini juga konsisten dengan
penelitian Sudarsono, yang menemukan bahwa hakim dapat melakukan
penemuan hukum dengan menggabungkan prinsip-prinsip hukum
yang ada dan menciptakan preseden baru yang sesuai dengan
kebutuhan keadilan.
• Dalam menghadapi kasus Nenek Minah, hakim menggunakan
interpretasi analogi menjadi penting untuk mencari kasus serupa atau
prinsip hukum yang dapat memberikan panduan terhadap interpretasi
kasus ini. Hakim mencari preseden atau prinsip hukum yang dapat
diaplikasikan secara analogi untuk memberikan penafsiran yang tepat
pada peraturan hukum yang berlaku, khususnya Pasal 362 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pencurian. Hakim
mencari kasus-kasus sebelumnya yang melibatkan tindakan serupa
dengan tindakan Nenek Minah, terutama kasus yang melibatkan
pengambilan barang tanpa izin untuk keperluan yang tidak komersial
atau dengan niat baik. Kasus-kasus ini memberikan pandangan tentang
bagaimana hakim-hakim sebelumnya menginterpretasikan undang-
undang pencurian dalam konteks serupa. Dalam merujuk pada kasus
serupa, hakim dapat menilai apakah ada keadaan khusus atau faktor-

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

48
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

faktor mitigasi yang dapat mempengaruhi penilaian hukum terhadap


tindakan Nenek Minah. Misalnya, apakah terdapat kasus di mana
tindakan serupa dianggap sebagai pembenaran atau apakah hakim-
hakim sebelumnya memberikan penafsiran yang mempertimbangkan
kondisi ekonomi atau alasan kemanusiaan dalam konteks pencurian.
Hakim harus memastikan bahwa kasus-kasus analog tersebut memiliki
kesamaan yang substansial dengan kasus Nenek Minah sehingga
interpretasi yang diambil dapat dianggap relevan dan adil. Metode ini
sesuai dengan penelitian Hardinanto, yang menunjukkan bahwa selain
mencari analogi dalam kasus-kasus serupa, hakim juga
mempertimbangkan prinsip-prinsip hukum yang mendasari undang-
undang pencurian, seperti prinsip keadilan, niat baik, atau perlindungan
hukum terhadap kondisi ekonomi yang sulit.
• Hakim memberikan vonis yang adil bagi Nenek Minah, yaitu hukuman
penjara 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan 3 bulan. Hakim
berpendapat bahwa vonis ini seimbang antara kepentingan hukum dan
keadilan sosial. Hakim menilai bahwa vonis ini dapat memberikan efek
jera bagi Nenek Minah agar tidak mengulangi perbuatannya, sekaligus
memberikan perlindungan bagi hak milik PT RSA. Hakim juga menilai
bahwa vonis ini dapat memberikan keringanan bagi Nenek Minah agar
tidak terlalu menderita akibat hukuman, sekaligus memberikan
kesempatan bagi Nenek Minah untuk memperbaiki hidupnya. Hal ini
sesuai dengan hipotesis penulis bahwa hakim memberikan vonis yang
adil bagi Nenek Minah. Hal ini juga konsisten dengan penelitian
Nugroho, yang menemukan bahwa hakim dapat memberikan vonis
yang adil dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan moral yang berkaitan dengan kasus tersebut.
Demikianlah hasil penelitian dan analisis yang penulis lakukan terkait
dengan penafsiran dan penemuan hukum oleh hakim dalam kasus Nenek
Minah. Hasil penelitian dan analisis ini dapat menjawab hipotesis penelitian
atau rumusan masalah yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan.

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


49
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

IV. CONCLUSIONS AND SUGGESTIONS


A. Conclusions
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hakim
memiliki peran yang krusial dalam menafsirkan dan menemukan hukum dalam
kasus Nenek Minah. Hakim menggunakan berbagai metode penafsiran, seperti
penafsiran tekstual, historis, sistemik, teleologis, interpretasi authentik, ekstensif,
dan interpretasi analogi untuk menentukan makna, hubungan, dan tujuan dari
undang-undang yang berlaku. Hakim juga melakukan penemuan hukum dengan
menggabungkan prinsip-prinsip hukum yang ada dan menciptakan preseden baru
yang sesuai dengan kebutuhan keadilan. Hakim memberikan vonis yang adil bagi
Nenek Minah dengan mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya,
dan moral yang berkaitan dengan kasus tersebut. Hakim memberikan
pertimbangan yang mendalam dan komprehensif dalam putusannya, serta
memperhatikan pandangan ahli hukum yang terlibat dalam kasus tersebut. Hakim
menunjukkan kreativitas dalam menyelesaikan kasus yang unik dan kontroversial.
Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu bahwa
hakim berperan aktif dalam menafsirkan dan menemukan hukum dalam kasus
Nenek Minah, dan bahwa keputusan hakim memberikan dampak positif terhadap
keadilan hukum dan perubahan sosial. Penelitian ini juga konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya yang memiliki topik, metode, atau sampel yang serupa.
B. Suggestions
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Disarankan agar sistem hukum terus mengembangkan kerangka kerja yang


memfasilitasi penafsiran dan penemuan hukum yang lebih efektif. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan revisi atau pembaharuan undang-
undang yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, atau
dengan menciptakan undang-undang baru yang mengatur masalah-
masalah yang belum diatur sebelumnya. Hal ini juga dapat dilakukan
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber hukum, seperti

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

50
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

doktrin, yurisprudensi, dan prinsip-prinsip hukum, yang dapat menjadi


acuan bagi hakim dalam menafsirkan dan menemukan hukum.
2. Disarankan agar hakim terus meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan hukum yang berkualitas, atau
dengan melakukan studi banding atau pertukaran pengalaman dengan
hakim dari negara lain. Hal ini juga dapat dilakukan dengan memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang aspek-aspek sosial, ekonomi, politik,
dan budaya yang berkaitan dengan hukum, atau dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mendukung
proses penafsiran dan penemuan hukum.
3. Disarankan agar masyarakat terus berpartisipasi dalam proses penafsiran
dan penemuan hukum. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
masukan atau saran kepada hakim atau lembaga hukum terkait, atau
dengan mengawasi dan mengkritisi kinerja hakim atau lembaga hukum
terkait. Hal ini juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran dan
pemahaman tentang hukum, atau dengan menghormati dan mematuhi
hukum yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Christianto, H. (n.d.). Batasan dan Perkembangan Penafsiran Ekstensif dalam


Hukum Pidana.
https://journal.trunojoyo.ac.id/pamator/article/download/2408/1995

Hardinanto, A. (n.d.). Manfaat Analogi dalam Hukum Pidana untuk Mengatasi


Kejahatan yang Mengalami Modernisasi. https://e-
journal.unair.ac.id/YDK/article/download/4782/pdf_1/17376

Hukumonline. (n.d.). Penemuan Hukum: Pengertian, Alasan, dan Aliran-Alirannya.


https://www.hukumonline.com/berita/a/penemuan-hukum-
lt62f9a09dc861a/

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


51
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

Hukumonline. (n.d.). Penemuan Hukum dan Konstruksi Hukum.


https://www.hukumonline.com/klinik/a/penemuan-hukum-dan-
konstruksi-hukum-lt62d13817f197e/

Juanda, E. (n.d.). Konstruksi Hukum dan Metode Interpretasi Hukum.


https://jurnal.unigal.ac.id/galuhjustisi/article/download/322/312

UNEJ. (n.d.). PENEMUAN HUKUM: Sistem, Metode, Aliran dan Prosedur dalam ...
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/75142

Studocu. (n.d.). Makalah Penemuan Hukum - Safri (22010 023 PM).


https://www.studocu.com/id/document/universitas-bangka-
belitung/corporate-law/makalah-penemuan-hukum-safri-22010-023-
pm/52908836

Sudut Hukum. (2016). Metode Penemuan Hukum.


https://suduthukum.com/2016/08/metode-penemuan-hukum.html

Universitas Islam Sultan Agung. (n.d.). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Masalah. http://repository.unissula.ac.id/9892/5/Bab%20I.pdf

Neliti. (n.d.). Jurnal Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran Metode Penemuan
Hukum. https://media.neliti.com/media/publications/257156-model-
hukum-islam-suatu-konsep-metode-pe-a2133622.pdf

Universitas Sebelas Maret. (n.d.). MEMBANGUN MODEL PENEMUAN HUKUM


OLEH HAKIM PERADILAN UMUM DALAM PENYELESAIAN PERKARA
PERDATA BERDASAR ASAS PERADILAN YANG BAIK.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/71978/MzY4ODgz/Memb
angun-Model-Penemuan-Hukum-Oleh-Hakim-Peradilan-Umum-Dalam-
Penyelesaian-Perkara-Perdata-Berdasar-Asas-Peradilan-Yang-Baik-HAL-
DEPAN.pdf

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274

52
Available online at: https://journal.unpas.ac.id/index.php/litigasi

JURNAL LITIGASI (e-Journal), Vol. 24 (1) April, 2023, p.40-63


DOI: http://dx.doi.org/10.23969/litigasi.v24i1.7232

Copyright © 2023, JURNAL LITIGASI (e-Journal), e-ISSN: 2442-2274


53

Anda mungkin juga menyukai