Disusun Oleh:
1. Sekar Safitri (P1337424520008)
2. Annisa Siti Nurjanah (P1337424520009)
3. Khofidhoturrofiah (P1337424520018)
4. Anggarani Maya Agustina (P1337424520021)
5. Enggrita Kriswahningtias (P1337424520033)
6. Septi Nurhidayati (P1337424520037)
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Tantangan Otonomi
Daerah Dalam Pelaksanaan dan Pengembangan SIK” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Arum Lusiana,
S.SiT, M.Keb yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Tantangan Otonomi Daerah Dalam Pelaksanaan dan Pengembangan SIK”.
Disamping itu makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran
serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Namun, tidak dapat dipungkiri
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah
ini lebih baik ke depannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
D. Manfaat.........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Tantangan Otonomi Daerah..........................................................................3
B. Tantangan Globalisasi...................................................................................5
C. Tantangan Ekonomi Global dan Kemampuan Keuangan Pemerintah..........6
E. Tantangan Untuk Membangun Jejaring Lintas Unit dan Lintas Sektor........6
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................................................7
B. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-
undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes
Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan
kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung
kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem informasi kesehatan
dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art
teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional.
Dalam Pasal 2 ayat (2) Perpres No. 72 Tahun 2012, mengamanatkan
bahwa pembangunan kesehatan harus dilakukan secara berjenjang baik di
pusat maupun di daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan otonomi
fungsional di bidang kesehatan. Pasal tersebut secara yuridis memiliki dua
arti. Pertama, bagi daerah, pembangunan kesehatan tidak cukup hanya dengan
menggunakan SKN. Daerah perlu memiliki acuan dan pedoman dalam
pembangunan kesehatan daerah yang sesuai dengan kondisi spesifik,
kebutuhan dan permasalahan kesehatan di masing-masing daerah. Dengan
kata lain, daerah perlu memiliki Sistem Kesehatan Daerah (SKD).
Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Dalam system
informasi kesehatan terdapat tantangan dan kelemahan sistem informasi
kesehatan. Faktor ancaman merupakan faktor eksternal atau lingkungan dari
sistem informasi kesehatan nasional. Faktor ini akan menghambat
implementasi sistem jika tidak disikapi dengan baik. Dengan perspektif lain
sebuah ancaman dapat juga dipandang sebagai sebuah tantangan di masa
depan yang harus bisa dihadapi. Beberapa faktor eksternal yang menjadi
ancaman atau tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan sistem
informasi kesehatan
B. Rumusan Masalah
1
Apa sajakah yang menjadi tantangan otonomi daerah dalam melaksanakan
dan mengembangkan sistem informasi kesehatan (SIK).
C. Tujuan
Untuk mengetahui tantangan otonomi daerah dalam melaksanakan dan
mengembangkan sistem informasi kesehatan (SIK).
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan tentang tantangan otonomi daerah dalam
melaksanakan dan mengembangkan sistem informasi kesehatan (SIK).
2. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang
tantangan otonomi daerah dalam melaksanakan dan mengembangkan
sistem informasi kesehatan (SIK).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sistem jika tidak disikapi dengan baik. Dengan perspektif lain sebuah
ancaman dapat juga dipandang sebagai sebuah tantangan di masa depan yang
harus bisa dihadapi. Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman atau
tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan sistem informasi
kesehatan antara lain:
1. Terdapat perbedaan sistem pada seluruh tingkatan administrasi
Perbedaan sistem pada seluruh tingkatan administrasi baik di
kabupaten, kota, provinsi serta pusat mengakibatkan timbulnya data
ganda. Hal ini akan menimbulkan kendala dalam merancang jejaring
lintas unit dan lintas sektor. Kendala tersebut berhubungan dengan
penggabungan masukan SIK dalam lintas sektor. Mengingat setiap sektor
atau unit memiliki pengertian dan pelaksanaan tersendiri dalam
menginterpretasikan datanya. Masing–masing sistem informasi
cenderung untuk menghimpun informasi dalam jumlah yang besar
dengan model dan format pelaporannya sendiri. Hal ini membuat unit
operasional kesulitan dalam memberikan laporan. Akibatnya informasi
yang dihasilkan kurang seksama.
2. Otonomi daerah saat ini menyebabkan masing-masing daerah sibuk
mengerjakan urusannya sendiri
Termasuk dalam menyusun prioritas untuk pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi kesehatannya. Hal ini tentu saja akan
berdampak pada kelancaran integrasi sistem informasi kesehatan yang
diharapkan salah satunya dibangun dengan penguatan SIKDA. Kondisi
tersebut akan menyulitkan Pemerintah (dhi. Kementerian Kesehatan)
dalam memfasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan di
daerah, implementasi standarisasi dan pembenahan tata kelola.
Pembandingan dengan daerah lain (benchmarking) pun akan mengalami
kesulitan karena tidak adanya standar.
3. Pendanaan untuk sistem informasi kesehatan di daerah masih terbatas
Aspek pendanaan dapatat dinilai sebagai faktor kekuatan, namun
terdapat beberapa hal yang dapat pula dikategorikan sebagai faktor
kelemahan. Alokasi dana untuk operasional, pemeliharaan, dan
peremajaan sistem informasi baik di pusat maupun di daerah, belum
menjadi prioritas penganggaran rutin sehingga dapat mengakibatkan
operasional dan pemeliharaan sistem tidak dapat dilakukan secara baik
untuk menjaga kesinambungan sistem informasi. Kemampuan pendanaan
daerah yang bervariasi dalam memperkuat sistem informasi kesehatan di
4
daerah berdampak pula pada keberhasilan penguatan sistem informasi
kesehatan secara keseluruhan
4. Kemampuan daerah dalam pengembangan sistem informasi kesehatan
dan pengelolaan data/informasi yang bervariasi
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar
kabupaten/kota dan provinsi belum memiliki kemampuan yang memadai
dalam mengembangkan sistem informasi kesehatannya, sehingga perlu
dilakukan fasilitasi. Untuk sebagian daerah yang telah memiliki
kemampuanpun tampaknya pengembangan yang dilakukan masih kurang
mendasar dan komprehensif serta belum mengatasi masalah-masalah
mendasar dalam sistem informasi kesehatan. Setiap upaya
pengembangan cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan
sendiri dan kurang memperhatikan keberlangsungan sistem dan konsep
integrasi sistem untuk efisiensi. Kondisi geografis, khususnya pada
daerah terpencil dan perbatasan juga berdampak pada kemampuan untuk
membangun sistem informasi kesehatan daerah serta optimalisasi
pemanfaatan infrastruktur teknologi informasi dan kemampuan
sumberdaya lainnya. Sementara itu, kemampuan untuk melakukan
manajemen data mulai dari pengumpulan, pengolahan, dan analisis data
serta penyajian dan diseminasi informasi baik di pusat dan daerah masih
belum optimal. Kemampuan untuk menghasilkan indikator dan informasi
kesehatan yang valid dan reliabel juga masih perlulu ditingkatkan.
5. Mekanisme monitoring dan evaluasi masih lemah.
Kelemahan-kelemahan dan berbagai macam permasalahan pada
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan tentunya dapat diidentifikasi
dengan mekanisme monitoring dan evaluasi serta audit (SIK) sistem
informasi kesehatan. Sayangnya, mekanisme monitoring dan evaluasi
belum ditata dan dilaksanan dengan baik.
B. Tantangan Globalisasi
Era globalisasi menyebabkan bebasnya pertukaran berbagai hal antar
negara seperti sumber daya manusia, IPTEK, dan lain-lain. Di bidang
kesehatan, hal ini akan dapat menimbulkan dampak negatif apabila tidak
dikelola dengan baik. Beberapa dampak negatif tersebut antara lain adanya
penyakit-penyakit serta gangguan kesehatan baru, masuknya investasi dan
teknologi kesehatan yang dapat meningkatkan tingginya biaya kesehatan, serta
masuknya tenaga-tenaga kesehatan asing yang menjadi kompetitor tenaga
kesehatan dalam negeri. Untuk menghadapi kemungkinan dampak negatif
yang terjadi seiring era globalisasi maka dukungan sistem informasi sangatlah
5
diperlukan. Sistem kewaspadaan dini untuk mengintervensi permasalahan
kesehatan sangatlah bergantung pada pasokan data dan informasi yang akurat,
cepat, dan tepat. Apabila era globalisasi datang pada saat sistem informasi
kesehatan nasional kita belum kuat, maka dikhawatirkan akan membawa
dampak-dampak negatif yang merugikan.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia sudah
menunjukkan banyak kemajuan. Ada berbagai macam tantangan dalam
implementasinya masih banyak ditemui sehingga memerlukan kebijakan dan
kerjasama yang terintegrasi didalamnya diantaranya:
1. Tantangan otonomi daerah
2. Tantangan Globalisasi
3. Tantangan Ekonomi Global dan Kemampuan Keuangan Pemerintah
4. Tantangan Untuk Membangun Jejaring Lintas Unit dan Lintas Sektor
B. Saran
Sebagai mahasiswa kesehatan kita harus paham mengenai teori
tantangan otonomi daerah dalam melaksanakan dan mengembangkan sistem
informasi kesehatan (SIK). Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika
dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh
dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
7
DAFTAR PUSTAKA